• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Penelitian

Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi payung untuk mengantisipasi krisis keuangan, karena dana asuransi yang dihimpun bisa menjadi kekuatan besar untuk menangkal krisis keuangan, kesadaran berasuransi bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk menangkal krisis keuangan, dengan berasuransi artinya masyarakat membiayai masa depannya dan juga memberi keuntungan kepada masyarakat yang menggunakan jasa asuransi.

Keberadaan lembaga jasa asuransi sangat penting yakni untuk mengelola cadangan dana masyarakat dalam mengantisipasi resiko yang tidak pasti, dan tidak hanya sekedar sebagai pengumpul premi, asuransi juga dapat menjadi penggerak investasi dan sumber kekuatan dana masyarakat yang dapat menyokong ketahanan keuangan masyarakat dalam menghadapi krisis keuangan. Premi yang dihimpun perusahaan asuransi terus meningkat selama beberapa tahun terakhir hingga mendorong perusahaan asuransi tumbuh dengan cepat. Perusahaan asuransi terus bertumbuh sejalan dengan perkembangan kinerja bisnis jasa asuransi dan penyesuaian karakteristik masyarakat di Indonesia. Meski terus tumbuh, kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi (insurance minded) masih rendah. Masyarakat masih menganggap produk asuransi tidak penting. Merawati (2002: 23) mengungkapkan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi dapat disebabkan oleh meningkatnya pendidikan masyarakat, meningkatnya pendapatan dan taraf kehidupan masyarakat sedangkan masyarakat masih dalam kondisi krisis keuangan.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berasuransi, maka perlu diketahui 2 (dua) fungsi asuransi yakni fungsi primer dan sekunder. Menurut Kurniawati (2012: 5) fungsi

(2)

primer asuransi adalah sebagai mekanisme pengalihan resiko melalui cara common pool dimana setiap pemegang polis membayar premi yang adil dan seimbang, sesuai dengan tingkat resiko kerugian atas pertanggungan yang dibawanya kedalam pool tersebut. Fungsi sekunder asuransi adalah merubah fungsi dana yang tidak produktif dan menyalurkannya sebagai dana cadangan (reserve) untuk keperluan darurat (loss prevention), dengan berasuransi maka akan menciptakan ketenangan pikiran bagi tertanggung / pengguna jasa asuransi karena telah ada asuransi yang akan menanggung resiko kerugian finansial (peace of mind), dan dengan berasuransi masyarakat mempunyai dana untuk memulihkan kembali perekonomiannya setelah terjadinya suatu resiko kerugian (social benefit).

Berdasarkan fungsi tersebut, asuransi dapat menjadi pelindung dari beragam resiko yang tidak dapat diprediksi dan menjadi stabilitas keuangan dalam menghadapi kerugian yang dialami oleh masyarakat pengguna jasa asuransi. Resiko seperti kecelakaan, sakit, kerusakan atau kehilangan barang-barang berharga, timbulnya gugatan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga atas kerugiannya, hingga kematian dapat menghabiskan uang seseorang bila tidak memiliki perlindungan keuangan. Biaya yang timbul dari beragam resiko tersebut juga setiap waktu semakin meningkat. Asuransi menjadi solusi yang tepat untuk membantu masyarakat dalam mengatasi biaya-biaya tersebut sekaligus menjaga kondisi keuangan masyarakat agar tetap stabil.

Asuransi termasuk instrumen yang bisa dijadikan solusi untuk financial security, karena tidak ada yang bisa mengukur secara pasti resiko keuangan yang akan dihadapi di masa datang. Asuransi bukan hanya untuk perlindungan diri atas suatu resiko tetapi juga bermanfaat sebagai instrumen yang bisa menjaga stabilitas kondisi keuangan, memberikan perlindungan terhadap aset, juga memberikan ketenangan hidup pada seseorang atas resiko yang banyak menghabiskan uang. Asuransi dapat diandalkan untuk memberikan rasa aman terhadap resiko yang tidak terduga atas kondisi keuangan.

(3)

Pada saat terjadi krisis keuangan global, membuat perusahaan asuransi kian agresif mengembangkan bisnisnya dan perusahaan asuransi terus meningkatkan kepuasan dan pelayanan kepada nasabah, yang pada akhirnya mampu mendorong perusahaan terus bertumbuh. Memberikan pelayanan dengan baik melalui kemudahan dan percepatan proses klaim serta memenuhi semua aspek kebutuhan tertanggung. Tujuan asuransi adalah untuk membantu masyarakat merencanakan masa depan keuangan masyarakat, asuransi mampu memberikan solusi dari kebutuhan masyarakat dengan beraneka ragam produk asuransi. Pelayanan jenis-jenis produk yang dijual akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Produk asuransi umumnya terdiri dari asuransi kesehatan dan jiwa, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan (freight insurance), asuransi rangka kapal, asuransi mesin, asuransi rekayasa pembangunan, dan bancassurance. Saat ini ada 2 (dua) distribusi produk asuransi yakni melalui keagenan dan dengan kerjasama pemasaran melalui bank atau disebut bancassurance. Perkembangan bancassurance memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan premi asuransi. Manfaat bancassurance bagi bank yakni untuk menjaga kestabilan kesehatan keuangan bank karena kredit yang dikucurkan ke kreditur dijamin oleh asuransi, dan manfaat bagi perusahaan asuransi yakni untuk memperbesar pertumbuhan premi asuransi. Sekarang masyarakat lebih praktis dan efisien dalam pembayaran premi asuransinya karena langsung di auto debet melalui rekening bank.

Bisnis asuransi tidak selalu berjalan mulus. Banyak faktor yang ikut menentukan kelangsungan usaha asuransi yakni komitmen dalam menjaga modal yang diperkenankan dan memajukan usaha asuransi, kemampuan perusahaan asuransi dalam pembayaran klaim, pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi. Usaha asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan usaha jasa keuangan yang ada, usaha perasuransian merupakan usaha mengelola resiko sehingga usaha ini sangat diatur oleh pemerintah. Sehingga modal usaha perasuransian sangat diawasi dan diatur oleh pemerintah untuk

(4)

melindungi masyarakat pengguna jasa asuransi. Pemerintah menegaskan tanggung jawab perusahaan asuransi adalah sebagai pemberi refrensi integrasi produk asuransi dan menanggung resiko yang dijamin, sedangkan tertanggung tidak diperkenankan menanggung resiko dari produk asuransi tersebut. Kementerian keuangan menyiapkan aturan mengenai permodalan dan pemasaran produk asuransi, kementerian keuangan juga akan mengawasi produk-produk asuransi yang sudah beredar.

Permodalan merupakan faktor penting dalam menilai kesehatan suatu perusahaan asuransi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mark Mitchell (2000: 5) terdapat korelasi yang tinggi antara arbitrasi resiko dengan tingkat pengembalian modal (return on investment) di pasar modal, serta menggunakan analisa kontijensi klaim (risk base capital) dan asumsi transaksi-transaksi biaya, mengindikasikan bahwa tingkat resiko kerugian akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan modal perusahaan. Salah satu cara untuk mendongkrak modal perusahaan asuransi adalah dengan meningkatkan pendapatan premi neto. Semakin banyak pendapatan premi neto menunjukkan keberhasilan manajemen dalam penetrasi pasar. Perolehan premi yang dikumpulkan, dikelola oleh perusahaan asuransi untuk diinvestasikan dan disiapkan untuk pembayaran klaim. Hasil dari pengelolaan manajemen tersebut adalah kondisi perusahaan yang sehat dan menghasilkan laba bagi dan pemegang saham yang tergambar dalam perolehan Return On Investment (ROI).

Perusahaan yang memiliki masalah dalam permodalan akan sulit menjalankan aktivitas usaha secara optimal yakni seperti dalam menjaring nasabah maupun memenuhi kewajiban membayar klaim, juga menyangkut manajemen, distribusi, kualitas sumber daya manusia (SDM), pelayanan dan produk asuransi. Manajemen suatu perusahaan asuransi sebaiknya menerapkan prinsip manajemen resiko, karena industri asuransi memang bergerak dibidang pengelolaan mengubah resiko menjadi manfaat bagi pihak lain. Hasil dari aktivitas perusahaan asuransi akan terefleksi pada banyak parameter antara lain pertumbuhan premi

(5)

neto dan Risk Base Capital (RBC) yang mensyaratkan perusahaan asuransi harus memenuhi modal yang memadai untuk menghadapi resiko

Fenomena yang terjadi pada masa krisis keuangan global tahun 2008, tercatat premi neto industri asuransi Rp.48,38 triliun. Tahun 2009, angkanya meningkat menjadi Rp.59,75 triliun atau meningkat sekitar 23,49%. Tahun 2010, industri asuransi membukukan premi neto sebesar Rp.72,53 triliun atau naik 20,87% dan tahun 2011 premi neto tercatat Rp.90,79 triliun atau naik 23,6%. Pertumbuhan laba asuransi juga meningkat. Pada tahun 2008, perolehan laba asuransi hanya sebesar Rp.1,14 triliun. Tahun 2009, perolehan laba industri asuransi meningkat besar menjadi Rp.4,75 triliun atau meningkat 316%. Tahun 2010, laba tetap meningkat menjadi Rp.5,46 triliun atau 14,28% (Sumber: Majalah Investor, Juli 2012 : 38).

Pada akhir tahun 2001 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 mensyaratkan setiap perusahaan asuransi harus dapat memenuhi Risk Base Capital (RBC) sebesar 40%, pada tahun 2002 sebesar 75%, dan tahun 2004 sebesar 120%. Perusahaan asuransi yang tidak dapat memenuhi modal minimum tersebut akan diberikan sanksi, konsekuensinya perusahaan asuransi tersebut dilarang menjual produknya. Fenomena yang terjadi berdasarkan keputusan yang diberlakukan oleh Kementerian Keuangan tersebut mengenai penerapan persyaratan modal minimum pada akhir tahun 2008, menyebabkan beberapa perusahaan asuransi anggota Asosiasi Asuransi Indonesia (AAI) yang tidak mampu memenuhinnya diberikan waktu untuk memenuhi persyaratan modal minimum tersebut dan terhindar dari ancaman pencabutan ijin usaha tetapi perusahaan-perusahaan asuransi tersebut dikenakan pembatasan kegiatan usaha.

Fenomena krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sampai tahun 2011 disebabkan oleh gejolak krisis keuangan negara adidaya Amerika yang menaikkan nilai suku bunga kredit bank dan tingkat inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia serta memburuknya perekonomian beberapa negara di Eropa (Sumber: Majalah

(6)

Investor, Juli 2012: 10), hal ini membuat dampak beberapa perusahaan asuransi di Indonesia dalam kondisi kesulitan keuangan akibat penurunan nilai asset, meningkatnya kewajiban, semakin menurunnya modal akibat inflansi, dan penetrasi pasar asuransi di Indonesia masih rendah yang disebabkan oleh kesadaran masyarakat untuk membeli produk asuransi masih rendah. Berdasarkan fenomena tersebut kondisi keuangan perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pendapatan premi karena semakin tinggi pendapatan premi suatu perusahan asuransi maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan Risk Base Capital (RBC) yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri terhadap resiko klaim, untuk menjamin kemampuan terhadap resiko tersebut perusahaan asuransi harus menyiapkan dana cadangan teknis dan retensi modal sendiri. Badan regulator berharap industri asuransi semakin baik dalam menjaga kemampuan tingkat Risk Base Capital (RBC).

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kirmizi (2011: 400) untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan asuransi menggunakan variabel pertumbuhan asset dan modal perusahaan asuransi terhadap rasio Risk Base Capital (RBC), Return On Equity (ROE) dan pertumbuhan premi neto perusahaan asuransi dengan menggunkan teknik anilisis jalur (path analysis) yakni merancangdiagram jalur berdasarkan hipotesis serta menerjemahkan diagram jalur ke persamaan structural, menghitung matriks korelasi antar variabel, menguji masing-masing sub struktur, menghitung koefisien determinasi (R2), menghitung koefisien jalur (β) dan pengaruh variabel lain (error) yang tidak dimasukan ke dalam model, menggambarkan struktur hubungan secara lengkap, menghitung koefisien determinasi total, serta menentukan persentase pengaruh secara proporsional antar variabel. Sedangkan, pada penelitian ini menggunakan variabel Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto untuk mengetahui apakah varibel-variabel tersebut mempunyai pengaruh atau dampak terhadap tingkat Return On Invesment (ROI) dengan teknik analisis kuantitatif statistik melalui uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas, uji autokolerasi, uji signifikan parsial

(7)

(uji-t), uji signifikan simultan (uji-F), uji koefisien determinasi (R2), dan analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan menjadi pembelajaran yang lebih luas terhadap kinerja keuangan pada industri asuransi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti guna memastikan pengaruh Risk Base Capital dan pertumbuhan premi neto terhadap Return On Investment dengan judul penelitian “Pengaruh Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto terhadap Return On Investment (ROI) pada perusahan-perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka perumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah Risk Base Capital (RBC) berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Apakah pertumbuhan premi neto berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Apakah Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto berpengaruh secara simultan terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :

1. Menganalisis bukti empiris mengenai pengaruh parsial Risk Base Capital (RBC) terhadap Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

(8)

2. Menganalisis bukti empiris mengenai pengaruh parsial pertumbuhan premi neto terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Menganalisis bukti empiris mengenai pengaruh Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto secara simultan terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1. 4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah :

1. Bagi peniliti, untuk menambah pengetahuan mengenai manajerial keuangan di bidang industri asuransi.

2. Bagi calon investor, semoga memberikan pengetahuan dan informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi dan mengimplikasikan di pasar modal pada kelompok industri asuransi.

3. Bagi manajemen perusahaan-perusahaan asuransi, semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk penilaian kinerja keuangan perusahaan dan indikator persaingan di industri asuransi.

4. Bagi peneliti selanjutnya dan pihak lain, semoga menjadi bahan refrensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan menjadi pengetahuan mengenai kinerja keuangan di bidang industri asuransi.

Referensi

Dokumen terkait

(2017) meneliti tentang pengaruh struktur modal, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan, kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan.

Kinerja keuangan perusahaan dapat dianalisis dengan analisis fundamental yang mencakup analisis terhadap keuangan perusahaan dengan menggunakan data-data historis, menganalisis

Penelitian terdahulu terkait manajemen dan strategi modal kerja terutama yang fokus pada kinerja keuangan perusahaan untuk jangka panjang atau berdasarkan tahapan

Sebagian besar pertumbuhan laba pada perusahaan asuransi umum/kerugian yang terdaftar di bursa efek Indonesia rata-rata mengalami penurunan yang disebabkan karena

Variabel struktur modal (DER), kinerja keuangan (ROE), pertumbuhan perusahaan (pertumbuhan total asset ), dan ukuran perusahaan juga mengalami fluktuasi yang tidak selalu

Sebaliknya apabila Current Ratio (CR) dan Return On Assets (ROA) mengalami penurunan, maka akan memperburuk kinerja keuangan perusahaan yang akan menyebabkan perusahaan

Hal tersebut mengartikan bahwa sebesar 84,5% variabel pertumbuhan premi bruto dan likuiditas mampu mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan asuransi di Indonesia, serta senilai 15,5%

Salah satu analisis rasio yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kinerja keuangan perusahaan adalah Return On Asset ROA, dengan pengukuran Return On Asset ROA kinerja keuangan