i
PENGARUH MOTIVASI, BAKAT, MINAT DAN
STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PILIHAN SEKOLAH
Studi Kasus Siswa-siswi Kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Maria Laetitia Yektiningsih
NIM : 031334062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Bapa, Putera yang Berhati Kudus serta Roh Kudus yang selalu menerangiku
Bunda Maria Sang Penolong sejati
Uni Roma Ordo Santa Ursula
Semua yang mengasihi aku
v
MOTTO
Cintailah semua puteri/putera anda tanpa pilih kasih
karena mereka semuanya ANAK ALLAH
dan anda tidak tahu
apa yang DIA rencanakan bagi mereka semua.
(Nasihat Ke 8, St. Angela Merici)
SOLI DEO GLORIA
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus atas kasih dan
penyertaan-Nya secara khusus dalam seluruh proses belajar hingga selesainya penulisan skripsi
dengan judul Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap
Pilihan Sekolah, studi kasus siswa-siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Menyadari betapa banyak pihak
yang telah memberi bantuan, berupa bimbingan, masukan, saran, kritik dan
dukungan, maka dengan kerendahan hati perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam memberikan
bimbingan, masukan serta saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu Dosen penguji yang memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi
viii
5. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membagikan ilmu
pengetahuan dan memberikan bimbingan selama proses belajar hingga selesainya
skripsi ini.
6. Teman-teman angkatan 2003 yang telah memberikan masukan selama proses
diskusi dalam mata kuliah Seminar Penelitian dan atas kerelaannya untuk saling
berbagi pengetahuan selama proses belajar.
7. Seluruh staf administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membantu kelancaran proses belajar hingga selesainya skripsi ini.
8. Sr. Anastasia Ratnawati, OSU selaku Kepala Sekolah SMP Maria Assumpta
Klaten yang mengizinkan untuk mengadakan penelitian, Bapak/Ibu Guru dan
semua karyawan SMP Maria Assumpta yang membantu untuk mengumpulkan
data dan informasi selama penelitian. Juga kepada adik-adik kelas IX atas
kesediaannya mengisi kuesioner.
9. Sr. Maria D. Sasmita, OSU yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
untuk mengembangkan diri secara khusus selama belajar di Program Studi
Pendidikan Akuntansi.
10.Sr. Martini, OSU dan para Suster sekomunitas yang selalu mendoakan dan
mendukung selama proses belajar hingga selesainya skripsi ini.
11.Asramawati Pondok Angela yang memberi semangat dengan keceriaan dan
keunikkannya masing-masing.
x
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI, BAKAT, MINAT DAN
STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PILIHAN SEKOLAH
Studi Kasus Siswa-siswi Kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten
Maria Laetitia Yektiningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara: (1) motivasi dengan pilihan sekolah; (2) bakat dengan pilihan sekolah; (3) minat dengan pilihan sekolah; (4) status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah; (5) motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi dengan pilihan sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Maria Assumpta Klaten pada bulan Oktober 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas IX yang berjumlah 179 siswa. Sejumlah 100 siswa diambil sebagai sampel dengan teknik proportional sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan teknik the logit model.
xi
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF MOTIVATION, APTITUDE, INTEREST, SOCIAL ECONOMY STATUS TOWARD SCHOOL CHOICE
A Case Study: 9th Grade Students at “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten
Maria Laetitia Yektiningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The research were aimed to know whether or not there were any influence of: (1) motivation toward school’ choice; (2) aptitude toward school choice ; (3) interest toward school choice; (4) social economy status toward school choice; (5) motivation, aptitude, interest, social economy status taken together toward school choice.
The research was conducted for the ninth graders of “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten, on October 2007. The research population was the ninth graders of “Maria Assumpta” Junior High School, Klaten, amounts to 179 students. 100 students were taken as samples with proportional sampling technique. The technique of collecting data used were questionnaire, documentations and interviews. The data analysis used was the logit model technique.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
xiii BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Motivasi ... 8
1. Pengertian Motivasi ... 8
2. Teori-teori Motivasi ... 9
3. Penggolongan Motivasi ... 12
4. Fungsi Motivasi ... 14
5 Tujuan Motivasi ... 15
6. Unsur-unsur Penggerak Motivasi ... 15
7. Cara Mengukur Motivasi ... 16
B. Bakat ... 17
C. Minat ... 18
1. Pengertian Minat ... 18
2. Fungsi Minat ... 20
3. Unsur-unsur yang Menimbulkan Minat ... 20
4. Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 21
D. Status Sosial Ekonomi ... 22
1. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 23
2. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 24
3. Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 27
E. Pilihan Sekolah ... 28
F. Penelitian Terdahulu ... 29
xiv
Minat Melanjutkan Studi ke Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) ... 29
2. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa dengan Minat Studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 31
G. Kerangka Berpikir ... 32
1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah ... 32
2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah ... 33
3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah ... 33
4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 34
5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 34
H. Hipotesis ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
E. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi ... 39
1. Variabel Penelitian ... 39
xv
F. Teknik Pengumpulan Data ... 46
G. Pengujian Instrumen ... 47
1. Uji Validitas ... 47
2. Uji Reliabilitas ... 49
H. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 52
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMP Maria Assumpta ... 58
B. Visi, Misi, Motto dan Strategi Sekolah ... 60
C. Program Sekolah ... 63
D. Struktur Organisasi ... 64
E. Tugas Organisasi Pelaksana ... 64
F. Daftar Guru dan Pembagian Tugas ... 68
G. Siswa SMP Maria Assumpta Klaten ... 69
H. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 69
I. Fasilitas Pendidikan ... 71
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73
1. Motivasi ... 73
2. Bakat ... 74
xvi
4. Status Sosial Ekonomi ... 77
5. Pilihan Sekolah ... 78
B. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 78
1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah ... 79
2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah ... 81
3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah ... 83
4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 84
5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 86
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92
1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah ... 92
2. Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah ... 94
3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah ... 95
4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 96
5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah ... 99
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105
B. Keterbatasan Penelitian ... 106
C. Saran ... 107
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Skor Kuesioner ... 41
Tabel III.2 Kisi-kisi Variabel Motivasi ... 42
Tabel III.3 Kisi-kisi Variabel Bakat ... 42
Tabel III.4 Kisi-kisi Variabel Minat ... 43
Tabel III.5 Skor Untuk Tingkat Pendidikan ... 44
Tabel III.6 Skor Untuk Jenis Pekerjaan ... 44
Tabel III.7 Skor Untuk Tingkat Pendapatan ... 45
Tabel III.8 Kisi-kisi Variabel Status Sosial Ekonomi ... 45
Tabel III.9 Skor Untuk Pilihan Sekolah ... 46
Tabel III.10 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi dan Bakat ... 48
Tabel III.11 Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Variabel Minat dan Status Sosial Ekonomi ... 49
Tabel III.12 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas ... 51
Tabel IV.1 Data Guru dan Pembagian Mengampu Bidang Studi ... 68
Tabel IV.2 Data Siswa SMP Maria Assumpta Klaten Tahun Ajaran 2007/2008 ... 69
Tabel V.1 Persentase Motivasi ... 74
Tabel V.2 Penilaian Motivasi ... 74
xviii
Tabel V.4 Penilaian Bakat ... 75
Tabel V.5 Persentase Minat ... 76
Tabel V.6 Penilaian Minat ... 76
Tabel V.7 Persentase Status Sosial Ekonomi ... 77
Tabel V.8 Penilaian Status Sosial Ekonomi ... 78
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 114
Lampiran 2 Data Penelitian ... 122
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 135
Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 145
Lampiran 5 Distribusi Frekuensi dan Daftar Penilaian ... 148
Lampiran 6 Analisis Data ... 161
Lampiran 7 Tabel Statistik ... 190
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Derajat suatu bangsa tidak diukur dari kekayaan sumber daya alamnya,
melainkan dari sisi kualitas sumber daya manusianya. Jembatan emas untuk
mewujudkan sumber daya yang berkualitas adalah pendidikan (Nara, 2006:34).
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan
perwujudan diri individu. Individu ini memerlukan lingkungan yang mendukung
untuk berkembangnya bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga dapat
mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
pribadinya dan kebutuhan masyarakat.
Jenis pendidikan di Indonesia mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus (UU Sisdiknas). Pendidikan
umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Dalam kenyataan siswa yang memilih untuk masuk dalam
sekolah kejuruan disinyalir sebagian besar berasal dari golongan yang kurang
mampu memasuki sekolah umum baik secara akademik, finansial maupun secara
SMA mempunyai status lebih tinggi dari pada SMK. Meskipun demikian
penelitian Wahyuni (2004: 51-55) menunjukkan tidak ada hubungan antara status
sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar siswa terhadap minat melanjutkan
studi ke SMK.
Dari penelitian lain disepakati oleh para sosiolog adanya perbedaan dalam hal
orientasi belajar berasal dari pandangan perbedaan kelas sosial. Hal ini tampak
dari rendahnya minat dalam dunia pendidikan di kalangan ekonomi yang rendah.
Pendapat tersebut relevan dengan hasil kajian data sekunder Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 1993-2004 di enam provinsi secara acak
terlihat kesenjangan taraf pendidikan antara kelompok masyarakat miskin dan
kaya masih tinggi. Kesenjangan partisipasi sekolah dari kelompok masyarakat
termiskin dan terkaya mulai terlihat di SMP yakni 60,50% dan 68,92%.
Kesenjangan ini semakin tinggi di SMA/SMK yakni 37,16% dan 46,69%
(Kompas, 13/3/2007).
Penelitian ini di lakukan di SMP Maria Assumpta Klaten terutama untuk
siswa-siswi kelas IX yang sebentar lagi akan menempuh ujian akhir dan
menentukan sekolah lanjutannya. Di SMP Maria Assumpta beberapa tahun
terakhir terjadi pergeseran lulusan dari yang memilih melanjutkan ke SMA
beralih ke SMK. Siswa SMP Maria Assumpta berasal dari daerah pinggiran kota
Klaten dan sebagian besar dari keluarga dengan status sosial ekonomi menengah
pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi terhadap pilihan
sekolah di SMA/SMK.
Motivasi merupakan daya penggerak tingkah laku manusia. Motivasi
menggerakkan individu sebagai keseluruhan yang padu dan teratur. Siswa
menentukan pilihannya untuk sekolah di SMA/SMK dilatarbelakangi berbagai
motif antara lain tidak diterima di sekolah yang diinginkan, setelah lulus dapat
langsung bekerja, ikut teman, dan masih banyak lagi. Motif-motif itulah yang
menjadi acuan untuk pengambilan keputusan siswa. Siswa SMP Maria Assumpta
yang berasal dari keluarga menengah ke bawah tidak asing lagi melihat
perjuangan orang tua mereka untuk membiayai hidup dan studinya. Dengan
keadaan yang demikian membuat siswa berperilaku sesuai dengan keadaan yang
dialaminya. Perilaku yang relevan untuk saat ini adalah menentukan pilihan
sekolah sebagai studi lanjut setelah tamat SMP. Dengan demikian diduga ada
pengaruh antara motivasi siswa terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.
Bakat yang dimiliki setiap orang adalah berbeda-beda. Sejumlah penelitian
beranggapan bahwa keunggulan seseorang dalam bidang tertentu didasari oleh
pelatihan yang cukup lama. Jadi bakat bukan merupakan faktor bawaan tetapi bisa
dilatihkan. Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai kemampuan
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan. Bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa di bidang-bidang tertentu. Siswa yang memiliki keunggulan di
formal dengan memilih sekolah di SMA/SMK. Dari kenyataan di SMP Maria
Assumpta siswa yang selama pendidikan tidak menampakkan prestasi menonjol
dan diprediksi berpeluang kecil untuk lulus ternyata dapat lulus dengan prestasi
lebih baik dari siswa yang dianggap mampu. Hal ini sejalan dengan pendapat
Munandar (1992) seperti yang dikutip oleh Ali bahwa perwujudan nyata dari
bakat dan kemampuan adalah prestasi. Walaupun demikian sejauh mana bakat itu
akan terwujud dan menghasilkan suatu prestasi masih banyak variabel yang turut
menentukan (2004:80). Dengan demikian diduga ada pengaruh antara bakat
siswa terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.
Minat menimbulkan perasaan senang, perhatian yang lebih dan makin terlibat
dalam aktivitas yang digelutinya. Kecenderungan yang menetap dalam subjek
untuk merasa tertarik pada hal-hal tertentu dan merasa senang berkecipung dalam
bidang tertentu yang diyakini dapat semakin mengembangkan bakatnya, hal
tersebut menjadi indikator bahwa minat siswa mempunyai pengaruh terhadap
pilihan sekolah di SMA/SMK. Banyaknya SMA/SMK di kota Klaten yang relatif
mudah dijangkau dengan angkutan umum turut mendukung pilihan siswa.
Status sosial ekonomi menurut Tan dan Koentjaraningrat (1977:53),
mengatakan bahwa konsep kedudukan sosial ekonomi mencakup tiga faktor
yaitu: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan fasilitas dalam keluarga. Dalam
penelitian ini status sosial ekonomi ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan dan tingkat pendapatan. Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan
pendidikannya maka akan mendapat jenis pekerjaan yang lebih baik, sehingga
berpengaruh pada tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan orang
tua maka kemampuan untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak
semakin terbuka. Sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan orang tua,
semakin rendah jenis pekerjaannya dan semakin kecil pendapatan yang diperoleh.
Dengan keadaan demikian maka kesempatan anak untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih tinggi peluangnya kecil. Oleh karena itu orang tua cenderung
menyarankan anaknya bersekolah di sekolah kejuruan yang memiliki tujuan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia produktif, mampu bekerja
mandiri dan mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha. Berdasarkan
uraian tersebut terdapat kesamaan dengan kondisi siswa SMP Maria Assumpta
yang sebagian besar berasal dari status sosial ekonomi menengah ke bawah serta
makin banyaknya siswa memilih sekolah kejuruan. Dengan demikian diduga ada
pengaruh antara status sosial ekonomi siswa terhadap pilihan sekolah di
SMA/SMK.
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. SMA merupakan pendidikan menengah umum bertujuan
mengutamakan perluasan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang
siswa dipersiapkan untuk menjadi tenaga yang terampil dan dapat memenuhi
permintaan dunia usaha. Keberhasilan pencapaian tujuan tersebut didukung
banyak faktor, baik dari siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Faktor yang
berasal dari dalam diri siswa adalah motivasi, bakat dan minat. Faktor-faktor ini
menjadi dasar bagi siswa dalam menentukan sekolah yang dipilihnya. Adapun
faktor dari luar diri siswa yaitu status sosial ekonomi. Status sosial ekonomi orang
tua diyakini dapat membentuk pola berpikir siswa, sehingga dalam memilih
sekolah siswa melihat status sosial ekonomi orang tua.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh antara motivasi terhadap pilihan sekolah.
2. Apakah ada pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah.
3. Apakah ada pengaruh antara minat terhadap pilihan sekolah.
4. Apakah ada pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah.
5. Apakah ada pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis bermaksud untuk menemukan
bukti-bukti:
1. adanya pengaruh antara motivasi terhadap pilihan sekolah;
2. adanya pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah;
3. adanya pengaruh antara minat terhadap pilihan sekolah;
4. adanya pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah;
5. adanya pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi
terhadap pilihan sekolah.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah bukti dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak
lain.
2. Untuk membimbing siswa khususnya bimbingan karir yang membantu siswa
agar memperoleh pemahaman tentang diri, lingkungan dan dunia kerja supaya
siswa dapat mengarahkan dirinya, secara khusus dalam memilih jenjang
pendidikan lanjutan sesuai dengan kemampuan diri dan lingkungan yang pada
akhirnya mengarahkan siswa ke suatu bidang pekerjaan sesuai dengan diri dan
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Teevan dan Smith (1967) seperti yang dikutip Martaniah (1984:14),
mengemukakan bahwa motivasi adalah konstruksi yang mengaktifkan perilaku,
sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan
dengan tipe perilaku yang tertentu disebutnya motif. Selanjutnya Teevan dan
Smith berpendapat bahwa motif mempunyai dua fungsi yaitu memberi daya
untuk bergerak atau berfungsi menggerakkan perilaku dan fungsi mengarahkan
perilaku.
Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh
pengalaman-pengalaman yang secara relatif dapat bertahan, meskipun
kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta
mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu, sedangkan motivasi adalah keadaan
yang timbul dalam diri subjek akibat interaksi antara motif dan aspek-aspek
situasi yang diamati, yang relevan dengan motif tersebut serta mengaktifkan
perilaku (Martaniah, 1984:14).
Menurut Handoko (1992:9) motivasi adalah “suatu tenaga atau faktor yang
terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan
dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan
tindakan atau bersikap tertentu”. Dari uraian di atas maka motivasi dapat
disimpulkan sebagai tenaga yang ada dalam diri manusia, yang menimbulkan,
mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku manusia, hal ini timbul
karena adanya interaksi antara motif dengan aspek-aspek situasi yang diamati,
yang sesuai dengan motif tersebut.
Dengan demikian motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Setiap
tindakan manusia digerakkan atau dilatarbelakangi oleh motif tertentu. Tanpa
motif orang tidak akan berbuat apa-apa. Apa yang difantasikan orang adalah
cermin dari apa yang sedang menjadi harapannya.
Dalam penelitian ini diduga ada pengaruh antara motivasi terhadap pilihan
sekolah di SMA/SMK, karena diyakini bahwa pilihan siswa sekolah di
SMA/SMK digerakkan oleh motif yang beraneka ragam.
2.Teori-teori Motivasi
Teori-teori motivasi dibedakan menjadi enam.
a. Teori Kognitif
Pandangan dasar dari para penganut teori ini adalah manusia sebagai makhluk
rasional. Manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan diperbuat
entah baik atau buruk. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak
digerakkan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Oleh karena
perbuatannya. Dalam teori kognitif tidak dikenal perbuatan-perbuatan yang
berada di luar kontrol rasio.
b. Teori Hedonistis
Teori hedonistis menyatakan bahwa segala perbuatan manusia, entah itu
disadari atau pun tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun
kekuatan dalam, pada dasarnya mempunyai tujuan yang satu yaitu mencari
hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyulitkan.
Teori hedonistis kemudian diberi arti baru yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan oleh Paul T. Young dan David Mc Clelland (Handoko,
1992:12) yaitu: semua rangsang yang terdapat di lingkungan sekitar kita pada
hakikatnya menimbulkan keadaan nikmat atau sakit. Rangsang yang
menimbulkan keadaan nikmat atau enak menyebabkan seseorang bereaksi
mendekati rangsang itu. Sebaliknya rangsang yang menimbulkan keadaan
tidak enak atau sakit menyebabkan seseorang menjauhi rangsang itu.
Masalah enak atau tidak enak yang dialami seseorang itu banyak tergantung
pada adaptasi seseorang dengan rangsang yang mendahuluinya. Teori
hedonistis ini menggunakan “affectivearousal model” yang intinya
mengatakan bahwa setiap rangsang pada hakikatnya telah membawa keadaan
yang menimbulkan rasa enak atau tidak enak.
c. Teori Insting
Setiap orang telah membawa “kekuatan biologis” sejak lahir. Kekuatan
demikianlah dasar pemikiran teori insting. Kekuatan instingtif inilah yang
seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk
mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan cara tertentu.
Mc Dougall (1908) dalam bukunya “An Introduction to Social Psychology”
(Handoko, 1992:15) mengatakan segala tingkah laku dan pikiran kita adalah
hasil insting. Insting merupakan sesuatu yang diwariskan, sesuatu yang
mengarahkan tindakan manusia kepada tujuan (purposive, goal-seeking).
d.Teori Psikoanalitis
Sebenarnya teori psikoanalistis merupakan pengembangan teori insting.
Dalam teori inipun diakui adanya kekuatan bawaan di dalam diri setiap
manusia, dan kekuatan bawaan inilah yang menyebabkan dan mengarahkan
tingkah laku manusia.
Freud (Handoko, 1992:16) seorang tokoh psikoanalitis mengatakan bahwa
tingkah laku manusia ditentukan oleh dua kekuatan besar yaitu insting
kehidupan (eros) mendorong orang untuk tetap hidup dan berkembang,
sedang insting kematian (thanatos) mendorong orang ke arah penghancuran
diri misal: bunuh diri, perbuatan-perbuatan agresif yang menghancurkan
orang lain dan diri sendiri.
e. Teori Keseimbangan (Homeostosis)
berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya
ketidakseimbangan (disequilibrium) di dalam diri manusia. Dengan kata lain
Keseimbangan manusia bersifat dinamis. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Maslow (Handoko, 1992:21) bahwa tingkah laku manusia
timbul karena adanya suatu kebutuhan, tingkah laku manusia tersebut
mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan
kebutuhan itu. Demikian seterusnya sehingga dapat terjadi lingkaran motivasi.
f. Teori Dorongan
Kalau teori keseimbangan menekankan adanya keadaan tidak seimbang yang
menimbulkan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, teori dorongan
memberikan tekanan pada hal yang mendorong terjadinya tingkah laku.
Teori dorongan dasar dari teori keseimbangan. Teori ini diperkenalkan oleh
Robert Woodworth pada tahun 1918 (Handoko, 1992:22) yang mengartikan
dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri kita yang menyebabkan kita
berbuat sesuatu.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi merupakan salah satu faktor
penentu tingkah laku manusia yang digerakkan oleh bermacam-macam motif.
Dalam kehidupan nyata ditemukan berbagai macam tindakan manusia yang
digerakkan oleh bermacam-macam motif yang oleh para ahli dibedakan menjadi
beberapa teori motivasi.
3.Penggolongan Motivasi Manusia
Sampai saat ini terdapat berbagai macam cara menggolong-golongkan motif
penggolongan yang mendasarkan pada asal usul reaksi seseorang terhadap
rangsang yang datang, ada yang mendasarkan pada asal-usul tingkah laku, ada
pula yang mendasarkan pada tingkat kesadaran orang bertingkah laku serta
masih banyak dasar lain. Dalam tulisan ini peneliti menyebutkan dua dari
beberapa penggolongan motif manusia.
a. Motif sadar dan motif tidak sadar
Jika seseorang yang bertingkah laku tertentu tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatakan motif apa yang menggerakkannya, maka motif yang
menggerakkan tingkah laku itu disebut motif tidak sadar. Sebaliknya jika
seseorang bertingkah laku tertentu dan dia mengerti alasannya berbuat
demikian, maka motif yang melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif
sadar. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin penting tindakan
seseorang, semakin penuh kesadaran akan motivasi yang menggerakkannya.
Semakin rutin tindakan seseorang, semakin kurang taraf kesadarannya.
Tingkah laku-tingkah laku yang banyak melibatkan aktivitas berpikir pada
umumnya digerakkan oleh motif-motif sadar dan taraf kesadarannya penuh.
Sebaliknya tingkah laku-tingkah laku yang didasarkan insting,
kebiasaan-kebiasaan adat tradisi dan lain-lain sering kurang disadari motivasi yang ada
dibelakangnya.
b. Motif instrinsik dan motif ekstrinsik
Pembagian motif menjadi motif instrinsik dan motif ekstrinsik didasarkan
suatu sebab yang datang dari luar diri individu disebut tindakan yang bermotif
ekstrinsik sedang yang datang dari dalam diri individu disebut tindakan yang
bermotif instrinsik.
Penggolongan motivasi ini memudahkan untuk mengetahui sumber dari
motivasi yang menggerakkan manusia dalam bertindak atau bertingkah laku.
Motivasi berkembang sesuai taraf kesadaran seseorang akan tujuan yang akan
dicapainya. Makin luas dan makin sadar orang akan tujuan yang hendak
dicapainya, akan semakin kuat pula motivasi untuk mencapainya.
4.Fungsi Motivasi
Menurut Purwanto (1990:70) ada beberapa fungsi dari motivasi.
a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau tidak bertindak. Motif itu
berfungsi memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan
suatu tugas
b.Motif itu menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan
atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula
terbentang jalan yang harus ditempuh
c.Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu
5.Tujuan Motivasi
Purwanto (1990:70) mengatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu. Bagi seorang siswa tujuan motivasi adalah untuk selalu menggugah
dirinya sendiri agar selalu bersemangat dalam melakukan tugas studinya
sehingga dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan hidupnya.
6.Unsur-unsur Penggerak Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1997:97) unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi adalah:
a. cita-cita atau aspirasi: cita-cita akan memperkuat motivasi instrinsik maupun
ekstrinsik sebab tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi dirinya;
b.kemampuan siswa: kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan;
c. kondisi siswa: kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi;
d.kondisi lingkungan siswa: dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib
dan indah maka semangat dan motivasi mudah diperkuat;
e. unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran: pembelajar yang masih
berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat
f. upaya guru dalam pembelajaran siswa: partisipasi dan teladan guru dalam
memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
7.Cara Mengukur Motivasi
Menurut Handoko (1992:61) untuk mengukur motivasi digunakan dua cara.
a. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan
dalam diri seseorang.
Faktor-faktor luar tertentu misalnya memberi stimulus dengan hadiah, insentif
verbal dengan pengarahan-pengarahan yang dapat memperkuat motivasi.
b.Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari
motif tertentu.
Aspek tingkah laku tertentu misalnya adanya kekuatan tenaga yang
dikeluarkan (usahanya), frekuensinya, jumlah waktu yang disediakan,
kerelaan untuk meninggalkan kewajiban atau tugas lain, ketekunan dalam
mengerjakan tugas, kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, fantasinya,
impiannya.
Dari seluruh uraian tentang motivasi maka dapat disimpulkan seperti yang
dikatakan Spillane (1982:1) bahwa semakin berharga cita-citanya dan semakin
besar harapan seseorang untuk sukses semakin kuat motifnya. Jadi motivasi
menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan karena motivasi
menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar
B. Bakat
Freeman (1950) merumuskan bakat (aptitude) adalah suatu kondisi atau
kombinasi ciri-ciri pengenal abilitas individu melalui latihan untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, kesiapan response untuk mengerjakan pekerjaan
keteknikan dan sebagainya (Fudyartanto, 2002:98). Menurut Hilgard (Slameto,
1988:59) bakat atau aptitude adalah: “the capacity to learn.” Dengan perkataan
lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Bakat khusus adalah sesuatu yang dibentuk dalam kurun waktu sejumlah
tahun dan merupakan perpaduan dari taraf intelegensi pada umumnya (general
ability), komponen inteligensi tertentu, pengaruh pendidikan dalam keluarga dan di
sekolah, minat dari subjek sendiri (Winkel, 1987:88). Menurut Renzulli (1986)
seperti yang dikutib Satiadarma dan Waruwu (2003:75), mengemukakan bahwa
pada hakikatnya seseorang dapat dikatakan berbakat jika ia menunjukkan
kemampuan di atas rata-rata, melakukan hal-hal yang bersifat kreatif dan memiliki
tekad dalam melaksanakan tugas.
Bakat sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih
(Semiawan, 1984:3). Kemampuan bawaan membuat siswa cepat untuk belajar
sesuatu yang baru. Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung
Dari beberapa pengertian di atas maka bakat pada intinya adalah kemampuan
di atas rata-rata yang dimiliki oleh individu baik yang berasal dari bawaan maupun
hasil dari latihan, untuk melakukan tugas tertentu. Pengenalan bakat dalam diri
memberi kepuasan tersendiri bagi pribadi tersebut. Dengan demikian siswa yang
mempunyai bakat tertentu biasanya cenderung melanjutkan studi ke Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), karena di sana bakat yang dimiliki dapat
dikembangkan lebih jauh, sedangkan siswa yang bakatnya kurang biasanya
cenderung ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Sehubungan dengan uraian tersebut
diduga ada pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.
C. Minat
1. Pengertian Minat
Minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang
tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong orang yang bersangkutan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Oleh karena itu tinggi rendahnya perhatian dan
dorongan psikologis pada setiap orang tidak sama, maka tinggi rendahnya minat
juga belum tentu sama (Supriyoko, 1990:4).
Menurut Slameto (1988:182) minat adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
Winkel (1994:30) berpendapat minat adalah “ kecenderungan yang menetap
dalam subjek untuk merasa tertarik pada hal-hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang tersebut”. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa
tanpa adanya minat yang menetap pada subjek dalam mengerjakan sesuatu,
subjek akan merasa bosan dan hasil yang dicapai tidak memuaskan, sehingga
minat dikatakan sebagai faktor penentu pilihan. Pendapat lain menyatakan yang
dimaksud minat adalah “suatu keadaan perhatian seseorang terhadap objek yang
disertai rasa ingin tahu, ingin mempelajari dan kemudian ingin membuktikan
lanjut tentang apa yang diketahuinya” (Walgito, 1985:38).
Minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang (Slameto: 1988:59)
Pendapat Whiterington (1984:135) minat adalah “kesadaran seseorang, bahwa
suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan
dirinya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu
kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian
terhadap sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, memperhatikan dengan
seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.
Dengan demikian dalam minat ini diketemukan adanya unsur kesadaran,
perhatian, keinginan dan juga harapan untuk terlibat dalam suatu objek tertentu
Dengan adanya kesadaran, rasa senang, perhatian dan ingin mempelajari
dalam diri siswa maka diharapkan pilihan mereka sekolah di SMA/SMK
semakin mengembangkan bakat yang dimilikinya.
2. Fungsi Minat
Minat sangat berfungsi bagi manusia karena dapat mengarahkan seseorang
untuk mencapai tujuan hidupnya, sehingga dapat membawa manusia pada
hal-hal yang dianggap tidak perlu menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam dirinya
karena timbulnya kesadaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa
membebani orang lain. Selain itu minat juga dapat memberikan pandangan
hidup seseorang (Whiterington, 1984:135).
3. Unsur-unsur yang Menimbulkan Minat
Unsur-unsur yang menimbulkan minat antara lain:
a. Bakat merupakan potensi yang dimiliki sejak lahir dan bakat ini dapat timbul
dan berkembang dalam lingkungan yang memungkinkan untuk
mengembangkan bakat ini tergantung pada pendidikan, lingkungan maupun
kesempatan yang ada.
b.Cita-cita yang dimiliki seseorang akan dijadikan sebagai modal untuk
menimbulkan minat misal: seseorang berminat untuk masuk perguruan tinggi
c. Perasaan senang pada seorang anak akan menimbulkan minat karena seorang
anak apabila menaruh minat terhadap barang atau manusia maka ia akan
senang.
d.Perhatian merupakan kesadaran untuk mengikuti sesuatu yang disertai dengan
adanya perasaan senang dan perhatian.
4. Faktor yang Mempengaruhi Minat
Menurut Whiterington (1984: 136) ada dua faktor yang mempengaruhi minat
a. Minat primitif yaitu yang timbul berdasarkan kebutuhan biologis seperti
makanan, minuman dan sejenisnya.
b.Minat kultural adalah minat yang ditimbulkan oleh perbuatan, persepsi dan
lingkungan. Dapat dikatakan bahwa minat kultural berasal dari perbuatan
belajar atau prestasi belajar.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa di dalam diri seseorang ada
unsur-unsur minat yang mengakibatkan seseorang mau melakukan sesuatu. Unsur ini
timbul karena ada yang mempengaruhinya yaitu faktor primitif (intern). Faktor
intern adalah faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang yang datangnya
dari dalam diri seseorang. Selain itu ada juga minat yang timbul karena
faktor-faktor dari luar diri seseorang, seperti dari hasil pembelajaran atau pelatihan dan
lingkungannya disebut faktor kultural (ekstern). Oleh karena itu minat dapat
berkembang dengan adanya keterlibatan diri sendiri dan orang lain yang
demikian diduga ada pengaruh antara minat terhadap pilihan sekolah di
SMA/SMK.
D. Status Sosial Ekonomi
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. Status sosial
ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki
seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Menurut Susanto
(1977:181) status sosial adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status
merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia. Sukanto
(1990:263) mengatakan bahwa status sosial ekonomi adalah tempat orang secara
umum di dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestise dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
Mengenai status sosial ekonomi, Keeves (1972:235) mengatakan bahwa status
sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, pekerjaan, jabatan, penghasilan,
pemilihan barang berharga yang dimiliki oleh seseorang di dalam suatu masyarakat
atau kelompoknya. Jadi pengertian status sosial ekonomi dapat dikaitkan dengan
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan. Sejalan dengan uraian
tersebut Tan dan Koentjaraningrat (1977:53) juga mengatakan bahwa konsep
kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan masyarakat sudah sewajarnya
mencakup tiga faktor yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan fasilitas
Menurut pendapat para sosiolog bahwa perbedaan dalam hal orientasi belajar
berasal dari pandangan perbedaan kelas sosial. Status sosial ekonomi yang rendah
mengurangi minat dalam dunia pendidikan, kelas rendah cenderung bersusah
payah mencari nafkah. Hal demikian mempengaruhi orang tua dalam mendidik dan
mengarahkan anak dalam menentukan pilihan sekolahnya. Dalam hal ini peneliti
mengambil tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat
pendapatan orang tua sebagai faktor dari status sosial ekonomi.
1.Tingkat pendidikan orang tua.
Pendidikan adalah proses yang dikendalikan dengan sengaja, yang
menghasilkan perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dan melalui
orang-orang dalam kelompoknya. Pendidikan menurut UU no. 20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat,
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Pengaruh itu datang dari orang dewasa atau yang diciptakan orang dewasa
seperti sekolah, buku, peraturan hidup sehari-hari dan ditujukan kepada orang
perbuatan manusia yang fundamental, mendidik dan dididik (Driyarkara,
1980:66).
Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang
pernah dialaminya atau lamanya pendidikan. Tingkat pendidikan orang tua
adalah jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh orang tua siswa yang
dibuktikan dengan adanya ijazah yang paling akhir diperolehnya. Pada
umumnya tingkat pendidikan menentukan jenis pekerjaan atau jabatan
seseorang.
Dengan pengalaman pendidikan yang dialami orang tua dapat membantu
siswa dalam meningkatkan prestasi belajar, sehingga membantu siswa untuk
lebih percaya diri akan kemampuan dan memilih studi yang disukainya. Bagi
keluarga tingkat pendidikan tinggi mengerti akan pentingnya pendidikan
sebaliknya keluarga tingkat pendidikan rendah yang terpenting adalah
membantu orang tua, karena setelah lulus dari SMK siswa siap untuk bekerja.
Dalam penelitian ini diduga ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua
terhadap pilihan sekolah di SMA/SMK.
2. Jenis Pekerjaan orang tua
Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dapat digolongkan menjadi
sembilan golongan (Spillane, 1982:14) yaitu sebagai berikut:
Golongan A terdiri dari: mandor, pedagang, pegawai kantor, pegawai sipil
bus/colt, penggarap tanah, pengawas keamanan, petani pemilik
tanah, peternak, tuan tanah.
Golongan B terdiri dari: buruh nelayan, petani kecil, penebang kayu.
Golongan C terdiri dari: ABRI (Tamtama s.d. Bintara), Guru SD, kepala
bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil,
pamong praja pegawai badan hukum, pegawai negeri golongan
I a s.d. I d, supervisor/pengawas.
Golongan D terdiri dari: meninggal dunia, pensiunan, tak mempunyai
pekerjaan tetap.
Golongan E terdiri dari: Guru (SMP s.d. SMA), juru rawat, pekerja sosial,
kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan II a
s.d. II d, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten),
wartawan.
Golongan F terdiri dari: buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang/penarik
becak.
Golongan G terdiri dari: ahli hukum, ahli ilmu tanah/ahli ukur tanah, apoteker,
arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insiyur, kepala kantor
pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri,
pegawai negeri golongan III a ke atas, pengarang, peneliti,
penerbang, perwira ABRI (mayor s.d. jenderal), walikota/bupati.
Golongan I terdiri dari: artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai
besi/emas/perak, penjahit, penjaga, supir bus/colt, tukang kayu,
tukang listrik, tukang mesin.
Pekerjaan orang tua berarti aktivitas keseharian yang dilakukan orang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga. Aktivitas tersebut menyita banyak
waktu. Pendapat lain menyatakan bahwa jenis pekerjaan orang tua merupakan
suatu jenis pekerjaan yang konkrit yang dapat dilihat sehingga dapat menjadi
pendorong siswa dalam berfikir dan dalam menekuni suatu pekerjaan yang kelak
diinginkannya.
Menurut Biro Pengembangan Sosial Budaya (1985:12) pekerjaan dibedakan
menjadi dua jenis.
a. Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai
sumber ukuran dari penghasilannya, yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. Apabila
penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak/belum mencukupi untuk
keperluang hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar
penghasilan pokok.
b.Pekerjaan sampingan atau tambahan adalah pekerjaan yang dimiliki atau
dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh
penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sifat
Orang dari keluarga kelas bawah biasanya dalam pekerjaan berkedudukan
sebagai bawahan, sebagai bawahan mereka terbiasa bersikap patuh dan tunduk
kepada atasan. Sikap ini secara tidak sadar terpancar dari proses mendidik
anak-anaknya (Vembriarto, 1993:46). Dari uraian di atas diduga ada pengaruh antara
jenis pekerjaan orang tua terhadap pilihan siswa sekolah di SMA/SMK.
3. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh suatu
keluarga bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan
lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan (Sumardi, 1982:122)
Menurut Gilarso (1994:63) pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang
diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap
proses produksi. Pendapatan orang tua adalah keseluruhan penerimaan orang
tua dari pekerjaan pokok atau pekerjaan sambilan yang diterima setiap bulan
yang dinilai dengan uang (Sumardi, 1982:9).
Dalam kaitannya dengan pendidikan anak, keadaan keluarga tentulah
mempunyai peran yang sangat penting. Adanya perekonomian yang baik dalam
suatu keluarga tentu dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung
perkembangan anak. Dalam penelitian ini diduga ada pengaruh antara
E. Pilihan Sekolah
Menurut Winkel (1983:81) apabila siswa hendak mengambil keputusan terhadap
sekolah lanjutannya mereka harus mempertimbangkan dua hal yaitu:
1.kemampuan intelektual, bakat khusus, arah, minat, cita-cita hidup dan
kemampuan finansial;
2.tidak dapat diabaikan pula harapan keluarga serta kewajiban keluarga.
Sejalan dengan pendapat Winkel, Valles (1998:17) mengemukakan bahwa
pilihan adalah apa yang membuat seseorang menjadi orang, yang membuat orang
menjadi seseorang. Pilihan itu membentuk kepribadian dan hidupnya. Pilihan itu
merupakan murni pilihan pribadi yang bebas dan bukan hanya jiplakan atau sikap
patuh melainkan komitmen pribadi. Pendapat yang serupa juga ditemukan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:683) bahwa pilihan adalah hasil dari
memilih, yang berarti hasil dari mencari atau memisahkan mana yang baik dan
menghendaki yang sesuai dengan keinginannya, yang sangat penting untuk
kemajuan dan keberhasilan seseorang. Jadi memilih merupakan faktor psikologis
yang dapat memberikan suatu keputusan.
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama
Memilih bersekolah di SMA/SMK merupakan pilihan pribadi siswa yang dapat
membentuk kepribadian dan hidupnya untuk mempersiapkan diri melalui
pendidikan formal supaya dapat bekerja di bidang tertentu sesuai dengan cita-cita
dan harapan keluarga. Merujuk pada pendapat Winkel maka dapat dikatakan
bahwa faktor intern dan ekstern mempunyai pengaruh bagi siswa dalam memilih
sekolah di SMA/SMK.
F. Penelitian Terdahulu
1. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Minat
Melanjutkan Studi ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Di era globalisasi ini banyak orang berpendapat bahwa pendidikan merupakan
suatu hal yang sangat penting untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi
seseorang. Orang tua menginginkan anak-anak memperoleh pendidikan yang
memadai untuk mencapai masa depan yang lebih cerah. Orang tua
berpenghasilan tinggi menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih tinggi
sebab tidak menginginkan anaknya cepat bekerja. Mereka mengharapkan
anaknya melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi lagi, karena orang tua
merasa mampu membiayai anaknya. Dengan pendidikan yang tinggi
memudahkan anaknya mendapat pekerjaan. Demikian pula orang tua yang
tingkat ekonomi rendah menyekolahkan anaknya ke sekolah sampai tingkat
tinggi, karena orang tua merasa dirinya berkewajiban untuk membiayai anaknya
menyekolahkan anaknya ke sekolah yang lebih tinggi adalah setelah lulus nanti
anaknya dapat segera bekerja dengan keterampilan yang didapat di SMK untuk
membantu meringankan beban orang tua (Wahyuni, 2004:51-52).
Penelitian Widiastuti (2001:61-62) menunjukkan hasil yang sama. Kesadaran
orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin didasari oleh
makin tingginya tingkat pendidikan orang tua. Akan tetapi orang tua yang
berpendidikan rendah belum tentu menyekolahkan anaknya sebatas
kemampuannya. Begitu juga dengan jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan
orang tua yang rendah, mereka tetap mengusahakan agar anaknya mendapat
pendidikan setinggi mungkin untuk masa depan yang lebih baik dengan bekerja
lebih keras lagi sehingga anak-anaknya mendapat pekerjaan yang lebih baik dari
orang tuanya.
Hasil penelitian Wahyuni (2004:53) menunjukkan bahwa siswa yang orang
tuanya memiliki status sosial ekonomi tinggi maupun rendah tidak menentukan
anaknya untuk melanjutkan sekolah ke SMA/SMK. Siswa yang orang tuanya
berstatus sosial ekonomi tinggi belum tentu memiliki minat yang tinggi untuk
melanjutkan ke SMA. Begitu pun sebaliknya siswa yang orang tuanya berstatus
sosial rendah belum tentu memiliki kesadaran akan keberadaan dan keterbatasan
yang mereka miliki. Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan studi ke
2. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa dengan Minat Melanjutkan Studi
ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Bila dilihat dari prestasi belajar (Wahyuni, 2004:53), siswa yang mempunyai
prestasi tinggi cenderung memiliki minat rendah ke SMK sedangkan yang
berprestasi rendah cenderung memiliki minat tinggi ke SMK. Pilihan SMK yang
akan dimasuki lulusan SMP tidak berkaitan dengan tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa. Prestasi belajar ternyata belum tentu merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pembentukan minat siswa melanjutkan ke SMK. Artinya
belum tentu siswa yang berprestasi melanjutkan ke SMA, demikian pula siswa
yang prestasi belajarnya kurang dapat juga melanjutkan ke SMA, hal ini
tergantung dari minat siswa untuk melanjutkan ke SMA/SMK. Dapat pula
pengaruh masuk tidaknya siswa ke SMK dikarenakan faktor lain. Faktor teman
sebaya lebih berpengaruh terhadap minat siswa, karena dengan teman sebaya
inilah individu bergaul dan mengidentifikasikan dirinya. Secara sadar atau tidak
sadar mereka saling mempengaruhi sehingga dalam perkembangannya pengaruh
teman sebaya turut berperan dalam pembentukan minat mereka.
Hasil penelitian Widiastuti (2001:63-64) yang menyebutkan bahwa fasilitas
yang dimiliki berpengaruh terhadap prestasi yang dicapai, tetapi ada juga anak
yang prestasinya kurang baik akan lebih rajin belajar sehingga akan mendapat
hasil semaksimal mungkin. Jika anak tersebut menyadari kalau orang tua
membiayai sekolahnya dengan susah payah agar nantinya mempunyai masa
dan semangat belajarnya cenderung tinggi. Motivasi dan semangat belajar yang
tinggi menyebabkan prestasi belajar cenderung lebih baik dari pada mereka yang
motivasi dan semangat belajarnya rendah. Jadi anak yang prestasi belajarnya
kurang dapat juga melanjutkan ke SMA hal ini tergantung dari minat siswa
untuk melanjutkan ke SMA/SMK. Dari hasil penelitian Wahyuni dan Widiastuti
menunjukkan tidak adanya hubungan antara prestasi belajar dengan minat
melanjutkan studi ke SMK.
G. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Motivasi terhadap Pilihan Sekolah
Motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Motivasi menjadi faktor
yang sangat penting dalam proses pendidikan karena motivasi menggerakkan,
mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna
bagi kehidupan siswa. Pilihan sekolah adalah keputusan siswa untuk
menentukan jenis sekolah yang sesuai dengan keinginannya sehingga dapat
mengembangkan kepribadian dan hidupnya. Adanya motivasi yang kuat dari
siswa dengan memilih sekolah yang mempunyai tujuan belajar dapat
mewujudkan cita-cita dan tujuan hidupnya, untuk itu siswa akan memilih
2.Pengaruh Bakat terhadap Pilihan Sekolah
Bakat pada intinya adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu baik yang
berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan untuk melakukan tugas tertentu.
Pilihan sekolah adalah keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang
sesuai dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan
hidupnya. Siswa yang mempunyai bakat tertentu memilih melanjutkan studi ke
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), karena bakat yang dimiliki dapat
dikembangkan lebih dalam, sedangkan siswa yang bakatnya kurang memilih
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA).
3. Pengaruh Minat terhadap Pilihan Sekolah
Minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan
senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk mengetahui,
memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu
pada suatu pilihan tertentu. Dengan adanya kesadaran, rasa senang, perhatian
dan ingin mempelajari dalam diri siswa maka pilihan mereka bersekolah di
SMA/SMK semakin mengembangkan bakat yang dimiliki serta membantu
mewujudkan cita-citanya. Hal ini sejalan dengan arti pilihan sekolah yang
merupakan keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang sesuai
dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan
hidupnya. Jika demikian dapat dikatakan terdapat pengaruh antara minat dengan
4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi terhadap Pilihan Sekolah
Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan menentukan besarnya tingkat
pendapatan orang tua. Orang tua berpendidikan tinggi memiliki pekerjaan
dengan pendapatan yang lebih baik dibandingkan orang tua berpendidikan
rendah. Hal ini berpengaruh pada kesejahteraan orang tua dalam hal pendidikan
bagi anak-anaknya. Orang tua yang tingkat pendapatannya rendah, harus
memperhitungkan kemampuan finansialnya bila hendak menyekolahkan
anak-anaknya. Perbedaan status sosial ekonomi orang tua menimbulkan perbedaan
pola kepribadian anak. Perbedaan ini memunculkan minat anak dalam
menentukan pilihan pendidikan lanjut yang dipengaruhi status sosial ekonomi.
Pilihan sekolah adalah keputusan siswa untuk menentukan jenis sekolah yang
sesuai dengan keinginannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan
hidupnya. Siswa yang berasal dari status sosial ekonomi rendah ingin segera
bekerja sehingga memilih sekolah di SMK, sedangkan dari status sosial ekonomi
tinggi lebih ingin melanjutkan ke SMA.
5. Pengaruh Motivasi, Bakat, Minat dan Status Sosial Ekonomi terhadap
Pilihan Sekolah di SMK
Motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Adapun bakat adalah
kemampuan yang dimiliki oleh individu baik yang berasal dari bawaan maupun
hasil dari latihan, untuk melakukan tugas tertentu. Dalam usaha
dengan sendirinya siswa akan mengerahkan seluruh perhatian dan melibatkan
diri dengan lebih sungguh-sungguh. Minat adalah suatu kesadaran dari
seseorang yang mempunyai perasaan senang, menaruh perhatian terhadap
sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, memperhatikan dengan seksama,
melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.
Status sosial ekonomi orang tua membentuk pola kepribadian anak yang
memunculkan minat dalam memilih sekolah. Pilihan sekolah adalah keputusan
siswa untuk menentukan jenis sekolah yang sesuai dengan keinginannya
sehingga dapat mengembangkan kepribadian dan hidupnya.
Siswa memilih sekolah sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki untuk
dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan hidupnya. Dengan demikian siswa dapat
semakin mengembangkan kepribadiannya. Status sosial ekonomi orang tua juga
mempengaruhi siswa dalam memilih sekolah. Siswa yang berasal dari status
sosial ekonomi rendah memilih sekolah ke SMK, siswa dari status sosial
ekonomi tinggi memilih sekolah ke SMA.
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan
hipotesis sebagai berikut.
1. Ada pengaruh antara motivasi terhadap pilihan sekolah.
2. Ada pengaruh antara bakat terhadap pilihan sekolah.
4. Ada pengaruh antara status sosial ekonomi terhadap pilihan sekolah.
5. Ada pengaruh antara motivasi, bakat, minat dan status sosial ekonomi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang
subjek tertentu di mana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh
hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Sevilla, 1993:73).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Maria Assumpta
Klaten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2007
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Maria Assumpta kelas
IX. Alasan penulis memilih subjek penelitian ini adalah siswa telah duduk di
kelas IX dengan pertimbangan sebentar lagi akan lulus, diharapkan siswa
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan/kuesioner penelitian sesuai
2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah motivasi, bakat, minat, status sosial
ekonomi dan pilihan sekolah.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2003:55) populasi yaitu kumpulan wilayah generalisasi
yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan. Sesuai dengan masalah yang diteliti maka populasi dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Maria Assumpta Klaten
sebanyak 179 siswa.
2. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2002:109) sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya
besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung
setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
Selain itu dilihat juga sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek
karena hal ini menyanggkut banyak sedikitnya data (Arikunto, 2002:112).
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menetapkan 100 siswa kelas IX
demikian sampel diharapkan dapat mencerminkan populasi. Pengambilan 100
siswa sebagai sampel dirasa tidak memberatkan peneliti baik dari segi waktu,
tenaga dan dana, selain itu wilayah pengamatan subjek tidak begitu luas.
Subjek tersebar dalam empat kelas dan tiap kelas memiliki jumlah berbeda,
maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel proporsi atau
proportional sampling. Untuk kelas IX A sebanyak 26 siswa, kelas IX B
sebanyak 27 siswa, kelas IX C sebanyak 23 siswa dan kelas IX D sebanyak 24
siswa. Berikut ini perhitungan proporsi untuk tiap kelas.
Kelas Jumlah Siswa
Perhitungan Sampel
A B C D
46 48 42 43
46/179 x 100 = 25,69 48/179 x 100 = 26,82 42/179 x 100 = 23,46 43/179 x 100 = 24,02
26 27 23 24 179
E. Variabel Penelitian dan Operasionalisasinya
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariatif atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel yang
akan diteliti adalah sebagai berikut.
a. Variabel bebas (independent variable)
1) Motivasi merupakan penggerak tingkah laku manusia. Responden
dibuat beberapa pertanyaan dengan diberi alternatif jawaban yang
menunjukkan seberapa besar motivasi responden. Variabel bebas
motivasi diukur dengan menggunakan skala likert.
2) Bakat adalah kemampuan di atas rata-rata yang dimiliki oleh individu
baik yang berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan untuk
melakukan tugas tertentu. Untuk mengetahui bakat responden maka
dibuat pertanyaan yang mendukung pengenalan responden terhadap
bakat yang dimilikinya. Skala likert digunakan untuk mengukur bakat
yang merupakan variabel bebas.
3) Minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan
senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk
mengetahui, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan
mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Unsur-unsur yang
ada dalam minat dijadikan acuan untuk membuat pertanyaan yang
menunjukkan besarnya minat responden. Pengukuran minat responden
mengggunakan skala likert.
4) Status sosial ekonomi mencakup tiga faktor yaitu tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Ketiga faktor tersebut
merupakan faktor dari luar diri responden yang berada sangat dekat
dengan responden. Pengukuran variabel status sosial ekonomi dengan
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat dimaksud dalam penelitian ini adalah pilihan sekolah
SMA/SMK, diukur dengan memberikan skor dari pertanyaan yang telah
disediakan.
2. Operasionalisasi Variabel
a. Motivasi
Motivasi semakin kuat jika tujuan dan harapan yang akan dicapai semakin
jelas. Pengukuran motivasi menggunakan indikator-indikator yang
meliputi: tujuan belajar, mewujudkan harapan/cita-cita, usaha yang
dilakukan dan ketekunan dengan menggunakan skala likert yang
dirumuskan dalam kuesioner. Kuesioner disusun berdasarkan kajian
teoretik pada Bab II. Pemberian skor adalah sebagai berikut.
Tabel III.1 Skor Kuesioner
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor Sangat Setuju
Setuju
Di antara Setuju dan Tidak Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5 4 3 2 1 Sangat Setuju Setuju
Di antara Setuju dan Tidak Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
1 2 3 4 5
Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi varibel motivasi yang disusun
berdasarkan kajian teoretik pada Bab II dan telah disesuaikan untuk
Tabel III.2
Kisi-kisi Variabel Motivasi
Variabel Indikator No. Positif No. Negatif
Motivasi a. Tujuan belajar b. Mewujudkan
harapan/cita-cita c. Usaha yang dilakukan d. Ketekunan 1,2 4,10 6,7 8 3 5 9
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan di atas rata-rata yang dimiliki oleh individu baik
yang berasal dari bawaan maupun hasil dari latihan untuk melakukan tugas
tertentu. Dalam penelitian ini pengukuran bakat responden dengan
menggunakan skala likert yang dirumuskan dalam kuesioner. Pertanyaan
dalam kuesioner disusun oleh Novianingsih (2006) dan telah diubah sesuai
dengan kebutuhan penelitian ini. Pemberian skor seperti yang dilakukan
untuk variabel motivasi. Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi variabel bakat.
Tabel III.3 Kisi-kisi Variabel Bakat
Variabel Indikator No. Positif No. Negatif
Bakat a. Faktor bawaan
b. Kemampuan di atas
rata-rata dan tekad melaksanakan tugas c. Latihan dan dukungan d. Cepat belajar
c. Minat
Minat adalah suatu kesadaran dari seseorang yang mempunyai perasaan
senang, menaruh perhatian terhadap sesuatu serta berusaha untuk
mengetahui, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan
mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Minat diukur
berdasarkan indikator-indikator yang meliputi kesadaran, perhatian,
perasaan senang, keinginan dan juga harapan atau cita-cita. Semua itu
dijabarkan dalam kuesioner dengan menggunakan skala likert dan
pemberian skor seperti pada variabel bakat. Sumber kuesioner dari
Novianingsih (2006) yang telah diubah penulis disesuaikan dengan kajian
teoretik pada Bab III. Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi variabel minat.
Bagan III.4 Kisi-kisi Variabel Minat
Variabel Indikator No. Positif No. Negatif
Minat a. Senang, kesadaran
dan penuh perhatian b. Ingin mempelajari c. Bakat
d. Cita-cita/harapan e. Minat kultural
2,3,15
12,13 1,11 6,10 4,5
8
14 7 9
b. Status Sosial Ekonomi
Tingkat pendidikan yang telah diselesaikan orang tua responden (ayah
dan ibu) hingga memperoleh ijasah. Dalam hal ini tingkat pendidikan
dikelompokkan dan diberi skor sebagai berikut.
Tabel III.5
Skor Untuk Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Skor Tidak tamat SD
Tamat SD Tamat SMP
Tamat SMA/sederajat
Tamat Akademi/Perguruan Tinggi
1 2 3 4 5
2) Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dalam hal ini jenis pekerjaan orang tua (ayah dan ibu)
adalah pekerjaan pokok yang dite