• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU POSITIVE DEVIANCE IBU DENGAN STATUS EKONOMI RENDAH DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU POSITIVE DEVIANCE IBU DENGAN STATUS EKONOMI RENDAH DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2016"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA

KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh:

HENGKY IRAWAN

NIM: 091510015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PONTIANAK

2017

GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA

KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh:

HENGKY IRAWAN

NIM: 091510015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PONTIANAK

2017

GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA

KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh:

HENGKY IRAWAN

NIM: 091510015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

i

DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN

DI DESA LOMBA KARYA KECAMATAN LEDO

KABUPATEN BENGKAYANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

HENGKY IRAWAN

NIM: 1091510015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(3)
(4)
(5)
(6)

v Tempat, Tanggal Lahir : Serukam, 6 Juni 1980

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen Protestan

Nama Orang Tua :

Bapak : Albert Bakus

Ibu : Djunaidah

Alamat : Dusun Anggrek, Desa Pasti Jaya,

Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat

JENJANG PENDIDIKAN

- TK : TK Bethesda Serukam (1985-1986)

- SD : SDN No.11 Serukam (1986-1992)

- SMP : SMPN 1 Bengkayang (1992-1993),

SMPN 1 Samalantan (1993-1995)

- SMF : Sekolah Menengah Farmasi BPK Penabur

Jakarta (1995-1998)

PENGALAMAN KERJA

a. Pegawai Swasta pada Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam (1998-2003)

(7)

vi FAKULTAS ILMU KESEHATAN

SKRIPSI, 21 Februari 2017 HENGKY IRAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU POSITIVE DEVIANCE IBU DENGAN STATUS EKONOMI RENDAH DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2016

xiv + 61 halaman + 23 tabel + 18 gambar + 7 lampiran

Latar belakang, di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang terdapat 131 keluarga miskin dengan proporsi balita umur 12-59 bulan dengan gizi normal sebanyak 94,20%. Data tersebut menunjukan bahwa keluarga dengan ekonomi rendah tidak selalu mempunyai anak balita dengan status gizi balita kurang baik. Tujuan penelitian, untuk mengetahui hubungan antara positive deviance pada ibu dengan ekonomi rendah terhadap status gizi balita umur 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.

Metode penelitian, menggunakan case control study. Sampel sebanyak 36 orang, dengan kasus sebanyak 24 orang dan kontrol sebanyak 12 orang. Pengukuran balita menggunakanmicrotoisedan timbangan balita.

Hasil, tidak ada hubungan antara kebiasaan pengasuhan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p> 0,05) dan OR 3,4 (0,8 – 14,4), ada hubungan antara kebiasaan pemberian makan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p < 0,05) dan OR 18,3 (2,0 - 166,7), tidak ada hubungan antara kebiasaan kebersihan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p > 0,05) dan OR 1,4 (0,35 – 5,64), tidak ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p > 0,05) dan OR 3,7 (0,52 – 25,78).

Kesimpulan, tidak ada hubungan, kebiasaan kebersihan, dan kebiasaan pelayanan kesehatan, tetapi ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan pemberian makan dengan status gizi balita umur 12-59 bulan.

Rekomendasi, membentuk pos gizi bagi masyarakat, para ibu menyebarluaskan kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki balita dengan status gizi kurang baik di sekitarnya.

Kata Kunci : Positive deviance, balita umur 12-59 bulan, status ekonomi rendah, kebiasaan pemberian makan

(8)

vii

FACULTY OF HEALTH SCIENCES SCIENTIFIC PAPER, 21 Februari 2017 HENGKY IRAWAN

THE CORRELATION BETWEEN POSITVE DEVIANCE BEHAVIOR MOTHER IN LOW ECONOMIC STATUS MOTHER WITH THE NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN AGED 12-59 MONTHS IN LOMBA KARYA VILLAGE LEDO DISTRICT BENGKAYANG COUNTRY DISTRICT 2016

xiv + 61 pages + 23 tables + 18 images + 7 attachment

Background, in the village of Lomba Karya Ledo District Bengkayang Country District there are 131 poor families with the proportion of children aged 12-59 months with normal nutrition as much as 94.20%. The data shows that families with low income do not always have young children with poor nutritional status. The purpose of this study is to determine the correlation between positive deviance behavior mother in low economic status mother with the nutritional status of children aged 12-59 months in Lomba Karya Village Ledo District Bengkayang Country District.

Method, this study used case control study. A sample of 36 people with low economic status who have chilrdren aged 12-59 months. Measurement toddler using microtoise and weight toddler tools.

Result, there is no correlation between parenting habit with the nutrional status of children aged 12-59 months(p> 0,05)and OR 3,4 (0,8 – 14,4), there is a correlation between feeding habit with the nutritional status of children aged 12-59 months (p < 0,05) and OR 18,3 (2,0 - 166,7), there is no correlation between hygiene habit with the nutritional status of children aged 12-59 months (p > 0,05) dan OR 1,4 (0,35 – 5,64), there is no correlation between the health services habit with the nutritional status of children aged 12-59 months (p> 0,05) dan OR 3,7 (0,52 – 25,78).

In conclusion, there is no correlation between parenting habit, hygiene habit, and health services habit, but there is a significant relationship between feeding habit with the nutritional status of children aged 12-59 months.

Recommendation, build nutrition for the community, the mother in the village of Lomba Karya disseminate habits helpul to families who have children with poor nutritional status in vicinity.

Keywords : Positive deviance, children aged 12-59 months, low economic

status, feeding habit

(9)

viii Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesai penyusunan skripsi yang berjudul“Hubungan Antara Perilaku Positive Deviance Ibu Dengan Status Ekonomi Rendah Dengan Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Di Desa Lomba

Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang Tahun 2016”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, arahan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Marlenywati, S.Si, M.KMselaku pembimbing utama dan Dedy Alamsyah, SKM, M.Kes (Epid)selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta dengan penuh kesabaran memberikan pengarahan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Pontianak, Bapak Helman Fachri, SE, MM atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sarjana di Universitas Muhammadiyah Pontianak. 2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak, Ibu

Indah Budiastutik, SKM, M.Kes atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Pontianak.. 3. Ketua Program Studi Gizi Kesehatan Masyarakat, Ibu Marlenywati, S.Si,

M.KM yang telah memberikan ide, dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Program Sarjana dengan baik.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang, Drs. Stefanus Salikin, M.Si yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses perijinan.

5. Kepala Puskesmas Ledo Tadius, SKM yang telah memberikan ijin, dan bahan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(10)

ix 8. Para staf Puskesmas Ledo sebagai enumerator, yang telah membantu dalam

pengambilan data penelitian.

9. Orang tua yang terhormat, Ayahnda dan Ibunda, serta isteri dan anak-anak tercinta yang senantiasa bergelut dengan doa-doa tulusnya untuk keberhasilan dan kebahagiaan ananda.

10. Rekan-rekan satu angkatan di Prodi Kesmas, yang telah banyak mengisi waktu bersama dengan penuh keakraban selama menjalani proses belajar di program studi ini, serta telah banyak membantu penulis selama masa pendidikan.

Juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga amal kebaikannya mendapat imbalan yang terhingga dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap dapat memperoleh saran, masukan dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan khususnya pada Program Gizi Kesehatan Masyarakat.

Pontianak, 21Februari 2017

(11)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

BIODATA ... v

ABSTRAK ... Vi KATA PENGANTAR ... Vii DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISTILAH ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 7

I.3 Tujuan Penelitian ... 7

I.4 Manfaat Penelitian ... 8

I.5 Keaslian Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

II.1 Teori Tinjauan Pustaka ... 12

II.2 Kerangka Teori ... 23

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 24

III.1 Kerangka Konsep ... 24

III.2 Variabel Penelitian ... 24

III.3 Definisi Operasional ... 24

III.4 Hipotesis ... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 28

IV.1 Desain Penelitian ... 28

IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

IV.3 Populasi dan Sampel ... 28

1V.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 29

1V.5 Teknik Pengolahan dan Penyampaian Data ... 30

IV.6 Teknik Analisa Data ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

V.1 Hasil ... 35

V.1.1 Gambaran Umum Lokasi ... 35

V.1.2 Gambaran Proses Penelitian ... 37

V.1.3 Karakteristik Responden ... 40

V.1.4 Analisis Univariat ... 42

V.1.5 Analisis Bivariat ... 48

V.2 Pembahasan ... 54

(12)
(13)

xii II.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun

(Kepmenkes RI) ... 13

II.2 Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antopometri ... 12

II.3 Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (WHO) ... 14

II.1 Variabel dan Definisi Operasional ... 25

V.1 Data Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Ledo Tahun 2015 ... 36

V.2 Gambaran Karakteristik Pekerjaan ibu ... 40

V.3 Gambaran Karakteristik Umur Ibu ... 40

V.4 Gambaran Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu ... 41

V.5 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Per Umur (BB/U) ... 42

V.6 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Tinggi Badan Per Umur (TB/U) ... 43

V.7 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 44

V.8 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Berdasarkan Penggolongan (BB/TB) ... 45 V.9 Gambaran Kebiasaan Pengasuhan Pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 45

V.10 Gambaran Kebiasaan Pemberian makanpada Balita Usia 12-59 Bulan ... 46

V.11 Gambaran Kebiasaan Kebersihan Berdasarkan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 47

V.12 Gambaran Kebiasaan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 48

V.13 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pengasuhan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 48

V.14 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pemberian Makan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 50

V.15 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Kebersihan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 51

(14)

xiii

II.1 Kerangka Teori Faktor-Faktor Penyebab Kekurangan Gizi ... 23

III.1 Kerangka Konsep ... 24

V.1 Alur Penelitian ... 39

V.3 Gambaran Karakteristik Umur Ibu ... 40

V.4 Gambaran Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu ... 41

V.5 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Per Umur (BB/U) ... 42

V.6 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Tinggi Badan Per Umur (TB/U) ... 43

V.7 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 44

V.8 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Berdasarkan Penggolongan (BB/TB) ... 45 V.9 Gambaran Kebiasaan Pengasuhan Pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 46

V.10 Gambaran Kebiasaan Pemberian makanpada Balita Usia 12-59 Bulan ... 46

V.11 Gambaran Kebiasaan Kebersihan Berdasarkan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 47

V.12 Gambaran Kebiasaan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 48

V.13 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pengasuhan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 49

V.14 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pemberian Makan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 50

V.15 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Kebersihan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 51

(15)

xiv Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden (informed consent) Lampiran 2 : Instrumen Penelitian (Kuesioner)

Lampiran 3 : Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 4 : Surat Penelitian

(16)

xv

Positive Deviance Suatu pendekatan pengembangan yang berbasis

masyarakat, berdasarkan kenyataan bahwa pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat pada prinsipnya dapat ditemukan didalam masyarakat itu sendiri

Nutriture Masalah keseimbangan, tidak terlalu banyak atau

(gizi baik) terlalu sedikit yang menentukan status gizi

Antopometri Studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia

cut off point Ambang batas

(17)

xvi

PD Positive Deviance

IPM Indeks pembangunan Manusia

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

Depkes Departemen Kesehatan

PSG Pemantauan Status Gizi

BOK Bantuan Operasional Kesehatan

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu Puskesmas Pembantu

Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

BPS Badan Pusat Statistik

CORE Child Survival Collaboration And Resource Group

DO Defenisi Operasional

BB/TB Berat Badan Per Tinggi Badan

TB/U Tinggi Badan Per Umur

BB/U Berat Badan Per Umur

WHO World Health Organization

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam

kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Usia 12-59 bulan

merupakan masa yang penting sekaligus masa yang kritis dalam proses tumbuh

kembang balita, baik fisik maupun kecerdasan, oleh karena itu setiap balita pada

masa ini harus memperoleh perawatan kesehatan dan asupan gizi sesuai dengan

kebutuhannya (Lubaid dkk, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua yaitu faktor tidak

langsung dan faktor langsung. Faktor tidak langsung antara lain adalah

kemiskinan, pendidikan, dan pengetahuan yang mempengaruhi ketersediaan

pangan dan pelayanan kesehatan. Faktor langsung antara lain asupan makanan dan

penyakit infeksi. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi status gizi

seseorang (Turnip dkk, 2008).

Penyediaan makanan yang memenuhi syarat di tingkat keluarga

dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku terutama ibu tentang gizi dan

kesehatan. Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi dan kesehatan diharapkan

dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menyediakan

danmendistribusikan makanan dalam keluarganya yang dapat mempengaruhi

konsumsi makan sehari-harinya dan dampak lebih lanjutnya adalah pada status

(19)

Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara keberlanjutan. Upaya peningkatan

kualitas SDM dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan

perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai

mencapai dewasa. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar

anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan secara baik dan benar

dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Berdasarkan angka

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Provinsi Kalimantan Barat tahun

2014 sebesar 64,89 dan dengan perhitungan dengan metode baru (terbalik)

kondisi IPM Kabupaten Bengkayang menduduki peringkat ke 11 dari

14kabupaten/kotadi Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 64,40 (BPS

Kalimantan Barat, 2015).

Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia

termasuk negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan

dengan tingginya prevalensistunting,prevalensiwasting,dan masalah gizi

lebih.Datatersebut juga menempatkan Indonesia diantara 31 negara yang tidak

akan mencapai target global untuk menurunkan angka kurang gizi di tahun 2025.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan terdapat

37% anak balita menderita stunting, 12% menderitawasting(terlalu kurus untuk

tinggi badan mereka) dan 12% mengalami kelebihan berat badan, serta prevalensi

gizi kurang pada balita fluktuatif dari 18,4% pada 2007, menurun menjadi 17,9%

(20)

Upaya untuk menurunkan angka kurang gizi di Indonesia sejak tahun 2007

belum menunjukkan hasil yang berarti, ini berarti jumlah anak penderita kurang

gizi terus meningkat seiring dengan bertumbuhnya jumlah penduduk.

Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) di Kalimantan Barat

menunjukkan Prevalensi Gizi Buruk tahun 2011 sebesar 3,29%, sedangkanpada

tahun 2012 menjadi 3,8%. Jumlah kematian balita gizi buruk pada tahun 2010–

2012 mengalami penurunan dari 10 kematian balita gizi buruk menjadi 7

kematian balita gizi buruk (Dinkes Provinsi Kalbar, 2013).

Untuk menanggulangi masalah gizi di Provinsi Kalimantan Barat, upaya

yangdilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat saat ini meliputi

upayajangkapendek, yaitu dengan melakukan pelacakan kasus gizi buruk di

kabupaten dan kota. Jikaditemukan kasus gizi buruk segera dirujuk kerumah sakit

umum kelas III denganbiaya gratis bagi masyarakat miskin. Selain itu juga

dilakukan dengan peningkatankualitas sumber daya manusia serta pelatihan bagi

petugas.Untuk jangka menengah dilakukan revitalisasi pos pelayanan

terpadu(Posyandu) dengan meningkatkan kembali tim pangan dan gizi serta

mengintensifkanperan Puskesmas dalam upaya preventif dan promotif melalui

Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Sedangkan program

jangkapanjang yakni dengan memberdayakan keluarga dalam

penanggulangankemiskinan.

Gizi kurang merupakan masalah kompleks danpenanganannyamemerlukan

(21)

peningkatan untuk menjaga atau mempertahankan anak sehatuntuk tetap sehat.

Solusi pencegahan yangtepat yaitu dengan memberdayakan keluarga.

Upaya alternatif yang dapat dilakukan adalah penerapanpendekatan

positive deviance (PD) yang sudah terbukti menurunkan gizi buruk di Vietnam,

Myanmar, Bolivia dan negara lainnya (Buletin FKM UI, 2016).Positive deviance

(PD) dipakai untuk menjelaskan suatu keadaanpenyimpangan positif berkaitan

dengan kesehatan, pertumbuhan danperkembangan anak-anak tertentudi dalam

lingkungan masyarakat atau keluarga.Praktik yang dimaksud dapat berupa

perilakupemberian makan, pengasuhan, kebersihan, danpelayanan kesehatan

(CORE, 2003).

Penelitian maupun pendekatanpositive deviance belum pernah dilakukan

di Kabupaten Bengkayang. Wilayah kerja Puskesmas Ledo dipilih oleh peneliti

karena memiliki populasi keluarga dengan status ekonomi rendah dengan proporsi

status gizi balita baik relatif lebih banyak dibandingkan dengan status gizi balita

kurang baik. Data BPS Kabupaten Bengkayang 2016 menunjukkan terdapat 833

keluarga miskin di Kecamatan Ledo (Status Kesejahteraan Terendah 40%). Dari

12 Desa di di Kecamatan Ledo, desa dengan keluarga miskin terbanyak yaitu

Desa Lomba Karya 131 keluarga (15,73%), (BPS Kabupaten Bengkayang, 2016),

dengan proporsi balita umur 12-59 bulan dengan gizi normal sebanyak 94,20%

(Data PSG Puskesmas Ledo, 2016).

Sebelum melaksanakan penelitian, harus ditemukan dan ditentukan

kebiasaan yang berhubungan dengan masalah yang akan dihadapi. Penelitian ini

(22)

menjadi potensi bagi keluarga tersebut untuk dapat meningkatkan status kesehatan

keluarganya masing-masing. Kebiasaan keluarga yang menguntungkan sebagai

inti program positive deviance dibagi menjadi empat kategori utama yaitu

pemberian makan, pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan pelayanan

kesehatan (CORE, 2003).

Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan

mental balita, oleh karena itu makanan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan

gizi balita. Balita dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya ditentukan

oleh makanan yang dimakan sehari-hari, untuk tumbuh optimal membutuhkan

asupan makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang cukup, bergizi dan

seimbang (Depkes RI,2002). Asupan makanan yang tidak baik kemungkinan

mempunyai pengaruh terhadap status gizi di Kecamatan Ledo. Data di Puskesmas

Ledo menunjukkan walalupun angka terjadi penurunan angka balita kurus dari

8,24% pada tahun 2012 menjadi 7,03% pada tahun 2015, angka penurunan tidak

terlalu signifikan, bahkan terdapat 14,04% balita kurus pada tahun 2013 (PSG

Puskesmas Ledo, 2016).

Peranan determinan pola asuhan terhadap pertumbuhan bayi cukup besar,

dimana pola asuhan yang baik dapat meningkatkan tingkat kecukupan gizi dan

kesehatan bayi. Determinan pola asuhan dan kesehatan berpengaruh langsung

terhadap pertumbuhan bayi (Nasution dkk, 2012).

Kondisi lingkungan anak harus benar-benar diperhatikan agar tidak

merusak kesehatan. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan

(23)

cacingan. Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit

saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit yang ditularkan melalui

nyamuk. Oleh karena itu penting membuat lingkungan menjadi layak untuk

tumbuh kembang anak sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu atau pengasuh

anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi

lingkungan (Widaninggar,2003).Data di Puskesmas Ledo tahun 2012

menunjukkan bahwa terdapat 57,7% rumah yang berperilaku hidup bersih

(PHBS), 51,1% keluarga yang memiliki sumber air terlindungi, 57,7% rumah

bebas jentik, dan 78% keluarga yang memilik jamban sehat. Data tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga masih belum memenuhi syarat

kesehatan rumah tangga yang memungkinkan terjadinya penurunan status gizi

balita.

Praktek perawatan kesehatan anak yang baik dapat ditempuh dengan cara

memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasi,dan upaya ibu dalam

hal mencari pengobatan terhadap anak apabila sakit ibu membawa anak ke tempat

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, polindes (Zeitlin,

1990). Pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat dilaksanakan dengan

pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita melalui sarana

kesehatan yang baik meliputi posyandu, puskesmas, program kesehatan keluarga

danprogram lainnya. Data Puskesmas Ledo pada tahun 2015 menunjukkan bahwa

cakupan kunjungan balita usia 12-59 bulan (yang mendapatkan pelayanan

(24)

kurangnya kesadaran orang tua dalam membiasakan pemeriksaan kesehatan anak

balitanya di fasilitas pelayanan kesehatan.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atasdapat dikatakan bahwa

masalah gizi merupakan masalah kita bersama, khususnya bagi balita usia 12-59

bulan yang merupakan masa krisis pertumbuhan dan perkembangan anak.

Upaya perbaikan gizi anak dapat dilakukan dengan banyak cara, salah

satunya dengan pendekatan positive deviance. Sebelum dilakukan pendekatan,

perlu dilakukan penelitian tentang kebiasaan keluarga yang menguntungkan

sebagai inti program positive deviance yaitu pemberian makan, pengasuhan,

kebersihan, dan mendapatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

“Apakah ada hubungan antara perilaku positive deviance ibu dengan status

ekonomi rendah dengan status gizi anak usia 12–59 bulan di Desa Lomba Karya

Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang?”

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan

khusus, yaitu:

I.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahuihubungan antara

perilakupositive deviance ibudengan dengan status ekonomi rendahdengan status

gizi balita usia 12–59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

(25)

I.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran status gizi balita usia 12–59 bulan dari keluarga dengan

status ekonomirendahdi Desa Lomba KaryaKecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang.

2. Mengetahui hubungan antara kebiasaan pengasuhan dengan status gizi balita

usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang.

3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan pemberian makan dengan status gizi

balita usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang.

4. Mengetahui hubungan antara kebiasaan kebersihandengan status gizi balita

usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang.

5. Mengetahui hubungan antara kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan

dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan

Ledo Kabupaten Bengkayang.

6. Mengetahui gambaran perilaku positive devianceibuterhadap status gizi balita

usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang.

I.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

(26)

I.4.1. Bagi Pemerintah

Sebagai dasar penyusunan rencana dan pengembangan program

penanggulangan masalah gizi, dan sebagai bahan masukan dalam

menentukan alternatif penanggulangan masalah gizi.

I.4.2. Bagi Masyarakat

Untuk meyakinkan masyarakat maupun individu tentang potensi diri yang

dimiliki dalam rangka menanggulangi masalah gizi kurang, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat.

I.4.3. Bagi Peneliti

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam penanggulangan masalah

gizi kurang sekaligus dapat menunjang tugas dan tanggung jawab

(27)

I.5. Keaslian Penelitian

Tabel I.1. Keaslian Penelitian

No Peneliti (th) Judul Penelitian Metode

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Frisda Turnip (2007)

Pengaruh

Positive deviance Pada Ibu dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Balita usia 12-24 Bulan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 4,3), Adanya perbedaan antara Kebiasaan Pola Asuh terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 9,2), Adanya perbedaan antara Kebiasaan Kebersihan terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 5,9), Adanya perbedaan antara Kebiasaan Kebiasaan Pelayanan Kesehatan terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 11) 2 Pepi Hapitria

(2010)

Positive deviance Pada Status Gizi Balita Di anak balita mempunyai hubungan yang Terhadap Status Gizi Balita di Kelurahan Meteseh Kecamatan ibu tentang gizi balita

ada hubungan antara Praktik Pemberian makan balita dengan status gizi balita (p=0,001)

4 Ritayani Lubis (2008)

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2008

studi potong lintang (Cross– Sectional)

Perhatian / dukungan Ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan :Pemberian makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan makanan, Rangsangan Psikososial,

Perawatan kesehatan : praktek kebersihan / hygiene dan sanitasi lingkungan serta perawatan balita dalam keadaaan sakit

(28)

Originalitas penelitian ini bisa dilihat dari variabel penelitian, metodologi

penelitian, waktu dan tempat penelitian:

1. Variabel Penelitian; Penelitian memiliki kesamaan dengan penelitian

sebelumnya dilihat dari variabel yaitu kebiasaan pemberian makan, kebiasaan

pengasuhan, kebiasaan kebersihan, dan kebiasaan mendapatkan pelayanan

kesehatan.

2. Metodologi penelitian;metodologi penelitian memiliki kesamaan dengan

penelitian sebelumnya yaitu menggunakan desaincasecontrol study.

3. Waktu dan Tempat Penelitian; Penelitian berbeda dari segi waktu dan tempat.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ledo, Kecamatan Ledo,

Kabupaten Bengkayang pada bulan Agustus sampai dengan bulan Nopember

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Tinjauan Pustaka

II.1.1. Status Gizi

Menurut Hasdianah dkk (2014), status gizi adalah keadaan tubuh akibat

fungsi makanan dan penggunaan antara lain: gizi buruk, kurang, baik, dan

lebih.Status gizi juga dapat diartikan sebagai dari keadaan keseimbangan zat gizi

dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu. Ada tiga konsep yang harus dipahami tentang status gizi, ketiga

konsep tersebut yaitu:

a. Prosedur dari organisasi dalam menggunakan bahan makanan melalui proses

pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme, pembuangan

untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh, dan produksi

energi. Proses ini disebut gizi.

b. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi disatu

pihak dan pengeluaran organisme dipihak lain. Keadaan ini disebutnutriture.

c. Tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat melalui

variabel tertentu.

II.1.2. Penentuan Status Gizi

Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara

biokimia, dietetik, klinik dan antropometri (cara paling umum dan mudah

digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan). Indeks antopometri yang

(30)

(TB/U), beratbadan per tinggi badan (BB/TB), (Depkes RI, 2002) dapat dilihat

pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel II.1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun

Indikator Status Gizi Ambang Batas

Berat Badan Menurut Umur (BB/U) untuk menilai status gizi secara umum dan bersifat kronis, yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat untuk mengukur perubahan yang terjadi pada waktu lampau

Normal

Pendek (stunted)

≥2SD <-2SD

Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) untuk menilai keadaan gizi saat ini

≥- 2SD sampai +2SD <-2SD sampai ≥-3SD <-3SD

Sumber: Kepmenkes RI Nomor:920/Menkes/SK/VIII/2002

Tabel II.2 Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antopometri

Indeks Kebaikan Kekurangan

BB/U - Baik untuk status gizi akut/kronis

- Berat Badan dapat berfluktuasi

- Sangat sensitif terhadap perubahan kecil

- Umur sering sulit ditaksir dengan tepat

TB/U - Baik untuk menilai gizi masa lampau

- Ukuran panjang dapat dibuat sendiri - Murah dan mudah dibawa

- Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun

- Pengukuran relatif sulit

dilakukan karena anak harus berdiri

- Ketetapan umur sulit

BB/TB - Tidak memerlukan data umur Dapat membedakan proporsi badan

- Membutuhkan 2 macam alat ukur

- Pengukuran relatif lebih lama - Membutuhkan 2 orang untuk

melakukannya Sumber: Kepmenkes RI Nomor:920/Menkes/SK/VIII/2002

Penentuan status gizi di lapangan pada awalnya masih menggunakan

klasifikasi yang berbeda-beda sehingga data yang dihasilkan sulit untuk dianalisis

(31)

Pemantauan dan evaluasi serta sistem pencatatan dan pelaporan yang berkaitan

dengan status gizi sangat memerlukan standar nasional untuk klasifikasi status

gizi. Oleh karena itu sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi serta hasil temu

pakar gizi di Indonesia pada bulan Mei 2000 di Semarang disepakati bahwa

standar baku antropometri yang digunakan secara nasional di Indonesia

menggunakan standar baku World Health Organization-National Center for

Health Statistic(WHO-NCHS), dapat dilihat dari tabel 2.3.

Tabel II.3Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA) :

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS

(SD)*

Berat Badan Menurut

Umur (BB/U)

Gizi lebih > +2 SD

Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Gizi Buruk < -3 SD

Tinggi Badan Menurut

Umur (TB/U)

Normal ≥ 2 SD

Pendek (stunted) < -2 SD

Berat Badan Menurut

Tinggi Badan (BB/TB)

Gemuk > +2 SD

Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD

Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Kurus sekali < -3 SD

*SD = Standar Deviasi

Sumber : WHO

Cara penilaian status gizi :

a. Nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan

nilai rujukan WHO-NCHS.

b. Dengan menggunakan batas ambang (cut off point) untuk masing-masing

indeks, maka status gizi anak dapat ditentukan.

c. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak

(32)

Rujukan antopometri dibentuk berdasarkan sebaran normal nilai indikator

pada populasi sehat, tidak mempunyai masalah sosial ekonomi. Pertimbangan

dalam menetapkan batas ambang (cut off point) status gizi didasarkan pada asumsi

kesehatan

1. antara -2 SD sampai +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk

menderita masalah kesehatan.

2. antara -2 SD sampai +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk

menderita masalah kesehatan

3. antara -2 SD sampai -3 SD atau antara +2 SD sampai +3 SD memiliki resiko

cukup tinggi (“moderate”) untuk menderita masalah kesehatan

4. dibawah -3 SD atau diatas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita

masalah kesehatan

II.1.3. Permasalahan Gizi Balita

Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia

bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol

diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi

gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan

bahkan juga dari anak-anak Afrika (Anonim, 2006).

Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat

buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak

meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan

(33)

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian

anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di

Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011).

Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat

menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada

akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita hidup penderita gizi buruk

dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan ini

memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan

berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Selain itu, penyakit

rawan yang dapat diderita balita gizi buruk adalah diabetes (kencing manis) dan

penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian

pada umur yang sangat dini (Samsul, 2011).

II.1.4. Kemiskinan

Data BPS (2016) menunjukkan data bahwa, pada bulan Maret 2015 jumlah

penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah

Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen),

bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014

yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen).

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014

sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara

persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada

(34)

Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin di

daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada

September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah

perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September

2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015).

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar

dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,

pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap

Garis Kemiskinan pada Maret 2015 tercatat sebesar 73,23 persen, kondisi ini tidak

jauh berbeda dengan kondisi September 2014 yaitu sebesar 73,47 persen.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis

Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah

beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir,

tempe, tahu, dan kopi. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya

adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Pada periode September 2014–Maret 2015, baik Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami

kenaikan.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2004

menggunakan kriteria kesejahteraan keluarga untuk mengukur kemiskinan. Lima

pengelompokkan tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN adalah sebagai

(35)

1. Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara

minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan

kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I

Keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi

belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Indikator yang digunakan,

yaitu :

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut.

b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian.

d. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

e. Bila anak atau anggota keluarganya yang lain sakit dibawa ke sarana/ petugas

kesehatan.

3. Keluarga Sejahtera II

Keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula

memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi

kebutuhan pengembangannya. Indikator yang digunakan terdiri dari lima

indikator pada Keluarga Sejahtera I ditambah dengan sembilan indikator sebagai

berikut :

a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang

(36)

b. Sekurang-kurangnya sekali seminggu keluarga menyediakan daging atau ikan

atau telur sebagai lauk pauk.

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru

setahun terakhir.

d. Luas lantai rumah paling kurang 8,0 m2 untuk tiap penghuni rumah.

e. Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir berada dalam keadaan

sehat sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.

f. Paling kurang satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas

mempunyai penghasilan tetap.

g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan

latin.

h. Seluruh anak berusia 6-15 tahun saat ini (waktu pendataan) bersekolah.

i. Bila anak hidup dua orang atau lebih pada keluarga yang masih PUS, saat ini

mereka memakai kontrasepsi (kecuali bila sedang hamil).

4. Keluarga Sejahtera III

Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan kebutuhan

sosial psikologisnya serta sekaligus dapat memenuhi

kebutuhanpengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di

lingkungan desa atau wilayahnya. Mereka harus memenuhi persyaratan indikator

pada Keluarga Sejahtera I dan II serta memenuhi syarat indikator sebagai berikut :

a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

(37)

c. iasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini

dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar-anggota keluarga.

d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumahpaling kurang sekali dalam enam

bulan.

f. Memperoleh berita dengan membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio

atau menonton televisi.

g. Anggota keluarga mampu mempergunakan sarana transportasi.

5. Keluarga Sejahtera III Plus

Keluarga selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dan

kebutuhan sosial psikologisnya, dapat pula memenuhi kebutuhan

pengembangannya, serta sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam

kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat.

Keluarga-keluarga tersebut memenuhi syarat-syarat indikator pada Keluarga

Sejahtera I sampai III dan ditambah dua syarat berikut :

a. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi

kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.

b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan,

yayasan, atau institusi masyarakat lainnya.

II.1.5. Perilakupositive deviance

Penyimpangan positif (positive deviance) adalah sebuah proses yang

mengidentifikasi praktik-praktik yang dapat dijangkau, diterima dan berlangsung

(38)

terbatas. Istilah penyimpangan umumnya diartikan negatif terutama apabila

bertentangan dengan adat dan budaya (Depkes, 2005). Sternin J (2007)

menyatakan,positive deviance adalah suatu pendekatan pengembangan yang

berbasis masyarakat, berdasarkan kenyataan bahwa pemecahan masalah yang

dihadapi masyarakat pada prinsipnya dapat ditemukan didalam masyarakat itu

sendiri.

Pendekatanpositive deviance lebih menekankan kepada pendekatan sistem

yaitu mencari solusi masalah dari dalam sistem itu sendiri. Sistem akan lebih

toleran terhadap solusi yang ditemukan saat diterapkan pada skala yang lebih luas.

Singkatnya, pendekatanpositive deviance adalah pendekatan pemecahan masalah

yang menekankan pada pembelajaran (learning) dibanding pengajaran (teaching)

(Sternin J, 2007). Logika dari pendekatan ini adalah mencari alasan mengapa

sebagian individu-individu berhasil mengatasi suatu masalah yang sama yang

dihadapi oleh individu-individu lain dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat

disebarkan keanggota masyarakat lainnya.

Positive deviancedipakai untuk menjelaskan suatu keadaan penyimpangan

positif yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan

anak-anak tertentu dengan anak-anak-anak-anak lain di dalam lingkungan masyarakat atau

keluarga yang sama. Secara khusus positive deviance dapat dipakai untuk

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serta status gizi yang

baik dari anak-anak yang hidup di dalam keluarga dengan ekonomi kurang

mampu di lingkungan dimana sebagian besar anak lainnya menderita gangguan

(39)

Positive deviancedidasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk

mengatasi masalah gizi sudah ada dalam masyarakat, hanya perlu diamati untuk

dapat diketahui bentuk penyimpangan positif yang ada dari perilaku tersebut.

Upaya yang dilakukan dapat dengan memanfaatkan kearifan lokal yang berbasis

pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki kebiasaan dan perilaku khusus

atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara-cara yang

lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibandingkan tetangga mereka yang

memiliki kondisi ekonomi yang sama tetapi memiliki perilaku yang termasuk

penyimpangan positif. Studi positive deviance mempelajari mengapa dari sekian

banyak balita dan bayi di suatu komunitas kurang mampu hanya sebagian kecil

yang mengalami gizi buruk.

Kebiasaan-kebiasaan rumah tangga yang menguntungkan pada inti positive

devianceterbagi menjadi empat kategori utama (CORE, 2003), yaitu:

a. Pengasuhan; interaksi positif antara seorang anak dan pengasuh primer dan

sekunder membantu terjadinya perkembangan emosi dan psikologi.

b. Pemberian makan; kebiasaan-kebiasaan baik, termasuk memberi makan

anak-anak kecil dengan variasi makanan dalam porsi kecil setiap hari, pemberian

makan secara aktif, pemberian makan selama masa sakit dan masa

penyembuhan, dan penanganan anak yang memiliki nafsu makan rendah.

c. Kebersihan; kebiasaan kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan berperan

penting dalam pemeliharaan kesehatan anak serta mencegah terjadinya

(40)

d. Pelayanan kesehatan; selain memberikan imunisasi lengkap, pengobatan

penyakit pada masa kanak-kanak dan pencarian profesional pada waktu yang

tepat dapat memainkan peran penting dalam membantu memelihara kesehatan

anak.

II.2. Kerangka Teori

Gambar II.1

Kerangka Teori Faktor-Faktor Penyebab Kekurangan Gizi

Dampak

Penyebab Langsung

Penyebab tidak langsung

Kurangnya Pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan

Pokok masalah Di masyarakat

Pengangguran, Inflasi, Kurang Pangan, dan Kemiskinan

Akar masalah (Nasional)

(Sumber: Unicef , 1998 dengan dimodifikasi oleh penulis)

Gizi Kurang

Makanan Tidak Seimbang Penyakit Infeksi

Kurangnya Ketersediaan

Pangan

Pola Asuh Anak, Kebersihan, pemberian makan

Tidak Memadai

Kebiasaan mendapatkan Yankes Dasar

Kurangnya Pemberdayaan Wanita, Kurangnya Pemanfaatan

Sumber Daya Manusia

(41)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

III.1 Kerangka Konsep

Untuk dapat melihat dan mengetahui kerangka konsep dapat digambarkan

pada gambar 3.1. di bawah ini:

Gambar III.1 Kerangka konsep

POSITIVE DEVIANCE

1. Kebiasaan Pengasuhan 2. Kebiasaan Pemberian Makan 3. Kebiasaan Kebersihan

4. Kebiasaan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Variabel Independent Variabel Dependent

III.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang bersikap berubah-ubah dan tidak tetap. Bisa juga

didefinisikan sebagai nilai yang memiliki banyak varian, intinya bernilai banyak

(Riwidikdo, 2009). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, dan

variabel terikat.Variabel bebas yang digunakan adalah kebiasaan

pemberianmakan, kebiasaan pengasuhan, kebiasaan kebersihan, dan kebiasaan

pelayanan kesehatan.Sedangkan variabel terikatnya adalah status gizi balita usia

12-59 bulan.

III.3 Definisi Operasional

Definisi Opersional adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria

atau operasi yang dapat diuji secara khusus (Cooper dan Emory, 1996). STATUS GIZI

(42)

Tabel III.1 Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Bebas bulan terhadap pola pengasuhannya

Wawancara Dari 6 pertanyaan tentang kebiasaan pengasuhan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 6 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah skor terendah adalah 1 x 6 =6 (6/18 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 6 =18 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert). bulan terhadap pola makannya

Wawancara Dari 14 pertanyaan tentang kebiasaan pemberian makan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 14 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah skor terendah adalah 1 x 14 =14 (14/42 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 14 =42 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert). bulan dalam menjaga kebersihannya

Wawancara Dari 9 pertanyaan tentang kebiasaan pengasuhan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 9 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah

(43)

skor terendah adalah 1 x 9 =9 (9/27 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 9 =27 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert).

Wawancara Dari 6 pertanyaan tentang kebiasaan pengasuhan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 6 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah skor terendah adalah 1 x 6 =6 (6/18 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 6 =18 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert).

Ordinal

Variabel terikat

1 Status Gizi Anak Keadaan gizi balita usia 12-59 bulan yang digunakan menggunakan baku berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) gemuk jika hasil nutri survey menunjukkan nilai Z score>+2SD, gizi normal jika hasil nutri survey menunjukkan nilai Z score≥ -2 SD sampai +2 SD, kurus jika nutri survey menunjukkan Z score< -2 SD sampai ≥ -3 SD, dan sangat kurus jika nutri survey menunjukkan Z score< -3 SD

(44)

III.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara kebiasaan pengasuhan terhadap status gizi balita usia

12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.

2. Ada hubungan antara kebiasaan pemberian makan terhadap status gizi balita

usia 12- 59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang.

3. Ada hubungan antara kebiasaan kebiasaan kebersihan terhadap status gizi

balita usia 12- 59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang.

4. Ada hubungan antara kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan status gizi

balita usia 12- 59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

(45)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangancase control study.

Rancangan ini dipilih karena baik buruknya status gizi seseorang memerlukan

waktu yang relatif lama. Disamping itu di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo

Kabupaten terdapat keluarga dengan status ekonomi rendah memiliki balita usia

12-59 bulan dengan status gizi baik dan status gizi kurang baik, oleh sebab itu

rancangan penelitian ini sesuai untuk mengungkapkan faktor paparan terutama

mengenaipositive devianceibu yang berkaitan dengan status gizi anak usia 12-59

bulan (Turnip, 2008).

IV.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten

Bengkayang. Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan yang dimulai dari bulan

Agustus-Nopember 2016.

IV.3 Populasi Dan Sampel

IV.3.1 Populasi

Dalam rangka menentukan populasi, peneliti melakukan skrining untuk

mandapatkan jumlah keseluruhan responden dengan status ekonomi rendah yang

memiliki balita umur 12-59 bulan. Hasil skrining menunjukan data bahwa di

(46)

IV.3.2 Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tekniktotal

sampling,yaitu teknik pengambilan sampel secara keseluruhandari populasi tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu dikarenakan populasi dianggap

homogen.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 36orang ibu yang

memiliki balita usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo

Kabupaten Bengkayang.

IV.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

IV.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada ibu

dengan status ekonomi rendah yang mempunyai balita usia 12-59 bulan, meliputi :

a. Status gizi anak diperoleh dari hasil penimbangan dan pengukuran.

b. Penimbangan anak dilakukan dengan dacin, sedangkan pengukuran tinggi

badan anak menggunakanmicrotoise.

c. Karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak).

d. Identitas anak (nama, jenis kelamin, dan umur).

e. Gambaran perilaku positive deviance diperoleh dari wawancara langsung

dengan responden menggunakan kuesioner.

IV.4.2 Data Sekunder

Meliputi data gambaran umum Puskesmas, data status gizibalita usia 12-59

(47)

IV.5 Teknik Pengolahan Dan Penyampaian Data

IV.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau

angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau

rumus-rumustertentu (Hasan, 2002). Pengolahan data tersebut meliputi kegiatan

sebagai berikut:

1. Editing

Editingadalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan,

karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak

logis dan meragukan. Tujuaneditingadalah untuk menghilangkan

kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Pada

kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau

diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang atau pun dengan interpolasi

(penyisipan). Hal-hal yang perlu diedit pada data masuk adalah sebagai

berikut.

a. Dipenuhi tidaknya instruksi sampling

b. Dapat dibaca atau tidaknya data yang masuk

c. Kelengkapan pengisian

d. Keserasian(consistency)

(48)

2. Coding

Codingadalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

bentuk angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk, atau

identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberikan

kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini

dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan khususnya

dalam tabulasi silang.

IV.5.2 Penyampaian Data

Data yang sudah diolah agar mudah dibaca dan dipahami oleh orang lain

perlu ditampilkan ke dalam bentuk-bentuk tertentu, yang disebut dengan

penyajian data. Penyajian data itu memiliki keggunaan, antara lain:

1. Untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan.

2. Untuk mengadakan perbandingan pada suatu waktu.

Bentuk-bentuk penyajian data dapat dilakukan melalui:

1. Table data

Tabel data yaitu tabel yang menyajikan data dalam bentuk kumpulan

angka-angka yang disusun menurut kategori-kategori tertentu dalam suatu daftar.

Berdasarkan pengaturan datanya, tabel dapat dibedakan atas beberapa jenis,

(49)

2. Grafik data

Grafik data disebut juga diagram data adalah penyajiian data dalam bentuk

gambar-gambar. Grafik data dibedakan atas beberapa jenis, yaitu, pictogram,

grafik batang atau balok, grafik garis, grafik lingkaran, histogram dan poligon

frekuensi.

3. Narasi

Penyajian data secara narasi atau disebut juga penyajian data secara teks adalah

penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat.

IV.6 Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan komputer yang

menganalisis data secara univariat dan bivariat.

IV.6.1 Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari

masing-masing variabel bebas, yaitu faktorpositive deviancedengan variabel terikat yaitu

status gizi balita usia 12-59 bulan. Data yang ditampilkan adalah sebagai berikut:

1. Proporsi status gizi balita usia 12-59 bulan kategori gemuk, normal, kurus, dan

kurus sekali di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.

2. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan

pengasuhan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa Lomba Karya

Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.

3. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan

pemberian makan dengan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa

(50)

4. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan

kebersihan dengan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa Lomba

Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.

5. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan

pelayanan kesehatan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa Lomba

Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.

IV.6.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat, yang dilakukan secara statistik dengan ukuran asosiasi.

Dalam hal ini hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent,

maka digunakan uji chi-square pada data kategorik dan uji regresi logistik pada

variabel kebiasaan pemberian makan, kebiasaan pengasuhan, kebiasaan

kebersihan, dan kebiasaan pelayanan kesehatan serta perilaku positive deviance

dengan status gizi balita usia 12-59 bulan, dengan α = 0,05 dan CI = 95%.

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat yang dilakukan secara statistik dengan ukuran asosiasi.

Dalam hal ini hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent,

maka digunakan uji chi-square pada data kategorik dan uji regresi logistik pada

variabel kebiasaan pengasuhan, kebiasaan pemberian makan, kebiasaan

kebersihan, dan kebiasaan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak usia

12-59bulan, dengana= 0,05 dan CI = 95% dengan rumuschi square:

(51)

Ukuran kekuatan asosiasi yang digunakan adalah Odd Ratio (OR), yaitu,

proporsi responden dalam suatu populasi yang memiliki balita usia 12-59 bulan

dengan gizi kurang baik atau atribut pada titik tertentu dalam waktu atau selama

periode waktu tertentu. Prevalensi berbeda dari insiden prevalensi yang

mencakupsemua kasus, baik baru dan yang sudah ada sebelumnya, dalam

populasi diditentukan waktu, sedangkan insiden terbatas hanya pada kasus baru

(U.S. DepartmentOf Healtand Human Services, 2012). Ukuran ini digunakan

karena variabel yang diamati (status gizi balita umur 12-59 bulan) merupakan

kasus prevalen.

Perhitungan prevalen dengan menggunakan tabel 2 X 2 :

Faktor Resiko D + D - Total

Gizi Baik A B a + b

Gizi Kurang Baik C D c + d

Total a + c b + d a + b + c + d

Prevalen pada kelompok terpapar : a / (a + c)

Prevalen pada kelompok tidak terpapar : c (c + d)

PerhitunganOdd Ratio(OR) : Kelompok Status Gizi Baik

____________________________ Kelompok Status Gizi Kurang Baik

- OR > 1 menunjukkan bahwa Positive deviance berhubungan dengan

penurunan status gizi balita umur 12-59 bulan

- OR = 1 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antaraPositive deviance

dengan status gizi balita umur 12-59 bulan

- OR < 1 menunjukkan bahwa Positive deviance berhubungan dengan

(52)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil

V.1.1 Gambaran Umum

a. Keadaan Geografi dan Demografi

Luas wilayah Kecamatan Ledo adalah sebesar 481,75 km2 atau sekitar 8,93

persendari seluruh luas Kabupaten Bengkayang. Sejak tahun 2004,

Kecamatan Ledo terbagi dalam 12 desa.Luas wilayah desa yang paling besar di

Kecamatan Ledo adalah Desa Seles denganluas wilayah sebesar 84,78 km2 atau

sekitar 17,60 persen dari total luas Kecamatan Ledo, sedangkan luas desa yang

paling kecil adalah Desa Tebuah Marong dengan luas wilayahhanya 6,45 km2

atau sekitar 1,34 persen dari seluruh luas wilayah Kecamatan Ledo. Dilihat dari

jarak antara ibukota kecamatan denganibukota desa, letak desa yangpaling jauh

dari ibukota adalah Desa Sidai dan yang paling dekat adalah Desa Lesabela

(Kecamatan Ledo Dalam Angka (BPS), 2016).

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kecamatan Ledo

padaakhir tahun 2015 adalah sebanyak 11.011 jiwa. Jika dirinci menurut jenis

kelamin,jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 5.577 jiwa dan jumlah

penduduk perempuanadalah sebanyak 5.434 jiwa. Kepadatan penduduk yang ada

di Kecamatan Ledo adalahsebanyak 23 jiwa per kilometer persegi.

Dilihat menurut kepadatan penduduk desa, yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk paling tinggiadalah Desa Suka Damai dengan kepadatan penduduk

(53)

kepadatannya penduduknya adalahDesa Seles dengan tingkat kepadatan penduduk

sebesar 7 jiwa per kilometer persegi.

Dilihat dari rasio jenis kelamin, secara umum di Kecamatan Ledo, setiap

100 pendudukperempuan terdapat 103 penduduk laki-laki. Dari rasio jenis

kelamin tersebut, dapatdisimpulkan bahwa di Kecamatan Ledo pada tahun 2015

penduduk laki-laki lebihbanyak dibandingkan dengan penduduk perempuan

(Kecamatan Ledo Dalam Angka (BPS), 2016).

Tabel. V.1

Data Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Ledo Tahun 2015

No Desa Dusun RT KK

Jumlah Penduduk

Luas Wilayah (KM)

1 Lesabela 3 8 710 3.261 66,28 2 Semangat 3 8 361 1.197 35,68 3 Serangkat 2 6 195 762 45,81

4 Rodaya 2 3 189 767 46,79

5 Dayung 2 4 235 960 29,78

6 Jesape 1 4 176 638 45,09

7 Lomba Karya 4 7 338 1.262 59,7

8 Seles 3 4 135 795 84,78

9 Sidai 2 4 93 426 42,91

10 Tebuah Marong 2 4 168 646 6,45 11 Suka Jaya 4 9 282 1.138 7,7 12 Suka Damai 4 11 420 1.648 10,78 J u m l a h 32 72 3.302 13.905 481,75

Sumber Data : BPS, 2016

b. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Ledo masih belum cukup

memadai.Pada tahun 2015, jumlah puskesmas yang ada sebanyak 1 unit,

puskesmas pembantusebanyak 7 unit, Puskesmas Keliling darat sebanyak 3 unit,

(54)

poskesdes sebanyak 15 unit. Tidakada Dokter Umum maupun Dokter Gigi yang

berpraktek di Kecamatan Ledo, tenaga Perawat sebanyak 14 orang, Bidan

sebanyak 13 orang, ahli gizi sebanyak 2orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat

sebanyak 1 orang, Sanitirian sebanyak 1 orang, Analis Kesehatan sebanyak 1

orang, perawat gigi sebanyak 1 orang, farmasi sebanyak 1orang, dan dukun bayi

sebanyak 28 orang.

c. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Desa Lomba Karya. Akses menuju lokasi

penelitian dilakukan melalui jalur sungai menggunakan motor air selama kurang

lebih 4 jam dari Ledo. Desa Lomba Karya memiliki luas wilayah 59,7 KM2

danmemiliki 4 dusun, yaitu Dusun Bentarat, Dusun Pagoh, Dusun Tuhu, dan

Dusun Mensari serta memiliki 7 Rukun Tetangga (RT). Jumlah keluarga di Desa

Loma Karya adalah sebanyak 338 keluarga serta jumlah penduduk sebanyak

1.140 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 580 orang dan perempuan

sebanyak560 orang (Profil Puskesmas Ledo, 2015).

V.1.2 Gambaran Proses Penelitian

Penelitian dimulai dengan perumusan masalah berdasarkan data-data

sekunder dan data-data primer yang telah dikumpulkan. Setelah didapatkan

permasalahan langkah selanjutnya adalah menentukan rancangan penelitian.

Setalah rancangan penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah dengan

melakukan pengumpulan data dengan cara mendatangi sampel-sampel yang akan

(55)

Pengumpulan sampel penelitian dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

program BOK Puskesmas, yaitu pada saat pelaksanaan program posyandu dan

srceeningrumah tangga / penjaringan di Desa Lomba Karya.

Responden yang dipilih adalah ibu dari keluarga yang memiliki balita

berusia 12-59 bulan. Responden yang mempunyai dua atau lebih balita dalam satu

keluarga dilakukan sebagai satu objek penelitian dengan memilih salah satu balita

yang akan diukur datanya sebagai sampel.

Pengambilan data responden dan data-data terkait variabel penelitian

dilakukan dengan wawancara langsung sedangkan pengukuran data balita

dilakukan dengan menanyakan kepada responden tentang umur balita.Pengukuran

berat badan dilakukan dengan dacin, sedangkan tinggi badan balita menggunakan

microtoise.

Pengumpulan sampel dibantu oleh dua orang enumerator yang terlebih

dahulu dibekali pengetahuan oleh peniliti dengan tentang tata cara pengumpulan

data sampel yang akan dilakukan. Enumerator penelitian ini adalah petugas

Puskesmas Pembantu Bentarat dan Puskesmas Pembantu Pagoh di Desa Lomba

Karya.

Jumlah yang akan diambil datanya adalah sejumlah 36 responden yang

termasuk dalam klasifikasi keluarga dengan status ekonomi rendah (Pra Sejahtera)

Data hasil pengumpulan sampel diolah peneliti untuk disajikan dan

Gambar

Tabel I.1. Keaslian Penelitian
Tabel II.1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun
Tabel II.3Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA) :
Gambar II.1Kerangka Teori Faktor-Faktor Penyebab Kekurangan Gizi
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengembangan pada Kampung Pesindon. Pada tahun 2011, Kampung Pesindon ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata batik di Kota Pekalongan yang mengalami perubahan

Dyer dan McHugh (1975), Givoly dan Palmon (1982), dan Owusu-Ansah (2000) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya ( asset ) yang besar memiliki lebih banyak

12.4 Prove that if in a bipartite graph every node has the same degree d = 0, then the bipartite graph is “good” (and hence contains a perfect matching; this proves theorem

Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata perputaran total asset atau aktiva yang dimiliki oleh hotel bintang empat selama periode tahun 2010 – 2013 dalam

Sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan sikap remaja putri hal ini harus didukung dengan sikap yang baik pada seseorang berdasarkan tabel 4.1 remaja putri

PHILLIP FUTURES PTE LTD 5 To the extent permitted by law, Phillip Futures, or persons associated with or connected to Phillip Futures, including but not limited

Perlindungan hukum terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dalam proses persidangan di pengadilandilakukan dalam bentuk: (1) selama proses persidangan, anak

UNIVERSITAS