• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

2.1.1 Infeksi

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusian dan berkembang biak sehingga menimbukan gejala penyakit. Infeksi biasanya terjadi pada bagian organ tubuh yang terluka, baik organ dalam maupun organ luar tubuh.

2.1.2 Saluran Pernafasan

Saluran pernafasan adalah organ manusia mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Saluran pernafasan menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas, yaitu mulai dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai alveoli (Nelson, 1983; Said dkk, 1989).

2.1.3 Infeksi Akut

Infeksi akut adalah Infeksi yang berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih 14 hari.

(2)

2.1.4 Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan sekelompok penyakit kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran pernafasan (WHO, 1986).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah (Nelson, 1983). Artinya ISPA secara onatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas (hidung sampai laring), saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru - paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (reapiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dalam antibiotik. Namun demikian anak-anak akan menderita pneumia bila Infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dan akan mengakibatkan kematian. Pneumia terjadi apabila mengalami batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernafas dan peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Adapun yang termasuk ISPA adalah Influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronchitis akut, brokhitis, dan pneumonia (Yuliastuti, 1992).

ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Dalam Pelita IV penyakit tersebut mendapatkan prioritas tinggi dalam bidang kesehatan (Depkes, 1998).

(3)

2.2 Konsep Dasar Analisi Regresi Linier

2.2.1 Analisi Regresi

Jika kita mempunyai data yang terdiri atas dua atau lebih variable, adalah sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variable-variabel itu berhubungan. Hubungan yang didapat pada umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variable-variabel. Studi yang menyangkut masalah ini dikenal dengan analisis regresi (Sudjana, 2001 : 310).

2.2.2 Regresi Berganda

Regresi berganda berguna untuk mendapatkan pengaruh dua variable kriterium atau untuk mencari hubungan fungsional dua prediktor atau lebih dengan variabel kriteriumnya atau untuk meramalkan dua variabel predictor atau lebih terhadap variabel kriteriumnya (Usman, Husaini, R. Purnomo Setiady Akbar, 1995).

Untuk analisis regresi akan dibedakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (variabel prediktor) dan variabel tidak bebas (variabel respon). Penentuan variabel mana bebas dan mana yang tidak bebas dalam beberapa hal tidak mudah dapat dilaksanakan. Variabel yang mudah didapat atau tersedia sering digolongkan ke dalam variabel bebas, sedangkan variabel yang terjadi karena variabel bebas itu merupakan variabel tidak bebas. Untuk keperluan analisis, variabel bebas akan dinyatakan dengan x1 ,x2, … , xk sedangkan variabel tidak

bebas dinyatakan dengan Y (Sudjana, 2001 : 301).

k k

o b x b x b x

b

(4)

dengan :

=

Λ

Y variabel tidak bebas (dependen) = k o b b ,..., koefisien regresi = k x

x ,...,1 variabel bebas (indpenden)

Koefisien-koefisien b ,...,o bkdapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

) ( ... ... ... ) ( ... ) ( ... 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1

+ + + + = + + + + = + + + + = + + + + = ki k ki i ki i i ki o i ki ki i k i i i i o i i ki i k i i i i o i i ki k i i o X b X X b X X b X b Y X X X b X b X X b X b Y X X X b X X b X b X b Y X X b X b X b n b Y (2.2) 2.2.3 Koefisien Determinasi

Koefesien determinasi yang dinyatakan R2 untuk penguji regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel. Koefesien determinasi berguna untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel bebas (X) yang ada di dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama (Sudjana, 1992).

Rumus untuk mencari nilai koefesien determinasi adalah sebagai berikut:

=

2 2

y

JK

R

reg (2.3) dimana,

JK

reg

=

b

1

yx

1

+

b

2

yx

2

+

b

3

yx

3 (2.4)

(5)

Untuk mencari nilai-nilai ∑ , ∑ , dan ∑  dapat digunakan rumus berikut:

n

Y

X

Y

X

y

x

i

i

∑ ∑

i

=

(

)

(2.5)

n

Y

Y

y

=

2 2 2

(

)

(2.6)

n

X

X

x

i

i

i

=

2 2 2

(

)

(2.7) 2.2.4 Analisis Korelasi

Jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel, maka dalam hal ini persoalan baru yang muncul adalah menentukan seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel itu terjadi. Analisi korelasi adalah alat statistic yang digunakan untuk menentukan derajat hubungan antara variabel-variabel (Sudjana, 2001 : 367).

2.2.5 Koefesien Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel-variabel bebas itu dapat mempengaruhi variabel-variabel tak bebas (Ritonga, Abdul Rahman, 1987). Untuk itu, hubungan variabel-variabel tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(6)

!"#$=

{

(

)

2

}

{

2

(

)

2

}

1 2 1 1 1 1

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

Y

X

n

(2.8)

Jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti dengan kenaikan di dalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan di dalam suatu variabel diikuti oleh penurunan variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut mempunyai korelasi yang negative. Dan jika tidak ada perubahan pada variabel tersebut tidak mempunyai hubungan (Iswardo,1981 :17). Interpretasi harga r akan disajikan dalam table berikut:

Tabel 2.1 Interpretasi Koefesien Korelasi (Nilai r)

R Interpretasi 0 Tidak Berkorelasi 0,01 – 0,20 Sangat Rendah 0,21 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,60 Agak Rendah 0,61 – 0,80 Cukup 0,81 – 0,99 Tinggi 1 Sangat Tinggi

2.2.6 Uji Regresi Linier Berganda

2.2.6.1 Uji Signifikan Serempak (Uji F/Simultan)

(7)

H0: b1 =b2 =b3 = 0 (X1, X2, X3, tidak mempengaruhi Y)

H1: b1, b2, b3 ≠ 0 (Minimal ada satu parameter koefesien regresi yang

tidak sama dengan nol atau mempengaruhi Y).

Di mana:

H0 diterima jika Fhit ≤ Ftab

H1 ditolak jika Fhit > Ftab

F =

(

n − k −1

)

JK k JK res reg (2.9)

2.2.6.2 Uji Signifikan Parsial (Uji - t)

Dilakukan untuk menguji secara parsial setiap variabel bebas (X1) apakah

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y). Hipotesis dalam pengujian parsial ini adalah sebagai berikut:

H0 : bi = 0 dimana i = 1, 2, ...,k (variabel bebas Xi tidak berpengaruh terhadap Y).

H1 : bi ≠ 0 dimana i = 1, 2, ...,k (variabel bebas Xi berpengaruh terhadap Y).

Kriteria Uji hipotesanya adalah sebagai berikut: Jika thitung ≤ ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika signifikansi penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika signifikansi penelitian ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(8)

1 1 1

sb

b

t =

(2.10)

Dengan, Sbi diperoleh dari:

(

2

)

(

2

)

2 ... 12 .

1

i i k y bi

R

x

s

s

=

(2.11) Keterangan:

bi = koefesien persamaan regresi berganda untuk setiap variabel bebas

Sbi = standar error (kekeliruan baku) koefesien regresi untuk variabel bebas

Gambar

Tabel 2.1 Interpretasi Koefesien Korelasi (Nilai r)

Referensi

Dokumen terkait

Sitinjak (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Atribut Produk Islami dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah dan Loyalitas Nasabah Pada PT

informasi berupa kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu ada diskusi kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah yang

Selain bahaya banjir, Provinsi Sulawesi Barat juga berpotensi bahaya tsunami khusunya di Kabupaten Mamuju, Majene dan Polewali Mandar dengan kategori run-up 2-5

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran bidang studi Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan (PJOK) Atletik nomor lompat jauh

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan augerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menuangkan apa yang dirancang didalam laporan

Oleh karena itu, seringkali perlu untuk memperluasnya ke seluruh sumbu

dan hutan menjadi mata pencaharian bagi yang berhak. Tanah dalam pengertian status yang ada didalam sertipikat sesuai dengan kelasnya. masing-masing yaitu ada beberapa klasifikasi

Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah mengeanai pembentukan karakter disiplin siswa melalui keteladanan guru aqidah akhlak kelas VIII