• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Auditory, Intelectually and Repetition (AIR)

Model pembelajaran AIR adalah model yang menekankan pada tiga aspek, yaitu Auditory, Intelectually and Repetition. Auditory yaitu belajar dengan mendengar, Intelectually yaitu belajar dengan berpikir dan memecahkan masalah, Repetition yaitu pengulangan agar melajar lebih efektif

Menurut Suherman (2004:20), AIR adalah singkatan dari Auditory, Intelectually and Repetition. Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intectual berpikir yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis

a. Auditory

Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Sarbana (Yulia, 2008:24) mengartikan auditory sebagai salah satu modalitas belajar, yaitu bagaimana kita menyerap informasi saat berkomunikasi ataupun belajar dengan cara mendengarkan, indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi.

Dalam KBM, sebagian besar proses interaksi siswa dengan siswa dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Menurut Tiel (Nirawati, 2009:16) masuknya informasi melalui auditory bentuknya haruslah

(2)

berurutan, teratur dan membutuhkan konsentrasi yang baik agar informasi yang masuk ditangkap dengan baik yang kemudian akan diproses dalam otak.

Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena tidak mungkin informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Guru diharapkan bisa memberikan bimbingan pada siswa agar pemanfaatan indera telinga dalam KBM dapat berkembang secara optimal sehinga interkoneksi antara telinga dan otak bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Menurut Meier (2002:96) ada beberapa gagasan untuk meningkatkan pengguna sarana auditory dalam belajar :

1. Mintalah pembelajar berpasang-pasangan membincangkan secara terperinci apa saja yang baru mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkannya.

2. Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara sangat terperinci apa yang sedang mereka kerjakan

3. Mintalah pembelajar berkelompok dan berbicara nonstop saaat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang

b. Intelectually

Intellectually berarti belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Meier (2002:99) mengemukakan : Aspek dalam intelektual dalam belajar akan terlatih jika siswa dilibatkan dalam aktivitas memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melukiskan gagasan kreatif dan menyaring informasi, menemukan pertanyaan, menciptakan modal mental, menerapkan gagasan baru, menciptakan makna pribadi dan meramalkan implikasi suatu gagasan baru sehingga guru mampu merangsang, mengarahkan dan meningkatkan intensitas proses berpikir siswa demi tercapainya kemampuan pemahaman yang maksimal dari siswa.

(3)

c. Repetition

Morisin (Yulia, 2006:28) berpendapat bahwa hasil belajar yang merupakan perubahan sungguh-sungguh dalam perilaku dan pribadi seseorang bersifat permanen. Dalam proses belajar, ada sejumlah informasi atau materi pelajaran yang diharapkan tersimpan didalam memori otak. Pada kenyatannya, hal-hal yang telah dipelajari sulit sekali dimunculkan bahkan tidak dapat direproduksikan lagi dari daya ingat kita. Peristiwa inilah yang disebut lupa.

Pengulangan tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang dimodifikasi. Dalam memberi pengulangan, agar pemahaman siswa lebih mendalam dan lebih luas guru dapat memberikan soal, tugas atau kuis. Dengan diberikan soal dan tugas, siswa akan terbiasa menyelesaikan persoalan-persoalan matematika. Sedangkan dengan pemberian kuis siswa akan senantiasa siap dalam menghadapi tes ujian.

Proses mempertahankan informasi ini dapat dilakukan dengan adanya kegiatan pengulangan informasi yang masuk dalam otak. Dengan adanya latihan dan pengulangan akan membantu dalam proses mengingat, karena semakin lama informasi tersebut tinggal dalam memori jangka pendek, maka akan semakin besar kesempatan memori tersebut ditransfer ke memori jangka panjang. Hal ini sejalan dengan teori Ausubel mengenai pentingnya pengulangan, Suherman dan Winataputra (Apriani, 2008:22) menjelaskan, “Pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dengan cara yang menarik”. Menarik disini bisa dalam bentuk informasi yang bervariatif. Dengan pemberian soal, tugas, atau kuis. Siswa akan mengingat informasi- informasi yang diterimanya dan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika.

Langkah-langkah pembelajaran AIR menurut Meirawati (2009:15) yaitu: Tahap Auditory

Kegiatan guru:

- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil.

(4)

- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.

Kegiatan Siswa

- Siswa menuju kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk oleh guru.

- Siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara kelompok.

- Siswa bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada guru.

Tahap Intelectually Kegiatan Guru :

- Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS. - Guru memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya.

- Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

Kegiatan siswa :

- Siswa mengerjakan soal LKS secara berkelompok dengan mencermati contoh-contoh soal yang telah diberikan

- Siswa mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang telah selesai mereka kerjakan.

- Siswa dari kelompok lain bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, sedangkan kelompok lain yang mempresentasikan menjawab dan mempertahankan hasil kerjanya.

Tahap Repetition Kegiatan guru :

(5)

- Dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.

Kegiatan siswa :

- Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru secara individu

- Siswa menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas. Dalam pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR), siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok kecil, saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mengkontruksi pengetahuannya. Kelompok tersebut terdiri dari 4 sampai 5 orang. Menurut E. Mulyasa diskusi kelompok kecil memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Melibatkan sekitar 3 samapi 5 orang peserta dalam setiap kelompok. b. Berlangsung secara informal, sehingga setiap anggota dapat saling

berkomunikasi langsung dengan anggota lain.

c. Memiliki tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok d. Berlangsung secara sistematis.

Lebih lanjut E. Mulyasa menjelaskan melalui kelompok kecil dalam pembelajaran memungkinkan peserta didik:

a. Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah. b. Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting

dalampembelajaran

c. Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan penganbilan keputusan d. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi

e. Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.

Dalam penelitian ini, siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen. Didalam setiap kelompok terdiri dari satu orang siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga orang siswa yang berkemampuan sedang, dan siswa yang lain yang berkemampuan rendah.

(6)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran AIR dapat meningkatkan kemampuan aktivitas siswa untuk bersosialisasi serta siswa mempunyai kesempatan untuk saling menghargai perbedaan pendapat dalam kelompok.

2.1.2 Pengertian belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Slameto ( 1988), berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Menurut Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat proses aktif dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru dalam berinteraksi dengan lingkunganya.

a. Proses. Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan seeorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaanya aktif. b. Perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar adalah

perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkunganya) dimana proses mental dan emosional terjadi.

c. Pengalaman. Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkunganya baik fisik

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkunganya yang merangsang dan menantang peserta didik untuk belajar. Selama ini pembelajaran matematika hanya dilakukan di dalam kelas, sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep kedalam dunia nyata. Jadi seorang guru matematika harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang merangsang dan menantang peserta didik, sebagai contoh dengan menggunakan alat peraga ataupun belajar di luar ruangan.

(7)

a. Teori Jean Piaget

Menurut Piaget ( wahyudi, 2013 :3-4 ) setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:

1) Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun). Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini.

2) Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun). Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya.

3) Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun).

Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh panca indra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.

4) Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun). Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.

(8)

Di samping itu, dalam kegiatan belajar mengajar piaget lebih mementingkan interaksi antara peserta didik dengan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara peserta didik dengan kelompok sebayanya daripada dengan orang-orang dewasa. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:

1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. 5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling

berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Dengan demikian keterkaitan penelitian ini dengan teori Jean Piaget adalah peserta didik akan memahami pelajaran bila peserta didik aktif sendiri membentuk atau menghasilkan pengertian dengan panca inderanya serta peserta didik dalam belajar harus di beri peluang untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya seperti yang ada dalam model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition ( AIR ).

b. Teori Bruner

Menurut Jerome Bruner ( Wahyudi, 2013 : 19-22 ) belajar merupakan proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari melalui tahap-tahap tertentu agar pengetahuan tersebut dapat di internalisasi dalam pikiranya (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika pengetahuan tersebut dipelajari dalam tahap-tahap sebagai berikut.

(9)

1) Tahap Inaktif. Seseorang melakukan keaktifan-keaktifan dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik.

2) Tahap iconic. Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Dalam tahap ini pengetahuan dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi nyata yang terdapat pada tahap enaktif.

3) Tahap simbolik. Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari dalam bentuk simbol abstrak baik simbol verbal (huruf, kata), lambang matematika, maupun lambang abstrak lainya.

Keterkaitan model pembelajaran AIR dengan teori brunner adalah peserta didik dalam memahami pelajaran dipengaruhi oleh keaktifan-keaktifan dan simbol-simbol yang mereka pahami.

Hasil Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar yang diteliti yaitu hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Benyamin Bloom hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

1) Pengetahuan hafalan. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide gejala, rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2) Pemahaman. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.

3) Aplikasi. Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.

(10)

4) Analisis. Analisis adalah kesanggupan memecahkan masalah, mengurai suatu integritas (suatu yang utuh) menjadi unsur-unsur yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan.

5) Sintesis. Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.

6) Evaluasi. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi, tujuan gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lain.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan perasaan, minat, dan perhatian, keinginan dan penghargaan yang terdiri dari lima aspek yakni:

1) Penerimaan. Penerimaan yaitu kepekaan dalam menerima stimulus dari luar yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala , dan lain-lain.

2) Tanggapan. Tanggapan adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, yang mencakup ketepatan reaksi, perasaan, dan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar.

3) Penilaian. Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam penilaian ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi. Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Internalisasi. Internalisasi atau karakteristik nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang,yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Ada enam aspek yakni: Gerakan refleks, Keterampilan gerakan dasar,

(11)

Kemampuan perceptual, Keharmonisan atau ketepatan, Gerakan keterampilan kompleks dan Gerakan ekspresif dan interpretative

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.( Slameto, 1988: 56-74)

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal diri siswa, antara lain: 1) Jasmaniah. Yaitu kesehatan dan cacat tubuh.

2) Psikologis yaitu intelegensi, minat, perhatian, bakat motif dan kematangan.

3) Kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang brasal dari luar individu, antara lain: 1) Faktor keluarga

Faktor keluarga adalah bagaimana cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah meliputi metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah).

3) Faktor masyarakat

Faktormasyarakat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. Dan faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

Guru harus memahami faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, agar dapat membantu siswa belajar dan berprestasi lebih baik.

(12)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran AIR dapat meningkatkan kemampuan aktivitas siswa untuk bersosialisasi serta siswa mempunyai kesempatan untuk saling menghargai perbedaan pendapat dalam kelompok

Atas dasar uraian di atas peneliti berupaya dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi pada mata pelajaran matematika difokuskan pada penggunaan model pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition pada pokok bahasan Melakukan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat pada peserta didik kelas V semester I SD Negeri Sidomulyo 03 Tahun Ajaran 2013/2014.

2.1.3 Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematike yang berarti “relating to learning” perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike juga serupa dengan kata mathein yang artinya bernalar atau berfikir. Jadi matematika adalah ilmu yang diperoleh dengan bernalar.

Adapun Pembelajaran adalah suatu interaksi antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan belajar dengan memanfaatkan beberapa komponen seperti sarana dan prasarana, strategi atau metode.

Jadi pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan peserta didik untuk mencapai suatu tujuan belajar dengan memanfaatkan beberapa komponen seperti sarana dan prasarana, strategi atau metode pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran matematika.

Adapun kendala-kendala yang sering dialami peserta didik dalam mempelajari matematika di sekolah antara lain: Peserta didik tidak dapat menangkap konsep dengan benar, Peserta didik tidak menangkap arti dari lambang-lambang, Peserta didik tidak memahami asal usulnya suatu prinsip dan Peserta didik tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur

(13)

Dari kendala-kendala di atas seorang guru matematika harus bisa membuat peserta didik senang terhadap pelajaran matematika serta membuat suasana kelas yang menyenangkan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan guru dalam mengajarkan pelajaran matematika antara lain:

a. Mengaitkan pengalaman konsep sehari-hari ke dalam konsep matematika atau sebaliknya mencari pengalaman sehari-hari menjadi bahasa matematika, merubah bahasa sehari-hari menjadi bahasa matematika. b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemuka pola,

membuat dugaan, menjeneralisasikan, membuktikan, mengambil kesimpulan, dan membuat keputusan.

c. Membuat formulasi soal terapan dan tidak rutin, serta mencoba soal teka teki dan permainan, memberikan gambaran tentang keberadaan soal-soal matematika sebagai salah satu upaya mengembangkan daya ingat dan pengalaman mereka, sebab matematika tidak terbatas pada ingatan saja, tetapi perlu pengalaman dan mencoba sendiri soal-soal untuk memahaminya. d. Mengembangkan metode yang bervariasi.

e. Meluruskan tujuan pembelajaran secara riil, membangun suasana belajar yang menyenangkan, dan memberikan penghargaan yang memadai bagi setiap pekerjaan anak.

2.1.4 Teori Belajar Matematika

Teori belajar matematika yang relevan dengan penelitian ini adalah Teori Konstruktivisme. Pendekatan paham konstruktivisme, pembelajaran matematika adalah proses pemecahan masalah. Paul (Uno,2007) mengemukakan bahwa aliran konstruktivisme memandang bahwa untuk belajar matematika yang terpenting adalah bagaimana membentuk pengertian pada siswa. Dalam aliran ini siswa mempelajari matematika senantiasa membentuk pengertian sendiri. Hal ini menekankan bahwa pada saat belajar matematika yang terpenting adalah proses belajar siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa, meluruskan, dan melengkapi sehingga konstruksi pengetahuan yang

(14)

dimilikinya menjadi benar. Oleh karena itu siswa diberi kesempatan menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan.

Dalam membentuk kefahaman peserta didik, pembelajaran kooperatif tipe Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat digunakan untuk pelajar dalam memahami tentang suatu konsep dan ide yang lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Peserta didik akan mengingat lebih lama konsep tersebut karena mereka terlibat secara aktif dalam mengaitkan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan yang baru. Hal ini dikaitkan dengan adanya repetition dimana adanya pengulangan agar belajar lebih efektif. Stimulus dan respons akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat jika proses pengulangan sering terjadi. Semakin banyak kegiatan pengulangan maka hubungan yang akan terjadi akan semakin bersifat otomatis.

Teori Ausubel juga relevan dengan penelitian ini. Pembelajaran bermakna (meaningfull) merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat peserta didik. Teori Ausubel sejalan dengan prinsip konstruktivisme, belajar adalah kegiatan aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan barunya. Peserta didik mencari sendiri arti dari yang mereka pelajari dan bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya.

Pembelajaran kooperatif tipe Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) adalah model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dengan aktivitas-aktivitas belajar kelompok yang di dalamnya akan membangun pengetahuan barunya serta peserta didik mencari sendiri arti dari yang mereka pelajari dan bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya dengan cara mempresentasikan.

2.1.5 Penerapan Metode Kooperatif Model Auditory Intelectually Repetition (AIR ) terhadap Hasil Belajar Matematika

(15)

Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Auditory Intelectually Repetition (AIR ) dapat mengaktifkan peserta didik dengan aktivitas-aktivitas belajar kelompok yang di dalamnya akan membangun pengetahuan barunya serta peserta didik mencari sendiri arti dari yang mereka pelajari dan bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya dengan cara mempresentasikan. Dengan pengalaman yang baru dari pengalaman belajar siswa tersebut bertujuan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mampu bersaing antar kelompoknya masing-masing untuk dapat menjadi kelompok yang terbaik. Motivasi inilah yang memegang peranan penting bagi siswa untuk mampu meningkatkan hasil belajarnya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevannya diantara lain penelitian yang dilakukan oleh Eka Istri Safitri yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dan keaktivan siswa melalui model pembelajaran AIR dalam pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat pada siswa kelas VII SMP 3 Kalibawang Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa. Peningkatan prosentase keaktifan belajar dari 53% pada siklus 1 menjadi 84,79% pada siklus 2. Peningkatan prosentase belajar siswa diikuti dengan meningkatnya prestasi belajar matematika siswa denggan peningkatan hasil belajar yaitu 32,14 % pada siklus 1 menjadi 78,57 pada siklus 2.

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Laili Nailul Farich yang berjudul Upaya peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually, Repetition ( AIR ) pada pembelajaran Biologi Materi Pokok Plantae kelas X MA Wahid Hasyim Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Auditory Intellectually, Repetition ( AIR ) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan keaktifan yang meliputi aspek keaktifan emosional activities meningkat sebesar 13,33 %, listening activities meningkat sebesar 1,34 %, oral activities mningkat 16,00 %, moto activities

(16)

mningkat sebesar 16,00 % dan writing activities meningkat 14,67 %. Peningkatan hasil belajar kognitif siswaditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai post-test dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,92 dengan nilai efect size 0,7.

Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Qurotuh Ainia dkk dengan judul Eksprerimen Model pembelajaran Auditory Intellectually, Repetition ( AIR ) terhadap prestasi belajar Matematika ditinjau dari karakter Belajar Siswa klas VII SMP Negeri Se-Kecamatan kaligesing Tahun 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan +0.05 menunjukkan F obs = 17.08 > F tabel = 4.0 yang berarti terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR dan model Konvensional.

Dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena peneliti menggunakan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) yang menekankan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada kegiatan pembelajaran Matematika di kelas V SD Negeri Sidomulyo 03 Kec. Limpung Kab. Batang, guru masih sering menggunakan metode pembelajaran yang monoton serta kegiatan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru sebagai pusat pembelajaran dan sebagai satu satunya sumber belajar (Teacher Centered), sehingga hasil belajar Matematika masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar Matematika pada siswa kelas kelas V SDN Sidomulyo 03 Kec. Limpung Kab.Batang. Dari 20 siswa hanya 5 siswa (25 %) yang sudah mencapai ketuntasan minimal dan 15 siswa (75 %) belum mencapai KKM ( 65).

Penelitian akan dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan teman sejawat. Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR ) yang diharapkan dapat mengarahkan siswa agar belajar lebih aktif, ada kerjasama antarsiswa dan dapat berpikir secara logis yang akan berdampak pada peningkatkan hasil belajar Matematika.

Penerapan pembelajaran berdasarkan kerangka berpikir tergambar dalam skema berikut ini:

(17)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Metode pembelajaran kooperatif model Auditory Intelectually Repetition (AIR ) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Melakukan Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat siswa kelas V Semester I SDN Sidomulyo 03 Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kondisi Awal

Guru masih menggunakan

pembelajaran konvensional Metode yang digunakan

belum bervariasi Tindakan Siswa Nilai dibawah KKM ( 65 ) Menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, dan Repetition

( AIR ). Siklus II Meningkat

Tuntas Siklus I Meningkat Belum tuntas

Hasil belajar tuntas. Nilai siswa lebih besar KKM ( 65 ).

85 % siswa tuntas. Kondisi

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menujukan besar kecilnya perusahaan.Perusahaan yang berukuran besar lebih diminati oleh para analis dan broker, dimana

Iaporan personalia ter- masuk pula surat-surat dagang dan surat-surat ni- kah, administrasi, daftar jiwa dari kerajaan Lim- botto dan Sumalatta, surat-surat

Wawancara mendalam ( indepth interview ) tentang efektivitas pelaksanaan musrenbang kelurahan dilakukan terhadap (a) masyarakat - khususnya warga yang selama ini ditunjuk

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap dengan intensi untuk mengimplementasikan perubahan kurikulum KTSP pada guru-guru SD di Gugus Nusa

Karena setelah kita memahami isi dari pernyataan soal, kita di tuntut untuk mencari yang tidak termasuk kaidah-kaidah dalam  pembuatan teks laporan hasil

Penelitian Apriliasari, Rizki (2020) Kemampuan Merias Wajah Karakter Penari Thengul Melalui Pelatihan di Sanggar Sayap.. 207 Jendela Bojonegoro pada hasil

Identifikasi faktor kelemahan yang memiliki posisi terbesar bagi perusahaan adalah kapasitas produksi jamur tiram belum optimal dengan nilai tertimbang 0,4, Faktor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, komitmen ibu untuk tetap memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan, dan dukungan sosial yaitu