• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Judul Skripsi

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU

Latar Belakang Masalah

Kebudayaan selalu dibedakan dengan budaya seperti yang dibunyikan dalam buku Situmorang, Hamzon ,2006 : 4, Ienaga Saburo (1990 : 1), dimana budaya memilki dua makna yakni luas dan sempit. Jika dipandang dari makna luas adalah mencakup seluruh hal mengenai manusia itu secara alamiah. Dan kalau makna sempit adalah hanya berkaitan pada kepercayaan dan seni.

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang menarik dan khas. Dalam jendela mata dunia membuktikan budaya – budaya Jepang bertahan dan menyebar. Sebagai contoh : Ikebena ( merangkai bunga), Origami ( lipat kertas), dll. Tentunya dalam pengembangan budaya tersebut kuat sekali pertumbuhan dari budaya yang melekat pada masyarakat. Ciri–ciri pembentukan kelompok menyatakan bahwa dalam hubungan kelompok Jepang terhadap yang lain sangat penting . Dan (kesetiaan) dianggap satu – satunya nilai yang paling tinggi dan kuat Chie Nakane (1981 : 25 ). Dimana berkembang individu memiliki proses dan tidak mungkin lahir begitu saja tanpa diikuti adat atau proses.

Individu dalam pengertian kamus bahasa Indonesia (1996 : 45 ) adalah “ tunggal, satu orang , atau pribadi”. Manusia secara individu tidak dapat menjalani hidup. Maka karena itu dia perlu ada hubungan dengan satu sama lain menjadi satu kelompok dalam kesatuan masyarakat.

(2)

Jadi dalam masyarakat Jepang tidak ada ikatan kelompok individual satu terhadap yang lain, tetapi juga ikatan yang menghimpun individu – individu satu terhadap yang lain. Kelompok individual merupakan keadaan dimana dalam kepribadian masyarakat Jepang tidak memberikan sifat yang tinggi emosional akan nama pribadi suatu kelompok tertentu. Dalam membinanya adanya ciri ikatan dalam hubungan sosial merupakan dasar dari cita – cita berbagai kelompok yang bermacam

– macam, dalam satu masyarakat keseluruhan. Sebelum menjadi masyarakat yang luas, dimulai dari individu, kemudian

keluarga kecil yang disebut masyarakat kecil. Hingga berketurunan besar menjadi keluarga besar.

Keluarga merupakan masyarakat paling kecil. Menurut Situmorang, Hamzon , 1996 : 22 “ kazoku ( keluarga) adalah hubungan suami istri, hubungan orangtua dan anak, dan diperluas pada hubungan persaudaraan”. Dan menurut Djurip, 2000: 12 , bahwa keluarga adalah hubungan antara ayah, ibu dan anak atau yang disebut nuclear family”.

Ada istilah dalam keluarga Jepang yakni “Ie”. Makna Ie adalah karena apabila orang tua dalam keluarga sudah meninggal, maka dibuatlah kuburan keluarga dan juga di buatlah altar pemujaan di rumah. Dalam kepercayaan tradisional Jepang roh orang tua tersebut harus mendapat pemujaan dan persembahan-persembahan,atau hingga 33 tahun menurut kepercayaan yang dipengaruhi Budha dan 49 tahun menurut kepercayaan Shinto supaya roh tersebut tidak menjadi roh gentayangan (muenbotoke)

Secara garis umum bahwa fungsi Ie adalah untuk melestarikan peralatan atau harta Ie, dan kuburan. Dan juga untuk melangsungkan kewajiban dalam

(3)

melakukan penyembahan leluhur untuk melakukan pemberian sesajen dan doa – doa kepada roh – roh anggota Ie yang sudah meninggal. Dengan demikian Ie akan menjamin kesinambungan penyembahan leluhur, Seperti yang disebutkan dalam buku (Situmorang, Hamzon 2006 : 34), yakni Kaga Noboru( 1992:28

Di Jepang keluarga tradisional disebut dengan Ie, dan keluarga Ie ini berbeda dengan keluarga kazoku.

)

Sebenarnya Ie merupakan konsep keluarga tradisional Jepang. Perbedaan Ie dgn kazoku, dimana Kazoku adalah dapat berakhir dengan kematian dan perceraian, sehingga keberadaan kazoku adalah satu generasi (Situmorang, Hamzon, 2006 :23). Sementara Ie adalah suatu sistem keluarga yang lahir pada zaman feudal. Menurut Ito: Ie adalah sebuah keluarga yang mempunyai sistem tersendiri yang berurat, berakar pada masyarakat Jepang. Oleh karena itu Ie mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem nilai dan struktur masyarakat Jepang. Dan juga merupakan suatu sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang tersendiri,(Situmoang, Hamzon 2006:34) dan Ito, (1982:58.)

Dalam garis keturunan yang dianut oleh masyarakat Jepang adalah dari garis keturunan ayah. Sehingga anak laki – laki (pertama ) menjadi penerus dalam sistem pewarisan harta maupun keturunan. Sehingga anak tersebut akan meneruskan marga ayah atau keturunan ayah, atau disebut Patrilineal.

Dalam analisis kali ini bukan hanya materi atau sistem pewarisan Jepang saja yang jadi target materi yang akan dijelaskan. Melainkan dengan salah satu suku di Indonesia yakni suku Minangkabau. Yang terletak di wilayah Sumatera Barat. Masyarakat Minangkabau mengikuti garis keturunan Ibu (Matrilineal) dimana Matrilineal ini menghitung garis keturunan dari pihak ibu sehingga seorang anak

(4)

akan menjadi angota suku ibunya, walaupun dengan prinsip keturunan matrilineal, paman (saudara laki-laki ibu) menjadi tokoh yang sangat penting Dalam keluarga karena paman harus bertanggung jawab penuh terhadap keluarga dan keponakannya ( Anak dari keluarga perempuannya). Paman menjadi tokoh yang sangat penting dalam keluarga yaitu kalau ada permasalahan atau musyawarah dalam keluarga hanya dapat diputuskan oleh paman. Begitu juga kalau orang minangkabau mau menikah yang mengurusnya adalah paman bukan orangtua atau bapaknya.

Dalam pembagian harta atau warisan dalam masyarakat Minangkabau laki– laki dapat harta hanya untuk sementara. Misalnya tanah garapan atau harta dari orangtua disebut harta lajang (harta bawaan dari keluarga perempuannya). Dan harta atau tanah garapan ini hanya berlaku sewaktu lagi hidup , kalau sudah meninggal harta atau tanah garapan harus dikembalikan kepada pihak perempuan, tidak boleh diturunkan kepada anak atau isteri.

Berdasarkan www.scribd.com, adat istiadat minangkabau, 2009, kata Minangkabau mempunyai banyak arti. Merujuk kepada penelitian kesejarahan, beberapa ilmuan telah mengemukakan pendapatnya tentang asal kata Minangkabau. Purbacaraka (dalam buku Riwayat Indonesia I) Minangkabau berasal dari kata Minanga Kabawa atau Manga Tamwan yang maksudnya adalah daerah-daerah disekitar pertemuan dua sungai; Kampar Kiri dan Kampar Kanan.

Hal ini dikaitkan nya dengan adanya candi Muara Takus yang didirikan abad ke12.

a. Van der Tuuk mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Phinang Khabu yang artinya tanah asal.

(5)

maksudnya muara Batang Kampar.

c. M.Hussein Naimar mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Menon Khabu yang artinya tanah pangkal, tanah yang mulia.

d. Slamet Mulyana mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Minang Kabau. Artinya, daerah-daerah yang berada disekitar pinggiran sungai-sungai yang ditumbuhi batang kabau (jengko l).

(www.scribd.com-Adat istiadat Minagkabau dan sistem kekerabatan, 2009, kumpulan - kumpulan pendapat)

Dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan bahwa Minangkabau itu adalah suatu wilayah yang berada di sekitar muara sungai yang didiami oleh orang Minangkabau.

Namun dari Tambo, kata Minangkabau berasal dari kata Manang Kabau. Menang dalam adu kerbau antara kerbau yang dibawa oleh tentara Majapahit dari Jawa dengan kerbau orang Minang.

Dalam masyarakat Minangkabau mereka menganut paham virilokal yakni terdiri dari satu keluarga inti senor dengan keluarga – keluarga inti dari anak laki – laki, semuanya tinggal dalam areal perumahan sebagai wilayah suku. Sedangkan mengenai pusako ( harta warisan ), setiap orang baik laki–laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walau anak laki–laki mendapatkannya namun dia tidak dapat mewariskan kepada anak–anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis keturunan ibu (A.A. Navis, 1986 : 159)

(6)

Dengan mengikuti prinsip keturunan matrilineal, pola menetap sesudah menikah pada masyarakat Minangkabau bersifat matrilokal artinya suami menetap (menjadi tamu). Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat Minangkabau adalah yang samande (seibu), artinya kelompok yang lahir dari ibu yang sama .

Perbedaan sistem diatas bisa kita bedakan dalam konteks yang sangat General. Yakni Jepang mengikuti garis keturunan patrilineal dan Minangkabau adalah garis keturunan Matrilineal. Dan dilihat dari segi keturunan. Kalau keluarga Jepang mengikuti marga ayah. Dan kalau di suku Minangkabau mengikuti keturunan atau marga Ibu. Dengan melihat perbedaan ini maka bisa diketahui bahwa sistem pewarisannya jatuh kepada ; masyarakat Minangkabau pada keturunan ibu, dan masyarakat Jepang jatuh pada keturunan ayah.

Dari kedua perbandingan sistem kekeluargaan masyarakat Minangkabau dan Jepang menimbulkan budaya yang berbeda. Sehingga dari kedua perbedaan budaya ini penulis memilih topik yang berjudul “ Perbandingan Sistem Pewarisan Dalam Masyarakat Jepang Dan Masyarakat Minangkabau”.

C. Perumusan Masalah

Pada perbedaan kedua budaya Jepang dan Minangkabau mengakibatkan sistem keluarga berbeda dalam perbedaan sistem keluarga ini mengakibatkan perbedaan sisitem pewarisan maka dalam skripsi ini penulis membahas perbedaan sistem pewarisan kedua kebuadayaan ini

Makna keluarga merupakan masyarakat paling kecil. Menurut Situmorang, Hamzon,1996 : 22 “ kazoku ( keluarga) adalah hubungan suami istri, hubungan

(7)

orangtua dan anak, dan diperluas pada hubungan persaudaraan”. Dan menurut Djurip, 2000: 12, bahwa keluarga adalah hubungan antara ayah, ibu dan anak atau yang disebuat nuclear family”.

Dalam keluarga Jepang ada yang dikenal dengan keluarga (Ie) dan yang di Minangkabau ada yang dikenal dengan keluarga rumah Gadang atau keluarga buudo kanduang( ninik mamak) kemudian diJepang ada yang dikenal dengan keluarga kazoku dan dibandingkan dengan keluarga biasa diMinangkabau, oleh karena itu dalam skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup perbandingan pewarisan pada keluarga Ie dan keluarga Rumah Gadang

Prinsip pewarisan yang dianut oleh masyarakat Minangkabau tidak hanya menentukan garis keturunan (suku) seseorang tetapi juga menentukan dalam hak pewarisan soko (gelar) dan pusako (harta warisan).

Dengan demikian seorang laki-laki akan menerima gelar dari ibunya (dalam kedudukannya sebagai kemenakan). Di dalam sako itu tercantum segala tugas, hak dan kewajiban sebagai laki-laki penerima sako tersebut. Sedangkan mengenai pusako (harta warisan), setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walaupun anak laki-laki juga mendapat bagian, namun dia tidak dapat mewariskan kepada anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis ibunya, yakni kemenakannya. Bagaimana dalam hal pusaka ini kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan, sedangkan kemenakan perempuan berhak memiliki (A.A Navis, 1986 : 159).

(8)

Berdasarkan hal diatas maka penulis menjadikan hal tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1.Bagaimana Jenis-jenis harta dalam Keluarga jepang(Ie) dan dalam keluarga Rumah gadang di Minangkabau

2. Bagaimana sistem pewarisan Keluarga Ie Dan bagaimana Pewarisan pada keluarga Rumah gadang.

3. Bagaimana keberadaan perempuan di masyarakat Jepang 4. Bagaimana keberadaan perempuan di masyarakat Minangkabau 5 Bagaimana sistem keturunan dalam keluarga Ie dan keluarga Bundo kanduang(Rumah Gadang) diMinangkabau

D. Ruang Lingkup Permasalahan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup agar tidak terlalu luas yaitu : sistem pewarisan bagi kedua kehidupan Masyarakat Jepang dan Minangkabau. Khususnya difokuskan kepada membandingkan antara sistem Keluarga Ie (Jepang) dan Keluarga Bundo kanduang (Rumah Gadang) di Minangkabau

Selain menerangkan bagaimana perbedaan secara detail, disini juga dijelaskan bagaimana proses pembagian pusaka atau warisan. Di Minangakabau karena wanita yang dominan dalam mewarisi harta pusaka. Peranan wanita disini akan dikaji secara detail.

.

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup bahasanya agar tidak terlalu luas yaitu sistem kekeluargaan bagi kedua kehidupan masyarakat Minangkabau dan Jepang. Oleh karena itu untuk mendukung pembahasannya penulis

(9)

juga membahas latar belakang sejarah orang Jepang berdasarkan budayanya.

E. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Menurut Hakim Idrus, (1994 : 23) dalam judul “Pokok–Pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau”.Bahwa dalam sistem Matrilineal perempuan diposisikan sebagai pengikat, penyimpan atau dalam bahasa Minangkabaunya amban puruak dan sistem kekerabatan selalu dipertahankan dengan mengikuti sistem Matrilineal, pada pembagian warisan atau pusako dan prinsip keturunan Martilineal tidak hanya menentukan garis keturunan (suku) seseorang tetapi juga menentukan dalam hak pewarisan suku (gelar) dan pusako (harta warisan)”.

Dalam meneliti pembahasan ini penulis menggunakan Metode Kepustakaan, Forum Komunikasai Masyarakat Minangkabau dan website yang sangat ter update adalah : www.Google.com ( forum masyarakat Minangkabau yang mengatakan “Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat Minangkabau adalah yang samande (seibu), artinya kelompok yang lahir dari ibu yang sama”).

Pada cakupan mengenai kekeluargaan dan pewarisan pada masyarakat Jepang, buku – buku tersebut adalah Ilmu Kejepangan ( Situmorang , 2006 : 54) Dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang banyak berhubungan dengan agama. Misalnya dalam perayaan Life Stage (daur hidup).

Disini akan dibahas mengenai struktural kedua proses antara Minangkabau dan Jepang. Dan akan dikaji juga bagaimana perbedaan kedua sistem keturunan tersebut. Dan Untuk lebih memberikan perbedaan yang hakiki, maka akan dikaji juga dalam masyarakat Minangkabau bagaimana patrilineal dan matrilineal dalam

(10)

kedua sistem keturunan tersebut.

2. Kerangka Teori

Bagi masyarakat Jepang prilaku kelahiran tersebut di mana roh manusia mempunyai proses perjalanan yang dimulai pada saat manusia lahir hingga manusia itu menjadi dewasa dan sampai meninggal, kemudian proses tersebut berlanjut pada perjalanan di dunia mati. Perjalanan tersebut digambarkan oleh Tuboi Yobumi sebagai sebuah perjalanan jarum jam terbalik dalam sebuah lingkaran ( Tuboi : 1972 : 20).

Van Gennep dalam bukunya Rites De Passage (1909), mengatakan bahwa: “Dalam hidupnya manusia itu melalui banyak krisis yang menjadi objek perhatiannya dan amat-amat ditakutinya. Dalam menghadapi hal tersebut dari mulai lahir, anak–anak, dewasa sampai meninggal manusia perlu perbuatan-perbuatan dalam bentuk upacara untuk memperteguh imannya.

Dari mulai adanya keluarga kecil atau masyarakat kecil, kemudian berkembang menjadi masyarakat luas. Namun untuk bisa berkembang sampai dengan masyarakat luas, maka adanya sistem yang menjalankan bagaimana keluarga itu berjalan sesuai sistem yang memang telah disetujui.

Dalam Masyarakat Manapun, aabila Orangtua sudah Meningal maka Hak dan Kewajiban dilanjutkan oleh keturunannya demikian juga dalam masyarakat Jepang dimana keturunannya justru Membuat Sesajen Adalah kewajiban keturunannya sehinga perlu dipastikan siapa yang membuat sesajen sehingga warisan nya juga diserahkan kepadanya .

(11)

Sistim kemasyarakatan atau yang dikenal sebagai sistem kelarasan merupakan dua instisusi adat yang dibentuk semenjak zaman kerajaan Minangkabau/Pagaruyung dalam mengatur pemerintahannya. Bahkan ada juga pendapat yang mengatakan, penyusunan itu dilakukan sebelum berdirinya kerajaan Pagaruyung.

Dalam system pewarisan Memakai sistem nan bambusek dari tanah, nan tumbuah dari bawah.

Kaputusan buliah dibandiang. Nan luruih buliah ditenok, nan bungkuak buliah dikadang. Maksudnya; segala keputusan ditentukan oleh sidang rapat para penghulu. Keputusan boleh dibanding, dipertanyakan dan diuji kebenarannya.

Bila persoalan timbul pada suatu kaum, kaum itu membawa persoalan kepada Datuak nan Batigo di Limo Kaum. Karena itu dalam kelarasan ini hirarkinya adalah sebagai berikut; kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mupakaik, nan bana badiri sandirinyo.

Mengenai pusako (harta warisan), setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walaupun anak laki-laki juga mendapat bagian, namun dia tidak dapat mewariskan kepada anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis ibunya, yakni kemenakannya. Bagaimana dalam hal pusaka ini kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan, sedangkan kemenakan perempuan berhak memiliki (A.A Navis, 1986 : 159)

(12)

F. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui sistem pewarisan dalam masyarakat Jepang 2) Untuk mengetahui sistem pewarisan dalam masyarakat Minangkabau 3) Dan mengetahui perbandingan kedua budaya sistem pewarisan Jepang dan Minangkabau

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Agar para pembelajar bahasa Jepang dapat memahami sistem pewarisan dalam masyarakat Jepang.

2. Selain itu, agar para pembelajar dapat mengerti mengenai sistem pewarisan Minangkabau

3. Diharapkan untuk ke depannya skripsi ini bisa menjadi sumber data atas penelitian yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini.

G. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah di bawah ini bersifat deskriptif yakni memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan atau gejala, dalam kelompok tertentu. Berdasarkan fakta–fakta yang ada seperti bagaimana dalam masyarakat Jepang (Koentjaraningrat, 1976 :29).

Buku yang berbahasa Asing juga digunakan pada penelitian, jadi menggunakan teknik terjemahan. Dan lagi untuk mendapatkan data–data yang

(13)

berhubungan dengan judul ini, maka penulis melakukan pencarian data (survey book) yakni menghimpun data – data keberbagai perpustakaan.

Referensi

Dokumen terkait

Catatan : Agar membawa dokumen penawaran asli sesuai yang di-upload lewat aplikasi SPSE.. Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya disampaikan

Tahap akhir dari siklus belajar ini adalah melakukan penilaian terhadap laporan yang telah dibuat serta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran menulis laporan

Hasil yang diperoleh dari penelitian di SMA Laboratorium Percontohan UPI yaitu (1) pelaksanaaan peningkatan perilaku disiplin belajar siswa dalam pembelajaran PKn

Atlikus tyrimą paaiškėjo, kad jauni žmonės, leidžiantys laiką gatvėje, labai dažnai pastebi savo „gerą“ ir „blogą“ elgesį ir žino, kaip jie „turėtų“ gyventi.. „

Persepsi terhadap indikator sarana prasarana pendidikan yang diberikan pihak perusahaan kepada masyarakat Kecamatan Muara Bengkal dalam kategori netral dengan total

Tipe pengaliran yang akan digunakan pada sistem transmisi adalah dengan menggunakan sistem gravitasi, karena sumber mata air berada pada elevasi yang lebih tinggi

Menurut Robbinson (2008:205) Diagram analisis SWOT akan memberikan gambaran dimana posisi perusahaan berada saat ini, dengan melihat posisinya dalam kuadran diagram SWOT, antara

metode alternatif dalam menyelesaikan masalah; (3) tekun mengerjakan tugas matematika; (4) memiliki minat, rasa ingin tahu dan daya temu dalam melakukan tugas