• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

47

Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang adalah 35 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Meskipun demikian, waktu melaksanakan penelitian ini, siswa yang terlibat hanya 30 siswa.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Kondisi Sebelum Tindakan

Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal sebelum diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi. Pada kondisi sebelum tindakan, diketahui bahwa dari total siswa yaitu 30 siswa, 23 siswa dinyatakan belum lulus KKM (60) yang ditetapkan sekolah, sementara yang tuntas baru mencapai 7 siswa. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. 1

Distribusi Prestasi Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan Skor Kriteria Prestasi

Belajar Sebelum Tindakan Jumlah Siswa (%) 60 Tidak Tuntas 23 76.7% ≥ 60 Tuntas 7 23.3% Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi dan kenampakan benda langit yang tuntas sebanyak 7 siswa (23.3%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 23 siswa (76.7%). Hasil perolehan dari tabel tersebut disajikan dalam diagram batang berikut ini:

(2)

Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak lanjuti melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini telah disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang dilaksanakan dalam d

4.2.2. Siklus I a. Perencanaan

Sebelum dilakukan tindakan, maka hal sebagai berikut:

1. Memilih dan memutuskan model pembelajaran yang perlu untuk digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih Model pembelajaran

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun a peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran IPA.

3. Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai model pembelajaran yang dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, maupun lembar obervasi pembelajaran, termasuk 0 5 10 15 20 25 Sebelum Tindakan 23

Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak lanjuti melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini telah disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang dilaksanakan dalam dua siklus (tiap siklus dua pertemuan).

Sebelum dilakukan tindakan, maka hal-hal yang direncanakan adalah Memilih dan memutuskan model pembelajaran yang perlu untuk digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih Model pembelajaran berbasis masalah sebagai model pembelajaran.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun a peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran IPA.

Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai model pembelajaran yang dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan belajaran, maupun lembar obervasi pembelajaran, termasuk Sebelum Tindakan

7

Belum Tuntas Tuntas

Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak lanjuti melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini telah disetujui oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

ua siklus (tiap siklus dua pertemuan).

hal yang direncanakan adalah Memilih dan memutuskan model pembelajaran yang perlu untuk digunakan dalam pembelajaran. Setelah dipertimbangkan, maka dipilih

sebagai model pembelajaran.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikut media ataupun alat peraga yang direncanakan, termasuk lembar observasi pembelajaran untuk Melakukan konsultasi dengan guru kelas, mengenai model pembelajaran yang dipilih, RPP dan media maupun alat peraga yang akan dilaksanakan belajaran, maupun lembar obervasi pembelajaran, termasuk

Belum Tuntas Tuntas

(3)

menyepakati tindakan akan dilakukan dalam 2 siklus, dimana masing-masing siklus akan dilakukan dalam 2 pertemuan.

4. Setelah mendapatkan persetujuan dengan guru kelas, dilakukan revisi dan mengecek kembali kelengkapan-kelengkapan baik RPP, media maupun alata peraga, serta lembar observasi yang akan digunakan dalam tindakan nanti.

b. Pelaksanaan Pertemuan 1 1. Kegiatan Awal

Kegiatan diawali dengan guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian siswa, kemudian melakukan absensi, memberikan motivasi agar siswa terlibat berpartisipasi dalam belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru melakukan apersepsi dengan menanyakan apakah siswa mengetahui perbedaan siang dan malam; dan guru melanjutkan pertanyaan mengapa ada siang dan malam. Setelah siswa menjawab apersepsi, guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Kegiatan Inti

Setelah siswa menjawab apersepsi yang diberikan, guru memberikan kesempatan untuk siswa menyatakan ide-idenya secara bebas mengenai perubahan kenampakan bumi. Selanjutnya, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang heterogen, kemudian guru menginstruksikan siswa berdiskusi untuk merumuskan hipotesis tentang bagaimana kenampakan bumi. Setelah merumuskan hipotesis, guru mengarahkan siswa untuk membuat perencanaan untuk melakukan penyelidikan demi membuktikan hipotesis tentang perubahan kenampakan bumi. Setelah waktu penyelidikan selesai, siswa diminta mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil (data) yang diperoleh dari hasil penyelidikan tentang materi perubahan kenampakan bumi. Kelompo lain, diminta untuk memberikan tanggapan mengenai presentasi kelompok. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan penjelasan menyeluruh tentang

(4)

materi perubahan kenampakan bumi. Setelah guru selesai memberikan penjelasan, guru bersama siswa menyimpulkan hasil penyelidikan tentang materi perubahan kenampakan bumi.

3. Kegiatan Penutup

Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan penguatan kepada siswa, sekaligus meminta siswa untuk lebih belajar materi yang sama, karena ada pertemuan berikutnya. Setelah itu, guru menutup pelajaran.

Pertemuan 2 1. Kegiatan Awal

Pertemuan 2 diawali dengan memberikan salam, guru mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian siswa, selanjutnya guru mengabsensi siswa, memberikan motivasi agar siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan pertanyaan pernahkah melihat bulan purnama? guru melanjutkan pertanyaan apa pengaruh bulan purnama bagi pasang dan surut air laut? Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan apersepsi. Agar dapat menjawab pertanyaan apersepsi, guru mempersilakan siswa untuk membuka buku IPA yang dibawa. Setelah siswa menjawab apersepsi, guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Kegiatan Inti

Setelah siswa menjawab apersepsi, guru melanjutkan dengan memberikan kesempatan siswa untuk menyatakan ide-idenya secara bebas mengenai pasang naik dan pasang surut akibat pengaruh bulan. Guru selanjutnya menginstruksikan siswa untuk bergabung dalam kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru selanjutnya menginstruksikan siswa untuk berdiskusi merumuskan hipotesis tentang pasang naik dan pasang turun akibat pengaruh bulan. Sambil menginstruksikan, guru juga memberikan contoh bagaimana merumuskan hipotesis. Setelah itu, siswa secara berkelompok diminta untuk menyusun rencana melakukan penyelidikan terkait dengan mencari jawaban atas

(5)

hipotesis yang telah dibuat tentang pasang naik dan pasang surut akibat pengaruh bulan. Setelah waktu penyelidikan selesai, guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan data yang diperoleh mengenai pasang naik dan pasang surut akibat pengaruh bulan. Sementara presentasi kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan. Setelah semua kelompok presentasi, guru menjelaskan materi secara menyeluruh, sekaligus memberikan klarifikasi pada data-data temuan siswa yang masih keliru. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil penyelidikan tentang materi pasang naik dan pasang surut akibat pengaruh bulan.

3. Kegiatan Penutup

Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan tes sebagai evaluasi, selanjutnya guru memberikan penguatan agar siswa dapat terlibat berpartisipasi dalam belajar. Guru juga mengingatkan siswa bahwa ada pertemuan yang akan dilaksanakan berikutnya, karena itu siswa sebaiknya lebih dahulu belajar di rumah.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan juga pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, termasuk akibat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA. Adapun hal-hal tersebut yaitu:

1. Kinerja Guru

Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pelajaran IPA materi Perubahan Kenampakan Bumi. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I dalam pembelajaran berbasis masalah dengan materi perubahan kenampakan bumi diperoleh skor 43 dengan persentase nilai kinerja sebesar 71.7% dikategorikan baik.

Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 15 item dalam lembar observasi, mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan model

(6)

pembelajaran berbasis masalah. Setiap item diberikan skor mulai dari skor terendah 1 hingga tertinggi 4. Skor 1 adalah terendah yaitu skor yang tidak dilaksanakan sama sekali, diikuti 2 dilaksanakan tapi masuk kategori kurang baik, 3 dilaksanakan dan masuk pada kategori baik dan 4 dilaksanakan dan masuk pada kategori sangat baik.

Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):

Nilai =ΣSkor yang diperolehΣSkor maksimum X100% Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali

70 – 85% = baik 55 – 69% = cukup baik <55% = kurang

Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, yaitu :

1. Identifikasi masalah 2. merumuskan masalah

3. merencanakan pengumpulan data 4. mengumpulkan data

5. presentasi, merespon hasil presentasi, dan menyimak hasil presentasi. 6. Membuat kesimpulan

Adapun skor perolehan dan pelaksanaan langkah ini mencapai 43 dari 100 atau 71.7%. Artinya dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah mencapai skor 3 pada skor yang baik dan skor 4 sangat baik. Hal ini nampak pada skor baik adalah pada aktivitas guru membuka pelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, memberikan tugas kepada siswa, membentuk siswa dalam kelompok heterogen, memberi penguatan, memberi tes, mengingatkan siswa belajar di rumah, dan menutup pelajaran dan skor sangat baik pada aktivitas guru memberikan motivasi kepada siswa, guru memberikan apersepsi, memberikan garis besar materi pelajaran, memberikan

(7)

tugas kepada siswa, menuntun siswa dalam diskusi kelompok, membimbing siswa melakukan pengumpulan data, bersama menyimpulkan materi pelajaran, memberi penguatan, dan menutup pelajaran dari seluruh aktivitas yang dilakukan masuk dalam kategori baik, dengan perolehan skor 43 seluruh aktivitas yang dilakukan dengan persentase yaitu 71.7%.

2. Partipasi Siswa

Partisipasi siswa yang diamati adalah partisipasi siswa selama proses pembelajaran baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2. Mengukur skala partisipasi belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan model pembelajaran berbasis masalah digunakan skala menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat partisipasi belajar siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003) yaitu:

Nilai =Σskor yang diperoleh siswaΣskor maksimum X100% Dengan ketentuan sebagai berikut: ≥80 ke atas : tinggi

60 – 79 : sedang

≤60 : rendah

Berikut disajikan hasil penghitungan partisipasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. 2

Distribusi Frekuensi Partisipasi Belajar Siswa Siklus I

Skor Tingkat Partisipasi Frekuensi Persentase (%)

≥ 80 Tinggi 12 40%

60 – 79 Sedang 14 46.7%

≤ 60 Rendah 4 13.3%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan hasil yang dipaparkan pada tabel di atas, diketahui bahwa tingkat partisipasi siswa yang meliputi aktivitas mengerjakan tugas dengan baik, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, melakukan interaksi dengan anggota kelompok, dan mengerjakan tugas mandiri dengan antusias dalam

(8)

pembelajaran berbasis masalah pada kategori tinggi yaitu 12 siswa (40%), tingkat partisipasiyang meliputi aktivitas mengerjakan tugas dengan baik, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, melakukan interaksi dengan anggota kelompok, dan mengerjakan tugas mandiri dengan antusias dalam pembelajaran berbasis masalahberada pada kategori sedang 14 siswa (46.7%) dan yang tingkat partisipasiyang meliputi aktivitas mengerjakan tugas dengan baik, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, melakukan interaksi dengan anggota kelompok, dan mengerjakan tugas mandiri dengan antusias dalam pembelajaran berbasis masalah berada pada kategori rendah 4 siswa (13.3%). Dari hasil ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model berbasis masalah pada siklus I berada pada kategori sedang.

3. Prestasi Belajar Siswa

Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan 2 pada siklus I. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Berikut ini disajikan dalam tabel perolehan hasil belajar setelah tindakan pada siklus I:

Tabel 4.3

Distribusi Prestasi Belajar IPA Siklus I Skor Kritera Prestasi Belajar Siklus I

Jumlah Siswa persentase (%)

60 Tidak tuntas 13 43.3%

≥ 60 Tuntas 17 56.7%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi dan kenampakan benda langit setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang tidak tuntas sebanyak 13 siswa (43.3%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 17 siswa (56.7%). Hasil perolehan dari tabel tersebut disajikan dalam diagram batang berikut ini:

(9)

Gambar 4. 2 Diagram Batang

Jika prestasi belajar tersebut dibandingkan tindakan, maka yang ditunjukkan oleh

dan diagram perbandingan pada siklus I.

Perbandingan Prestasi Belajar Skor Kriteria Prestasi

Belajar 60 Tidak Tuntas 60 Tuntas

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.

tuntas dalam belajar adalah 7 siswa dengan persentase 23.3%. Jumlah dan persentase ini berubah setelah diberikan tindakan. Terjadi peningkatan jumlah maupun persentase siswa yang tuntas belajar menjadi 17 siswa

56.7%. Dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah maupun ketuntasan belajar siswa yaitu menjadi 10 siswa setelah diberikan tindakan pada siklus 1 dengan persentase peningkatan 33.4%. Sebaliknya, sebelum tindakan, siswa yang belum tuntas berjumlah 23 siswa dengan persentase 76.7%. Jumlah dan persentase ini

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Siklus I 13

Gambar 4. 2 Diagram Batang Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I

Jika prestasi belajar tersebut dibandingkan dengan prestasi belajar sebelum indakan, maka yang ditunjukkan olehprestasi belajar ini dipaparkan pada tabel dan diagram perbandingan prestasi belajar sebelum tindakan dan setelah

Tabel 4. 4

Prestasi BelajarSebelum Tindakan dengan Siklus I Kriteria Prestasi

Belajar Sebelum TindakanJumlah Siklus I siswa (%) Jumlah Siswa

23 76.7% 13

7 23.3% 17

30 100% 30

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebelum tindakan, siswa yang tuntas dalam belajar adalah 7 siswa dengan persentase 23.3%. Jumlah dan persentase ini berubah setelah diberikan tindakan. Terjadi peningkatan jumlah maupun persentase siswa yang tuntas belajar menjadi 17 siswa dengan persentase 56.7%. Dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah maupun ketuntasan belajar siswa yaitu menjadi 10 siswa setelah diberikan tindakan pada siklus 1 dengan persentase peningkatan 33.4%. Sebaliknya, sebelum tindakan, siswa yang belum s berjumlah 23 siswa dengan persentase 76.7%. Jumlah dan persentase ini

Siklus I 13

17

Belum Tuntas Tuntas

Belajar Siswa pada Siklus I

prestasi belajar sebelum belajar ini dipaparkan pada tabel belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan

Tindakan dengan Siklus I Siklus I Jumlah (%)

43.3% 56.7% 100% diketahui bahwa sebelum tindakan, siswa yang tuntas dalam belajar adalah 7 siswa dengan persentase 23.3%. Jumlah dan persentase ini berubah setelah diberikan tindakan. Terjadi peningkatan jumlah dengan persentase 56.7%. Dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah maupun ketuntasan belajar siswa yaitu menjadi 10 siswa setelah diberikan tindakan pada siklus 1 dengan persentase peningkatan 33.4%. Sebaliknya, sebelum tindakan, siswa yang belum s berjumlah 23 siswa dengan persentase 76.7%. Jumlah dan persentase ini

Belum Tuntas Tuntas

(10)

mengalami penurunan menjadi 13 siswa dengan persentase 43.3%. Dengan kata lain, terjadi penurunan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I dibandingkan sebelum tindakan yaitu terjadi penurunan 3 siswa dengan persentase penurunan 43.4%.

Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengacu pada indikator kinerja yang telah disebutkan pada bab III, peningkatan persentase ketuntasan ini belum memberikan hasil sesuai dengan target yaitu 100% dari total kelas mencapai nilai kriteria minimal yaitu ≥ 60.

d. Refleksi

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, maka dilakukan refleksi. Refleksi dilakukan terkait dengan temuan-temuan selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berlangsung. Adapun hal-hal yang ditemukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi Belajar Siswa

 Masih ada beberapa siswa yang belum memiliki keberanian dalam menjawab pertanyaan.

 Masih juga ada beberapa siswa yang belum dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.

 Ada siswa yang memiliki kemampuan untuk bertanya, menanggapi maupun memiliki keberanian untuk presentasi, tetapi memiliki kemampuan kerjasama yang rendah.

 Ada siswa yang memiliki kemampuan mendengarkan dan menghargai pendapat rekan kelompoknya, namun memiliki keberanian untuk bertanya, keberanian untuk menanggapi yang rendah.

 Ada siswa yang memiliki kemampuan mengerjakan tugas secara mandiri dengan baik, kemampuan bekerjasama dengan baik, namun belum memiliki keberanian untuk tampil di depan kelas.

(11)

 Ada siswa yang memiliki kemampuan yang buruk dalam mengerjakan tugas, kemampuan yang buruk dalam menyimak, namun memiliki minat untuk belajar, memiliki kemampuan sosial yang tinggi.

 Ada siswa yang memiliki kemampuan menjawab pertanyaan yang rendah, namun memiliki semangat yang tinggi untuk melakukan presentasi di depan kelas, dan memiliki antusias yang tinggi dalam mengerjakan tugas mandiri.

2. Ketuntasan Belajar Siswa

Selain partisipasi belajar siswa, hal yang harus menjadi masukan untuk diperbaiki pada siklus II adalah peningkatan ketuntasan belajar siswa. Meskipun terjadi peningkatan hasil belajar dari sebelum tindakan ke setelah tindakan pada siklus I, peningkatan ketuntasan ini belum menjawab ketentuan indikator kinerja yang diharapkan, dimana ketuntasan kelas belum mencapai minimal 100% dari total siswa.

4.2.3. Siklus II a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, hal-hal yang direncanakan untuk dilaksanakan sebagai perbaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi Belajar Siswa

Pada partisipasi belajar siswa, hal-hal yang perlu diperhatikan agar menjadi perbaikan pada siklus II adalah keragaman karakteristik personal siswa. Karena itu, hal-hal yang perlu diperbaiki guru adalah sebagai berikut: pendekatan dengan siswa, dan mengorganisir siswa agar semua siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran.

2. Hasil Belajar Siswa

Hal yang harus diperhatikan dalam tindakan adalah mengupayakan dan melakukan pengkondisian tertentu agar ketuntasan belajar siswa, minimal mencapai target yaitu 100% dari total jumlah siswa, tuntas dalam KKM.

(12)

b. Pelaksanaan Pertemuan 1 1. Kegiatan Awal

Kegiatan di awali dengan salam pembuka, selanjutnya guru mengajak berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing. Setelah berdoa, untuk mengkondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, guru memperhatikan murid satu persatu dan menyampaikan beberapa kata motivasi, terkait dengan kondisi siswa yang ditemui guru mengacu pada hasil refleksi. Setelah itu, guru mengabsensi siswa satu persatu, sambil tetap memperhatikan siswa satu per satu seisi kelas. Selanjutnya, guru melakukan apersepsi dengan bertanya pernahkah melihat bintang atau bulan? mengapa bintang tidak terlihat pada siang hari? Untuk mempertajam pemahaman siswa mengenai pertanyaan apersepsi tersebut, guru melanjutkan pertanyaan, “apa sesungguhnya manfaat dari memahami rasi bintang?” Mengacu pada kondisi siswa pada siklus I, kali ini guru mengorganisir dan meminta siswa yang belum berani mengemukakan pendapat yang menjawab pertanyaan apersepsi. Sedangkan siswa yang pandai dan berani mengemukakan pendapat, namun memiliki kerjasama yang rendah dengan yang lain, diminta oleh guru untuk membantu siswa yang ditunjuk oleh guru, mengemukakan jawaban. Setelah siswa yang belum berani berhasil mengemukakan jawaban yang benar tentang manfaat dari memahami manfaat dari rasi bintang, selanjutnya guru menjelaskan garis besar materi. Mengantisipasi kekurangan dalam penyampaian materi pada siklus I, guru memperhatikan dengan detail tiap tahapan-tahapan materi, dan menjelaskan garis-garis besar materi, dengan suara yang gamblang, intonasi yang sedang, dengan kecepatan yang lebih lambat. Setelah memaparkan garis besar materi, selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Setelah menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa menyatakan ide-idenya secara bebas terkait dengan materi penampakan benda langit. Meskipun semua siswa diberikan

(13)

kesempatan, untuk mengkondisikan agar semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, strategi yang dilakukan guru sama seperti yang dilakukan pada apersepsi, yaitu meminta siswa yang kurang berani berpendapat untuk menyatakan pendapatnya, sementara siswa yang berani dan pandai diminta untuk menjadi pendamping, dengan membantu memberikan petunjuk pada kemungkinan-kemungkinan ide-ide apa saja yang terkait dengan penampakan benda langit. Selanjutnya, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Setelah itu, siswa diminta berdiskusi dan merumuskan hipotesis tentang penampakan benda langit, sambil siswa berdiskusi, guru meminta siswa yang pandai untuk lebih belakangan menyampaikan idenya, sementara siswa yang kurang pandai diminta lebih dahulu. Dalam membuat perencanaan untuk melakukan penyelidikan terkait dengan hipotesis, guru meminta siswa yang aktif tetapi kurang dalam bekerjasama untuk memberikan kesempatan pada siswa yang belum aktif, sedangkan siswa yang aktif diminta untuk menjadi pendamping dan menuntun. Setelah siswa selesai melakukan penyelidikan, perwakilan kelompok diminta untuk presentasi di depan kelas. Kali ini, guru meminta siswa yang kurang berani untuk maju mewakili kelompok presentasi, sementara siswa yang aktif dalam berdebat, diminta untuk membantu kelompok memberikan sanggahan apabila ada tanggapan dari kelompok lain. Setelah semua kelompok presentasi, guru memaparkan keseluruhan materi sambil memberikan klarifikasi pada pemahaman yang keliru. Selanjutnya, guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari. Agar siswa yang belum berani berpendapat menjadi berani, guru meminta agar kesimpulan ditulis oleh rekannya yang pandai dan dibacakan oleh siswa yang lain.

3. Kegiatan Akhir

Setelah selesai menyimpulkan, guru memberikan penguatan lewat pujian, juga mengingatkan siswa untuk belajar lebih dahulu, karena masih ada pertemuan berikutnya.

Pertemuan 2 1. Kegiatan Awal

(14)

Sama dengan pertemuan sebelumnya, kegiatan diawali dengan salam pembuka, mengajak siswa berdoa menurut agama dan keyakinannya masing-masing. Agar siap menerima pelajaran, guru mengkondisikan siswa dengan cara mengingatkan siswa bahwa memberikan kesempatan kepada yang lain, mendengarkan yang lain, dan berbagi dengan yang lain, seperti yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya adalah hal yang positif. Karena itu, hal itu perlu terus untuk dijaga dan dikembangkan. Selanjutnya, guru mengabsensi siswa, dan memberikan aperssepi dengan menanyakan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kali ini, siswa yang aktif dan berani bertanya diminta untuk berpendapat, sementara siswa yang kurang berani diminta untuk menjadi penyanggah. Setelah siswa menjawab dengan benar apersepsi yang diberikan, guru menjelaskan garis besar materi yang akan dipelajari, serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui pembelajaran tersebut, juga langkah-langkah pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Setelah menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa menyatakan ide-idenya secara bebas terkait dengan materi kedudukan benda langit. Kali ini, siswa yang berani berpendapat dan aktif, diminta untuk menyatakan ide-idenya, sementara siswa yang kurang berani diminta untuk menjadi penyanggah. Selanjutnya, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Setelah itu, siswa diminta berdiskusi dan merumuskan hipotesis tentang kedudukan benda langit, sambil siswa berdiskusi, guru meminta siswa yang pandai untuk lebih dahulu menyampaikan idenya, sementara siswa yang kurang pandai diminta menjadi penyanggah. Agar siswa yang berani dan pandai tidak menjadi dominan, guru mengantisipasi dengan cara jika siswa yang kurang berani menjadi penyanggah, maka siswa yang pandai harus menyanggah dalam bentuk mengeksplorasi alasan-alasan mengapa idenya disanggah dengan cara demikian. Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan penyelidikan tentang kemungkinan jawaban atas hipotesis yang telah dibangun mengenai kedudukan benda langit. Sama seperti tahap menyampaikan ide untuk menentukan hipotesis, kali ini siswa yang pandai diminta untuk mengumpulkan

(15)

data, sementara kelompok yang kurang pandai diminta untuk jadi penyanggah, sedangkan siswa yang kurang tidak berkonsentrasi diminta untuk mencatat. Setelah siswa selesai melakukan penyelidikan, perwakilan kelompok diminta untuk presentasi di depan kelas. Kali ini, guru meminta siswa yang kurang berani untuk maju mewakili kelompok presentasi, sementara siswa yang aktif dalam berdebat, diminta untuk membantu kelompok memberikan sanggahan apabila ada tanggapan dari kelompok lain. Setelah semua kelompok presentasi, guru memaparkan keseluruhan materi sambil memberikan klarifikasi pada pemahaman yang keliru. Selanjutnya, guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari. Agar siswa yang belum berani berpendapat menjadi berani, guru meminta agar kesimpulan ditulis oleh rekannya yang pandai dan dibacakan oleh siswa yang lain.

3. Kegiatan Akhir

Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan evaluasi dalam bentuk tes yang dikerjakan secara individual. Guru juga memberikan penguatan dengan cara memberikan motivasi dan pujian atas seluruh kerjasama dan partisipasi yang telah ditunjukkan siswa selama dua pertemuan terakhir. Guru mengucapkan terimakasih atas partisipasi siswa terlibat dalam penelitian. Setelah siswa selesai mengerjakan evaluasi, guru menutup pelajaran.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan juga pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, termasuk akibat menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA. Adapun hal-hal tersebut yaitu:

1. Kinerja Guru

Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pelajaran IPA materi Perubahan Kenampakan Bumi. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I dalam pembelajaran berbasis masalah dengan materi perubahan kenampakan bumi

(16)

diperoleh skor 60 dengan persentase nilai kinerja sebesar 88.2% dikategorikan baik.

Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 15 item dalam lembar observasi, mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Setiap item diberikan skor mulai dari skor terendah 1 hingga tertinggi 4. Skor 1 adalah terendah yaitu skor yang tidak dilaksanakan sama sekali, diikuti 2 dilaksanakan tapi masuk kategori kurang baik, 3 dilaksanakan dan masuk pada kategori baik dan 4 dilaksanakan dan masuk pada kategori sangat baik.

Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):

Nilai =ΣSkor yang diperolehΣSkor maksimum X100% Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali

70 – 85% = baik 55 – 69% = cukup baik <55% = kurang

Berdasarkan perolehan di atas, maka diketahui bahwa kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, yaitu :

1. Identifikasi masalah 2. merumuskan masalah

3. merencanakan pengumpulan data 4. mengumpulkan data

5. presentasi, merespon hasil presentasi, dan menyimak hasil presentasi. 6. Membuat kesimpulan

Adapun skor perolehan dan pelaksanaan langkah ini mencapai 60 dari 100 atau 88.2%. Artinya dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah mencapai skor 3 pada skor yang baik dan skor 4 sangat baik. Hal ini nampak pada skor baik adalah pada aktivitas guru membuka pelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, memberikan tugas

(17)

kepada siswa, memberi penguatan, memberi tes, mengingatkan siswa belajar di rumah, dan menutup pelajaran dan skor sangat baik pada aktivitas guru memberikan motivasi kepada siswa, guru memberikan apersepsi, memberikan garis besar materi pelajaran, memberikan tugas kepada siswa, membentuk siswa dalam kelompok heterogen, menuntun siswa dalam diskusi kelompok, membimbing siswa melakukanpengumpulan data, bersama menyimpulkan materi pelajaran, memberi penguatan, dan menutup pelajaran dari seluruh aktivitas yang dilakukan masuk dalam kategori baik, dengan perolehan skor 43 seluruh aktivitas yang dilakukan dengan persentase yaitu 88.2%.

2. Partisipasi Belajar Siswa

Mengukur skala partisipasi belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan model pembelajaran berbasis masalah, digunakan skala menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat partisipasi belajar siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003) yaitu:

Nilai =Σskor yang diperoleh siswaΣskor maksimum X100% Dengan ketentuan sebagai berikut: ≥80 ke atas : tinggi

60 – 79 : sedang

≤60 : rendah

Berdasarkan hasil yang dipaparkan pada tabel di atas, diketahui bahwa tingkat partisipasi siswa yang meliputi aktivitas mengerjakan tugas dengan baik, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, melakukan interaksi dengan anggota kelompok, dan mengerjakan tugas mandiri dengan antusias dalam pembelajaran berbasis masalah pada kategori tinggi yaitu 26 siswa (86.7%), tingkat partisipasi yang meliputi aktivitas mengerjakan tugas dengan baik, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, melakukan interaksi dengan anggota kelompok, dan mengerjakan tugas mandiri dengan antusias dalam pembelajaran berbasis masalah berada pada kategori sedang 4 siswa (13.3%) dan tidak ada siswa yang tingkat partisipasi meliputi aktivitas mengerjakan tugas dengan baik, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, melakukan

(18)

interaksi dengan anggota kelompok, dan mengerjakan tugas mandiri dengan antusias dalam pembelajaran berbasis masalah berada pada kategori rendah. Dari hasil ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model berbasis masalah pada siklus I berada pada kategori sedang.

3. Prestasi Belajar Siswa

Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan pertemuan 2 pada siklus II. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat perubahan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA, setelah diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

Berdasarkan diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi dan kenampakan benda langit setelah diberikan tindakan pada siklus II, tidak ada lagi siswa yang tidak tuntas, dan siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa (100%).

Jika prestasi belajar tersebut dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I, maka yang ditunjukkan oleh ketuntasan belajar ini dipaparkan pada tabel dan diagram perbandingan prestasi belajar siklus I dan setelah tindakan pada siklus II.

Tabel 4. 5

Perbandingan Prestasi Belajar pada Siklus I dengan Siklus II Skor Kriteria

Prestasi Belajar

Siklus I Siklus II

Jumlah siswa (%) Jumlah Siswa (%)

60 Tidak Tuntas 17 56.7% 30 100%

≥ 60 Tuntas 13 43.3% -

-Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar adalah 17 siswa dengan persentase 56.7%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas menjadi 30 dengan persentase 100%. Dengan demikian terjadi peningatkan 43.3% dari siklus I ke siklus II, setelah diberikan tindakan pada siklus II. Sementara siswa yang belum tuntas pada siklus I adalah 13 siswa dengan persentase 43.3%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi penurunan menjadi tidak ada lagi siswa yang belum

(19)

tuntas belajarnya. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Tlogo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2012/2013 berhasil.

Berikut ini akan disajikan dalam tabel maupun diagram perbandingan prestasi belajar sebelum tindakan, setelah tindakan pada siklus I dan setelah tindakan pada siklus II.

Tabel 4. 6

Perbandingan Prestasi BelajarSiswa Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II

Skor Kriteria Prestasi Belajar

Sebelum

Tindakan Siklus I Siklus II

Jumlah siswa (%) Jumlah Siswa (%) Jumlah siswa (%) 60 Tidak Tuntas 23 76.7% 13 56.7% -≥ 60 Tuntas 7 23.3% 17 43.3% 30 100% Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa sebelum tindakan siswa yang tuntas adalah 7 siswa dengan persentase 23.3%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 17 siswa dengan persentase 56.7 atau terjadi peningkatan 33.4%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 30 dengan persentase 100% atau terjadi peningkatan 43.3%. Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindkan adalah 23 siswa dengan persentase 76.7%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengalami penurunan menjadi 13 siswa dengan persentase 43.3%, atau terjadi penurunan 33.4%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi penurunan lagi menjadi tidak ada atau mengalami penurunan lagi 43.3%.

d. Refleksi

Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan pada siklus I, dan setelah guru memperbaiki kinerjanya, maka diketahui bahwa partisipasi belajar dan jumlah serta persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat setelah diberikan tindakan pada siklus II. Hal ini memberikan refleksi bahwa

(20)

memperhatikan proses dan memperhatikan karakteristik personal siswa selama KBM berlangsung adalah sesuatu yang penting dan mendasar demi mencapai hasil belajar dan ketuntasan belajar yang diharapkan.

4.3. Pembahasan

Sebelum tindakan siswa yang tuntas adalah 7 siswa dengan persentase 23.3%. Berdasarkan pada situasi ini, maka direncanakan dilakukan tindakan untuk memperbaiki ketuntasan belajar siswa. Setelah menyusun perencanaan, maka ditentukan untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah demi memperbaiki ketuntasan belajar siswa. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 17 siswa dengan persentase 56.7 atau terjadi peningkatan 33.4%.

Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan yang dicapai belum sesuai dengan harapan yang hendak dicapai. Dengan demikian, diperlukan tindakan lagi pada siklus berikutnya. Dengan memperhatikan refleksi pada siklus I, maka direncanakan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan pada tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah yang tuntas menjadi 30 dengan persentase 100% atau terjadi peningkatan 43.3%. Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindkan adalah 23 siswa dengan persentase 76.7%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, mengalami penurunan menjadi 13 siswa dengan persentase 43.3%, atau terjadi penurunan 33.4%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II terjadi penurunan lagi menjadi tidak ada atau mengalami penurunan lagi 43.3%. Dengan demikian, hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dirancang yaitu partisipasi dan prestasi belajar IPA siswa dapat ditingkatkan dengan menerapakan model pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa kelas 4 SDN Tlogo Kec Tuntang Kab Semarangsemester II tahun pelajaran 2012/2013.

Partisipasi siswa pada siklus I yaitu siswa yang masuk dalam kateogri partisipasi tinggi yaitu 12 siswa (40%), tingkat partisipasi sedang 14 siswa (46.7%) dan yang tingkat partisipasinya rendah 4 siswa (13.3%). Dari hasil ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi belajar siswa dalam mengikuti

(21)

pembelajaran dengan model berbasis masalah pada siklus I berada pada kategori sedang. Pada siklus IIdiketahui bahwa tingkat partisipasi siswa pada kategori tinggi yaitu 26 siswa (86.7%) dan 4 siswa (13.3%) memiliki tingkat partisipasi sedang. Dengan hasil ini maka disimpulkan bahwa tingkat partisipasi siswa pada siklus II berada pada kategori tinggi.

Hasil penelitian ini dengan demikian mendukung pernyataan Ratumanan (dalam Trianto, 2007:92)Pelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.Dalam model ini siswa dilatih untuk berinteraktif dengan bertanya dan mengemukakan pendapat mengenai masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran, untuk mencapai jawaban dari permasalahan yang diajukan maka siswa melakukan kegiatan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, mencari jawaban, sampai akhirnya siswa mampu menghasilkan produk yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian dari masalah yang mereka temukan.Hal itu sesuai dengan yang dikemukanan Arends (Triatno, 2007:68) bahwa “Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model dimana siswa dihadapkan pada masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang disuguhkan di awal pembelajaran dan diharapkan siswa dapat menemukan inti permasalahan dan berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut”. Dengan mengembangkan proses pembelajaran sepeerti ini, memberikan peluang bagi siswa untuk lebih mudah memahami materi yang disajikan, lebih mudah menyerap dan memberikan peluang untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini dengan demikian juga mendukung dua penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan oleh oleh Iwan Setiawan (2012) dengan judul penelitian yaitu Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Sukamenak. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa model pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar IPA siswa. Selain itu, penelitian

(22)

yang dilakukan Nurhaelah (2011), dengan judul penelitian Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas IV SDN Pagerwangi Lembang. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa model pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Pagerwangi Kecamatan Lembang.

Gambar

Gambar 4. 1 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan Berdasarkan data yang diperoleh, maka diperlukan upaya untuk menindak  lanjuti  melalui  penelitian  tindakan  kelas
Gambar 4. 2 Diagram Batang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan tetap memperhatikan kondisi pasar tidak sempurna, Ibn Taimiyah merekomendasikan bahwa bila penjual melakukan penimbunan dan menjual pada harga yang lebih

Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian, tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dan melakukan transaksi barang atau jasa,

Oleh sebab itu, bimbingan konseling Islam digunakan sebagai sarana bagi seorang konselor dalam penerapannya dengan terapi rasional emotif yang sasarannya merubah

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa potensi lahan yang tersedia di Desa Sumberharjo untuk tanaman garut mencapai 57 ha, yang terletak di Dusun Bendungan, Pereng, Sengir, dan

Dari prosentase jawaban angket di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PAI pada aspek akhlak dengan materi sifat-sifat terpuji siswa kelas VII-B sudah mulai naik

berlaku atau spesifikasi pekerjaan, yang diacu untuk menentukan rencana tata letak. Tata letak equipment berdasarkan routing pipa dan kabel harus memenuhi

proses Diagram Use Case Sistem Informasi Promosi mengubah page pada Penjualan adalah sebagai berikut :. Manajemen link merupakan proses generalisasi Yang meliputi

Yang dimaksud dengan &#34;cuti&#34; adalah bentuk pembinaan *36471 Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan meninggalkan LAPAS untuk sementara waktu, apabila telah memenuhi syarat