• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN EKSPLORASI TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT

BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

ARING NUGROHO NIM. K 4606019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN EKSPLORASI TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT

BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

ARING NUGROHO NIM. K 4606019

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(3)

commit to user

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Drs. H. Sunardi, M. Kes NIP. 19581121 199003 1 004 Pembimbing II Drs. Waluyo, M. Or NIP. 19660307 199403 1 002

(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Mulyono, M.M. ... Sekretaris : Djoko Nugroho, S.Pd, M.Or. ... Anggota I : Drs. H. Sunardi, M.Kes. ... Anggota II : Drs. Waluyo, M.Or. ...

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Aring Nugroho. PERBEDAAN PENGARUH GAYA MENGAJAR INKLUSI DAN EKSPLORASI TERHADAP HASIL BELAJAR LAY UP SHOOT BOLA BASKET PADA SISWA PUTRA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Sragen tahun pelajaran 2010/2011. (2) Gaya mengajar yang lebih baik pengaruhnya antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket

Sejalan dengan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan metode ekperimen. Subjek penelitian adalah semua siswa putra kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Sragen tahun pelajara 2010/2011 berjumlah 40 orang. Jadi penelitian ini adalah penelitian populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan lay up shoot bola basket dari Imam Sadikun. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas XI IPA SMA Muhammadyah 1 Sragen tahun pelajaran 2010/2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok adalah thit sebesar 2.9388 dan nilai

ttabel5% sebesar 1.729. (2) Gaya mengajar inklusi lebih baik pengaruhnya terhadap

hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas XI IPA SMA muhammadyah 1 Sragen tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar 82.65%, lebih besar dari pada kelompok 2 (K2) yaitu 66.67%.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Aring Nugroho. DIFFERENCES INFLUENCE THE INCLUSION AND EXPLORATION OF TEACHING STYLES ON LEARNING OUTCOMES LAY UP SHOOT A BASKETBALL STUDENT-SON CLASS XI SCIENCE MUHAMMADIYAH 1 HIGH SCHOOL SRAGEN STUDY YEAR 2010/2011, Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education March Eleven University of Surakarta, June 2011

The purpose of this study was to determine: (1) The differences influence the inclusion and exploration of teaching styles on learning outcomes lay up shoot basketball student-son class XI SCIENCE Muhammadiyah 1 High School Sragen Study Year 2010/2011. (2) style of teaching is better teaching style influence between inclusion and exploration of learning outcomes lay up shoot basketball .

In line with the research, this study using experimental methods. Research subjects are all sons of class XI students-son SCIENCE Muhammadiyah 1 High School Sragen Study Year 2010/2011 amounted to 40 people. So this research is the study population. Data collection techniques used were a test and measurement capabilities shoot a basketball lay-up of Imam Sadikun. Analytical techniques used by the t test at 5% level sisnifikansi.

Conclusion Based on the research results obtained as follows: (1) There is a difference between teaching styles influence the inclusion and exploration of learning outcomes shoot a basketball lay up in class XI student son SCIENCE Muhammadiyah 1 High School Sragen Study Year 2010/2011. By calculating the value of the final test results of each group is tcount of 2.9388 and ttable of 1.729. (2)

inclusion style of teaching is better effects on learning outcomes shoot a basketball lay-up on students' grade son XI SCIENCE Muhammadiyah 1 High School Sragen Study Year 2010/2011. Increase in group 1 (K1) of 82.65%, greater

(7)

commit to user

vii MOTTO

Sesunggunhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.

( QS; Al- Insyroh, 94: 5) Kau mungkin saja kecewa jika percobaanmu gagal, tetapi kau pasti takkan

berhasil jika tidak mencoba. Dan kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

( Beverly Sills) Selalu pendang kedepan jangan selalu pandang kebelakang, karena kalau

kita pandang kebelakang hanya ada penyesalan yang membuat kita putus asa dan kesenangan yang membuat kita terlena

(Penulis) Hadapi semua ini dengan tenang, sabar, semangat, ikhlas serta selalu

tawakal kepada Allah SWT.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada SMA MUH 1 Sragen Ibu dan alm Bapak Tercinta Kedua Kakakku Tersayang KMS Menwa 905 UNS Temen-temen koz Rekan Prodi Penjaskesrek ’06 Dan Almamater

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan diucapakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr. H.M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Mulyono, M.M. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Waluyo, S.Pd, M.Or. sebagai Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Sunardi, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Waluyo, M.Or. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala SMA MUH 1 Sragen, yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Siswa putra kelas XI IPA SMA MUH 1 Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011, yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Rekan POK ”06 yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Juni 2011 Penulis

(10)

commit to user x DAFTAR ISI Halaman JUDUL ... i PENGAJUAN ... ii PERSETUJUAN ... iii PENGESAHAN ... iv ABSTRAK ... v MOTTO ... vii PERSEMBAHAN ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR . ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Bola Basket ... 7

2. Teknik Dasar Menembak Bola Basket ... 8

3. Tembakan Lay Up ... 13

4. Pembelajaran Penjasorkes... 17

5. Hakikat Mengajar... 20

6. Gaya Mengajar ... 25

7. Mengajar Lay up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi.... 27

8. Mengajar Lay up Shoot Bola Basket dengan Gaya Eksplorasi.. 30

(11)

commit to user

xi

C. Perumusan Hipotesis ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Metode dan Rancangan Penelitian ... 35

D. Variabel penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 41

A. Deskripsi Data ... 41

B. Mencari Reliabilitas ... 42

C. Uji Prasyarat Analisis Data ... 42

D. Hasil Analisis Data ... 44

E. Pengujian Hipotesis... 47

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 49

A. Simpulan ... 49

B. Implikasi ... 48

C. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lay up shoot Bola

Basket Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2) ... 41

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ... 42

Tabel 3 Tabel Range Katagori Reliabilitas ... 42

Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 43

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 43

Tabel 6 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 44

Tabel 7 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1... 45

Tabel 8 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2... 45

Tabel 9 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok ... 46

Tabel 10 Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lay up shoot Bola Basket Dalam Persen Pada K1 dan K2 ... 47

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Rangkaian Gerakan Lay up shoot Bola Basket ... 15

Gambar 2 Lapangan Tes Lay up shoot Bola Basket ... 71

Gambar 3 Pelaksanaan pemansan... 82

Gambar 4 Pelaksanaan Tes Awal Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket... 83

Gambar 5 Pelaksanaan Pembelajaran Lay Up Shoot dengan Gaya Mengajar Inklusi... 83

Gambar 6 Pelaksanaan Pembelajaran Lay Up Shoot dengan Gaya Mengajar Eksplorasi... 84

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Tes Awal Kemampuan Lay – Up Shoot Bola Basket………... 53

Lampiran 2 Uji Relibialitas Data Tes Awal Kemampuan Lay - Up Shoot Bola Basket………. 54

Lampiran 3 Rengking Data Tes Awal Kemampuan Lay – Up Shoot Bola Basket... 56

Lampiran 4 Pengelompokan Sempel Penelitian Dengan Teknik Ordinal Pairing Berdasarkan Urutan Rengking………... 57

Lampiran 5 Uji Normalitas Kelompok 1 dan Kelompok 2……….. 58

Lampiran 6 Uji Homogenitas Data Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2…... 60

Lampiran 7 Data Tes Akhir Kemampuan Lay – Up Shoot Bola Basket... 61

Lampiran 8 Uji Relibialitas Data Tes Akhir Kemampuan Lay - Up Shoot Bola Basket... 62

Lampiran 9 Rekapitulasi Tes Awal, Tes Akhir dan Peningkatan Kemampuan Lay – Up Shoot Bola Basket... 64

Lampiran 10 Rekapitulasi Tes Awal, Tes Akhir dan Peningkatan Kemampuan Lay – Up Shoot Bola Basket………... 65

Lampiran 11 Uji Perbedaan Data Tes Awal Kelompok 1 Dan Kelompok 2... 66

Lampiran 12 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1... 67

Lampiran 13 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2... 68

Lampiran 14 Uji Perbedaan Data Tes Akhir Kelompok 1 dan Kelompok 2... 69

Lampiran 15 Menghitung Peningkatan Kemampuan Lay Up Shoot Bola Basket dan persen Kelompok 1 dan Kelompok 2... 70

Lampiran 16 Petunjuk pelaksanan Tes dan Pengukuran Lay Up Shoot Bola Basket... 71

Lampiran 17 Program Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi... 72

Lampiran 18 Program Mengajar Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Eksplorasi... 79

(15)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum yang berlaku saat ini mempersyaratkan mata pelajaran pendidikan jasmani harus dipelajari oleh setiap siswa di sekolah. Pembelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah terdiri atas cabang olahraga dan pendidikan kesehatan. Cabang olahraga yang diajarkan di sekolah, di antaranya olahraga atletik dan permainan. Cabang olahraga atletik meliputi nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Adapun cabang olahraga permainan di antaranya permainan bola voli, bola basket, dan sepak bola.

Tujuan pendidikan jasmani diajarkan untuk mencapai perkembangan total dari kepribadian siswa yang mencakup perkembangan fisik, intelegensi, emosi, sosial, aspek moral dan spiritual. Oleh karena itu, pendidikan jasmani di dalamnya terdapat kegiatan kompetitif, terpilih sedemikian rupa, dan dilaksanakan dengan memerhatikan kaidah-kaidah kesehatan, kesiapan, dan kematangan peserta didik dan sistem nilai di masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan materi yang perlu untuk diajarkan kepada para siswa sebagai subjek sekaligus objek disertai metode pengajaran yang tepat.

Ditinjau dari segi materi pendidikan jasmani, cabang olahraga permainan termasuk materi pokok yang wajib diajarkan untuk mencapai kebulatan kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani. Materi pokok pendidikan jasmani adalah materi yang harus dipelajari oleh siswa sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Materi pokok pendidikan jasmani di antaranya permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu (Depdiknas, 2004: 19).

Berkaitan dengan cabang olahraga permainan dalam pendidikan jasmani. Penelitian ini akan mengkaji dan meneliti permainan bola basket. Perlu diketahui, permainan bola basket termasuk materi pokok yang harus dipelajari dalam pendidikan jasmani. Materi tersebut berkaitan dengan

(16)

teknik-commit to user

teknik dasar yang harus dipelajari dalam olehraga permainan bola basket. Materi tersebut berkaitan dengan peningkatan keterampilan siswa dalam bermain bola basket. Oleh karena itu, teknik dasar bola basket antara lain: (1) melempar dan menangkap (passing and catching), (2) dribbling (menggiring bola), (3) menembak (shooting), (4) pivot atau olah kaki, dan (5) rebound.

Salah satu teknik dasar bermain bola basket yang terpenting adalah menembak atau shooting. Dapat dikatakan, menang dan kalahnya sebuah tim dalam permainan bola basket ditentukan oleh banyaknya tembakan yang masuk ke dalam ring lawan. Semakin banyak tembakan yang masuk, semakin banyak angka yang diperoleh, dan peluang untuk memenangkan permainan semakin besar pula. Berdasarkan pelaksanaannya, tembakan dalam permainan bola basket dibedakan menjadi beberapa macam di antaranya menembak dengan berlari, menembak dengan meloncat, dan menembak dengan diam di tempat. Bentu pelaksanaan menembak ini sudah sesuai dengan pendapat Soebagio Hartoko (1993: 23 – 24) yang menyatakan, ”Ditinjau dari pelaksanaannya, menembak dapat dilakukan dengan berhenti, memutar, melompat, dan berlari.”

Teknik dasar menembak yang dapat dilakukan dengan penggabungan teknik memutar, melompat, dan berlari dalam menembak adalah lay up. Gerakan lay up sangat kompleks, dapat dilakukan dengan awalan berlari, melompat, dan lain sebagainya tergantung dengan situasi permainan di lapangan. Lay up shoot merupakan salah satu bentuk tembakan yang menuntut keterampilan yang tinggi. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan lay up shoot dengan sempurna, peserta didik harus menguasai teknik bermain bola basket dengan benar terlebih dahulu. Gerakan lay up

shoot merupakan bentuk keterampilan bermain bola basket yang gerakannya

terdiri atas perpaduan beberapa teknik dasar bola basket, yaitu diawali dengan dribbling atau menangkap bola, kemudian dilanjutkan dengan melangkah dan meloncat untuk memasukkan bola ke dalam ring lawan. Untuk meningkatkan kemampuan lay up shoot basket, maka perlu diterapkan cara mengajar yang tepat.

(17)

commit to user

Pada prinsipnya, mengajar bertujuan mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar, guru sangat berperan penting untuk menyampaikan materi. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru dapat menerapkan beberapa metode atau cara mengajar di antaranya gaya mengajar. Gaya mengajar, menurut Muhammad Ali (2004: 57) diartikan sebagai ”Aneka ragam perilaku guru mengajar bila ditelusuri aka diperoleh gambaran tentang pola interaksi antara guru, isi, atau bahan pelajaran dan siswa. Pola umum interaksi guru, isi, atau bahan pelajaran dan siswa diistilahkan dengan gaya mengajar atau teaching

style.”

Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 28 – 32) membagi macam gaya mengajar menjadi tujuh, yaitu ”(1) Gaya mengajar komando; (2) Gaya mengajar praktik; (3) Gaya mengajar resiprocal; (4) Gaya mengajar inklusi; (5) Gaya mengajar ekslorasi; (6) Gaya mengajar guided discovery; dan (7) mengajar divergent production.” Masing-masing gaya mengajar yang sudah disebutkan di atas, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Menurut fungsinya, gaya mengajar adalah cara untuk memberi kemudahan dalam penguasaan tugas ajar. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan dalam menyajikan bahan pelajaran, sehingga siswa harus memiliki kemampuan dalam menyajikan kemampuan, sehingga siswa menjadi tertarik dan ikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar yang diadaka guru. Semakin banyak partisipasi siswa dalam belajar mengajar, akan mempermudah guru dalam memberikan evaluasi nantinya. Untuk membuat siswa semakin berpartisipasi di setiap pertemuan, maka bermacam-macam gaya mengajar di atas dapat dipilih oleh guru agar tujuan yang ingin dicapai dalam mengajar dapat terpenuhi.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menggunakan gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket. Dari kedua macam gaya tersebut, yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai pengantar, gaya mengajar inklusi adalah metode mengajar dengan memperkenalkan beberapa tingkat tugas, metode

(18)

commit to user

inklusi memberikan tugas yang berbeda-beda tingkatannya. Metode ini mendorong siswa untuk menentukan tingkat penampilannya. Adapun gaya eksplorasi adalah metode mengajar di mana guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dari beraneka sumber. Untuk mengetahui gaya mengajar mana yang lebih baik pengaruhnya untuk meningkatkan hasil belajar lay up shoot, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam baik secara teori maupun praktik melalui eksperimen.

Gaya mengajar inklusi dan eksplorasi dieksperimenkan pada siswa putra kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen tahun pelajaran 2010/2011. Dari pembelajaran permainan bola basket termasuk lay up shoot di kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen belum menunjukkan hasil yang maksimal. Tidak semua siswa putra kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen mampu melakukan lay up shoot dengan baik dan benar. Kemampuan

lay up shoot bola basket putra kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen

tahun pelajaran 2010/2011 yang belum maksimal disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: waktu pembelajaran yang relatif singkat 2 x 45 menit dan diberikan satu atau dua kali pertemuan tidak memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket siswa secara maksimal.

Beragamnya metode pembelajaran menuntut seorang guru untuk selalu mengembangkan pengetahuannya. Setiap guru banyak yang sudah tahu beragamnya metode pembelajaran tersebut, tetapi karena keterbatasan waktu; guru belum bisa menerapkan model mengajar secara inklusi dan eksperimen sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan melakukan lay up shoot bola basket. Pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan jasmani pada umumnya dilaksanakan secara global, tanpa merancang pembelajaran yang rinci, termasuk di dalamnya memilih gaya mengajar. Oleh karena itu, guru dituntut mempunyai strategi mengajar yang baik dan tepat, di antaranya gaya mengajar inklusi dan gaya mengajar eksplorasi. Untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Perbedaan Pengaruh

(19)

commit to user

Gaya Mengajar Inklusi dan Eksplorasi terhadap Hasil Belajar Lay up Shoot Bola Basket Pada Siswa Putra Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen tahun pelajaran 2010/2011.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, dalam penelitian ini perumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut.

1. Adakah perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen tahun pelajaran 2010/2011? 2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara gaya mengajar inklusi dan

eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen tahun pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen tahun pelajaran 2010/2011.

2. Gaya mengajar yang lebih baik pengaruhnya antara gaya mengajar inklusi dan eksplorasi terhadap hasil belajar lay up shoot bola basket pada siswa putra kelas Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah I Sragen tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan lay up shoot bola basket yang dijadikan objek penelitian.

(20)

commit to user

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman guru penjaskes di SMA Muhammadiyah I Sragen tahun pelajaran 2010/2011, khususnya peranan gaya mengajar untuk meningkatkan pengusaan teknik bola basket, terutama lay up shoot bola basket.

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian tentang karya ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

(21)

commit to user 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bola Basket a. Permainan Bola Basket

Bola basket diciptakan oleh James A. Smith, orang Amerika Serikat, pada tahun 1891. Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan men-dribble-nya (batting, pushing, atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan.

Permainan bola basket dapat dilakukan dengan bola tiap pemain boleh mendorong bola, memukul bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan, menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan permainan. Keterampilan terpenting dalam permainan bola basket adalah kemampuan untuk shooting atau menembakkan bola ke dalam keranjang yang merupakan inti dari strategi permainan bola basket. b. Macam-Macam Teknik Dasar Bola Basket

Teknik dasar permainan bola basket yang harus dikuasai oleh setiap pemain adalah (1) melempar dan menangkap (passing dan

catching), (2) menggiring (dribbling), (3) menembak (shooting), (4) pivot

atau oleh kaki, dan (5) merayah (rebound) (A. Sarumpaet dkk, 1992: 223).

Secara umum, teknik bola basket dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknik dasar tersebut merupakan komponen-komponen dalam permainan bola basket yang saling berkaitan terhadap keterampilan bermain bola basket. Dengan menguasai teknik dasar, maka akan

(22)

commit to user

membantu penampilannya baik secara individu maupun secara kolektif; sehingga mempunyai peluang untuk memenangkan pertandingan.

2. Teknik Dasar Menembak Bola Basket a. Pentingnya Menembak dalam Bola Basket

Menurut Soebagio Hartoko (1993: 38), salah satu teknik dasar terpenting dalam bola basket adalah keahlian menembak, karena kemenangan suatu pertandingan ditentukan dengan jumlah tembaka yang dibuat oleh satu regu. Berdasarkan pendapat di atas, menembak sangat penting karena kemenangan suatu tim ditentukan oleh jumlah tembakan yang masuk. Semakin banyak tembakan yang masuk, semakin banyak pula angka/nilai yang diperoleh sebuah regu. Untuk menciptakan penembak-penembak yang baik, pemain bola basket harus tahu situasi yang dihadapi. Artinya, dalam situasi seperti apa, pemain bola basket harus menembak dengan menggunakan teknik apa.

Keberhasilan tembakan dalam permainan bola basket dipengaruhi oleh banyak faktor. Penguasaan teknik yang baik dan rasa percaya diri. Menurut Wissel, hubungan antara percaya diri dalam menembak dan keberhasilan dalam menembak adalah faktor yang paling konsisten dalam diri penembak-penembak andal. Oleh karena memiliki rasa percaya diri, penembak dapat mengatasi tekanan dari lawan, mampu mengontrol pikiran dan perasaan serta memiliki penguasaan teknik yang baik saat melakukan tembakan adalah sesuatu mutlak dimiliki oleh pemain bola basket. Untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri dalam menembak serta keberhasilan menembak diperlukan latihan terus-menerus secara rutin dan sungguh-sungguh.

b. Mekanisme Menembak

Menurut Wissel, mekanika dasar tembakan bebas terdiri atas: ”1) Pandangan, 2) Keseimbangan, 3) Posisi Tangan, 4) Pengaturan Siku, 5) Irama tembakan, dan 6) Followtrough.”

(23)

commit to user 1) Pandangan

Pusatkan mata pada ring, tujukan hanya pada sisi muka lingkaran untuk semua jenis tembakan kecualai untuk tembakan pantulan

(bank shoot). Gunakan tembakan samping jika anda pada posisi 45

derajatdari papan ring. Sudut 45 derajat ini terbentuk dari jarak antara kotak dan tanda di tengah lane line. Jarak sudut sisi yang disebut

45-degree funnel melebar ketika bergerak keluar. Untuk tembakan sisi,

tunjukan pada puncak dekat sudut kotak pada papan ring. 2) Keseimbangan

Berada dalam keseimbangan memberikan tenaga dan kontrol irama tembakan. Basis atau posisi kaki adalah dasar keseimbangan, dan menjaga kepala segaris kaki (basis) sebagai kontrol keseimbangan.

Rentangkan kaki selebar bahu dan arahkan jari kaki ke depan. Kakin pada posisi tangan yang menembak harus di depan(kaki kanan untuk tembakan tangan kanan). Jari kaki yang di belakang harus sejajar dengan tumit dari kaki yang menembak.

Tekuk kaki. Ini akan memberikan tenaga penting untuk tembakan. Pemain pemula dan yang sudah kecapaian sering gagal menekuk lututnya hingga kekuranagan tenaga untuk melontarkan bola dengan tenaga kaki, mereka cenderung melempar bola dari belakan g kepala atau pinggul sehingga melakukan kesalahan.

Kepala harus segari pinggang dan kaki. Kepala mengontrol kaki dan harus nsedikit lebih maju ke depan membuat garis menanjak antara bahu dan tubuh bagian atas dengan ring. Bahu harus rileks.

3) Posisi Tangan

Posisi tangan paling disalah artikan. Untuk menembak adalah penting menempatkan tangan tepat di belakang bola. Juga penting menempatkan tangan yang tidak menembak di bawah bola sebagai penjaga keseimbangannya.posisi ini disebut block in tuck. Tangan untuk menembak bebas dan tak perlu menjaga keseimbangan bola.

(24)

commit to user

Letakkan tangan cukup rapat dengan rileks dan jari-jari terentang secukupnya. Jaga ibu jari penembak rileks dan tidak terentang lebar (menghindarkan tegangan pada tangan dan lengan atas). Posisi tangan yang rileks akan menjadi alami, bola berada pada jari, jadi tidak pada telapak tangan.

Tempatkan tangan yang tidak menembak di bawah bola. Seimbangkan paling tidak oleh dua jari (jari manis dan kelingking). Lengan dari tangan yang tidak menembak pada posisi leluasa dengan siku menunjuk ke belakang dan ke samping.

Tempatkan tangan yang menembak secara langsung di belakang bola, jari telunjuk pada posisi tengah: Bola dilepaskan dari jari telunjuk. Pada lemparan bebas harus ada tempo jari telunjuk tepat berada dikatup atau tanda lain pada bagian tengah bola, agar kontrol dan sentuhan ujung jari yang sudah terbangun dapat menghasilkan lemparan yang lembut tapi tepat.

4) Pengaturan Siku

Pegang bola di depan dan di atas bahu untuk menembak, antara telinga dan bahu. Pertahankan siku-siku tetap di dalam. Saat siku penembak di dadlam, bola sejajar dengan basket. Beberapa pemain tidak memilikim kelenturan untuk menempatkan tangan yang menembak di belakang bola saat siku di dalam. Pada kasus seperti ini, pertama-tama letakkan tangan anda di belakang bola dan kemudian gerakkan siku ke dalam sejauh mana mereka mampu.

5) Irama Tembakan

Menembak adalah sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan dan jari tangan. Tembakan bola yang halus, berbarengan dengan gerakan mengangkat yang ritmis. Kekuatan inti dan ritme tembakan berasal dari gerakan naik turun kaki. Awali lutut sedikit lentur: Tekuk lutut dan kemudian rentangkan sepenuhnya di dalam gerakan naik-turun. Saat kaki terentang sepenuhnya, punggung danbahu terentang ke arah atas. Ketika tembakan

(25)

commit to user

dimulai bola ditata kembali mulai dari tangan penyeimbang ketangan menembak. Saat terbaik menyinggungkan bola adalah dengan menarik pergelangan tangan sasmpai terlihat lipatan kulit. Sudut ini memberi pelepesan yang cepat dan follow through yang konsisten. Arahkan lengan, pergelangan tangan dan jai lurus pada ring dengan sudut kemiringan 45 sanpai 60 derajat, rentangkan tangan selurusnya sampai siku. Dorongan dan kontrol terakhir tembakan berasal dari pelenturan pergelangan tangan dan jari k depan dan ke bawah. Lepaskan bola dadri jari tengah dengan sentuhan ujung jari yang lembut untuk membuat putaran sisi belakang bola danmemperhalus tembakan. Pertahankan tangan keseimbangan pada bola sampai titik pelepasan.

Jumlah dorongan yang harus diberikan pada bola bergantung dari jarak tembakan. Untuk jarak dekat lengan pergelangan tangan dan jari memberi dorongan yang besar. Tembakan jarak jauh memberikan tenaga/dorongan kaki, punggung dan bahu. Ritme yang lancar dan follow through yang sempurna juga akan meningkatkan jarak tembak.

Jump shoot harus disertai dengan lompatan dan kemudian pada titik puncak lompatan tembakan bola dengan lengan, pergelangan dan jaro dengan seluruh tenaga pada one-hand set shoot, angkat bola serentak dengan kaki, punggung danj bahu terentang ke atas.

6) Followtrough

Setelah melepaskan bola dari jari tengah, pertahankan lengan untuk tetap di atas dan terrentang sepenuhnya dengan jari yengah menunjuk lurus pada target.telapak tangan seharusnya menghadap ke bawah, dan telapak tangan keseimbangan menghadap ke atas. Pertahankan mata pada sasaran, dan lengan anda tetap di atas pada posisi pemyalesaian follow-through sampai bola menyentuh ring lalu bersiap kembalui untuk rebound atau masuk padad posisi bertahan.

c. Macam-Macam tembakan (Shooting) dalam Bola Basket

Pelaksanaan menembak dalam bola basket dapat dilakukan dengan beberapa macam. Soebagio Hartoko (1993: 23 -24) menyatakan

(26)

commit to user

bahwa, ”bila dilihat dari posisi badan saat menembak, tembakan dalam permainan bola basket dapat dibedakan menjadi (1) menghadap papan, (2) membelakangi papan. Ditinjau dari pelaksanaannya, menembak dapat dilakukan dengan berhenti, memutar, melompat, dan berlari. Adapun jenis-jenis menembaj dalam permainan bola basket menurut Soebagio Hartoko (1993: 24) sebagai berikut.

1) Menghadap papan dengan sikap berhenti

a) Tembakan dua tangan dari dada (two handed set shoot)

b) Tembakan dua tangan dari atas kepala (two handed overhead

set shoot)

c) Tembakan satu tangan (one handed set shoot)

d) Tembakan satu tangan dari atas kepala (one hand over head

shoot)

2) Menghadap papan dengan sikap melompat

a) Tembakan lompat dengan dua tangan kanan atau tangan kiri (right/left hand lay up shoot)

b) Tembakan lompat dengan satu tangan (one handed jump shoot) 3) Menghadap papan dengan sikap lari

a) Tembakan lay updengan tangan kanan atau tangan kiri (right/left hand lay up shoot)

b) Tembakan lay updengan dua tangan dari bawah (two hand

under hand lay up shoot)

c) Tembakan lay updengan dua tangan dari atas kepala (two hand

over head lay up shoot)

d) Tembakan lay updengan satu tangan dari bawah (one hand

under head lay up shoot)

e) Tembakan lay updengan satu tangan running (one hand shoot) 4) Membelakangi papan dengan sikap berhenti

a) Tembakan memutar lurus di bawah keranjang (straight trun

shoot under basket)

b) Tembakan melangkah di bawah keranjang (stop away shoot

under basket)

c) Tembakan kaitan (the hook shoot)

d) Tembakan setengah gaetan (the half hook shoot)

e) Tembakan ayunan di abwah keranjang dengan satu tangan (two

hand under hand sweep shoot)

f) Tembakan ayunan di bawah keranjang dengan satu tangan (one

hand under hand sweep shoot)

5) Membelakangi papan dengan sikap melompat

a) Tembakan melompat di bawah keranjang (up an under shoot) b) Tembakan melompat memutar dengan satu tangan (one hand

(27)

commit to user

c) Tembakan melompat dengan dua tangan (two hand jump twist

shoot)

3. Tembakan Lay Up

a. Lay upShoot Bola Basket

Lay up shoot merupakan jenis tembakan yang paling efektif,

karena jarak tembakan sangat dekat dengan ring. Seperti dikemukakan Vic Ambler (1990: 36) menyatakan lay up adalah tembakan yang paling aman dan efektif kalau pemain yang memegang bola tidak dibayangi lawan. Lay

up akan aman dan efektif bila dilakukan dalam posisi yang bebas dari

hadangan lawan. Bagi pemain yang sudah mahir dan terampil melakukan

lay up shoot dapat digunakan untuk menerobos pertahanan lawan dan

untuk mencetak angka. Hal terpenting dan harus diperhatikan pada waktu melakukan lay up shoot adalah pada situasi yang betul-betul menguntungkan.

b. Prinsip-Prinsip Dasar Lay up Shoot Bola Basket

Menurut Arma Abdoellah (1981: 103) bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tembakan, yaitu (1) saat menerima bola, (2) saat melangkah, dan (3) saat melepaskan bola. Ketiga prinsip tersebut harus dirangkaikan secara luwes, lancar, dan harmonis dalam satu gerakan yang utuh. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip lay up shoot dijelaskan secara singkat sebagai berikut.

1) Saat menerima bola

Keberhasilan dalam melakukan lay up shoot harus didukung tangkapan yang baik dan mantap. Berdasarkan peraturan bola basket bahwa seorang pemain setelah menangkap bola diperbolehkan menambah langkahnya sebanyak dua langkah, baru kemudian bola ditembakkan ke ring. Namun bagi siswa pemula seringkali saat menerima dan melangkah terjadi kelebihan langkah (lebih dari dua langkah). Hal ini mengakibatkan pelanggaran atau kemungkinan

(28)

commit to user

setelah menerima bola langsung meloncat dan menembak, sehingga gerakan ini bukan termasuk gerakan lay up. Akan tetapi, gerakan yang dilakukan seperti gerakan tembakan meloncat.

2) Saat melangkah

Gerakan melangkah dalam tembakan lay up sebagai berikut. a) Langkah pertama harus lebar dan badan condong ke

depan untuk memelihara keseimbangan untuk memperoleh jarak maju sejauh mungkin.

b) Langkah kedua pendek dengan maksud mempersiapkan diri agar dapat menolakkan kaki sekuat-kuatnya supaya memperoleh lompatan yang setinggi-tingginya.

c) Lompatan terakhir harus setinggi-tingginya dengan maksud mendekatkan diri dengan basket, serta mengurangi kecepatan ke depan (Arma Abdoellah, 1981: 104)

3) Saat lepasnya bola

Pada saatnya melepaskan bola dari gerakan lay up harus dilakukan dengan tepat dan akurat. Dalam hal ini seorang pemain harus mampu menjaga keseimbangan tubuh, dan ketepatan saat pelepasan bola pada papan pantul, sehingga bola dapat mudah masuk ring. Menurut Hal Wissel (2000: 61), teknik pelepasan bola dalam tembakan lay up shoot adalah mengarahkan lengan, pergelangan, dan jari-jari tangan lurus ke arah ring basket dengan sudut antara 45 sampai 60 derajat dan lepaskan bola dari telunjuk jari dengan sentuhan yang halus. Pertahankan posisi tangan penyeimbang pada bola sampai terlepas.

Untuk melakukan lay up shoot bola basket dapat dilakukan dengan dua cara. Dalam hal ini A. Sarumpet dkk.(1992: 234) menyatakan,”Tembakan lay up dapat dilakukan berkat kemahirannya dalam menggiring bola, menerobos pertahanan lawan, atau melalui bantuan temanseregunya memberi umpan sedemikian rupa sehingga

(29)

commit to user

dapat ditangkap sambil melayang, diteruskan gerakan lay up shoot”. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan ilustrasi gambar rangkaian gerakan lay up shoot sebagai berikut:

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot (A. Sarumpaet dkk., 1992:234)

Gambar di atas menunjukan bahwa, rangkaian gerakan lay up

shoot diawali dari tangkapan. Pada saat akan melakukan lay up shoot

pemain harus dalam posisi menguntungkan yaitu telah siap menarima operandan menangkapnya. Setelah menangkap bola dilanjutkan dengan gerakan melangkah. Pada saat langkah pertama harus lebar atau jauhdengan tetap memelihara keseimbangan. Kemudian untuk langkah kedua adalah pendek untuk memperoleh awalan tolakan yang kuat agar meloncat setinggi-tingginya. Loncatan setinggi-tingginyadimaksudkan agar saat menembak dapat sedekat mungkin dengan rig basket. Pada saat melepas bola untuk tembakan, bola harus dilepas (dilecutkan) dengan kekuatan lecutan ujung jari, sebaiknya memantul pada papan pantuldi sekitar garis tegak sebelah kananpada petak kecil di atas ring basket bila dilakukan dari sebelah kanan ring basket. Bila dilakukan sebelah kiri ring basket, maka pantulan bola juga pada papan sebelah kiri ring basket dekat garis tegak di samping kiri ring basket.

(30)

commit to user

c. Pelanggaran yang Sering terjadi dalam Lay up Shoot Bola Basket Menurut Hal Wissel (2000: 62 – 63), pelanggaran yang sering terjadi dalam lay up shoot adalah

1) Pada saat mengambil ancang-ancang menggunakan lompatan jauh (imbang ke depan atau ke samping) ketimbang melompat tinggi.

2) Sebelum melakukan tembakan memutar bola ke arah dalam, sehingga gampang dihalangi dan dicuri lawan. 3) Kehilangan perlindungan dan kontrol pada bola, karena

terlalu cepat menarik tangan penyeimbang pada bola. 4) Tembakan berputar dari samping menghasilkan gerakan

bola yang memutar menjauhi ring.

5) Bola memantul rendah pada papan dan keluar. Dengan sedikit sentuhan tangan, tembakan jatuh rendah.

6) Setelah melakukan lay up tidak siap merebutnya kembali atau gagal melakukan rebound.

Lay up shoot dapat dilakukan dengan baik. Jika pelanggaran-pelanggaran seperti diatas dapat dihindari. Kesalahan dari gerakan lay up shoot akan merugikan, karena bola akan menjadi hak lawan. Usaha untuk mengahindari pelanggaran-pelanggaran dalam gerakan lay up shoot Hal Wissel (2000: 63) menyarankan sebagi berikut

1) Jaga posisi kepala tagak dan fokus pada target. Jalan beberapa langkah sebelum memulai (take off) sehingga dapat cepat menekuk lutut take off dan memperoleh momentum gaya angkat. Sewaktu take off angkat lutut yang satu lagi lurus bersama dengan melompat bola ke dalam keranjang. Kombinasi dari mengangkat lutut ke atas dan gerakan tangan akan mendorong tubuh melompat tinggi. 2) Angkat bola lurus ke atas ketika menembak.

3) Jaga tangan penyeimbang pada bola sampai melepasnya. 4) Tembak dengan tangan yang berada di belakang bola agar

diperoleh spin dan selanjutnya masukkan bola ke dalam keranjang.

5) Tembakan bola lebih tinggai dari papan sehingga bola terpantul masuk ke dalam keranjang. Walaupun tidak tepat tetapi ada kemungkinan bola akan masuk.

6) Mendarat di tempat yang sama-posisi kaki dengan lutut dibengkokkan dan siap melakukan rebound.

(31)

commit to user

Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam gerakan lay up shoot harus segera dibetulkan dan diberi contoh gerakan yang benar. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk pola gerak yang salah, sehingga kualitas lay up shoot yanng dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan.

4. Pembelajaran Penjasorkes

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah.

(32)

commit to user

Di kalangan guru penjas sering ada anggapan bahwa pelajaran pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup dengan cara menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk laki-laki dan bola voli untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi di pinggir lapangan. Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru tentang arti dan tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping ia mungkin kurang mencintai tugas itu dengan sepenuh hati. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya.

Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain psikomotor. Dalam hal ini, untuk

(33)

commit to user

mencapai tujuan tersebut , guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.

a. Prinsip Pembelajaran

Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa: “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetauhan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Wina Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

1) Berpusat pada siswa 2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan sosial

4) Mengembangkan keingintauhan,imajinasi dan fitrah 5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa

7) Mengembangkan kemampuan ilmu danteknologi

8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

(34)

commit to user b. Tahapan Belajar Keterampilan

Proses belajar gerak keterampilan membahas tentang apa yang terjadi pada diri pelajar, apa yang diperbuat oleh pelajar serta tingkat penguasaan yang dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Di sini waktu berperan dalam proses atau tahapan belajar keterampilan. Sugiyanto (1996: 45-47) mengemukakan bahwa proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase:

1) Fase Kognitif

Merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Pada fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.

2) Fase Asosiatif

Fase asosiatif desebut juga fase menengah. Pada fase asosiatif ini menerangkan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan.

3) Fase Otonom

Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerak dimana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis.

Proses belajar yang berulang-ulang serta pendalaman materi dapat mempercepat tahapan belajar keterampilan. Dari ketiga fase atau tahapan belajar di atas dapat tercapai dengan cepat atau lambat, tergantung ketekunan pelajar serta dukungan dari guru pendidik.

5. Hakikat Mengajar

Mengajar merupakan proses yang kompleks. Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar siswa mau belajar. Oleh karena, mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa. Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai. Berkaitan dengan

(35)

commit to user

mengajar Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000, 3) menyatakan, ”Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa.”

Ada banyak jalur untuk belajar. Guru pasti mengenal metod mengajar dan kegiatan belajar yang umum digunakan. Biasanya guru menyajikan informasi kepada sejumlah siswa dengan menggunakan metode ceramah, berbicara secara informal, menulis di papan tulis, memperagakan, dan menggunakan bahan pandang dengar.

Siswa belajar mandiri sesuai dengan kecepatannya dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembar kerja, memecahkan masalah, menulis laporan praktikum, dan barabg kali menonton film dan menggunakan bahan pandang dengar lainnya. Interaksi antara guru dengan siswa dan antarasiswa terjadi melalui tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil, tugas yang harus diselesaikan, dan laporan.

Ketiga pola ini – penyajian dikelas, belajar mandiri, dan interaksi guru siswa – adalah katagori yang mengolompokan sebagian besar metode pengajaran dan pembelajaran. Setiap kegiatan pengajaran, apakah yang ditentukan guru atau yang diperuntuhkan bagi murid untuk belajr mandiri, ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga pola ini.

Guru tidak dapat menggunakan ketiga pola ini dengan serampangan ketika merencanakan program pembelajaran. Mengapa? Ada beberapa alasan.

Pertama, dari pengetahuan tentang gaya mengajar, guru tahu bahwa baik metode kelompok maupun metode mandiri harus digunakan. Banyak sisw dapat belajar mandiri, sementara siswa lainnya lebih senang belajar dalam situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin. Perbedaan di antara siswa ini mengharuskan guru menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda pula.

(36)

commit to user

Kedua, kondisi dan asa belajar menyebabkan guru akan tanggap akan perlunya memilih metode yang peluang untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar. Seperti yang akan guru lihat nanti, beberapa metode nontradisional dapat memenuhi dengan baik kebutuhan tadi untuk beberapa situasi pengajaran.

Ketiga, bila guru siap untuk menggunakan teknologi pengajaran yang baru (TV, komputer, dsb), penekanan biasa diberikan pada penyajian kelompok, atau pada kegiatan belajar mandiri. Pada kedua jenis penyajian ini, tidak ada kesempatan berinteraksi antara guru-siswa secara tatap muka. Menyediakan bahan ajaran yang cukup bagi kegiatan kelompok kecil haruslah diperhatikan.

Keempat, ada persoalan keefisianan dalam penggunaan wakyu guru dan waktu siswa, sarana, dan peralatan. Untuk tujuan trtentu mungkin lebih efisien bila guru menyajikan informasi kepada seluruh kelas secara serempak (dengan jumlah siswa beberapa saja) daripada menugasi siswa untuk mempelajari bahan secara mandiri. Pengajaran kelimpok yang seperti itu tidadk hanya menghemat waktu, tetapin juga dapat mengurangi rusaknya peralatan dan bahan yang disebabkan oleh penggunaan yang berlabihan. Pengajarn semacam itu juga membarikan kepada guru waktu maksimal untuk betatap muka dengan siswa, untuk bimbingan dan konsultan perseorangan, serta untuk merencanakan pengajaran (Kemp,1994: 140 – 141)

Secara keseluruhan, metode penyajian kepada kelompok dan belajar mandiri paling berhasil mencapai sasaran dalam ranah kognitif dan psikomotor. Cara terbaik untuk mancapai sasaran dalam ranah afektif adalah melalui kegiatan kelompok kerja sama. Ketika menerima dan mengemukakan pendapat dalam diskusi, siswa dapat terdorong untuk belajar, membantu menajamkan pertimbangan, dan mengembangkan kemampuan untuk bedebat.

Pengajaran efektif ditandai oleh berlangsungmya proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan belangsung apabila seseorang sekarang

(37)

commit to user

mengetahui atau sekarang dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau tidak dapat dilakauan olehnya. Jadi, hasil belajar akabn terlihat dengan adanya tingkah laku baru pada tingkat kemampuan berfikir atau kemampuan jasmaniah.

Karena tujuan proses perancangan pengajaran adalah membantu terjadinya proses belajar, guru harus menyadari dan memanfaatkan kondisi dan asas yang telah terbukti mendukung proses belajar itun dengan baik. Setiap teori belajar yang penting (misalnya, teori kognitif atau behaviorisme) didasarkan pada sejumlah buktiyang telah terkumpul melalui pengamatan dan penelitian eksperimental. Ada kesamaan pendapat di antara teori ini tentang cara memperoleh hasil belajar yang terbaik.

Ditinjau dari pelaksanaannya, unsur pokok dalam proses mengajar terdiri beberapa elemen, yaitu (1) guru yang berpengalaman dan terampil, (2) siswa yang sedang berkembang, (3) informasi atau keterampilan, (4) saluran atau metode penyampaian informasi atau keterampilan, dan (5) respon atau perubahan perilaku pada siswa.

a. Mengajar yang efektif

Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk itu guru dituntut dapat membantu siswanya, sehingga pada waktu mengajar dapat dilakukan dengan efektif. Menurut Rusli Lutan (1988: 381) menyatakan efektivitas pengajaran meliputi beberapa unsur, yaitu: ”(1) pemanfaatan waktu aktif berlatih, (2) lingkungan yang efektif, (3) karakteristik guru dan siswa, (4) pengelolaan umpan balik.”

Di antara empat elemen tersebut, elemen yang dominan pengaruhnya pada efektivitas mengajar adalah pemanfaatan waktu aktif berlatih. Lebih lanjut Rusli Lutan (1988: 381) mengemukakan ”jumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk aktif belajar, merupakan indikator utama dan efektivitas pengajaran.” konsep jumlah waktu aktif berlatih erat dengan kemampuan manajemen guru dalam mengelola proses belajar dan

(38)

commit to user

kesediaan serta ketekunan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang diajarkan.

b. Unsur-Unsur yang mendukung pencapaian tujuan mengajar Perencanaan merupakan bagian integral dari belajar mengajar yang efektif. Efektivitas mengajar akibat adanya perencanaan yang jelas, jika guru ingin menerapkan model-model atau materi.mengajar yang tidak diterapkan sebelumnya atau pada saat dihadapkan dengan lingkungan belajar mengajar yang serba terbatas. Untuk itu kemampuan membuat perencanaan merupakan bagian integral dari upaya meningkatkan kemampuan guru dalam keterampilan mengajarnya.

Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan belajar mengajar untuk mengembangkan kreativitas pengajaran. Seorang guru dihadapkan tugas untuk memadukan beberapa unsur penting dalam mengajar. Perpaduan unsur penting itu memerlukan pemikiran dan keputusan yang selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan. Sebagai contoh bagaimana agar pelaksanaan tugas ajar siswa mendapat kesempatan atau giliran secara merata dengan waktu, alat yang serba terbatas? Dalam hal ini seorang guru harus mampu menerapkan metode mengajar, membagi waktu yang tersedia dan membuat formasi belajar yang baik dan tepat agar semua siswa aktif mengikuti tugas ajar.

Proses belajar mengajar dikatakan suskes, apabila tujuan mengajar dapat dicapai dengan baik. Tujuan mengajar berkaitan dengan beberapa bagian yang saling menunjang dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui sejauhmana tujuan belajar mengajar dicapai dapat dilihat melalui evaluasi. Jika dari hasil evaluasi menunjukkan peningkatan prestasi, berarti tujuan belajar mengajar berhasil. Namun jika sebaliknya, yaitu prestasi tetap atau tidak meningkat berarti tujuan belajar tidak tercapai.

c. Penilaian hasil mengajar

Tujuan akhir dari kegiatan belajar mengajar adalah terjadinya perubahan pada diri siswa. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya

(39)

commit to user

diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Di samping diukur dari segi prosesnya. Hal ini dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh hasil belajar yang dimiliki siswa. Hasil belajar ini harus tampak jelas dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar siswa.

Perubahan pada diri siswa akibat dari belajar dapat diketahui melalui evaluasi atau penilaian. Suharno, Sukardi, Chodijah, dan Suwalni (1998: 78) bahwa, ”... evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan belajar dapat dicapai”. Sementara menurut Syaiful Sagala (2005) berpendapat, ”Maksud dan tujuan dari evaluasi adalah menentukan hasil yang dicapai siswa.”

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, evaluasi merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui evaluasi atau penilaian akan diketahui apakah materi yang diberikan dapat dikuasai dengan baik atau sebaliknya. Nana Sudjana (2005: 111) menyatakan penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar mengajar memiliki fungsi ”(1) untuk mengetahui tercapainya tidak tujuan pengajaran, (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru.”

6. Gaya Mengajar a. Pengertian Gaya Mengajar

Gaya mengajar dan belajar merupakan dua hal utama dalam melangsungkan proses belajar mengajar. Gaya belajar merupakan

personality atau kepribadian dan kesanggupan siswa untuk terlibat dalam

proses belajar mengajar. Adapun gaya mengajar merupakan strategi guru untuk menyampaikan tugas ajar kepada siswa aktif mengikuti tugas ajar yang diberikan.

Istilah gaya mengajar sering berganti dengan istilah strategi mengajar yang pengertiannya dianggap sama sebagai suatu siasat untuk menggiatkan partisipasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas ajar (Rusli

(40)

commit to user

Lutan, 2000: 29). Pada prinsipnya, gaya mengajar bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam menjalankan tugas-tugas ajar dari guru. Berkaitan dengan gaya mengajar Srijono Brotosuryo, Sunardi, dan M. Furqon (1994: 250) menyatakan ”Gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam atau peristiwa belajar yang diberikan.” Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 21) bahwa, ”Gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh siswa.”

Berdasarkan pengertian gaya mengajar yang dikemukan dua ahli di atas, dapat disimpulkan gaya mengajar adalah seperangkat keputusan yang diambil dalam pelaksanaan proses pengajaran. Perbedaan gaya-gaya mengajar ditentukan oleh besarnya pengalihan keputusan dari guru kepada siswanya. Pada sisi lain dilihat gaya mengajar yang semua keputusannya dibuat oleh guru, tetapi ada juga gaya mengajar siswa di mana siswa dapat mengambil keputusan.

b. Macam-macam gaya mengajar

Pada dasarnya, gaya mengajar bersifat kontinum terdiri atas sebelas gaya, yang masing-masing gaya memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk memanfaatkan kelebihan dari setiap gaya mengajar guru harus mampu menggunakan gaya yang bervariasi dalam pembelajarannya. Artinya, ketika guru mengajar harus mengombinasikan gaya mengajar yang berbeda-beda untuk mencari kemungkinan terbaik serta mencari kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Menurut Moston yang dikutip Agus Mahendra (2000: 108 – 117), mengklasifikasikan gaya mengajar menjadi sebelas macam, yaitu

1) gaya komando;

2) gaya latihan (practice style); 3) gaya berbalasan (reciprocal style); 4) gaya menilai (self-check style); 5) gaya inklusi (inklusi style);

6) gaya penemuan terbimbing (guided discovery);

(41)

commit to user

8) gaya produksi (divergen production);

9) gaya program rancangan siswa (learner’s individual designed

program);

10) gaya inisiatif (learner initiated); 11) gaya mengajar diri (self teaching).

Kesebelas gaya mengajar tersebut penting untuk diperhatikan dan dikuasai seorang guru dalam proses pembelajaran. Seorang guru dapat mengombinasikan antara satu gaya dengan lainnya menurut kebutuhannya, karena tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling berhasil. Hal ini disebabkan bergantung pada situasi yang dihadapi guru dan siswa di kelas maupun di luar kelas. Seperti dikemukakan Rusli Lutan (2000: 30) alasan digunakannya beberapa macam gaya mengajar dalam proses pembelajaran adalah (1) untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang mengajarkan siswa untuk belakar, (2) agar guru dan siswa sama-sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas masing-masing.”

7. Mengajar Lay up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi a. Pengertian Gaya Inklusi

Gaya mengajar inklusi merupakan cara yang diterapkan guru dengan merancang bentuk-bentuk pembelajaran berdasarkan level-level tertentu dari cara yang mudah dan cara yang sulit. Dari rancangan pembelajaran yang dibuat guru, siswa diberi kebebasan untuk mengikuti tugas ajar sesuai kemampuannya masing-masing. Hal ini sesuai dengan tujuan gaya mengajar inklusi yang dikemukakan Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 30), bahwa ”Tujuan gaya mengajar inklusi adalah membelajarkan siswa pada level kemampuan masing-masing.” Gaya mengajar inklusi ini mempunyai pengertian yang hampir mirip dengan gaya tugas. Adapun pengertian gaya tugas menurut Rusli Lutan (2000: 32) adalah

Ciri gaya tugas, yaitu guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran memilih aktivitas dan menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam gaya tugas ini, siswa turut ikut serta menentukan cepat atau lambatnya

(42)

commit to user

tempo belajar. Guru memberi keleluasan bagi setiap siswa untuk menentukan sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya.

Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran yang didasarkan pada kemampuan siswa. Tugas ajar telah dirancang oleh guru dari cara yang mudah sampai pada cara yang sulit. Seperti dikemukakan Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 30) bahwa, ”peranan guru dalam gaya mengajar inklusi adalah mempersiapkan tugas gerak yang akan dilakukan siswa dan menentukan tingkat kesukaran di dalam tugas gerak yang akan diberikan. Guru harus mempersiapkan kriteria untuk masing-masing tahapan tugas.”

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa gaya mengajar inklusi menekankan pada tingkat kesulitan gerakan yang dipelajari. Gerakan yang akan dipelajari digolongkan atau dikelompokkan ke dalam beberapa kriteria tingkat dari paling mudah menuju paling sulit. Dari tahapan bentuk pembelajaran yang dirancang guru, siswa dapat memilih tahapan yang dianggap mampu untuk melakukannya. Peranan siswa adalah mencoba melakukan gerakan untuk setiap tingkat kesulitan. Siswa dapat memilih gerakan yang mereka anggap mampu. Siswa dapat melanjutkan pada tahapan atau aktivitasnya pada level berikutnya yang lebih sulit, jika level sebelumnya telah dikuasai atau dianggap mampu.

Berdasarkan karakteristik gaya mengajar inklusi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar yang dilakukan tahap demi tahap memberi kemudahan bagi siswa untuk bisa berkembang lebih cepat terhadap penguasaan gerak keterampilan yang dipelajari. Hasil yang dicapai pada tahap awal bisa menjaid modal untuk mempelajari materi berikutnya yang lebih sulit atau lebih kompleks. Kemampuan fisik dan gerak akan berkembang sejalan dengan aktivitas mempraktikkan gerak berulang-ulang, dengan meningkatnya daya fisik dan gerak akan menjadi lebih siap untuk mempelajari gerakan-gerakan yang semakin sukar atau berat dan kompleks.

(43)

commit to user

b. Pelaksanaan Mengajar Lay up Shoot Bola Basket dengan Gaya Inklusi

Bertolak dari pengertian gaya mengajar inklusi, pelaksanaan lay

up shoot bola basket dengan gaya mengajar inklusi yang dimaksud guru

menjelaskan teknik gerakan lay upshoot bola basket terdiri atas gerakan

dribbling atau menangkap bola, gerakan langkah panjang, gerakan langkah

pendek, meloncat dan melepaskan bola agar masuk ke dalam ring. Setelah teknik-teknik tersebut dijelaskan, untuk selanjutnya guru mendemonstrasikannya. Langkah selanjutnya, guru menyusun dan menentukan macam-macam bentuk pembelajaran lay up shoot bola basket dari level paling mudah sampai level paling sulit. Sebagai contoh, level 1 lempar tangkap, level 3 gerakan dribbling dengan berjalan, level 3 gerakan

dribbling dengan lari, level 4 gerakan lay up tanpa bola, level 5 lay up shoot dengan bola diumpan, level 6 lay up shoot dengan diawali dribbling

dan lain sebagainya.

Berdasarkan level-level pembelajaran lay up shoot bola basket yang telah disusun guru tersebut siswa diberi kebebasan melakukan tugas ajar sesuai kemampuannya masing-masing.artinya, jika level 1 dianggap mudah dan bisa langsung pada level berikutnya. Sebaliknya, jika level yang sulit tidak dapat dilakukan harus melalui level yang mudah terlebih dahulu.

c. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar Lay up Bola Basket dengan Gaya Inklusi

Gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada tahapan-tahapan tugas ajar. Tahapan-tahapan tugas ajar tersebut dirancang dari tingkat yang mudah sampai tingkat yang sukar. Dari tahapan-tahapan tugas ajar tersebut, siswa memilih tugas ajar sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut, gaya mengajar inklusi dapat diidentifikasikan kelebihan dan kelemahannya.

Gambar

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot  (A. Sarumpaet dkk., 1992:234)
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lay Up Shoot Bola Basket  Kelompok 1 (K 1 ) dan Kelompok 2 (K 2 )
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data
Tabel  4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
+4

Referensi

Dokumen terkait

1.. Prospek usaha ini selain untuk melestarikan budaya bangsa juga menjajikan akan keuntungan yang didapat. Dalam pemasarannyapun batik mengalami perkembangan dan kemajuan

Pada hari ini Jum’at tanggal dua puluh bulan April tahun Dua ribu dua belas pada alamat: http://lpse.lebakkab.go.id Kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada

Furthermore we research the relation between the varying initial velocities and the values of maximum pressure, exactly at the instant time when the valve is completely closed..

EKSPLORASI GEN POLYKETID E SYNTHASE D AN ID ENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI END OFIT AKAR Ageratum conyzoides L.. Pengukuran Konsentrasi dan Kemurnian

otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk.

Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pokja Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci T.A

[r]

Sending an e-mail message Using keywords or phrases to search for information using www. Making a buck-up copy of a