• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021

“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam

Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”

Pengaruh Perbandingan Teh Herbal Kombinasi Daun Kelor (Moringa oleifera

Lam) dengan Daun Sirsak (Annona muricata Linn.) dan Variasi Suhu

Pengeringan terhadap Karakteristik Teh Herbal

Yuyun Wahyuni dan Yovita Yasinta Bolly Universitas Nusa Nipa Indonesia, Jl. Kesehatan No. 3 Maumere NTT

Abstrak

Kelor (Moringa Oleifera) merupakan makanan yang mudah dijumpai dilingkungan sekitar dan tumbuh di daerah Jawa, Sunda, Bali, Lampung, Madura, Sulawesi dan Flores.Kelor memiliki kandungan nutrisi dan senyawa penting bagi tubuh.Daun kelor juga mengandung zat fitokimia seperti tannin, steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin dan alkaloid.Seyawa tersebut mempunyai kemampuan sebagai obat antibiotik, antiinflamasi, detoksifikasi dan antibakteri.Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari daun kelor adalah sebagai teh herbal.Daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan teh. Daun kelor kering per 100 g mengandung air 0,075%, 2,05 % kalori, 0,382 % , karbohidrat,0,271% protein,0.023 % lemak, 0,192 % serat, 20,03 %, kalsium, 3,68 % magnesium, 2,04 % fosfor, 0,006 % tembaga, 0,282 % besi, 8,7 % sulfur, dan 13,24% protasium serta 10 % flavonoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar air dan aktivitas antioksidan dari the herbal. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor dan masing-masing faktor terdiri dari 3 taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 unit kombinasi percobaan. Faktor yang digunakan adalah perbandingan daun kelor dengandaun sirsak, yaitu: p1 (2:1) , p2 (1:1) dan p3 (1:2) dan suhu pengeringan, yaitu: s1 (50°C), s2 (55°C) dan s3 (60°C). Respon kimia dilakukan terhadap kadar air, aktivitas antioksidan, saponin serta uji organoleptik meliputi warna, aroma dan rasa dari seduhan teh herbal menggunakanuji hedonik. Hasil penelitian diperoleh perlakuan terpilih adalah p3s3 (perbandingan daun kelor dengan daun sirsak 1:2 dan suhu pengeringan 60°C) memiliki kadar air 13.46%, aktivitas antioksidan 283, 66 ppm.

Kata Kunci: kelor, sirsak,suhu, pengeringan

Pendahuluan

Kelor (Moringa Oleifera) merupakan makanan yang mudah dijumpai dilingkungan sekitar dan tumbuh di daerah Jawa, Sunda, Bali, Lampung, Madura, Sulawesi dan Flores.

(2)

Kelor memiliki nutrisi yang tinggi karena daunnya mengandung vitamin A yang setara dengan 10 kali vitamin A pada wortel, setara dengan 17 kalsium yang terdapat pada susu, setara 15 kali kalsium pada pisang, serta setara dengan 9 kali protein yang terdapat pada yoghurt dan setara 15 kali zat besi pada bayam (Aminah, dkk, 2015). Kelor memiliki kandungan nutrisi dan senyawa penting bagi tubuh.Daun kelor juga mengandung zat fitokimia seperti tannin, steroid,triterpenoid, flavonoid, saponin dan alkaloid.Seyawa tersebut mempunyai kemampuan sebagai obat antibiotic, antiinflamasi, detoksifikasi dan antibakteri (Mardiana,2013).

Kandungan nilai gizi yang tinggi, khasiat dan manfaatnya menyebabkan kelor mendapat julukan sebagai Mother’s Best sendiri pemanfaatan kelor masih belum banyak diketahui, umumnya hanya dikenal sebagai salah satu menu sayuran. Selain dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, kelor juga dapat diolah menjadi bentuk tepung atau powder yang dapat digunakan sebgai pada berbagai produk pangan, seperti pada olahan pudding, cake, nugget, biscuit, cracker serta olahan lainnya. Menurut Prajapati et al (2003) tepung daun kelor dapat ditambahkan untuk setiap jenis makanan sebagai suplemen gizi.

Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari daun kelor adalah sebagai teh herbal.Daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan teh. Menurut Haryadi (2011) daun kelor kering per 100 g mengandung air 0,075%, 2,05 % kalori, 0,382 % , karbohidrat, 0,271 % protein,0.023 % lemak, 0,192 % serat, 20,03 %, kalsium, 3,68 % magnesium, 2,04 % fosfor, 0,006 % tembaga, 0,282 % besi, 8,7 % sulfur, dan 13,24% protasium serta 10 % flavonoid.

Pembutan teh daun kelor dapat dikombinasikan dengan daun lainya, seperti penelitian Sayekti (2016) tentang pembuatan teh daun kelor yang di kombinasikan dengan daun katuk di dapatkan kandungan antioksidan sebesar 74,9%. Daun sirsak dapat di kombinasikan dalam pembuatan teh untuk meningkatan kandungan antioksidan.Kandungan senyawa dalam daun sirsak antara lain steroid/terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin.Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh.Selanjutnya Adewole dan Caxton-Martins (2006) meneliti tentang efek daun sirsak ekstrak aqua terhadap morfologi sel-sel β pankreas tikus diabetes.Pemberian ekstrak daun sirsak nyata menurunkan glukosa darah dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dibandingkan dengan pemberian streptozotocin (STZ).Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak nyata berpengaruh baik pada jaringan pankreas yang secara langsung menyiapkan enzim lipid peroksidase dan secara tidak langsung memperbaiki produksi antioksidanendogen.

(3)

Dalam pembuatan teh dilakukan proses pengeringan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada bahan baku teh. Proses pengeringan daun menggunakan oven harus memperhatikan suhu pengeringan yang digunakan, agar komponen aktif yang terdapat dalam daun tetap terjaga (Kurniawan, 2017).

Masalah yang akan diteliti dan dibahas adalah bagaimana pengaruh interaksi antara perbandingan daun kelor dan daun sirsak dengan suhu pengeringan terhadap karakteristik teh herbalsehingga di dapat tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi antara perbandingan daun kelor dan daun sirsak dengan suhu pengeringan terhadap karakteristik teh herbal. Kegunaan pada penelitian ini merupakan bentuk dukungan Universitas Nusa Nipa Maumere kepada masyarakat Kabupaten Sikka dalam pemanfaatan kelor dan dalam upaya pengembangan program Kelornisasi yang digalakan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur.

Metodologi

Alat yang digunakan untuk proses pembuatan teh adalah blender merk philips, kantong teh dan oven. Alat Analisis yang digunakan untuk uji sifat kimia adalah mortal, tabung reaksi (Greiner), pipet volumetric (Eppendorf), pipet Mohr (Eppendorf), spatula, labu erlenmeyer, oven (Binder), rotavapor (R-300 BUCHI) dan spektrofotometer (Shimadzu UV 1800 Pharmaspee).

Bahan pembuatan teh dalam penelitian ini adalah daun Kelor yang ditandai dengan warna hijau tua . Sedangkan untuk daun sirsak yang digunakan adalah daun sirsak dengan warna hijau tua. BahanAnalisis yang digunakan untuk analisis kimia adalah, methanol (pa) 96 persen (Fulltime), aquadest, DPHH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazil), Folin-Ciocalteu, natrium bikarbonat (Na2CO3), asam galat (Riedel-deHaën), dan asam askorbat.

Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktorial 3 x 3 dengan 3 kali pengulangan sehingga diperoleh 27 perlakuan. Rancangan penelitian terdiri dari dua faktor yaitu variasi perbandingan daun kelor dan daun sirsak (k) dan suhu pengeringan (s). Faktor perlakuan :

a. Variasi perbandingan daun kelor dan daun sirsak terdiri dari 3 taraf, yaitu: K1 : daun kelor : daun sirsak = 2 :1

K2 : daun kelor : daun sirsak = 1 : 1 K3 : daun kelor : daun sirsak = 1 :2

(4)

b. Suhu pengeringan (S) terdiri dari 3 taraf, yaitu : S1 : 500 C S2 : 550 C S3 : 600 C

Model rancangan pola faktorial 3 x 3 dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Model rancangan percobaan faktorial 3 x 3 dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan

Daun Kelor dan Daun Sirsak Suhu Pengeringan Ulangan 1 2 3 2 : 1 (k1) 50oC (s1) k1s1 k1s1 k1s1 550C (s2) k1s2 k1s2 k1s2 600C (s3) k1s3 k1s3 k1s3 1 : 1 (k2) 50 0C (s1) k2s1 k2s1 k2s1 550C (s2) k2s2 k2s2 k2s2 600C (s3) k2s3 k2s3 k2s3 1 : 2 (k3) 50 0C (s1) k3s1 k3s1 k3s1 550C (s2) k3s2 k3s2 k3s2 600C (s3) k3s3 k3s3 k3s3

A. Prosedur pembuatan teh (modifikasi Dwigustine, 2017)

1. Persiapan bahan

Daun Kelor dan daun sirsak segar disiapkan untuk dilakukan proses selanjutnya.

2. Sortasi

Sortasi bahan baku merupakan tahap awal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan daun kelor dan daun sirsak yang berkualitas. Sortasi dilakukan dengan memilih dan memisahkan daun yang masih utuh dan tidak rusak, hal ini dapat dilakukan dengan cara manual. Sortasi yang dilakukan akan menentukan hasil akhir yang akan diperoleh sesuai dengan kualitas yang diinginkan.

3. Pencampuran

Daun kelor dan daun sirsak dicampur dengan perbandingan 2 : 1 (p1), 1 : 1 (p2) dan 1 : 2 (p3).

4. Pencucian

Bahan dicuci menggunakan air yang mengalir untuk membersihkan kotoran-kotoran atau debu yang menempel pada permukaan kulit daun dan membersihkan dari mikroorganisme yang menempel.Pencucian sebaiknya dilakukan tidak terlalu lama untuk menghindari penurunan kualitas dan kandungan senyawa aktif.

(5)

5. Pengeringan

Daun kelor dan daun sirsak yang sudah dicuci, kemudian dilakukan pengeringan menggunakan tunnel dryer dengan suhu 50 0

C (s1), 55 0

C (s2), 60 0

C (s3) dengan lama pengeringan terpilih.

B. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi analisis kimia yaitu kadar air menggunakan metode oven kering (AOAC, 1995) dan antioksidan menggunakan metode DPPH.

Hasil dan Pembahasan

A. Kadar air

Kadar air adalah jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan.Airdalam bahan pangan merupakan komponen yang penting karena dapatmempengaruhi kenampakan, tekstur, serta cita rasa bahan makanan. Untukmemperpanjang daya tahan bahan maka sebagian air dalam bahan harusdihilangkan dengan cara yang sesuai dengan jenis bahan salah satunya dengancara pengeringan. Pengeringan daun kelor dan daun sirsak mempunyai tujuan untukmengurangi kadar air hingga batas tertentu sehingga dapat menghambatpertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan pada produk (Fardiaz,1992).

Tabel 2. Pengaruh interaksi perbandingan daun kelor dengan daun sirsak dan suhu pengeringan terhadap kadar air teh herbal

Perbandingan Daun Kelor dan Daun Sirsak (p)

Kadar Air (%) Suhu Pengeringan 50 0C (s1) Suhu Pengeringan 55 0C (s2) Suhu Pengeringan 60 0C (s3) 2 : 1 (p1) 31.23 g 30.56 g 28.96 f 1 : 1 (p2) 27.53 e 26.56 e 23.43 d 1 : 2 (p3) 18.16 c 16.5 b 13.46 a

Hasil analisis kadar air terhadap teh herbal menunjukkan bahwa perlakuan p1s1

memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi yaitu 31.23% sedangkan perlakuan p3s3

mempunyai nilai rata-rata terendah yaitu sebesar 13.46%. Pada hasil tabel diatas terlihat semakin tinggi suhu pengeringan dan semakin banyak daun sirsak maka semakin rendah nilai rata-rata kadar air the herbal, hal ini disebabkan karena kadar air pada daun sirsak lebih rendah dibandingkan dengan kadar air daun kelor, sehingga semakin banyak daun sirsak maka semakin rendah kadar air yang terukur (Jun, dkk, 2003)

(6)

Analisis antioksidan dilakukan dengan metode DPPH, uji peredamanwarna radikal bebas DPPH merupakan uji untuk menentukan aktivitas antioksidandalam sampel yang akan diujikan dengan melihat kemampuannya dalammenangkal radikal bebas DPPH (Molyneux, 2004).

Tabel 3. Pengaruh interaksi perlakuan perbandingan daun kelor dengan daun sirsak dan suhu pengeringan terhadap aktivitas antioksidan teh herbal

Perbandingan Daun Kelor dan Daun Sirsak (p) Aktivitas Antioksidan (ppm) Suhu Pengeringan 50 0C (s1) Suhu Pengeringan 55 0C (s2) Suhu Pengeringan 60 0C (s3) 2 : 1 (p1) 391.66 i 385.66 h 363.66 g 1 : 1 (p2) 347 f 333 e 322.66 d 1 : 2 (p3) 314.66 c 307 b 284.66 a

Berdasarkan perhitungan ANOVA, perbandingan daun kelor dan daun sirsak, suhu pengeringan serta interaksi keduanya berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan teh herbal. Hal ini disebabkan antioksidan yang terdapat di daun kelor yang lebih banyak dari daun sirsak dan suhu pengeringan yang tinggi dapat menguraikan senyawa antioksidan dari bahan lebih banyak, sehingga pada perlakuan suhu pengeringan yang tinggi dan perbandingan daun kelor yang sedikit hasil aktivitas antioksidannya akan lebih rendah (Jun, dkk, 2003). Aktivitas antioksidan terkuat terdapat pada sampel kode p3s3 dengan perbandingan daun kelor dan daun

sirsak 1 : 2 dan suhu pengeringan 60 0C dengan nilai 284.66 ppm.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengamatan, produk yang terpilih yaitu produk kode p3s3 dengan perbandingan daun kelor dan daun sirsak 1:2 dengan suhu pengeringan 60°C dimana nilai kadar air 13.46% dan antioksidan 284.66 ppm

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada Universitas Nusa Nipa Indonesia yang telah mendanai penelitian ini.

Daftar Pustaka

AOAC. (1995). Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist 16th Edition Vol. II. AOAC International. USA.

(7)

Aminah S, Tezar R, & Mufihani Y. (2015). Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional Tanaman Kelor. Buletin Pertanian Perkotaan. Balai Pengkaji Teknologi Pertanian, Jakarta.

Fardiaz D.N., Andarwulan C.H., Wijaya N.L., & Puspitasari. (1992). Teknis Analisis Sifat Kimia dan Fungsional Komponen Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Haryadi, N. K. (2011). Kelor herbal Multikhasiat Ampuh Melawan diabetes Mellitus, Kolesterol Tinggi dan Penyakit Lainnya. Delta Media, Surakarta.

Kurniawan, K., W. (2017). Aktivitas Antioksidan dan Organoleptik Teh Daun Kelor Kombinasi Daun Jambu Biji dengan Variasi Suhu Pengeringan Serta Penambahan Jahe. Skripsi

Mardiana. (2013). Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Molyneux, P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal Science Technoogy. 26(2), 211-219.

Sayaketi, E. D. (2016). Aktivitas Antioksidan Teh Kombinasi Daun Katuk dan Daun Kelor Dengan Variasi Suhu Pengeringan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan malaikat lebih utama daripada lainnya dalam hal ini, baik karena mereka itu mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang tiada Tuhan selain Dia, dan

(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak mengambil keputusan bersama dengan Bupati terhadap rancangan peraturan daerah

Jika dibandingkan dengan hasil regresi yang menyatakan bahwa UMR memiliki hubungan signifikan positif, hal ini dapat disebabkan karena Indonesia merupakan negara

Hasil dari penelitian ini yaitu membangun suatu sistem aplikasi Shipbroker berbasis web pada PT Samudera Perdana Transpotama, dengan adanya sistem ini user

a. Memahami dan mentaati peraturan Universitas, Sekolah Pascasarjana atau Fakultas, dan Program Studi serta berbagai persyaratan selama masa studi. Mahasiswa memiliki

Penelitian, pengembangan dan perakitan inovasi teknologi dan model usahatani lahan rawa pada tahun 2015 hingga 2019 terdiri atas 7 sub program prioritas, yaitu:

Hal ini dapat dilihat apakah dalam pelaksanaannya sistem dan fasilitas parkir yang sudah tersedia dapat memenuhi kebutuhan atau menampung jumlah kendaraan yang akan menggunakan

Asesmen skema sertifikasi jabatan Desainer Grafis Muda (Junior Graphic Designer) direncanakan dan disusun untuk menjamin bahwa verifikasi persyaratan skema sertifikasi