• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia pada Ibu Hamil di Rs.Bhayangkara Brimob tahun 2018.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia pada Ibu Hamil di Rs.Bhayangkara Brimob tahun 2018."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia pada Ibu Hamil di

Rs.Bhayangkara Brimob tahun 2018

.

Oktavirona

Dosen Pengajar Akademi Kebidanan Yaspen Tugu Ibu, Jakarta

ABSTRAK

Anemia merupakan suatu kondisi penurunan kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit di bawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal (Amirudin R,2006).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi dari beberapa variabel dan faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia ibu hamil (anemia ibu hamil, umur ibu, tingkat pendidikan, paritas, usia kehamilan, jarak persalinan). Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2014. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melakukan ANC di RS.Bhayangkara Brimob. Sample dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan Ramdom Sampling.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di ketahui bahwa dari sample 94 responden. Dengan mengguanakan perhitungan univariat di dapatkan hasil distribusi frekuensi ibu hamil dengan anemia sebanyak 33 orang (35,1%), Usia ibu 20-35 tahun ada 74 orang (78,7%),tingkat pendidikan yang menengah ada 47orang (50,0%), Paritas multi gravida ada 73 orang(77,7%), Usia kehamilan TII ada 76orang(80,9%), Jarak Persalianan 2 tahun ada 77 orang (81,9%).Berdasrkan pada perhitungan bivariat di dapatkan ada hubungan jarak persalinan dengan kejadian anemia pada ibu hamil, dan tidak ada hubungan bermakna antara usia ibu,tingkat pendidikan,paritas dan usia kehamilan.Di perlukan kerjasama seluruh tenaga kesehatan dalam mencegah terjadinya anemia, pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan,evaluasi program dilakukan setiap bulan,kerjasama lintas program dan lintas sektroral,kader kesehatan tokoh masyarakan dalam membangun kesehatan masyarakat bersama.

Kata kunci : Anemia Ibu Hamil, Umur Ibu, Tingkat pendidikan, Paritas, Usia kehamilan, Jarak persalinan

ABSTRACT

Anemia is a condition of decreased levels of hemoglobin and the amount of erythrocytes below the normal value. In patients with anemia, more often called blood loss, levels of red blood cells (hemoglobin or Hb) are below normal values (Amirudin R, 2006). The aim of this study is to determine the frequency distribution of several variables and factors associated with anemia pregnant women (anemia of pregnant women, age of mother, level of education, parity, gestational age, distance of labor). This research was conducted in October 2014. The population of this study were all pregnant women who did ANC in Bhayangkara Hospital Brimob. The sample in this study was taken using Ramdom Sampling. Based on the results of research that has been done it can be seen that from a sample of 94 respondents. By using univariate calculations the frequency distribution results of pregnant women with anemia are 33 people (35.1%), there are 74 people (78.7%) for mothers aged, 78.7%, middle level education 47 people (50.0%) ), There were 73 people (77.7%) in multi-gravida parity, 76 people (80.9%) in TII gestational age, 77 people (81.9%) in fellowship distance. Based on the bivariate calculation there was a distance relationship childbirth with the incidence of anemia in pregnant women, and there is no significant relationship between maternal age, education level, parity and gestational age. It is necessary to collaborate all health workers in preventing anemia, fulfillment of facilities and infrastructure of health services, evaluation of the program is conducted every month, collaboration cross-program and cross-sectional, health cadres of community leaders in building public health together.

Keywords: Anemia of Pregnant Women, Age of Mother, Level of Education, Parity, Age of Pregnancy, Distance of Labor

(2)

Menurut badan kesehatan dunia atau World health Organization (WHO) tahun 2010 bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi sekitar 35-37% semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia difisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang dari pada negara yang sudah maju, 36% atau sekitar 1.400 juta menderita anemia dari perkiraan populasi 3.800 juta orang, sedangkan prevalensinya dengan negara maju sekitar 8% atau kira –kira 100 juta orang dari perkiraan populasi 1.200 juta orang. Sedangkan di indonesia prevalensi pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1%. Prevalensi anemia pada wanaita hamil di indonesia berkisar20-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukan anemia pada wanita hamil yang lebih dari 50%. (SKRT,2001)

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, bahkan internasional. Anemia pada ibu hamil mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia ( Manuaba,1998).

Anemia yang terjadi selama kehamilan memberikan akibat pada ibu dan janinya. Bagi ibu, keadaan anemia akan menurunkankan daya tahan tubuh ibu, sehingga rentan terhadap infeksi. Selain itu akibat yang terjadi pada persalinan antara lain adalah lemahnya kontaraksi rahim, tenaga mengejan yang lemah. Perdarahan post partum akibat atonia uteri, dan tubuh tidak mentoleransi terjadinya kehilangan darah seperti wanita yang sehat. Kehilangan

sekitar 150ml saja dapat berakibat fatal ( Royston,& Amstrong,1994). Akibat anemia pada janin yang dikandung menyebabkan Gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga sering terjadi abortus, persalinan prematurus, cacat bawaan, IUFD (Intra Uterin Fetus Death) atau BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) (Manuaba.1998). prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti gangguan dan hambatan pada pertumbuhan dan kekurangan hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang di transfer ke sel tubuh maupun ke otak.

Penyebab langsung kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu, sedangkan secara tidak langsung kematian ibu di sebabkan oleh perdarahan, eklamsia, komplikasi aborsi, sepsis pasca persalinan, partus macet, termasuk anemia.(Any,2010)

Berdasarkan survey Demografi dan kesehatan indonesia ( SDKI) 2007, Angka kematian Ibu (AKI) di indonesia berada pada angka 248/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari biro pusat statistik (BPS) provinsi jawa barat pada tahun 2007, AKI dan AKB di jawa barat masih berada pada level yang cukup tinggi. Hingga saat ini, AKI jawa barat sebanyak 250 per 100.000 kelahiran dan AKB di jawa barat masih di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup (BPS jawa barat, 2007).

Program penanggulangan anemia yang di lakukan adalah memberikan tablet tambah

(3)

darah yaitu preparat Fe. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60mg Fe dan 50 µg asam folat untuk profilaksi anemia. Pemberian preparat Fe 60mg/hari dapat meningkatkan

kadar Hb sebanyak 1gr% bulan

(Wiknjasostro,2007)

Beberapa faktor di duga berhubungan erat dengan kejadian anemia pada ibu hamil, salah satunya adalah tingkat pendidikan. Penelitian magihut silalahi (2007) menunjukan adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada kehamilan. Sedangkan pada paritas juga di duga kuat berhubungan dengan anemia. Menurut penelitian Darlina Hardinsyah (2003) salah satu yang berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil adalah paritas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering ibu itu melahirkan, maka resiko ibu untuk menderita anemia akan semakin besar. Berdasarkan hasil penelitian siman juntak N pada tahun 2009 di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat di peroleh prevalensi anemia ibu hamil pada kelompok umur < 20 atau >35 tahun adalah 65,5 % sedangkan pada kelompok umur 20-35 tahun 50,4%. Lautan J,dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II di dapati 23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi (Ridwan amirudin, dkk, 2007). Meningkatnya kejadian anemia dengan bertambahnya usia kehamilan disebabkan oleh terjadiya perubahna fisiologis pada kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 10 minggu yaitu bertambahnya volume plasma

darah.(Depkes,1999).Jarak kehamilan juga sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya. (Ammirudin,2004 ).Usia Ibu berpengaruh secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan pada setiap pengalamannya. Umur sangat berpengaruh pada kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet Fe (zat besi), dimana semakin muda umur yang ibu hamil maka dapat menyebabkan ketidak siapan ibu dalam menerima sebuah kehamilan yang berdampak pada terjadinya gangguan selama kehamilan misalnya akan terjadi anemia (Nasoetion, 1998).

. Berdasarkan Studi pendahuluan yang di lakukan di Rs Bhayangkara Brimob, prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun 2012 sebesar 593 orang (47,1%), dan pada tahun 2018 dari Ibu hamil yang melakukan ANC sebanyak 1534 orang, ada 629 orang (41%) yang mengalami anemia.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian “Deskritif Analitik” yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang suatu keaaan secara objektif tanpa menganalisa lebih lanjut dan diperolehnya hipotesis yang spesifik, sehingga dapat memecahkan atau

(4)

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi saat ini (notoadmojo,2002). Penelitian ini menggunakan pendekan “Cross sectional” yaitu dengan model pendekatan / pengukuran variabel pada satu saat tertentu atau pada saat yang sama dengan pengumpulan serta pengambilan data dilakukan hanya sekali. pendekatan ini memiliki keunggulan yaitu lebih mudah, sederhana dan ekonomis baik dari segi waktu maupun biaya.

Analisa univariat, dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari berbagai karkteristik atau variabel, baik variabel terikat maupun variabel bebas.

Analisa Bivariat adalah tabel silang 2 variabel (variabel independent dan variabel dependent). Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. Uji yang dilakukan adalah “Kai Kuaadrat”, dengan ketentuan x² (hitung) kurang dari x² (tabel) berarti tidak ada perbedaaan yang bermakna, jika x² (hitung) lebih dari x² (tabel) berarti ada perbedaan yang bermakna.

Untuk dapat membuat keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka harga chi square tersebut perlu dibandingkan dengan chi square tabel dengan (df) dan taraf kesalahan α = 5%. Dalam hal ini berlaku bila X² hitung < X² tabel maka Hₒ diterima dan tidak terdapat hubungan bermakna, dan apabila X² hitung > X² tabel maka Hₒ ditolak dan terdapat hubungan bermakna.

HASIL

Tabel 1. Distribusi Distribusi Frekuensi Persalinan Pretern

No

Anemia

Frekuensi

Presentase

%

1.

1. Ya

33

35,1

2.

Tidak

61

64,9

Jumlah

94

100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 94 ibu hamil terdapat 61 responden (64,9) yang tidak mengalami Anemia Ibu hamil,sedangkan ibu hamil yang mengalami anemia terdapat 33 responden (35,1 %)

Tabel 2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Anemia Ibu Hamil

Dari 47 responden yang berpendidikan menengah ada sebanyak 18 (38,3) yang mengalami anemia, dan dari 9 responden yang berpendidikan dasar 3 (33,3%) yang mengalami anemia. sedangkan 38 responden yang

N

o.

Pendidi

kan

Anemia Ibu Hamil

Jumlah

N %

Ya

Tidak

n

%

n

%

1.

2.

3.

Rendah

Meneng

ah

Tinggi

1

2

1

8

3

31,

6

38,

3

33,

3

26

29

6

68,

4

61,

7

66,

7

38

47

9

10

0

10

0

10

0

Jumlah

3

3

35,

1

61

64,

9

94

10

0

(5)

berpendidikan tinggi 12 (31,6%) yang mengalami anemia.

Hasil uji statistik di peroleh nilai probabilitas (0,807) yang berarti jika P (0,807)>α0,05 Ha di tolak tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia ibu hamil di Rs.Bhayangkara Brimob

Tabel 3. Hubungan antara Paritas dan Anemia Ibu Hamil

Dari 73 responden multi para 22(30,1) yang mengalami anemia. Dan dari 1 responden grande multi yang mengalami anemia 0(0,0%). Sedangkan dari 26 responden yang primi para 11 responden (55,0) yang mengalami anemia.

Hasil uji statistik di peroleh nilai probabilitas (P=0,90) yang berarti jika (P=0,090) >α 0,05 maka Ha di tolak, tidak ada hubungan bermakna antara paritas ibu hamil dengan

anemia ibu haml di Rs.Bhayangkara Brimob tahun 2018.

Tabel 4. Hubungan antar Usia Kehamilan dan Anemia

Dari 76 responden usia kehamilan TII yang mengalami anemia 25 responden (32,9%). Dari 4 responden usia kehamilan TI 2 responden (50,0%) yang mengalami anemia dan dari 14 responden usia kehamilan TIII 6 responden (42,9%) yang mengalami anemia.

Hasil uji statistik di peroleh nilai probabilitas (P=0,639) yang berarti jika (P=0,639)>α 0,05 maka Ha di tolak,tidak ada hubungan bermakna antara usia kehamilan ibu hamil dengan anemia ibu hamil di Rs.Bhayangkara Brimob 2018.

N

o.

Paritas

Anemia Ibu Hamil

Jumlah

Ya

Tidak

n

%

n

%

n

%

1.

2

3

Grande

multi

Multi

Primi

0

22

11

0,0

30,1

55,0

1

51

9

10

0

69,

9

45,

0

1

73

26

10

0

10

0

10

0

Jumlah

33

35,1 61

64,

9

94 10

0

N

o

.

Usia

Keh

amil

an

Anemia

Jumlah

ya

tidak

N

%

n %

n

%

1

2

.

3

TII

TI

TIII

2

5

2

6

32,

9

50,

0

42,

9

51

2

8

67,

1

50,

0

57,

1

76

4

14

10

0

10

0

10

0

Jumlah

3

3

35,

1

61

64,

9

94 10

0

(6)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengelolahan data dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di Rs.Bhayangkara Brimob tahun 2013 dengan masing-masing variabel yang diteliti, maka dapat dilihat padapembahasan berikut ini:

A.Kejadian Anemia

Berdasarkan tabel tabel 5.1 tersebut dapat diketahui bahwa dari 94 ibu hamil terdapat 61 responden (64,9) yang tidak mengalami Anemia Ibu hamil,sedangkan ibu hamil yang mengalami anemia terdapat 33 responden (35,1 %).

Menurut penelitian Asrina dkk (2014) penelitian di RSIA Siti Fatimah makassar diketahui dari 30 responden, 23 responden ( 76,7) yang mengalami anemia dan 7 responden (23,3) yang mengalami anemia.

Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20-30 %,sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh

memerlukan darah hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil ( Elsy 2012).

B.Hubungan antara usia ibu dengan Anemia Ibu Hamil

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dari 1 responden yang berusia < 20 tahun yang mengalami anemia ibu hamil 1 (100%) dan yang tidak mengalami anemia 0(0,0%).dari 19 responden yang berusia > 35 tahun ada sebanyak 5(26,3%) yang mengalami anemia 14 ( 73,7) yang tidak mengalami anemia sedangkan dari 74 responden yang berusia 20-35 tahun yang mengalami anemia sebanyak 27( 36,5%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 47 orang (63,5%).

Hasil Penelitian menggunakan uji chi-square di peroleh nilai probablitas P (0,279) yang berarti jika (P=0,279) >α 0,05 Ha di tolak berarti tidak ada hubungan antara usia ibu dengan anemia ibu hamil di RS.Bhayangkara Brimob tahun 2013.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Asrina dkk (2014 ) di rumah salkit Ibu dan anak siti fatimah makasar setelah dilakukan uji statistik dengan uji chi-square di peroleh nilai p(1.000) > 0,05,maka HO di terima.Artinya tidak ada hubungan antara umur ibu dengan anemia ibu hamil di Rumah sakit ibu dan anak fatimah makassar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Wawan (2010, p.17) bahwa umur reproduksi yang baik adalah pada usia 20-35 tahun dimana umur tersebut merupakan periode baik untuk hamil,melahirkan dan

(7)

menyusui. Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.semakin cukup umur maka tingkat daya tangkap dan pola pikir seseorang akan matang dalam berfikir sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian anemia, hal ini di sebabkan bahwa umur bukan satu – satunya faktor penyebab anemia melainkanada faktor lain yaitu faktor dasar ( sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan,dan budaya) dan faktor langsung ( pola konsumsi tablet fe,penyakit infeksi dan perdarahan) ( Istiari,2000,p.24)

Wanita yang hamil pada usia muda dari segi biologis, perkembangan alat biologisnya belum optimal. Secara sosial ekonomi belum siap mandiri dan secara medis sering mendapatkan gangguan kesehatan, mudah mengalami abortus, perdarahan dalam kehamilan, lahir prematur, kematian janin dalam kandungan, mati saat lahir, dan resiko BBLR. Dari hasil penulusuran kepustakaan, umur memberikan konstribusi yang berarti bagi terjadinya anemia dalam kehamilan. Secara teori usia < 25 tahun secara biologis mentalnya belum optimal dengan emosi yang cenderung labil, mental yang belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi terkait dengan pemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini. Namun untuk melihat

kejadian anemia dalam kehamilan harus dilihat secara holistik, karena ada berbagai faktor yang saling berpengaruh dan tidak menutup kemungkinan usia yang matang sekalipun untuk hamil yaitu usia 25-35 tahun angka kejadian anemia jauh lebih tinggi. Pada usia lebih dari 35 tahun,dalam tubuh telah terjadi berbagai perubahan akibat penuaan organ. Dengan begitu kemungkinan untk dapat penyakit dalam masa kehamilan yang berhubungan dengan umur,keracunan kehamilan,diabetes,penyakit jantung dan pembuluh darah,disebut resiko tinggi karena kemungkinan terjadi hasil kehamilan yang buruk, komplikasi pada usia ini akan meningkat (Asrina dkk,2014)

C.Hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan Anemia Ibu Hamil

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dari 47 responden yang berpendidikan menengah ada sebanyak 18 (38,3) yang mengalami anemia & 29 (16,7) yang tidak mengalami anemia dan 38 responden yang berpendidikan tinggi 12(31,6%) yang mengalami anemia 26 (68,4%) yang tidak mengalami anemia sedangkan 9 responden yang berpendidikan dasar 3 (33,3%) yang mengalami anemia dan 6(66,7%) yang tidak mengalami mengalami anemia.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi – square di peroleh nilai probabilitas (0,807) yang berarti jika P (0,807)>α0,05 Ha di tolak tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia ibu hamil di Rs.Bhayangkara Brimob tahun2013.

(8)

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elsy (2012) diketahui bahwa responden yang mengalami anemia lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 58,6% bila di bandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 34,4 %. Berdasarkan hasil uji menggunakan Continuity Correction,di dapatkan nilai p=0,101 ( p>0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Pendidkan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku. Perilaku atau tindakan yang dihasilkan oleh pendidikan di dasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang terbentuk melalui proses pembelajaran dan perilaku ini diharapkan akan berlangsung lama dan menetap karena di dasari oleh kesadaran (Cucu 2010)

Menurut asumsi penulis tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian anemia berkemungkinan di sebabkan oleh faktor lain seperti sikap dan tindakan ibu yang kurang baik dalam mengatasi kejadian anemia selama kehamilan. Meskipun sebagian besar dari responden memiliki tigkat pendidikan tinggi, namun tidak semua memiliki pengetahuan yang baik, yang mana pengetahuan nantinya akan berpengaruh pada prilaku seseorang dalam kesehatan.

D.Hubungan antara Paritas ibu dengan Anemia Ibu Hamil

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dari 1 responden grande multi yang mengalami anemia 0(0,0%) & yang tidak mengalami anemia 1 (100%) dari 73 responden multi para 22(30,1) yang mengalami anemia & 51 (69,9%) yang tidak mengalami anemia dan 9(45,0) yang tidak mengalami anemia.

Hasil penelitian menggunakan uji chi-square di peroleh nilai probabilitas (P=0,90) yang berarti jika (P=0,090) >α 0,05 maka Ha di tolak,tidak ada hubungan bermakna antara paritas ibu hamil dengan anemia ibu haml di Rs.Bhayangkara Brimob tahun 2013.

Penelitian ini sejalan dengan elsy (2012) di Puskesmas Air dingin Kota Padang diketahui bahwa responden yang mengalami anemia lebih banyak pada paritas tinggi yaitu sebanyak 64,3 %, bila di bandingkan pada paritas rendah sebanyak 40,4 %. Berdasarkan hasil uji menggunakan Continuity Correction di dapatkan nilai P = 0,205 (>0,05) yang menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara Paritas Ibu dengan Kejadian Anemia Ibu hamil.

Tidak ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian anemia, hal ini di sebabkan bahwa paritas bukan satu – satunya faktor lain yaitu faktor dasar ( sosial ekonomi, pengetahuan, pendidikan dan budaya ) an faktor langsung ( pola konsumsi tablet Fe,penyakit infeksi dan perdarahan) ( Istiari,2000)

Tidak sejalan menurut teori (ida,1998) Wanita memerlukan zaat besi lebih dari laki – laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai

(9)

40 mgr. Di samping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehailan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.

Menurut asumsi penulis tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada penelitian ini,berkemungkinan disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan paritas > 3 seperti sikap, tindakan, jarak kehamilan sebelumnya. Selain itu, pda saat penelitian responden yang di temukan banyak yang memiliki paritas ≤ 3, termasuk ibu hamil yang sedang hamil anak pertama, sehingga di peroleh perbedaan yang bermakna antara ibu hamil yang anemia dengan yang tidak anemia. Dan karakteristik responden yang sebagian besar tidak bekerja atau ibu rumah tangga di duga ikut mempengaruhi, karena ibu rumah tangga aktivitas fisik yang dilakukan juga sedikit.

E.Hubungan antara Usia Kehamilan dengan Anemia Ibu Hamil

Berdasarkan tabel 5.10 diatas dari 76 responden usia kehamilan TII yang mengalami anemia 25 (32,9%) dan 51 (67,1%) yang tidak mengalami anemia dari 4 responden usia kehamilan TI 2 (50,0%) yang mengalami anemia dan 2 (50,0%) yang tidak mengalami anemia dari 14 responden usia kehamilan TIII 6 (42,9%)

yang mengalami anemia 8 (57,1%) yang tidak mengalami anemia.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai probabilitas (P=0,639) yang berarti jika (P=0,639)>α 0,05 maka Ha di tolak,tidak ada hubungan bermakna antara usia kehamilan ibu hamil dengan anemia ibu hamil di Rs.Bhayangkara Brimob 2013.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian di puskesmas banget ayu kecamatan genuk penelitianya sejalan yaitu penelitianya menunjukan bahwa pada ibu hamil trimester II sebanyak 10 orang ( 66,7%) paling banyak mengalami anemia ringan ,dan sebanyak 14 orang (70%) mengalami anemia sedang. di dapatkan P value 0,833 berarti tidak ada hubungan antara umur kehamilan responden dengan kejadian anemia,

Tidak sejalan dengan teori (ida,1998) pada kehamilan relatif terjadi anemia pada trimester II karena darah ibu mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.

Menurut Asumsi penulis tidak ada hubungan antara usia kehamilan dengan anemia Ibu hamil di sebabkan oleh faktor lain diataranya pengetahuan ibu yang kurang tentang pentingnya asupan gizi yang dapat menyebabkan Anemia.

F.Hubungan antara Jarak Persalinan dengan Anemia Ibu Hamil

(10)

Berdasarkan tabel 5.11 diatas dari 1 responden yang jarak persalinan < 2 tahun sebanyak 1 (100%) yang mengalami anemia 0(0,0%) yang tidak mengalami anemia. Dari 77 responden yang jarak persalinan > 2 tahun sebanyak 22 (28,6%) yang mengalami anemia dari 16 responden yang belum pernah bersalin 10 (62,5%) yang mengalami anemia dan 6 (37,5%) yang tidak mengalami anemia.

Hasil penelitian menggunakan chi- square di peroleh probabilitas (P=0,041) yang berarti jika (P=0,041)<α 0,05 maka ha di terima ada hubungan bermakna antara jarak persalinan dengan anemia ibu hamil di Rs.Brimob tahun 2013.

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak siti Fatimah makasar setelah dilakukan analisis statistik dengan uji chi –square di peroleh nilai p (0,399) > 0,005 maka ho di terima. Artinya tidak ada hubungan antar jarak persalinan dengan anemia ibu hamil di Rumah sakit Ibu dan Anak Siti fatimah makasar

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut kremer (1987) hal ini di sebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal.

Ibu di katakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dari kondisi

naknya lebih sehat di banding anak dengan jarak kelahiran di bawah 2 tahun, jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu.

Terdapat perbedaan hasil penelitian dikarenakan terdapat perbedaan jumlah sample atau populasi dan cara pengambilan data, serta kareakteristik ibu yang berbeda.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS.Bhayangkara Brimob tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa angka kejadian Anemia tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1.Distribusi frekuensi ibu hamil dengan Anemia di RS.Bhayangkara Brimob tahun 2013,yang mengalami anemia yaitu 33 orang (35,1%). 2.Distribusi frekuensi ibu hamil dengan Anemia

berdasarkan umur di RS.Bhayangkara Brimob tertinggi yaitu usia 20-35tahun ada 74 orang (78,7%). Dan nilai probablitas P (0,279) yang berarti jika (P=0,279) >α 0,05 Ha di tolak berarti tidak ada hubungan antara usia ibu dengan anemia ibu hamil di RS.Bhayangkara Brimob tahun 2013.

3.Distribusi frekuensi ibu hamil dengan Anemia berdasarkan Tingkat Pendidikan di RS.Bhayangkara Brimob tertinggi yaitu yang berpendidikan menengah ada 47orang (50,0%). Dan nilai probabilitas (0,807) yang berarti jika P (0,807)>α0,05 Ha di tolak tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia ibu hamil di Rs.Bhayangkara Brimob tahun2013.

(11)

4.Distribusi frekuensi ibu hamil dengan Anemia berdasarkan Paritas di RS.Bhayangkara Brimob 2013 tertinggi yaitu multi gravida ada 73 orang(77,7%). Dan nilai probabilitas (P=0,90) yang berarti jika (P=0,090) >α 0,05 maka Ha di tolak,tidak ada hubungan bermakna antara paritas ibu hamil dengan anemia ibu haml di Rs.Bhayangkara Brimob tahun 2013.

5.Distribusi frekuensi ibu hamil dengan Anemia berdasarkan Usia Kehamilan di RS.Bhayangkara Brimob 2013 tertinggi yaitu TII ada 76orang(80,9%). Dan nilai probabilitas (P=0,639) yang berarti jika (P=0,639)>α 0,05 maka Ha di tolak,tidak ada hubungan bermakna antara usia kehamilan ibu hamil dengan anemia ibu hamil di Rs.Bhayangkara Brimob 2013.

6.Distribusi frekuensi ibu hamil dengan Anemia berdasarkan Jarak persalinan di RS.Bhayangkara Brimob 2013 tertinggi > 2 tahun ada 77 orang (81,9%). Dan nilai probabilitas (P=0,041) yang berarti jika (P=0,041)<α 0,05 maka ha di terima ada hubungan bermakna antara jarak persalinan dengan anemia ibu hamil di Rs.Brimob tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian

Kebidanan Tekik Analisis Data. Jakarta: Salemba

Medika

Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Cahyono, K.D. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Anak Di Indonesia

Tahun 2003 (berdasarkan Data SDKI 2002 –

2003). http://youngstatistician.com [april 2010] Depkes RI. 1994.

___________________. 2005. Pedoman Teknis

Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta: Depkes

RI.

Erfandi, 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi,

http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/ 19/pengetahuan-dan-faktor -faktor-yang-mempengaruhi/

Hadinegoro, Sri Rezeki. Panduan Imunisasi Anak.Satgas Imunisasi PP IDAI. Jakarta. 2010

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-trirahmawa-5094-2-bab1.pdf http://www.depkes.go.id/index/php/berita/downloads /downloads/index.php?vw=2&id=1613 http://m.antaranews.com/berita/370598/95-juta-anak-di-asia-tenggara-belum-diimunisasi http://m.antarasumbar.com/?dt=0&id=264963 http://sehatnegeriku.com/tahun-2012-tahun-intensifikasi-imunisasi/

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 482/MENKES/SK/VI/2010 Tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization 2010-2018 (GAIN UCI 2010-2018).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan

Ilmu perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta

___________________. 2010. Promosi Kesehatan Teori

dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan Jilid 2. Jakarta:

Salemba Medika

Wahyuni, Sari. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. EGC. Jakarta. 2012

(12)

Gambar

Tabel  2.  Hubungan  antara  Tingkat  Pendidikan dan Anemia Ibu Hamil
Tabel  3.  Hubungan  antara  Paritas  dan  Anemia Ibu Hamil

Referensi

Dokumen terkait

Perdagangan Republik Indonesia. ACFTA dan Ancaman Kedaulatan. Jurnal Sosial Demokrasi. Dilema Politik dalam Menghadapi ACFTA. Apa Pilihan Untuk Indonesia?. Jurnal Sosial

Setelah membeli tanah tersebut kemudian saksi LINDAWATI pergi ke Luar Negeri bekerja dan meninggalkan rumah HANAFI serta surat perjanjian jual beli tanah tersebut

Koeficient obračanja osnovnih sredstev je skozi proučevano obdobje zelo podoben, zato lahko zaključimo, da v uporabi osnovnih sredstev v obdobju od leta 1998 do leta 2003 ni

Hasil analisis pengujian menunjukkan bahwa perhitungan daya dukung tiang dengan menggunakan tiga metode pengujian, yaitu pengujian SPT, CPT, dan parameter hasil

Akibat hukum pembatalan APHT oleh pengadilan karena tidak berwenangnya pemberi Hak Tanggungan terhadap bank selaku kreditur pemegang sertipikat Hak Tanggungan

Faktor-faktor status reproduksi antara lain usia ibu hamil ( usia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan), jumlah kelahiran

Jumlah peserta sebanyak 19 kader, pengetahuan kader tentang gizi anak mengalami peningkatan dari rata- rata 61,8 menjadi 93,7 dan telah dilakukan monitoring kegiatan untuk

Coverage Enhanced Voice + Transactional Messaging Services Voice Services Coverage + Capacity Data Connectivity And Enhanced Messaging High Speed Wireless Data Services