• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stabil dalam Guncangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stabil dalam Guncangan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur tiada terhingga kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Saw.

Sungguh menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kami, bahwa di tengah situasi pandemi virus Covid-19 yang mengakibatkan banyak hal tidak menentu ini, Majalah Hadila bisa kembali hadir menemani para pembaca setia di manapun berada. Semua ini tentu tak lain dan tak bukan adalah karena pertolongan Allah Swt semata. Kita semua berharap agar bisa melewati masa-masa sulit ini dan senantiasa optimis menatap masa depan yang insya Allah penuh kebahagiaan.

Pada edisi 157 ini, Hadila hadir dengan tema utama, Stabil dalam

Guncangan. Tema ini dilatarbelakangi kondisi terkini, dimana kita semua berada pada kondisi yang tak menentu dalam banyak hal.

Hadila hadir dengan bahasan utama tentang bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan pada era baru ketika virus Covid-19 belum bisa dikendalikan penyebarannya. Bagaimana pola komunikasi dan interaksi yang seharusnya diterapkan dalam keluarga ketika kontak fisik harus dikurangi? Bagaimana mengatur keuangan keluarga agar bisa bertahan? Bagaimana seharusnya seorang muslim melihat kondisi ini dari kacamata spiritual?

Dengan bahasan utama itu, semoga kehadiran Hadila akan menjadi inspirasi bagi seluruh keluarga agar tetap stabil lahir dan batin, meski goncangan kehidupan tak bisa dielakkan. <>

Stabil dalam Guncangan

1 | Juli 2020 | Edisi 157

SALAM REDAKSI

Sampul : Smart Media Prima Foto : Freepik/Hadila

www.hadila.co.id Majalah Hadila majalahhadila @sahabathadila

(4)

2 | Juli 2020 | Edisi 157

Daftar Isi

Terbit Sejak November 2006 Penerbit

PT SMART MEDIA PRIMA

Komisaris Utama : Danie H. Soe’oed. Direktur Perusahaan : Hafidz Muftisany.

Manajer Marketing : Fitriyanto. Manajer Keuangan : Anton Mashudi

Pemimpin Umum : Supomo.Pemimpin Redaksi : Eni Widiastuti.Kepala Desain : Tria Diana Shofa.Redaktur Senior : Mulyanto Utomo.Redaktur Pelaksana : Ibnu Majah. Reporter :Afroh Ellyfa. Tata Letak : Nana.Ilustrator : Irawan Nur Adi Kuncoro Kontributor: Imani-Prokami, Ikadi, Sholihin Abu Izzudin, Budhy Lestari, Farida Nur’Aini, Supomo, Jumadi Subur, Budhi Purwanto, Maimon Herawati, Fachruddin Nursyam, Cahyadi Takariawan, Tamim Aziz, Mukhammad Shokheh, Hakimuddin Salim, Nursilaturahmah, Laily Dwi Arsyanti, Tajudin Pogo

Pemasaran/Iklan : 082136929111

Alamat Redaksi : Griya Smart, Jl Tentara Pelajar, Bolon, Colomadu, Karanganyar

(5)
(6)

FOKUS UTAMA

4 | Juli 2020 | Edisi 157 Pasangan muda yang baru dikaruniai satu anak, Andi-Titi tak pernah menyangka jika dalam perjalanan rumah tangganya yang belum genap empat tahun, tiba-tiba akan melewati fase hidup yang cukup sulit. Hal itu terjadi ketika virus Covid-19 sampai ke Indonesia, khususnya wilayah Soloraya, Jawa Tengah.

Tanpa dinyana, tiba-tiba saja perusahaan tempat mereka bekerja merumahkan keduanya.

Sejak April 2020, Andi yang seharusnya mencari nafkah untuk keluarganya, dirumahkan tanpa digaji. Menyusul Mei 2020, istrinya, Titi, juga dirumahkan tanpa digaji. Keduanya pun sempat cukup shock ketika menghadapi kenyataan itu.

(7)

FOKUS UTAMA

5 | Juli 2020 | Edisi 157 Mereka yang terbiasa gajian rutin

tiap bulan, tiba-tiba dirumahkan tanpa gaji sedikit pun. Padahal kebutuhan hidup keluarga tentu tak pernah berhenti.

Namun kondisi itu tidak lama terjadi. Ketika menyadari tidak ada lagi pemasukan untuk keluarga, Andi dan Titi segera berpikir keras bagaimana tetap berpenghasilan. Akhirnya mereka pun mencoba menjemput rezeki dengan berjualan aneka makanan dan sembako secara online. Keduanya kompak saling membantu satu sama lain, agar dapur rumah tetap mengepul.

Mereka mengoptimalkan penggunaan media sosial seperti Facebook dan Whatsapp, untuk menawarkan barang dagangannya. Setiap hari, status media sosial mereka adalah penawaran barang dagangan yang mereka jual.

“Saya yang dulunya lumayan boros karena mungkin merasa aman tiap bulan gajian, kini lebih menghargai uang. Ibaratnya recehan sekalipun saya kejar karena dari recehan itu, jika dikumpulkan bisa menjadi banyak. Alhamdulillah bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami, meski kami tetap harus berhemat,” ujarnya kepada Hadila awal Juni lalu.

Mereka merasakan sekali manfaat media sosial untuk iklan barang dagangan. “Alhamdulilah meski baru berjualan, karena media sosial, teman-teman banyak yang lihat postingan dan akhirnya cukup banyak yang pesan. Kami tak malu jadi pejuang recehan, karena alhamdulillah saat Ramadan kemarin

cukup banyak pesanan,” ujarnya. Hal itu pun terus dilakukan Andi-Titi, hingga setelah Lebaran. “Sampai sekarang status kami tidak jelas dirumahkan perusahaan sampai kapan. Jadi kami masih harus berjuang untuk mendapatkan penghasilan,” ujarnya.

Potret kehidupan Andi-Titi itu, hanyalah satu potret di antara banyak potret keluarga lainnya yang terkena dampak dari pandemi virus corona. Meski mendapat guncangan cukup berat, Andi-Titi terus berusaha agar bisa stabil dalam guncangan kehidupan itu.

Pemerhati Komunikasi Keluarga asal Jakarta, Aprilina Prastari M.Si, menjelaskan pandemi Covid-19 telah memukul hampir semua sektor kehidupan. Menurut data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), hingga 1 Mei 2020, 2 juta lebih pekerja, baik yang bekerja di sektor informal maupun formal, terdampak. Sedangkan Kamar Dagang dan Industri Indonesia mencatat sekitar 6 juta pekerja terkena imbas dari pandemi ini. Angka yang sangat tinggi dan perlu mendapat perhatian banyak pihak. Kondisi mereka, ada yang kehilangan pekerjaan alias di-PHK atau dirumahkan sementara. “Ada yang masih mendapat sebagian gaji, ada yang harus mengandalkan tabungan sambil terus berikhtiar mencari sumber penghasilan lain,” jelasnya.

April mengakui, kondisi ini memang tidak mudah bagi keluarga di Indonesia. Terlebih jika sumber pendapatan hanya pada suami saja.

(8)

FOKUS UTAMA

6 | Juli 2020 | Edisi 157 Apalagi jika kondisi keluarga sedang membutuhkan banyak pengeluaran; sekolah, bayar sewa kontrakan atau cicilan rumah, dan pengeluaran rutin lainnya.

Ketika suami dirumahkan atau dipotong gajinya, kata April, menjadi tugas istri untuk menguatkan dan memberi pengertian kepada anak-anak bahwa kondisi keluarga mereka tidak sama seperti

sebelumnya. Tentu saja dengan cara berkomunikasi yang menyesuaikan dengan usia anak.

Baik suami dan istri perlu segera beradaptasi dengan kondisi baru ini dengan mencari peluang baru yang mungkin dilakukan dari rumah atau menyesuaikan dengan pengalaman kerja, hobi atau kemampuan yang bisa menghasilkan uang. “Tak perlu malu jika harus berganti profesi asalkan halal,” sarannya.

Selain faktor ekonomi,

terangnya, setidaknya selama 4 bulan belakangan ini, pandemi Covid-19 menuntut semua masyarakat untuk beraktivitas di rumah, terutama bekerja dan belajar. Di sinilah peran suami dan istri harus saling membantu, terlebih jika keduanya harus sama-sama bekerja dari rumah dan tanpa asisten rumah tangga (ART). Semua pekerjaan rumah harus dibagi sesuai porsinya kepada semua anggota keluarga. Ayah dan ibu harus membagi waktu antara pekerjaan kantor, rumah, dan membantu anak-anak belajar. Meskipun, ada atau tanpa pandemi, setiap anggota keluarga memang sebaiknya memiliki peran dan

tanggung jawab dalam menangani pekerjaan rumah tangga sesuai dengan kemampuan masing-masing

.

Tips Sehat di Masa Pandemi Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karanganyar, dr. Musdalifah, Sp.P, M.Kes, menjelaskan Covid-19 merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus corona. Gejalanya sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan, berat bahkan tanpa gejala. Hal yang biasa dirasakan penderita adalah demam, nyeri kepala, nyeri di otot, gangguan pengecapan, nyeri tenggorokan, batuk, sulit bernapas, juga gangguan saluran pencernaan.

Di masa pandemi ini, setiap diri harus mengusahakan agar tubuhnya tetap sehat. Berikut tips dari dr. Musdalifah.

Pertama, biasakan diri mencuci tangan sesering mungkin. Mencuci tangan yang baik adalah dengan sabun lalu dibilas dengan air mengalir. Kalau tak ada sabun, bisa dengan handsanitizer. Hal itu harus dilakukan sesering mungkin.

Kedua, biasakan untuk memakai masker, terutama ketika keluar rumah, baik dalam kondisi sehat, apalagi sakit. Mereka yang tidak memakai masker, sangat berisiko terkena virus.

Ketiga, biasakan tidak menyentuh wajah, jangan pegang mata, hidung mulut, kecuali sangat diperlukan dan pastikan tangan dalam keadaan bersih. Karena tiga organ tersebut

(9)

FOKUS UTAMA

7 | Juli 2020 | Edisi 157 menjadi tempat paling rawan

masuknya virus.

Keempat, jangan bepergian ke wilayah yang ada penderita Covid-19.

Kelima, hindari kontak langsung dengan orang sakit, meski belum ada keterangan jelas orang sakit itu sakit Covid atau bukan, kecuali para petugas kesehatan yang memang tugasnya melayani para pasien.

Keenam, konsumsi makanan dengan gizi seimbang. Perlu juga ditambah suplemen madu atau vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh. Hal itu penting diperhatikan karena daya tahan tubuh yang kuat bisa melawan virus masuk ke tubuh.

Seluruh anggota keluarga harus diupayakan daya tahan tubuhnya meningkat, baik fisik maupun psikis. Oleh karena itu, selain orang tua harus menyiapkan makanan yang bergizi, juga harus mengusahakan agar kondisi rumah nyaman dan aman sehingga seluruh anggota keluarga mentalnya baik. Mental yang sehat, akan berpengaruh terhadap fisik yang sehat, demikian juga sebaliknya.

Ketujuh, sempatkan olahraga dan istirahat yang cukup. Pasalnya istirahat yang kurang akan

menimbulkan kerentanan berbagai penyakit.

Kedelapan, jika merasa ada keluhan kesehatan, segera datangi fasilitas kesehatan.

Kesembilan, jika memungkinkan, lakukan semua hal dari rumah. Misalnya bekerja, belanja, belajar, dan lainnya. Hal itu karena kita tidak bisa mengendalikan kondisi

di luar. Maka membatasi diri agar tidak sering keluar rumah, menjadi salah satu solusi tetap sehat di masa pandemi.

Kesepuluh, jika terpaksa harus pergi keluar rumah, harus menerapkan protokol kesehatan. Yaitu memastikan tubuh dalam kondisi fit, memakai masker, menyediakan handsanitizer, hindari kerumunan, jaga jarak dengan orang lain minimal satu meter, hindari bersentuhan. Sebelum masuk rumah langsung cuci tangan, lepas semua alas kaki, idealnya semua pakaian segera dilepas juga sebelum ketemu keluarga lain, segera dicuci. Selanjutnya, segera mandi keramas agar semua yang menempel di tubuh bisa bersih. Setelah mengenakan pakaian baru, bisa bersentuhan dengan anggota keluarga lainnya. Jika Anak Harus Sekolah

Khusus untuk anak-anak, dr. Musdalifah memberikan beberapa tipsnya jika nanti anak-anak sudah mulai sekolah. Yaitu pastikan anak dalam kondisi sehat, imunitas kuat, berikan multivitamin atau suplemen yang cocok untuk anak sebelum keluar rumah. Tekankan anak-anak untuk menggunakan masker secara terus menerus, tanamkan supaya menjaga jarak dengan temannya, ajarkan etika ketika batuk dan bersin, tanamkan anak untuk tidak berbagi makanan apalagi saling mencicipi.

“Siapkan semua peralatan atau amunisi yang dibutuhkan anak sendiri, sehingga di sekolah hanya menyentuh barang milik pribadi. Anak harus sering diingatkan,” terangnya. <Eni Widiastuti>

(10)

FOKUS UTAMA

8 | Juli 2020 | Edisi 157

P

erubahan mendadak

akibat pandemi ini tentu saja berpengaruh pada kondisi jiwa seseorang. Terlebih jika hal tersebut terjadi pada kepala keluarga.

Lemahnya kondisi ekonomi rentan membuat seseorang menjadi cemas, takut yang sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan. Perilaku mudah marah, sensitif, pesimis, dapat terjadi jika sesama anggota keluarga tidak saling menguatkan.

Segera Beradaptasi

Saling Menguatkan

Hal itu disampaikan Pemerhati Komunikasi Keluarga dari Jakarta, Aprilina Prastari, M.Si, kepada Hadila, beberapa waktu lalu. Berikut ulasan lengkapnya.

Saat ini, banyak orang mengalami kecemasan yang lebih dari biasanya, adakah pengaruh kecemasan itu terhadap hubungan antar anggota keluarga?

Rasa cemas, terlebih jika ditunjukkan oleh orang tua, dikhawatirkan dapat menular ke anggota keluarga lain, khususnya anak. Anak boleh jadi ikut cemas sehingga dikhawatirkan akan memengaruhi kesehatan mental mereka. Orang tua yang terlalu cemas juga membuat mereka lebih emosional. Padahal, dalam kondisi seperti ini, setiap orang harus tetap menjaga rasa senang dan bahagia dalam dirinya. Menurut penelitian, perasaan bahagia dapat membuat

sistem imun seseorang lebih maksimal.

Salah satu yang membuat seseorang cemas biasanya karena banyaknya informasi yang diterima yang sebagian besar berisikan kondisi yang kurang baik; jumlah kematian akibat Covid-19, kesimpangsiuran informasi, kebijakan yang berubah-ubah, dan sebagainya. Untuk itu, pandailah dalam memilih dan memilah informasi yang didapatkan. Jika dirasa mulai cemas, untuk sementara waktu, hindari mengakses media sosial atau pemberitaan, tetapi tetap menjaga protokol kesehatan di rumah dan ketika harus berada di luar rumah.

Bagaimana pola interaksi yang pas dalam keluarga, ketika terjadi pandemi virus seperti sekarang?

Meski jarak memisahkan, anak harus melakukan komunikasi dengan

(11)

FOKUS UTAMA

9 | Juli 2020 | Edisi 157 orang tua melalui sarana teknologi

yang ada. Kerinduan kakek-nenek juga perlu difasilitasi secara rutin dengan berkomunikasi via video call atau sarana teknologi lain. Selain kebutuhan pangan dan kesehatan, anak juga perlu memastikan bahwa orang tua memiliki kegiatan yang dapat mengusir kebosanan dengan menyiapkan beberapa aktivitas seperti berkebun, memelihara hewan peliharaan, atau melakukan hobi lain.

Selain kepada orang tua, memaksimalkan grup-grup pesan singkat seperti WA Group (WAG) juga perlu untuk memastikan saudara-saudara yang lain berada dalam kondisi baik. Menjaga keharmonisan di dalam sebuah keluarga besar, perlu ada anggota keluarga yang mampu menjadi pemberi solusi, pemberi informasi yang valid, dan penghibur.

Selain ikhtiar maksimal dengan memanfaatkan teknologi, doa adalah cara paling ampuh untuk menjaga hati untuk saling menyayangi dan mengasihi. Selain perhatian tulus yang mampu menautkan hati.

Untuk keluarga inti, komunikasi perlu dilakukan sehangat mungkin. Ada saatnya anak atau orang tua merasa bosan dengan kondisi ini. Ada saatnya ayah akan merasa lelah, stres, khawatir dengan pendapatan yang belum pasti. Ada saatnya ibu juga merasa lelah untuk mengurus semua keperluan rumah tangga. Berbagilah, saling bercerita dan mendengarkan keluhan masing-masing anggota keluarga.

Jika ayah, ibu dan anak-anak masing-masing sibuk, luangkan waktu untuk bersantai, mengerjakan

hal yang mampu melepas kepenatan, tentu dengan batas-batas kewajaran. Tetap nikmati akhir pekan atau hari libur nasional bersama agar meski berada di rumah, batasan untuk bekerja/belajar dan libur tetap ada. Dalam kondisi seperti ini, dukungan keluarga sangat diperlukan untuk mengurangi kekhawatiran.

Pelukan orang tua kepada anak adalah kebutuhan. Tapi di masa pandemi ini, orang tua ada yang sampai khawatir ketika akan memeluk anak, apa yang harus dilakukan?

Tentu perlu dilihat apa profesi orang tua. Jika profesi orang tua sangat bersinggungan dengan pasien Covid-19, seperti dokter dan perawat, tentu saja ini dapat dimaknai sebagai kehati-hatian agar anak tidak tertular. Perlu dukungan dari pasangan untuk menyampaikan kepada anak (jika usianya masih balita) alasan belum dapat memeluk. Menjelaskan dengan bahasa yang dipahami anak bagaimana virus ini menular. Sebagai gantinya, meskipun rasanya pasti tidak sama, pelukan dapat dilakukan jarak jauh atau rekaman suara yang dapat membuat anak merasakan rasa sayang.

Pandemi ini memang akhirnya benar-benar mengajarkan bagaimana kita harus disiplin dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah sebagai senjata seorang muslim. Berusaha untuk tetap berpikir positif tetapi tidak takabur, menghitung segala kebaikan yang Allah berikan agar menciptakan rasa syukur karena itulah kunci hati yang bahagia. <Eni Widiastuti>

Segera Beradaptasi

(12)

FOKUS UTAMA

10 | Juli 2020 | Edisi 157 MAIMON HERAWATI Dosen Universitas Padjadjaran Bandung

P

ernah melihat video cucu memeluk neneknya berbataskan plastik? Bapak yang terpisah keluarga sekian bulan karena pekerjaan di wilayah rawan penularan Covid-19? Pengajian-pengajian darat dihentikan dan dipindah menjadi kajian online? Inilah pengaruh Covid-19 pada kehidupan kita.

Saat ini, banyak wilayah yang memasuki fase ‘new normal’. Saya tidak sepakat dengan penggunaan new normal. New normal hanya digunakan jika telah terjadi pelandaian kurva dan pemerintah mampu mengontrol keadaan. Saat tulisan ini dibuat, kurva masih melejit tinggi. Apa pun itu, yang dimaksud ‘new normal’ versi pemerintah ialah melakukan aktivitas seperti biasa tetapi dengan mempraktikkan berbagai tindak perilaku pencegahan Covid-19.

Kebiasaan baru yang diminta lakukan misal selalu bermasker dan mengenakan face shield, rajin cuci tangan, mengenakan jaket lengan

panjang, bersarung tangan. Satu sama lain diminta menjaga jarak 1,5 meter. Tidak berkerumun.

Pada level personal, efeknya tentu saja banyak. Keluarga yang terpisah wilayah sulit bertemu karena untuk menaiki pesawat diminta menunjukkan hasil tes cepat Covid-19. Gubernur Sumbar bahkan meminta siapa pun yang akan masuk Sumbar memiliki tes negatif PCR. Jika tes cepat harganya Rp 400.000, tes PCR kisaran Rp2 juta. Sudahlah mahal, akses ke lab PCR tidak gampang pula. Lagi pula, kalaupun tes PCR negatif, dalam perjalanan ke Sumbar dari Jabar, kemungkinan terinfeksi tinggi. Pesawat udara dengan sistem sirkulasi udara dan pendingin ruangannya, sejatinya adalah lokasi bagi rata virus. Satu saja pembawa virus tanpa gejala (tidak PCR), maka sepesawat terpapar virus sekian lama.

Saya sangat mendukung

peraturan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, karena dengan cara begitu laju infeksi bisa ditahan. Di sisi lain, Covid-19 menghambat keinginan

Menyetir Perubahan

(13)

FOKUS UTAMA

11 | Juli 2020 | Edisi 157 saya untuk mengunjungi orang tua

yang sudah sepuh dan sakit-sakitan. Walau rutin bervideo telepon, tetapi kondisi orang tua yang mulai dementia menyulitkan komunikasi jarak jauh. Pahit, walau harus disyukuri bahwa di desa yang sama ada kakak sulung. Keluarga seperti saya pasti banyak karena tradisi merantau bangsa tidak hanya milik urang awak.

Bagi yang tidak memiliki kakak di dekat orang tuanya, saya sarankan untuk membangun komunikasi dan kedekatan dengan tetangga terdekat orang tua. Mereka akan menjadi tangan, mata, telinga, dan mulut kita.

Tentang suami-istri yang telah terpisah lebih dari tiga bulan, saya paham kegalauan dan kesulitan menyeimbangkan kehidupan saat satu sayap mengepak jauh darinya. Saya pernah terpisah hampir setengah tahun dari keluarga. Dan setengah gila rasanya. Maka, maksimalkan fungsi telepon dan aplikasinya. Saya bahkan

menghidupkan video skype sepanjang yang saya bisa. Walau keluarga nanti sekadar melihat saya sedang belajar di perpustakaan, atau lebih lucu lagi melihat saya tertidur –karena beda waktu- tidak apa. Mereka juga menghidupkan video di ruang tengah. Siapa pun yang ada waktu duduk di depan video dan jika waktunya pas, bisa mengobrol. Ini lumayan membangun koneksivitas antara anggota keluarga yang terpisah jauh. Tidak ideal, tapi lumayan.

Bagaimana dengan kajian taklim yang sulit dilakukan karena larangan berkerumun? Penggunaan teknologi komunikasi harus ditingkatkan dan

dimaksimalkan komunikasi dua arah secara live. Bayangkan saja kita mendengar ceramah tetapi duduk paling belakang hingga pandangan terhambat yang lain. Dengan penggunaan beberapa aplikasi interaktif sekaligus, sebuah kajian darat yang biasanya dihadiri puluhan orang, mungkin malah dihadiri ratusan orang. Ini tentu saja lompatan dakwah luar biasa. Jangkauan fikrah yang meluas dengan super cepat.

Tidak saja pada kajian rutin pengaruhnya, Covid-19 juga memengaruhi orang hingga

mengurangi dengan drastis aktivitas di lokasi publik seperti kafe, mall, atau pasar. Ini akan menekan pengeluaran keuangan keluarga sekaligus memberikan waktu yang sangat panjang dan berkualitas untuk keluarga.

Biasanya bertemu bujang mahasiswa hanya menjelang dia ke kampus dan malam bisa jadi mereka menginap. Sekarang hampir 24 jam bersama. Waktu panjang ini membuat komunikasi semakin bagus, ikatan semakin erat, dan ungkapan kasih sayang dengan mudah ditunjukkan. Rapat keluarga atau family time mudah diselenggarakan. Keputusan pada akhirnya menjadi putusan bersama yang dengan sendirinya gampang diimplementasikan. Toh semua sudah dibicarakan sebelumnya.

Kehidupan pasti sangat berubah. Yang harus kita pastikan adalah kita menyetir perubahan itu hingga menghasilkan nilai-nilai positif baru hingga kemanfaatannya menjadi berlipat ganda. <>

(14)

َرا َر ِض

َل َو َرَرَض

َل

“Tidak (boleh) ada bahaya dan tidak (boleh) ada tindakan menimbulkan bahaya.”

M

atan hadis ini

terdapat dalam Sunan Ibn Majah, Kitāb Al-Ahkām, Bāb Man Banā fi Haqqih Mā Yadhurr bi Jārih: 2341 dan dalam Musnad Ahmad, Musnad Banī Hāsyim, Musnad ‘Abdillah ibn ‘Abbās ibn Abdil Muththalib: 2865. Al-Albani menilai hadis ini sahih (lihat Irwā Al-Ghalīl hadis ke-896).

Hadis Rasulullah Saw ini termasuk jawāmi’ul kalim, ungkapannya singkat maknanya padat. Ia masuk dalam banyak bab fikih. Bahkan, para ulama menjadikannya sebagai salah satu kaidah fikih utama. Isinya menafikan dua hal yang terkait langsung dengan mudarat, yaitu dharar dan dhirār. Dalam bahasa Arab, kata dharar dan dhirār memiliki akar yang sama. Hanya saja, dharar memiliki arti bahaya (apapun faktor pemicunya, baik faktor alam, non alam, maupun manusia, dan lain-lain), sedangkan dhirār berarti tindakan menimbulkan bahaya.

Hadis ini secara tegas

menjelaskan bahwa ajaran Islam tidak melakukan pembiaran terhadap segala bentuk bahaya dan semua bentuk tindakan menimbulkan bahaya. Sekecil apa pun bahaya harus disingkirkan. Sekecil apa pun tindakan menimbulkan bahaya harus dicegah. Begitu pentingnya mencegah dan menyingkirkan bahaya dan potensi bahaya, sampai-sampai ia dikategorikan sebagai salah satu cabang iman. Rasulullah Saw bersabda sebagaimana dituturkan oleh Tirmidzi, “Iman itu ada tujuh puluh bab lebih. Tingkatan paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Sedangkan, tingkat paling tinggi adalah ucapan Lā Ilāha Illā Allāh.”

Hadis ini membicarakan tentang perlakuan terhadap bahaya dan tindakan menimbulkan bahaya. Dua-duanya harus ditanggulangi. Jika bahaya sudah terjadi, perlakuannya bersifat terapi. Bila bahaya masih berbentuk potensi tindakan, perlakuannya berupa pencegahan dan antisipasi. Rasulullah Saw memberikan contoh kedua

perlakuan ini. Tirmidzi menceritakan

Hindari Bahaya

Sebisa Mungkin

Syarah Hadis

12 | Juli 2020 | Edisi 157

Tamim Aziz, Lc., M.P.I. Direktur Pondok Pesantren Ulin Nuha

(15)

bahwa suatu ketika Rasulullah Saw bersabda, “Tolonglah saudaramu pada saat dia berbuat zalim atau terzalimi.” Pernyataan beliau ini tentu membuat kaget yang mendengarkan, hingga ada seorang lelaki yang bertanya, “Wahai Rasulullah, kami menolongnya pada saat dia terzalimi. Bagaimana kami harus menolongnya pada saat dia bertindak zalim?” Ketika itu juga beliau menjawab, “Cegahlah dia dari bertindak zalim. Itu adalah bentuk pertolonganmu kepadanya,” Kezaliman merupakan salah satu bentuk bahaya. Jika sudah terjadi, harus disingkirkan (termasuk juga dampaknya) dari orang yang terzalimi. Jika kezaliman ini masih berwujud potensi tindakan, harus dicegah dari pelaku kezaliman.

Kandungan hadis ini adalah semangat perlindungan terhadap manusia dari bahaya dan potensi bahaya yang mengancam hak-hak dasarnya. Semangat perlindungan Ini merupakan semangat

diturunkannya syariat Islam. Para ulama menyebutnya sebagai maqāshid syarī’ah, tujuan-tujuan syariah. Bila dicermati secara detail, syariat Islam, baik yang berupa perintah maupun larangan, semuanya bertujuan mulia untuk melindungi agama, nyawa, akal, kehormatan, dan harta. Dalam konteks inilah perintah dakwah dan amar ma’ruf - nahi munkar ada untuk mengawal dan memastikan perlindungan tersebut. Dakwah Islam mencegah dan

melarang semua yang (berpotensi) membahayakan. Sebaliknya, ia memerintahkan semua yang mendatangkan maslahat (manfaat dan keuntungan).

Penanggulangan bahaya harus diupayakan secara maksimal. Para ulama fikih mengungkapkan kaidah, “Adh-dhararu yuzālu biqadril imkān.” (:bahaya harus dihilangkan sebisa mungkin). Bila tidak bisa dihilangkan keseluruhannya, dihilangkan sebagiannya. Kalau tidak bisa menumpas substansi bahayanya, setidaknya bisa menekan dampaknya. Demikian juga

mencegah agar bahaya tidak terjadi, harus dilakukan secara maksimal pula. Bahkan, pencegahan secara maksimal akan memudahkan penanganan secara maksimal, karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perlindungan manusia dan hak-hak dasarnya, syariat Islam secara tegas melarang manusia memaparkan diri pada bahaya dan membahayai diri sendiri. Ini dikarenakan memaparkan diri pada bahaya termasuk tindakan menimbulkan bahaya. Allah Swt telah berfirman, “Dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 195). Dia juga telah berfirman, “Dan janganlah kalian membunuh diri kalian.” (Q.S. An-Nisa’ (4): 29). Wallaahu a’lam. <>

Syarah Hadis

(16)

KALAM ILAHI

14 | Juli 2020 | Edisi 157

Ust Fakhrudin Nursyam Lc Pengasuh Ponpes Abi-Ummi

Melintasi Kesulitan dan

Menyongsong Kebahagiaan

Kilas Penjelasan

Pada keempat ayat di atas, Allah Ta’ala menegaskan bahwa pada setiap kesulitan yang dialami umat manusia, terdapat dua kemudahan. Karena Allah menyebutkan kata al-‘usr (dengan alif laam) dua kali dan kata yusra (tanpa alif laam) dua kali. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan al-‘usr yang kedua adalah al-‘usr yang pertama. Sedangkan yusra yang kedua berbeda dengan yusra yang pertama. Seakan makna ayat itu adalah, ”Karena sesungguhnya sesudah satu kesulitan itu ada satu kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan yang lain.” Jadi, dalam setiap satu kesulitan terdapat di dalamnya dua kemudahan.

Kemudian setelah itu, Allah memerintahkan kita untuk menuntaskan urusan yang sedang kita kerjakan. Setelah itu kita bersiap-siap untuk mengerjakan urusan lainnya. Setelah mengerahkan segenap daya dan upaya, kita

diperintahkan untuk mendekatkan diri dan mengharapkan pertolongan kepada Allah semata. Sesungguhnya Dia Mahakuasa dan sebaik-baik tempat bergantung.

Ayat-ayat di atas telah

memberikan kepada kita bimbingan dan arahan dalam menjalani kondisi sulit yang diakibatkan pandemi virus Covid-19. Dengan harapan kita dapat kembali hidup normal yang jauh lebih baik dari kondisi sebelumnya. Di antara bimbingan dan arahan itu adalah sebagai berikut;

Pertama, bersikap optimis dan berpikir positif. Saat menghadapi suatu kesulitan, kita harus senantiasa bersikap optimistis dan berpikir positif. Dengan begitu kita dapat keluar dari kesulitan ini dengan aman dan selamat serta dapat mengambil banyak manfaat dan keuntungan dari setiap kesulitan yang kita hadapi. Abdullah bin Ma’sud menuturkan bahwa Rasulullah Saw membacakan kepada para sahabat ayat ini, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudaha.” (Q.S. Al Insyirah: 5-6). Setelah itu beliau dengan optimis bersabda, ” Satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan, atas kehendak Allah.” (H.R. Abd bin Humaid)

Kedua, senantiasa menyibukkan diri dengan ْبَصْناَف َتْغَرَف اذِإَف )6( ًارْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ )5( ًارْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف

)8-5:حرشن ملأ( )8( ْبَغ ْراَف َكِّب َر ىلِإ َو )7(

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S. Al Insyirah: 5-8)

(17)

KALAM ILAHI

15 | Juli 2020 | Edisi 157 kebaikan. Ibnu Asyur menuturkan,

“Kata kerja faragha menunjukkan arti bahwa pelakunya sebelumnya penuh dengan kesibukan, lalu ia menyelesaikan kesibukan yang harus dilakukannya itu secara tuntas.” (At Tahrir Wat Tanwir/30/416)

Jadi, di masa pandemi ini, kita jangan menganggur, hanya menonton acara televisi atau bermain gawai. Namun kita justru harus menyibukkan diri dengan berbagai hal yang positif dan menyelesaikannya secara tuntas. Inilah hakikat rehat bagi seorang yang cerdik.

Seorang mukmin yang cerdik, tidak akan pernah merasa lelah dan jenuh dari berbagai amal kebaikan. Karena di situlah ia merasakan ketenangan batin dan ketenteraman jiwa. Imam Syafi’i pernah berkata, “Seorang yang cerdik tidak

mengenal rehat dari amal kebaikan.” Karena hakikat rehat baginya adalah beralih dari satu aktivitas kebaikan menuju aktivitas kebaikan yang lain. Karena rehat yang hakiki inilah jiwa dan semangatnya selalu fresh dan tetap bergelora sepanjang masa.

Ketiga, berharap hanya kepada Allah Ta’ala. Bersikap optimis, berpikir positif dan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang positif hanya dapat terealisasi jika kita mendapat pertolongan dan bantuan dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan mengharapkan

pertolongan dari-Nya. Kita tidak tahu kapan masa-masa sulit ini akan berakhir, tetapi dengan bersikap

optimis, berpikir positif, melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan berdayaguna serta senantiasa berharap kepada Allah Ta’ala, kita yakin bahwa semua kesulitan ini akan berakhir dengan kebahagiaan dan keberuntungan. Rasul Saw bersabda, “Dan ketahuilah bahwa dalam kesabaran atas apa yang tidak engkau sukai terdapat banyak kebaikan, bahwa kemenangan senantiasa mengiringi kesabaran, keberuntungan senantiasa mengiringi ujian, dan kemudahan senantiasa mengiringi kesulitan.” (H.R. Ahmad) <>

(18)

Konsultasi Keluarga

16 | Juli 2020 | Edisi 157 Asalamualaikum Ustazah, bagaimana tips menghadapi istri yang cenderung introver? Jika ada masalah suka memendam sendiri, cenderung diam.

(Hamba Allah)

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Menyikapi istri yang introver, ada beberapa hal yang saya sarankan.

Pertama, pahamilah latar belakang keluarga besar istri. Bagaimanapun orang tua istri, dalam hal ini adalah mertua Anda, adalah orang penting dalam mendidik anak-anaknya. Karena anak itu adalah hasil pendidikan orang tuanya. Dibentuk oleh pola asuh orang tuanya.

Sebenarnya anak yang introver bukan sesuatu yang yang dipermasalahkan apabila mendapatkan pengarahan yang tepat dan pendidikan yang baik dari orang tuanya. Karena sifat manusia itu pada dasarnya semuanya adalah baik. Tinggal bagaimana kita menghadapi dan menyikapinya. Tetapi juga jangan sampai menyalahkan mertua karena telah mendidik istri sehingga bersikap demikian. Bisa jadi beliau

sebagai generasi zaman dulu belum memahami bagaimana menjadi orang tua yang baik dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana.

Jangan hanya fokus bahwa ini adalah sikap istri. Tetapi pahamilah bahwa sikap yang demikian dilahirkan dari hasil pendidikan orang tuanya atau orang terdekat di masa kecilnya. Kemungkinan lain apabila orang tua mendidik dengan baik dan ternyata hasilnya berbeda dari didikannya, bisa jadi ini karena pengalaman masa lalu yang sangat membekas sehingga membuat anak berubah sifatnya. Bisa jadi pengalaman waktu masih TK, SD, SMP atau SMA, kuliah atau terjadi sebelum menikah. Jika memang ini yang terjadi pada istri, maka perlu bantuan ahli untuk bisa membantu mengatasi membersihkan memori negatif masa lalunya.

Kedua, hindari menghakimi atau memberikan label karena ini akan memperburuk keadaan. Terutama di hadapan orang lain karena label yang diberikan akan menjadikan istri

Tips Hadapi

Istri Introver

Konsultan Keluarga Ustzh FARIDA NURAINI S.Sos

(19)

Kirimkan pertanyaan seputar problematika keluarga Sahabat ke WA 0851 0457 0306

Konsultasi Keluarga

17 | Juli 2020 | Edisi 157 semakin meyakinkan dirinya bahwa

dirinya adalah orang yang pendiam sehingga menjadi sifat yang paten dalam dirinya. Ini akan semakin membuat istri sulit untuk berubah. Jangan pula memaksanya untuk bercerita. Jika terus memaksa, bisa berujung pertengkaran.

Ketiga, sikap yang tepat menghadapi istri demikian adalah terus belajar menyesuaikan diri dengan pasangannya. Ini adalah sikap yang paling bijaksana. Bukan menuntut pasangan berubah sesuai dengan keinginannya karena jika ingin mengubah pasangan sesuai dengan keinginan kita, justru akan menimbulkan masalah baru.

Orang introver cenderung menutup diri dari orang lain. Tidak terbiasa, tepatnya tidak dibiasakan, membicarakan masalah dirinya. Ia sulit mengungkapkan apa yang dirasakan. Jika ada masalah lebih suka menyelesaikan sendiri atau membiarkan masalah mengalir. Akibatnya masalah makin membesar dan dia menyesali diri sendiri. Sebenarnya dia menyadari bahwa sikap tertutupnya ini tidak baik dan tidak benar, tetapi dia sendiri juga kesulitan untuk mengubah dirinya sendiri. Nah di sinilah pentingnya peran pasangan untuk bisa

membantunya agar masalah seperti ini tidak terjadi terus menerus.

Bagaimana cara membantu istri berubah? Berilah contoh bersikap terbuka. Silakan awali dengan membicarakan permasalahan keluarga, menceritakan kisah masa lalu di waktu kecil, menceritakan perasaan yang dirasakan ketika

mengalami masalah penting di dalam keluarga. Memang tidak serta merta istri langsung berubah ketika sudah diberi contoh. Ini memerlukan waktu dan kesabaran.

Hal yang paling mudah dilakukan adalah menceritakan masa kecil yang membahagiakan. Untuk itu mulailah dengan mengajak istri bercerita hal-hal yang indah di masa kecil dan apa yang dirasakan. Selanjutnya tentang masalah anak. Ibu dan anak ibarat satu tubuh yang tidak bisa terpisahkan. Ibu akan mudah menceritakan hal-hal yang dialami bersama anak baik dalam kehidupan sehari-hari atau pun rencana di masa depan.

Bisa jadi awal-awal ketika latihan untuk mengungkapkan isi hati istri, bersikap cuek atau jika berkata hanya sepatah dua patah kata seperti, ‘biasa saja’, ‘terserah Ayah’, ‘ndak tahu’ dan sebagainya. Di sinilah letak ujian kesabaran itu. Setiap usaha kebaikan pasti akan mendapatkan pahala . Jadi teruslah bersabar membimbing istri

Kelima, hal yang harus disikapi dan hal yang penting adalah pola asuh istri terhadap anak. Jika anak mendapatkan pola asuh dari ibu yang pendiam, maka anaknya juga akan cenderung pendiam. Maka pola asuh ini harus segera diperbaiki. Berilah perimbangan dengan memberikan pola asuh yang terbuka kepada anak-anak. Biasakan bercerita, bercanda dan bersikap terbuka kepada anak-anak.

Demikian Ayah, teruslah berusaha dan bersabar. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita terus berusaha. <>

(20)

TAMAN QOLBU

Konsultasi tumbuh kembang

Budhy Lestari, S.Psi., Psikolog

Owner Biro Psikologi Obsesi-KB Pelangi

18 | Juli 2020 | Edisi 157 Asalamualaikum Ustazah, bagaimana tips menghadapi anak yang belum punya semangat belajar? Sering kami ingatkan tapi terlihat masih malas-malasan. Saat ujian pun hanya belajar sebentar. (Ina,

Solo)

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Ibu yang berbahagia, ketika anak mulai memasuki jenjang pendidikan SD, akan ada beberapa proses yang harus dilalui anak-anak terkait proses adaptasi peralihan dari jenjang TK menjadi SD. Dulu saat di TK belajar lebih banyak dibimbing oleh guru, kini di SD anak mulai dilatih mandiri dalam hal kegiatan belajar. Saat TK masih banyak nuansa bermain, kini suasana itu mulai berkurang. Saat TK waktu belajarnya relatif singkat,

kini relatif lebih lama.

Selain itu juga adaptasi sekian hal dimulai dari tempat, suasana kelas/ sekolah, pertemanan, dan guru-guru itu pun perlu dilampaui anak. Bagi sebagian anak, hal-hal tersebut dapat menjadi kendala awal anak saat memasuki jenjang pendidikan awal di SD kelas 1. Padahal kelas-kelas awal SD itu menjadi pijakan awal anak untuk dapat melampaui jenjang kelas berikutnya dengan baik.

Beberapa permasalahan akhirnya bermuculan, di antaranya adalah prestasi belajar yang rendah atau motivasi belajar menurun.

Kita tidak perlu terlalu khawatir, kemampuan akademik bukanlah satu-satunya yang utama harus dimiliki anak kita. Ada hal lain yang

Tips Mengatasi Anak

Malas Belajar

(21)

KONSULTASI TUMBUH KEMBANG

19 | Juli 2020 | Edisi 157 harus kita bangun juga yaitu sisi

ruhiah, karakter, dan sosial anak-anak kita matang. Untuk dapat terpenuhi itu semua, kita perlu bimbing terus menerus.

Mengenai permasalahan motivasi belajar anak yang kurang, berikut ini ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:

Pertama, mengetahui potensi kecerdasan anak sejak awal. Walaupun aspek kecerdasan intelektual (intellectual quotient (IQ)) bukanlah yang utama, tetapi jika kita sudah mengetahui sejak dini taraf IQ anak kita, entah itu IQ verbal ataupun IQ performance maka kita akan lebih memahami kemampuan kecerdasan anak kita itu seperti apa, aspek yang dominan apa, dan aspek yang kurang dominan apa? Sehingga jika memang IQ nya agak low maka kita tidak akan menuntut anak sesempurna anak lain yang IQ nya memang jauh di atasnya. Sebaliknya jika IQ anak sebenarnya cukup atau bahkan tinggi, tetapi hasil belajarnya tidak sebanding, maka ada beberapa hal yang perlu kita evaluasi.

Kedua, mengetahui dominasi model gaya belajar anak. Apakah tipe auditory (dominan dengan mendengar), ataukah visual (dominan dengan melihat / mengamati), ataukah tipe kinestetik (dominan dengan gerakan) ? Ataukah gabungan dari ketiganya? Setelah kita tahu tipe apa, maka kita

akan sesuaikan media pendukung belajarnya. Anak tipe visual

misalnya, maka kita sediakan media buku cerita, gambar peraga, dan anak diminta sering mengamati media tersebut.

Ketiga, setelah melakukan hal-hal yang sudah disebutkan tadi, selanjutnya adalah mencari tahu apa penyebab anak kita tidak minat belajar ? Mengapa motivasi belajarnya turun ? Ada banyak sebab, bisa jadi dipengaruhi kondisi fisik anak sedang kurang fit, gangguan konsentrasi, gangguan pendengaran, atau penglihatan. Perlu pemeriksaan lebih lanjut dalam hal ini tentunya. Ataukah karena faktor lain dari lingkungan keluarga/ lingkungan sekitar/justru bersumber dari sekolah itu sendiri.

Misalnya karena faktor suasana kelas, cara guru mengajar atau ada kendala dengan teman. Jika sudah terdeteksi penyebabnya apa? Maka perlu dicari solusi agar hal tersebut tidak mengganggu dalam jangka waktu yang lama.

Keempat, selalu dimunculkan konsep dalam benak anak bahwa belajar (sekolah) itu menyenangkan dan mengasyikkan.

Kelima, kunci berikutnya adalah bangun rasa “fun”. Anak senang untuk melakuannya dan memang kitalah yang berusaha membuat suasana belajar itu fun dan menyenangkan. <>

(22)
(23)

mahligai

B

eberapa bulan terakhir ini, dunia digemparkan oleh pandemi virus corona. Pandemi ini bukan hanya merupakan masalah kesehatan, tetapi juga berimbas begitu besar pada ekonomi sebagian orang. Jika kebetulan Anda adalah salah seorang yang mengalami keguncangan masalah ekonomi, maka Anda harus mengantisipasi, jangan sampai masalah ini juga berimbas kepada keharmonisan keluarga.

Untuk menjaga dan menguatkan keharmonisan keluarga, salah satu hal yang diperlukan adalah sikap hidup positif dalam segi ekonomi. Yang terpenting bukan berapa banyak jumlah uang yang dimiliki oleh keluarga, bukan berapa besar gaji suami, bukan berapa banyak investasi ekonomi telah disiapkan untuk masa depan. Bukan berapa

banyak fasilitas kenyamanan yang bisa kita nikmati. Namun lebih penting memiliki sikap hidup yang positif dalam menghadapi persoalan ekonomi keluarga.

Ada lima sikap hidup positif dalam menghadapi kesulitan ekonomi yang perlu dimiliki oleh pasangan suami dan istri, agar mereka tidak terjebak dalam

kemelut dan konflik akibat kesulitan ekonomi. Lima sikap itu adalah sebagai berikut:

Pertama, selalu bersyukur dan bersabar atas apa yang Allah berikan. Syukur itu bukan saja ucapan “alhamdulillah”, tetapi lebih kepada suasana jiwa yang selalu mampu rida dengan setiap pemberian dan karunia dari Allah. Syukur bukan soal banyak atau sedikitnya rezeki. Berapa pun hasil usaha yang kita dapatkan setiap hari atau setiap pekan atau setiap bulan,

Sikap Hidup Lebih Penting

Dibanding Fasilitas Hidup

CAHYADI TAKARIAWAN

Trainer & Konselor di Jogja Family Center

(24)

kita harus selalu bersyukur kepada Allah. Persoalan merasa cukup atau kurang, bukan ditentukan oleh besaran uang, tapi lebih banyak ditentukan oleh situasi hati. Apakah kita memiliki hati yang selalu bersyukur, atau hati yang selalu merasa kurang.

Jangan pula mudah putus asa dan berkeluh kesah. Jika tengah diuji dengan kesulitan ekonomi, hendaknya selalu bisa bersabar. Jika sebelumnya kita menikmati fasilitas yang membuat kita nyaman, tetapi di masa pandemi ini fasilitas-fasilitas itu tak lagi kita dapatkan, kita harus bersabar. Memang tidak mudah bersabar dalam kondisi kesulitan ekonomi yang amat sangat. Namun sikap yang tidak sabar pun tidak bisa memperbaiki kondisi. Apakah jika bersikap tidak sabar lalu masalah ekonomi akan selesai? Tidak juga. Maka lebih bagus untuk bersikap sabar.

Tidak perlu emosi, tidak perlu bertengkar, tidak perlu uring-uringan, di saat menghadapi kesulitan ekonomi. Suami dan istri saling menguatkan dalam kesabaran saat menghadapi persoalan ekonomi.

Kedua, tidak mengenal putus asa dalam meraih rezeki yang halal dan thayib. Putus asa tidak sesuai dengan tuntunan agama, dan sikap putus asa justru semakin memperparah persoalan dalam keluarga. Maka hindari sikap putus asa, jadilah pekerja keras yang selalu gigih berusaha dengan berbagai macam cara. Mungkin sebelum pandemi ini, rezeki kita terasa lapang, dan kini semua terasa menyulitkan. Namun, percayalah

bahwa Allah tidak mungkin begitu saja memutus rezeki kita. Allah ingin kita berusaha dengan cara lain. Rezeki yang halal dan thayib tidak akan datang sendiri dari langit. Tidak akan datang sendiri dengan hanya berdoa dan beribadah di masjid atau musala. Namun harus disertai dengan usaha terus menerus tanpa mengenal putus asa.

Ketiga,suami dan istri saling terbuka dan bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pada situasi kesulitan ekonomi, hendaknya suami dan istri semakin memperbaiki komunikasi, saling terbuka, dan bersedia bekerja sama dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Bentuk kerja sama antara suami dan istri tidak selalu dalam artian keduanya sama-sama bekerja mencari nafkah. Salah satu bentuk kerja sama yang ‘tradisional’ adalah, suami bekerja keras mencari nafkah, sementara istri pandai mengelola keuangan keluarga dengan hemat dan cermat.

Bentuk kerja sama lainnya, jika suami sudah optimal bekerja, siang malam, tetapi hasilnya tidak mampu mencukupi hidup keluarga, istri bisa membantu suami dengan jenis pekerjaan yang sesuai dengan tugas keibuan. Misalnya berbisnis dari dalam rumah. Saat ini sangat banyak pebisnis sukses yang dikerjakan hanya di rumah sendiri. Ini tentu sesuai dengan tugas keibuan yang harus mengurus dan mendidik anak.

Keempat,tidak saling menyalahkan saat terjadi kekurangan ekonomi. Sikap positif lainnya yang sangat penting adalah, jangan saling menyalahkan

mahligai

(25)

saat terjadi kesulitan ekonomi. Kadang istri mudah menyalahkan dan menuduh suami. Istri emosional karena penghasilan suami tiba-tiba menurun, tidak cukup lagi untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Maka ia

menyalahkan suami yang dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Ditambah dengan menuduh suami sebagai pemalas dan tidak mau bekerja keras.

Suasana tuduh menuduh dan saling menyalahkan ini berdampak negatif pada suami. Pada kondisi suami berada dalam situasi kesulitan mencari nafkah, suasana jiwanya menjadi hypersensitif. Bukan saja sensitif, tetapi teramat sangat sensitif. Kata-kata istri yang bermaksud memotivasi pun, bisa berdampak negatif karena dianggap melecehkan dan menghina suami. Maka hentikan saling menyalahkan di saat sulit ekonomi. Karena itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru menambah rumit masalah.

Kelima, menjauhi perbuatan haram dan tercela dalam mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Sesulit apa pun kondisi ekonomi keluarga, jangan melakukan perbuatan yang haram dan tercela untuk memenuhinya. Misalnya dengan mencuri, atau korupsi, atau merampok, atau menipu atau perbuatan jahat yang merugikan orang lain. Hindarkan perbuatan tercela seperti itu karena justru akan membawa masalah baru yang lebih rumit dan kompleks. Bisa masuk ke persoalan hukum dan hal ini tentu semakin memperburuk situasi kehidupan keluarga.

Jika masih ada aset yang bisa dijual, itu bisa menjadi bagian dari solusi. Jika masih bisa pinjam uang kepada kolega, itu juga solusi. Namun jangan melakukan tindakan yang haram dan tercela, karena akan semakin memperburuk suasana. Perbuatan haram hanya akan mendatangkan penyesalan dan kesengsaraan. Tidak akan membawa keberkahan dalam hidup.

Demikianlah lima sikap hidup positif dalam menghadapi permasalahan ekonomi keluarga. Hendaknya pasangan suami istri justru semakin erat berpegangan di saat menghadapi situasi krisis seperti ini. Ibarat tengah naik roller coaster, maka pada waktu itu berada pada puncak ketegangannya. Berada di titik ekstrem yang

sangat menegangkan. Ingat, jangan melemparkan diri dari roller coaster saat berada di puncak ketegangannya. Kuatkan pegangan dengan pasangan, untuk melewati puncak ketegangan tersebut. <>

mahligai

Pada situasi

kesulitan ekonomi,

hendaknya suami

dan istri semakin

memperbaiki

komunikasi, saling

terbuka, dan bersedia

bekerja sama dalam

mencukupi kebutuhan

hidup keluarga.

(26)

quranic parenting

24 | Juli 2020 | Edisi 157

S

alah satu tokoh ayah

inspiratif yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah Luqman Al-Hakim. Bahkan namanya secara khusus dijadikan nama sebuah surah dalam Al-Qur’an. Padahal menurut mayoritas ulama, ia bukan termasuk Nabi dan Rasul. Tentu ini mendorong kita untuk mengkaji lebih dalam profilnya dan pesan-pesannya.

Sang ayah yang bijak itu, mempunyai beberapa wejangan untuk anaknya yang dicatat oleh Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir, “Wejangan-wejangan dari Luqman yang penuh manfaat ini telah Allah Ta’ala kisahkan untuk diteladani dan dipraktikkan oleh manusia.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/445).

Dan wejangan pertama yang diberikan untuk sang buah hati adalah penanaman tauhid (pengesaan Allah), dimana ini adalah fondasi utama yang akan menentukan kuatnya bangunan keagamaan seorang anak ketika tumbuh nanti.

Ini juga kunci utama kebahagiaan dan keselamatan sang anak, terutama nanti di alam akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Orang yang meninggal dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan apa pun pasti masuk surga, dan orang yang meninggal dalam keadaan mensyirikkan Allah dengan sesuatu pasti masuk neraka.” (H.R. Muslim).

Ada beberapa ibrah tarbawiyah dari redaksi wejangan tersebut yang menarik untuk didalami, di antaranya adalah:

Menanamkan Tauhid

Kepada Anak

َّنِإ ۖ ِ َّللاِب ْك ِرْشُت َل َّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُه َو ِهِنْب ِل ُناَمْقُل َلاَق ْذِإ َو :ىلاعت الله لاق ٌميِظَع ٌمْلُظَل َك ْرِّشلا

Tarjamah Tafsiriyah, “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi wejangan kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

(Q.S. Luqman: 13).

Dr. Hakimuddin Salim, Lc., MA.

Doktor Ushul Tarbiyah Universitas Islam Madinah

(27)

Quranic parenting

25 | Juli 2020 | Edisi 157 Pertama, kalimat “li ibnihi”

(kepada anaknya), ini menyiratkan kedekatan hubungan antara seorang ayah dan anak, dan kedekatan merupakan kunci utama untuk diterimanya sebuah nasihat. Akan berbeda hasilnya jika di antara keduanya ada jarak yang menjadi sekat.

Kedua, kalimat “wahuwa ya’izhuhu” (saat ia memberi wejangan

kepadanya), menunjukkan bahwa Luqman menerapkan uslub al-mau’idzoh (metode wejangan), dimana ciri utama dari metode ini adalah menasihati dengan cara yang halus.

Ketiga, panggilan sayang “Ya Bunayya” (wahai anakku), adalah bentuk pengamalan dari uslub al-mulathofah (metode berlemah-lembut), dan ini selain sebagai tanda cinta, juga merupakan bentuk komunikasi efektif karena pada umumnya otak manusia akan lebih mudah menerima sesuatu yang positif.

Keempat, padahal diriwayatkan bahwa anak Luqman tersebut saat itu belum beriman. Sebagaimana disebutkan oleh Al-Qusyairi, “Dahulu anak dan istri Luqman adalah kafir, maka ia terus-menerus memberi wejangan kepada keduanya sampai mereka beriman.” (Fathul Qadir: 4/237).

Kelima, kalimat “la tusyrik billah” (jangan menyekutukan Allah) adalah salah satu metode utama penanaman tauhid. Ini mirip dengan kalimat tauhid “la ilaha illallah” (tiada yang berhak disembah selain Allah), yang merupakan uslub an-nafyi lil itsbat

(metode meniadakan sesuatu untuk menetapkan sesuatu).

Keenam, ini berbeda dengan sebuah teori pendidikan anak yang melarang secara mutlak penggunaan kata-kata “tidak” atau “jangan”. Bahwa kalimat yang bersifat larangan bisa digunakan dalam kondisi dan tema prinsipil tertentu. Terutama untuk anak usia tamyiz (sudah bisa berlogika), agar mereka tidak tumbuh dalam budaya permisif (serba boleh).

Ketujuh, kalimat “innas syirka lazhulmun ‘azhim” (sesungguhnya meyekutukan Allah adalah sebuah kezaliman yang besar) adalah bentuk rasionalisasi dari sebuah larangan dengan mengaitkannya dengan sesuatu yang universal dan mudah diterima oleh akal atau perasaan manusia.

Kedelapan, ini juga memberi pelajaran bahwa dalam melarang atau memerintah anak melakukan sesuatu, meski mereka kita anggap masih kecil dan di bawah kendali kita, tetap harus dengan argumen yang bisa diterima akal mereka. Ini adalah pengamalan uslub al-iqna’ al-fikry (metode meyakinkan secara logika) yang sangat bagus untuk merangsang daya kritis dan membiasakan anak berpikir mendalam. Banyak metode lain yang bisa digunakan seperti dengan: keteladanan, berkisah, permisalan), dan mengupas kejadian di sekitar), tentu disesuaikan dengan perbedaan karakter dan tahap kembang anak. Penanaman tauhid pada anak adalah amanah besar bagi orang tua dan para pendidik. <>

(28)

konsultasi keuangan

Asalamualaikum. Bagaimana idealnya pengelolaan keuangan jika suami istri sama-sama bekerja? Sementara kami masih ada tanggungan orang tua. (Hamba Allah)

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Hamba Allah yang dirahmati Allah, semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah.

Teori perencanaan keuangan rumah tangga menerangkan bahwa terdapat empat jenis pengelolaan uang antara suami dengan istri:

Pertama, suami sendiri. Uang istri dipegang istri, hanya uang suami yang membayarkan semua keperluan rumah tangga termasuk membayar semua tanggungan dan sedekah yang disepakati bersama. Pada posisi ini, uang dari penghasilan suami dikeluarkan untuk membayar

seluruh tagihan rumah tangga termasuk konsumsi rumah tangga dengan pengaturan dan pengelolaan oleh suami. Sementara uang istri digunakan di bawah kewenangan istri. Dengan istilah lain, uang masing dikelola oleh masing-masing.

Kedua, suami membagi kepada istri. Sebagian uang suami diberikan kepada istri untuk dikelola istri. Suami memberikan allowance untuk keperluan rumah tangga yang dikelola oleh istri. Sementara, sebagian yang lain masih dipegang oleh suami untuk memenuhi kebutuhan suami. Istilah lain untuk pola ini adalah allowance untuk rumah tangga. Uang istri tetap dikelola oleh istri.

Ketiga, istri sendiri. Seluruh uang suami diberikan kepada istri, kemudian istri mengelola semuanya

Ketika Suami Istri

Sama-Sama Bekerja

26 | Juli 2020 | Edisi 157 Dr. Laily Dwi Arsyianti

(29)

termasuk memberikan ‘jatah’ uang ‘jajan’ dan transportasi untuk suami. Suami menyerahkan seluruh pengelolaan keuangan dipegang oleh istri, termasuk ATM dan segala akses pendapatan suami dipegang oleh istri. Pembagian porsi dan prioritas pengeluaran ditentukan oleh istri.

Keempat, suami istri bergabung dan bersama-sama mengelola dengan pembagian tugas dan porsi masing-masing yang disepakati. Suami mempunyai akses terhadap sumber keuangan istri dan sebaliknya istri pun mempunyai akses ke sumber keuangan suami. Keduanya bersama-sama menyepakati pembagian porsi dan prioritas pengeluaran. Bisa saja terdapat joint-rekening yang dimiliki bersama.

Mengingat keterbatasan informasi, saat ini yang dapat dilakukan paling tidak berkomunikasi dengan pasangan, pengelolaan seperti apa yang sebaiknya dipilih. Namun yang perlu diperhatikan, dalam Islam, pendapatan istri adalah milik istri, sementara pendapatan suami adalah milik bersama. Istri dapat mengelola keuangan dari penghasilannya sendiri tanpa harus ada persetujuan suami terlebih dahulu asalkan tidak menimbulkan kemudharatan, misal untuk membantu keluarga istri.

Jika penghasilan suami lebih besar dibanding istri, maka keempat pola pengelolaan tersebut dapat dilakukan tanpa perbedaan risiko kekurangan atau kesalahan pengelolaan yang berarti. Jika

pendapatan istri lebih besar dibandingkan suami, maka pola keempat dapat dilakukan. Namun, edukasi prioritas pengeluaran harus dikuasai bersama, terutama dalam perspektif syariah, sehingga ketika dikelola oleh istri, suami dapat tetap tenang.

Bagaimana pun, suami adalah imam atau kepala keluarga. Suami juga punya kewajiban menjaga istri dan keluarganya dari siksa neraka sehingga tanggung jawabnya besar, termasuk dalam tanggung jawab keuangan. Sehingga keputusan pengelolaan harus dilakukan bersama, terutama terkait prioritas pengeluaran zakat, infak, dan sedekah. Suami perlu memegang peranan dalam edukasi Ziswaf, karena mayoritas penelitian tentang pengeluaran sosial menyebutkan bahwa laki-laki lebih mudah memberi sedekah dibandingkan perempuan, baik dari segi jumlah maupun frekuensi pemberian. Hal ini tergantung kondisi juga, karena bisa jadi pada kasus tertentu justru suami lebih susah memberi sedekah dibandingkan istrinya. Keduanya harus saling mengingatkan. Istri yang berpenghasilan lebih besar harus tetap menghormati suami sebagai kepala keluarga dan menghormati keputusan dalam rumah tangga. Penghasilan tidak berarti menentukan posisi kekuasaan dalam keluarga. Wallahu’alam bishshowab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. <>

konsultasi keuangan

27 | Juli 2020 | Edisi 157

(30)

KONSultasi syariah

28 | Juli 2020 | Edisi 157 Wa’alaikumussalaam warahmatullahi wabarakaatuh. Saudari penanya yang dimuliakan Allah Swt, wanita memang selalu identik dengan kata cantik, sehingga tak heran jika seorang wanita, siapa pun dia pasti gemar berhias dan melakukan berbagai rangkaian perawatan untuk menjaga kecantikannya. Dengan fakta itulah, Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh memberikan aturan tersebut untuk kebaikan kita semua. Islam mengajarkan kepada Asalamualaikum. Bagaimana sesungguhnya batasan make-up yang diperbolehkan bagi seorang muslimah? Bagaimaan dengan hukum perawatan wajah dan tubuh? (Hamba Allah)

Batasan

Make-up

umatnya bagaimana cara berhias yang

baik tanpa harus merugikan, apalagi merendahkan martabat wanita. Allah ta‘ala berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A‘raaf: 31)

Perintah untuk berpakaian yang baik berlaku untuk umum; laki-laki dan wanita. Namun ada sisi perbedaan pada hukum sesuatu yang digunakan untuk berhias dan bagaimana berhias antara laki-laki dan wanita. Ada beberapa larangan yang harus diperhatikan oleh kaum wanita, yaitu

Pertama, Tabarruj

Tabarruj secara bahasa diambil dari kata al-burj (bintang, sesuatu yang terang, dan tampak). Di antara maknanya adalah berlebihan dalam menampakkan perhiasan dan kecantikan. Misalnya memakai make-up yang mencolok, seperti lipstik yang merah merona, menebalkan atau menyulam alis, memakai blus on, bulu mata, dan yang lain sebagainya. Jika sekadar merawat misalnya dengan memakai lipsblam yang berwarna bibir saya kira tidak mengapa. Demikian juga memakai celak, inai, mewarnai rambut selain dengan warna hitam, mengenakan cincin dan pakaian dari sutra boleh-boleh saja sebagaimana dijelasakan oleh Rasulullah Saw. Yang tidak boleh adalah tabarruj dan berlebihan mengenakannya.

Ustzh NUR SILATUROHMAH Lc

(31)

KONSultasi syariah

Kirimkan pertanyaan seputar syariah

Sahabat ke WA 0851 0457 0306 29 | Juli 2020 | Edisi 157

Batasan

Make-up

Sebab Allah ta‘ala berfirman, “Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.” (Q.S. Al-Ahzaab: 33). Kedua, Tidak Menjaga Aurat

Mengenai aurat wanita ada rinciannya. Pertama, ketika ia di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya; yaitu seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak tangannya. Kedua, ketika di hadapan wanita lain adalah seluruh tubuh anggota wudunya. Ketiga, ketika di hadapan mahramnya, yaitu antara pusar hingga lututnya. Adapun untuk aurat wanita (istri) di hadapan suaminya, maka ulama sepakat bahwa tidak ada aurat antara seorang istri dan suami. Dalam keadaan apa pun wanita harus memperhatikan batasan-batasan auratnya.

Cara Berhias yang Dilarang

• Menyambung rambut, seperti memakai sanggul, konde dan hal yang serupa.

• Membuat tato di tubuh (al-wasim), mencukur atau mengerik alis (an-namsh), dan mengikir gigi atau merenggangkannya (at-taflij),kecuali untuk terapi dan pengobatan.

• Mengenakan wewangian (parfum) bukan untuk suaminya, ketika keluar rumah yang sifatnya agar tercium wangi oleh laki-laki selain suaminya. Ada pun pemakain deodorant, body misk untuk menghilangkan bau badan maka boleh.

• Berpakaian ketat, tipis atau menyerupai lawan jenis atau mengenakan pakaian khas atau

identik dengan mereka yang berbeda agama dengan kita.

Jadi kesimpulannya menggunakan make-up dan melakukan perawatan diri dalam Islam juga tidak dilarang, hanya ada batasan-batasannya. Wanita boleh mengenakan bedak saat keluar rumah, juga celak, memakai inai, cincin, dan pakaian dari sutra. Mereka juga dianjurkan melakukan perawatan diri dengan bahan-bahan alami, seperti minyak zaitun, susu, madu, rempah-rempah atau bahan-bahan lain yang dijamin halal dan tidak berbahaya, agar kesehatan wajah dan kulitnya terjaga.

Namun satu hal yang harus tetap diperhatikan juga adalah apa pun tujuannya kecuali untuk pengobatan, Islam melarang seseorang mengubah bentuk wajah dan tubuhnya.

Apalagi untuk sekadar mendapatkan predikat cantik seperti yang sedang marak orang-orang yang mungkin kelebihan harta. Tidak sedikit dari wanita yang merubah bentuk tubuhnya dengan melakukan operasi plaktik, yang bahkan mereka memberikan pernyataan secara terbuka. Allah Swt berfirman, “Dan pasti akan kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan kusuruh mereka mengubah ciptaan Allah (lalu mereka benar-benar mengubahnya). Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh dia menderita kerugian yang nyata.” (Q.S. an-Nisa’: 119) <>

(32)

C

inta kepada Allah tidak bisa diukur dengan kesaksian syahdu kalimat tauhid saja. Namun harus dibuktikan secara nyata dalam keasyikan perilaku dan dirasakan keindahannya dengan hati yang menghamba dan perasaan yang membara. Selama ini kita telah mengakui dan sadar bahwa Allah Pencipta kita, Tuhan kita, Sesembahan kita, Pelindung kita, Pengayom kita, Pengatur kita, Pemberi Rezeki dan Kehidupan kita, dan Dia pula yang mematikan kita. Kesadaran ini mendorong kita untuk mencintai Allah yang menjadi penyejuk hati, kehidupan jiwa, kebahagiaan sukma, energi batin, cahaya akal, dan budi pekerti, penerang pandangan, dan pelipur lara. Hakikat dan konsekuensi cinta kepada Allah menuntut kita harus merelakan segala yang kita

miliki untuk-Nya secara total dan sempurna. Sudahkah kita memenuhi hakikat dan konsekuensi cinta kepada Allah?

Sesungguhnya kadar cinta kita kepada Allah bertingkat-tingkat, ada yang tinggi, sedang, dan rendah. Sementara Allah telah mensyariatkan bahwa cinta hamba yang beriman haruslah cinta yang mendalam dan paling tinggi kepada-Nya. “Orang-orang yang beriman sangat mendalam cintanya kepada Allah.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 165) Demikianlah Dia berfirman. Kata “asyaddu” dalam ayat tersebut menunjukkan cinta kepada Allah harus lebih tinggi dan lebih mendalam. Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, cinta itu disebut tatayyum yang objeknya adalah Allah dan buahnya penghambaan dengan ketundukan mutlak dan persembahan ibadah kepada-Nya secara total. Ketetapan tersebut mengoreksi cinta orang-orang

Tsaqofah

Menakar Kualitas

Cinta kepada Allah

Tsaqofah

Ustaz Tajuddin Pogo Wakil Ketua di Departemen Kajian dan Riset IKADI

(33)

musyrik yang menyamakan cinta kepada Allah sama dengan cinta kepada sekutu-sekutu selain-Nya. Itulah praktek syirik cinta.

Lebih tegas lagi Dia berfirman; “Katakanlah, ‘Jika bapak, anak, saudara, istri, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan putusan-Nya.’ Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (Q.S. At-Taubah: 24). Ayat ini mendesain secara permanen dan abadi tentang struktur cinta yang menempatkan cinta tatayyum kepada Allah pada peringkat tertinggi, kemudian cinta yang indah kepada Rasul-Nya, lalu cinta yang membara kepada perjuangan jihad di jalan-Nya. Siapa pun yang tidak membangun cintanya demikian dan terjadi kerancuan dalam urutan tersebut, maka dia terancam dengan azab, kesesatan dan kefasikan.

Cinta kepada Allah berarti Anda harus mengutamakan segala sesuatu yang disenangi Allah di atas diri, jiwa, harta benda, dan segala yang lain. Anda harus berusaha selalu taat kepada Allah dalam kesendirian dan keramaian, kemudian setiap saat selalu mengoreksi kekurangan dan kelalaian diri Anda dalam mencintai-Nya. Resapilah bagaimana hadis qudsi menggambarkan seorang kekasih (wali) yang dicintai Allah. Allah berfirman, ‘Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Tiada hamba-Ku

yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (amalan) melebihi dari apa yang Kuwajibkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa mendekat kepada-Hamba-Ku dengan amalan sunah sehingga Aku mencintai-Nya. Bila Aku mencintainya, maka Aku menjadi telinga sebagai alat pendengarannya, menjadi mata sebagai alat penglihatannya, menjadi tangan sebagai alat pemegang, dan menjadi kaki sebagai alatnya berjalan. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku memberinya. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku melindunginya. Tiada ‘kebimbangan’ sesuatu yang Kulakukan selain mencabut nyawa orang beriman yang mana ia tidak menyukai kematian dan Aku tidak suka menyakitinya,” (H.R. Bukhari nomor 6137).

Cinta kepada Allah mendorong seseorang melakukan kewajiban dan meninggalkan larangan, memacunya berlomba dalam ibadah sunah, mencegahnya berbuat hal-hal yang makruh dan menghindarinya dari perkara-perkara mubah yang tidak patut diprioritaskan.

Semakin kuat dorongan cinta dalam hati seseorang, akan semakin kuat pula dorongan untuk melaksanakan ketaatan serta menghindari kemaksiatan dan pelanggaran. Sebab kemaksiatan dan pelanggaran hanya terjadi akibat lemahnya dorongan cinta dalam diri seseorang. Mari wujudkan kesungguhan cinta kita dengan memanjatkan doa yang diajarkan Rasulullah, “Aku memohon kepada-Mu agar dapat mencintai-kepada-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang mendekatkan diriku untuk mencinta-Mu.” <>

Tsaqofah

(34)

Penyerahan sumbangan dari siswa SMPN 1 Nguter, Sukoharjo, untuk para korban banjir, melalui SOLOPEDULI. <>

Nasyiatul Aisyiyah Karanganyar mengadakan Seminar Psikologi Remaja di Pendapa Rumah Dinas Bupati Karanganyar, Jumat, 14 Februari 2020. <>

SAHABAT HADILA

32 | Juli 2020 | Edisi 157

Kirimkan foto kebersamaan sahabat disertai keterangan singkat ke email majalah_hadila@yahoo.com/via WA 085104570306

(35)

SAHABAT HADILA

33 | Juli 2020 | Edisi 157

Para peserta dan panitia berfoto bersama pembicara, Cahyadi Takariawan, Ida Nur Laila dan Robiah Al Adawiyah, dalam acara Wisuda dan Grand Closing Sekolah Keluarga Samara di Hotel Kusuma Kartikasari Solo. <>

Foto bersama Bapak Sutarto S.Pd, yang baru saja purna tugas di Sakura Hills, beberapa waktu lalu. <>

(36)

napak tilas

34 | Juli 2020 | Edisi 157

Mukhammad Shokheh, MA.

(Kandidat Doktor Universiti Teknologi

Malaysia)

I

slam adalah agama yang sangat mengutamakan kesehatan, baik dari aspek pencegahan maupun pengobatan penyakit. Rasulullah Saw telah memberi contoh tuntunan hidup sehat termasuk juga dalam hal mengobati penyakit.

Dalam upaya mengobati diri dari penyakit, Rasulullah Saw mencontohkan berbagai metode pengobatan dari berbagai aspek. Di antara berbagai metode yang dianjurkan Islam, bekam yang banyak disebut sebagai metode yang holistik meliputi aspek pencegahan maupun pengobatan penyakit.

Bekam dikenal luas di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Di kalangan masyarakat Jawa, Bekam dikenal dengan cantuk atau kop. Masyarakat Sumbawa dan sekitarnya menyebutnya dengan tangkik atau batangkik. Di Arab dikenal dengan istilah hijamah. Sedangkan, Bangsa Barat mengenalnya sebagai cupping therapy.

Menurut istilah, bekam diartikan sebagai penghisapan yang dimulai dari penyayatan kulit dan dilanjutkan dengan proses pengeluaran darah dari permukaan kulit yang disayat, dan darah yang keluar kemudian ditampung ke dalam wadah, baik berupa gelas maupun plastik (Wadda’ A Umar, 2008). Sejarah Bekam di Indonesia

Bekam merupakan salah satu terapi kesehatan tertua di dunia, berusia ribuan tahun dan telah dipraktikkan oleh berbagai macam peradaban besar kuno di dunia termasuk Mesir, Persia, Babilonia, Cina, India, Yunani dan Romawi.

Terapi bekam dilakukan dengan cara mengeluarkan darah statis yang mengandung toksin dari dalam tubuh. Pengertian ini mencakup dua mekanisme pokok, yaitu proses pemvakuman kulit dan dilanjutkan dengan pengeluaran darah dari kulit yang telah divakum sebelumnya.

Masyarakat Muslim di Nusantara mengenal bekam sebagai salah satu

Sejarah Terapi

Bekam di Indonesia

Gambar

Foto bersama Bapak Sutarto S.Pd, yang baru saja purna tugas di  Sakura Hills, beberapa waktu lalu

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

a. Ternak yang ditangkap ditempatkan pada kandang penampungan maksimal Tujuh hari. Hewan yang ditangkap harus diambil oleh pemiliknya dalam tenggang waktu 7 hari setelah

a). Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan dapat diketahui dari tabel 12. Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah sejenis dengan vokal sebelumnya.

Effects of n-3 HUFA content in broodstock diet on spawning performance and fatty acid composition of eggs and larvae in Plectorhynchus cinctus.. Slechta,

Pembuatan berbagai macam antibiotik (Alexander Flemming/1928 menemukan penisilin yang dihasilkan oleh Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum. Selman Waksman/1944

EP 3 Staf diberikan pelatihan dalam pelaksanaan kebijakan dan prosedur serta peran mereka dalam mendukung partisipasi pasien dan keluarganya dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi nasabah berdasarkan kondisi geografis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan produk pembiayaan di BMT

Kondisi arus di perairan Astanajapura memperlihatkan kecepatan rata-rata arus permukaan pada saat surut yaitu 0,075 m/detik relatif lebih besar dari kecepatan rata-rata arus

Stadium Ic : tumor terbatas pada satu atau dua dengan salah satu factor dari kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, ditemukan sel tumor ganas pada cairan