• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intervensi Massage Dengan Penambahan Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (Tens) Dan Infra Red Radiation Dalam Mengurangi Nyeri Muskuloskeletal Akibat Delayed Onset Muscle Soreness (Doms)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Intervensi Massage Dengan Penambahan Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (Tens) Dan Infra Red Radiation Dalam Mengurangi Nyeri Muskuloskeletal Akibat Delayed Onset Muscle Soreness (Doms)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERVENSI MASSAGE DENGAN PENAMBAHAN TRANCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN

INFRA RED RADIATION DALAM MENGURANGI NYERI

MUSKULOSKELETAL AKIBAT DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS (DOMS)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

ANNISA ABIDATIN NUR HIDAYATI J 120 150 046

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENGARUH INTERVENSI MASSAGE DENGAN PENAMBAHAN TRANCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN INFRA RED RADIATION DALAM MENGURANGI NYERI

MUSKULOSKELETAL AKIBAT DELAYED ONSET MUSCLE SORENESS (DOMS)

Abstrak

Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) adalah rasa nyeri dan tidak nyaman yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau latihan dengan intensitas tinggi secara berulang-ulang.Tanda dan gejala dari DOMS ditandai dengan adanya rasa nyeri, menurunnya kekuatan otot, keterbatasan mobilitas dalam gerak sendi dan gangguan koordinasiotot unit motorik selama kontraksi.Rasa nyeri dan ketidaknyamanan, akan berkembang 6 sampai 12jam pertama setelah latihan dan memuncak 48 hingga 72 jam setelah latihan. Tujuan penelitianuntuk mengetahui pengaruh intervensi massage dengan penambahan Trancutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Infra Red Radiation dalam mengurangi Nyeri Muskuloskeletal Akibat Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). Penelitian ini menggunakanjenis penelitian quasi experimentaldengan tipepretest and posttest two group design.Hasil penelitian berdasarkan hasil uji beda pengaruh mengguanakn uji Independent Sample T Test menunjukkan bahwa pada penurunan nyeri kelompok perlakuan 1 sebesar 0.8 dan kelompok perlakuan 2 sebesar 1.9.Hasil nilai kelompok perlakuan 2 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan 1, sehingga ada perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri muskuloskeletal akibat DOMS.Kesimpulan dari intervensi ini adalah Infra red radiation dan massage lebih efektif dalam mengurangi nyeri muskuloskeletal akibat DOMS.

Kata Kunci:TENS, Massage, Infra red radiation, DOMS

Abstract

Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) is pain and discomfort that occurs after an unusual or high-intensity activity or exercise with muscle contractions. Signs and symptoms of DOMS are characterized by pain, decreased muscle strength, limited mobility in joint motion and impaired motor unit muscle coordination during contraction. Pain and discomfort will develop from the first 6 to 12 hours after exercise and peak up 48 to 72 hours after exercise. The aim of the study was to find out the differences in the effect of TENS and massage with infra red radiation and massage interventionsin reducing musculoskeletal pain due to DOMS.This research method uses a type of quasi experimental research with the type of pretest and posttest two group design. The results of the study based on the results of different tests of influence using the Independent Sample T Test showed that the reduction in pain in the treatment group 1 was 0.8 and the treatment group

(6)

2

2 was 1.9. The results of treatment group 2 were higher than the treatment group 1, so there were significant differences in the effect of decreasing musculoskeletal pain due to DOMS. The conclusion of this intervention is that Infra red radiation and massage is more effective in reducing musculoskeletal pain due to DOMS.

Keyword: TENS, Massage, Infra red radiation, DOMS 1. PENDAHULUAN

Delayed Onset Muscle Soreness(DOMS) adalah rasa nyeri dan tidak nyaman yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau latihan dengan intensitas tinggis secara berulang-ulang. Ketika selesai melakukan olahraga intensif akan terjadi kerusakan pada jaringan otot dan membran sel yang kemudian berkembang menimbulkan respon inflamasi. Gejala yang sering muncul ketika DOMS meliputi adanya rasa nyeri, kekuatan otot menurun, kekakuan otot, keterbatasan LGS dan terkadang bengkak (Sari, 2017).

Belum diketahui secara pasti penyebab dari DOMS, namun DOMS dapat dikaitkan dengan kombinasi beberapa teori seperti teori asam laktat(Cleak and Eston, 1992) dan teori peradangan (inflamasi), teori cedera jaringan ikat, teori cedera otot, kelebihan metabolit, spasme otot, dan teori arus keluarnya protein (Veqar, 2013).Tanda dan gejala dari DOMS ditandai dengan adanya rasa nyeri, menurunnya kekuatan otot, keterbatasan mobilitas dalam gerak sendi dan gangguan koordinasiotot unit motorik selama kontraksi. Rasa nyeri dan ketidaknyamanan, akan berkembang 6 sampai 12jam pertama setelah latihan dan memuncak 48 hingga 72 jam setelah latihan(Fleckenstein et al., 2017). Banyak intervensi yang dapat digunakan untuk menangani nyeri muskuloskeletal akibat DOMS diantaranya yaitu TENS, infra red radiation dan massage.

2. METODE

Metode penelitian menggunakan pendekatan quasi experimental dengan design two group pre dan post test design.Kelompok perlakuan 1 diberikan intervensi TENS dan massage sedangkan kelompok perlakuan 2 diberikan infra red radiation dan massage.Bertempat di basecamp organisasi daerah KAMPAS. Responden 28 subjek dipilih secara acak dan dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan sesuai dengan criteria inklusi a) laki-laki/perempuan, b) responden

(7)

3

berusia 18-23 tahun, c) tidak kontra indikasi dengan TENS, massage, dan infra red radiation. d) sensibilitas normal, e) washing out responden minimal 2 minggu, f) tidak keberatan menjadi responden dalam penelitian, g) bersedia melakukan latihan dengan baik untuk memprovokasi nyeri DOMS, h) merasakan nyeri DOMS yang diukur dengan VAS dengan skala nyeri minimal 3.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Hasil

3.1.1. Karakteristik Data

3.1.1.1. Karakteristik Subyek Berdasarkan Usia

Tabel 1. Karakteristik Subyek Berdasarkan Usia

Karakteristik Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2 P-value N N Usia 0.395 Mean ± SD 20.50 ± 0.855 20.21 ± 0.893 Minimal 19 19 Maksimal 22 22 Median 20 20

Sumber :Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 1 diperoleh jumlah subjek pada kelompok perlakuan 1 dan 2 masing-masing yaitu 14 orang.Usia minimum pada kelompok perlakuan 1 yaitu berumur 19 tahun dan usia maksimum kelompok perlakuan 1 yaitu 22 tahun. Usia minimum pada kelompok perlakuan 2 yaitu berumur 19 tahun dan usia maksimum kelompok perlakuan 2 yaitu 22 tahun.

3.1.1.2. Karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Karakteristik Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2 P-value N N Jenis Kelamin 0.395

(8)

4 Mean ± SD 1.50 ± 0.519 1.50 ± 0.519 Minimal 1 1 Maksimal 2 2 Median 1.50 1.50

Sumber :Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 2 diperoleh hasil jenis kelamin kedua kelompok perlakuan memiliki jumlah yang sama baik laki-laki maupun perempuan dan sama-sama memiliki rata-rata sebesar 1.50.

3.1.1.3.Karakteristik Subyek Berdasarkan Nyeri

Tabel 3. Karakteristik Subyek Berdasarkan Nyeri

Karakteristik Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2 P-value N N Nyeri 0.361 Mean ± SD 5.521 ± 1.0319 5.857 ± 0.8724 Minimal 3.7 3.9 Maksimal 7.3 7.2 Median 5.650 5.700

Sumber :Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil nyeri subjek pada kelompok perlakuan 1 memiliki rata-rata sebesar 5.5.Nyeri minimum pada kelompok perlakuan 1 yaitu 3.7 dan nyeri maksimum 7.3.Hasil nyeri pada kelompok perlakuan 2 memiliki rata-rata sebesar 5.9.Nyeri minimum pada kelompok perlakuan 2 yaitu 3.9 dan nyeri maksimum sebesar 7.2.

3.1.1.4.Karakteristik Subyek Berdasarkan Kecepatan Lari Tabel 4. Karakteristik Subyek Kecepatan Lari

Karakteristik Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2 P-value N N Kecepatan 0.618

(9)

5 Mean ± SD 30.797 ± 4.8293 30.011 ± 3.2774 Minimal 24.2 25.3 Maksimal 38.2 37 Median 30.260 29.650

Sumber :Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil kecepatan yang dapat ditempuh subjek pada kelompok perlakuan 1 memiliki rata-rata sebesar 30.8.Kecepatan minimum yang dapat ditempuh pada kelompok perlakuan 1 yaitu 24.2 dan kecepatan maksimum 38.2.Hasil kecepatan yang dapat ditempuh pada kelompok perlakuan 2 memiliki rata-rata sebesar 30.Kecepatan minimum yang dapat ditempuh pada kelompok perlakuan 2 yaitu 25.3 dan kecepatan maksimum sebesar 37.

3.1.2. Uji Hipotesis Data

3.1.2.1. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Nyeri Mean Nilai

Kelompok Nyeri P-Value Hasil

Kelompok Perlakuan 1 Pre Test

4.714 0.484 Normal

Post Test 4.000 0.580 Normal

Kelompok Perlakuan 2 Pre Test

5.521 0.765 Normal Post Test

5.857 0.332 Normal Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 5 menunjukan uji normalitas data terhadap nyeri menggunakan Shapiro-wilk dengan hasil uji bahwa data kelompok perlakuan 1 yang diberikan intervensi massage dan TENS sedangkan kelompok perlakuan 2 yang diberikan

(10)

6

intervensi massage dan Infra Red Radiation berdistribusi normal karena nilai p>0.05, selanjutnya dilakukan uji paired t test.

Tabel 6.Hasil Uji Normalitas Kecepatan Lari Mean Nilai

Kelompok Kecepatan P-Value Hasil Kelompok Perlakuan 1

Pre Test 30.797 0.320 Normal

Post Test 28.435 0.262 Normal

Kelompok Perlakuan 2 Pre Test

30.011 0.436 Normal

Post Test 27.430 0.914 Normal

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan uji normalitas data terhadap kecepatan menggunakan Shapiro-wilk dengan hasil uji bahwa data kelompok perlakuan 1 yang diberikan intervensi massage dan TENS sedangkan kelompok perlakuan 2 yang diberikan intervensi massage dan Infra Red Radiation berdistribusi normal karena nilai p>0.05, selanjutnya dilakukan uji paired t test.

3.1.2.2.Uji Pengaruh Skala

Tabel 7. Hasil Uji Pengaruh Skala Nyeri

Sumber :Data Primer, 2019 Kelompok

Selisih

Mean SD P-Value Kesimpulan Kelompok

Perlakuan 1 0.8071 0.3668 0.0001 Ha diterima Kelompok

(11)

7

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa hasil uji adalah 0.0001

yang artinya p<0,05 Ha diterima dan menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap nyeri pada kelompok perlakuan 2 yang diberikan intervensi massage dan Infra Red Radiation, selanjutnya dilakukan uji IndependentSample t test.

Tabel 8. Hasil Uji Pengaruh Skala Kecepatan Lari

Kelompok

Rata-rata Selisih

Mean SD P-Value Kesimpulan Kelompok

Perlakuan 1 2.3621 0.5106 0.0001 Ha diterima Kelompok

Perlakuan 2 2.5721 1.0461 0.0001 Ha diterima Sumber :Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa hasil uji adalah

0.0001 yang artinya p<0,05 Ha diterima dan menunjukan adanya pengaruh yang signifikan pada kelompok perlakuan 2 yang diberikan intervensi massage dan Infra Red Radiation terhadap kecepatan lari, selanjutnya dilakukan uji Independent Sample t test.

3.1.3. Uji Beda Pengaruh

1.1.3.1Uji Beda Pengaruh

Tabel 9. Hasil Uji Beda Pengaruh Nyeri

Kelompok n Mean SD Levene's test p-value Kelompok Perlakuan

1 14 0.807 0.3668 0.167 0.0001 Kelompok Perlakuan

2 14 1.857 0.5515

(12)

8

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa hasil uji beda pengaruh menggunakan uji Independent Sample t test nilai p<0,05 yang artinya menunjukan adanya perbedaan pengaruh terhadap penurunan nyeri muskuloskeletal akibat DOMS antara kelompok perlakuan 1 yang diberikan intervensi massage dan TENS dengan kelompok perlakuan 2 yang diberikan intervensi massage dan infra red radiation.

Tabel 9. Hasil Uji Beda Pengaruh Kecepatan Lari Kelompok n Mean SD Levene's test p-value Kelompok Perlakuan

1 14 2.364 0.6070 0.026 0.0001 Kelompok Perlakuan

2 14 2.586 0.3964

Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa hasil uji beda pengaruh menggunakan uji Independent Sample t test nilai p<0,05 yang artinya menunjukan adanya perbedaan pengaruh terhadap kecepatan waktu tempuh lari subjek antara kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2.

3.2. Pembahasan

Secara umum pemberian intervensi massage dan TENS dengan intervensi massage dan infra red radiation memiliki pengaruh yang signifikan yang dibuktikan uji tabel 7 diperoleh nilai p=0,0001, karena p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh pemberian intervensi massage dan TENS dengan intervensi massage dan infra red radiation terhadap penurunan nyeri muskuloskeletal akibat DOMS. TENS menstimulasi serat aferen berdiameter besar yang mengaktifkan system penghambat untuk mengurangi hiperalgesia melalui pusatdan mekanisme periferal (Balasubramaniyam et al., 2017). Gersh (1992) dalam Parjoto (2006) adanya triple responses dan penekanan aktivasi simpatis akan

(13)

9

meningkatkan aliran darah sehingga pengangkutan materi yang berpengaruh terhadap nyeri.

Massage meningkatkan transportasi creatin kinase (CK) dari otot yang rusak dengan sirkulasi melalui cairan getah bening dan meningkatkan pembersihan CK dari darah dengan meningkatkan darahdan aliran getah bening. Semakin meningkataliran darah, suplai oksigen dan zat lainnya juga meningkat sehingga membantu dalam regenerasi jaringan yang rusak(Zainuddin et al., 2005). IR mempunyai efek analgesik dari terapi panas sehingga terjadi vasodilatasi. Aliran darah meningkat memfasilitasi penyembuhan jaringan dengan menyediakan protein, nutrisi, dan oksigen pada lokasi cedera yang membantu proses penyembuhan yang berpengaruh terhadap nyeri (Aiyegbusi et al., 2016).

4. PENUTUP 4.1. Simpulan

4.1.1. Ada pengaruh positif pada kelompok perlakuan 1 dengan pemberian

intervensi massage dan TENS dalam mengurangi nyeri musculoskeletal

akibat DOMS.

4.1.2. Ada pengaruh positif pada kelompok perlakuan 2 dengan pemberian intervensi massage dan Infra red radiation dalam mengurangi nyeri musculoskeletal akibat DOMS.

4.1.3. Terdapat perbedaan pengaruh pada kelompok perlakuan 1 dengan pemberian intervensi massage dan TENS dengan kelompok perlakuan 2 yang diberikan intervensi massage dan infra red radiation dalam mengurangi nyeri musculoskeletal akibat DOMS.

4.2. Saran

4.2.1. Penelitian ini dapat dijadikan perspektif pengembangan mutu dan

keilmuan dibidang fisioterapi olahraga.

4.2.2. Dapat mengembangkan penelitian dengan metode-metode intervensi

(14)

10

4.2.3. Bisa menggunakan metode lain dalam provokasi nyeri DOMS,

misalnya dengan olahraga dengan pembebanan sehingga bisa terfokuskan pada otot yang ingin diprovokasi nyerinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aiyegbusi, A., Aturu, A. And Akinfeleye, A. (2016) ‘A Comparative Study Of The Effects Of Infrared Radiation And Warm-Up Exercises In The Management Of DOMS’, Journal Of Clinical Sciences, 13(2), P. 77. Doi: 10.4103/2408-7408.179681.

Balasubramaniyam, A., Mohanraj, K. And V, M. G. (2017) ‘Effect Of Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS ) On Delayed Onset Muscle Soreness Following Eccentric Exercises For Elbow’, 21(4), 15–20. Boguszewski, D., Oko, B., Szkoda, S., Adamczyk, J.G. & Białoszewski, D. (2015)

‘Influence Of Physical Activity On Reduction Of Delayed Onset Muscle Soreness’, 12(4), Pp. 83–90. Doi: 10.18276/Cej.2015.4-09.

Cleak, M. J. And Eston, R. G. (1992) ‘Delayed Onset Muscle Soreness : Mechanisms And Management’, Journal Of Sport Sciences, 10(December 2014), Pp. 325– 341. Doi: 10.1080/02640419208729932.

Contrò, V., Mancuso, E. P. And Proia, P.2016.Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS) Management: Present State Of The Art, 3(23), Pp. 121–127.

Fleckenstein, J. Et Al.2017. The Pain Threshold Of High-Threshold Mechanosensitive Receptors Subsequent To Maximal Eccentric Exercise Is A Potential Marker In The Prediction Of DOMS Associated Impairment. Plos One, 12(10), Pp. 1–18. Doi: 10.1371/Journal.Pone.0185463.

Guo, J. Et Al. 2017. Massage Alleviates Delayed Onset Muscle Soreness After Strenuous Exercise : A Systematic Review And, 8(September), Pp. 1–12. Doi: 10.3389/Fphys.2017.00747.

Hapsari, Mesthi Widya. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Daya Tahan Otot Yang Diukur Menggunakan Tes Sit-Up Selama 30 Detik Pada Anak Sekolah Dasar Di Sdn Pondok Cina 03 , Depok Tahun 2011. (Skripsi). Depok : Universitas Indonesia.

Malmir, K. Et Al. 2017. Comparing Effects Of Cryotherapy And Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation On Signs And Symptoms Of Delayed Onset Muscle. (264), Pp. 73–80. Doi: 10.2174/1876386301710010073.

(15)

11

V. Morozhenko. Croatia: Janeza Trdine 9, 51000 Rijeka, Croatia. Available At: Http://Www.Issp.Ac.Ru/Ebooks/Books/Open/Infrared_Radiation.Pdf. Negahban, H., Rezaie, S. And Goharpey, S. 2013. Massage Therapy And Exercise

Therapy In Patients With Multiple Sclerosis : A Randomized Controlled Pilot Study. Clinical Rehabilitation. 27(12), Pp. 1126–1136. Doi: 10.1177/0269215513491586.

Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang.

Pearcey, G. E. P. Et Al. 2015. Foam Rolling For Delayed-Onset Muscle Soreness And Recovery Of Dynamic Performance Measures’, Journal Of Athletic Training. 50(1), Pp. 5–13. Doi: 10.4085/1062-6050-50.1.01.

Sari, S. .2017. Mengatasi DOMS Setelah Olahraga. Pp. 97–107.

Standley, Robert A, Miller, Michael G, And Binkley, H. 2010. Massage S Effect On Injury Recovery And Performance A Review Of Techniques And Treatment Parameters.Pdf Strength And Conditional Journal, 32, Pp. 64–67.

Veqar, Z. 2013. Causes And Management Of Delayed Onset Muscle Soreness : A Review. 55, Pp. 13205–13211.

Zainuddin, Zainal, Mike Newton, Paul Sacco, K. N. 2005. Effects Of Massage On Delayed-Onset Muscle Soreness , Swelling , And Recovery Of Muscle Function, 40(3), Pp. 174–180.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Subyek Berdasarkan Usia
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Nyeri
Tabel 7. Hasil Uji Pengaruh Skala Nyeri
Tabel 8. Hasil Uji Pengaruh Skala Kecepatan Lari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menentukan Besarnya Ganti rugi Terhadap Perkara Sewa Menyewa Rumah karena Perbuatan Melawan Hukum ... 82

Berdasarkan sidik ragam, perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi zat makanan ransum, konsumsi air minum, penyusutan bobot

light box. Realisasi cetak sparasi satu warna. Media/bahan berupa kertas HVS 80 gr. j.Teknik jilid buku dengan teknik jilid spiral. 2) Format poster adalah por tra it atau vertikal.

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menulis karangan dengan teknik pengajaran mengarang bersama melalui media gambar seri pada peserta didik kelas

Proses pembuatan karya dilakukan dengan membuat sketsa awal di kertas, pemindahan sketsa ke medium akrilik, pewarnaan gradasi dengan cat kayu (karakter warna opak),

Kesediaan contoh untuk tetap mengonsumsi dan mencari informasi terkini mengenai produk ramah lingkungan menunjukkan bahwa remaja masih berada dalam proses belajar menuju

Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian ulang oleh Restuningdiah dan Indriantoro (2000) yang hasilnya mengindikasikan bahwa partisipasi

Hasil penelitian yang menunjukan bahwa return on assset tidak berpengaruh terhadap struktur modal hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh. Wardoyo dan