• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta. Disusun oleh: SANTI HANGGRAINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta. Disusun oleh: SANTI HANGGRAINI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STIMULASI PSIKOSOSIAL DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK

KELURAHAN SIDOMULYO KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh: SANTI HANGGRAINI

3209078

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

HUBUNGAN STIMULASI PSIKOSOSIAL DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK

KELURAHAN SIDOMULYO KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

INTISARI

Santi Hanggraini 1, Ida Nursanti 2, Yuni Very Anto 3

Latar Belakang : Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami dimulai sejak dari kandungan hingga akhir hayat. Di tahun 2010 diperkirakan 171 juta anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang, diantaranya anak tidak selalu mudah untuk bersosialisasi sehingga menimbulkan masalah sosial yang mempengaruhi perkembangan sosial anak. Agar dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak perlu dilakukan stimulasi sedini mungkin oleh orang tua. Tujuan : Mengetahui hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.

Metode : Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

sectional. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan DDST II. Uji statistik

menggunakan kendall tau dengan tingkat kemaknaan α<0,05.

Hasil : Sebagian besar responden memberikan stimulasi psikososial yang baik sebanyak 27 orang (60,0%). Sedangkan perkembangan sosial anak usia prasekolah sebagian besar adalah normal yaitu sebanyak 32 orang (71,1%). Hasil nilai p=0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,535 yang berarti memiliki keeratan yang sedang.

Kesimpulan : Ada hubungan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Hal ini ditunjukkan dengan signifikansi 0,000<0,05.

Kata Kunci: Stimulasi Psikososial, Perkembangan Sosial, Anak Usia Prasekolah

_______________________________

1

Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3

(4)

iv

CORRELATION BETWEEN PSYCHOSOCIAL STIMULATION AND SOCIAL DEVELOPMENT OF PRESCHOOL CHILDREN AT

SIDOMULYO KINDERGARTEN SUBDISTRICT OF GODEAN SLEMAN

ABSTRACT

Santi Hanggraini 1, Ida Nursanti 2, Yuni Very Anto 3

Background : Growth and development are natural process of human being from the beginning of life to death. In 2010 it was estimated that 171 million of children had growth disorders, among others is inability to socialize that leads to social problem of the children. It is necessary for parents to stimulate children in order to optimize their growth and development.

Objective : To identify correlation between psychosocial stimulation and social development of preschool children at Sidomulyo Kindergarten Subdistrict of Godean Sleman.

Method : The study used descriptive correlation method and cross sectional design. Data were obtained through questionnaire and Denver Development Screening Test II. Statistical test used Kendall Tau at significance α<0.05.

Result : The majority of respondents gave good psychosocial stimulation (27 or 60.0%). Social development of preschool children was normal (32 children or 71.1%). Score of was p=0.000, less than 0.05 (0.000<0.05) with score of correlation coefficient 0.535 which meant that level of correlation was medium. Conclusion : There was correlation between psychosocial stimulation and social development of preschool children at Sidomulyo Kindergarten Subdistrict of Godean Sleman as indicated from significance 0.000<0.05.

Keywords : Psychosocial Stimulation, Social Development, Preschool Children

_______________________________

1

Undergraduate Nursing Student, STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

Lecturer of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3

(5)
(6)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Hubungan Stimulasi Psikososial Dengan Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman”.

Proposal ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada :

1. dr. I Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Dwi Susanti S.Kep.,Ners selaku Ketua Prodi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Ida Nursanti, S.Kep.,Ners.,MPH selaku Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyelesaian proposal ini.

4. Yuni Very Anto, S.Kep.,Ners selaku Dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan pendapat selama proses penyelesaian proposal ini.

5. Kepala Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman beserta seluruh karyawan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal

6. Orang tua anak siswa Taman Kanak-Kanak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal.

7. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi, yang selalu memberi semangat, bimbingan serta do‟a agar saya bisa menjadi manusia yang berguna, taat beragama, tak lupa pula seluruh keluarga besar saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(7)

ix

8. Teman-teman Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta angkatan 2009 yang selalu memberikan semangat dan masukan yang sangat berharga.

9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, Agustus 2013

(8)

x DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT ... iv HALAMAN PERNYATAAN ... v MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Pertumbuhan dan Perkembangan ... 10

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ... 10

2. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak... 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak ... 11

4. Tahapan Tumbuh Kembang Anak... 15

5. Aspek Perkembangan Anak ... 16

B. Perkembangan Sosial... 17

1. Pengertian Perkembangan Sosial ... 17

2. Indikator Perkembangan Sosial ... 17

3. Tahapan Perkembangan Sosial ... 19

C. Anak Usia Prasekolah ... 19

1. Pengertian... 19

2. Ciri-ciri Anak Prasekolah ... 19

D. Stimulasi Psikososial ... 24

1. Pengertian Stimulasi Psikososial ... 24

2. Prinsip Dasar Stimulasi Tumbuh Kembang ... 24

3. Stimulasi yang Perlu Dilakukan ... 24

E. Landasan Teori ... 26

F. Kerangka Teori... 28

G. Kerangka Konsep Penelitian ... 29

(9)

xi

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Rancangan Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu ... 30

C. Populasi dan Sampel... 30

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Definisi Operasional ... 33

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 33

G. Validitas dan Reliabilitas ... 35

H. Analisa Data dan Metode Pengolahan Data ... 38

I. Etika Penelitian ... 41

J. Pelaksanaan Penelitian ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan... 49

C. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

(10)

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 33

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Stimulasi Psikososial ... 34

Tabel 3.3 Nilai Indeks Validitas ... 36

Tabel 3.4 Nilai Indeks Reliabilitas ... 37

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Orang tua Siswa Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Pekerjaan ... 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa TK Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Urutan Anak ... 45

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Stimulasi Psikososial pada Siswa TK Usia 3-6 Tahun ... 46

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Sosial pada Siswa TK ... 47

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Sosial ... 48

(11)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ... 28 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 29

(12)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Mahasiswa Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Lembar Identitas Responden

Lampiran 4. Kuesioner Stimulasi Psikososial Lampiran 5. Form DDST II

Lampiran 6. Hasil Uji Statistika Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan manusia yang oleh karena kondisi belum mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang matang. Anak memiliki pola untuk tumbuh dan berkembang yang bervariasi dari anak satu dengan lainnya, karena itu memahami pola pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu keharusan yang harus dimiliki orang tua, dan merupakan gambaran dari peristiwa dimana organ atau fungsi tubuh akan mengalami percepatan dan perlambatan dalam proses menuju kematangan (Hidayat, 2007a).

Tahun 2010, diperkirakan bahwa 171 juta anak-anak (167 juta anak-anak di negara berkembang) yang mengalami keterlambatan pertumbuhan. Secara global, keterlambatan tumbuh kembang anak menurun dari 39,7% pada tahun 1990 menjadi 26,7% pada tahun 2010. Kecenderungan ini diperkirakan akan mencapai 21,8% atau 142 juta anak-anak pada tahun 2020. Sementara di Afrika keterlambatan tumbuh kembang telah mengalami penurunan sejak tahun 1990 sekitar 40% dan sedikit mengalami perbaikan, di Asia menunjukkan penurunan dramatis dari 49% pada tahun 1990 menjadi 28% pada tahun 2010, yaitu dari 190 juta anak menjadi 100 juta anak yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang (WHO, 2011). Data tahun 2011 terdapat 70 juta anak di Indonesia, dan terdapat 766 ribu anak di DIY yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Depkes RI, 2011a). Sedangkan data tahun 2007 di Kabupaten Sleman sendiri terdapat 193 ribu anak dengan 12 ribu anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan di Kecamatan Godean (Depkes RI, 2007).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Pertumbuhan lebih menitikberatkan pada perubahan yang bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan yang bersifat kualitatif berarti serangkaian perubahan progresif sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Mansur, 2009).

(14)

2

Istilah pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh individu, keduanya tidak bisa terpisahkan (Riyadi, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak secara umum ada 2 faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan itu sendiri secara garis besar dibagi menjadi faktor prenatal (pada waktu masih di dalam kandungan) dan faktor postnatal (anak setelah lahir). Lingkungan post-natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi lingkungan biologis, faktor fisik, faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat. Faktor psikososial antara lain motivasi belajar, hukuman, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang dan kualitas interaksi anak-orangtua mempengaruhi tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2012).

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan perilaku/ adaptasi sosial (Hidayat, 2008). Perkembangan sosial adalah kemampuan anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam situasi tertentu. Ruang lingkup perkembangan sosial disini meliputi kemampuan melakukan adaptasi dengan lingkungan, menilai situasi, dapat membedakan kepemilikan barang atau objek dan tingkah laku anak dalam mengikuti aturan (Rochyadi, 2005).

Tingkah laku anak biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di sekitarnya, dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial dan mau bermain dengan satu atau dua temannya. Teman yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang teman yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda. Akan tetapi ada beberapa anak yang tidak selalu mudah untuk bersosialisasi dengan orang sekitarnya. Sehingga menimbulkan masalah sosial yang sering muncul pada anak diantaranya adalah rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai dengan kenyataan, kecenderungan depresi permulaan dari sikap apatis dan menghindar dari orang-orang di

(15)

3

lingkungannya, dan sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain (Patmonodewo, 2003).

Upaya pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat agar mereka dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak telah dikembangkan program BKB (Bina Keluarga dan Balita) untuk anak-anak yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin (Soetjiningsih, 2012). Selain itu salah satu upaya terkait dengan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan profesi & stakeholder melaksanakan pelayanan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Program ini bertujuan untuk melakukan deteksi dini pada Pertumbuhan dan Perkembangan (Depkes RI, 2012).

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 – 6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Depkes RI, 2012). Stimulasi psikososial mempengaruhi perkembangan sosial emosi anak prasekolah baik di rumah maupun di sekolah. Stimulasi yang dimaksud adalah perangsangan yang berasal dari lingkungan luar anak. Lingkungan yang mempengaruhi stimulasi psikososial anak prasekolah adalah lingkungan rumah, kelompok bermain dan sekolah (Hastuti, 2009).

Hal-hal yang disebutkan di atas berkaitan dengan penelitian sebelumnya oleh Sulistyani (2006). Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang bermakna dalam pemberian stimulasi psikososial di kelompok bermain dan pengasuhan di rumah terhadap perkembangan sosial-emosi anak usia 2-4 tahun di kota Bogor. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Rahmaulina dan Hastuti (2008), hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pemberian stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak. Hasil penelitian lain dari Yuliani (2009) juga menunjukkan bahwa stimulasi psikososial yang diberikan secara lengkap (diklat dan metode kelompok bermain di rumah) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan anak dengan nilai rata-rata perkembangan anak kelompok perlakuan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Serta penelitian dari Hastuti (2009), hasil penelitian menunjukkan bahwa stimulasi psikososial yang diterima anak di rumah maupun di kelompok bermain

(16)

4

memiliki dampak positif atau pengaruh yang bermakna pada kualitas perkembangan anak prasekolah (perkembangan motorik, kognitif, sosial emosi dan moral/karakter).

Anak prasekolah yang dimaksud adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kindergarden. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan – 5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak (Patmonodewo, 2003).

Studi pendahuluan pada tanggal 30 November 2012 di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Di kelurahan ini terdapat 3 TK yaitu TK ABA Melati Putih Sidomulyo, TK Indriyasana Gancahan, dan TK Bopkri Rewulu. Jumlah siswa di TK ABA Melati Putih Sidomulyo berjumlah 32 siswa, TK Indriyasana Gancahan berjumlah 52 siswa, dan TK Bopkri Rewulu berjumlah 42 siswa. Jumlah siswa keseluruhan dari ketiga TK tersebut sebanyak 126 siswa dan terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas A berusia 4-5 tahun dan kelas B berusia 5-6 tahun. Dari jumlah total 61 siswa di kelas A, siswa yang masih ditunggui ibunya lebih banyak dibandingkan yang tidak ditunggui ibunya. Saat istirahat beberapa siswa tampak bermain dengan teman sekelasnya, tetapi ada juga yang sendirian atau hanya bersama ibunya dan tidak mau bergabung dengan teman yang lainnya pada siswa yang masih ditunggui ibunya.

Hasil wawancara dengan 3-5 ibu yang menunggui anaknya di TK, ibu mengatakan anaknya tidak mau ditinggal pulang dan mengancam tidak mau sekolah jika tidak ditemani. Saat di rumah anaknya mempunyai teman sepermainan yang bukan dari sekolah yang sama. Sedangkan wawancara dengan 3-5 ibu yang tidak menunggui anaknya, ibu mengatakan anaknya hanya ditunggui sekolah diawal masuk dan sekarang mau ditinggal pulang dikarenakan teman bermainnya di rumah juga merupakan temannya di sekolah. Terkait dengan stimulasi psikososial di rumah dari keterangan ibu yang menunggui anaknya dan ibu yang tidak menunggui anaknya, stimulasi yang diberikan hampir sama yaitu

(17)

5

sama-sama memotivasi anaknya untuk belajar, mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan kadang-kadang menghukum anaknya dengan memarahinya jika anaknya tidak bisa diperingatkan. Yang membedakan hanya pada teman sebaya, anak yang masih ditunggui orang tuanya teman sepermainan di rumah bukan merupakan temannya di sekolah, sedangkan anak yang tidak ditunggui orang tuanya teman sepermainan anak di rumah adalah teman bermainnya di sekolah.

Penulis tertarik melakukan penelitian dan memilih Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman dikarenakan di TK tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang tumbuh kembang dan sebagian besar siswa TK belum pernah mengikuti program play group sebelumnya serta masih banyak siswa yang ditemani orangtuanya di sekolah ketika proses belajar mengajar berlangsung hingga selesai. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah ada hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman?”

(18)

6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui stimulasi psikososial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. b. Diketahui perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman

Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. c. Diketahui keeratan hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan

sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan anak yang berkaitan dengan hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah.

2. Secara Praktek

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi: a. Bagi orang tua

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan perkembangan anak serta dapat meningkatan kewaspadaan dan kesadaran orang tua yang memiliki anak usia prasekolah sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak karena penting untuk perkembangan anaknya. b. Bagi lembaga pendidikan prasekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan khususnya perkembangan anak usia prasekolah.

(19)

7

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini sebagai data pendukung penelitian berikutnya tentang hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah dan menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti mengenai metode penelitian dan perkembangan anak.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang serupa dengan ini adalah penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh:

1. Sulistyani (2006) mengenai “Pengaruh Stimulasi Psikososial di Kelompok Bermain dan Pengasuhan di Rumah terhadap Perkembangan Sosial-Emosi Anak Usia 2-4 Tahun di Kota Bogor”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh stimulasi psikososial di kelompok bermain (KB) dan pengasuhan di rumah terhadap perkembangan sosial-emosi anak usia 2-4 tahun peserta KB kelompok ekonomi menengah atas (KB I) dan menengah bawah (KB II). Penelitian ini menggunakan desain Cross

Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah orangtua dan anak dari KB I

dan KB II, dengan jumlah sampel 89 sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna dalam pemberian stimulasi psikososial di kelompok bermain dan pengasuhan di rumah terhadap perkembangan sosial-emosi anak usia 2-4 tahun di kota Bogor.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat penelitian. Penelitian yang dilakukan Sulistyani (2006) dilakukan di Kelompok Bermain (KB) kota Bogor, sedangkan tempat penelitian yang akan dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Adapun persamaannya pada metode, dan subjek penelitian. Metode penelitian sama-sama menggunakan Cross

sectional dan subjek penelitiannya adalah orang tua dan anak usia

(20)

8

2. Rahmaulina dan Hastuti (2008) mengenai “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tumbuh Kembang Anak serta Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun”. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan tumbuh kembang anak serta stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 2-5 tahun yang tinggal di lokasi terpilih, dengan jumlah sampel sebanyak 100 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak serta pemberian stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada sampel penelitian dan variabel dependentnya. Penelitian yang dilakukan Rahmaulina dan Hastuti (2008) menggunakan ibu yang memiliki anak usia 2-5 tahun sebagai sampel penelitian dan variabel dependentnya adalah perkembangan kognitif, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan ibu dan anak sebagai sampel penelitian dan variabel

dependentnya adalah perkembangan sosial. Adapun persamaannya pada

metode penelitian. Metode penelitiannya sama-sama menggunakan cross

sectional study.

3. Hastuti (2009) mengenai “Stimulasi Psikososial pada Anak Kelompok Bermain dan Pengaruhnya pada Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, dan Moral/Karakter Anak”. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penyelenggaraan stimulasi psikososial pada anak di Kelompok Bermain (KB) kota Bogor dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak. Desain penelitian ini adalah Cohort study yang bersifat 3 bulan ke depan. Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 2-4 tahun di Kelompok Bermain, dengan jumlah sampel sebanyak 91 anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stimulasi psikososial yang diterima anak di rumah maupun di KB memiliki dampak positif atau

(21)

9

pengaruh yang bermakna pada kualitas perkembangan anak (perkembangan motorik, kognitif, sosial emosi dan moral/karakter).

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode, sampel, dan tempat penelitian. Penelitian yang dilakukan Hastuti (2009) menggunakan metode cohort study, sampel penelitiannya adalah anak yang berusia 2-4 tahun di Kelompok Bermain (KB), sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode cross sectional, sampel penelitiannya ibu dan anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Adapun persamaannya pada variabel independentnya. Variabel independentnya yaitu stimulasi psikososial.

4. Yuliana (2009) mengenai “Pengaruh Stimulasi Psikososial terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah”. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh stimulasi psikososial terhaap perkembangan anak usia prasekolah. Desain penelitian ini adalah Quasi experiment. Sampel penelitian adalah anak prasekolah usia 3-6 tahun, dengan jumlah sampel sebanyak 70 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stimulasi psikososial yang diberikan secara lengkap (diklat dan metode kelompok belajar di rumah) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan anak dengan nilai rata-rata perkembangan anak kelompok perlakuan lebih tinggi dibanding kelompok control.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada metode, dan sampel penelitian. Penelitian yang dilakukan Yuliana (2009) menggunakan metode penelitian quasi experiment dan sampel penelitiannya anak usia prasekolah. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian cross sectional dan sampel penelitiannya yaitu ibu dan akan prasekolah. Adapun persamaannya pada variabel independentnya. Variabel independentnya yaitu stimulasi psikososial.

(22)

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 3 Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Ketiga TK tersebut diantaranya TK BOPKRI Rewulu, TK Indriyasana Gancahan, dan TK ABA Melati Putih Sidomulyo. TK BOPKRI Rewulu berada di dusun Gancahan V Kelurahan Sidomulyo, dan bersebelahan dengan Gereja BOPKRI Rewulu, SD BOPKRI Rewulu, dan SMP BOPKRI Rewulu. Batas-batas wilayahnya meliputi sebelah utara berbatasan dengan Dusun Sembuh Wetan Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Gancahan VI dan Gancahan VII Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kluweh Kelurahan Balecatur Gamping Sleman, dan sebelah barat Dusun Sembuh Kidul Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman.

TK Indriyasana Gancahan berada di dusun Gancahan VIII Kelurahan Sidomulyo, selingkungan sekitar TK merupakan rumah-rumah warga Gancahan VIII. Batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Dusun Rewulu Kulon Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Jetis Prenggan Kelurahan Sidokarto Godean Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Sumber Kelurahan Balecatur Gamping Sleman, dan sebelah barat berbatasan dengan Dusun Gancahan VII Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman. TK ABA Melati Putih berada di Dusun Gancahan VII Kelurahan Sidomulyo bersebelahan dengan SD Muhammadiyah Sidomulyo. Batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Dusun Gancahan VI Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Gancahan VIII Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Sembuh

(23)

44

Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman, dan sebelah barat berbatasan dengan Dusun Gancahan V Kelurahan Sidomulyo Godean Sleman.

Proses belajar mengajar di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Sleman ini berlangsung dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB dan dari ketiga TK tersebut mempunyai 2 ruang kelas untuk kelas A dan kelas B, yang membedakan hanya pada TK Indriyasana Gancahan ditambah dengan 1 ruang kelas yaitu kelas untuk Kelompok Bermain. Kegiatan ekstrakulikuler dari ketiga TK hampir sama diantaranya drumband, dan kesenian tari.

2. Analisa Hasil Penelitian a. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 17-22 Juni 2013 mengenai hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kabupaten Sleman, maka didapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil penelitian ini didasarkan pada data yang diperoleh dari pengisian kuesioner dan pengukuran DDST II yang dilakukan oleh responden, responden dalam penelitian ini adalah sejumlah 45 pasang orang tua dan siswa TK kelas A yang dibatasi berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan. Secara terperinci karakteristik responden dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Orang tua Siswa TK Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan per Bulan

dan Pekerjaan

No. Karakteristik Responden Jumlah Presentase (%)

Umur 1. 16-21 tahun 1 2,2 2. 21-40 tahun 38 84,4 3. > 40 tahun 6 13,3 Tingkat Pendidikan 1. SD 2 4,4 2. SMP 6 13,3 3. SMA 31 68,9 4. Perguruan Tinggi 6 13,3

(24)

45

No. Karakteristik Responden Jumlah Presentase (%)

Pendapatan per Bulan

1. ≤ 900.000 20 44,4

2. > 900.000 25 55,6

Pekerjaan

1. Ibu Rumah Tangga 23 51,1

2. Buruh 1 2,2 3. Karyawati 4 8,9 4. Swasta 3 6,7 5. Wiraswasta 10 22,2 6. PNS 4 8,9 Jumlah 45 100

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa kelompok umur responden terbanyak pada rentang umur 21-40 tahun sebanyak 38 responden (84,4%). Kemudian tingkat pendidikan tertinggi responden adalah tamat SMA yaitu 31 responden (68,9%). Dilihat dari pendapatan keluarga, pendapatan perbulan responden sebagian besar adalah lebih dari 900.000 yaitu 25 responden (55,6%). Dilihat dari pekerjaan responden, sebagian besar pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 23 responden (51,1%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa TK Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Urutan Anak

No. Karakteristik Responden Jumlah Presentase (%)

Jenis Kelamin 1. Laki-laki 22 48,9 2. Perempuan 23 51,1 Umur 1. 4-5 tahun 14 31,1 2. 5-6 tahun 31 68,9 Urutan Anak 1. Anak Sulung 11 24,4 2. Anak Tengah 2 4,4 3. Anak Bungsu 24 53,3 4. Anak Tunggal 8 17,8 Jumlah 45 100

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 responden berdasarkan jenis kelamin, jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan sebanyak 23 responden (51,1%). Berdasarkan umur dalam tahun, kelompok umur terbanyak yaitu pada rentang umur 5-6 tahun sebanyak 31 responden (68,9%). Berdasarkan

(25)

46

urutan kelahiran siswa, urutan kelahiran terbanyak yaitu sebagai anak bungsu sebanyak 24 responden (53,3%).

b. Analisa Univariat

Hasil analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden pemberian stimulasi psikososial dan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. Hasil analisa tersebut disajikan berikut ini dalam bentuk tabel dan narasi.

1) Variabel Stimulasi Psikososial

Kriteria skoring pada stimulasi psikososial anak usia prasekolah terdiri dari 3 kriteria, yaitu ibu yang memberikan stimulasi psikososial dengan baik yaitu dengan skor >80%, Ibu yang memberikan stimulasi psikososial sedang dengan skor 60%-80%, dan Ibu yang memberikan stimulasi psikososial kurang dengan skor <60%. Gambaran responden berdasarkan pemberian stimulasi psikososial untuk anak usia prasekolah dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Stimulasi Psikososial pada Siswa TK Usia 3-6 Tahun

No. Pemberian Stimulasi Psikososial Frekuensi Presentase (%) 1. Baik 27 60,0 2. Sedang 15 33,3 3. Kurang 3 6,7 Jumlah 45 100

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa pemberian stimulasi psikososial sebagian besar memiliki perilaku yang baik yaitu sebanyak 27 orang (60,0%) dan pemberian stimulasi psikososial paling sedikit adalah responden yang mempunyai perilaku kurang sebanyak 3 orang (6,7%).

2) Variabel Perkembangan Sosial

Kriteria perkembangan sosial terdiri dari 3 macam kriteria, yaitu normal bila tidak ada keterlambatan (delay) dan paling sedikit

(26)

47

satu Caution/ Peringatan, Suspect bila terdapat satu atau lebih keterlambatan (delay) dan atau dua atau lebih Caution/ Peringatan, dan

Untestable bila menolak satu atau lebih item di sebelah kiri garis umur

atau menolak lebih dari satu item yang ditembus garis umur pada area 75%-90%. Perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman dapat dilihat dari tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Sosial pada Siswa TK

No. Perkembangan Sosial Frekuensi Presentase (%)

1. Normal 30 66,7

2. Suspect 12 26,7

3. Untestable 3 6,7

Jumlah 45 100

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 di atas dapat diketahui responden yang memiliki perkembangan sosial normal yaitu sebanyak 30 orang (66,7%), suspect sebanyak 12 orang (26,7%) dan Untestable sebanyak 3 orang (6,7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial anak usia prasekolah terbanyak adalah normal yaitu sebanyak 30 orang (66,7%) dan perkembangan sosial tersedikit adalah Untestable yaitu sebanyak 3 orang (6,7%).

c. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar variabel. Analisa bivariat yang dilakukan pada dua variabel yang digunakan berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Uji hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan uji korelasi Kendall Tau, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman.

(27)

48

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Pemberian Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Sosial

Perkembangan Sosial

Total p-value τ

Normal Suspect Untestable

Pemberian Stimulasi Psikososial Baik 24 2 1 27 0,000 0,535 (53,3%) (4,4%) (2,2%) (60,0%) Sedang 5 9 1 15 (11,1%) (20,0%) (2,2%) (33,3%) Kurang 1 1 1 3 (2,2%) (2,2%) (2,2%) (6,7%) Jumlah 30 12 3 45 (66,7%) (26,7%) (6,7%) (100%)

Sumber : data primer 2013

Berdasarkan hasil dari tabel 4.5 di atas diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden memberikan stimulasi psikososial yang baik dengan perkembangan sosial anak prasekolah normal, yaitu sebanyak 24 orang (53,3%). Untuk responden dengan pemberian stimulasi psikososial sedang dengan perkembangan sosial anak prasekolah suspect yaitu sebanyak 9 orang (20,0%). Untuk responden dengan pemberian stimulasi psikososial sedang dengan perkembangan sosial anak prasekolah normal yaitu sebanyak 5 orang (11,1%). Untuk responden dengan pemberian stimulasi psikososial baik dengan perkembangan sosial anak prasekolah

suspect yaitu sebanyak 2 orang (4,4%). Untuk responden dengan

pemberian stimulasi psikososial kurang dengan perkembangan sosial anak prasekolah untestable yaitu sebanyak 1 orang (2,2%). Berdasarkan hasil tabulasi silang yang diperoleh diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan stimulasi psikososial yang baik dengan perkembangan sosial anak prasekolah normal.

Setelah diperoleh gambaran dari tabulasi silang antara variabel stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak prasekolah kemudian dilanjutkan hipotesa dengan menggunakan uji Kendall Tau. Hasil uji statistika Kendall Tau menunjukkan nilai sebesar 0,535 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil penelitian menunjukkan nilai p-value=0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pemberian stimulasi psikososial dengan perkembangan

(28)

49

sosial anak prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman tahun 2013.

B. Pembahasan 1. Pemberian Stimulasi Psikososial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar memberikan stimulasi psikososial yang baik yaitu sebanyak 27 orang (60,0%), yang memberikan stimulasi psikososial sedang sebanyak 15 orang (33,3%), dan yang memberikan stimulasi psikososial kurang sebanyak 3 orang (6,7%). Hal ini menunjukkan bahwa banyak didapatkan responden yang memberikan stimulasi psikososial yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmaulina dan Hastuti (2008) menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan, penelitian sebelumnya sebagian besar responden memberikan stimulasi psikososial sedang yaitu sebanyak 54 orang (85,71%) sedangkan penelitian yang dilakukan penulis yang paling besar responden memberikan stimulasi psikososial baik yaitu sebanyak 27 orang (60,0%). Hal ini disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi stimulasi psikososial yang diberikan orang tua.

Dalam pemberian stimulasi psikososial anak dipengaruhi faktor dari lingkungan keluarga dan lingkungan luar rumah. Faktor lingkungan keluarga yang paling berperan adalah orang tua (ibu). Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa perkembangan anak lebih optimal pada ibu yang tidak bekerja dibandingkan ibu yang bekerja. Pekerjaan ibu dari siswa TK kelas A di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ini sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 23 responden atau 51,1%, ibu yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 10 responden atau 22,2%, ibu yang bekerja sebagai karyawati sebanyak 4 responden atau 8,9%, ibu yang bekerja swasta sebanyak 3 responden atau 6,7%, dan ibu yang bekerja sebagai buruh sebanyak 1 responden atau 2,2%

(29)

50

sehingga sebagian besar ibu mempunyai waktu yang banyak untuk bersama anaknya dan dapat memberikan stimulasi psikososial.

Tingkat pendidikan ibu juga mempengaruhi pengetahuan ibu tersebut sehingga menentukan pemberian stimulasi yang tepat bagi anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara pengasuhan anak dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara menjaga kesehatan anak, pendidikan dan sebagainya. Tingkat pendidikan ibu dari siswa TK kelas di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman ini sebagian besar adalah SMA yaitu 31 responden atau 68,9%, perguruan tinggi sebanyak 6 responden atau 13,3%, SMP sebanyak 6 responden atau 13,3%, dan SD sebanyak 2 responden atau 4,4% sehingga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu dari siswa TK kelas A di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo sudah cukup bagus dan mampu menerima paparan informasi mengenai pemberian stimulasi psikososial.

Sebagian besar rentang umur ibu adalah 21-40 tahun sebanyak 38 responden (84,4%), lebih dari 40 tahun sebanyak 6 responden (13,3%) dan rentang umur 16-21 tahun sebanyak 1 responden (2,2%). Menurut Hurlock (2010) rentang umur 21-40 tahun adalah masa dewasa awal (early adulthood) yaitu masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga dan mengasuh anak-anak. Usia ibu yang tergolong reproduktif merupakan usia yang matang dari seorang wanita untuk mempunyai tanggung jawab didalam keluarga, sehingga ibu cenderung akan memperhatikan dan mencari solusi apabila terdapat permasalahan di dalam keluarganya dalam hal perkembangan anaknya. Sehingga ibu akan sangat memperhatikan perkembangan anaknya dengan baik. Terutama ketika anaknya berusia prasekolah (3-6 tahun) karena dalam usia ini merupakan masa

golden age yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak

(30)

51

Perhatian dan kasih sayang orang tua merupakan stimulasi yang diperlukan anak, dan akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak. Sehingga anak lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang. Pada usia prasekolah faktor lingkungan luar rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena pada usia ini perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai beralih keteman sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak (Soetjiningsih, 2012). Pada penelitian ini pemberian stimulasi psikososial anak menggabungkan faktor lingkungan keluarga dan lingkungan luar rumah sekitar anak.

2. Perkembangan Sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden perkembangan sosial anak sebagian besar adalah normal yaitu sebanyak 30 orang (66,7%), suspect sebanyak 12 orang (26,7%) dan untestable sebanyak 3 orang (6,7%). Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2009) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu sebagian besar perkembangan sosial anak adalah normal. Penelitian sebelumnya perkembangan sosial anak sebagian besar adalah normal yaitu sebanyak 47,3% dan penelitian yang dilakukan penulis perkembangan sosial anak sebagian besar adalah normal sebanyak 66,7%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.

Menurut Soetjiningsih (2012) faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah faktor lingkungan tempat tinggal, kualitas interaksi anak-orangtua, dan status sosial ekonomi. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya perkembangan. Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya perkembangan yang optimal, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambat perkembangan diantaranya sanitasi lingkungan dan keadaan rumah. Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung

(31)

52

kesehatan anak dan tumbuh kembang. Kebersihan baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Sedangkan keadaaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penguninya. Semua responden adalah anak usia prasekolah yang sehat secara fisik maupun mental dan tidak memiliki riwayat sakit yang berarti.

Perkembangan sosial anak dapat dilihat dari kualitas interaksi anak dan orang tua. Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orang tuanya sehingga komunikasi bisa dua arah dan permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya kedekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi (Soetjiningsih, 2012). Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai kualitas interaksi anak dengan orang tua.

Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan anak dengan status ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh latar belakang pendidikan orangtua dan motivasi belajar. Faktor ekonomi berkaitan dengan penghasilan suatu keluarga dalam menentukan daya beli makanan dalam keluarga yang akan menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh keluarga dan fasilitas yang mendukung perkembangan anak. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder misalnya susu dan alat-alat yang dibutuhkan anak dalam masa perkembangan. Sedangkan pendapatan yang kurang akan lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan

(32)

53

pokoknya terlebih dahulu seperti beras sehingga tidak ada alokasi dana untuk membeli makanan tambahan dan fasilitas untuk perkembangan anak hanya seadanya dan tidak terpenuhi (Soetjiningsih, 2012)..

Pendapatan perbulan keluarga responden sebagian besar adalah lebih dari 900.000 yaitu 25 responden (55,6%). Sedangkan pendapatan yang kurang dari 900.000 sebanyak 20 responden (44,4%). Dalam penelitian ini sebagian besar responden mempunyai pendapatan lebih dari 900.000 dan dapat dikatakan di atas UMR (Upah Minimum Regional) sehingga termasuk keluarga dengan status ekonomi baik.

3. Hubungan Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Sosial Anak Usia Prasekolah di TK ABA Melati Putih Sidomulyo Godean Sleman

Menurut hasil tabel silang (tabel 4.5) menunjukkan nilai p-value=0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah. Hal ini dapat dikatakan pemberian stimulasi psikososial berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak usia prasekolah dimana ibu atau pengasuh dapat menstimulasi anak sesuai umurnya dan mendeteksi secara dini apa saja perkembangan sosial yang belum atau kurang dikuasai anak sehingga anak dapat bersosialisasi dengan normal sesuai umurnya.

Hasil penelitian yang dilakukan Sulistyani (2006) menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu p-value = 0,002 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak. Tingkat pendidikan ibu memiliki pengaruh yang bermakna terhadap stimulasi yang diberikan kepada anak. Begitu juga jurnal penelitian Yuliana (2009) menunjukkan hasil p-value

= 0,000 sehingga terdapat pengaruh signifikan antara stimulasi psikososial

yang diberikan terhadap perkembangan anak usia prasekolah. Peran orang tua khususnya ibu pada proses pembimbingan dan pengasuhan pada anak sangat besar, terutama dalam membantu anak melewati masa penting dalam rentang usia 3-6 tahun (usia prasekolah). Hubungan yang baik antara ibu dan anak dapat manfasilitasi perkembangan sosial anak, sedangkan hubungan yang

(33)

54

kurang baik mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam perkembangan sosialnya. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menyatakan bahwa semakin baik pemberian stimulasi psikososial maka perkembangan sosial anak mempunyai kecenderungan normal.

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa pemberian stimulasi psikososial pada kategori sedang tetapi perkembangan sosialnya normal yaitu 5 responden (11,1%) hal ini disebabkan karena sebagian besar anak sering menonton VCD lagu-lagu anak dan dibiarkan bermain ular tangga, puzzle, dan kartu dengan teman sebayanya ketika ibu/ pengasuh sedang melakukan pekerjaan atau kegiatan lain sehingga anak dapat belajar dari fasilitas tersebut. Kemungkinan lain juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keadaan ekonomi keluarga, jumlah saudara dan jenis kelamin yang tidak dikendalikan peneliti. Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonomi cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan ekonomi kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian anak juga kebutuhan primernya tidak terpenuhi (Soetjiningsih, 2012).

Kemungkinan yang terakhir yaitu jenis kelamin pada anak usia prasekolah umumnya mereka telah berkembang kesadaran terhadap perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak laki-laki atau anak perempuan. Kesadaran ini tampak pada pilihan terhadap alat permainan dan aktifitas bermain yang dipilih anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki umumnya lebih menyukai bermain di luar, bermain kasar dan bertingkah laku agresif. Anak perempuan lebih suka bermain yang bersifat kesenian, bermain boneka dan menari (Patmonodewo, 2003).

Perkembangan sosial pada anak tidak lepas dari peranan orang tua anak. Menurut Hidayat (2008) kemampuan sosialisasi anak adalah hasil belajar, bukan sekedar hasil dari kematangan saja. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak. Anak pertama kali belajar segala sesuatu di lingkungan keluarga dan

(34)

55

orang tua terutama ibu adalah guru pertama anak. Hal ini membuat orang tua memiliki andil besar dalam pendidikan anaknya. Orang tua dapat melatih anak untuk mengintegrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial sehingga stimulasi yang diberikan orang tua akan selalu diingat anak dan membuat perkembangan sosial berkembang secara normal.

4. Keeratan hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecematan Godean Kabupaten Sleman

Menurut hasil tabel silang (tabel 4.5) menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,535 sehingga keeratan hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah dapat dikatakan sedang. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sulistyani (2006) menunjukkan hasil koefisiensi korelasi yang berbeda dengan yang dilakukan oleh penulis, penelitian sebelumnya hasil koefisiensi korelasi sebesar 0,318 keeratan hubungan dikatakan rendah sedangkan penelitian yang dilakukan penulis koefisiensi korelasi sebesar 0,535 keeratan hubungan dinyatakan cukup/ sedang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keeratan hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial.

Faktor yang mempengaruhinya diantara peran orang tua di rumah dan lingkungan luar rumah. pengasuhan di rumah tidak lepas dari peran orang tua dalam dalam menstimulasi perkembangan anak dan kualitas interaksi anak dengan orang tua. Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Kualitas dari interaksi tersebut yaitu dalam pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. Dalam hal ini perhatian dan kasih sayang orang tua merupakan stimulasi yang diperlukan anak, dan akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak. Sehingga anak lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang (Soetjiningsih, 2012).

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya perkembangan. Lingkungan yang baik akan memungkinkan

(35)

56

tercapainya perkembangan yang optimal, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambat perkembangan anak. Pada usia prasekolah faktor lingkungan rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena pada masa ini perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian beralih ke teman sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, melalui sosialisasi anak memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak (Soetjiningsih, 2012).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian terdapat keterbatasan penelitian, keterbatasan penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Faktor ekonomi keluarga, jumlah saudara dan jenis kelamin dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak usia prasekolah padahal faktor-faktor tersebut diabaikan peneliti.

2. Responden orangtua dalam menjawab kuesioner stimulasi psikososial kemungkinan ada yang tidak menjawab sebenarnya sehingga diperlukan kunjungan ke rumah untuk memastikan kebenarannya.

(36)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian stimulasi psikososial di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman pada tahun 2013 sebagian besar memiliki perilaku yang baik yaitu sebanyak 27 responden (60,0%). 2. Perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan

Sidomulyo Kecamatan Godean Kabupaten Sleman pada tahun 2013 sebagian besar adalah normal yaitu sebanyak 30 orang (66,7%).

3. Ada hubungan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Godean Sleman Kabupaten Sleman pada tahun 2013 dengan nilai p-value sebesar 0,000 ≤ 0,05.

4. Keeratan hubungan antara stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak adalah hubungan sedang yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,535.

B. Saran

Dari kesimpulan tersebut penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada orang tua siswa Taman Kanak-Kanak Kelurahan Sidomulyo

Diharapkan oarng tua/ siswa dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran dalam memberikan stimulasi psikososial kepada anak karena penting dalam mengoptimalkan perkembangan sosial anak.

2. Kepada guru Taman Kanak-Kanak di Kelurahan Sidomulyo

Diharapkan guru dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada orangtua siswa tentang perkembangan sosial anak usia prasekolah dan ikut membantu dalam pemberian stimulasi dan perkembangan sosial anak di sekolah.

(37)

58

3. Kepada peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat pendukung penelitian berikutnya mengenai hubungan stimulasi psikososial dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah dan menambahkan khasanah ilmu pengetahuan peneliti mengenai metode penelitian dan perkembangan anak.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

_________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Brassard, M.R. & Boehm, A.E. (2008). Preschool Assessment: Principles and

Practice. New York: Guilford Press.

Depdiknas. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini

(Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Depdiknas.

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Sleman.

http://www.depkes.go.id/. Diakses Kamis, 21 Februari 2013 pukul 14.00 WIB.

_________. (2011a). Profil Data Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id/. Diakses Kamis, 21 Februari 2013 pukul 14.30 WIB.

_________. (2011b). Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

_________. (2012). Stimulasi Perkembangan Anak Melalui Permainan, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Hastuti, D. (2009). Stimulasi Psikososial pada Anak Kelompok Bermain dan Pengaruhnya pada Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, dan Moral/Karakter Anak. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen.

http://www.ikk.fema.ipb.ac.id/. Diakses Minggu 24 Februari 2013 pukul 12.30 WIB.

Hidayat, A.A. (2007a). Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak: Siapa

Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: Elex Media Komputindo.

_________. (2007b). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa

Data. Jakarta: Salemba Medika.

_________. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

(39)

Hurlock, E.B. (2010). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Mansur. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Martuti, A. (2009). Mendirikan dan Mengelola PAUD. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Oktaviani. (2008). Riwayat Autisme, Stimulasi Psikososial dan Hubungannya

dengan Perkembangan Sosial Anak dengan Autisme Spectrum Disorder (ASD). [skripsi]. http://repository.ipb.ac.id/. Diakses 21 Februari 2013

pukul 14.30 WIB.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Rahmaulina, N.D. & Hastuti, D. (2008). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tumbuh Kembang Anak serta Stimulasi Psikososial dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal Ilmu

Keluarga dan Konsumen. Volume ke-1. http://journal.ipb.ac.id/. Diakses

Kamis 21 Februari 2013 pukul 15.00 WIB.

Riyadi, S. & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rochyadi, E. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individu bagi

Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdiknas.

Saryono. (2010). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mulia Medika.

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: AlfaBeta. _________. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: AlfaBeta.

Sulistyani. (2006). Pengaruh Stimulasi Psikososial di Kelompok Bermain dan

Pengasuhan di Rumah terhadap Perkembangan Sosial-Emosi Anak Usia 2-4 Tahun di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

(40)

Sylva, K & Totsika, V. (2004). The Home Observation for Measurement of the Environment Revisited. Child and Adolescent Mental Health. Volume ke-9. Oxford: Departement of Educational Study, University of Oxford.

WHO. (2011). Prevalence and Trends of Stunting among Pre-school Children,

1990-2020. http://www.who.int/. Diakses Jumat 8 Maret 2013 pukul 19.30

WIB.

Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2009).

Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1 Edisi 6. Jakarta: EGC.

Yuliana. (2009). Pengaruh Stimulasi Psikososial terhaap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal Pendidikan dan Keluarga. Volume ke-1. http://isjd.pdii.lipi.go.id/. Diakses Selasa, 19 Februari 2013 pukul 20.00 WIB.

Gambar

Tabel 4.1  Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Orang tua Siswa  TK Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan per Bulan
Tabel 4.2  Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa TK  Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Urutan Anak
Tabel 4.3  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian  Stimulasi Psikososial pada Siswa TK Usia 3-6 Tahun
Tabel 4.4  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan  Sosial pada Siswa TK
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2009) mengatakan bahwa work family conflict berpengaruh positif yang signifikan terhadap variabel job stress atau stres kerja dan

Laurens &gt;&gt; Bahwa memang skenario yang dipakai hari ini adalah latihan dalam melihat tentang lahan dan isu karbon.. Rodd &gt;&gt; memang data sangat penting dan

Karyawan yang kadang-kadang membuat kesalahan tata bahasa tetapi tidak mempengaruhi makna, maka diberi skor empat.. Mereka yang tidak ada atau sedikit kesalahan tata bahasa, maka

Para ahli hukum Indonesia, umumnya berpendapat syarat subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari pihak yang berjanji dan kecakapan dari pihak yang

Pada pengujian kedua di lokasi kedua yaitu di taman sampangan semarang, saat 30 menit pertama setelah alat dinyalakan, data yang didapat adalah sebagai berikut,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi

Rangka divan diletakan pada meja yang telah disediakan kemudian hard pad direkatkan pada divan dengan menggunakan lem lateks selanjutnya busa yang dibutuhkan

terutama bahan dokumen tercetak merupakan dasar dalam membangun suatu koleksi digital yang nantinya akan dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan akses informasi