• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EXECUTIVE SUMMARY

PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN

OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT)

Desember 2010

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(2)

EXECUTIVE SUMMARY

PENGKAJIAN IRIGASI MODERN DENGAN OTOMATISASI IRIGASI TERPUTUS (INTERMITTENT)

Pelaksanaan irigasi terputus sering terkendala karena lebih rumit dibandingkan irigasi menerus. Petani perlu sering ke lahan untuk mengontrol dan memberikan air ke lahan bila diperlukan. Sistem otomatis irigasi terputus dapat membantu mempermudah pengaplikasian irigasi terputus agar sesuai dengan kebutuhan tanaman (kelembaban tanah telah berada pada kondisi tertentu).

Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan mengujicoba sistem otomatis pada penerapan irigasi terputus. Penelitian direncanakan akan dilakukan selama 4 tahun (2010-2013). Penelitian pada tahun 2010 dilakukan untuk menghasilkan model fisik (prototip) sistem otomatis. Hasil pengkajian model fisik tersebut digunakan pada tahun 2011 untuk menghasilkan model sistem (software, panduan instalasi dan pemeliharaan, peralatan alternatif). Pada tahun 2012 akan dihasilkan naskah ilmiah (draft kriteria desain/spesifikasi teknik yang kemudian difinalisasi menjadi R-0 Kriteria Desain/Spesifikasi Teknik Penerapan Irigasi Terputus (Intermittent) dengan otomatisasi (tahun 2013).

Pengkajian pada penelitian ini dibatasi pada aspek teknologi yang perlu dikembangkan dalam modernisasi irigasi terputus yaitu dengan menggunakan sistem otomatis. Sistem otomatis memungkinkan pengendalian tinggi muka air secara real-time sehingga diharapkan efisiensi penggunaan air dapat meningkat. Data kondisi lapangan (tinggi air, kelembaban tanah, cuaca dan debit) diambil dalam interval waktu tertentu untuk kemudian dikirimkan ke unit pengendali melalui wireless transceiver untuk memutuskan apakah irigasi perlu diberikan atau tidak.

Sistem otomatis disusun dari 3 sub-sistem, yaitu sub-sistem pengukuran, pengontrolan dan pengaturan. Peralatan yang dibutuhkan dalam rancangan sistem otomatis ini meliputi sensor tinggi muka air, kelengasan tanah, cuaca, komputer, software, flow meter dan pengatur debit (valve). Parameter utama yang dikendalikan dalam sistem ini diukur melalui sensor tinggi air. Sensor lainnya, (sensor kelengasan tanah dan cuaca) digunakan dalam menganalisa data hasil penelitian.

(3)

Sub sistem pengaturan Sub sistem pengukuran Sub sistem pengontrollan

Gambar 1. Skema sistem otomatis.

Sub-sistem pengukuran terdiri dari stasiun sensor dan stasiun cuaca. Stasiun sensor ditempatkan di lahan untuk mengambil data kadar air dan tinggi muka air. Untuk memudahkan instalasi dan pemeliharaan, transmisi data dari sub-sistem pengukuran ke sub-sistem pengontrolan dilakukan dengan menggunakan telemetri.

Sub-sistem pengontrolan terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang diperlukan meliputi receiver, komputer dan peralatan interfacing. Perangkat lunak disusun untuk mengolah dan menginterpretasi data sehingga pengaturan pemberian air irigasi dapat dilakukan secara real time. Pengontrollan dirancang agar dapat mengkomodir pola pemberian air yang dilakukan di lahan.

Sub-sistem pengaturan terdiri dari actuator dan pengukur debit irigasi. Actuator membuka pintu air saat irigasi diperlukan. Debit air irigasi kemudian diukur menggunakan menggunakan sensor debit.

Ujicoba awal sistem otomatis dilakukan di Laboratorium Outdoor Balai Irigasi. Selama uji coba awal, hujan terjadi hampir setiap hari sehingga muka air pada piezometer relatif stabil. Irigasi hanya diberikan beberapa kali selama uji coba. Penurunan tinggi muka air pada piezometer umumnya terjadi mulai jam 10:00 hingga 15:00. Pada rentang waktu tersebut evapotranspirasi lahan mencapai

(4)

maksimum. Irigasi umumnya diberikan pada sore hari setelah tinggi muka air mencapai batas bawah.

0 5 10 15 20 25 30 11/1/10 21:27:51 11/2/10 3:13:27 11/2/10 8:59:03 11/2/10 14:44:39 11/2/10 20:30:15 T in g g i a ir d i p ie zo m e te r (cm ) Batas atas Batas bawah H

10 per. Mov. Avg. (H)

macak-macak pada tinggi air 20 (cm)

Gambar 2. Data hasil pengujian

Pada Gambar 2 batas atas diset pada saat muka air di piezometer setinggi 25 cm (genangan 5 cm) dan batas bawah pada 2 cm (perched water table -17 cm). Pada malam hari tinggi air relatif stabil, fluktuasi tinggi air disebabkan karena hujan. Tinggi air mulai mengalami penurunan mulai jam 9:00 dan mencapai batas bawah pada sekitar jam 14:30. Pada saat tersebut, irigasi diberikan hingga tinggi muka air mencapai batas atas.

Uji coba di tingkat lahan dilakukan di demplot PT. Sang Hyang Seri. Pengujian baru sampai pada tahap uji kinerja sistem. Sistem untuk sementara diinstalasi di lapangan untuk kemudian dijalankan. Untuk ujicoba, batas bawah diset 15 cm dan batas atas diset 24 cm. Saat sistem dijalankan, valve terbuka dan irigasi dialirkan. Air perlu waktu cukup lama (hingga 2 jam seperti pada Gambar 3) untuk mencapai piezometer sensor karena lahan cukup luas dan debit irigasi kecil. Pengujian lanjutan akan dilakukan pada tahun 2011.

(5)

0 5 10 15 20 25 30 11/14/10 13:26:24 11/14/10 13:59:31 11/14/10 14:32:38 11/14/10 15:05:46 11/14/10 15:38:53 11/14/10 16:12:00 Waktu Ti n g g i a ir d i p ie z o m e te r (c m ) Batas Atas Batas Bawah H

10 per. Mov. Avg. (H)

Gambar 3. Data hasil pengujian di Demplot PT. Sang Hyang Seri

Pengendalian sudah dapat berjalan seperti yang diharapkan. Irigasi diberikan tepat saat batas bawah tercapai hingga batas atas. Walaupun demikian, pengukuran terkendala noise yang cukup besar. Hal ini mungkin diakibatkan transmisi wireless yang kurang baik. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengkondisian data sensor mengunakan filter moving average dengan periode tiap 10 data.

Pengujian lanjutan dalam waktu yang lebih panjang masih perlu dilakukan untuk menguji durabilitas sistem, konsumsi daya dan pola pemeliharaan yang perlu dilakukan. Melalui pengujian pada satu musim tanam (terutama pada musim kemarau) nilai tambah dari pengaplikasian sistem ini terhadap efisiensi penggunaan air, pengurangan tenaga kerja untuk pengaturan air, dsb dapat teridentifikasi.

(6)

Lampiran Foto-foto Prototipe

Prototipe di Laboratorium Outdoor

Balai Irigasi, Bekasi

Prototipe di Demplot

PT. Sang Hyang Seri, Sukamandi

Piezometer untuk sensor

muka air

(7)

Lampiran Daftar Peralatan yang Digunakan

No. Peralatan

1 Sensor tinggi muka air

Spesifikasi:

- Tipe pressure transucer

- Range pengukuran 0-3’ (0-0,9 m) - Akurasi ± 0,1 % dari range

maksimum pengukuran pada suhu konstan

- Output arus 4 – 20 mA - Catu daya 8 sampai 36 VDC

2 Sensor debit aliran

Spesifikasi:

- Jenis propeller dengan mekanisme hall effect sensor

- Range 0.2 - 30 ft/sec (.06 - 9.14 m/sec)

- Output berupa counter - Akurasi ±1% of full scale - Catudaya 6 - 24 Vdc, 8 mA

(minimum)

3 Sensor kelengasan tanah

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3

- Spesifikasi tipe 1: Mengukur pada range 0-200 centibar dengan resolusi 1 centibar berdasarkan resistansi

- Spesifikasi tipe 2: Mengukur volumetric water content

berdasarkan dielectric permittivity. Range 0-100% volumetric water content dengan resolusi 0,1%. - Spesifikasi tipe 3: Mengukur

volumetric water content

berdasarkan dielectric permittivity, konduktivitas hidrolik dan suhu tanah. Resolusi 0,08% VWC pada 0-50% VWC

(8)

No. Peralatan

4 Stasiun cuaca

Keterangan: 1. Anemometer

2. Sensor radiasi matahari 3. Sensir radiasi UV 4. Sensor curah hujan 5. Pelindung radiasi (sensor

suhu dan kelembaban

udara)

6. Solar panel dan wireless transmitter

7. Console (sebagai penerima dan penampil data) 1 2 3 6 5 4 7 Spesifikasi :

- Dapat mengukur data-data cuaca: radiasi matahari dan UV, arah dan kecepatan angin, suhu dan kelembaban udara serta curah hujan

- Data yang diambil dikirim dan ditampilkan pada console untuk kemudian dapat didownload ke komputer melalui kabel USB.

5 Pengatur debit

Keterangan: 1. Power connector

2. Konektor indikator kondisi buka/tutup

3. Tuas mode pengaturan manual/otomatis 4. Motor penggerak 5. LED (tanda valve

beroperasi)

6. Tuas buka/tutup valve manual

7. Valve (ball valve)

1 5 6 3 2 4 2 Spesifikasi:

- Automatic valve berupa ball valve dengan kendali mekanis (motor) - Pergerakan buka/tutup dikendalikan dengan mengatur hubungan 4 pin:

- pin 2 dan pin 3 dihubungkan : valve bergerak membuka - pin 2 dan pin 4 dihubungkan :valve bergerak menutup. - pin 4 : ground

- Catudaya DC 12 volt (2 A) atau 24 volt (1 A) - Casing weather proof

(9)

No. Peralatan 6 Wireless Tranceiver Keterangan: 1. Komputer (sebagai pengendali) 2. Gateway 3. Node wireless 4. Port kabel ethernet 5. Kabel ethernet untuk

koneksi ke komputer

Spesifikasi:

- Tipe wireless pada frekuensi ... GHz

- Jangkauan 100 m (indoor) dan 300 m (outdoor)

- Terdiri dari gateway dan node wireless yang dihubungkan ke komputer - Node dapat menerima 4 input analog dan 4 input/output digital

Gambar

Gambar 1. Skema sistem otomatis.
Gambar 2. Data hasil pengujian
Gambar 3. Data hasil pengujian di Demplot PT. Sang Hyang Seri

Referensi

Dokumen terkait

Umur rencana yang digunakan adalah 20 tahun sesuai dengan RTRW Kabupaten Madiun 2009 – 2029, dimana tahun 2010 – 2016 dipakai sebagai penentuan nilai pertumbuhan lalu

Rusini,( 65 tahun ) sebagai penata tari dalam tari Srimpi Lobong yang mengalami proses pemadatan, informasi yang didapat anatra lain ide, gagasan, serta

Pada pengujian ini digunakan router, fungsi router pada pengujian ini tidak hanya untuk menghubungkan 2 buah jaringan yang berbeda dan memodelkan WAN yang

Agar pembahasan nantinya lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan dan analisis yang akan dibuat lebih terfokus, maka permasalahan hanya pada lingkup

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa keparahan penyakit baru terlihat pada 30 hsi yaitu pada perlakuan A1 (Kontrol hanya diinokulasi dengan F. oxysporum ) yaitu sebesar 2,08%

Hasil pemakaian produk menunjukkan bahwa mayoritas responden (perangkat desa) menyatakan aplikasi sistem administrasi desa berbasis Microsoft Access dengan

Was die Grammatikfehler bei dem zweiten Aufsatz angeht, kann man sagen, dass die Teilnehmer sehr viele grammatische Fehler gemacht haben, insgesamt gab es 86 grammatische Fehler..

PUSKESMAS Pembantu, perbaikan dan peningkatan PUSKESMAS, penyediaan sepeda, pembangunan sarana air minum pedesaan dan jamban keluarga dan sarana pembuangan air limbah,