• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN PENERBITAN KARTU KREDIT. D. Pengaturan Mengenai Pembatasan Kartu Kredit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGATURAN PENERBITAN KARTU KREDIT. D. Pengaturan Mengenai Pembatasan Kartu Kredit"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN PENERBITAN KARTU KREDIT D. Pengaturan Mengenai Pembatasan Kartu Kredit

Kemudahan dalam kegiatan jual beli sangat diperlukan oleh masyarakat. Kartu kredit merupakan salah satu metode pembayaran yang diminati masyarakat karena memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli baik barang maupun jasa secara praktis, antara lain dalam melakukan transaksi online, pemesanan kamar hotel, pembayaran biaya rumah sakit, pemesanan tiket pesawat dan lain sebagainya. Kartu kredit adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek.18

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Nasional. Penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit didasarkan pada ketentuan Pasal 6 huruf 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Pasal 6 huruf 1 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa usaha kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh bank. Dengan demikian, Undnag-Undang Perbankan dapat dijadikan dasar penyelenggaraan usaha kartu kredit sebagai alat pembayaran oleh bank. Namun, Undang-Undang Perbankan tidak

Kegiatan penerbitan dan penggunaan kartu kredit di Indonesia didasarkan pada beberapa ketentuan berikut :

18

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2011), hlm. 90.

(2)

mengatur secara lebih rinci mengenai penerbitan dan penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran.

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK. 013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan (KMK Lembaga Pembiayaan) mulai berlaku pada tanggal 20 Desember 1988. KMK Lembaga Pembiayaan ini merupakan peraturan pelaksana dari Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan. Di dalam KMK Lembaga Pembiayaan ini dinyatakan bahwa usaha kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilaksanakan oleh Lembaga Pembiayaan. 3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 Tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Tanggal 28 Desember 2005 yang diperbaharui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/8/PBI/2008.

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Tanggal 28 Desember 2005 (PBI APMK) merupakan peraturan dari Bank Indonesia yang mengatur secara khusus mengenai penyelenggaraan kegiatan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit. Di dalam PBI APMK ini diatur mengenai proses pengajuan ijin oleh Bank dan Lembaga selain bank untuk menjadi prinsipal, penerbit, maupun sebagai acquirer. Selain itu PBI APMK ini juga mengatur mengenai penyelenggaraan dan penghentian kegiatan alat

(3)

pembayaran dengan menggunakan kartu dan pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan tersebut.

5. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.

6. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/Pbi/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (selanjutnya disebut dengan Peraturan BI tentang Penyelenggaraan Kegiatan APMK) dengan salah satu ketentuan yang diubah adalah pembatasan kepemilikan terhadap kartu kredit. Peraturan tersebut dibentuk untuk mengurangi terjadinya penyalahgunaan kartu kredit yang semakin marak terjadi di masyarakat. Penyalahgunaan kartu kredit tersebut dapat dilakukan oleh pemegang kartu kredit maupun oleh pihak ketiga. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dan pemberian plafon kredit merupakan langkah manajemen risiko kredit baik di sisi penerbit kartu kredit maupun pengguna kartu kredit.

Bank Indonesia pertama kali mengeluarkan peraturan mengenai kartu kredit sebagai alat pembayaran dengan menggunakan kartu pada tahun 2004 yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (selanjutnya disebut dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004).

(4)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004 tersebut memberikan kepastian hukum bagi penyelenggaraan alat pembayaran dengan menggunakan kartu di Indonesia.

Berdasarkan pendapat dari Harjono, perlindungan hukum merupakan perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum untuk melindungi kepentingan-kepentingan tertentu dengan cara menjadikan kepentingan tersebut sebagai sebuah hak hukum.19 Peraturan BI tentang Penyelenggaraan Kegiatan APMK yang mengatur ketentuan pembatasan kepemilikan kartu kredit sebagai langkah manajemen risiko kredit merupakan bentuk perlindungan berupa aturan hukum baik bagi penerbit kartu kredit dan pemegang kartu kredit untuk mencegah timbulnya kerugian bagi kedua belah pihak. Sedangkan, dalam pemberian jumlah plafon kredit kepada pemegang kartu kredit dengan penghasilan diatas Rp. 10.000.000,00 digunakan asas-asas perbankan yaitu terutama prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian harus dijalankan oleh bank bukan hanya karena dihubungkan dengan kewajiban agar tidak merugikan kepentingan nasabah, tetapi juga bank sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah dari bank itu saja.20

Berkaitan dengan ketentuan pembatasan kepemilikan kartu kredit, Ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/27/DASP Perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit mengatur bahwa terhadap

19

Harjono, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 85.

20

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 19

(5)

kartu kredit yang telah ditutup dan/atau diakhiri penggunaannya, pemegang kartu kredit tetap berkewajiban menyelesaikan tagihan kartu kredit berdasarkan tata cara dan mekanisme penyelesaian tagihan kartu kredit yang ditetapkan penerbit kartu kredit. Ketentuan tersebut memberikan perlindungan dalam bentuk hak hukum tehadap penerbit kartu kredit untuk tetap mendapatkan pembayaran dari pemegang kartu kredit.

Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/2/DASP mengeluarkan aturan untuk memperjelas aspek-aspek yang selama ini seolah-olah berada dalam zona abu-abu bagi pemegang kartu kredit di Indonesia, yaitu pembatasan kepemilikan kartu kredit. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan penerapan aspek kehati-hatian dan aspek manajemen risiko pemberian kartu kredit.21

Beberapa hal penting yang ditegaskan ulang dan diatur oleh BI dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu antara lain:

Penawaran kartu kredit saat ini marak ditemui dan setiap penerbit kartu berlomba untuk memberikan limit kartu kredit yang paling tinggi tanpa melihat kemampuan bayar dari calon pemegang kartu kredit. Persyaratan pembukaan kartu sangat mudah, hanya dengan fotokopi KTP dan kartu kredit bank lain. Jelas kan, yang diliat disini bukan lagi kemampuan masyarakat dalam membayar tagihan namun berapa limit kartu kredit di bank lain.

22

21

Ibid., hlm. 22 22

https://www.cermati.com/artikel/pembatasan kartu kredit apa itu dan bagaimana ketentuannya, diakses tanggal 20 Juni 2017 Pukul 10.00 wib.

(6)

1. Pemegang kartu kredit utama harus sudah berumur 21 tahun atau telah menikah. Pemegang kartu kredit tambahan berumur minimal 17 tahun. 2. Penghasilan per bulan minimum dari pemegang kartu kredit adalah Rp 3 juta. 3. Pengaturan jumlah kartu kredit dan plafon kredit bagi pemegang kartu dengan

penghasilan antara Rp 3 juta – Rp 10 juta antara lain:

a. Jumlah maksimal penerbit kartu kartu kredit yang boleh memberikan fasilitas kartu kredit kepada 1 pemegang kartu adalah 2 (dua) penerbit kartu.

b. Jumlah total plafon kredit yang diberikan oleh semua penerbit kartu kredit kepada 1 pemegang kartu kredit adalah 3 (tiga) kali penghasilan bulanan (dibuktikan dengan slip gaji, faktur pajak, dan pembuktian lainnya).

c. Tidak ada pengaturan khusus untuk pemegang kartu dengan penghasilan diatas Rp 10 juta per bulan. Pengaturan tersebut dikembalikan kepada penerbit kartu untuk disesuaikan dengan risk appetite masing-masing. Adanya aturan baru ini, maka penerbit kartu diharapkan untuk bekerja sama dengan Asosiasi Kartu Kredit Indonesia untuk mengumpulkan semua data yang terkait dengan ketentuan BI tersebut, meliputi jumlah kartu kredit, jumlah plafon, pendapatan dan juga kualitas kredit dari masing-masing pemegang kartu kredit. Data ini nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam implementasi aturan baru BI, khususnya mengenai jumlah dan limit plafon kartu kredit bagi pemegang kartu kredit dengan penghasilan antara Rp 3 juta – Rp 10 juta.23

23

(7)

Menurut Pasal 16A Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 menyebutkan :24

1. Penerbit Kartu Kredit wajib menyampaikan lembar tagihan kepada Pemegang Kartu secara benar, akurat, dan tepat waktu.

2. Penerbit wajib memberitahukan kelonggaran waktu pembayaran apabila tanggal jatuh tempo pembayaran bertepatan dengan hari libur.

3. Penerbit dilarang mengenakan denda kepada Pemegang Kartu yang melakukan pembayaran tagihan utang Kartu Kredit pada kelonggaran waktu pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai jangka waktu penyampaian lembar tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan kelonggaran waktu pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 16B Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 menyebutkan:25

1. Penerbit wajib mencantumkan informasi dalam lembar tagihan yang disampaikan kepada Pemegang Kartu, paling kurang mencakup:

a. Besarnya tagihan;

b. Besarnya batas minimum pembayaran oleh Pemegang Kartu; c. Penjelasan informasi rincian bunga dan denda, jika ada; d. Plafon kredit dan sisa plafon kredit;

e. Tanggal transaksi;

24

Pasal 16A Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 25

(8)

f. Tanggal pembukuan (posting);

g. Besarnya nilai transaksi dalam valuta asing dan lawan rupiahnya, serta informasi nilai tukar, untuk transaksi yang dilakukan di luar negeri;

h. Tanggal cetak tagihan;

i. Tanggal jatuh tempo pembayaran;

j. Kelonggaran waktu pembayaran apabila tanggal jatuh tempo pembayaran bertepatan dengan hari libur;

k. Besarnya persentase bunga per bulan dan persentase efektif bunga per tahun (annualized percentage rate) atas transaksi pembelian barang atau jasa, dan penarikan tunai;

l. Nominal bunga yang dikenakan; m. Besarnya biaya-biaya; dan

n. Besarnya denda atas keterlambatan pembayaran oleh Pemegang Kartu, jika ada.

2. Dalam hal terjadi perubahan atas informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penerbit Kartu Kredit wajib menyampaikan perubahan informasi tersebut secara tertulis kepada Pemegang Kartu.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian informasi tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 17 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 menyebutkan:26 1. Dalam memberikan kredit yang merupakan fasilitas Kartu Kredit, Penerbit

Kartu Kredit yang berupa Bank wajib menyusun dan melaksanakan

26

(9)

kebijaksanaan perkreditan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan bank bagi Bank umum.

2. Penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan dalam pemberian kredit yang merupakan fasilitas Kartu Kredit oleh Penerbit Kartu Kredit yang berupa Lembaga Selain Bank, wajib dilakukan dengan mengacu pada ketentuan penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan Lembaga Selain Bank.

3. Dalam hal belum terdapat ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan bagi Lembaga Selain Bank, maka pemberian kredit atas fasilitas Kartu Kredit oleh Lembaga Selain Bank mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur kewajiban penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan.

4. Penilaian kualitas kredit Kartu Kredit oleh Penerbit Kartu Kredit yang berupa Bank wajib dilakukan dengan mengikuti ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kualitas kredit Bank umum.

5. Penilaian kualitas kredit Kartu Kredit oleh Penerbit Kartu Kredit yang berupa Lembaga Selain Bank wajib dilakukan dengan mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas kredit Lembaga Selain Bank.

6. Dalam hal belum terdapat ketentuan yang mengatur mengenai penilaian kualitas kredit Kartu Kredit bagi Lembaga Selain Bank, maka penilaian kualitas kredit Kartu Kredit bagi Lembaga Selain Bank mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Penilaian kualitas kredit Kartu Kredit.

(10)

7. Penghitungan bunga yang timbul atas transaksi Kartu Kredit wajib dilakukan oleh Penerbit Kartu Kredit dengan memperhatikan paling kurang hal-hal sebagai berikut:

a. Untuk transaksi pembelanjaan, bunga dibebankan apabila Pemegang Kartu tidak melakukan pembayaran, melakukan pembayaran tidak penuh, atau melakukan pembayaran penuh setelah tanggal jatuh tempo pembayaran; b. Untuk transaksi tarik tunai, bunga dibebankan apabila Pemegang Kartu

tidak melakukan pembayaran, melakukan pembayaran tidak penuh, atau melakukan pembayaran penuh baik sebelum atau setelah tanggal jatuh tempo;

c. Penghitungan hari bunga atas utang Kartu Kredit didasarkan dan dimulai dari tanggal pembukuan (posting) Penerbit;

d. Biaya dan denda, serta bunga terutang dilarang digunakan sebagai komponen penghitungan bunga;

e. Penetapan bunga harian didasarkan pada perhitungan jumlah hari kalender dalam setahun dan ditetapkan selama 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari.

Pasal 17A Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 menyebutkan:27

1. Bank Indonesia menetapkan batas maksimum suku bunga Kartu Kredit dan wajib dipatuhi oleh Penerbit Kartu Kredit.

2. Bank Indonesia mengumumkan batas maksimum suku bunga Kartu Kredit paling kurang 20 (dua puluh) hari kerja sebelum diberlakukan secara efektif.

27

(11)

3. Penetapan batas maksimum suku bunga Kartu Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk transaksi pembelanjaan dan transaksi tarik tunai menggunakan Kartu Kredit.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan batas maksimum suku bunga Kartu Kredit diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 17B Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 menyebutkan:28

1. Dalam melakukan penagihan Kartu Kredit, Penerbit wajib mematuhi pokok-pokok etika penagihan utang Kartu Kredit.

2. Penerbit Kartu Kredit wajib menjamin bahwa penagihan utang Kartu Kredit, baik yang dilakukan oleh Penerbit Kartu Kredit sendiri atau menggunakan penyedia jasa penagihan, dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Dalam hal penagihan utang Kartu Kredit menggunakan jasa pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penerbit wajib menjamin bahwa:

a. Kualitas pelaksanaan penagihannya sama dengan jika dilakukan sendiri oleh Penerbit;

b. Pelaksanaan penagihan utang Kartu Kredit hanya untuk utang Kartu Kredit dengan kualitas tertentu.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pokok-pokok etika penagihan utang Kartu Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan kualitas utang Kartu Kredit yang penagihannya dapat dialihkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

28

(12)

E. Para Pihak yang Terlibat Kartu Kredit

Perjanjian-perjanjian yang terjadi antara para pihak dalam perjanjian penerbitan dan perjanjian penggunaan kartu kredit yang mengakibatkan adanya hubungan hukum berupa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. Hubungan hukum antara para pihak dalam kartu kredit dapat digambarkan sebagai berikut : Perjanjian Perjanjian Transaksi Barang/Jasa

Bank penerbit dengan calon pemegang kartu kredit membuat perjanjian penerbitan kartu kredit. Setelah itu penerbit (issuer)dari kartu ini memberikan sejumlah pinjaman kepada pemegang kartu kredit (cardholder/user). Sehingga dapat “meminjam” uang untukmelakukan pembayaran ke merchant. Kartu Kredit

Bank Penerbit (Issuer) Tagihan Pemegang Kartu (Card holder/user) Penjual barang/jasa (Merchant) Pembayaran tagihan, bunga, denda

(13)

memungkinkan pelanggan untuk “menunda” tagihan mereka, namun akan menambah denda yang harus mereka bayar.

Pemegang kartu akan melakukan transaksi dengan merchant, kemudian penandatanganan nota transaksi/sales slip, yang diikuti dengan penyerahan barang/jasa. Setelah itu pedagang/merchant akan mengajukan klaim uang sesuai nota transaksi/sales slip. Penerbit/bank penerima tagihan kartu kredit akan mentransfer uang kepada merchant dengan potongan komisi untuk bank penerima, misal 3%. Setelah itu bank penerbit akan melakukan penagihan kartu kredit kepada pemegang kartu kredit sesuai dengan nota transaksi/sales slip. Pemegang kartu yang menerima tagihan tersebut akan melakukan pembayaran sesuai dengan nota transaksi/sales slip. Penerbit akan mengeluarkan tagihan kartu kredit pada hari yang telah ditentukan dalam satu bulan. Pemegang kartu kredit harus membayar sebelum masa tenggang berakhir, selebihnya, denda keterlambatan harus dibayar

Proses penerbitan dan penggunaan kartu kredit terdapat beberapa pihak yang terlibat, adapun pihak-pihak tersebut adalah : 29

1. Pihak Penerbit (issuer)

Pihak penerbit adalah bank atau lembaga keuangan lain selain bank yang membuat rekening dan mengeluarkan kartu pembayaran bagi card holder. Pihak penerbit menjamin pembayaran untuk transaksi yang terotorisasi menggunakan kartu pembayaran yang dikeluarkannya, sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan oleh pemegang merek kartu dan pemerintah setempat.

29

Abdul Kadir Barkatullah dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 16.

(14)

2. Pihak Pengelola (acquirer)

Acquirer adalah bank atau lembaga keuangan selain bank yang melakukan

kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat berupa:30 a. Financial acquirer, yaitu acquirer yang melakukan pembayaran terlebih

dahulu atas transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit.31

b. Technical acquirer, yaitu acquirer yang menyediakan saran yang diperlukan dalam pemrosesan alat pembayaran dengan menggunakan kartu;

3. Pihak Pemegang Kartu Kredit (cardholder)

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar seseorang dapat menjadi pemegang kartu kredit, yaitu :32

a. Penghasilan yang jumlahnya cukup dan disesuaikan dengan fasilitas melalui kartu kredit yang diberikan. Pemenuhan syarat ini dapat dilihat melalui slip gaji, laporan keuangan usaha, mutasi rekening bank, dan lain-lain.

b. Kontinuitas penghasilan. Penghasilan yang tinggi tidak menjamin keberlanjutan dari pemenuhan kewajiban pemegang kartu kredit untuk memenuhi kewajibannya kepada perusahaan kartu kredit. Kontinuitas dari penghasilan yang cukup lebih dapat memberikan keyakinan atas kemampuan calon pemegang kartu kredit untuk melunasi kewajibannya. c. Niat baik dari calon pemegang kartu kredit untuk selalu memenuhi

kewajibannya. Salah satu cara untuk melihat niat baik dari calon

30

UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 ayat 14 31

UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 1 ayat 16 32

(15)

pemegang kartu kredit adalah dengan melihat apakah calon pemegang kartu kredit yang bersangkutan termasuk ke dalam daftar hitam milik bank, bank sentral, atau lembaga keuangan lain. Seseorang yang namanya tercantum di dalam daftar hitam biasanya dianggap kurang dapat dipercaya dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

d. Pihak Pemegang barang dan/ atau jasa (merchant)

Merchant adalah pedagang barang dan/ atau jasa yang telah bekerja sama

dengan issuer dan acquirer untuk menerima alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit.

Proses permohonan dan penerbitan kartu kredit ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu :33

1. Dari segi pemegang kartu kredit

Dalam proses pengajuan permohonan penerbitan kartu kredit, nasabah wajib memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum di dalam formulir aplikasi. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Data pribadi

Dicantumkan nama pribadi secara lengkap sesuai dengan identitas pemohon (KTP, Paspor), nomor identitas, kewarganegaraan, tanggal lahir, alamat lengkap pemohon dan status kepemilikannya, serta pendidikan terakhir pemohon;

b. Data pekerjaan

Data pekerjaan yang dimaksud dengan pekerjaan dapat berwiraswasta atau pegawai swasta atau kalangan profesional tertentu. Disebutkan nama

33

Ibrahim,Johannes, Kartu Kredit : Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, (Bandung : PT Refika Aditama,2004), hlm. 20-21

(16)

perusahaannya, bidang usaha, lamanya berusaha, jabatan dan departemen, lamanya bekerja, alamat kantor, kota, dan jumlah karyawan. Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi bagi wiraswasta adalah seluruh data perusahaan yang mendukung beserta perijinannya, sedangkan bagi pegawai swasta atau kalangan profesi lain dapat berupa surat keterangan penghasilan dari lembaga dimana yang bersangkutan bertugas;

c. Data penghasilan dan referensi Bank

Penghasilan pemohon dihitung besarnya per tahun dari penghasilan pokok dan penghasilan tambahan. Aktivitas pemohon dalam menatabukukan penghasilan yang diperolehnya pada lembaga keuangan bank dan bukan bank disertai dokumen-dokumen rekening koran, tabungan, deposito, atau pendukung lainnya;

d. Data lainnya

Merupakan data pendukung sesuai dengan masing-masing pemohon. Misalnya pemohon telah berkeluarga, akan dimintakan keterangan tentang suami/isteri, perusahaan atau pekerjaannya, dilengkapi dengan domisili lembaga yang dimaksud. Selain itu data lainnya berupa rekening untuk pendebetan transaksi.

e. Data kartu tambahan

Diisi bagi pemohon yang melengkapi dengan kartu tambahan. Untuk kartu tambahan dimintakan dokumen-dokumen pribadi yang dipersyaratkan; f. Persyaratan pemohon

Umumnya dalam setiap aplikasi, terdapat pernyataan dari pemohon tentang kebenaran dari informasi yang diberikan kepada bank penerbit,

(17)

dokumen yang diserahkan, menerima alasan-alasan terhadap penolakan aplikasi penerbitan kartu kredit dan kesediaan untuk terikat dalam persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam perjanjian kartu kredit.

2. Dari segi penerbit.

Permohonan kartu kredit yang diajukan oleh nasabah kemudian akan diproses dengan memperhatikan segi keamanan, antara lain :

a. Memeriksa keaslian KTP/Paspor;

b. Melakukan cross checking (rating) kepada penerbit lain apabila pemohon mempunyai kartu kredit lain;

c. Melakukan penelitian dalam daftar hitam Bank Indonesia atau Asosiasi Kartu Kredit Indonesia;

d. Bila diperlukan penerbit akan melakukan penyelidikan lapangan;

e. Meneliti data rekening atau tabungan dan keterangan gaji yang ada untuk menetapkan apakah pemohon layak diberikan kartu kredit.

Setelah pemeriksaan tersebut di atas selesai dilaksanakan, selanjutnya penerbit akan menentukan apakah permohonan pemohon untuk mendapatkan kartu kredit disetujui atau tidak disetujui. Apabila disetujui, maka langkah selanjutnya adalah :34

a. Bagian analisa kartu kredit akan mengirimkan data calon pemegang kartu kredit ke bagian data entry untuk dilakukan pemasukan data ke dalam

database bank;

34

(18)

b. Dilakukan pengecekan silang terhadap data yang dimasukkan dengan formulir permohonan calon pemegang kartu kredit;

c. Selanjutnya bagian pencetakan kartu mencetak kartu kredit sesuai dengan daftar permintaan pencetakan (bila terjadi kesalahan cetak, kartu tersebut akan dimusnahkan dengan suatu berita acara pemusnahan);

d. Kartu yang sudah dicetak disimpan pada tempat penyimpanan khusus dan tercatat yang selanjutnya dikirimkan ke bagian pengiriman kartu;

e. Bagian pengiriman akan mengirimkan kartu kepada pemegang kartu kredit melalui kurir yang ditunjuk dengan suatu perjanjian khusus, pihak kurir akan memberikan bukti penerimaan kartu kepada bagian pengiriman (bank) setelah kartu diterima oleh pemegang kartu kredit. Apabila dalam jangka waktu tertentu kartu tidak disampaikan kepada pemegang kartu kredit, kartu tersebut akan dikembalikan ke bank untuk disimpan dan selanjutnya pihak bank akan mengirimkan pemberitahuan kepada pemegang kartu kredit untuk mengambil kertu tersebut di kantor penerbit.

F. Tanggung Jawab Penerbit dan Pemegang Kartu Kredit

Hubungan hukum yang berupa perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu merupakan perjanjian bilateral, bukan perjanjian segitiga karena belum mengikutsertakan pihak ketiga yaitu pedagang (merchant). Perjanjian antar pemegang dan penerbit bisa juga tidak melibatkan pihak ketiga, misalnya jika pemegang kartu hanya menggunakan kartu tersebut guna mendapatkan uang tunai (cash) baik melalui penarikan langsung di bank maupun melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

(19)

Perjanjian penerbitan kartu kredit didahului dengan proses dimana calon pemegang kartu mempelajari terlebih dahulu syarat-syarat kartu kredit dan berbagai ketentuan yang terkait. Selanjutnya apabila calon pemegang kartu telah setuju dengan syarat dan kondisi yang diajukan oleh pihak penerbit, maka ia akan mengajukan permohonan untuk dipertimbangkan menjadi pemegang kartu kredit.

Perjanjian ini dibuat dibuat dalam bentuk tertulis yang telah dibuat oleh pihak bank selaku pihak penerbit yang memuat beberapa dokumen seperti: informasi permohonan, syarat dan ketentuan, informasi tentang prosedur dan tata cara penggunaan kartu kredit, yang kesemuanya merupakan bagian tidak terpisahkan dari satu kesatuan dalam bentuk tertulis. Dengan demikian pemegang kartu hanya tinggal memilih menyetujui atau menolak perjanjian tersebut. Pemegang kartu tidak mempunyai hak untuk mengajukan syarat-syarat yangdiinginkannya. Perjanjian ini disebut perjanjian standart atau perjanjian baku yang sifatnya “take it or leave it”.35

35

Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 53.

Perjanjian baku yang dibuat oleh pihak penerbit, jika dikaitkan dengan KUHPerdata maka akan bertentangan dengan ketentuan Pasal 1320 Ayat (1) KUHPerdata yaitu perjanjian harus dibuat berdasarkan konsensus/kesepakatan. Sedangkan perjanjian kartu kredit klausula-klausula dalam perjanjian sudah ditentukan secara sepihak oleh Spenerbit tanpa adanya kewenagan dari pemegang kartu kredit untuk menentukan isi perjanjian. Oleh karena itu perjanjian kartu kredit tidak sah karena tidak memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata.

(20)

Perjanjian kartu kredit yang dibuat dalam bentuk baku sudah menjadi kebutuhan dalam hal kepraktisan. Pihak penerbit tidak mungkin akan membuat, serta mencetak satu persatu perjanjian kartu kredit setiap ada calon pemegang kartu kredit yang mengajukan permohonan penerbitan kartu kredit. Oleh karena itu sebagai upaya untuk menghindari perjanjian yang memuat klausula-klausula yang berat sebelah, maka pihak penerbit harus mencantumkan hak dan kewajiban masing-masing pihak secara jelas dan terperinci.

Adanya perjanjian penerbitan kartu kredit, maka dengan demikian timbul hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang terlibat di dalam proses penerbitan dan penggunaan kartu kredit tersebut. Adapun hak dan kewajiban tersebut adalah sebagai berikut :36

1. Pemegang kartu kredit akan memperoleh barang/jasa tanpa harus membayar tunai kepada pedagang (merchant);

2. Penerbit/pihak yang mengelola kartu kredit, membayar barang/jasa yang telah diterima oleh pemegang kartu kepada pedagang;

3. Pemegang kartu akan membayar harga barang/jasa tersebut kepada penerbit/pengelola kartu kredit sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan

Berdasarkan hubungan hukum antara penerbit dan pemegang kartu kredit, maka akan menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban bagi para pihak.

36

(21)

1. Hak dan kewajiban antara penerbit dan pemegang kartu kredit.

Hak dan kewajiban antara penerbit dan pemegang kartu kredit tercantum di dalam perjanjian antara keduanya yang telah ditetapkan oleh penerbit.

a. Bank penerbit/lembaga pembiayaan mempunyai hak-hak sebagai berikut :37 1) Menerima iuran tahunan (annual fee) dan menagih serta memperoleh

pembayaran dari pemegang kartu termasuk bunga, biaya administrasi, denda, dan sebagainya;

2) Membatalkan/memperpanjang keanggotaan pemegang kartu secara sepihak, serta menarik kembali kartu kredit baik yang masih berlaku maupun yang sudah tidak berlaku lagi;

3) Menerima uang komisi dari penjual atas tagihan yang dibayarkan secara langsung oleh penerbit;

4) Menolak transaksi kartu kredit jika pemegang kartu belum memenuhi kewajibannya kepada penerbit, dan atau penerbit meragukan transaksi yang dilakukan oleh pemegang kartu.

b. Kewajiban bank penerbit/perusahaan pembiayaan sebagai berikut :38 1) Memberikan kartu kredit kepada pemegang kartu;

2) Memberikan informasi yang jelas serta transparan kepada pemegang kartu; 3) Memberitahukan kepada pemegang kartu setiap tagihan dalam periode

tertentu biasanya setiap satu bulan;

4) Memberitahukan kepada pemegang kartu berita mengenai hak, kewajiban, dan kemudahan baginya.

37

Ibid, hlm.33 38

(22)

2. Hak dan kewajiban pemegang kartu kredit. a. Hak pemegang kartu kredit adalah :39

1) Hak untuk membeli barang/jasa dengan memakai kartu kredit pada tempat-tempat yang menerima pembayaran dengan menggunakan kartu kredit; Hak untuk mengambil uang tunai (cash). Kebanyakan kartu kredit juga memberi hak kepada pemegangnya untuk mengambil uang tunai baik pada mesin uang tertentu dengan memakai kode tertentu ataupun via bank-bank lain atau bank penerbit;

2) Hak untuk mendapatkan informasi dari penerbit tentang perkembangan kreditnya dan tentang kemudahan yang disediakan baginya;

3) Memperoleh kartu pengganti, baik karena hilang ataupun karena kadaluwarsa;

4) Hak untuk menolak memperpanjang keanggotaan, dengan memberitahukan secara tertulis kepada bank penerbit.

Berdasarkan hak-hak tersebut, pemegang kartu kredit mempunyai hak untuk menggunakan kartu kredit sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank penerbit, selain itu pemegang kartu juga mendapatkan penjelasan mengenai perkembangan yang terjadi tentang perkembangan kreditnya, serta advokasi dan perlindungan bagi mereka jika terjadi pelanggaran terhadap hak-hak konsumen.

b. Kewajiban pemegang kartu kredit :40

1) Membayar uang pangkal, uang tahunan, biaya-biaya lainnya yang ditetapkan oleh penerbit;

39

Ibid, hlm.37 40

(23)

2) Mematuhi batas maksimum jumlah yang boleh dibayar dengan menggunakan kartu kredit, sehingga tidak melakukan pembelian yang melebihi batas maksimum penggunaan kartu;

3) Menandatangani surat tanda pembelian barang/jasa yang menggunakan kartu kredit, dan tanda pembayaran tunai untuk setiap pengambilan uang tunai;

4) Membayar kembali harga pembelian sesuai dengan tagihan penerbit; 5) Memberitahukan kepada penerbit bila ada perubahan alamat penagihan; 6) Mengembalikan kartu kredit kepada penerbit bila terjadi pembatalan atau

pengakhiran perjanjian.

Berdasarkan pemaparan mengenai kewajiban pemegang kartu kredit, wajib untuk memenuhi semua kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka sebagai konsekuensi atas hak-hak mereka terhadap kartu kredit. Sampai saat ini kebiasaan yang terjadi adalah mereka hanya memperhatikan apa yang menjadi hak tetapi kurang memperhatikan apa yang menjadi kewajibannya. Misalnya pemegang kartu hanya mengetahui berapa bunga yang harus mereka bayar tanpa memperhatikan adanya biaya-biaya lain yang harus mereka keluarkan setiap bulannya.

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 33 Quantitative Trait Loci (QTL) untuk karakter toleransi cekaman Al telah teridentifikasi pada ke-12 kromosom tanaman padi (Wu at. , 2000) dan QTL pada

Data Pengukuran Imago Jantan E... Data Pengukuran Imago Betina

Dari hasil kegiatan pemberdayaan dapat disimpulkan bahwa masyarakat berdaya mengelola waktu untuk usaha produktif menjadi terampil menggunakan alat-alat rumah tangga untuk

Sehubungan dengan sedang dilakukannya Evaluasi Dokumen Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi dan akan dilaksanakannya pembuktian klarifikasi, maka dengan ini kami

Jum1ah spesies ikan yang ditemukan selama penelitian berturut-turut ialah 56 jenis ikan di Danau Sababilah (Gambar 2), 27 jenis di Danau Raya (Gam bar 3), dan 51 jenis ikan di

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai bobot keefektifan sebesar 10,24% dan selisih peningkatan sebesar 8,23, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan APE

[r]

[r]