GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA
KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh:
HENGKY IRAWAN
NIM: 091510015
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PONTIANAK
2017
GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA
KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh:
HENGKY IRAWAN
NIM: 091510015
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PONTIANAK
2017
GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA
KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh:
HENGKY IRAWAN
NIM: 091510015
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
i
DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN
DI DESA LOMBA KARYA KECAMATAN LEDO
KABUPATEN BENGKAYANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Menjadi
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
HENGKY IRAWAN
NIM: 1091510015
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
v Tempat, Tanggal Lahir : Serukam, 6 Juni 1980
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen Protestan
Nama Orang Tua :
Bapak : Albert Bakus
Ibu : Djunaidah
Alamat : Dusun Anggrek, Desa Pasti Jaya,
Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
JENJANG PENDIDIKAN
- TK : TK Bethesda Serukam (1985-1986)
- SD : SDN No.11 Serukam (1986-1992)
- SMP : SMPN 1 Bengkayang (1992-1993),
SMPN 1 Samalantan (1993-1995)
- SMF : Sekolah Menengah Farmasi BPK Penabur
Jakarta (1995-1998)
PENGALAMAN KERJA
a. Pegawai Swasta pada Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam (1998-2003)
vi FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SKRIPSI, 21 Februari 2017 HENGKY IRAWAN
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU POSITIVE DEVIANCE IBU DENGAN STATUS EKONOMI RENDAH DENGAN STATUS GIZI BALITA UMUR 12-59 BULAN DI DESA LOMBA KARYA KECAMATAN LEDO KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2016
xiv + 61 halaman + 23 tabel + 18 gambar + 7 lampiran
Latar belakang, di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang terdapat 131 keluarga miskin dengan proporsi balita umur 12-59 bulan dengan gizi normal sebanyak 94,20%. Data tersebut menunjukan bahwa keluarga dengan ekonomi rendah tidak selalu mempunyai anak balita dengan status gizi balita kurang baik. Tujuan penelitian, untuk mengetahui hubungan antara positive deviance pada ibu dengan ekonomi rendah terhadap status gizi balita umur 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.
Metode penelitian, menggunakan case control study. Sampel sebanyak 36 orang, dengan kasus sebanyak 24 orang dan kontrol sebanyak 12 orang. Pengukuran balita menggunakanmicrotoisedan timbangan balita.
Hasil, tidak ada hubungan antara kebiasaan pengasuhan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p> 0,05) dan OR 3,4 (0,8 – 14,4), ada hubungan antara kebiasaan pemberian makan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p < 0,05) dan OR 18,3 (2,0 - 166,7), tidak ada hubungan antara kebiasaan kebersihan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p > 0,05) dan OR 1,4 (0,35 – 5,64), tidak ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan status gizi balita usia 12-59 bulan (p > 0,05) dan OR 3,7 (0,52 – 25,78).
Kesimpulan, tidak ada hubungan, kebiasaan kebersihan, dan kebiasaan pelayanan kesehatan, tetapi ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan pemberian makan dengan status gizi balita umur 12-59 bulan.
Rekomendasi, membentuk pos gizi bagi masyarakat, para ibu menyebarluaskan kebiasaan-kebiasaan yang bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki balita dengan status gizi kurang baik di sekitarnya.
Kata Kunci : Positive deviance, balita umur 12-59 bulan, status ekonomi rendah, kebiasaan pemberian makan
vii
FACULTY OF HEALTH SCIENCES SCIENTIFIC PAPER, 21 Februari 2017 HENGKY IRAWAN
THE CORRELATION BETWEEN POSITVE DEVIANCE BEHAVIOR MOTHER IN LOW ECONOMIC STATUS MOTHER WITH THE NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN AGED 12-59 MONTHS IN LOMBA KARYA VILLAGE LEDO DISTRICT BENGKAYANG COUNTRY DISTRICT 2016
xiv + 61 pages + 23 tables + 18 images + 7 attachment
Background, in the village of Lomba Karya Ledo District Bengkayang Country District there are 131 poor families with the proportion of children aged 12-59 months with normal nutrition as much as 94.20%. The data shows that families with low income do not always have young children with poor nutritional status. The purpose of this study is to determine the correlation between positive deviance behavior mother in low economic status mother with the nutritional status of children aged 12-59 months in Lomba Karya Village Ledo District Bengkayang Country District.
Method, this study used case control study. A sample of 36 people with low economic status who have chilrdren aged 12-59 months. Measurement toddler using microtoise and weight toddler tools.
Result, there is no correlation between parenting habit with the nutrional status of children aged 12-59 months(p> 0,05)and OR 3,4 (0,8 – 14,4), there is a correlation between feeding habit with the nutritional status of children aged 12-59 months (p < 0,05) and OR 18,3 (2,0 - 166,7), there is no correlation between hygiene habit with the nutritional status of children aged 12-59 months (p > 0,05) dan OR 1,4 (0,35 – 5,64), there is no correlation between the health services habit with the nutritional status of children aged 12-59 months (p> 0,05) dan OR 3,7 (0,52 – 25,78).
In conclusion, there is no correlation between parenting habit, hygiene habit, and health services habit, but there is a significant relationship between feeding habit with the nutritional status of children aged 12-59 months.
Recommendation, build nutrition for the community, the mother in the village of Lomba Karya disseminate habits helpul to families who have children with poor nutritional status in vicinity.
Keywords : Positive deviance, children aged 12-59 months, low economic
status, feeding habit
viii Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesai penyusunan skripsi yang berjudul“Hubungan Antara Perilaku Positive Deviance Ibu Dengan Status Ekonomi Rendah Dengan Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Di Desa Lomba
Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang Tahun 2016”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, arahan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Marlenywati, S.Si, M.KMselaku pembimbing utama dan Dedy Alamsyah, SKM, M.Kes (Epid)selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta dengan penuh kesabaran memberikan pengarahan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Pontianak, Bapak Helman Fachri, SE, MM atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Sarjana di Universitas Muhammadiyah Pontianak. 2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak, Ibu
Indah Budiastutik, SKM, M.Kes atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Pontianak.. 3. Ketua Program Studi Gizi Kesehatan Masyarakat, Ibu Marlenywati, S.Si,
M.KM yang telah memberikan ide, dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Program Sarjana dengan baik.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang, Drs. Stefanus Salikin, M.Si yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses perijinan.
5. Kepala Puskesmas Ledo Tadius, SKM yang telah memberikan ijin, dan bahan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
ix 8. Para staf Puskesmas Ledo sebagai enumerator, yang telah membantu dalam
pengambilan data penelitian.
9. Orang tua yang terhormat, Ayahnda dan Ibunda, serta isteri dan anak-anak tercinta yang senantiasa bergelut dengan doa-doa tulusnya untuk keberhasilan dan kebahagiaan ananda.
10. Rekan-rekan satu angkatan di Prodi Kesmas, yang telah banyak mengisi waktu bersama dengan penuh keakraban selama menjalani proses belajar di program studi ini, serta telah banyak membantu penulis selama masa pendidikan.
Juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga amal kebaikannya mendapat imbalan yang terhingga dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap dapat memperoleh saran, masukan dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan khususnya pada Program Gizi Kesehatan Masyarakat.
Pontianak, 21Februari 2017
x
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv
BIODATA ... v
ABSTRAK ... Vi KATA PENGANTAR ... Vii DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR ISTILAH ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Rumusan Masalah ... 7
I.3 Tujuan Penelitian ... 7
I.4 Manfaat Penelitian ... 8
I.5 Keaslian Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
II.1 Teori Tinjauan Pustaka ... 12
II.2 Kerangka Teori ... 23
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 24
III.1 Kerangka Konsep ... 24
III.2 Variabel Penelitian ... 24
III.3 Definisi Operasional ... 24
III.4 Hipotesis ... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 28
IV.1 Desain Penelitian ... 28
IV.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
IV.3 Populasi dan Sampel ... 28
1V.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 29
1V.5 Teknik Pengolahan dan Penyampaian Data ... 30
IV.6 Teknik Analisa Data ... 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
V.1 Hasil ... 35
V.1.1 Gambaran Umum Lokasi ... 35
V.1.2 Gambaran Proses Penelitian ... 37
V.1.3 Karakteristik Responden ... 40
V.1.4 Analisis Univariat ... 42
V.1.5 Analisis Bivariat ... 48
V.2 Pembahasan ... 54
xii II.1 Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun
(Kepmenkes RI) ... 13
II.2 Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antopometri ... 12
II.3 Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (WHO) ... 14
II.1 Variabel dan Definisi Operasional ... 25
V.1 Data Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Ledo Tahun 2015 ... 36
V.2 Gambaran Karakteristik Pekerjaan ibu ... 40
V.3 Gambaran Karakteristik Umur Ibu ... 40
V.4 Gambaran Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu ... 41
V.5 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Per Umur (BB/U) ... 42
V.6 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Tinggi Badan Per Umur (TB/U) ... 43
V.7 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 44
V.8 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Berdasarkan Penggolongan (BB/TB) ... 45 V.9 Gambaran Kebiasaan Pengasuhan Pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 45
V.10 Gambaran Kebiasaan Pemberian makanpada Balita Usia 12-59 Bulan ... 46
V.11 Gambaran Kebiasaan Kebersihan Berdasarkan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 47
V.12 Gambaran Kebiasaan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 48
V.13 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pengasuhan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 48
V.14 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pemberian Makan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 50
V.15 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Kebersihan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 51
xiii
II.1 Kerangka Teori Faktor-Faktor Penyebab Kekurangan Gizi ... 23
III.1 Kerangka Konsep ... 24
V.1 Alur Penelitian ... 39
V.3 Gambaran Karakteristik Umur Ibu ... 40
V.4 Gambaran Karakteristik Tingkat Pendidikan Ibu ... 41
V.5 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Per Umur (BB/U) ... 42
V.6 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Tinggi Badan Per Umur (TB/U) ... 43
V.7 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Bulan Berdasarkan Berat Badan Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) ... 44
V.8 Gambaran Status Gizi Balita Umur 12-59 Berdasarkan Penggolongan (BB/TB) ... 45 V.9 Gambaran Kebiasaan Pengasuhan Pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 46
V.10 Gambaran Kebiasaan Pemberian makanpada Balita Usia 12-59 Bulan ... 46
V.11 Gambaran Kebiasaan Kebersihan Berdasarkan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 47
V.12 Gambaran Kebiasaan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Balita Usia 12-59 Bulan ... 48
V.13 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pengasuhan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 49
V.14 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Pemberian Makan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 50
V.15 Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Kebersihan Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59 Bulan ... 51
xiv Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden (informed consent) Lampiran 2 : Instrumen Penelitian (Kuesioner)
Lampiran 3 : Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 4 : Surat Penelitian
xv
Positive Deviance Suatu pendekatan pengembangan yang berbasis
masyarakat, berdasarkan kenyataan bahwa pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat pada prinsipnya dapat ditemukan didalam masyarakat itu sendiri
Nutriture Masalah keseimbangan, tidak terlalu banyak atau
(gizi baik) terlalu sedikit yang menentukan status gizi
Antopometri Studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia
cut off point Ambang batas
xvi
PD Positive Deviance
IPM Indeks pembangunan Manusia
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
Depkes Departemen Kesehatan
PSG Pemantauan Status Gizi
BOK Bantuan Operasional Kesehatan
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu Puskesmas Pembantu
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
BPS Badan Pusat Statistik
CORE Child Survival Collaboration And Resource Group
DO Defenisi Operasional
BB/TB Berat Badan Per Tinggi Badan
TB/U Tinggi Badan Per Umur
BB/U Berat Badan Per Umur
WHO World Health Organization
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Usia 12-59 bulan
merupakan masa yang penting sekaligus masa yang kritis dalam proses tumbuh
kembang balita, baik fisik maupun kecerdasan, oleh karena itu setiap balita pada
masa ini harus memperoleh perawatan kesehatan dan asupan gizi sesuai dengan
kebutuhannya (Lubaid dkk, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua yaitu faktor tidak
langsung dan faktor langsung. Faktor tidak langsung antara lain adalah
kemiskinan, pendidikan, dan pengetahuan yang mempengaruhi ketersediaan
pangan dan pelayanan kesehatan. Faktor langsung antara lain asupan makanan dan
penyakit infeksi. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi status gizi
seseorang (Turnip dkk, 2008).
Penyediaan makanan yang memenuhi syarat di tingkat keluarga
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku terutama ibu tentang gizi dan
kesehatan. Pengetahuan ibu yang baik tentang gizi dan kesehatan diharapkan
dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menyediakan
danmendistribusikan makanan dalam keluarganya yang dapat mempengaruhi
konsumsi makan sehari-harinya dan dampak lebih lanjutnya adalah pada status
Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara keberlanjutan. Upaya peningkatan
kualitas SDM dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai
mencapai dewasa. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar
anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan secara baik dan benar
dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Berdasarkan angka
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Provinsi Kalimantan Barat tahun
2014 sebesar 64,89 dan dengan perhitungan dengan metode baru (terbalik)
kondisi IPM Kabupaten Bengkayang menduduki peringkat ke 11 dari
14kabupaten/kotadi Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 64,40 (BPS
Kalimantan Barat, 2015).
Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia
termasuk negara yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan
dengan tingginya prevalensistunting,prevalensiwasting,dan masalah gizi
lebih.Datatersebut juga menempatkan Indonesia diantara 31 negara yang tidak
akan mencapai target global untuk menurunkan angka kurang gizi di tahun 2025.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan terdapat
37% anak balita menderita stunting, 12% menderitawasting(terlalu kurus untuk
tinggi badan mereka) dan 12% mengalami kelebihan berat badan, serta prevalensi
gizi kurang pada balita fluktuatif dari 18,4% pada 2007, menurun menjadi 17,9%
Upaya untuk menurunkan angka kurang gizi di Indonesia sejak tahun 2007
belum menunjukkan hasil yang berarti, ini berarti jumlah anak penderita kurang
gizi terus meningkat seiring dengan bertumbuhnya jumlah penduduk.
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) di Kalimantan Barat
menunjukkan Prevalensi Gizi Buruk tahun 2011 sebesar 3,29%, sedangkanpada
tahun 2012 menjadi 3,8%. Jumlah kematian balita gizi buruk pada tahun 2010–
2012 mengalami penurunan dari 10 kematian balita gizi buruk menjadi 7
kematian balita gizi buruk (Dinkes Provinsi Kalbar, 2013).
Untuk menanggulangi masalah gizi di Provinsi Kalimantan Barat, upaya
yangdilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat saat ini meliputi
upayajangkapendek, yaitu dengan melakukan pelacakan kasus gizi buruk di
kabupaten dan kota. Jikaditemukan kasus gizi buruk segera dirujuk kerumah sakit
umum kelas III denganbiaya gratis bagi masyarakat miskin. Selain itu juga
dilakukan dengan peningkatankualitas sumber daya manusia serta pelatihan bagi
petugas.Untuk jangka menengah dilakukan revitalisasi pos pelayanan
terpadu(Posyandu) dengan meningkatkan kembali tim pangan dan gizi serta
mengintensifkanperan Puskesmas dalam upaya preventif dan promotif melalui
Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Sedangkan program
jangkapanjang yakni dengan memberdayakan keluarga dalam
penanggulangankemiskinan.
Gizi kurang merupakan masalah kompleks danpenanganannyamemerlukan
peningkatan untuk menjaga atau mempertahankan anak sehatuntuk tetap sehat.
Solusi pencegahan yangtepat yaitu dengan memberdayakan keluarga.
Upaya alternatif yang dapat dilakukan adalah penerapanpendekatan
positive deviance (PD) yang sudah terbukti menurunkan gizi buruk di Vietnam,
Myanmar, Bolivia dan negara lainnya (Buletin FKM UI, 2016).Positive deviance
(PD) dipakai untuk menjelaskan suatu keadaanpenyimpangan positif berkaitan
dengan kesehatan, pertumbuhan danperkembangan anak-anak tertentudi dalam
lingkungan masyarakat atau keluarga.Praktik yang dimaksud dapat berupa
perilakupemberian makan, pengasuhan, kebersihan, danpelayanan kesehatan
(CORE, 2003).
Penelitian maupun pendekatanpositive deviance belum pernah dilakukan
di Kabupaten Bengkayang. Wilayah kerja Puskesmas Ledo dipilih oleh peneliti
karena memiliki populasi keluarga dengan status ekonomi rendah dengan proporsi
status gizi balita baik relatif lebih banyak dibandingkan dengan status gizi balita
kurang baik. Data BPS Kabupaten Bengkayang 2016 menunjukkan terdapat 833
keluarga miskin di Kecamatan Ledo (Status Kesejahteraan Terendah 40%). Dari
12 Desa di di Kecamatan Ledo, desa dengan keluarga miskin terbanyak yaitu
Desa Lomba Karya 131 keluarga (15,73%), (BPS Kabupaten Bengkayang, 2016),
dengan proporsi balita umur 12-59 bulan dengan gizi normal sebanyak 94,20%
(Data PSG Puskesmas Ledo, 2016).
Sebelum melaksanakan penelitian, harus ditemukan dan ditentukan
kebiasaan yang berhubungan dengan masalah yang akan dihadapi. Penelitian ini
menjadi potensi bagi keluarga tersebut untuk dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya masing-masing. Kebiasaan keluarga yang menguntungkan sebagai
inti program positive deviance dibagi menjadi empat kategori utama yaitu
pemberian makan, pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan pelayanan
kesehatan (CORE, 2003).
Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan
mental balita, oleh karena itu makanan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan
gizi balita. Balita dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya ditentukan
oleh makanan yang dimakan sehari-hari, untuk tumbuh optimal membutuhkan
asupan makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang cukup, bergizi dan
seimbang (Depkes RI,2002). Asupan makanan yang tidak baik kemungkinan
mempunyai pengaruh terhadap status gizi di Kecamatan Ledo. Data di Puskesmas
Ledo menunjukkan walalupun angka terjadi penurunan angka balita kurus dari
8,24% pada tahun 2012 menjadi 7,03% pada tahun 2015, angka penurunan tidak
terlalu signifikan, bahkan terdapat 14,04% balita kurus pada tahun 2013 (PSG
Puskesmas Ledo, 2016).
Peranan determinan pola asuhan terhadap pertumbuhan bayi cukup besar,
dimana pola asuhan yang baik dapat meningkatkan tingkat kecukupan gizi dan
kesehatan bayi. Determinan pola asuhan dan kesehatan berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan bayi (Nasution dkk, 2012).
Kondisi lingkungan anak harus benar-benar diperhatikan agar tidak
merusak kesehatan. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan
cacingan. Sedangkan kebersihan lingkungan erat hubungannya dengan penyakit
saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit yang ditularkan melalui
nyamuk. Oleh karena itu penting membuat lingkungan menjadi layak untuk
tumbuh kembang anak sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu atau pengasuh
anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi
lingkungan (Widaninggar,2003).Data di Puskesmas Ledo tahun 2012
menunjukkan bahwa terdapat 57,7% rumah yang berperilaku hidup bersih
(PHBS), 51,1% keluarga yang memiliki sumber air terlindungi, 57,7% rumah
bebas jentik, dan 78% keluarga yang memilik jamban sehat. Data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga masih belum memenuhi syarat
kesehatan rumah tangga yang memungkinkan terjadinya penurunan status gizi
balita.
Praktek perawatan kesehatan anak yang baik dapat ditempuh dengan cara
memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasi,dan upaya ibu dalam
hal mencari pengobatan terhadap anak apabila sakit ibu membawa anak ke tempat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, polindes (Zeitlin,
1990). Pelayanan gizi dan kesehatan untuk anak balita dapat dilaksanakan dengan
pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan balita melalui sarana
kesehatan yang baik meliputi posyandu, puskesmas, program kesehatan keluarga
danprogram lainnya. Data Puskesmas Ledo pada tahun 2015 menunjukkan bahwa
cakupan kunjungan balita usia 12-59 bulan (yang mendapatkan pelayanan
kurangnya kesadaran orang tua dalam membiasakan pemeriksaan kesehatan anak
balitanya di fasilitas pelayanan kesehatan.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atasdapat dikatakan bahwa
masalah gizi merupakan masalah kita bersama, khususnya bagi balita usia 12-59
bulan yang merupakan masa krisis pertumbuhan dan perkembangan anak.
Upaya perbaikan gizi anak dapat dilakukan dengan banyak cara, salah
satunya dengan pendekatan positive deviance. Sebelum dilakukan pendekatan,
perlu dilakukan penelitian tentang kebiasaan keluarga yang menguntungkan
sebagai inti program positive deviance yaitu pemberian makan, pengasuhan,
kebersihan, dan mendapatkan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
“Apakah ada hubungan antara perilaku positive deviance ibu dengan status
ekonomi rendah dengan status gizi anak usia 12–59 bulan di Desa Lomba Karya
Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang?”
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu:
I.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahuihubungan antara
perilakupositive deviance ibudengan dengan status ekonomi rendahdengan status
gizi balita usia 12–59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
I.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran status gizi balita usia 12–59 bulan dari keluarga dengan
status ekonomirendahdi Desa Lomba KaryaKecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang.
2. Mengetahui hubungan antara kebiasaan pengasuhan dengan status gizi balita
usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang.
3. Mengetahui hubungan antara kebiasaan pemberian makan dengan status gizi
balita usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang.
4. Mengetahui hubungan antara kebiasaan kebersihandengan status gizi balita
usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang.
5. Mengetahui hubungan antara kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan
Ledo Kabupaten Bengkayang.
6. Mengetahui gambaran perilaku positive devianceibuterhadap status gizi balita
usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang.
I.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
I.4.1. Bagi Pemerintah
Sebagai dasar penyusunan rencana dan pengembangan program
penanggulangan masalah gizi, dan sebagai bahan masukan dalam
menentukan alternatif penanggulangan masalah gizi.
I.4.2. Bagi Masyarakat
Untuk meyakinkan masyarakat maupun individu tentang potensi diri yang
dimiliki dalam rangka menanggulangi masalah gizi kurang, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat.
I.4.3. Bagi Peneliti
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam penanggulangan masalah
gizi kurang sekaligus dapat menunjang tugas dan tanggung jawab
I.5. Keaslian Penelitian
Tabel I.1. Keaslian Penelitian
No Peneliti (th) Judul Penelitian Metode
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Frisda Turnip (2007)
Pengaruh
Positive deviance Pada Ibu dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Balita usia 12-24 Bulan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 4,3), Adanya perbedaan antara Kebiasaan Pola Asuh terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 9,2), Adanya perbedaan antara Kebiasaan Kebersihan terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 5,9), Adanya perbedaan antara Kebiasaan Kebiasaan Pelayanan Kesehatan terhadap status gizi baik dan tidak baik (OR = 11) 2 Pepi Hapitria
(2010)
Positive deviance Pada Status Gizi Balita Di anak balita mempunyai hubungan yang Terhadap Status Gizi Balita di Kelurahan Meteseh Kecamatan ibu tentang gizi balita
ada hubungan antara Praktik Pemberian makan balita dengan status gizi balita (p=0,001)
4 Ritayani Lubis (2008)
Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2008
studi potong lintang (Cross– Sectional)
Perhatian / dukungan Ibu terhadap anak dalam praktek pemberian makanan :Pemberian makanan pendamping pada anak serta persiapan dan penyimpanan makanan, Rangsangan Psikososial,
Perawatan kesehatan : praktek kebersihan / hygiene dan sanitasi lingkungan serta perawatan balita dalam keadaaan sakit
Originalitas penelitian ini bisa dilihat dari variabel penelitian, metodologi
penelitian, waktu dan tempat penelitian:
1. Variabel Penelitian; Penelitian memiliki kesamaan dengan penelitian
sebelumnya dilihat dari variabel yaitu kebiasaan pemberian makan, kebiasaan
pengasuhan, kebiasaan kebersihan, dan kebiasaan mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2. Metodologi penelitian;metodologi penelitian memiliki kesamaan dengan
penelitian sebelumnya yaitu menggunakan desaincasecontrol study.
3. Waktu dan Tempat Penelitian; Penelitian berbeda dari segi waktu dan tempat.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ledo, Kecamatan Ledo,
Kabupaten Bengkayang pada bulan Agustus sampai dengan bulan Nopember
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Tinjauan Pustaka
II.1.1. Status Gizi
Menurut Hasdianah dkk (2014), status gizi adalah keadaan tubuh akibat
fungsi makanan dan penggunaan antara lain: gizi buruk, kurang, baik, dan
lebih.Status gizi juga dapat diartikan sebagai dari keadaan keseimbangan zat gizi
dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Ada tiga konsep yang harus dipahami tentang status gizi, ketiga
konsep tersebut yaitu:
a. Prosedur dari organisasi dalam menggunakan bahan makanan melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme, pembuangan
untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh, dan produksi
energi. Proses ini disebut gizi.
b. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi disatu
pihak dan pengeluaran organisme dipihak lain. Keadaan ini disebutnutriture.
c. Tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat melalui
variabel tertentu.
II.1.2. Penentuan Status Gizi
Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara
biokimia, dietetik, klinik dan antropometri (cara paling umum dan mudah
digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan). Indeks antopometri yang
(TB/U), beratbadan per tinggi badan (BB/TB), (Depkes RI, 2002) dapat dilihat
pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel II.1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun
Indikator Status Gizi Ambang Batas
Berat Badan Menurut Umur (BB/U) untuk menilai status gizi secara umum dan bersifat kronis, yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat untuk mengukur perubahan yang terjadi pada waktu lampau
Normal
Pendek (stunted)
≥2SD <-2SD
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) untuk menilai keadaan gizi saat ini
≥- 2SD sampai +2SD <-2SD sampai ≥-3SD <-3SD
Sumber: Kepmenkes RI Nomor:920/Menkes/SK/VIII/2002
Tabel II.2 Kebaikan dan Kelemahan Indeks Antopometri
Indeks Kebaikan Kekurangan
BB/U - Baik untuk status gizi akut/kronis
- Berat Badan dapat berfluktuasi
- Sangat sensitif terhadap perubahan kecil
- Umur sering sulit ditaksir dengan tepat
TB/U - Baik untuk menilai gizi masa lampau
- Ukuran panjang dapat dibuat sendiri - Murah dan mudah dibawa
- Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun
- Pengukuran relatif sulit
dilakukan karena anak harus berdiri
- Ketetapan umur sulit
BB/TB - Tidak memerlukan data umur Dapat membedakan proporsi badan
- Membutuhkan 2 macam alat ukur
- Pengukuran relatif lebih lama - Membutuhkan 2 orang untuk
melakukannya Sumber: Kepmenkes RI Nomor:920/Menkes/SK/VIII/2002
Penentuan status gizi di lapangan pada awalnya masih menggunakan
klasifikasi yang berbeda-beda sehingga data yang dihasilkan sulit untuk dianalisis
Pemantauan dan evaluasi serta sistem pencatatan dan pelaporan yang berkaitan
dengan status gizi sangat memerlukan standar nasional untuk klasifikasi status
gizi. Oleh karena itu sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi serta hasil temu
pakar gizi di Indonesia pada bulan Mei 2000 di Semarang disepakati bahwa
standar baku antropometri yang digunakan secara nasional di Indonesia
menggunakan standar baku World Health Organization-National Center for
Health Statistic(WHO-NCHS), dapat dilihat dari tabel 2.3.
Tabel II.3Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA) :
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS
(SD)*
Berat Badan Menurut
Umur (BB/U)
Gizi lebih > +2 SD
Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD
Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi Buruk < -3 SD
Tinggi Badan Menurut
Umur (TB/U)
Normal ≥ 2 SD
Pendek (stunted) < -2 SD
Berat Badan Menurut
Tinggi Badan (BB/TB)
Gemuk > +2 SD
Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus sekali < -3 SD
*SD = Standar Deviasi
Sumber : WHO
Cara penilaian status gizi :
a. Nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan
nilai rujukan WHO-NCHS.
b. Dengan menggunakan batas ambang (cut off point) untuk masing-masing
indeks, maka status gizi anak dapat ditentukan.
c. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak
Rujukan antopometri dibentuk berdasarkan sebaran normal nilai indikator
pada populasi sehat, tidak mempunyai masalah sosial ekonomi. Pertimbangan
dalam menetapkan batas ambang (cut off point) status gizi didasarkan pada asumsi
kesehatan
1. antara -2 SD sampai +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk
menderita masalah kesehatan.
2. antara -2 SD sampai +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk
menderita masalah kesehatan
3. antara -2 SD sampai -3 SD atau antara +2 SD sampai +3 SD memiliki resiko
cukup tinggi (“moderate”) untuk menderita masalah kesehatan
4. dibawah -3 SD atau diatas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita
masalah kesehatan
II.1.3. Permasalahan Gizi Balita
Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia
bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang
khususnya Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol
diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi
gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan
bahkan juga dari anak-anak Afrika (Anonim, 2006).
Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat
buruknya kualitas nutrisi. Sebuah riset juga menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak
meninggal tiap tahun karena kekurangan gizi serta buruknya kualitas makanan
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian
anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di
Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011).
Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat
menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada
akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita hidup penderita gizi buruk
dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 persen. Keadaan ini
memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan
berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Selain itu, penyakit
rawan yang dapat diderita balita gizi buruk adalah diabetes (kencing manis) dan
penyakit jantung koroner. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian
pada umur yang sangat dini (Samsul, 2011).
II.1.4. Kemiskinan
Data BPS (2016) menunjukkan data bahwa, pada bulan Maret 2015 jumlah
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah
Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen),
bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014
yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014
sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara
persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada
Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada
September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah
perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September
2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap
Garis Kemiskinan pada Maret 2015 tercatat sebesar 73,23 persen, kondisi ini tidak
jauh berbeda dengan kondisi September 2014 yaitu sebesar 73,47 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis
Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah
beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir,
tempe, tahu, dan kopi. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya
adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Pada periode September 2014–Maret 2015, baik Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami
kenaikan.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2004
menggunakan kriteria kesejahteraan keluarga untuk mengukur kemiskinan. Lima
pengelompokkan tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN adalah sebagai
1. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan
kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I
Keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Indikator yang digunakan,
yaitu :
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut.
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
d. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
e. Bila anak atau anggota keluarganya yang lain sakit dibawa ke sarana/ petugas
kesehatan.
3. Keluarga Sejahtera II
Keluarga selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dapat pula
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya. Indikator yang digunakan terdiri dari lima
indikator pada Keluarga Sejahtera I ditambah dengan sembilan indikator sebagai
berikut :
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang
b. Sekurang-kurangnya sekali seminggu keluarga menyediakan daging atau ikan
atau telur sebagai lauk pauk.
c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
setahun terakhir.
d. Luas lantai rumah paling kurang 8,0 m2 untuk tiap penghuni rumah.
e. Seluruh anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir berada dalam keadaan
sehat sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
f. Paling kurang satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas
mempunyai penghasilan tetap.
g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan
latin.
h. Seluruh anak berusia 6-15 tahun saat ini (waktu pendataan) bersekolah.
i. Bila anak hidup dua orang atau lebih pada keluarga yang masih PUS, saat ini
mereka memakai kontrasepsi (kecuali bila sedang hamil).
4. Keluarga Sejahtera III
Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan kebutuhan
sosial psikologisnya serta sekaligus dapat memenuhi
kebutuhanpengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di
lingkungan desa atau wilayahnya. Mereka harus memenuhi persyaratan indikator
pada Keluarga Sejahtera I dan II serta memenuhi syarat indikator sebagai berikut :
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
c. iasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar-anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumahpaling kurang sekali dalam enam
bulan.
f. Memperoleh berita dengan membaca surat kabar, majalah, mendengarkan radio
atau menonton televisi.
g. Anggota keluarga mampu mempergunakan sarana transportasi.
5. Keluarga Sejahtera III Plus
Keluarga selain telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya dan
kebutuhan sosial psikologisnya, dapat pula memenuhi kebutuhan
pengembangannya, serta sekaligus secara teratur ikut menyumbang dalam
kegiatan sosial dan aktif pula mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat.
Keluarga-keluarga tersebut memenuhi syarat-syarat indikator pada Keluarga
Sejahtera I sampai III dan ditambah dua syarat berikut :
a. Keluarga atau anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan,
yayasan, atau institusi masyarakat lainnya.
II.1.5. Perilakupositive deviance
Penyimpangan positif (positive deviance) adalah sebuah proses yang
mengidentifikasi praktik-praktik yang dapat dijangkau, diterima dan berlangsung
terbatas. Istilah penyimpangan umumnya diartikan negatif terutama apabila
bertentangan dengan adat dan budaya (Depkes, 2005). Sternin J (2007)
menyatakan,positive deviance adalah suatu pendekatan pengembangan yang
berbasis masyarakat, berdasarkan kenyataan bahwa pemecahan masalah yang
dihadapi masyarakat pada prinsipnya dapat ditemukan didalam masyarakat itu
sendiri.
Pendekatanpositive deviance lebih menekankan kepada pendekatan sistem
yaitu mencari solusi masalah dari dalam sistem itu sendiri. Sistem akan lebih
toleran terhadap solusi yang ditemukan saat diterapkan pada skala yang lebih luas.
Singkatnya, pendekatanpositive deviance adalah pendekatan pemecahan masalah
yang menekankan pada pembelajaran (learning) dibanding pengajaran (teaching)
(Sternin J, 2007). Logika dari pendekatan ini adalah mencari alasan mengapa
sebagian individu-individu berhasil mengatasi suatu masalah yang sama yang
dihadapi oleh individu-individu lain dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat
disebarkan keanggota masyarakat lainnya.
Positive deviancedipakai untuk menjelaskan suatu keadaan penyimpangan
positif yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak tertentu dengan anak-anak-anak-anak lain di dalam lingkungan masyarakat atau
keluarga yang sama. Secara khusus positive deviance dapat dipakai untuk
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serta status gizi yang
baik dari anak-anak yang hidup di dalam keluarga dengan ekonomi kurang
mampu di lingkungan dimana sebagian besar anak lainnya menderita gangguan
Positive deviancedidasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk
mengatasi masalah gizi sudah ada dalam masyarakat, hanya perlu diamati untuk
dapat diketahui bentuk penyimpangan positif yang ada dari perilaku tersebut.
Upaya yang dilakukan dapat dengan memanfaatkan kearifan lokal yang berbasis
pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki kebiasaan dan perilaku khusus
atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara-cara yang
lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibandingkan tetangga mereka yang
memiliki kondisi ekonomi yang sama tetapi memiliki perilaku yang termasuk
penyimpangan positif. Studi positive deviance mempelajari mengapa dari sekian
banyak balita dan bayi di suatu komunitas kurang mampu hanya sebagian kecil
yang mengalami gizi buruk.
Kebiasaan-kebiasaan rumah tangga yang menguntungkan pada inti positive
devianceterbagi menjadi empat kategori utama (CORE, 2003), yaitu:
a. Pengasuhan; interaksi positif antara seorang anak dan pengasuh primer dan
sekunder membantu terjadinya perkembangan emosi dan psikologi.
b. Pemberian makan; kebiasaan-kebiasaan baik, termasuk memberi makan
anak-anak kecil dengan variasi makanan dalam porsi kecil setiap hari, pemberian
makan secara aktif, pemberian makan selama masa sakit dan masa
penyembuhan, dan penanganan anak yang memiliki nafsu makan rendah.
c. Kebersihan; kebiasaan kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan berperan
penting dalam pemeliharaan kesehatan anak serta mencegah terjadinya
d. Pelayanan kesehatan; selain memberikan imunisasi lengkap, pengobatan
penyakit pada masa kanak-kanak dan pencarian profesional pada waktu yang
tepat dapat memainkan peran penting dalam membantu memelihara kesehatan
anak.
II.2. Kerangka Teori
Gambar II.1
Kerangka Teori Faktor-Faktor Penyebab Kekurangan Gizi
Dampak
Penyebab Langsung
Penyebab tidak langsung
Kurangnya Pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan
Pokok masalah Di masyarakat
Pengangguran, Inflasi, Kurang Pangan, dan Kemiskinan
Akar masalah (Nasional)
(Sumber: Unicef , 1998 dengan dimodifikasi oleh penulis)
Gizi Kurang
Makanan Tidak Seimbang Penyakit Infeksi
Kurangnya Ketersediaan
Pangan
Pola Asuh Anak, Kebersihan, pemberian makan
Tidak Memadai
Kebiasaan mendapatkan Yankes Dasar
Kurangnya Pemberdayaan Wanita, Kurangnya Pemanfaatan
Sumber Daya Manusia
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
III.1 Kerangka Konsep
Untuk dapat melihat dan mengetahui kerangka konsep dapat digambarkan
pada gambar 3.1. di bawah ini:
Gambar III.1 Kerangka konsep
POSITIVE DEVIANCE
1. Kebiasaan Pengasuhan 2. Kebiasaan Pemberian Makan 3. Kebiasaan Kebersihan
4. Kebiasaan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Variabel Independent Variabel Dependent
III.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang bersikap berubah-ubah dan tidak tetap. Bisa juga
didefinisikan sebagai nilai yang memiliki banyak varian, intinya bernilai banyak
(Riwidikdo, 2009). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, dan
variabel terikat.Variabel bebas yang digunakan adalah kebiasaan
pemberianmakan, kebiasaan pengasuhan, kebiasaan kebersihan, dan kebiasaan
pelayanan kesehatan.Sedangkan variabel terikatnya adalah status gizi balita usia
12-59 bulan.
III.3 Definisi Operasional
Definisi Opersional adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria
atau operasi yang dapat diuji secara khusus (Cooper dan Emory, 1996). STATUS GIZI
Tabel III.1 Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Bebas bulan terhadap pola pengasuhannya
Wawancara Dari 6 pertanyaan tentang kebiasaan pengasuhan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 6 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah skor terendah adalah 1 x 6 =6 (6/18 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 6 =18 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert). bulan terhadap pola makannya
Wawancara Dari 14 pertanyaan tentang kebiasaan pemberian makan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 14 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah skor terendah adalah 1 x 14 =14 (14/42 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 14 =42 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert). bulan dalam menjaga kebersihannya
Wawancara Dari 9 pertanyaan tentang kebiasaan pengasuhan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 9 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah
skor terendah adalah 1 x 9 =9 (9/27 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 9 =27 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert).
Wawancara Dari 6 pertanyaan tentang kebiasaan pengasuhan jika benar diberi skor 3, jika salah diberi skor 1. Jumlah pertanyaan adalah 6 dan jumlah pilihan 3. Jadi jumlah skor terendah adalah 1 x 6 =6 (6/18 x 100%=33,3%), dan skor tertinggi adalah 3 x 6 =18 (100%). Kategori baik adalah dengan nilai skor ≥(100% - 33,3 %)= ≥ 67,7% dan Kategori kurang baik adalah dengan nilai skor <67,7 % (pendekatan skala likert).
Ordinal
Variabel terikat
1 Status Gizi Anak Keadaan gizi balita usia 12-59 bulan yang digunakan menggunakan baku berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) gemuk jika hasil nutri survey menunjukkan nilai Z score>+2SD, gizi normal jika hasil nutri survey menunjukkan nilai Z score≥ -2 SD sampai +2 SD, kurus jika nutri survey menunjukkan Z score< -2 SD sampai ≥ -3 SD, dan sangat kurus jika nutri survey menunjukkan Z score< -3 SD
III.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara kebiasaan pengasuhan terhadap status gizi balita usia
12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.
2. Ada hubungan antara kebiasaan pemberian makan terhadap status gizi balita
usia 12- 59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang.
3. Ada hubungan antara kebiasaan kebiasaan kebersihan terhadap status gizi
balita usia 12- 59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang.
4. Ada hubungan antara kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan status gizi
balita usia 12- 59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangancase control study.
Rancangan ini dipilih karena baik buruknya status gizi seseorang memerlukan
waktu yang relatif lama. Disamping itu di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo
Kabupaten terdapat keluarga dengan status ekonomi rendah memiliki balita usia
12-59 bulan dengan status gizi baik dan status gizi kurang baik, oleh sebab itu
rancangan penelitian ini sesuai untuk mengungkapkan faktor paparan terutama
mengenaipositive devianceibu yang berkaitan dengan status gizi anak usia 12-59
bulan (Turnip, 2008).
IV.2 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten
Bengkayang. Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan yang dimulai dari bulan
Agustus-Nopember 2016.
IV.3 Populasi Dan Sampel
IV.3.1 Populasi
Dalam rangka menentukan populasi, peneliti melakukan skrining untuk
mandapatkan jumlah keseluruhan responden dengan status ekonomi rendah yang
memiliki balita umur 12-59 bulan. Hasil skrining menunjukan data bahwa di
IV.3.2 Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tekniktotal
sampling,yaitu teknik pengambilan sampel secara keseluruhandari populasi tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu dikarenakan populasi dianggap
homogen.Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 36orang ibu yang
memiliki balita usia 12-59 bulan di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo
Kabupaten Bengkayang.
IV.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data
IV.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada ibu
dengan status ekonomi rendah yang mempunyai balita usia 12-59 bulan, meliputi :
a. Status gizi anak diperoleh dari hasil penimbangan dan pengukuran.
b. Penimbangan anak dilakukan dengan dacin, sedangkan pengukuran tinggi
badan anak menggunakanmicrotoise.
c. Karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak).
d. Identitas anak (nama, jenis kelamin, dan umur).
e. Gambaran perilaku positive deviance diperoleh dari wawancara langsung
dengan responden menggunakan kuesioner.
IV.4.2 Data Sekunder
Meliputi data gambaran umum Puskesmas, data status gizibalita usia 12-59
IV.5 Teknik Pengolahan Dan Penyampaian Data
IV.5.1 Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau
angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau
rumus-rumustertentu (Hasan, 2002). Pengolahan data tersebut meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1. Editing
Editingadalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan,
karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak
logis dan meragukan. Tujuaneditingadalah untuk menghilangkan
kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi. Pada
kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau
diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang atau pun dengan interpolasi
(penyisipan). Hal-hal yang perlu diedit pada data masuk adalah sebagai
berikut.
a. Dipenuhi tidaknya instruksi sampling
b. Dapat dibaca atau tidaknya data yang masuk
c. Kelengkapan pengisian
d. Keserasian(consistency)
2. Coding
Codingadalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
bentuk angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk, atau
identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
3. Tabulasi
Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberikan
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini
dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan khususnya
dalam tabulasi silang.
IV.5.2 Penyampaian Data
Data yang sudah diolah agar mudah dibaca dan dipahami oleh orang lain
perlu ditampilkan ke dalam bentuk-bentuk tertentu, yang disebut dengan
penyajian data. Penyajian data itu memiliki keggunaan, antara lain:
1. Untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan.
2. Untuk mengadakan perbandingan pada suatu waktu.
Bentuk-bentuk penyajian data dapat dilakukan melalui:
1. Table data
Tabel data yaitu tabel yang menyajikan data dalam bentuk kumpulan
angka-angka yang disusun menurut kategori-kategori tertentu dalam suatu daftar.
Berdasarkan pengaturan datanya, tabel dapat dibedakan atas beberapa jenis,
2. Grafik data
Grafik data disebut juga diagram data adalah penyajiian data dalam bentuk
gambar-gambar. Grafik data dibedakan atas beberapa jenis, yaitu, pictogram,
grafik batang atau balok, grafik garis, grafik lingkaran, histogram dan poligon
frekuensi.
3. Narasi
Penyajian data secara narasi atau disebut juga penyajian data secara teks adalah
penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat.
IV.6 Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan komputer yang
menganalisis data secara univariat dan bivariat.
IV.6.1 Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari
masing-masing variabel bebas, yaitu faktorpositive deviancedengan variabel terikat yaitu
status gizi balita usia 12-59 bulan. Data yang ditampilkan adalah sebagai berikut:
1. Proporsi status gizi balita usia 12-59 bulan kategori gemuk, normal, kurus, dan
kurus sekali di Desa Lomba Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.
2. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan
pengasuhan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa Lomba Karya
Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.
3. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan
pemberian makan dengan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa
4. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan
kebersihan dengan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa Lomba
Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.
5. Proporsi ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan dengan kebiasaan
pelayanan kesehatan kategori baik dan kategori kurang baik di Desa Lomba
Karya Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang.
IV.6.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat, yang dilakukan secara statistik dengan ukuran asosiasi.
Dalam hal ini hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent,
maka digunakan uji chi-square pada data kategorik dan uji regresi logistik pada
variabel kebiasaan pemberian makan, kebiasaan pengasuhan, kebiasaan
kebersihan, dan kebiasaan pelayanan kesehatan serta perilaku positive deviance
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan, dengan α = 0,05 dan CI = 95%.
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat yang dilakukan secara statistik dengan ukuran asosiasi.
Dalam hal ini hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent,
maka digunakan uji chi-square pada data kategorik dan uji regresi logistik pada
variabel kebiasaan pengasuhan, kebiasaan pemberian makan, kebiasaan
kebersihan, dan kebiasaan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak usia
12-59bulan, dengana= 0,05 dan CI = 95% dengan rumuschi square:
Ukuran kekuatan asosiasi yang digunakan adalah Odd Ratio (OR), yaitu,
proporsi responden dalam suatu populasi yang memiliki balita usia 12-59 bulan
dengan gizi kurang baik atau atribut pada titik tertentu dalam waktu atau selama
periode waktu tertentu. Prevalensi berbeda dari insiden prevalensi yang
mencakupsemua kasus, baik baru dan yang sudah ada sebelumnya, dalam
populasi diditentukan waktu, sedangkan insiden terbatas hanya pada kasus baru
(U.S. DepartmentOf Healtand Human Services, 2012). Ukuran ini digunakan
karena variabel yang diamati (status gizi balita umur 12-59 bulan) merupakan
kasus prevalen.
Perhitungan prevalen dengan menggunakan tabel 2 X 2 :
Faktor Resiko D + D - Total
Gizi Baik A B a + b
Gizi Kurang Baik C D c + d
Total a + c b + d a + b + c + d
Prevalen pada kelompok terpapar : a / (a + c)
Prevalen pada kelompok tidak terpapar : c (c + d)
PerhitunganOdd Ratio(OR) : Kelompok Status Gizi Baik
____________________________ Kelompok Status Gizi Kurang Baik
- OR > 1 menunjukkan bahwa Positive deviance berhubungan dengan
penurunan status gizi balita umur 12-59 bulan
- OR = 1 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antaraPositive deviance
dengan status gizi balita umur 12-59 bulan
- OR < 1 menunjukkan bahwa Positive deviance berhubungan dengan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil
V.1.1 Gambaran Umum
a. Keadaan Geografi dan Demografi
Luas wilayah Kecamatan Ledo adalah sebesar 481,75 km2 atau sekitar 8,93
persendari seluruh luas Kabupaten Bengkayang. Sejak tahun 2004,
Kecamatan Ledo terbagi dalam 12 desa.Luas wilayah desa yang paling besar di
Kecamatan Ledo adalah Desa Seles denganluas wilayah sebesar 84,78 km2 atau
sekitar 17,60 persen dari total luas Kecamatan Ledo, sedangkan luas desa yang
paling kecil adalah Desa Tebuah Marong dengan luas wilayahhanya 6,45 km2
atau sekitar 1,34 persen dari seluruh luas wilayah Kecamatan Ledo. Dilihat dari
jarak antara ibukota kecamatan denganibukota desa, letak desa yangpaling jauh
dari ibukota adalah Desa Sidai dan yang paling dekat adalah Desa Lesabela
(Kecamatan Ledo Dalam Angka (BPS), 2016).
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kecamatan Ledo
padaakhir tahun 2015 adalah sebanyak 11.011 jiwa. Jika dirinci menurut jenis
kelamin,jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 5.577 jiwa dan jumlah
penduduk perempuanadalah sebanyak 5.434 jiwa. Kepadatan penduduk yang ada
di Kecamatan Ledo adalahsebanyak 23 jiwa per kilometer persegi.
Dilihat menurut kepadatan penduduk desa, yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk paling tinggiadalah Desa Suka Damai dengan kepadatan penduduk
kepadatannya penduduknya adalahDesa Seles dengan tingkat kepadatan penduduk
sebesar 7 jiwa per kilometer persegi.
Dilihat dari rasio jenis kelamin, secara umum di Kecamatan Ledo, setiap
100 pendudukperempuan terdapat 103 penduduk laki-laki. Dari rasio jenis
kelamin tersebut, dapatdisimpulkan bahwa di Kecamatan Ledo pada tahun 2015
penduduk laki-laki lebihbanyak dibandingkan dengan penduduk perempuan
(Kecamatan Ledo Dalam Angka (BPS), 2016).
Tabel. V.1
Data Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Ledo Tahun 2015
No Desa Dusun RT KK
Jumlah Penduduk
Luas Wilayah (KM)
1 Lesabela 3 8 710 3.261 66,28 2 Semangat 3 8 361 1.197 35,68 3 Serangkat 2 6 195 762 45,81
4 Rodaya 2 3 189 767 46,79
5 Dayung 2 4 235 960 29,78
6 Jesape 1 4 176 638 45,09
7 Lomba Karya 4 7 338 1.262 59,7
8 Seles 3 4 135 795 84,78
9 Sidai 2 4 93 426 42,91
10 Tebuah Marong 2 4 168 646 6,45 11 Suka Jaya 4 9 282 1.138 7,7 12 Suka Damai 4 11 420 1.648 10,78 J u m l a h 32 72 3.302 13.905 481,75
Sumber Data : BPS, 2016
b. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Ledo masih belum cukup
memadai.Pada tahun 2015, jumlah puskesmas yang ada sebanyak 1 unit,
puskesmas pembantusebanyak 7 unit, Puskesmas Keliling darat sebanyak 3 unit,
poskesdes sebanyak 15 unit. Tidakada Dokter Umum maupun Dokter Gigi yang
berpraktek di Kecamatan Ledo, tenaga Perawat sebanyak 14 orang, Bidan
sebanyak 13 orang, ahli gizi sebanyak 2orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat
sebanyak 1 orang, Sanitirian sebanyak 1 orang, Analis Kesehatan sebanyak 1
orang, perawat gigi sebanyak 1 orang, farmasi sebanyak 1orang, dan dukun bayi
sebanyak 28 orang.
c. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Desa Lomba Karya. Akses menuju lokasi
penelitian dilakukan melalui jalur sungai menggunakan motor air selama kurang
lebih 4 jam dari Ledo. Desa Lomba Karya memiliki luas wilayah 59,7 KM2
danmemiliki 4 dusun, yaitu Dusun Bentarat, Dusun Pagoh, Dusun Tuhu, dan
Dusun Mensari serta memiliki 7 Rukun Tetangga (RT). Jumlah keluarga di Desa
Loma Karya adalah sebanyak 338 keluarga serta jumlah penduduk sebanyak
1.140 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 580 orang dan perempuan
sebanyak560 orang (Profil Puskesmas Ledo, 2015).
V.1.2 Gambaran Proses Penelitian
Penelitian dimulai dengan perumusan masalah berdasarkan data-data
sekunder dan data-data primer yang telah dikumpulkan. Setelah didapatkan
permasalahan langkah selanjutnya adalah menentukan rancangan penelitian.
Setalah rancangan penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan pengumpulan data dengan cara mendatangi sampel-sampel yang akan
Pengumpulan sampel penelitian dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
program BOK Puskesmas, yaitu pada saat pelaksanaan program posyandu dan
srceeningrumah tangga / penjaringan di Desa Lomba Karya.
Responden yang dipilih adalah ibu dari keluarga yang memiliki balita
berusia 12-59 bulan. Responden yang mempunyai dua atau lebih balita dalam satu
keluarga dilakukan sebagai satu objek penelitian dengan memilih salah satu balita
yang akan diukur datanya sebagai sampel.
Pengambilan data responden dan data-data terkait variabel penelitian
dilakukan dengan wawancara langsung sedangkan pengukuran data balita
dilakukan dengan menanyakan kepada responden tentang umur balita.Pengukuran
berat badan dilakukan dengan dacin, sedangkan tinggi badan balita menggunakan
microtoise.
Pengumpulan sampel dibantu oleh dua orang enumerator yang terlebih
dahulu dibekali pengetahuan oleh peniliti dengan tentang tata cara pengumpulan
data sampel yang akan dilakukan. Enumerator penelitian ini adalah petugas
Puskesmas Pembantu Bentarat dan Puskesmas Pembantu Pagoh di Desa Lomba
Karya.
Jumlah yang akan diambil datanya adalah sejumlah 36 responden yang
termasuk dalam klasifikasi keluarga dengan status ekonomi rendah (Pra Sejahtera)
Data hasil pengumpulan sampel diolah peneliti untuk disajikan dan