• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap siswa kelas XII terhadap pelayanan guru BK - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sikap siswa kelas XII terhadap pelayanan guru BK - USD Repository"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP SISWA KELAS XII

TERHADAP PELAYANAN GURU BK DI SEKOLAH

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Disusun Oleh: Kadarsih NIM : 999114016

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

SIKAP SISWA KELAS XII

TERHADAP PELAYANAN GURU BK DI SEKOLAH

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Disusun Oleh: Kadarsih NIM : 999114016

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu

dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur, (QS. 16:78).

Dan, aku mengatakan bahwa kehidupan memang kegelapan jika tanpa keinginan, dan semua keinginan adalah buta, jika tanpa pengetahuan, dan semua pengetahuan adalah kosong jika tanpa disertai kerja, dan semua kerja adalah hampa, kecuali ada cinta. (Ali bin Abi Tholib. ra).

Al Rise mengatakan bahwa fokus sangatlah penting dalam hidup. Karena kekuatan fokus,

sinar laser bisa menembus baja.

Kalau ingin sukses,

fokus dan dalamilah suatu hal.

Bangun dan kembangkan kemampuan pada bidang itu.

Kita tidak mungkin jago dalam semua hal.

(Marwah Daud Ibrahim)

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, November 2007 Penulis,

(7)

ABSTRAK

SIKAP SISWA KELAS XII

TERHADAP PELAYANAN GURU BK DI SEKOLAH

Kadarsih

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling (BK) adalah layanan yang diberikan oleh guru BK di sekolah yang bertujuan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembanganya.

(8)

ABSTRACT

STUDENTS OF CLASS XII ATTITUES

TOWARD SERVICE OF GUIDING AND COUNSELING IN THE SCHOOL

Kadarsih

Sanata Dharma University Yogyakarta

The research objective is to find out students attitude toward service of guiding and counseling. Guiding and counseling is the service given in to student by counselors in schools to support the successful course of education, in order to optimally satisfying the students need in their development.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala yang dianugrahkan kepada penulis untuk mampu berpikir dan berkarya untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “SIKAP SISWA KELAS XII TERHADAP PELAYANAN GURU BK DI SEKOLAH” dibuat dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc. sebagai Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si sebagai Ketua Program Studi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si sebagai dosen pembimbing yang banyak memberikan ide, pendapat, semangat dan dukungan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si; Bpk. Drs. H. Wahyudi, M.Si; Bpk. Y. Heri Widodo, S.Psi sebagai dosen penguji yang banyak memberikan kritik dan saran dalam membangun perbaikan skripsi ini.

(10)

7. Bapak Kepala Sekolah dan guru BK SMAN I Ngawi Jawa Timur yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk try out dan penelitian di sekolah tersebut.

8. Bapak Kepala Sekolah dan guru BK SMAN I Kedunggalar Ngawi Jawa Timur yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk penelitian di sekolah tersebut.

9. Bapak Kepala Sekolah, guru BK SMAN 2 Ngawi Jawa Timur yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk penelitian di sekolah tersebut. 10.Bapak dan ibu yang telah membesarkan, mendidik dengan penuh kasih sayang

dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Suami dan kedua permata hatiku: Daffa & Redza yang selalu memberi do’a, cinta, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Seluruh keluargaku di Jogja: mas Budi, mba Utik, mba Yuni, mas Lilik, ade Tine yang banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

13.Seluruh keluarga di Ngawi, Yangkung- Yangti, bude Erfi, pakde Agus, mba Mitya, mba Billa yang momong Daffa selama di rumah Yangkung.

14.Pakde Romy dan bude Nuri, mba Ica n mas Farel atas dorongan, do’a dan terima kasih banget atas pinjaman komputernya.

(11)

16.Sekretariat Fak. Psikologi USD: Ibu. Rohaniwati, Mas Gandung, Pak Giono, Mas Muji, dan Mas Doni yang telah banyak membantu Peneliti.

17.Adik-adik kelas XII dari SMA Muhammadiyah 1 Ngawi, SMAN 1 Ngawi, SMAN 2 Ngawi, SMAN 2 Kedunggalar Ngawi yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

18.Teman-teman di Fakultas Psikologi (’99) Dida, Ana, Rani, Dian; special thanks for Mas Mulyono dan semua pihak yang belum saya sebutkan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan sripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, maka penulis mengharapkan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... BAB II LANDASAN TEORI...

(13)

4. Perkembangan Sosial Remaja... 5. Pengaruh Sekolah Bagi Remaja... B. Sikap... 1. Pengertian Sikap... 2. Komponen Sikap... 3. Pembentukan Sikap... 4. Perubahan dan Fungsi Sikap... C. Bimbingan dan Konseling... 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling... 2. Bimbingan dan Konseling di Sekolah... 3. Guru Bimbingan dan Konseling ... 4. Manfaat Bimbingan dan Konseling Bagi Siswa... 5. Karakteristik Guru BK yang Efektif ... 6. Sikap Siswa Terhadap Guru BK... BAB III METODE PENELITIAN...

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Nilai atau kategori jawaban untuk pernyataan aitem favourable…... 37

3.2 Nilai atau karegori jawaban untuk pernyataan aitem unfavourable…. 37 3.3 Blue Print distribusi aitem skala sikap sebelum uji coba………... 37

3.4 Blue Print skala sikap setelah uji coba………. 40

3.5 Blue Print distribusi aitem skala sikap setelah uji coba………. 40

4.1 Karakteristik subjek penelitian………. 46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

I. Lampiran 1

1. Angket pendapat tentang guru Bimbingan dan Konseling

2. Angket Uji coba sikap siswa SMA terhadap guru Bimbingan dan Konseling

3. Angket penelitian sikap siswa SMA terhadap guru Bimbingan dan Konseling

II. Lampiran 2

1. Data Uji Coba

2. Realibilitas Alpha Cronbach

3. Koefisien korelasi aitem – total Product Moment III. Lampiran 3

1. Reliabilitas Alpha Cronbach setelah aitem yang tidak sahih digugurkan 2. Koefisien korelasi aitem – total Product Moment setelah aitem tidak

sahih digugurkan IV. Lampiran 4

1. Data Penelitian

2. Analisis data dengan One Sample Test 3. Uji Normalitas P-Plot

V. Lampiran 5

(17)
(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia saat ini mengalami perubahan intensif. Globalisasi yang dialami Indonesia saat ini berdampak pada masyarakat yang lebih terbuka menerima teknologi, industri maupun ide-ide dan perubahan budaya yang baru. Menurut William (dalam Prayitno dan Amti, 2004), perubahan nilai-nilai sosial ini mendorong perubahan kondisi kehidupan sosial. Semakin derasnya perubahan sosial yang terjadi dan semakin kompleknya keadaan masyarakat akan semakin meningkatkan derajat rasa tidak aman bagi para remaja dan pemuda. Kondisi perubahan dalam masyarakat ini paling dirasakan oleh remaja karena pada masa ini, remaja mengalami perubahan mental dan suka mencoba hal baru. Banyak remaja yang berusaha memperoleh posisi dirinya di lingkungan dengan bersikap “ikut-ikutan”. Hal ini justru menjerumuskan remaja ke arah pergaulan bebas, penggunaan obat terlarang dan narkoba serta perilaku kekerasan, tertibat dalam geng tertentu, dan lainnya

(19)

Sekolah dalam kondisi lingkungan penuh dengan perubahan nilai sosial tersebut, maka diharapkan lebih dapat mendampingi remaja. Hal ini berkaitan dengan fungsi sekolah yaitu sebagai lembaga pendidikan dan memberikan pengkontrolan perkembangan siswa dalam masalah sosial dan pelajaran. Bimbingan dan konseling dilakukan oleh bagian Bimbingan dan Konseling (BK) yang berperan mendampingi para siswa dalam menghadapi perubahan nilai sosial, perkembangan diri dan masalah dalam belajar. Hal ini seharusnya dapat mendorong para siswa untuk melakukan konseling, namun sikap siswa terhadap guru BK dapat mempengaruhi siswa untuk melakukan konseling.

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sebagai afek positif atau afek negatif terhadap objek psikologis (Thurston dkk dalam Azwar, 2007). Menurut Secord dan Backman dalam Azwar, 2007 Sikap adalah evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek sikap.

(20)

Sikap negatif terhadap guru BK dapat mengubah minat seseorang terhadap aktivitas yang seharusnya dibutuhkan berubah menjadi tidak mau melaksanakan kegiatan tersebut. Menurut Prayitno dan Amti (2004) Siswa seringkali enggan atau malu melakukan konseling karena terhambat oleh adanya beberapa anggapan yang salah mengenai guru BK, yaitu guru BK sebagai polisi sekolah, tempat siswa-siswa yang tidak beres, mengurusi masalah ketidakdisiplinan, takut rahasianya dibocorkan menimbulkan sikap enggan yang menghalangi keakraban guru-murid. Anggapan tersebut membuat siswa tidak mau datang kepada guru BK karena menganggap jika datang kepada guru BK berarti menunjukkan aib, mengalami ketidakberesan tertentu (Winkel, 1997).

Hambatan oleh adanya sikap negatif dapat menghalangi upaya konseling yang maksimal oleh guru BK. Padahal dengan adanya konseling diharapkan akan memberikan pengaruh positif terhadap cara siswa menghadapi masalah ketika dalam lingkungan sosial maupun dalam kegiatan belajar. Hal ini dibuktikan dalam survei Keer (dalam Mappiare 1992) terhadap 1.350 siswa kelas terakhir pada sekolah lanjutan atas di Iowa mengungkapkan 83% sampel menyatakan bahwa konseling membantu para siswa membuat keputusan lanjutan studi dan para siswa mendapat dukungan informasi dan konseling.

(21)

terhadap guru BK dari beberapa muridnya. Beberapa murid menganggap guru BK bersifat tegas dan disiplin dalam menjalankan tata tertib sekolah sehingga menimbulkan kesan menakutkan. Sementara beberapa murid berpendapat bahwa guru BK mampu menjadi teman berbagi masalah yang baik dan mampu memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi siswa.

Hasil penelitian awal terhadap 3 guru juga menyatakan adanya sikap yang positif dan negatif. Sikap yang positif menyatakan bahwa guru BK sangat berperan dalam mendisiplinkan siswa khususnya siswa bermasalah sehingga mampu mengikuti pelajaran dengan tertib sekaligus sebagai tempat berkeluh kesah dengan permasalahan yang terjadi di kalangan murid. Sikap yang negatif menyatakan bahwa guru BK kurang menyelami jiwa muridnya serta kurang memiliki wawasan yang cukup untuk mengarahkan siswanya menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi (bimbingan karir).

(22)

pendampingan dan pengontrolan sikap remaja oleh guru BK maka seharusnya gangguan selama belajar dan perkembangan dapat dikurangi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan penelitian ini adalah : Bagaimana sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru BK ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru BK

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis :

Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi konseling.

2. Secara praktis

Bagi para guru BK untuk meningkatkan kualitas pelayanan BK dan meningkatakan komunikasi dengan siswa.

BAB II

(23)

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Ausubel (dalam Monks, 2006) menyebutkan bahwa remaja berada dalam status interim (peralihan/transisi) sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orangtua dan sebagian diperoleh melalui usahanya sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Masa transisi tersebut diperlukan remaja untuk belajar memikul tanggung jawab dan makin maju sebuah masyarakat maka makin sukar tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab ini.

Santrock (2003) mendefinisikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai pada kemandirian. Masa remaja ditentukan mulai usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir pada usia 18 sampal 22 tahun.

Masa remaja dibagi menjadi dua fase yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) menunjuk pada kira-kira usia diatas 15 tahun (Santrock, 2003).

(24)

anak-anak padahal masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat transisi atau peralihan (Calon dalam Monks, 2006). Keniston (dalam Santrock, 2003) menggunakan istilah masa muda sebagai masa transisi antara remaja dan dewasa yang merupakan waktu ketergantungan ekonomi dan pribadi.

Batasan antara masa remaja dan masa dewasa semakin lama semakin kabur. Pertama, karena sebagian remaja tidak melanjutkan sekolah melainkan bekerja atau menikah di usia remaja sehingga dengan begitu mereka akan memasuki dunia orang dewasa pada usia remaja. Kalau dalam keadaan ini dapat dikatakan masa remaja yang diperpendek. Kedua, keadaan yang sebaliknya dapat disebut sebagai masa remaja yang diperpanjang, yaitu apabila sesudah masa remaja seseorang masih tinggal dan menjadi tanggungan orangtuanya. Misalnya mahasiswa yang berusia 24 tahun namun masih dibiayai oleh orangtuanya, dengan begitu otoritas masih ada pada orangtua (Monks, 2006).

(25)

2. Tugas Perkembangan Remaja

Harvinghurst (dalam Monks, 2006) mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dapat dipenuhi. Tugas ini dalam batas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang. Havinghurst menyebutnya, sebagai tugas perkembangan (development task) yaitu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan.

Menurut Harvinghurst (dalam Monks, 2006), tugas perkembangan remaja adalah :

- Perkembangan aspek-aspek biologis

- Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan

masyarakat sendiri

- Mendapatkan kebebasan emosional dari orangtua dan/ atau orang

dewasa lain

- Mendapatkan pandangan hidup sendiri

- Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi

dalam kebudayaan pemuda sendiri.

(26)

dihadapkan dengan banyak peran baru dan status dewasa. Remaja perlu melakukan eksplorasi solusi alternatif mengenai peran dan eksplorasi tentang karir dalam cara yang sehat agar suatu identitas yang positif dapat terbentuk. Bila suatu identitas dipaksakan pada remaja oleh orangtua, bila remaja kurang mengeksplorasi peran-peran yang berbeda, dan bila jalan ke masa depan yang positif tidak ditentukan, maka terjadi kekacauan identitas.

Para remaja di samping melakukan tugas perkembangan di atas, juga dalam tertentu sudah melaksanakan tugas masa dewasa awal. Menurut Adriessen (dalam Monks, 2006), tugas-tugas masa dewasa awal yang dikerjakan oleh remaja adalah menerima peran persiapan pembentukan keluarga, mulai belajar lepas dari orangtua, belajar bertanggungjawab sebagai warga negara dan sebagai anggota kelompok sosial, persiapan mandiri secara ekonomis, pemilihan dan perencanaan pekerjaan.

3. Perkembangan Fisik dan Seksual Remaja

(27)

seperti, apakah mereka menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang lain akan mencintai mereka, dan apakah hubungan seks adalah hal yang normal. Keadaan ini dapat menjadi masa yang rawan dan penuh kebingungan sepanjang perjalanan seksualitas mereka (Santrock, 2003).

Menurut Wright (dalam Santrock, 2003), salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik di masa pubertas adalah: Remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubub mereka tampaknya. Remaja sering memandangi cermin selama berjam-jam setiap hari untuk melihat apakah ada yang berubah dengan tubuhnya. Perhatian yang berlebihan terhadap citra tubuh sendiri, amat kuat pada masa remaja, terutama amat mencolok selama pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan tubuhnya dibandingkan dengan akhir masa remaja.

4. Perkembangan Sosial Remaja

(28)

mengenai kejadian sehari-hari dalam kehidupan keluarga. Namun konflik akan berkurang pada akhir masa remaja (Santrock, 2003).

Percepatan perkembangan dalam masa remaja yang berhubungan dengan pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja. Sebelum masa remaja, ada hubungan yang lebih erat antara anak-anak yang sebaya. Sehingga sering dijumpai kelompok-kelompok anak, perkumpulan-perkumpulan untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama.

Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, gerak memisahkan diri dari orangtua dan gerak menuju arah teman-teman sebaya. Dua macam gerak ini merupakan gerak yang berurutan meskipun saling terkait satu sama lainnya. Gerak pertama tanpa diikuti oleh gerak kedua akan menimbulkan rasa kesepian, dalam keadaan ekstrim hal tersebut dapat menyebabkan usaha-usaha bunuh diri (Ausubel dalam Monks 2006).

Gerakan memisahkan diri dari orang dewasa dan menuju ke arah teman-teman sebaya, dapat dipandang sebagai suatu pernyataan emansipasi sosial. Di sisi lain usaha ini tidak lepas dari adanya bahaya terutama bila remaja membentuk kelompok dengan kohesi yang kuat dan pada akhirnya mengakibatkan bertambahnya frekuensi interaksi antar mereka (Homanas dalam Monks 2006).

(29)

teman sebaya. Norma-norma sangat ditentukan oleh pemimpin kelompok teman sebaya, walaupun norma-norma itu bukanlah norma yang buruk namun dapat berbabaya bagi pembentukan identitas remaja karena dia akan mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola norma dirinya sendiri (Santrock, 2003).

lnteraksi yang kuat dengan teman sebaya dapat menimbulkan konformitas. Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman menjadi sangat kuat pada saat remaja. Tekanan teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif. Tekanan positif dapat menjadikan remaja terlibat dalam aktivitas sosial yang baik. Namun, tekanan negatif dapat mewujudkan remaja terlibat dalam perilaku merokok, minum-minuman keras, narkoba, mencorat-coret tembok, dan lain-lain (Santrock, 2003).

5. Pengaruh Sekolah Bagi Remaja

(30)

perasaan, dan sikap. Pengalaman yang diperoleh remaja di masyarakat ini memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan identitasnya, keyakinan terhadap kompetensi diri, batasan mengenai hal yang benar dan salah, serta pemahaman mengenai bagaimana sistem sosial di luar lingkup keluarga berfungsi (Santrock, 2003)

Sekolah merupakan pijakan awal bagi seseorang untuk pertama kalinya berkenalan dengan dunia kerja. Sekolah memberikan suasana untuk mengembangkan diri sehubungan dengan prestasi dan kerja. Sekolah juga memberikan sistem yang diperlukan untuk pendidikan mengenai informasi karir, bimbingan, penempatan, dan koneksi sosial (Bachhuber dalam Santrock, 2003).

Menurut Minuchin dan Shapiro (dalam Santrock, 2003) siswa pada sekolah lanjutan biasanya menyadari bahwa sekolah merupakan suatu sistem sosial dan siswa pun dapat termotivasi untuk menyesuaikan diri dengan sistem tersebut ataupun menentangnya. jika di dalam sekolah remaja membentuk suatu kelompok dengan pimpinan sendiri maka hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan. Permasalahan dapat terjadi bila pemimpin non formal kelompok dalam sekolah bertentangan dengan pemimpin formal atau guru. Hal ini dapat mengakibatkan adanya pengabaian guru di dalam kelas. (De Hass dalam Monks 2006).

(31)

1. Pengertian Sikap

Konsep tentang sikap telah melahirkan berbagai macam pengertian diantara para ahli psikologi. Definisi sikap pada awalnya adalah suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol terhadap respon pada keadaan tertentu.

Berkman dan Gilson (1981) mendefinisikan sikap adalah evaluasi individu yang berupa kecenderungan (inclnation) terhadap berbagai elemen di luar dirinya. Allfort (dalam Assael, 1984) mendefinisikan sikap adalah keadaan siap (predisposisi) yang dipelajari untuk merespon objek tertentu yang secara konsisten mengarah pada arah yang mendukung (favorable) atau menolak (unfavorable).

(32)

komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi di dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

2. Komponen Sikap

Secord and Backman (dalam Monks, 2006) membagi sikap menjadi tiga komponen yaitu

a). Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek sikap.

b). Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungan dengan perasaaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap

(33)

Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara lain: arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas (Assael, 1984). Karakteristik arah menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu dapat berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada cakupan luas tidaknya aspek dari objek sikap. Karakteristik spontanitas mengindikasikan sejauh mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara spontan,

Sebagai contoh sikap siswa terhadap guru BK juga memiliki karakteristik berupa arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sikap positif atau negatif terhadap guru BK, kekuatan sikap positif atau sikap negatif setiap siswa juga berbeda, dan terkadang sikap siswa tidak secara konsisten sama selama dia bersekolah karena kebanyakan siswa kelas tiga seringkali berkonsultasi dengan guru BK lebih sering dibandingkan dengan pada saat siswa tersebut duduk di kelas satu.

3. Pembentukan Sikap

(34)

Loudon dan Bitta (1984) menulis bahwa sumber pembentuk sikap ada empat, yaitu pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok, pengaruh media massa dan pengaruh dari figur yang dianggap penting. Swasta dan Handoko (1982) menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.

Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

a) Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk Jika yang dialami seseorang tejadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

(35)

c) Pengaruh kebudayaan

Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.

d) Media massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

(36)

pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat memerlukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gillrannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

f) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekamisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan bertahan lama.

4. Perubahan dan Fungsi Sikap

(37)

2007). Katz (dalam Azwar, 2007) menyebutkan fungsi sikap ada empat, yaitu:

a) Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.

b) Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan bagian individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

c) Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.

d) Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

C. Bimbingan dan Konseling

(38)

Berdasarkan perkembangan tentang rumusan bimbingan dan konseling, istilah penyuluhan yang selama ini menyertai kata bimbingan, yaitu kesatuan. istilah bimbingan dan penyuluhan, diganti dengan istilah konseling. Istilah bimbingan dan penyuluhan merupakan terjemahan dari istilah ”Guidance and Counseling”. Dengan demikian yang dimaksud dengan "penyuluhan" sama artinya dengan konseling. Mulai tahun 1980-an gerak1980-an bimbing1980-an mulai digalakk1980-an deng1980-an istilah konseling untuk menggantikan istilah penyuluhan. (Santrock, 2003)

Perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling di negara-negara yang bimbingan dan konselingnya telah maju seperti di Amerika Serikat, tidak membedakan ruang lingkup kerja konseling di satu sisi dan bimbingan di sisi lainnya. Keduanya disatukan dengan satu istilah yaitu konseling. Namun, karena perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia belum cukup mantap maka istilah bimbingan dan konseling masih dipertahankan dengan pelayanan yang lebih besar peranannya pada konseling (Prayitno dan Amti, 2004).

(39)

profesional yang dilakukan dan dijaga sebagai alat yang memudahkan perubahan-perubahan dan tingkah laku klien.

Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut, Bernard dan Fullmer (dalam Prayitno dan Amti, 1994). Dalam hal ini konseli (klien) dibantu memahami diri sendiri, keadaan sekarang, dan kemungkinan keadaannya dimasa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang (I'olbert dalam Prayitno dan Amti, 1994)

(40)

Dari beberapa pengertian yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan oleh seorang ahil (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien) dalam suasana profesional untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya dengan menggunakan potensi-potensi klien sendiri.

2. Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal yang dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang mempunyai kedudukan dan peranan khusus. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No.025/O/1995). Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembanganya.

(41)

yaitu bidang administrasi atau kepemimpinan dan bidang kurikulum dan pengajaran. Ketiga bidang ini memiliki hubungan yang saling isi-mengisi menuju tujuan yang sama yaitu perkembangan optimal setiap siswa sesuai dengan bakat, kemampuan, minat dan nilai.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005) hal-hal pokok mengenai Bimbingan dan Konseling adalah :

a. Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan bantuan.

b. Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui kegiatan secara perorangan dan kelompok.

c. Arah kegiatan bimbingan dan konseling ialah membantu peserta didik untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal.

d. Ada empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.

e. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui Jenis-jenis layanan tertentu, ditunjang sejumlah kegiatan pendukung.

f. Pelayanan bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku.

3. Guru Bimbingan dan Konseling

(42)

dalam menyampaikan suatu ilmu pengetahuan tertentu, sedangkan guru BK lebih memainkan perannya sebagai konselor pendidikan.

Konselor pendidikan adalah seseorang (konselor) yang bertugas dan bertanggungjawab memberikan layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor pendidikan merupakan salah satu profesi termasuk dalam tenaga kependidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun Undang-Undang tentang Guru dan Dosen yang disahkan bulan Desember 2005. Seiring pembentukan istilah penyuluhan menjadi konseling, konselor pendidikan yang sebelumnya disebut guru Bimbingan dan Penyuluhan (Guru BP) berubah menjadi Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK). Untuk menyesuaikan kedudukannya dengan guru lain, kemudian disebut pula Guru Pembimbing.

4. Manfaat Bimbingan Konseling bagi Siswa

(43)

tuntutan orangtua menuju perkembangan yang optimal sehingga siswa yang menggunakan jasa bimbingan dan konseling dapat terbantu, antara lain :

a) Bimbingan pendidikan

Siswa mendapat bantuan secara individu dalam usahanya mencapai keberhasilan untuk menguasai berbagai mata pelajaran dan nilai-nilai yang tercantum dalam mata pelajaran yang sedang berlaku.

b). Bimbingan vokasional

1.) Siswa mendapat bantuan dalam memilih suatu pekerjaan tertentu atau perencanaan karir.

2.) Siswa mendapatkan pengetahuan tentang sifat dan fungsi kewajiban dan hak dari kelompok pekerjaan yang mungkin berguna untuk menentukan pilihannya secara bijaksana. Siswa terbantu dalam memilih jurusan di SMA dan mendapatkan informasi mengenai jurusan, program studi di Perguruan Tinggi. 3.) Siswa terbantu dalam memilih jurusan di SMA dan mendapatkan

informasi mengenai jurusan, programstudi di Perguruan Tinggi. 4.) Siswa terbantu dalam menemukan minat, bakat dan potensi-potensi

secara realistik untuk menentukan perencanaan karir.

5.) Siswa yang terhambat oleh faktor ekonomi mendapatkan beasiswa. 6.) Siswa memperoleh informasi mengenai bahaya yang mungkin

(44)

c). Bimbingan pribadi

1.) Siswa terbantu dalam pencarian identitas diri

2.) Siswa terbantu dalam mengatasi konflik maupun masalah emosional yang lainnya yang mengganggu relasi sosialnya.

3.) Siswa terbantu dalam pembentukan konsep diri dan menumbuhkan rasa percaya diri.

4.) Siswa terbantu dalam mengatasi masalah konflik atau masalah relasi dalam keluarga.

5.) Siswa memperoleh pengetahuan tentang seks yang sehat, penyakit menular seksual, terjadinya kehamilan, aborsi, dan lain-lain.

6.) Siswa memperoleh informasi mengenai bahaya dari pergaulan bebas merokok, minum-minuman keras dan narkotika.

7.) Siswa terbantu dalam internalisasi nilai-nilai moral dan agama.

5. Karakteristik Guru BK yang Efektif

Kualitas pribadi, kemampuan dasar, dan keterampilan guru BK akan mempengaruhi keefektifan guru BK. Shertzer dan Stone (dalam Mappiare, 1992) merumuskan konselor yang ideal yaitu berminat pada orang, penyabar, peka terhadap orang l;ain, stabil emosi, obyektif, tanggap terhadap fakta, dan dipercaya orang lain. Karakteristik guru BK efektif sebagai berikut (Mappiare, 1992):

(45)

2) Mampu membangkitkan rasa percaya, kredibilitas, dan keyakinan di kalangan para siswa pada guru BK.

3) Mampu memahami, merasakan yang dialami siswa (empati) dan tidak menghakimi siswa.

4) Mampu menghargai siswa dan menghargai diri sendiri

5) Tidak berlebihan dalam peran, tidak sombong, tetapi berlaku tegas (assertive) dan berhubungan akrab dengan siswa.

6) Berlaku spontas, namun tidak lepas kontrol atau sembrono dalm konseling

7) Berlaku konsisten dalam nilai-nilai dan perilakunya, pemikiran dan kata-kata, dalam berinteraksi dengan siswa.

6. Sikap Siswa Terhadap Guru BK

Sikap siswa terhadap guru BK adalah suatu bentuk evaluasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap guru BK. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pandangan dari lingkungan remaja terhadap guru BK maupun penilaian siswa sendiri terhadap guru BK.

(46)

Stigma Gambar 1. Proses Pembentukan Sikap Terhadap Bimbingan Konseling

Stigma diartikan sebagat aib/ cacat yang dihasilkan dari karakteristik personal alau fisik yang dianggap tidak sesuai dengan norma publik atau tidak dapat diterima oleh publik (Blaine dalam Vogel dkk, 2007). Menurut penelitian Angermeyer dan Deitrich (dalam Vogel dkk, 2007), seseorang yang melakukan konseling seringkali dipersepsikan secara negatif oleh masyarakat, sehingga seringkali dihindari atau dikucilkan dari pergaulan sosial karena dianggap sakit bahkan berbahaya. Stigma ini kemudian mempengaruhi sikap orang-orang yang sebenarnya membutuhkan jasa konseling sehingga menimbulkan keengganan dalam melakukan konseling.

(47)

takut diperlakukan atau dipersepsikan secara negatif oleh sesama siswa yang lain maupun masyarakat umum (Prayitno dan Amti, 1994)

Anggapan terhadap guru BK juga beragam yang terkadang justru dipengaruhi oleh sikap guru BK itu sendiri. Anak didik memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap guru mereka pada umumnya dan guru BK pada khususnya. Pada umumnya guru yang disukai dan sering dimintai nasehat oleh siswa adalah guru yang mau diajak bercakap-cakap dalam suasana menggembirakan, tidak menunjukkan superioritasnya, selalu ramah dan berusaha memahami anak didiknya. Sebaliknya, guru yang tidak disukai adalah guru yang seringkali marah, tidak pernah tertawa, suka menyindir, suka menghukum, tidak mau membantu anak dalam kesulitan belajar dan menjauhkan diri dari murid di luar kelas (Nasution, 1983).

Penelitian yang dilakukan Keer, dkk (dalam Mappiare, 1991) terhadap siswa SMA menemukan bahwa harapan mayoritas siswa SMA terhadap bagian BK adalah tidak hanya memberikan konseling masalah pendidikan dan karir saja namun juga dapat memberikan saran mengenai masalah-masalah lain yang dihadapinya, seperti meningkatkan hubungan baik dengan teman sebaya, kerisauan pribadi, ketergantungan obat bius dan seks.

(48)

upaya untuk melihat minat, bakat dan kemampuannya secara realistis sehingga dapat membuat perencanaan karir. Menurut Wati (2005), peran guru BK masih perlu ditingkatkan lagi dalam usaha mempersiapkan siswanya memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi sehingga tidak terjadi lagi kebingungan dalam memilih Universitas maupun program studi, karena kesalahan pemilihan jurusan akan berpengaruh pada masa depan siswa itu sendiri.

Pertanyaan Utama Penelitian :

Sikap apakah yang dimiliki siswa SMA terhadap pelayanan guru BK di sekolahnya ?

Pertanyaan Tambahan:

- Bagaimana sikap siswa terhadap pelayanan guru BK dalam bimbingan

pendidikan?

- Bagaimana sikap siswa terhadap pelayanan guru BK dalam bimbingan

vokasional?

- Bagaimana sikap siswa terhadap pelayanan guru BK dalam bimbingan

pribadi?

BAB III

(49)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research), yang menggunakan pendekatan survei yang dalam pemaparannya menggunakan statistik deskriptif, yaitu suatu tehnik yang digunakan untuk meringkas atau mendeskripsikan data yang dikumpulkan melalui sampel yang diobservasi (yang diteliti). (Danim, 2004) Atau dengan kata lain metode statistik deskriptif adalah cara mengumpulkan, menyususun, memberikan deskripsi, menganalisis dan menaksir data kuantitatif sampai pada penjelasan dalam bilangan terbatas pada kumpulan data.

Penggunaan metode survei dimaksudkan karena penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah bagaimanakah sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah, dengan mempertimbangkan tujuan penelitian; waktu dan biaya penelitian; jumlah subjek penelitian yang tidak memungkinkan meneliti seluruh populasi. Oleh karena itu penelitian ini berusaha menggambarkan fakta-fakta tentang sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru BK di sekolahnya sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi yang rasional.

B. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu Sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru BK di sekolah.

C. Definisi Operasional

(50)

interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi di dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap pelayanan guru BK di sekolah. Guru BK adalah guru yang bertugas dan bertanggungjawab memberi bantuan kepada siswa secara pribadi maupun kelompok siswa dalam menghadapi berbagai masalah perkembangan diri, sosial dan belajar melalui pelayanan bimbingan pendidikan, bimbingan vokasional, dan bimbingan pribadi agar siswa dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal. Sikap siswa terhadap guru BK dapat berupa sikap positif maupun negatif. Sikap positif maupun negatif siswa terhadap guru BK ditunjukkan oleh skor total dari skala sikap siswa terhadap guru BK di sekolah.

a) Aspek yang diungkap pada objek sikap siswa terhadap guru BK adalah:

1. Aspek kognitif: pengetahuan, pandangan, atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan layanan guru BK.

2. Aspek afektif: dimensi emosional terhadap layanan guru BK. 3. Aspek konatif: kecenderungan seseorang dalam

bertingkahlaku terhadap layanan guru BK.

(51)

1. Bimbingan pendidikan: pemberian bantuan kepada siswa dalam mencapai keberhasilan belajar.

2. Bimbingan vokasional: pemberian bantuan kepada siswa berupa bimbingan dalam memilih jurusan.

3. Bimbingan pribadi: pemberian bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah fisik, perkembangan sosial, masalah tingkah laku emosional, masalah moral dan kenakalan remaja.

D. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik sampel bertujuan atau purposive sample dengan kriteria subjek penelitian sebagai berikut: 1) Masa remaja

Menurut Santrock (2003), Masa remaja ditentukan mulai usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir usia 18 sampai 22 tahun.

2) Ada guru BK di sekolah subjek 3) Siswa kelas XII

4) Jenis kelamin: Laki-laki dan Perempuan

(52)

kelas XI belum melakukan penjurusan. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XII diasumsikan telah mengenal pelayanan guru BK disekolahnya karena telah belajar di sekolah tersebut kurang lebih selama 2 tahun.

E. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap (Attitude Scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap (Azwar, 2005). Suatu skala sikap berwujud pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2005).

Skala ini bertujuan untuk mengukur sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru BK. Skala ini didasarkan pada 3 komponen sikap dan 3 layanan guru BK di sekolah. Tiga komponen sikap yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Ketiga komponen sikap ini akan dibagi dalam pernyataan favourable dan unfavourable. Layanan guru BK di sekolah terbagi dalam 3 peran yaitu bimbingan belajar, bimbingan vokasional, dan bimbingan pribadi.

Metode penyusunan skala yang digunakan adalah metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings ) dengan penskalaan model Likert. Pada skala ini subjek diminta untuk menanggapi setiap pernyataan dengan mengungkapkan taraf kesetujuan atau ketidaksetujuannya.

(53)

setuju, belum memutuskan, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Namun pada penelitian ini, alternatif respon jawaban yang disediakan oleh peneliti hanya berjumlah 4 kategori, dengan menghilangkan kategori Belum Memutuskan pada pilihan jawaban.

Menurut Hadi (1990) modifikasi skala Likert yang meniadakan jawaban yang di tengah didasarkan pada 3 alasan. Pertama, kategori belum memutuskan memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), namun bisa juga diartikan netral (setuju tidak, tidak setujupun tidak) atau bahkan ragu-ragu. Kedua, tersedianya jawaban di tengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (center tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya. Ketiga, kategori jawaban SS – S – TS – STS dimaksudkan untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban di tengah maka akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari para responden.

TABEL 1

Nilai atau kategori jawaban untuk pernyataan aitem favourable

Jawaban SS S TS STS

Skor 4 3 2 1

TABEL 2

Nilai atau kategori jawaban untuk pernyataan aitem unfavourable

Jawaban SS S TS STS

(54)

F. Blue Print

TABEL 3

Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap sebelum Uji Coba Sikap

Kognitif Afektif Konatif

F UF F UF F UF

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Alat ukur harus diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitas sebelum digunakan dalam penelitian. Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecerdasan suatu alat ukur dalam mengukur fungsi ukurnya, atau memberikan hasil sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997). Hadi (1990) Mengemukakan, ada dua prinsip validitas yaitu ketelitian dan kejituan. Suatu alat dikatakan teliti, jika alat tersebut mampu menunjukkan dengan tepat gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur, sedangkan jitu bila alat tersebut dapat menunjukkan dengan tepat gejala atau sebagian gejala yang hendak di ukur.

(55)

dimana semua aitem dalam skala dikoreksi oleh orang yang dipandang ahli untuk memastikan bahwa aitem-aitem tersebut mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur dan memastikan bahwa aitem-aitem tersebut telah sesuai dengan kaidah penulisan yang benar (Azwar, 1997). Dalam pelaksanaannya, peneliti meminta pendapat dari satu orang dosen pembimbing.

2. Seleksi Aitem

Aitem-aitem yang telah memenuhi validitas isi selanjutnya dianalisis secara kuantitatif untuk memilih aitem-aitem yang sahih yaitu aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi. Daya beda aitem adalah sejauh mana suatu aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok responden yang mempunyai sikap positif ataukah negatif (Azwar, 2005). Jadi dalam penelitian ini, aitem yang memiliki daya beda tinggi adalah aitem-aitem yang mampu memisahkan atau membedakan subjek yang memiliki sikap positif dan subjek yang memiliki negatif terhadap guru BK.

Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan bantuan SPSS for windows Versi 12.0 dengan korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem – total yang dikenal dengan istilah parameter daya beda aitem.

(56)

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan komputer SPSS for windows version 12.0. Batasan yang digunakan adalah 0,30. Aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasi sebesar 0,30 ke atas (Γix ≥ 0,30) dianggap memenuhi kriteria sebagai aitem yang sahih. Sementara aitem-aitem yang koefisien korelasinya di bawah 0,30 (Γix < 0,30) akan digugurkan.

Hasil analisis dari 36 aitem skala uji coba menunjukkan terdapat 34 aitem yang sahih dan 2 aitem yang gugur. Tabel kesahihan aitem beserta Pearson correlation dan signifikansinya dapat dilihat dalam halaman lampiran. Blue print aitem-aitem yang sahih dengan taraf signifikansi 95% adalah sebagai berikut:

TABEL 4

Blue Print Skala Sikap Setelah Uji Coba Kognitif Afektif Konatif Sikap

(57)

Bimbingan

Vokasional 13, 17 15, 19 14, 21 16, 23 18, 20 22 11 Bimbingan

Pribadi 28, 32 33 26, 30 24, 27 25, 31 29, 34 11

Jumlah 6 5 6 6 6 5 34

3. Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas terhadap alat ukur, langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas alat ukur. Reliabilitas adalah sejauh mana suatu hasil pengukuran tes dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya atau reliabel, jika dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek diperoleh hasil yang sama, dengan catatan aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 1997). Reliabilitas alat ukur atau pengumpul data ditunjukkan dengan koefisien reliabilitas. Pengujian reliabilitas menggunakan pendekatan konsistensi internal berdasarkan data dari sekali pengenaan suatu alat ukur terhadap kelompok subjek (Azwar, 1997).

(58)

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa syarat pengukuran telah terpenuhi dan skala ini dapat diandalkan untuk tujuan pengambilan data penelitian.

4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara statistik dengan One Sample Test dengan bantuan SPSS version 12.0 for windows sehingga diperoleh kesimpulan dari penelitian ini. Data yang dianalisis secara deskriptif ini meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan skor maksimum, skor minimum, mean, standar deviasi dan kategorisasi.

Subjek dibedakan kedalam kelompok sikap positif atau negatif dengan cara melakukan uji t membandingan mean antara mean empirik dengan mean teoritik. Jika mean empirik lebih besar dari mean teoritik, maka sikap subjek adalah positif, namun jika mean empirik lebih kecil dari mean teoritik maka sikap subjek adalah negatif (Azwar, 1999).

Analisis terhadap data dilakukan secara umum untuk melihat sikap yang dimiliki oleh sebagian besar subjek penelitian. Selain itu dilakukan pula analisis data untuk tiap layanan guru BK.

H. Prosedur Penelitian

1. Uji Coba

(59)

b. Peneliti membuat skala dengan Summated Rating sesuai blue print. c. Peneliti menentukan kelompok subjek yang sesuai dengan

karakteristik subjek pada penelitian yang sesungguhnya.

d. Peneliti melakukan uji validitas alat ukur melalui profesional judgement dari satu orang dosen pembimbing.

e. Peneliti melaksanakan try out (uji coba) pada kelompok subjek yang telah ditentukan.

f. Peneliti menganalisa data hasil try out, kemudian menggugurkan aitem-aitem yang tidak sahih untuk dipakai pada penelitian yang sesungguhnya.

2. Penelitian

a. Peneliti menyusun skala dengan menggunakan aitem-aitem penelitian yang telah memenuhi kriteria kesahihan aitem pada uji coba yang sebelumnya telah dilakukan.

b. Peneliti menyebarkan skala pada subjek penelitian yang sesungguhnya.

c. Peneliti melakukan analisis data.

d. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan analisis data tersebut.

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian

(61)

Tahap selanjutnya adalah melakukan skoring atau penilaian pada tiap-tiap aitem dan melakukan penjumlahan untuk tiap-tiap subjek. Hasil skoring tersebut akan dianalisa dengan bantuan komputer program SPSS version 12.0 for Windows. Hasil data akan disajikan secara umum serta berdasarkan tiap-tiap layanan guru BK.

2. Uji Normalitas

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal (Nugroho, 2005). Uji normalitas yang digunakan kurva normal P-Plot. Data dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

Berdasarkan hasil dari output kurva normal P-Plot dengan bantuan program SPSS for Windows versi 12, memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data sikap siswa SMA terhadap guru BK menyebar di sekitar garis diagonal dan searah dengan garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa populasi data terdistribusi secara normal yang berarti tidak ada penyimpangan dan analisis menjadi valid sehingga uji statistik Parametrik dapat dilakukan.

3. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 6

Karakteristik Subjek Penelitian

(62)

16 tahun 11 9,4 %

4. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 7

Deskripsi Data Secara Umum

Keterangan Teoritik Empirik

Skor minimum 34 52

Skor maksimum 136 136

Mean 85 100,62

N 117

Standar Deviasi 14,610

Tabel 8

Deskripsi Data Layanan Bimbingan Pendidikan

Keterangan Teoritik Empirik

Skor minimum 12 21

Skor maksimum 48 48

Mean 30 35,61

N 117

Standar Deviasi 5,359

(63)

Deskripsi Data Layanan Bimbingan Vokasional

Keterangan Teoritik Empirik

Skor minimum 11 14

Skor maksimum 44 44

Mean 27,5 33,61

N 117

Standar Deviasi 5,121

Tabel 10

Deskripsi Data Layanan Bimbingan Pribadi

Keterangan Teoritik Empirik

Skor minimum 11 14

Skor maksimum 44 44

Mean 27,5 31,41

N 117

Standar Deviasi 5,229

5. Hasil Analisis Data Sikap Siswa SMA terhadap Guru BK

(64)

Hasil analisis data menggunakan uji t pada pelayanan BK dalam bimbingan pendidikan menunjukkan mean empirik (35,61) lebih besar dari mean teoritik (30), t hitung (11,316) lebih besar dari t tabel (12;0,025) adalah 2,18 dengan nilai p (2 tailed) 0 lebih kecil dari α (0,05). Hasil ini menunjukkan subjek dalam penelitian ini memiliki sikap positif pada guru BK dalam layanan bimbingan pendidikan yang signifikan.

Hasil analisis pada pelayanan BK dalam bimbingan Vokasional menunjukkan mean empirik (33,61) lebih besar dari mean teoritik (27,5), t hitung (12,899) lebih besar dari t tabel (11;0,025) adalah 2,20 dengan nilai p (2 tailed) 0 lebih kecil dari α (0,05). Hasil ini menunjukkan subjek dalam penelitian ini memiliki sikap positif terhadap guru BK dalam layanan bimbingan vokasional yang signifikan.

Hasil analisis pada pelayanan BK dalam bimbingan pribadi menunjukkan mean empirik (31,41) lebih besar dari mean teoritik (27,5), t hitung (8,088) lebih besar dari t tabel (11;0,025) adalah 2,20, dengan nilai p (2 tailed) 0 lebih kecil dari α (0,05). Hasil ini menunjukkan subjek dalam penelitian ini memiliki sikap positif terhadap guru BK dalam layanan bimbingan pribadi yang signifikan.

B. Pembahasan

(65)

dengan sikap siswa yang positif terhadap pelayanan guru BK dalam bimbingan pendidikan, bimbingan vokasional, dan bimbingan pribadi.

Siswa kelas XII dari tiga sekolah di Ngawi memiliki sikap positif terhadap guru BK dalam layanan bimbingan pendidikan. Bimbingan pendidikan adalah pemberian bantuan kepada siswa dalam meningkatkan keberhasilan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat percaya dan membutuhkan pelayanan guru BK dalam bimbingan pendidikan.

Siswa kelas XII dari tiga sekolah di Ngawi juga memiliki sikap positif terhadap guru BK dalam layanan bimbingan vokasional yang signifikan. Bimbingan vokasional adalah pemberian bantuan kepada siswa berupa bimbingan dalam memilih jurusan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki kepercayaan atau pengetahuan yang positif, perasaan yang positif dan kecenderungan untuk berperilaku yang positif terhadap guru BK dalam bimbingan vokasional atau penjurusan.

(66)

Sikap positif siswa terhadap pelayanan guru BK ini akan sangat mendukung komunikasi guru BK dengan siswa dalam mendampingi para siswa menghadapi perubahan nilai sosial, perkembangan diri dan masalah dalam belajar. Terutama bagi siswa SMA karena berada pada tahap perkembangan remaja untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang intensif dalam teknologi, industri maupun ide-ide dan budaya.

Pada tahap perkembangan remaja terjadi banyak perubahan yaitu mencakup perubahaan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Menurut Santrock (2003) banyaknya perubahan yang terjadi pada remaja terutama mengenai pubertas, penilaian logis yaang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, kebebasan dapat menyebabkan konflik antara orangtua dengan remaja. Perubahan yang intensif dalam teknologi, industri maupun ide-ide dan budaya juga akan memungkinkan munculnya konflik-konflik dalam diri subjek. Hal ini tentu akan menjadi masalah bagi remaja yang dapat mempengaruhi proses belajar dan kehidupan sosial siswa sehari-hari.

(67)

Departemen Pendidikan Nasional (2005) yaitu membantu peserta didik untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal. Jadi dengan sikap siswa yang positif terhadap pelayanan guru BK akan mendukung guru BK dalam mendampingi dan mengontrol perkembangan siswa sehingga gangguan dalam belajar dan perkembangan dapat dikurangi.

Sikap siswa yang positif terhadap pelayanan guru BK mungkin terbentuk oleh adanya fungsi manfaat dari adanya guru BK di sekolah yang mendampingi dan membantu siswa menghadapi serta menyelesaikan berbagai masalah yang dialami siswa baik masalah pendidikan, vokasional maupun masalah pribadi. Hal ini didukung oleh pendapat Katz (dalam Azwar, 1995) individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikan.

(68)

Dalam penelitian ini, terdapat keterbatasan yaitu keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Adanya keterbatasan waktu dan biaya penelitian menyebabkan metode pengumpulan data yang digunakan hanya mengandalkan data hasil skala sikap dari tiga SMA dan skala sikap dibagikan pada 1 kelas saja yaitu kelas XII IPA untuk tiap sekolah di tiga SMA. Keadaan ini mempengaruhi hasil penelitian menjadi tidak dapat digeneralisasikan di semua SMA Ngawi Jawa Timur karena sampel penelitian ini tidak dapat mewakili populasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan sampel probabilitas atau probability sampling agar hasilnya dapat digeneralisasikan.

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai sikap siswa terhadap guru BK dapat ditarik kesimpulan secara umum sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan siswa dari beberapa SMA di Ngawi memiliki sikap yang positif terhadap pelayanan guru BK.

2. Hasil penelitian pada pelayanan guru BK dalam bimbingan pendidikan menunjukkan sikap siswa yang positif dalam pemberian bantuan kepada siswa dalam meningkatkan keberhasilan belajar.

3. Hasil penelitian pada pelayanan guru BK dalam bimbingan vokasional menunjukkan sikap siswa yang positif dalam pemberian bantuan kepada siswa berupa bimbingan dalam memilih jurusan.

4. Hasil penelitian pada pelayanan guru BK dalam bimbingan pribadi menunjukkan sikap siswa yang positif dalam pemberian bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi di luar masalah sekolah.

(70)

1. Bagi guru BK, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan BK serta bersikap proaktif dan dekat dengan siswa sehingga siswa semakin tertarik menggunakan layanan BK.

2. Bagi Kepala sekolah, diharapkan dapat bekerjasama dengan guru BK dalam mengontrol perkembangan siswa dan menyampaikan informasi-informasi yang penting bagi siswa melalui guru BK agar lebih diperhatikan oleh siswa.

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian.Cetakan Keenam. Jakarta: Rineka Cipta.

Assael, H. 1984. Consumer Behavior and Marketing Action. Second Editions. Boston: Kent Publishing Company.

Azwar, S. 1995, Sikap Manusia: Sikap dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Edisi Ketiga Cetakan Pertama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2005. SikapManusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi KeduaCetakan IX. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2007. SikapManusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi KeduaCetakan X. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berkman, H.W. dan Gilson, C. 1981. Consumer Behavior: Concept and Strategies, Second Editions. Boston: Kent Publishing Company.

Gunarsa, Y. D. Singgih dan D Singgih Gunarsa. 1982. Psikologi untuk Membimbing, Cetakan Ketiga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, S. 1990. Metodologi Research Jilid III, Yogayakrta: Andi Offset.

Loudon, D.I. dan Bitta, A.J.D. 1984. Consumer Behavior. Concept and Apllications. Second Editions. New York: McGraw Hill, Inc.

Mappiare, Andi A.T. 1984. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Edisi Pertama. Surabaya: Usaha Nassional.

(72)

Monks, F.J. dan Knoers A.M.P. 2006. Psikologi Perkembangan, Edisi Ketiga, Cetakan Kenam belas, diterjemahkan oleh Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasutions, S,. 2004. Sosiologi Pendidikan, Edisi kedua, Cetakan Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara.

Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.

Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Ardana Media.

Prayitno.H., Amti.E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Santrock, John W. 2003. Adolescence, Edisi Keenan, cetakan Kesembilan, diterjemahkaan oleh Shinto B. Jakarta: Erlangga.

Sudarwan Danim, 2004. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku Acuan Dasar bagi Mahasiswa Program Sarjana dan Peneliti Pemula.Cetakan Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara.

Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No.025/O/1995

Trihendradi, Cornelius. 2004. Langkah Mudah Memecahkan Kasus Statistik: Deskriptif, Parametrik, dan Non-Parametrik dengan SPSS 12. Yogyakarta: ANDI.

Undang-Undang Republik Indonesian No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang tentang Guru dan Dosen Desember 2005.

Vogel, David L, Nathaniel G. Wade, and H. Hackler. 2007. Perceived Public Stigma and the Willingness to Seek Counseling: The Mediating Roles of Self-Stigma and Toward Counceling. Journal of Counseling Pcychology, Vol.54, No.1.

Wati, Caroline L.S. 2005. Sikap Siswa Terhadap Bimbingan Karir di SMA Tarsisius Vireta Tangerang. Jurnal Psiko EdukasiVol 3. No 2.

Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Edisi Revisi, Cetakan Peertama. Jakarta: Grasindo

(73)
(74)
(75)
(76)

ANGKET PENDAPAT TENTANG GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Nama :

2. Sekolah :

3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *) 4. Pekerjaan : Siswa / Guru *)

*) Coret yang tidak perlu

Pertanyaan:

(77)

ANGKET PENELITIAN

Skala Sikap Siswa SMA Terhadap Pelayanan Guru BK

IDENTITAS

Nama : ………. (boleh inisial)

Umur : ………. tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Kelas : ……….

(78)

Dengan hormat,

Kuesioner penelitian ini adalah angket penelitian yang akan digunakan untuk penyusunan skripsi. Angket ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa SMA terhadap pelayanan guru BK. Oleh karena itu, saya meminta bantuan teman-teman untuk mengisi angket ini sesuai petunjuk yang ada.

Jawablah semua pernyataan angket ini dengan jujur dan apa adanya, karena apapun jawaban Anda, identitas Anda, akan saya rahasiakan sesuai kode etik ilmiah. Dalam jawaban angket ini, tidak ada jawaban yang salah atau benar, jadi jawablah dengan apa adanya.

Setelah angket ini selesai Anda isi, periksa kembali untuk memastikan tidak ada jawaban yang terlewati. Atas perhatian dan bantuan teman-teman kami ucapkan terima kasih.

Peneliti

Kadarsih

(79)

PETUNJUK PENGISIAN

Kuesioner ini terdiri dari 36 pernyataan diikuti oleh 4 alternatif jawaban. Berilah tanda silang (X) pada setiap jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.

Pilihan jawaban adalah: SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak Sesuai

Contoh:

Jika saya menghadapi masalaah konsentrasi belajar:

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya akan meminta bantuan teman sekelas

X

Artinya : Jika Anda menghadapi masalah konsentrasi belajar maka pernyataan “Saya akan meminta bantuan teman sekelas” SANGAT SESUAI” dengan diri Anda.

(80)

Jika saya menghadapi masalah mengenai konsentrasi maupun kesulitan belajar:

No Pernyataan SS S TS STS

1 Keberadaan guru BK membantu saya menghadapi masalah

2 Sia-sia saja saya berharap pada guru BK

3 Saya senang jika guru BK membantu mengatasi masalah saya

4 Guru BK adalah orang yang dapat menyemangati saya

5 Saya takut guru BK memarahi saya

6 Saya akan menghindari guru BK sebisa saya 7 Saya lega guru BK siap membantu saya

8 Orang pertama yang akan saya datangi adalah guru BK

9 Saya malas jika harus berhubungan dengan guru BK

10 Guru BK pasti mengabaikan saya

11 Saya takut guru BK mengetahui masalah saya 12 Saya akan meminta nasehat guru BK

Jika saya membutuhkan informasi mengenai penjurusa:

No Pernyataan SS S TS STS

13 Guru BK adalah orang yang tepat untuk dimintai pertolongan

14 Saya senang mendengar arahan dari guru BK 15 Guru BK pasti mengabaikan kebingungan saya

dalam memilih jurusan

16 Lebih baik meminta bantuan guru lain daripada guru BK

17 Saya sangat sungkan meminta bantuan ke guru BK 18 Keberadaan guru BK membantu saya memberikan

informasi yang saya butuhkan

19 Saya akan berkonsultasi pada guru BK

20 Datang ke guru BK adalah pekerjaan yang sia-sia 21 Saya akan meminta arahan dari guru BK

22 Saya senang karena guru BK mendampingi dalam pemilihan jurusan

23 Saya enggan meminta bantuan guru BK

(81)

Jika saya menghadapi masalah-masalah pribadi di luar masalah sekolah:

No Pernyataan SS S TS STS

25 Saya khawatir sekali guru BK mengetahui bahwa saya mempunyai masalah keluarga

26 Saya yakin guru BK akan sering mengawasi saya 27 Saya akan meminta petujuk guru BK

28 Saya senang konsultasi dengan guru BK tentang masalah pergaulan

29 Saya takut guru BK akan mengabaikan saya 30 Guru BK pasti dapat menjaga rahasia masalah

pribadi saya

31 Saya sangat sungkan meminta bantuan guru BK 32 Saya senang guru BK bersikap terbuka pada saya 33 Saya akan mencari penyelesaian masalah melalui

guru BK

34 Guru Bk pasti akan menguatkan saya dalam menghadapi masalah.

35 Membicarakan pada guru BK adalah tindakan bodoh.

36 Lebih baik saya meminta bantuan teman daripada guru BK.

Perhatian: Periksalah kembali jawaban Anda untuk memastikan tidak ada jawaban yang terlewati.

(82)

ANGKET PENELITIAN

Skala Sikap Siswa SMA Terhadap Pelayanan Guru BK

IDENTITAS

Nama : ………. (boleh inisial)

Umur : ………. tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Kelas : ……….

Gambar

Gambar 1. Proses Pembentukan Sikap Terhadap Bimbingan Konseling
TABEL 3 Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap sebelum Uji Coba
TABEL 4 Blue Print Skala Sikap Setelah Uji Coba
Tabel 8 Deskripsi Data Layanan Bimbingan Pendidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu akibat dari pembuangan limbah dari kegiatan budidaya udang intensif ke perairan adalah terjadinya kekeruhan yang diakibatkan oleh tingginya padatan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh positif yang signifikan antara Lingkungan Kerja Fisik terhadap efektivitas kerja pegawai pada Dinas

Kerjakan soal-soal latihan dalam Buku Statistika untuk Penelitian karangan Sugiono halaman 208 nomor 1-3 (soal terlampir). 1) Apakah yang dimaksud dengan

pembelian bahan baku serta rencana penjualan produk jadi dalam periode waktu analisis untuk memenuhi kebutuhan konsumen, serta meminimumkan total biaya rantai pasok Total biaya

2. Khudzaifah Dimyati, SH, M.Hum, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. Sutama,

Tujuan penelitian ini adalah unutk menganalisis pemikiran dua tokoh Indonesia masa revolusi kemerdekaan Indonesia yaitu Sutan Sjahrir dan Tan Malaka dalam usaha

Pertumbuhan jamur kemudian meluas keseluruh permukaan tubuh larva (Gambar 1). Pengamatan makroskopis dan mikroskopis jamur B.. Editor: Siti Herlinda et. Pertumbuhan

Penelitian yang dilakukan oleh (Ri- ta et al , 2014) memperoleh hasil terbaik dengan lama pengukusan 10 menit dan level penggunaan 10% dalam ransum ayam broiler,