• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

“PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT”

KEMENTERIAN/LEMBAGA:

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Peneliti :

1. Ir. Arie Sudaryanto MP 2. Dra. Carolina M.Sc 3. Fithria Novianti S.Pi

4. Mirwan Ardiansyah Karim S.T 5. Wawan Agustina S.Si

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

2012

(2)

1

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Penerapan Teknologi Tepat Guna Olahan Hasil Laut Di Kab. Kupang NTT

2. Kode : I.227

3. Koridor : 5 (NTT)

4. Fokus : Perikanan

5. Lokus : Kupang NTT

6. Biaya Penelitian : Rp 250.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah) 7. Peneliti Pengusul : Ir. Arie Sudaryanto MP

8. Peneliti Anggota : 1. Dra. Carolina M.Sc 2. Fithria Novianti S.Pi

3. Mirwan Ardiansyah Karim S.T 4. Wawan Agustina S.Si

Subang, 31 Agustus 2012

Kepala Balai Besar Pengembangan

Teknologi Tepat Guna - LIPI Peneliti Kepala

Ir. Adil Jamali, M.Sc. NIP 19550504 198103 1 004

Ir. Arie Sudaryanto MP. NIP. 19590208 1985031 002

(3)

2 DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pokok Permasalahan

C. Maksud dan Tujuan Kegiatan D. Metodologi Pelaksanaan

1. Lokus Kegiatan 2. Fokus Kegiatan 3. Ruang Lingkup 4. Bentuk Kegiatan BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 1. Perkembangan Kegiatan

2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan B. Pengelolaan Administrasi Manajerial

1. Perencanaan Anggaran

2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran

3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA

A. Metode Pencapaian Target Kinerja

1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian

3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian B. Potensi Pengembangan Ke Depan

1. Kerangka Pengembangan Ke Depan 2. Strategi Pengembangan Ke Depan

(4)

3 BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 1. Kerangka Sinergi Koordinasi

2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi 3. Perkembangan Sinergi Koordinasi

B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan 2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan 3. Perkembangan Pemanfaatan

BAB V . PENUTUP A. Kesimpulan

1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran 2. Metode Pencapaian Target Kinerja

3. Potensi Pengembangan Ke Depan

4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa B. Saran

1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan 2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

(5)

4

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Luas laut Indonesia adalah 5,8 juta kilometer persegi, atau 3 x lebih luas dari daratan yang „hanya‟ mencakup 1,9 juta kilometer persegi. Sumberdaya kelautan ternyata masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan, hanya 48% hasil laut di Indonesia dapat dimanfaatkan, dari potensi sebesar 6,7 juta ton. Dengan kata lain, kekayaan laut yang luar biasa ini masih berpeluang untuk didaya-gunakan.

Salah satu wilayah potensial penghasil produk laut di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan kajian “Percepatan Pembangunan dan Peningkatan Investasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur” yang dilakukan oleh Tim Deputi IV Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2012), perikanan ditengarai merupakan komoditas unggulan potensial ke-2 sesudah rumput laut. Hal ini selaras pula dengan fokus strategis pemerintah daerah provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadikan perikanan sebagai salah satu sektor penting untuk menjadi penopang pembangunan wilayah. Potensi bahari-nya pula yang menjadikan Nusa Tenggara secara umum – bersama dengan Bali - diapresisiasi sebagai gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional.

Tantangannya adalah bagaimana agar supaya potensi ini dapat menjadi sumber kekuatan ekonomi masyarakat lokal. Meskipun semangat otonomi daerah yang diamanatkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, secara jelas menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan di wilayah laut berupa eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut, dukungan terhadap implementasi kebijakan ini diperlukan agar supaya mengena pada sasaran.

Salah satu wilayah potensial di Pulau Timor, adalah Kupang. Secara lebih spesifik, pemerintah daerah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kupang mengarahkan perhatian, khususnya kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan menempatkan perekonomian rakyat sebagai salah satu komponen utama. Sasaran strategis pembangunan sektor kelautan dan perikanan dirancang baik melalui peningkatan penguasaan teknologi yang terkait

(6)

5

dengan produktivitas hasil tangkapan, maupun pendaya-gunaan potensi pesisir melalui introduksi teknologi budidaya berbagai komoditas, termasuk rumput laut.

Ikan hasil tangkapan yang merupakan sumber pendapatan penting bagi keluarga nelayan, pada umumnya dijual dalam bentuk ikan segar. Hanya sedikit yang memanfaatkan ikan tersebut sebagai bahan baku olahan. Kalaupun ada, kegiatan proses pengolahan ikan masih dilakukan secara tradisional. Dari gambaran kegiatan ekonomi berbasis ikan laut di Kupang, terbuka peluang pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG), baik untuk meningkatkan mutu produk, maupun penganekanaragaman jenis produk. Diharapkan, melalui penerapan TTG, peluang untuk pengembangan usaha berbasis olahan hasil laut – khususnya ikan – akan semakin terbuka. Hal ini berarti, terbuka pula peluang bagi masyarakat lokal untuk ikut serta dalam denyut kegiatan ekonomi yang berbasis pada kekuatan sumberdaya lokal.

B. Pokok Permasalahan

Kawasan (Kota dan Kabupaten) Kupang merupakan penghasil ikan yang penting baik bagi Nusa Tenggara Timur maupun Indonesia.. Sebagian besar ikan hasil tangkapan dijual bentuk segar langsung kepada konsumen, atau pun pedagang pengumpul yang kemudian memasarkannya ke wilayah lain dalam bentuk segar untuk diproses lanjut oleh pengolah ikan menjadi ikan asin.

Daya simpan merupakan permasalahan yang dialami, baik oleh penjual ikan segar, maupun produsen ikan asin. Persoalan ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat lokal untuk mampu mengambil manfaat optimal dari ketersediaan ikan hasil tangkapan. Salah satu solusi dari masalah pendeknya daya simpan adalah pengolahan ikan. Saat ini, pengolahan ikan yang dikenal masyarakat hanya terbatas pada bentuk ikan kering yang diasinkan. Kalaupun ada proses pengolahan, jumlahnya terbatas dan usaha yang dilakukan oleh para pengrajin ini masih menggunakan cara sederhana karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

Tingginya tingkat ketersediaan ikan segar sebetulnya merupakan peluang bagi masyarakat lokal untuk membangun kegiatan ekonomi yang berbasis pada teknologi pengolahan ikan. Karena selain memberikan nilai tambah signifikan, beragam teknologi pengolahan ikan membuka peluang usaha bagi lebih banyak lagi masyarakat lokal.

(7)

6 C. Maksud dan Tujuan Kegiatan

a) Untuk mengkaji potensi usaha pengolahan hasil perikanan laut secara tradisional (penanganan ikan segar, ikan asin, ikan pindang) yang ada di Oesapa Kupang

b) Untuk melakukan pemetaan potensi sumberdaya lokal hasil laut dan pengkajian pemanfaatan teknologi tepat guna serta posisi produk di pasar dari usaha tersebut

c) Untuk meningkatkan nilai tambah produk pengrajin dan perekonomian pengrajin pengolahan perikanan laut tradisional dengan penerapan teknologi tepat guna yang lebih baik dan effisien .

d) Untuk mengkaji hasil evaluasi dan merumuskan strategi yang lebih tepat bagi pengrajin dalam penanganan dan pengolahan ikan laut secara tradisional sehingga dapat membantu pengrajin dalam menghadapi persaingan pasar bebas.

e) Untuk membuat strategi percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir berbasis teknologi tepat guna sebagai masukan saran kebijakan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota Kupang

D. Metodologi Pelaksanaan

Sasaran dan tujuan kegiatan riset terapan ini ditetapkan untuk dapat dicapai sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia tanpa harus mereduksi target akhir yakni penguatan 5 (lima) UMKM pengolah hasil laut. Oleh karena karakter utama dari kegiatan ini adalah ‟penerapan teknologi‟ terhadap usaha mikro kecil menengah (UMKM), yang ditentukan berdasarkan pertimbangan sustainability, maka kegiatan ini dikelola dengan pola kaji-tindak. Alih teknologi tepat guna yang dilakukan melalui pelatihan terhadap kelompok usaha mikro pengguna teknologi sekaligus menjadi jembatan untuk memperoleh berbagai informasi relevan terkait dengan teknik produksi mereka. Selain observasi langsung, digunakan pula instrumen kajian berupa kuesioner untuk memperoleh data kuantitatif yang dapat menjadi alat ukur perubahan kinerja usaha.

Teknik pengumpulan data dan informasi yang dijadikan pegangan adalah wawancara mendalam (in-depth interview), sedangkan analisa SWOT

(8)

7

digunakan sebagai alat untuk mengarahkan pada diperolehnya simpulan yang mendukung tujuan kegiatan. Selanjutnya, pengumpulan data terkait dengan penanganan masalah pengembangan usaha yang bertumpu pada penguasaan teknologi tepat guna, akan dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD).

Metode FGD dipilih sebagai strategi yang tepat untuk mendiskusikan suatu masalah yang terfokus karena FGD adalah cara untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan melalui penggalian pendapat dan pandangan peserta. Hasil FGD akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesepakatan penerapan teknologi tepat guna bagi usaha mikro kecil menengah yang akan dituliskan dalam sebuah dokumen strategis.

D.1. Lokus Kegiatan

Nusa Tenggara Timur dipilih sebagai lokus kegiatan, bukan hanya karena merupakan salah satu wilayah spesifik yang menjadi gerbang Ketahanan Pangan Nasional, akan tetapi juga karena merupakan wilayah yang – berdasarkan angka Indeks Pembangunan Manusia - berada di posisi ke 32 dari 33 propinsi di Indonesia. Maka kegiatan ini dilaksanakan dengan dasar strategis guna memicu terwujudnya penguatan ekonomi masyarakat melalui induksi teknologi tepat guna pada kelompok usaha mikro pengolah ikan di wilayah Kota Kupang. Harapannya, mereka akan mampu memberikan trickle down effect kepada komunitas di lingkungannya kelak. Kelompok usaha terpilih berada di Oesapa, Oebobo, Penfui dan Kupang Kota.

(9)

8

Peta Kab. Kupang Peta Kota Kupang Gambar 1. Peta lokasi kegiatan di Kupang

D.2. Fokus Kegiatan

Masalah pokok yang menjadi fokus untuk dipecahkan melalui kegiatan implementasi teknologi tepat guna ini adalah rendahnya penguasaan teknologi pengolahan ikan di kalangan masyarakat Kupang, sementara bahan baku tersedia di hampir sepanjang tahun. Berdasarkan hal itu, maka Bidang Fokus Kegiatan diarahkan pada Ketahanan Pangan; dan produk target yang dijadikan sasaran adalah industri pangan skala mikro – kecil dengan harapan teknologi tepat guna ini bisa diadopsi oleh masyarakat yang lebih luas.

Kegiatan ini dirancang untuk membantu masyarakat dalam menangani produk yang bersifat mudah rusak (perishable), dengan asumsi bahwa penerapan teknologi tepat guna akan dapat membuka peluang untuk meningkatkan nilai tambah produk. Dan bagi pengusaha mikro-kecil, akan membantu meningkatkan produktivitas usahanya. Peningkatan produktivitas dapat diperoleh melalui peningkatan keanekaan produk olahan, atau pun perbaikan teknologi proses.

D.3. Ruang Lingkup

Kegiatan ini merupakan sebuah upaya penerapan teknologi tepat guna kepada kelompok usaha mikro khususnya yang memanfaatkan teknologi pengolahan ikan sebagai fokus utama. Aplikasi kegiatan ini melingkupi kegiatan kajian meja (=desk study), laboratorium dan lapangan. Desk study dilakukan

(10)

9

untuk mendapatkan data dan informasi sekunder serta menganalisis data primer: a) dokumen kebijakan b) data produksi kelompok usaha c) data laboratorium.

Kegiatan laboratorium dilakukan untuk ujicoba pembuatan produk yang akan dijadikan sebagai teknologi yang dilatihkan kepada kelompok usaha. Dan kegiatan lapangan secara khusus adalah alih teknologi melalui pelatihan terhadap kelompok usaha yang didampingi. Seraya melakukan pelatihan, pendampingan terhadap kelompok usaha pun dilakukan untuk mengenali permasalahan dan mengidentifikasi peluang pengembangan usaha mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut dlakukan di 2 lokasi sebagai berikut :

a) Kegiatan Internal di Subang/Jakarta, yang dilakukan dalam bentuk koordinasi perencanaan kegiatan, pembuatan instrumen pemetaan dan pengkajian kebutuhan teknologi tepat guna olahan laut di Kupang, analisa data hasil peta kaji, ujicoba pembuatan produk sampai pada pembuatan modul paket-paket teknologi olahan hasil laut,

b) Kegiatan Eksternal di Kupang, koordinasi perencanaan kegiatan utama, survei peta kaji kebutuhan TTG, kegiatan aksi penerapan TTG langsung kepada mitra kerja/UMKM, bantuan pendampingan perolehan legal produk BPOM/Dinkes, bantuan desain/pembuatan label kemasan produk, Focus Group Discussion dengan mitra kerja dan stake holder lokal.

D.4. Bentuk Kegiatan

Untuk mencapai tujuan/pencapaian target output yang telah ditentukan, kegiatan diselenggarakan dalam lima bentuk yakni :

a) Menyelenggarakan kegiatan pengkajian potensi usaha pengolahan hasil laut secara tradisional (penanganan ikan segar, ikan asin, ikan pindang) yang ada di Kupang

b) Melakukan pemetaan potensi sumberdaya lokal hasil laut dan pengkajian pemanfaatan teknologi tepat guna serta posisi produk di pasar dari usaha tersebut

c) Mengkaji hasil evaluasi dan merumuskan strategi yang lebih tepat bagi pengrajin dalam penanganan dan pengolahan ikan laut secara tradisional

(11)

10

sehingga dapat membantu pengrajin dalam menghadapi persaingan pasar bebas.

d) Melakukan kegiatan aksi dengan penerapan teknologi tepat guan yang lebih baik dan effisien guna meningkatkan nilai tambah produk pengrajin dan perekonomian pengrajin pengolahan perikanan laut tradisional.

e) Menyusun strategi percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir berbasis teknologi tepat guna sebagai masukan saran kebijakan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota Kupang

Kelima bentuk kegiatan tersebut merupakan sebuah proses yang terkait satu dengan lainnya, dan dilakukan tidak harus di waktu yang bersamaan atau pun berurutan, kecuali bahwa pemetaan potensi dan identifikasi UMKM untuk kepentingan kinerja penerapan teknologi, dilakukan pada awal kegiatan. Di awal kegiatan pula dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat menjadi mitra yang mengadopsi ide dan menindak-lanjuti kegiatan agar berkelanjutan. Intensitas koordinasi dengan para Mitra Kerja semakin ditingkatkan pada saat kegiatan persiapan penerapan TTG dan sesudahnya dengan harapan keberlanjutan kegiatan pada saat program dihentikan.

(12)

11

BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN

a) Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan penerapan teknologi tepat guna olahan hasil laut di Kupang dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

a) Kajian potensi lokal SDA dan SDM.melalui Quick Appraisal terhadap UMKM penerap TTG Olahan Hasil Laut.

b) Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan metode SWOT yang mengutamakan parameter TTG yakni : kelayakan lingkungan, ekonomi dan sosial

c) Uji kelayakan teknis terhadap teknologi yang akan diterapkan

d) Penetapan TTG yang akan diimplementasikan dan uji kelayakan teknis dari teknologi yang akan diterapkan

e) Introduksi dan pembekalan Teknologi Tepat Guna (kepada kelompok kerja) melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan teknis, meliputi: teknologi proses, peralatan, manajemen produksi dan pemasaran.

f) Penyusunan bahan-bahan konsep draft saran kebijakan penerapan TTG g) Kajian nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan penerapan TTG.

h) Kajian pola penerapan TTG kepada para mitra kerja UMKM

i) Diskusi terfokus untuk mendapatkan informasi dan kebijakan pmberdayaan ekonomi dengan para stake holders maupun mitra kerja j) Penulisan Saran kebijakan strategi penerapan teknologi tepat guna olahan

hasil laut di Kupang

k) Penyampaian Saran kebijakan penerapan TTG kepada Pemda setempat Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan selain dapat menarik partisipasi masyarakat sebesar-besarnya, juga terbangun jejaring yang memberikan dukungan bagi pengembangan usaha pengolahan ikan. Disamping akan memudahkan evaluasi dan monitoring, juga akan memberikan tanggung jawab kepada masyarakat terhadap kesinambungan kegiatan ini.

Secara umum, program penerapan teknologi tepat guna yang pada intinya adalah sebuah upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat diselenggarakan selaras dengan kebijakan daerah khususnya dengan BP4D (Badan Diklat dan Litbang Daerah), Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kesehatan, Dinas Koperasi dan UMKM dan melibatkan unsur masyarakat, lembaga swadaya

(13)

12

masyarakat maupun perguruan tinggi. Kerjasama dan kerja bersama tersebut diperlukan sebagai upaya strategis yang niscaya, untuk menjamin keberlanjutan adopsi TTG.

. Kerjasama dan kerja bersama tersebut diperlukan sebagai upaya strategis yang niscaya, untuk menjamin keberlanjutan adopsi TTG. Secara garis besar tahapan pelaksanaan kegiatan terbagi menjadi 4 kegiatan utama, mulai dari persiapan di Subang, pelaksanaan kegiatan aksi penerapan TTG di Kupang, Monev dan Pelaporan, seperti dalam Tabel dibawah ini :

Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan PKPP Kupang, tahun 2012

No TAHAPAN KEGIATAN

DESKRIPSI SINGKAT TAHAPAN KEGIATAN ALOKASI WAKTU 1. Persiapan di Subang dan Koordinasi Awal kegiatan Eskternal di Kupang

 Koordinasi Internal, Eskternal (Pemda, LSM, Univ dll), pembuatan instrumen survey pemetaan dan pengkajian pemanfaatan TTG

 Konsultasi dengan para pakar/nara sumber konsep saran kebijakan publik

 Koordinasi Awal dengan Pemda Prov NTT dan Kab/Kota Kupang

 Penyusunan Laporan Form A, B1-2

Feb-Mar (2 bln) 2 Pelaksananaan kegiatan di Subang dan Kupang

 Kegiatan Pemetaan dan Pengkajian TTG di Kupang

 FGD Peta Kaji dengan Stakeholder di Kupang

 Analisis Data dan Rekomendasi Kegiatan  Uji kelayakan teknis terhadap teknologi yang

akan diterapkan

 Kegiatan Aksi Penerapan TTG Olahan Hasil Laut (Pengenalan Tek. Proses dan

Peralatan TTG)

 Penyusunan Laporan Form B2-4, B3-6

Apr-Agst (5 bln)

3 Monitoring Evaluasi di Kupang

 Monitoring dan Evaluasi kegiatan aksi penerapan TTG Olahan Hasil Laut  Penyusunan Draft Rekomendasi Saran

Kebijakan P.E.M Pesisir

 FGD Saran Kebijakan dengan Stakeholder dan Mitra Kerja di Kupang

 Penyusunan Saran Kebijakan u Pemda  Penyusunan Laporan Form B3-6, Form C,

Form D, Form E, Form Asset

Sept-Okt (2bln)

(14)

13 a) Perkembangan Kegiatan

Telah dilakukan kegiatan aksi penerapan TTG Aneka Olahan hasil laut (abon, dendeng, ikan asap, kerupuk) kepada 5 usaha kelompok skala rumah tangga mitra kerja binaan bersama dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Tim Regional Fisheries Livelihoods Programme dariFood & Agriculture Organization (RFLP-FAO) Nusa Tenggara Timur.

Semula direncanakan 5 Mitra kerja, namun pada saat kegiatan berkembang menjadi 7 kelompok usaha karena ada tambahan 2 (dua) kelompok usaha potensial yang diusulkan oleh Tim RFLP - FAO dan permintaan dari kelompok yang bersangkutan. Ketua dari ke-7 kelompok tersebut adalah :

1) Wilhelmina M. Manafe di Lasiana 2) Maria Selviana Paa di Oesapa 3) Dortia M. Mbura di Pasir Panjang 4) Dedi Bunyamin Ndun di Penfui 5) Epa Lomiga di Oebobo

6) Solagratia Ratu Edo di Tode Kisar 7) Fenti Sabaat di Penfui

Teknologi, hanyalah satu bagian dari unsur penting di sebuah usaha. Oleh karena itu, selain memperhatikan teknologi proses, dilakukan pula pengenalan terhadap kemasan dan pengemasan, serta sertifikasi produk. Kemasan yang dikenalkan berupa kemasan plastik dan composite can yang diharapkan mampu melindungi produk dari faktor-faktor eksternal seperti debu, udara, kelembaban dan lain sebagainya.

Kemasan produk diberi label stiker yang didesain menarik sebagai media promosi, dan memenuhi standar sebagai media informasi dengan memuat beberapa hal penting terkait produk seperti: nama produk; merek dagang; komposisi produk; keterangan sertifikasi (seperti: P-IRT, logo halal, kandungan nutrisi/gizi); kode produksi; tanggal kadaluarsa; dan pihak produsen atau distributor. Hal ini sejalan dengan program Pemda setempat untuk mengembangkan standarproduksi usaha kecil sebagai upaya menjaga kualitas hasil produksi agar bisa terus menembus pasaran nasional maupun international.

(15)

14

Sejumlah produk usaha kecil masyarakat yang sudah memiliki standarr mutu baik yang telah menembus pasar luar adalah dendeng dan abon sapi.

Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing produk, disamping pembekalan teknologi proses kepada para mitra kerja binaan juga telah dibantu dan didampingi dalam proses perolehan sertifikasi terhadap produk-produk baru mereka. Jenis sertifikasi produk yang diupayakan adalah sertifikasi jaminan keamanan dan kesehatan pangan dari BPOM dan Dinas Kesehatan setempat. Sertifikasi untuk produk usaha kelompok skala rumah tangga ini sebagai salah satu syarat untuk pemasaran dan penjualan diseluruh wilayah di Indonesia.

Jumlah sertifikat yang diajukan sebanyak 9 jenis sesuai dengan jenis produk baru unggulan dari para mitra, yakni abon ikan, dendeng ikan, ikan asap, kerupuk cumi. Proses awal sertifikasi adalah pengujian kelayakan keamanan dan kesehatan terhadap produk oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kupang. Hasil dari uji sertifikasi kelayakan keamanan dan kesehatan produk para mitra kerja disajikan dalam Tabel dibawah

Tabel 2. Mitra Kerja Binaan PKPP Ristek dan Perolehan Sertifikat Produk Industri Rumah Tangga (SP-IRT) Tahun 2012

No Nama Usaha Nama Ketua

Kelompok/ Pemilik Jenis Sertifikat Produk Keterangan 1. Kelompok Perempuan Usaha Kecil (KPUK) Setia Kawan

Dortia M. Mbura 1. Dendeng Ikan

202 537 103 217 2. Kerupuk Ikan 202 537 102 217 Produk yang diperbaiki teknologi proses 2. Kelompok Perempuan Mawar Sejati Wilhelmina N. Manafe

1. Ikan Perisa Asap 202 537 106 218 2. Kerupuk Ikan 202 537 102 218 Produk yang diperbaiki teknologi proses dan produk baru

3. Kelompok Perempuan Usaha Kecil (KPUK) Mandiri

Maria Selviana Paa 1. Dendeng Ikan 202 537 102 242 2. Kerupuk Ikan

202 537 101 242 3. Ikan Perisa Asap 202 537 103 242

Produk yang diperbaiki teknologi proses dan produk baru

4. H & L Dedi Bunyamin Dun 1. Ikan Perisa Asap

202 537 102 216 2. Kerupuk Cumi

202 537 306 216

Produk baru yang dikenalkan

(16)

15

No Nama Usaha Nama Ketua

Kelompok/ Pemilik

Jenis Sertifikat

Produk Keterangan

202 537 101 241 dikenalkan

6 Sisuka Epa Lomiga Ikan Perisa Asap Belum siap

diusulkan

7. KSM PNPM Rindu Sejahtera

FenySabaat Ikan Perisa Asap Belum siap

diusulkan

C. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan

Satu jenis produk yaitu abon ikan yang dihasilkan oleh salah satu mitra binaan ternyata tidak lolos uji formalin, sehingga produk abon gagal mendapatkan sertifikat kelayakan dari BPOM.. Diduga formalin didapat dari bahan baku ikan yang dibeli dipasar dan kapal nelayan, karena uji sudah dilakukan 2x masih gagal. Agak menghawatirkan untuk kesehatan konsumen bilamana kondisi ini tidak segera dicarikan solusinya. Perlu ada penanganan tindak lanjut dari instansi berwenang perihal penyalahgunaan formalin sebagai bahan pengawet ikan laut sebelum kondisi ini semakin berlarut-larut, karena sesungguhnya NTT masih dikenal sebagai wilayah yang bebas formalin untuk ikan laut.

Perlu ditambahkan bahwa telah terjadi perubahan sasaran mitra kerja, semula direncanakan kegiatan akan dilaksanakan bersama dengan beberapa mitra yakni Fakultas Perikanan Universitas Nusa Cendana, Universitas Kristen Artha Wacana dan BSM Pelangi Kasih Oesapa, namun tampaknya tidak mudah menyelaraskan misi sehingga komunikasi tidak dapat berlangsung.Justru komunikasi dan kerja bersama baik dapat dilakukan dengan Tim RFLP – FAO yang berkegiatan di beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur yang menfokuskan diri pada upaya peningkatan kehidupan keluarga nelayan.

(17)

16 B. Pengelolaan Administrasi Manajerial B.1 Perencanaan Anggaran

Realisasi Penggunaan Dana Tahap I dan Tahap II : 73,68%

Dana diterima Tahap I dan II = Rp.200.000.000,- Penggunaan/Pembayaran (termasuk pembayaran Pajak PPn+Pph) :

 Uang Honor Tidak Tetap = Rp. 44.140.000,  Belanja Bahan = Rp. 26.039.500,-  Perjalanan Kupang dan Jkt, Bdg = Rp. 46.658.200,-  Belanja Lain-lain = Rp. 6.466.150,-  Pengelolaan dan Pajak = Rp.23.951.038,-  Jumlah Total Penggunaan Tahap I dan II = Rp.147.354.888,-  Sisa Dana s.d.01 September 2012 = Rp.52.645.112,- RENCANA Penggunaan Anggaran Sisa Tahap II dan Tahap III = Rp. 102.645.112,- Sisa Dana Tahap II : Rp. 52.645.112,-

Penerimaan Tahap III : Rp. 50.000.000,-

 Uang Honor Tidak Tetap = Rp. 45.160.000,-  Belanja Bahan = Rp. 15.19.591,-  Perjalanan Kupang dan kt, Bdg = Rp. 30.341.800,-  Belanja Lain-lain = Rp. .5.033.850,-  Pengelolaan dan Pajak = Rp. 6.389.871,-

 Jumlah Total Rencana Penggunaan = Rp.102.645.112,- (100,0%)  Sisa Dana s.d.31 Oktober 2012 = Rp. 0.0,-

B.2 Mekanisme Pengelolaan Anggaran

Mekanisme pengelolaan anggaran PKPP pada Satker Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna- LIPI dilakukan secara terpusat melalui 2 Bendahara Penerimaan dan Pengeluaran. Para Peneliti Kepala mengajukan usulan kegiatan berikut kebutuhan dana kepada PK Satker untuk disetujui oleh Kepala Satker. Pengadaan bahan akan dilakukan oleh bagian pengadaan setelah mendapatkan jumlah items berikut dengan spesifikasi barang dari peneliti Kepala. Sedangkan pengajuan dana perjalanan dinas diajukan oleh Peneliti Kepala kepada PK Satker dan Kepala Satker untuk mendapatkan persetujuan.

(18)

17

Penggunaan anggaran yang akan diperoleh pada Tahap III berikut sisa dana Tahap II dirancang untuk digunakan dalam penyelesaikan kegiatan yang h belum terlaksana pada tahap II. Rancangan pengeluaran anggaran diantaranya Pembayaran Gaji Upah kepda anggota tim selama 4 bulan terakhir (Rp.45,16 juta), Pembelian bahan ATK, pembuatan kemasan dan label produk (Rp.15,7 juta), Perjalanan dinas ke Kupang perlu dilakukan dalam rangka Monev dan FGD (3 OK) serta ke Jakarta dan Bandung dalam rangka koordinasi dan konsultasi program senilai Rp.30,34 juta. Pengeluaran berikut yang direncanakan adalah untuk belanja lain-lain guna penyelenggaraan FGD, Pencetakan dan pertemuan teknis senilai Rp.5,03 juta. Terakhir adalah pengeluaran untuk biaya untuk pengelolaan dan pembayaran pajak-pajak senilai Rp.6,389 juta.

B.3 Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

Tujuh (7) paket teknologi tepat guna olahan hasil laut telah dialihkan semuanya kepada kelompok usaha pengolah ikan di Kupang, diantaranya adalah paket olahan abon ikan, dendeng ikan, kerupuk ikan, kerupuk cumi dan ikan dengan perisa asap cair. Alih teknologi dilakukan melalui kegiatan aksi dalam bentuk pelatihan teori dan praktek langsung yang diselenggarakan di tempat usaha mitra kerja binaan yakni 7 kelompok usaha mikro. Dua teknologi lainnya yang bersifat pendukung proses pengolahan ikan diuji-cobakan di laboratorium teknologi tepat guna, masih dalam taraf kajian kelayakan untuk diterapkan.

Tujuh (7) jenis teknologi tepat guna tersebut dirangkum dalam bentuk modul ringkas berisi informasi yang dapat dijadikan acuan kerja bagi mereka yang membutuhkan; tidak terbatas pada kelompok kerja binaan di Kupang, akan tetapi pihak manapun yang membutuhkan terutama UMKM.

Draft saran kebijakan yang masih akan dirancang melalui proses diskusi terfokus dengan lembaga pendukung inovasi yakni pemerintah daerah, lembaga litbang, dan UMKM kelak akan disampaikan kepada para pemangku kepentingan di Pemda NTT. Dokumen strategis tersebut berisi saran kebijakan penerapan teknologi tepat guna bagi UMKM pengolah hasil laut – khususnya ikan. Dengan adanya dokumen strategis ini, diharapkan pemerintah daerah dan pihak yang berkepentingan memiliki referensi dalam mendukung penguatan sistem inovasi daerah (SIDa).

(19)

18

B.4 Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial

Tidak ada masalah berarti yang terkait dengan pengelolaan anggaran. Namun demikian menurut pendapat kami, ada hal yang mungkin dapat diperbaiki di kemudian hari adalah dalam hal sistem pajak. Pembayaran Pajak ppn pph langsung ditarik oleh manajemen pusat, sebesar 11,5%. Sementara dalam realisasi penggunaan anggaran gaji upah, pengadaan bahan, dan lain2 kami masih harus membayar pajak lagi sehingga terjadi pembayaran pajak berganda.

(20)

19

BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA

A. Metode Proses Pencapaian Target Kinerja A.1 Kerangka Metode – Proses

Fokus kegiatan adalah pada penerapan teknologi tepat guna olahan ikan hasil laut terhadap usaha mikro kecil menengah di Kupang – Nusa Tenggara Timur. Kerangka pikir yang mendasari perancangan kegiatan implementasi TTG ini adalah seperti tertera di gambar 3. berikut.

Gambar 3. Kerangka Alur Pikir Strategi Penerapan TTG di Kupang

Selaras dengan komoditi yang menjadi prioritas pengembangan wilayah NTT, maka „ikan‟ adalah hasil laut terpilih yang ditangani. Dalam upaya untuk mencapai target kinerja, maka akan dilakukan „quick appraisal‟ untuk mendapatkan peta pemanfaatan teknologi tepat guna oleh UMKM pengolah ikan di Kupang. Teknik yang digunakan adalah wawancara dengan memanfaatkan kuesioner. Berdasarkan data lapangan tersebut, dilakukan kajian terhadap potensi keberlanjutan dari penerapan teknologi dengan menggunakan kriteria „teknologi tepat guna‟.

(21)

20

Dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk UMKM perikanan maka teknologi menjadi faktor penting yang dapat berperan di berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai instrumen yang memberikan peluang :

 Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pengusaha  Meningkatkan kapasitas usaha dan mutu produk yang dihasilkan  Meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk

 Meningkatkan daya saing produk

Di semua tahapan kegiatan, koordinasi dan komunikasi dilakukan dengan lembaga terkait baik pemerintah daerah maupun lembaga swadaya masyarakat yang memiliki keberpihakan terhadap pengembangan UMKM pengolah ikan.

A.2 Indikator Keberhasilan

Pada tahapan ini, indikator keberhasilan pencapaian target kinerja adalah : a) Dihasilkannya kuesioner yang layak digunakan sebagai pedoman

monitoring kinerja kelompok usaha binaan

b) Dilaksanakannya penerapan 5 paket TTG ke kelompok usaha terpilih berdasarkan berbagai kriteria TTG

c) Diterapkannya 5 paket TTG yang dialihkan terhadap kelompok usaha terpilih

d) Meningkatnya frekuensi dan atau jumlah produk yang dihasilkan oleh kelompok usaha penerap TTG

e) Diterbitkannya 10 PIRT sebagai pertanda produk layak dipasarkan Peranan dari lembaga dan dinas terkait sangat penting dalam membantu bekerja bersama-sama dalam pelaksanaan kegiatan ini. Variabel-variabel keberlanjutan yang sangat penting untuk dijadikan landasan dalam kegiatan ini ada 8 aspek yaitu pengguna teknologi, kelompok, jenis teknologi produksi, pasar, lokasi/lingkungan, ketersediaan bahan baku dan lembaga pendamping. Modul-modul pelatihan TTG Olahan Hasil Laut akan dibuat sebagai kelengkapan dari kegiatan ini, agar para pelaku TTG dapat menggunakannya secara benar.

Pada tataran pelaksanaan kerja di lapangan tersebut akan dievaluasi dan dianalisis untuk mendapatkan cara-cara penerapan TTG Olahan Hasil Laut pada UMKM pengolah ikan agar dapat berkesinambungan. Hasil tesebut akan

(22)

21

dikemas dalam sebuah konsep saran kebijakan yang akan disampaikan kepada pemerintah daerah setempat.

A.3 Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Litbangyasa

Persiapan – berupa desk study dengan mempelajari dan menganalisis data sekunder dan wawancara lewat telepon dengan personal/dinas lembaga terkaitdilakukan oleh tim Sosial dan tim Teknis. Koordinasi eksternal dengan Pemda NTT pada tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota Kupang dilakukan lewat komunikasi telpon. Informasi-informasi yang diperoleh sangat berguna dalam menentukan rencana dan pelaksanaan kegiatan nantinya.

Penguatan Teknologi terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah Pengolah Ikan Langkah penguatan teknologi terhadap 7 UMKM diawali dengan identifikasi UMKM yang potensial untuk menerima beragam teknologi tepat guna pengolahan ikan. Didampingi oleh petugas lapangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan, diperoleh 12 UMKM yang berkegiatan di wilayah Kupang dan memanfaatkan ikan sebagai komoditas utama untuk diolah menjadi aneka produk.

Menggunakan kriteria “teknologi-tepat-guna” dan pola pikir “keberlanjutan” maka dari 12 UMKM tersebut terpilihlah 5 unit usaha yang dijadikan sasaran. Tabel berikut adalah identitas pelaku usaha, keunggulan dan tindak serta teknologi yang diterapkan terhadap mereka.:

Tabel 3. Pelaku Usaha Mitra Kerja UKM dan Jenis Penguatan TTG Diterapkan

No Nama Ketua/ Alamat Merek Produk Keunggulan dalam peluang TTG Tindak Teknologi Diterapkan 1 Dortia Sonya Mbora, Perumnas Pasir Panjang Jl. Lontong 37 RT 17/6

Manisee UKM sudah ini berproduksi secara kontinyu namun dalam jumlah yang terbatas. Hal ini disebabkan tidak semua anggota kelompok bekerja. Dengan adanya pendampingan, diharapkan kelompok Perbaikan teknologi pembuatan dendeng ikan Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk ikan dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik

pengemasan produk Pengurusan PIRT 2

(23)

22 No Nama Ketua/ Alamat Merek Produk Keunggulan dalam peluang TTG Tindak Teknologi Diterapkan UKM ini semakin solid

dan UKM dapat membantu keuangan keluarga.

produk baru : kerupuk ikan & ikan asap

2 Wilhelmina Mbulu Manafe, Lasiana RT008/ RW03 Mawar Sejati

UKM ini berlokasi di daerah strategis dimana disekitarnya juga terdapat UKM sejenis, dengan adanya pengenalan TTG dan pembinaan UKM ini, diharapkan dapat menjadi contoh bagi UKM-UKM lain di komunitas tersebut.

Perbaikan pembuatan dendeng ikan & pembuatan dendeng rol (atas permintaan mereka sendiri) Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk ikan dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik

pengemasan produk Pengurusan PIRT 2 produk baru : kerupuk ikan & ikan asap 3 Maria Selviana

Paa Oesapa Barat RT007/ RW 03

Mandiri UMKM ini juga memiliki posisi strategis sebagai percontohan bagi komunitas. Apalagi pemilik merupakan orang yang sudah pernah mengikuti pelatihan olahan pangan di berbagai instansi. Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk ikan dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik

pengemasan produk Pengurusan PIRT 4 produk baru : kerupuk ikan, ikan asap; dan 2 produk lama yg diperbaiki teknik pembuatannya : abon ikan & dendeng ikan 4 Dedi Benjamin

Ndun, Penfui

H & L UKM ini memiliki kemampuan teknologi yang kuat dan memiliki fasilitas produksi yang cukup handal,namun ternyata fasilitas produksi yg dimiliki ada yg tidak sesuai dg peruntukan & ada g belum dimanfaatkan. Pengenalan TTG pembuatan ikan asap telah mampu Perbaikan teknologi pembuatan kerupuk ikan Pengenalan teknologi pembuatan kerupuk cumi dan ikan asap. Pengenalan kemasan dan teknik

pengemasan produk Pengurusan PIRT 1 produk baru : ikan asap Motivasi penguatan kelompok

(24)

23 No Nama Ketua/ Alamat Merek Produk Keunggulan dalam peluang TTG Tindak Teknologi Diterapkan memotivasi UMKM ini

untuk melakukan diversifikasi produk. 5 Epa Lomiga,

Oebobo

Sisuka UKM ini memproduksi ikan asap secara tradisional. Teknologi asap cair yang

diperkanalkan oleh tim diharapkan dapat dipergunakan sebagai teknologi produksi ikan asap cair. Motivasi penguatan usaha Perbaikan kemasan produk 6 Solagratia Ratu Edo

Pembudidaya lele dan mendistribusikan nya ke seluruh wilayah di Kupang. Tinggi minatnya untuk memproduksi lele olahan. Dikenalkan pembuatan lele berperisa asap. Keteranpilan yang diperolehnya dari pelatihan,

dikembangkan terus.

Produk ikan asap, kerupuk ikan, abon ikan dan dendeng ikan dari beberapa UMKM, sempat dijadikan produk pameran pembangunan dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur. Produk olahan mitra binaan yang dipamerkan banyak menarik minat pengunjung bahkan membuka peluang pasar yang lebih luas dengan terjadinya transaksi kerjasama yang terwujud karena ketertarikan pihak pemasar. Jenis produk baru, yakni ikan asap yang diproduksi justru oleh sebuah kelompok usaha yang didampingi oleh PNPM, yakni Rindu Sejahtera dari Penfui Kupang menjadi produk populer yang tinggi peminat.

Secara khusus pengenalan teknologi pengolahan ikan dengan menggunakan asap cair, dilakukan terhadap 3 kelompok usaha. Dan dari tindak pengenalan itu, ke-3 nya kini sudah mulai melakukan produksi ikan berperisa asap yang ternyata diterima baik oleh pasar. Kelompok tersebut adalah Tode, Fajar Menanti dan Rindu Sejahtera.

Kelompok Tode, ketua Sola Gratia Ratu Edo (Adi) di Kampung Tode Kisar Kupang. Pada dasarnya Adi adalah pembudidaya dan pemasok lele segar di Kupang, akan tetapi teknologi penggunaan asap cair untuk membuat lele asap

(25)

24

diminati dan serta merta diadopsi oleh mereka. Bahkan produk lele asap – dengan kemasan baru - sudah diikut-sertakan sebagai produk yang dipamerkan di Pameran Pangan Lokal. Sebelumnya kelompok ini yang merupakan binaan FAO sudah banyak menerima pelatihan olahan ikan lele, namun setelah tahu teknologi asap cair mereka lebih tertarik untuk menerapkannya.

Kelompok Kerja Fajar Menanti pimpinan Ibu Yos Lalumali di Oebobo Kupang. Kepada mereka, selain dikenalkan cara penggunaan asap cair untuk membuat ikan asap, juga dilatihkan cara pembuatan kerupuk daging rasa asap.

Kelompok kerja PNPM Mandiri Rindu Sejahtera pimpinan Ibu Fenti Sabaat di Penfui Timur–Kupang. Kelompok ini beranggotakan 16 orang, dan sejak awal menunjukkan minat untuk memanfaatkan asap cair untuk perisa ikan dan sangat membuka diri untuk penggunaannya sebagai perisa komoditas lainnya. Mereka bahkan sudah mulai melayani pesanan ikan rasa asap dan se‟i daging sapi asap.

B. Potensi Pengembangan Ke Depan

B.1 Kerangka Pengembangan Ke Depan

Rencana Pengembangan ke depan setelah Paket kegiatan PKPP Ristek selesai dilaksanakan:

a) Meningkatkan daya saing produk industri mikro berbasis olahan ikan melalui penerapan teknologi tepat guna yang difasilitasi oleh tindak sinergis pemerintah daerah, lembaga intermediasi lokal dan B2P Teknologi Tepat Guna sebagai lembaga sumber teknologi

b) Membangun kemitraan dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan dukungan kebijakan;

c) Mendorong terwujudnya kemitraan dengan pihak swasta untuk mendukung pengembangan usaha, terutama pasar;

d) Membangun kemitraan dengan lembaga penelitian untuk mendukung pengembangan produk.

e) Membangun kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung partisipasi dan pendampingan kegiatan pada kelompok masyarakat

(26)

25 B.2 Strategi Pengembangan Ke Depan

a) Meningkatkan nilai tambah aneka produk olahan ikan melalui Kegiatan Aksi Penerapan TTG Olahan Hasil Laut (Pengenalan Teknologi Proses dan Bimbingan Teknis TTG).

b) Meningkatkan penguasaan teknologi proses produksi asap cair dengan melanjutkan proses uji kelayakan teknis pembuatan dan pemanfaatan asap cair secara ekonomis dan efisien.

c) Mengoptimalkan pemanfaatan data kinerja usaha 5-UMKM sasaran sehingga diperoleh strategi percepatan pemberdayaan ekonomi industri mikro kecil menengah (IMKM) berbasis inovasi teknologi olahan ikan yang terukur.

d) Meningkatkan akselerasi penyerapan inovasi ke masyarakat khususnya IMKM dengan mengoptimalkan dan mengomunikasikan proses dan hasil kegiatan kepada pihak terkait.

(27)

26

BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

A.1 Kerangka Sinergi Koordinasi

Kegiatan PKPP Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang – Nusa Tenggara Timur sejak awal dirancang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kebijakan pemerintah daerah. Fokus dan lokus kegiatan diselaraskan dengan arah kebijakan daerah dengan harapan dapat diperoleh suatu hasil kerja sinergistik yang saling menguatkan. Dengan harapan terwujudnya keberlanjutan penerapan teknologi tepat guna yang memberikan nilai tambah signifikan pada masyarakat lokal, koordinasi, sinkronisasi serta komunikasi dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di ranah yang sama juga dilakukan. Berikut adalah tabel lembaga pemerintah daerah dan apresiasi peran strategis mereka sebagai penopang tercapainya sasaran kegiatan.

Tabel 4. Peran dan Dukungan Dinas/Instansi/Lembaga Mitra Daerah No Lembaga / Sektor

Daerah Peran & Dukungan yg diharapkan 1 Badan Pendidikan,

Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D)

Penentu kebijakan penelitian dan pengembangan daerah. Mitra untuk penyusunan draft saran kebijakan pemberdayaan masyarakat pesisir yang akan dibuat pada akhir kegiatan PKPP 2012 2 BAPPEDA Propinsi

NusaTenggaraTimur

Penyusun kebijakan pembangunan daerah. Mitra untuk penyusunan draft saran kebijakan teknis 3 Dinas Kelautan dan

Perikanan Propinsi NTT

Penentu kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan Propinsi. . Mitra untuk penyusunan draft saran kebijakan teknis

4 Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang

Penentu & implementor kebijakan pengembangan potensi kelautan dan perikanan propinsi ;

pendampingan UMKM perikanan 5 Dinas Kesehatan Prop

NTT dan BPOM

Menetapkan status legal produk terkait dengan kelayakan keamanan dan kesehatan mutu pangan

(28)

27 No Lembaga / Sektor

Daerah Peran & Dukungan yg diharapkan 6 Badan Pemberdayaan

Masyarakat Desa Prov

Pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna dan kebijakan penerapannya

7 DisPerInDag Koperasi Menetapkan status legal usaha, mendukung permodalan dan pemasaran produk serta kemasan

Dalam upaya meraih efektivitas kegiatan implementasi TTG ini, kami mengupayakan pula terwujudnya komunikasi dengan lembaga pendidikan lokal yang memiliki potensi, baik sebagai pencipta teknologi maupun pendamping masyarakat penerap teknologi tepat guna. Dengan strategi membangun jejaring kerja melalui komunikasi dan koordinasi di lapangan, diharapkan pemahaman terhadap kebijakan strategis pemerintah, pengenalan masyarakat dan kebutuhan teknologi serta keperluan dukungan pendampingan akan lebih mudah dicapai. Koordinasi-koordinasi yang `dilakukan dengan kelembagaan setempat meliputi:

a) Pemerintah daerah untuk mendapatkan dukungan kebijakan;

b) Pihak swasta untuk mendukung pengembangan usaha, terutama pasar;

c) Perguruan Tinggi dan Lembaga penelitian untuk mendukung pengembangan produk;

d) Lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung partisipasi dan pendampingan kegiatan pada kelompok masyarakat

Koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program PKPP dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan sekaligus sebagai upaya untuk mencapai keberlanjutan upaya penguatan kelompok usaha dalam menguasai TTG Olah Ikan. Upaya sinergitas pola pikir dan program dilakukan terhadap :

a) Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian & Pengembangan Daerah (BP4D) Provinsi NTT.

b) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi NTT

(29)

28 c) BPOM NTT

d) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT e) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Kupang f) Dinas Koperasi dan KUKM

Selain itu, penyelarasan arah kegiatan dan komunikasi intensif dilakukan dengan :

g) Tim Rural Fisheries Livelihood Programme dari Food Agriculture Organization di Kupang

h) LSM Sang Purnama di Kupang

Kedua lembaga tersebut memiliki misi serupa yakni memberdayakan masyarakat melalui penguatan ekonomi rakyat; dan berkegiatan di Nusa Tenggara Timur, termasuk wilayah Kupang.

A.2 Indikator Keberhasilan Sinergi

Berdasarkan pertimbangan bahwa sinergisme dengan lembaga-lembaga pemerintah maupun non pemerintah adalah hal yang mutlak diperoleh, maka indikator keberhasilan terwujudnya sinergi koordinasi kelembagaan dalam implementasi progam spesifik ini adalah :

1. Kemudahan dalam memperoleh dukungan fasilitas fisik – non fisik yang diperlukan, misalnya : data sekunder, informasi penunjang dll

2. Terbukanya akses terhadap kelompok masyarakat yang terkait dengan kegiatan ekonomi berbasis pengolahan ikan di lokus sasaran

3. Terselenggaranya kegiatan survei pemetaan potensi dan pengkajian kebutuhan TTG olahan hasl laut

4. Terselenggaranya kegiatan aksi implementasi penerapan TTG olahan hasil laut

5. Terselenggaranya FGD penyusunan draft saran kebijakan strategi penerapan TTG Olah Ikan untuk pemberdayaan eknonomi masyarakat di Kupang

(30)

29 A.3 Perkembangan Sinergi Koordinasi

Komunikasi dan koordinasi dengan lembaga terkait di Kupang – khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang dan Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian & Pengembangan Daerah (BP4D) Provinsi NTT sudah dilakukan sejak berlangsungnya survei pemetaan dan pengkajian kebutuhan TTG olahan hasil laut, pada bulan April sampai pada kegiatan aksi penerapan TTG pada bulan Juli 2012.

Dengan tujuan penguatan usaha, kegiatan aksi berupa alih teknologi tepat guna, dilanjutkan dengan pengurusan legal produksi yang membutuhkan dukungan BPOM dan Dinas Kesehatan. Dengan target menerbitkan 10 PIRT pertanda produk layak dipasarkan, koordinasi dengan kedua instansi tersebut menjadi intensif. Hasil yang diperoleh cukup menggembirakan, 9 dari 10 PIRT telah terbit, artinya 9 produk telah lolos uji dan layak pasar. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran katalis Tim RFLP – FAO Kupang.

Melalui komunikasi intensif dengan beberapa lembaga relevan, implementasi teknologi dapat direncanakan jauh lebih baik lagi sehingga yang diharapkan terwujud adalah efek penguatan penguasaan teknologi yang tidak tumpang tindih atau justru melemahkan. Meskipun belum terhubung secara formal, namun dapat dikemukakan bahwa pemerintah daerah cq Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa mempunyai program khusus berupa bantuan teknis dan permodalan kepada para usaha mikro kecil menengah (UMKM) pengolah ikan dan hasil laut umumnya.

2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil

Hasil litbangyasa yang diimplementasikan melalui Kegiatan PKPP Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang – NTT ini merupakan teknologi yang telah diuji kelayakan teknisnya serta ditetapkan berdasarkan berbagai

(31)

30

pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan UMKM calon pengguna.

Pemilihan teknologi hasil litbangyasa yang dialihkan melalui kegiatan aksi pelatihan didasarkan pada kesesuaiannya dengan kebijakan penguatan UMKM pengolahan ikan – yang merupakan salah satu unggulan daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya wilayah Kota Kupang.

Sedangkan kelompok usaha atau UMKM pengguna teknologi adalah UMKM yang berada dalam cakupan pembinaan lembaga terkait; dari sisi wilayah maupun fokus teknologi yang diterapkan; dengan demikian pendampingan lanjut dapat diharapkan sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM yang bersangkutan maupun jangkauan diseminasi teknologi yang lebih luas lagi.

Tahapan kerja yang ditata dengan sistematika pikir alih teknologi terhadap usaha mikro, akan menjadi bahan bahasan di Focus Group Discussion yang dirancang untuk memperoleh berbagai masukan terkait dengan penerapan TTG Olahan Ikan untuk pemberdayaan ekonomi rakyat.

Hasil yang diperoleh dari FGD kemudian akan dikaji untuk menghasilkan draft saran kebijakan yang dapat dijadikan acuan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan menguatkan Sistim Inovasi Daerah.

b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil

Secara umum, adanya keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa ditentukan dari :

a) Penguasaan teknologi tepat guna (TTG) oleh UMKM sasaran b) Penerapan TTG yang dialihkan kepada UMKM sasaran

c) Partisipasi lembaga terkait dalam proses penerapan TTG di UMKM sasaran

d) Dukungan lembaga terkait terhadap kelangsungan penerapan TTG oleh UMKM sasaran

(32)

31 c. Perkembangan Pemanfaatan Hasil

Penguatan kelompok usaha dilakukan terhadap 7 kelompok. Lima diantaranya terpilih dari 12 kelompok yang diidentifikasi oleh tim survey awal. Pemilihan UMKM yang dijadikan kelompok penerap teknologi dilakukan melalui penilaian terhadap kriteria keTepat-Guna-an. Kriteria pokok tersebut adalah status teknologi, peluang penerimaan TTG, kecenderungan berkelompok, kedekatan dengan komunitas supplier, umur usaha keberadaan institusi pendamping, dan kapasitas dari sisi manajemen keuangan, skill personal, legalitas, pemasaran).Kemudian dipertimbangkan potensi penguatannya dan kesesuaian dengan kebijakan daerah dan potensi keberlanjutan.

Proses menuju penguatan kelompok usaha melalui pemanfaatan hasil litbangyasa diawali dengan komunikasi dan koordinasi dengan lembaga pemerintah dan LSM yang relevan dengan pencapaian sasaran kegiatan ini yaitu penguatan terhadap 7 UMKM pengolah ikan dan penyusunan saran kebijakan penerapan teknologi tepat guna – khususnya bagi UMKM pengolah ikan.

UMKM tersebut merupakan unit-unit usaha yang ada dalam lingkup pembinaan Dinas Kelautan dan Perikanan serta sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sejak awal, yakni unit usaha yang menggunakan bahan baku lokal dan dikelola oleh masyarakat lokal. Lokasi usaha mereka adalah di wilayah Oesapa dan Lasiana – Kota Kupang.

Tiga (3) dari unit usaha tersebut, yaitu unit usaha kelompok Setia Kawan, Mawar Sejati dan Mandiri, merupakan usaha rumah tangga dengan produksi yang belum stabil (masih tergantung musim dan pesanan), namun sangat potensial untuk berkembang mengingat usaha ini merupakan usaha kelompok dengan keterlibatan jumlah orang lokal yang dapat berkembang.

Akan tetapi hal ini pula lah yang menyebabkan unit usaha ini belum layak karena tidak menerapkan sistem produksi yang baik yang dapat memberikan upah layak serta menekankan pada untung/rugi usaha. Ketua dari ketiga kelompok ini, yaitu Dortia, Wilhemina dan Maria, merupakan sosok yang potensial untuk diberi pelatihan manajemen usaha sehingga kedepannya

(33)

32

diharapkan usaha yang dijalankan dapat dijadikan sumber mata pencaharian utama anggotanya.

Dari hasil monitoring melalui komunikasi internet maupun telpon pada bulan Agustus 2012, produk yang dihasilkan oleh ke-3 kelompok usaha ini mendapatkan apresiasi yang baik dari konsumen. Terlibat di pameran Pembangunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingat Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2012 lalu, produk-produk mereka menjadi lebih dikenal. Bahkan kelompok Mawar Sejati, kini telah mendapatkan peluang untuk memasarkan produk abon nya ke wilayah yang lebih luas bekerjasama dengan pihak pemasar profesional.

Progres pola pikir pun ditengarai melalui kemampuan mereka dalam mengemukakan kebutuhan teknologi tepat guna yang dapat berperan sebagai pemicu pengembangan usaha. Contoh sederhana adalah ekspresi ketidak-puasan terhadap mutu kerupuk ikan yang diproduksi sehingga muncul ide untuk pengadaan alat perajang kerupuk yang membantu meningkatkan kinerja.

Peningkatan produksi yang merupakan tanggapan dari permintaan pasar tidak terlepas dari peran dikenalkannya kemasan produk yang memenuhi standar. Dengan label yang khas bagi setiap kelompok usaha, kepercayaan mereka terhadap kemampuan produksi menunjukkan peningkatan. Analisa kuantitatif terhadap peningkatan ini akan dilakukan pada waktu monitoring kegiatan di bulan Oktober 2012.

Untuk mendukung keberhasilan UMKM pengolah ikan lokal ini sedang disusun 7 modul paket teknologi tepat guna, 4 diantaranya akan dilengkapi dengan analisis keuangan sederhana yang dapat dijadikan panduan usaha. Modul-modul tersebut adalah:

1. Produksi asap cair kasar (crude) menggunakan tungku karbonasi dengan suplai udara menggunakan blower

2. Pemurnian asap cair kasar untuk penggunaannya pada produk olahan ikan

3. Pembuatan ikan oven berperisa asap dengan menggunakan asap cair 4. Teknologi proses pembuatan kerupuk cumi

(34)

33

5. Teknologi proses pembuatan kerupuk ikan 6. Teknologi proses pembuatan abon ikan 7. Teknologi proses pembuatan dendeng ikan

Modul-modul ini diupayakan sebagai alat untuk penyebaran informasi teknologi tepat guna bagi mereka yang membutuhkan, baik UMKM maupun instansi pemerintah. Ini hanyalah strategi untuk mendekatkan informasi TTG kepada masyarakat.

Pelatihan Pembuatan Olahan Ikan : Dendeng, Kerupuk dan Ikan Asap dengan perisa Asap Cair. Pelatihan di Kelompok Manise Pasir Panjang Kupang. Juni 2012

Praktek Pembuatan Dendeng Ikan, ada perbaikan proses pemberian bumbu dan lama perendaman. Rasa Dendeng lebih lunak dan gurih. Proses juga lebih cepat. Kelompok

(35)

34

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

A.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran

Secara garis besar kegiatan penerapan teknologi ini dilakukan dalam tahapan:

a) Pemetaan potensi bahan baku perikanan dan identifikasi usaha mikro – kecil yang potensial menjadi pengguna Teknologi Tepat Guna Olahan Hasil Laut.

b) Analisis terhadap kelayakan pengembangan usaha mikro olahan ikan serta uji kelayakan teknis terhadap teknologi yang akan diterapkan.

c) Introduksi dan penerapan TTG (kepada kelompok kerja) melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan teknis, meliputi teknologi proses, peralatan, manajemen produksi dan pemasaran.

d) Kajian manfaat penerapan TTG dan pola penerapan TTG kepada UMKM. e) Focus Group Discussion bersama pemangku kepentingan baik pihak pemerintah daerah maupun lembaga swadaya masyarakat sebagai bahan dalam rangka pembuatan dokumen Draft Rekomendasi Saran Kebijakan Strategi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kupang melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Olahan Hasil Laut.

Terkait dengan pengelolaan anggaran, satuan kerja telah menugaskan team khusus yang menangani administrasi dari pemanfaatan anggaran yang dapat bekerja efektif menunjang kelancaran kerja tim pelaksana kegiatan.

A.2 Metode Pencapaian Target Kinerja

Berikut adalah pencapaian target kinerja yang direncanakan sejak awal. Diurai berdasarkan hal-hal yang disasar dari penyelenggaraan kegiatan ini. Perlu ditekankan lagi bahwa upaya ini merupakan langkah awal untuk menjadikan induksi TTG sebagai pemicu bagi terwujudnya semangat untuk membentuk dan mengembangkan usaha mikro yang memiliki berbagai

(36)

35

keterbatasan termasuk miskinnya akses terhadap teknologi dan faktor-faktor usaha lainnya. Usaha mikro dijadikan sasaran, dengan asumsi bahwa usaha mikro ini merupakan kegiatan ekonomi yang merakyat dan kelenturannya menjadi unsur signifikan untuk diadopsi oleh masyarakat yang lebih luas.

Status Teknologi yang dialihkan :

Di periode penerapan teknologi, telah dilakukan upaya perbaikan dan pengenalan TTG proses pengolahan ikan. Apa yang diajarkan, ternyata sudah langsung diaplikasikan dalam kegiatan usaha kelompok, yakni :

a) Teknik pembuatan dendeng ikan sehingga mutu dendeng meningkat b) Teknik pembuatan kerupuk ikan dan abon ikan dengan daya simpan yang

kebih lama

c) Pemanfaatan asap cair untuk membuat ikan asap dan daging asap.

Bahkan, ikan asap yang semula dibuat secara tradisional memanfaatkan panas dan asap dari bara, telah dibuat dengan menggunakan asap cair dan menjadi salah satu produk baru yang dipasarkan. Meskipun masih di lingkup kecil, namun adopsi teknologi baru tersebut relatif cepat terjadi. Pada pameran pembangunan Hari Kemerdekaan 17 Agustus yang akan datang, ikan asap akan menjadi salah satu produk yang dijadikan unggulan mereka.

Selain itu, asap cair pun dimanfaatkan dalam pembuatan dendeng ikan. Manfaat yang disasar dari asap cair di dendeng ikan adalah fungsi pengawetan nya. Ide ini di-adopsi oleh mereka setelah diinformasikan bahwa asap cair pun mempunyai fungsi pengawet. Dari sisi difusi dan adopsi teknologi, fenomena bahwa asap cair dimanfaatkan atas inisiatif sendiri menggambarkan bahwa teknologi pemanfaatan asap cair telah diterima dengan baik. Dengan kata lain, tahapan adopsi telah dicapai.

Dari sisi teknologi, pemanfaatan asap cair untuk membuat ikan asap atau pun daging asap tidak mengandung kerumitan yang tinggi. Akan tetapi pemanfaatan asap cair untuk pengolahan ikan adalah langkah signifikan untuk mereduksi paparan bahan toksik yang menempel pada komoditas yang di-asap secara tradisional.

(37)

36 Pengemasan dan Sertifikasi

Teknologi, hanyalah satu bagian dari unsur penting di sebuah usaha. Oleh karena itu, selain memperhatikan teknologi proses, dilakukan pula pengenalan terhadap kemasan dan pengemasan, serta sertifikasi produk.

Perolehan sertifikasi produk, harus melalui uji produk di Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Proses sertifikasi menjadi jembatan untuk menginduksikan konsep produk layak pasar. Mereka menjadi kenal drngan pentingnya menggunakan bahan baku yang layak konsumsi karena BPOM akan menolak produk yang mengandung formalin. Edukasi yang dilakukan secara tidak langsung ini justru lebih mengena dan dapat diterima karena ini langsung terkait dengan permasalahan yang dihadapi.

Dari kegiatan ini, diajukan 10 nomor PIRT untuk 10 produk yang dilatihkan dan akan menjadi produk baru dari 5 kelompok usaha rumah tangga yang ditangani. Satu produk dari UMKM Mandiri yakni abon ikan, tidak berhasil mendapatkan PIRT karena ternyata ditemukan adanya formalin di dalam produk; sehingga hanya 9 PIRT yang berhasil diterbitkan.

Sertifikasi produk serta pemberian kemasan menarik merupakan strategi pemasaran yang dikenalkan kepada kelompok usaha yang didampingi, dan terbukti mampu meningkatkan rasa percaya diri bahkan kemudian menjadi pemicu bagi lebih dikenalnya produk-produk tersebut di pasar. Indikasi ini tampak ketika mereka terlibat di even-event pameran yang disponsori oleh pemerintah daerah.

A.3 Potensi Pengembangan Ke Depan

Potensi pengembangan ke depan setelah paket PKPP selesai dilaksanakan: a) Meningkatkan daya saing produk industri mikro berbasis olahan ikan

melalui penerapan teknologi tepat guna yang difasilitasi oleh tindak sinergis pemerintah daerah, lembaga intermediasi lokal dan B2P Teknologi Tepat Guna sebagai lembaga sumber teknologi

b) Membangun kemitraan dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan dukungan kebijakan;

(38)

37

c) Mendorong terwujudnya kemitraan dengan pihak swasta untuk mendukung pengembangan usaha, terutama pasar;

d) Membangun kemitraan dengan lembaga penelitian untuk mendukung pengembangan produk.

e) Membangun kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung partisipasi dan pendampingan kegiatan pada kelompok masyarakat

A.4 Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

Kegiatan PKPP Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang – Nusa Tenggara Timur sejak awal dirancang dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kebijakan pemerintah daerah. Berikut adalah peran dan dukungan yang diharapkan:

a) Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) sebagai penentu kebijakan penelitian dan pengembangan daerah, serta mitra untuk penyusunan draft saran kebijakan pemberdayaan masyarakat pesisir yang akan dibuat pada akhir kegiatan PKPP 2012. b) BAPPEDA Propinsi NusaTenggaraTimur sebagai penyusun kebijakan

pembangunan daerah, serta mitra untuk penyusunan draft saran kebijakan teknis.

c) Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi NTT sebagai penentu kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan Propinsi, serta mitra untuk penyusunan draft saran kebijakan teknis.

d) Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang sebagai penentu dan implementor kebijakan pengembangan potensi kelautan dan perikanan propinsi, serta pendamping UMKM perikanan.

e) Dinas Kesehatan Prop NTT dan BPOM sebagai dapat menetapkan status legal produk terkait dengan kelayakan keamanan dan kesehatan mutu pangan.

f) Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi NTT dalam pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna dan kebijakan penerapannya.

(39)

38

g) DisPerInDag Koperasi sebagai dalam menetapkan status legal usaha, mendukung permodalan dan pemasaran produk serta kemasan.

A.5 Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Hasil litbangyasa yang diimplementasikan merupakan teknologi yang telah diuji kelayakan teknisnya serta ditetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan UMKM calon pengguna.

Usaha mikro dijadikan sasaran, dengan asumsi bahwa usaha mikro ini merupakan kegiatan ekonomi yang merakyat dan kelenturannya menjadi unsur signifikan untuk diadopsi oleh masyarakat yang lebih luas.

Yang tidak kalah pentingnya bagi dimanfaatkannya hasil litbangyasa adalah pola penerapan teknologi tepat guna terhadap UMKM yang responsif terhadap karakter ke-mikro-an mereka. Seperti misalnya, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, dan modal usaha.

Secara umum, keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa ditentukan dari : a) Penguasaan teknologi tepat guna (TTG) oleh UMKM sasaran

b) Penerapan TTG yang dialihkan kepada UMKM sasaran

c) Partisipasi lembaga terkait dalam proses penerapan TTG di UMKM sasaran

d) Dukungan lembaga terkait terhadap kelangsungan penerapan TTG oleh UMKM sasaran

B. Saran

B.1 Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan

Pemanfaatan hasil kegiatan PKPP Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang – Nusa Tenggara Timur masih dapat dioptimalkan melalui kegiatan yang diharapkan mampu:

a) Meningkatkan nilai tambah aneka produk olahan ikan melalui Kegiatan Aksi Penerapan TTG Olahan Hasil Laut (Pengenalan Teknologi Proses dan Bimbingan Teknis TTG).

(40)

39

b) Meningkatkan penguasaan teknologi proses produksi asap cair dengan melanjutkan proses uji kelayakan teknis pembuatan dan pemanfaatan asap cair secara ekonomis dan efisien.

c) Mengoptimalkan pemanfaatan data kinerja usaha UMKM sasaran sehingga diperoleh strategi percepatan pemberdayaan ekonomi industri mikro kecil menengah (IMKM) berbasis inovasi teknologi olahan ikan yang terukur.

d) Meningkatkan akselerasi penyerapan inovasi ke masyarakat khususnya IMKM dengan mengoptimalkan dan mengomunikasikan proses dan hasil kegiatan kepada pihak terkait.

B.2 Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

Langkah lanjut dari kegiatan ini yang perlu mendapat dukungan dari program ristek adalah meningkatkan daya saing produk industri mikro berbasis olahan ikan melalui penerapan teknologi tepat guna yang difasilitasi oleh tindak sinergis pemerintah daerah, lembaga intermediasi lokal dan B2P Teknologi Tepat Guna sebagai lembaga sumber teknologi dalam kerangka Sistim Inovasi Daerah.

Kasus penguatan terhadap 7 (tujuh) unit usaha mikro di Kupang ini, dapat dijadikan pemicu bagi diseminasi teknologi tepat guna lebih luas lagi karena ke-7 kelompok tersebut memiliki jejaring komunitas yang potensial. Penyebaran TTG ke lingkup yang lebih luas, tidak mustahil dapat diartikan sebagai penguasaan TTG yang mampu menjadi modal terwujudnya kelompok usaha ekonomi rakyat yang baru. Dalam kerangka pikir SIDa, dinamika ini merupakan embrio penting bagi pengembangan ekonomi wilayah.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan di Kupang   D.2. Fokus Kegiatan
Tabel  1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan PKPP Kupang, tahun 2012
Tabel  2. Mitra Kerja Binaan PKPP Ristek dan Perolehan Sertifikat Produk  Industri Rumah Tangga (SP-IRT) Tahun 2012
Gambar 3. Kerangka Alur Pikir Strategi Penerapan TTG di Kupang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Asupan zat gizi pada pasien kanker berbeda dari penyakit lainnya dikarenakan adanya efek samping kemoterapi seperti mual, muntah, dan penurunan nafsu makan, yang

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

Perbedaan yang mendasar antara International Financial Reporting Standards (IFRS) dengan Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (PSAK) terhadap penyajian laporan

Self efficacy merupakan komponen yang dimiliki individu dalam memilih aktivitas belajarnya yang berkaitan dengan keyakinan terhadap kemampuan untuk melakukan tugas

Dengan menggunakan metode penyuluhan berupa materi-materi seputar Komunikasi Antar Pribadi yang disajikan beserta contoh kasus dengan penerapannya di lingkungan desa

Puskesmas dengan kunjungan tertinggi adalah puskesmas Merdeka sebesar 10.689 pasien dengan rata- rata kunjungan 5.345 pasien perbulan dan puskesmas dengan

Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan

Dari semua data yang telah dikumpulkan tersebut, kemudian dilakukan pengecekan ulang agar diperoleh data yang lebih reliabelitas untuk memberikan gambaran tentang