PENGARUH BIAYA PEMASARAN TERHADAP PENJUALAN DAN DAMPAKNYA PADA LABA OPERASIONAL
(Survey Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
RITA JUWITA 11343012
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Pembimbing:
Dr. Dedi Kusmayadi, SE., MSi., Ak., CA Rd. Neneng Rina Andriani, SE., MM.,, AK., CA
ABSTRACT
The research aims to know (1) marketing cost, sales and operational profit at company food and beverage enlistingin Indonesia StockExchange (2) the influence of marketing cost partially to operational profit (3) the influence of sales partially to operational profit (4) the influence of marketing sales and sales simultaneously operatiomal profit. The research method uses descriptive method and survey approach and analisymethod which in used named path analysis, testing of hypothesis partially hy using t test and simultane by using F test. The data is taken from Company Food and Beverage enlisting on Indonessia Stock Exchange annual report for year. Result of this research showsthat (1) there is no correlation between the costs of marketing, sales and operating profit (2) partially influential marketing costs are not significantly to operating income(3) Sales are not significant effect against the partial operating profit (4) simultaneously, there is no significant influence between the sales and marketing costs againstoperating profit. Keywords: Marketing Costs, Sales, Operating Profit
ABSTRAK
Penelitian ini, i, bertujuan untuk mengetahui (1) biaya pemasaran, penjualan dan laba operasional pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2) pengaruh biaya pemasaran secara parsial terhadap laba operasional pada perusashaan makanan dan minuman (3)
pengaruh penjualan secara parsial terhadap laba operasional (4) pengaruh biaya pemasaran dan penjualan secara simultan terhadap laba operasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan survey. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur pengujian hipotesis secara parsial mengguanakan uji t dan secara simultan menggunakan uji F. Data yang diambil dari data tahunan perusahaan makanan dan minuman yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) tidak terdapat korelasi antara biaya pemasaran, penjualan dan laba operasional (2) Biaya pemasaran secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional (3) Penjualan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional (4) Secara simultan terdapat pengaruh tidak signifikan antara biaya pemasaran dan penjualan terhadap laba operasional.
Kata Kunci : Biaya Pemasaran, Penjualan, Laba Operasional
PENDAHULUAN
Kehadiran media cetak atau media elektronik tidak saja memunculkan sikap serius dari perusahaan untuk dapat memberikan informasi produknya kepada Masyarakat, tetapi juga memaksa mereka untuk memperbaiki kualitas produk baik barang maupun jasa perusahaan, untuk dapat menyusun strategi pemasaran mulai dari golongan konsumen (segmenting), target konsumen (targeting), yang pada akhirnya mencapai strategi menentukan posisi produk (positioning) sebuah produk dipasar melalui penetapan standarisasi mutu dan kualitas palayanan disamping itu juga berusaha untuk mempertahankan brand image dibenak konsumen melalui strategi promosi. Persaingan produk juga menyebabkan meningkatkan biaya belanja iklan dan kegiatan promosi lainya sebagai merebut perhatian konsumen. Setiap perusahaan mau tidak mau harus berperan sebagai komunikator dan promotor pada produknya untuk diperkenalkan, memberikan informasi dan meyakinkan konsumen tentang manfaat dan keuntungan memakai produk tersebut.
Manajemen pemasaran mempunyai tugas mempengaruhi komposisi permintaan yang sedemikian rupa, sehingga mempunyai peran yang sangat khusus dalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuan. Untuk tercapainya suatu tujuan perusahaan, manajemen harus dapat mengalokasikan secara optimal biaya pemasaran yang tersedia dipasar sasaran yang bermacam-macam, dimana pasar sasaran dapat berupa daerah penjualan yang berbeda-beda dan kelompok konsumen yang berberbeda-beda-berbeda-beda pula.
Perhatian manajemen bergeser ke pemasaran produknya seiring dengan semakin meningkatnya persaingan memperebutkan pasar, karena kegiatan produksi saja tidak akan menjamin dihasilkannya laba, jika pemasaran produk tidak mampu merebut pasar. Manajemen perusahaan manufaktur yang semula memusatkan perhatiannya pada bidang produksi, mulai memperluas perhatiannya pada bidang pemasaran produknya, sejalan dengan itu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk semakin besar proporsinya dari keseluruhan biaya. Oleh karena itu, akuntansi biaya disamping mengolah dan menyajikan informasi biaya produksi, memperluas kegiatannya dalam pengolahan dan penyajian informasi biaya pemasaran, untuk memenuhi kebutuhan manajemen. Dalam arti luas biaya pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai. Kegiatan pemasaran produk dimulai jauh sebelum produk selesai diproduksi. Kegiatan advertensi biasanya mengawali kegiatan pemasaran produk, setelah produk selesai diproduksi, kegiatan pemasaran dilaksanakan melalui serangkaian tindakan penyimpanan produk di gudang, penjualan, pembungkusan dan pengiriman, penagihan dan pencatatan transaksi penjualan. Dengan demikian dalam arti luas biaya pemasaran tidak hanya meliputi biaya penjualan saja, tetapi termasuk di dalammya biaya advertensi, biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya kredit dan penagihan, dan biaya akuntansi pemasaran.
Biaya pemasaran dipecah sesuai dengan jenis-jenis biaya pemasaran. Manajemen dapat mengetahui rincian jenis biaya pemasaran, namun tidak dapat memperoleh informasi mengenai biaya yang telah dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pemasaran tertentu. Oleh karena itu, hanya baik dilakukan jika manajemen tidak menghadapi masalah pengukuran efisiensi kegiatan pemasaran tertentu, kemampuan tiap-tiap produk yang dijual dalam menghasilkan laba, cara penjualan yang dijalankan dan kemampuan menghasilkan laba tiap-tiap daerah pemasaran.
Pemasaran yang berhasil akan meningkatkan penjualan, akan tetapi volume yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produknya tersebut. Oleh karena itu jika penjualan dapat ditingkatkan tetapi tidak ditunjang dengan peningkatan kemampuan dalam memasarkannya, maka usaha tersebut akan sia-sia.
Tujuan utama dari kegiatan perusahaan yaitu mencari keutungan tertentu dengan beban tertentu untuk menghasilkan laba yang optimal. Laba merupakan sumber utama
perusahaan. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, hal ini sesuai dengan going concern yang beranggapan bahwa perusahaan akan hidup dan berdiri terus dan seolah-olah tidak akan berhenti. Sehingga laba operasional merupakan salah satu indikator kesuksesan perusahaan yang merupakan salah datu tujuan pokok perusahaan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan berkembang lebih lanjut. Suatu perusahaan tidak akan mampu bertahan dalam jangka panjang dan mencapai tujuan lain sebagaimana telah direncanakan apabila perusahaan tidak mampu menghasilkan laba.
Saat ini industri makanan dan minuman di Indonesia berkembang semakin pesat. Di banding denagn industri lainnya industri makanan dan minuman mendapat peluang yang besar untuk terus bertumbuh. Pada saat krisis sekalipun industri ini terbilang mampu bertahan. Sementara total ekspor makanan dan minuman tahun 2008 sebesar USD 2 juta. Tahun 2008 lalu, total omzet industri ini hampir mencapai Rp. 400 triliun. Selain itu industri makanan dan minuman harus mempunyai strategi bisnis dan pemasaran yang tepat dan melakukan banyak inovasi agar bisa naik baik penjualan atau keuntungan ditengah krisis keuangan global, serta diharapkan mampu mengatasi krisis keuangan global, serta diharapkan mampu mengatasi persaingan secara global. Tetapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa persaingan di masa sekarang dan masa yang akan datang bukanlah lah yang mudah. (sumber : www.kontan.co.id). Dalam suatu perusahaan kegiatan pemasaran merupakan fungsi pokok utama bagi kelangsungan hidup perusahaan karena maju mundurnya perusahaan tergantung pada baik dan buruknya kegiatan pemasaran yang dilakukan. Untuk menunjang kegiatan pemasaran diperlukan suatu biaya yang disebut biaya pemasaran karena sedikit tidaknya biaya pemasaran mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan. Dalam hal seperti ini biaya pemasaran dapat mengukur tingkat sukses tidaknya perusahaan dalam meningkatkan penjualan dan menghasilkan laba yang diinginkan.
Dari berbagai macam jenis produk dan jasa yang ditawarkan di pasaran, produk makanan dan minuman merupakan produk yang lekat pada kehidupan sehari-hari. Produk makanan dan minuman dapat dikatakan sebagai produk yang penting bagi semua orang karena dalam kesehariannya, manusia tidak terlepas dari makan dan minum.
Apabila kita perhatikan iklan di media masa, banyak sekali produk makanan dan minuman yang di iklankan, iklan produk makanan dan minuman di media masa dan dalam bentuk banner di jalan raya sangat dominan. Ditunjang oleh perilaku konsumen yang sangat
mudah terpengaruh dengan iklan produk makanan dan minuman dan kemajuan teknologi informasi berupa banyaknya jenis media masa yang ditawarkan ke masyarakat, maka perilaku iklan produk makanan dan minuman intensitasnya juga semakin meningkat. Kondisi ini mengisyarakat bahwa perilaku iklan produk makanan dan minuman sangat mempengaruhi pangsa pasar dari produk makanan dan minuman. Semakin tinggi tingkat intensitas pemasaran, yang dapat di ukur dengan tingginya biaya iklan dan promosi terhadap total penjualan akan mendorong semakin tingginya laba yang diperoleh.
Konsentrasi pasar dan profitabilitas adalah faktor yang penting dalam menentukan rasio biaya iklan per penjualan dalam suatu industri. Iklan juga bervariasi sepanjang waktu, sesuai perubahan ekonomi, yang meningkatkan kebutuhan perusahaan untuk bersaing. Perbaikan kehidupan sosial juga meningkatkan jumlah informasi yang tersedia bagi pelanggan, dan membuat kebutuhan bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam aktivitas pemasaran untuk mengenalkan produk dan jasanya pada calon pembeli potensial. Pada industri makanan dan minuman di Indonesia, iklan dan promosi semakin marak di media masa. Pelanggan ditawarkan berbagai macam produk, baik lokal maupun impor. Penelitian ini akan melihat secara deskriptif keterkaiatan antara intensitas biaya pemasaran dan penjualan industri makanan dan minuman, khususnya pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan- perusahan yang terdaftar di BEI merupakan pelaku pasar yang sangat penting dalam setiap sub sektor industri. berdasarkan data yang diperoleh jumlah dari web side Bursa Efek Indonesia dengan alamat www.idx.co.id perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Operasionalisasi Variable
1. Variable Independen
a) Biaya pemasaran (X1) dengan indikator biaya untuk mendapat pesanan (order-getting
costs) dan biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs).
b) penjualan (X2) dengan indikator total barang terjual 2. Variable Dependen
Variable dependen dalam penelitian ini adalah laba operasional, yang menjadi indikatornya adalah laba kotor dikurangi beban operasional.
Teknik Pengumpulan Data Jenis Data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh penelitian secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data-data uang digunakan dari penelitian ini adalah data sekunder terkait biaya pemasaran, penjualan dan laba operasional dari perusahaan makanan dan minuman yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sekunder laporan keuangan perusahaan sektor makanan dan minuman diperoleh dari www.idx.co.id, literature, library research, teks book, artikel, media dan
data base
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis disajikan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penetapan Hipotesis Operasional
Ho : 𝜌𝑥2𝑥1 = 0, biaya pemasaran secara parsial tidak berpengaruh terhadap penjualan
Ha : 𝜌𝑥2𝑥1 ≠ 0, biaya pemasaran secara parsial berpengaruh terhadap penjualan.
Ho : 𝜌YX1 = 𝜌YX2 = 0, biaya pemasaran dan penjualan secara simultan tidak berpengaruh terhadap laba operasional.
Ha : 𝜌YX1 = 𝜌YX2 ≠0, biaya pemasaran dan penjualan secara simultan berpengaruh terhadap laba operasional.
Ho : 𝜌YX1 = 0, biaya pemasaran secara parsial tidak berpengaruh Terhadap Laba Operasional
Ha : 𝜌YX1≠ 0, biaya pemasaran secara parsial berpengaruh terhadap laba operasional
Ho : 𝜌YX2 = 0, penjualan secara parsial tidak berpengaruh terhadap laba operasional
operasional. 2. Penetapan Tingkat Signifikan
Tingkat signifikan yang digunakan adalah 95% (𝛼 = 0,05) yang merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukan keiga variabel mempunyai korelasi cukup nyata. Dimana pengujian yang digunakan adalah pengujian dua arah.
3. Uji Signifikan
Untuk menguji signifikasi dilakukan dua pengujian yaitu: a. Secara simultan menggunakan uji F
b. Secara parsial menggunakan uji –t 4. Kaidah Keputusan
Kaidah keputusan yang digunakan adalah :
a. Terima Ho jika Fhitung ≤ 𝐹tabel dan tolak Ho jika Fhitung>Ftabel b. Terima Ho jika –t1
2 𝛼 ≤ thitung≤t 1
2 𝛼 dan tolak Ho jika –t 1
2 𝛼 >thitung > t 1 2 𝛼. 5. Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan diatas maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
a. Biaya Pemasaran Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pemasaran merupakan suatu sistem perencanaan yang bertujuan untuk pelakukan penjualan baik kepada konsumen langsung maupun melalui perantara-perantara lain. Biaya pemasaran perusahaan yang optimal untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang haruslah dapat dikelola dan dikendalikan oleh pihak manajemen. Demikian pula perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam menilai kegiatan pemasarannya. Untuk efisiensi biaya pemasaran sulit untuk ditetapkan karena ukuran prestasi kegiatan pemasaran terletak pada kenaikan penjualan.
Adapun hasil dari penelitian penulis selama ini mengenai biaya pemasaran pada perusahanaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika dilihat
dari biaya untuk mendapat pesanan (order-getting costs) dan biaya memenuhi pesanan (order-filling costs), penulis sajikan sebagai berikut:
1. Biaya untuk mendapat pesanan (order-getting costs)
Biaya untuk mendapat pesanan yang terdapat di perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu biaya iklan dan promosi.
Berikut ini data biaya untuk mendapat pesanan (order-getting costs) yang terdapat dalam laporan keuangan perusahanaan makanana dan minuman tahun 2014.
Data Biaya Untuk Mendapat Pesanan (Order Getting Costs) Tahun 2014 KODE SAHAM JUMLAH (RP) ADES 68.318.000.000 AISA 96.662.279.503 ALTO 4.083.374.308 CEKA 8.505.167.600 DLTA 44.046.818.000 ICBP 1.121.321.000.000 INDF 1.305.360.000.000 MLBI 233.797.000.000 MYOR 960.932.424.819 ROTI 88.500.948.568 SKBM 717.349.301 STTP 1.306.245.787 ULTJ 209.633.821.073
(Sumber : www.idx.co.id tahun 2014)
Biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs) yang terdapat di perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara lain biaya pengangkutan dan biaya transportasi.
Berikut ini data biaya untuk memenuhi pesanan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 yang penulis sajikan dalam tabel sebagai berikut:
Data Biaya Untuk Memenuhi Pesanan (Order-Filling Costs) Tahun 2014
Kode Saham Biaya Pengankutan (Rp) Biaya Transfortasi (Rp) Jumlah (Rp) ADES - 25.974.000.000 25.974.000.000 AISA 150.979.907.294 6.955.905.818 157.935.813.108 ALTO 2.918.462.833 14.330.581.471 17.249.154.304 CEKA 7.651.899.288 21.741.588.706 29.393.487.994 DLTA 88.863.317.000 8.326.007.000 97.189.324.000 ICBP 846.641.000.000 482.974.000.000 1.329.615.000.000 INDF 2.119.527.000.000 532.240.000.000 2.651.767.000.000 MLBI 172.923.000.000 - 172.923.000.000 MYOR - 191.697.418.788 191.697.418.788 ROTI 37.337.560.198 149.136.859.184 186.474.419.382 SKBM - 1.414.549.507 1.414.549.507 STTP 9.525.953.757 - 9.525.953.757 ULTJ 153.594.685.656 6.060.655.158 158.655.340.814 (Sumber : www.idx.co.id tahun 2014)
Dengan demikian dari kedua unsur biaya pemasaran diatas yang terdapat di perusahaan makanan dan minuman tahun 2014 dapat dirangkum dalam table 4.3 berikut:
Data Biaya Pemasaran Tahun 2014
(sumber:www.idx.co.id tahun 2014) Penjualan
Setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin memperoleh keuntungan yang semakin meningkat, untuk dapat mencapai hal tersebut perusahaan dapat melakukan berbagai cara atau usaha, salah satunya dengan meningkatkan penjualan produknya.
Begitu pula perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada bidang produksi dadlam usahan memperoleh keuntungan yang semakin meningkat berusaha meningkatkan penjualan. Untuk lebih jelasnya penjualan yang dialamai perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 dapat dilihat tabel sebagai berikut:
Data Penjualan Tahun 2014 Kode Saham Biaya Untuk Mendapat Pesanan (Rp) Biaya Untuk Memenuhi Pesanan (Rp) Total Biaya Pemasaran (Rp) ADES 68.318.000.000 25.974.000.000 84.292.000.000 AISA 96.662.279.503 157.935.813.108 252.598.092.711 ALTO 4.083.374.308 17.249.154.304 21.332.528.612 CEKA 8.505.167.600 29.393.487.994 37.898.655.594 DLTA 44.046.818.000 97.189.324.000 1.141.236.142.000 ICBP 1.121.321.000.000 1.329.615.000.000 2.450.936.000.000 INDF 1.305.360.000.000 2.651.767.000.000 3.957.127.000.000 MLBI 233.797.000.000 172.923.000.000 404.720.000.000 MYOR 960.932.424.819 191.697.418.788 1.152.629.843.607 ROTI 88.500.948.568 186.474.419.382 274.975.367.950 SKBM 717.349.301 1.414.549.507 2.131.898.808 STTP 1.306.245.787 9.525.953.757 10.832.199.544 ULTJ 209.633.821.073 158.655.340.814 367.289.161.887
Kode Saham Penjualan (Rp) ADES 578.754.222.320 AISA 7.265.002.540.043 ALTO 332.402.373.397 CEKA 3.701.868.790.192 DLTA 2.111.639.244.000 ICBP 30.022.463.000.000 INDF 63.594.452.000.000 MLBI 2.988.501.000.000 MYOR 14.169.088.278.238 ROTI 1.880.262.901.697 SKBM 1.480.769.903.724 STTP 523.913.250.704 ULTJ 3.916.789.366.423 (Sumber:www.idx.co.id tahun 2014)
Laba Operasional Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang. Ukuran yang sering kali digunakan untuk menilai hasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh. Laba merupakan selisih antara laba dan beban. Besarnya laba tergantung pada besarnya pendapatan yang diperoleh dari penjualan disbanding dengan beban yang terjadi untuk membuat produk yang akan dijual. Adapun laba operasional adalah laba kotor dikurangi beban operasional. Laba merupakan sumber utama perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidupnya sesuai dengan going
concern yang beranggapan bahwa perusahaan akan hidup terus menerus seolah-oleh tidak akan
berhenti.
Berikut data mengenai laba operasional perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 terdapat pada tabel berikut ini:
Data Laba Operasional Tahun 2014 Kode Saham Laba Kotor (Rp) Beban Operasional (Rp) Laba Operasional (Rp) ADES 298.902.000.000 257.391.000.000 41.511.000.000 AISA 1.444.958.428.000 432.062.055.939 1.012.896.372.755 ALTO 122.832.464.508 89.738.923.508 33.043.541.000 CEKA 223.779.129.005 126.422.723.385 97.356.405.620 DLTA 879.253.383.000 261.747.135.000 617.506.248.000 ICBP 8.059.854.000.000 5.131.161.000.000 3.128.693.000.000 INDF 17.049.806.000.000 9.841.134.000.000 7.208.732.000.000 MLBI 1.805.922.000.000 659.554.000.000 1.146.368.000.000 MYOR 2.535.225.808.768 1.643.928.450.626 891.297.358.142 ROTI 901.412.486.394 60.278.579.837 298.628.692.557 SKBM 189.511.894.052 69.852.768.389 119.659.125.677 STTP 154.628.009.309 128.057.565.263 26.570.444.046 ULTJ 936.989.906.765 562.8369.930 374.126.536.835 Sumber: www.idx.xo.id tahun 2014
b. Pembahasan
Biaya Pemasaran Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia
Biaya pemasaran yang dikeluarkan perusahaan makanan dan minuman dikendalikan serta dikelola secara efektif dan efisien oleh pihak manajemen perusahaan, sehingga biaya pemasaran yang dikeluarkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan pendapatan dan penjualan perusahaan.
Dari hasil penelitian tentang biaya pemasaran yang dilaksanakan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terlihat pada tabel berikut:
Data Biaya Pemasaran Tahun 2014
Kode Saham Total Biaya Pemasaran (Rp) Perubahan (Rp) (%) ADES 84.292.000.000 - - AISA 252.598.092.711 169.306.092.711 66,63 ALTO 21.332.528.612 (231.265.564.199) (10,84) CEKA 37.898.655.594 16.566.126.982 43,71 DLTA 1.141.236.142.000 1.103.337.486.406 96,67 ICBP 2.450.936.000.000 1.309.699.858.000 53,43 INDF 3.957.127.000.000 1.506.191.000.000 38,06 MLBI 404.720.000.000 (3.552.407.000.000) (8,77) MYOR 1.152.629.843.607 747.909.843.607 64,88 ROTI 274.975.367.950 (904.654.475.343) (76,14) SKBM 2.131.898.808 (245.826.069.142) (127,89) STTP 10.832.199.544 8.700.300.736 80,31 ULTJ 367.289.161.887 356.456.696.623 96,05 (sumber:www.idx.co.id tahun 2014)
Penjualan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Hasil yang diperoleh menunjukan penjualan pada perusahaan makanan dan minuman secara umum berbeda-beda setiap perusahaannya, hal ini disebabkan karena permintaan konsumen semakin meningkat tetapi persaingan usaha semakin ketat.
Data yang diperoleh penjualan tertinggi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdapat pada tabel berikut:
Data Penjualan Tahun 2014 Kode Saham Penjualan (Rp) Perubahan (%) (Rp) (%) ADES 578.754.222.320 - - AISA 7.265.002.540.043 6.686.248.318.723 92,03
ALTO 332.402.373.397 (6.932.600.167.354) (20,85) CEKA 3.701.868.790.192 3.369.284.417.795 91,02 DLTA 2.111.639.244.000 (1.590.229.546.808) (75,29) ICBP 30.022.463.000.000 29.810.823.766.000 92,96 INDF 63.594.452.000.000 33.571.989.000.000 52,79 MLBI 2.988.501.000.000 (60.605.951.000.000) (20,27) MYOR 14.169.088.278.238 11.180.587.278.238 78,90 ROTI 1.880.262.901.697 (12.288.825.623459) (6,53) SKBM 1.480.769.903.724 (39.949.299.827) (26,97) STTP 523.913.250.704 (95.685.665.320) (1,82) ULTJ 3.916.789.366.423 3.392.876.116.281) 86,62 (sumber:www.idx.co.id tahun 2014)
Laba Operasional Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia
Laba merupakan sumber utama perusahaan untuk menjaga kelangsungan operasinya/usahanya. Laba operasi perusahaan makanan dan muniman dapat diketahui dari laba kotor dengan beban operasional. Adapun laba operasional pada perusahaan makanan dan minuman yaitu terdapat pada tabel berikut:
Data Laba Operasional Tahun 2014 Kode Saham Laba Operasional Perubahan (Rp) (%) ADES 41.511.000.000 - - AISA 1.012.896.372.755 971.385.372.755 9,59 ALTO 33.043.541.000 (979.852.831.755) (29,65) CEKA 97.356.405.620 64.312.864.620 66,05 DLTA 617.506.248.000 520.149.824.000 84,23 ICBP 3.128.693.000.000 2.511.186.752.000 80,26
INDF 7.208.732.000.000 4.080.039.000.000 56,59 MLBI 1.146.368.000.000 (6.062.364.000.000) (5,82) MYOR 891.297.358.142 (24.507.064.142) (28,61) ROTI 298.628.692.557 (592.668.665.415) (1,98) SKBM 119.659.125.677 (28.666.195.7670) (1,49) STTP 26.570.444.046 (93.088.681.639) (3,50) ULTJ 374.126.536.835 321.556.092.789 92,89 Sumber: www.idx.xo.id tahun 2014
Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Dari hasil SPSS 16.0 (lampiran 1), diperoleh Rsebesar -0,109 sedangkan pengaruh variabel lainnya terhadap X2 di luar X1 adalah sebesar 1,19. dan R square (koefisien determinasi) sebesar 0,016, yang artinya biaya pemasaran berpengaruh terhadap penjualan sebesar -0,109 atau -10,9% yang termasuk pada kategori sangat rendah. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa besarnya pengaruh biaya pemasaran terhadap penjualan adalah 0,016 atau 1,6%, sedangkan sisanya yaitu 98,4% merupakan faktor lain yang mempengaruhi penjualan di luar biaya pemasaran. Dengan kriteria terima Ho jika thitung<ttabel, maka dengan koefisien beta 0,321, diperoleh nilai thitung 0,246 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka ttabel 2,282, Sehingga thitung<ttabel, atau dengan melihat nilai signifikan hasil spss sebesar 0,723 yang ternyata nilai signifikan lebih besar dari nilai α (0,723>0.05), maka terima Ho dengan kata lain biaya pemasaran berpengaruh tidak signifikan terhadap penjualan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan dan pengendalian biaya pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan makanan dan minuman yang terdatar di Bursa Efek Indonesia tidak terlalu banyak memberikan dampak pada penjualan , hal ini kemungkinan karena biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak diiringi dengan peningkatan produksi atau hanya untuk mempertahankan volume yang ada.Sesuai dengan biaya pemasaran menurut Mulyadi (2005 : 13) biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Pengaruh Biaya Pemasaran Secara Parsial Terhadap Laba Operasional Pada Perusahaan Makanan dan Minuman
Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0 (Tabel Coefficient), diperoleh data mengenai nilai R (koefisien korelasi) dan R Square/R2 (koefisien determinasi). Nilai R menunjukkan besarnya hubungan atau korelasi antara biaya pemasaran dengan laba operasional sebesar 0,321. Ini berarti antara biaya pemasaran dengan penjualan sebesar 32,1% dengan kategori rendah. Sugiono, 2009:248). variabilitas variabel laba operasioanl dipengaruhi secara parsial oleh variabel bebas yang dalam hal ini adalah biaya pemasaran sehingga pengaruh variabel lainnya terhadap laba operasional (Y) selain biaya pemasaran (X1) .
Dengan kriteria terima Ho jika thitung<ttabel maka dengan koefisien beta 0,321 diperoleh nilai thitung -0,1100 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka ttabel 2,262, sehingga thitung<ttabel, atau dapat dilihat dari hasil signifikan dari hasil SPSS sebesar (0,723>0.005) maka terima Ho dengan kata lain biaya pemasaran secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional. Dengan nilai t hitung negatif, berarti biaya pemasaran berpengaruh negatif terhadap laba operasional, hal ini kemungkinan karena penerapan biaya pemasaran yang kurang efektif dan sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditentukan sehingga tidak banyak menentukan laba operasional yang diperoleh perusahaan. engan demikian dengan meningkatnya biaya pemasaran akan meningkatkan pula penjualan dan secara langsung meningatnya pendapatan perusahaan (Tjiptono, 2006 :35).
Pengaruh Penjualan Secara Parsial Terhadap Laba Operasional
Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0 (Tabel Coefficient), diperoleh data mengenai nilai R (koefisien korelasi) dan R Square/R2 (koefisien determinasi). Nilai R menunjukkan besarnya hubungan atau korelasi antara penjualan dengan laba operasional sebesar 0,268. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,156 berarti bahwa haya 15,6% variabilitas dari laba operasional dapat dipengaruhi oleh penjualan.
Dengan kriteria tolak Ho jika thitung>ttabel, maka dengan koefisien beta 0,268, diperoleh thitung dengan nilai 918 dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka ttabel 2,228, sehingga thitung>ttabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikan dari hasil SPSS sebesar (0,473>0,05) maka tolak Ho atau dengan kata lain penjualan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penjualan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak memiliki banyak pengaruh terhadap laba operasional, hal ini kemungkinan penjualan yang dilakukan tidak maksimal atau tidak meningkatkan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan atau hanya mempertahankan konsumen yang ada.
Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya kemampuan untuk memberi kepuasan secara otomatis akan menciptakan konsumen yang loyal terhadap produk yang ditawarkan maka akan berpengaruh terhadap peningkatan volume penjualan dan meningkat pula pedal laba perusahaan (Blocher.et.al:2005:209).
Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan Secara Simultan Terhadap Laba Operasional Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Besarnya pengaruh biaya pemasaran (X1), dan penjualan (X2) terhadap laba operasional (Y), dapat dilihat dari indikator yang digunakan masing-masing variabel dengan menggunakan path
analysis. Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan maka
dilakukan hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis secara simultan tersebut menggunakan uji F yaitu untuk menguji apakah pengaruh secara signifikan antara biaya pemasaran, penjualan terhadap laba operasional, dimana perhitungan dan pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.
Pengaruh langsung maupun tidak langsung antara variabel X1 dan X2 dengan Y berdasarkan gambar diatas, disajikan dalam tabel berikut ini:
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung antar Variabel Penelitian No Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Total Pengaruh 1 Y←X1→Y= (ρYX1)2
= (0,321)2 = 0,103041 (A)
Y←X1→X2→Y : = (ρYX1) (ρYX2) (ρYX2) = (0,321)(-0,109)(0,268) = -0,93377052
X1→Y = A+B 0,09366
Total pengaruh X1 terhadap Y 0,09366
2 Y←X2→Y= (ρYX2)2 = (0,268) 2 = 0,071824
X2→Y 0,071824 Total Pengaruh X2 terhadap Y 0,071824 (D) 3 Total pengaruh X1 dan X2 →Y secara simultan (C+D)
0,16 (E) 4 Pengaruh faktor residu ԑ2 →Y ρYε2 = 1-0,16 0,84 (F) 5 Total pengaruh (E+F) = 0,16+0,84 1
Tabel di atas menunjukan bahwa variabel biaya pemasaran, penjualan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap laba operasional pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,16 atau 16%, sedangkan sisanya pengaruh lain yang tidak penulis teliti sebesar 0,84 atau 84%.
Berdasarkan hasil uji F di peroleh nilai Fhitung sebesar 0,132, sedangkan nilai Ftabel dengan α sebesar 5% maka f tabel 4,10, jadi Fhitung < Ftabel (0.132<4,10), dengan demikian terima Ho dan tolak Ha, atau dapat dilihat dari nilai signifikan hasil perhitungan SPSS sebesan 0,427 yang ternyata nilai signifikan lebih besar dari pada α (0,427>0,05) yang berarti secara simultan pengaruh tidak signifikan biaya pemasaran , penjualan terhadap laba operasional. Dengan kata lain jika biaya pemasaran serta penjualan tidak banyak memberikan dampak terhadap laba operasional hal ini kemungkinan karena perusahaan makanana dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia biaya pemasaran dan penjualan yang dikeluarkan perusahaan tidak diiringi dengan peningkatan produksi atau hanya mempertahankan volume yang ada.
Dengan demikian biaya pemasaran mendorong kepuasan dan loyalitas konsumen dapat bersaing dengan pesaing dan dapat memperluas pangsa pasar dan meningkatkan penjualan sehingga menghasilkan pendapatan perusahaan Anastasia Diana (2008:134).
PENUTUP Simpulan
1. Biaya pemasaran, penjualan dan laba operasional pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berbeda- beda setiap perusahaannya. Perbedaan terbesar terdapat pada PT. Aksa Wira International Tbk atau ADES dengan nilai biayanya sebesar Rp. 3.957.127.000.000 besarnya biaya pemasaran tersebut disebabkan karena perusahaan akan ternus meningkatkan pemasasrannya sehingga menguasai pangsa pasar makanan dan minuman. Perusahaan makanan dan minuman juga terdapat perusahaan yang paling kecil biaya pemasarannya yaitu PT. Sekar Bumi Tbk atau SKBM dengan biaya pemasarannya hanya Rp. 2.131.898.808, sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur atau INDF merupakan perusahaan yang memiliki pernjualan terbesar yaitu sebesar Rp. 63.594.452.000.000 karena pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk terdapat terdapat penjualan pihak ketiga dan pihak berelasi yang besar. Tidak hanya itu perusahaan makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek Indonesia terdapat penjualan yang paling kecil yaitu terdapat pada PT. Siantar Top Tbk atau STTP dengan nilai sebesar Rp. 523.913.250.704 karena pada perusahaan ini terdapat penjualan ekspor dan local tertapi terdapat retur dan potongan penjualan yang cukup besar sehingga akibatnya penjualan di perusahaan ini terkecil dibandingkan perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang lainnya dan Perusahaan yang memiliki laba operasional terbesar yaitu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk atau INDF sebesar Rp. 7.208.732.000.000 hal ini disebab kan laba kotor lebih besar dibandingakn dengan beban operasioal. Akan tetapi di dalam perusahaan makanan dan minuman terdapat perusahaan yang memiliki laba operasional paling kecil yaitu terdapat pada PT. Siantar Top Tbk atau STTP dengan nilai sebesar Rp. 26.570.444.046 hal ini disebabkan karena beban operasi yang cukup tinggi.
2. Biaya pemasaran secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional, hal tersebut menunjukan bahwa biaya pemasaran merupakan faktor yang tidak banyak memberikan pengaruh terhadap laba operasional karena penerapan biaya pemasaran yang kurang efektif dan sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditentukan sehingga tidak banyak menentukan laba operasional yang diperoleh perusahaan.
3. Penjualan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap laba operasional. Hal ini kemungkinan penjualan yang dilakukan tidak maksimal atau tidak meningkatkan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan atau hanya mempertahankan konsumen yang ada
4. Secara simultan terdapat pengaruh tidak signifikan antara biaya pemasaran dan penjualan terhadap laba operasional pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Saran
1. Bagi perusahaan berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa biaya pemasaran dapat berpengaruh terhadap penjualan, perusahaan harus mampu meningkatkan pelayanan terhadap konsumen dan memperluas pemasaran, strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam melakukan pemasaran harus ditingkatkan terutama kebutuhan khusus masyarakat. Maka atas dasar itu perusahaan diharapkan untuk dapat mengefektifkan biaya pemasaran dengan baik agar dapat diakomodir dengan baik serta dapat meningkatkan penjualan.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sifatnya pengembangan dan perbaikan dari penelitian ini, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahn yang sama seta diharapkan dapat meneliti dengan menggunakan laporan keuangan yang mentah dari perusahaan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika Gilang Pratiwi.2013.Pengaruh Struktur Asset Terhadap Pertumbuhan Penjualan Serta
Dampaknya Pada Laba Operasi. Universitas Siliwagi.Tasikmalaya.
Rahmi Dwi Esti.2013.Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Volume Penjualan Dan Dampaknya
Ferry Firmansyah Alyusak.2012.Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Volume Penjualan Dan
Dampaknya Pada Laba Operasional.Universitas Siliwangi.Tasikmalaya.
Angga Cakra Noviya R.2012.Pengaruh Biaya Pemasaran Terhadap Laba Operasional.Universitas Siliwangi.Tasikmalaya.
Dilla Faradila Rizkillah.2014.Pengaruh Biaya Promosi Dan Volume Penjualan Terhadap Laba
Operasional.Universitas Siliwangi.Tasikmalaya.
Armila Krisna Warindari,2006.Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama, Graha Ilmu.
Chariri, A dan Ghazali, I. 2008. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Hansen, Don. R. dan M. Mowen, Mayane. 2001. Manajemen Biasa Akuntansi danPengendalian.
Buku Dua. Edisi Kesatu. Salemba Empat. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan Edisi 2007. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta
Horngren, CT. 2006. Akuntansi di Indonesia. Edisi ke-3. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Alma Buchari.2007.Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Hansen & Mowen. 2001. Manajemen Biaya, Edisi bahasa Indonesia, Buku Dua, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Henry Simamora.2008. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Kotler, Phillip. 2007. Manajemen Pemasaran, Alihbahasa Benyamin Molan. Jakarta: Erlangga. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya,edisi ke-6. Yogyakarta: STIE YKPN.
Supriyono. 2009. Akuntansi Biaya, Buku 1, edisi dua. Yogyakarta: BPFE. www.idx.co.id