• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN KOTA - DOCRPIJM 1502699752BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN KOTA - DOCRPIJM 1502699752BAB VI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/ KOTA

6.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Landasan hukum pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintah Kabupaten/ Kota antara lain adalah :

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakanotonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Peraturan Pemerintaah ini tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi:“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

(2)

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem

ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

6. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan

(3)

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan

dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

(4)

6.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini

6.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah telah dibentuk struktur organisasi dan tata kerja lembaga – lembaga teknis daerah. Beberapa instansi yang terkait dengan penyusunan perencanaan dan pengelolaan kegiatan pembangunan bidang PU/ Cipta Karya antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Kesehatan. Berikut dijabarkan tugas pokok dan fungsi Bidang dan Sub Bidang pada masing – masing lembaga tersebut yang menangani bidang PU/ Cipta Karya.

A. Bappeda

Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) terdiri dari kepala, sekretariat dan empat bidang. Pengelolaan Bidang Cipta Karya berada pada Bidang Prasarana dan Tata Ruang yang terdiri dari Subid Prasarana dan Tata Ruang. Bidang Perencanaan Prasarana dan Tata Ruang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas BAPPEDA dalam bidang perencanaan Prasarana dan Tata Ruang. Bidang ini mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. perumusan kebijakan penetapan keserasian pengembangan perkotaan dan kenagarian;

b. perumusan kebijakan pelaksanaan pedoman dan standar keserasian pengembangan perkotaan dan kawasan kenagarian;

c. perumusan kebijakan pelaksanaan pedoman dan standar pengembangan pembangunan perwilayahan;

d. perumusan kebijakan pengembangan wilayah tertinggal, perbatasan, kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;

e. perumusan kebijakan pelaksanaan pedoman, standar dan petunjuk pelaksanaan pelayanan perkotaan;

f. konsultasi, pelaksanaan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelayanan perkotaan di kecamatan/ nagari;

g. pengembangan wilayah tertinggal, kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;

h. perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan dan perumusan kebijakakan pelaksanaan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan;

i. perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan manajemen dan kelembagaan pengembangan wilayah dan kawasan;

j. perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan pengembangan pembangunan perwilayahan;

(5)

l. pelaksanaan bimbingan, supervisi dan konsultasi pengelolaan kawasan dan lingkungan serta konsultasi keserasian pengembangan perkotaan di daerah kecamatan/ nagari;

m. pelaksanaan konsultasi keserasian pengembangan perkotaan dan kenagarian; n. perencanaan kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan

kawasan di kecamatan/nagari;

o. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama pembangunan antar kecamatan/nagari dan antar kecamatan/nagari dengan swasta, dalam dan luar negeri;

p. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan, pengembangan wilayah tertinggal, kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;

q. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan keserasian pengembangan perkotaan dan kawasan kenagarian dan terhadap kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan kawasan;

r. penetapan peraturan daerah bidang penataan ruang dan pelaksanaan sosialisasi tentang norma, standar, prosedur dan kriteria bidang penataan ruang;

s. penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) dan pengawasan terhadap penataan ruang;

t. pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas.

Bidang Perencanaan Prasarana dan Tata Ruang membawahi : (1) Sub Bidang Perencanaan Prasarana

(2) Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang

Sub Bidang Perencanaan Prasarana mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan dibidang perencanaan prasarana

b. menginventarisasi dan mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan bidang perencanaan prasarana serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

c. menyiapkan perumusan kebijakan penetapan keserasian pengembangan perkotaan dan kenagarian;

d. menyiapkan perumusan kebijakan pelaksanaan petunjuk pelaksanaan keserasian pengembangan perkotaan dan kawasan kenagarian;

e. menyiapkan perumusan kebijakan pelaksanaan pedoman dan standar pengembangan pembangunan perwilayahan;

f. menyiapkan perumusan kebijakan pengembangan wilayah tertinggal, perbatasan; g. menyiapkan perumusan kebijakan pengembangan kawasan prioritas, cepat

(6)

h. melaksanakan konsultasi pelayanan perkotaan dan konsultasi pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan;

i. melaksanakan bimbingan, supervisi dan konsultasi pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan di daerah kecamatan/nagari;

j. menyiapkan perumusan kebijakan pelaksanaan pedoman dan standar pelayanan perkotaan;

k. meyiapkan perumusan kebijakan pelaksanaan petunjuk pelaksanaan pelayanan perkotaan;

l. bimbingan, supervisi dan konsultasi pelayanan perkotaan di kecamatan /nagari; m. menyiapkan bahan dan data dalam rangka pengembangan wilayah tertinggal; n. melaksanakan konsultasi pengembangan kawasan prioritas,cepat tumbuh dan

andalan;

o. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan lingkungan perkotaan;

p. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan wilayah tertinggal;

q. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;

r. menyiapkan laporan dan evaluasi kegiatan sebagai pertanggungjawaban tugas pada atasan;

s. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas.

Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang mempunyai tugas sebagai berikut:

a. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan dibidang perencanaan tata ruang;

b. menginventarisasi dan mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan bidang perencanaan tata ruang serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

c. menyusun perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan;

d. menyusun perumusan kebijakan pelaksanaan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan;

e. menyusun perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan manajemen dan kelembagaan pengembangan wilayah dan kawasan;

f. menyusun perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan pengembangan pembangunan perwilayahan;

g. melaksanakan konsultasi keserasian pengembangan perkotaan dan kenagarian; h. melaksanakan bimbingan, supervisi dan konsultasi keserasian pengembangan

perkotaan dan kenagarian di kecamatan/nagari;

(7)

j. melaksanakan konsultasi terhadap kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan kawasan;

k. melaksanakan perencanaan kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan kawasan di kecamatan/nagari;

l. menyusun bahan penetapan peraturan daerah bidang penataan ruang;

m. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan keserasian pengembangan perkotaan dan kawasan kenagarian;

n. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelaksanaan terhadap kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan kawasan;

o. pelaksanaan sosialisasi tentang norma, standar, prosedur dan kriteria bidang penataan ruang;

p. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang;

q. menyiapkan laporan dan evaluasi kegiatan sebagai pertanggungjawaban tugas pada atasan;

r. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas.

s. perencanaan kelembagaan manajemen, serta konsultasi terhadap pengembangan wilayah dan kawasan di kecamatan/nagari;

B. Dinas Pekerjaan Umum

Susunan organisasi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pasaman terdiri atas kepala, sekretaris, dan empat bidang. Pengelolaan bidang keciptakaryaan berada pada Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang serta Bidang Kebersihan dan Pertamanan.

Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum dibidang cipta karya dan tata ruang. Bidang ini memiliki fungsi sebagai berikut :

a. perumusan dan penyusunan perencanaan umum program dan perencanaan teknis bidang cipta karya dan tata ruang;

b. penetapan program, kebijakan dan strategi pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan nagari jangka panjang dan jangka menengah; c. penetapan perda-perda yang berkaitan dengan bidang cipta karya dan tata

ruang, seperti perda pengembangan perkotaan dan nagari, perda-perda kebijakan dan strategi kawasan siap bangun (Kasiba)/Lingkungan siapa bangun (Lisiba), perda tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria kasiba dan lisiba, perda kebijakan dan strategi penanggulangan dan pencegahan permukiman kumuh, perda mengenai bangunan gedung dan lingkunga, perda kebijakan dan strategi pembangunan kawasan, perda-perda tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria drainase dan pematusan genangan, dan lainnya;

(8)

e. pelaksanaan kebijakan pembinaan jasa konstruksi melalui pengembangan sistem informasi jasa konstruksi dan sumber daya manusia bidang jasa konstruksi;

f. penelitian dan pengembangan jasa konstruksi dan peningkatan kemampuan teknologi jasa konstruksi, dan melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan;

g. penerbitan perizinan usaha jasa konstruksi dan pengawasan tata lingkungandan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi;

h. peningkatan kapasitas teknik dan manajemen penyelenggaraan drainase dan pematusan genangan;

i. penyusunan rencana induk prasarana dan sarana drainase dan penyelenggaraan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase perkotaan dan nagari dan penyelesaian permasalahan operasional sistem drainase dan penanggulangan banjir serta koordinasi dengan daerah sekitar;

j. pelaksanaan evaluasi, pengawasan dan pengendalian terhadap penyelengaraan sistem drainase dan pengendalian banjir;

k. pemberian fasilitas peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan;

l. pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan nagari dan penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya; m. meneylenggarakan kerjasama /kemitraan antara pemerintah daerah dan

dunia usaha /masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan sarana da prasarana perkotaan dan nagari;

n. pembentukan lembaga/badan pengelola pembangunan perkotaan dan nagari;

o. pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan nspk dan terhadap pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan nagari; p. penyelenggaraan pembangunan kasiba/lisiba, penetapan izin lokasi

kasiba/lisiba, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi penyelenggaraan pembangunan kasiba dan lisiba dan pelaksanaan kerjasama swasta, masyarakat tingkat penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh perkotaan;

q. penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh perkotaan dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian permukiman kumuh;

r. penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat;

s. pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang menjadi aset pemerintah kabupaten;

(9)

u. pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pedoman dan standar teknis dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya;

v. pengawasan dan penertiban pembangunan, pemanfaatan dan pembongkaran bangunan gedung;

w. penyelenggaraan izin mendirikan bangunan (IMB) gedung, pendataan bangunan gedung dan penetapan persyaratan administrasi dan teknis untuk bangunan gedung adat, semi permanen, darurat, dan bangunan gedung yang dibangun dilokasi bencana;

x. penyusunan dan penetapan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

y. pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan sebagai pertanggung jawaban tugas pada atasan;

z. pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas.

Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang membawahi: 1. Seksi Perencanaan Cipta Karya dan Tata Ruang;

2. Seksi Permukiman, Perumahan dan Prasarana lingkungan; 3. Seksi Tata Ruang dan Bangunan;

Seksi Perencanaan Cipta Karya dan Tata Ruang mempunyai tugas menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan pengembangan perencanaan cipta karya dan tata ruang. Uraian tugas perencanaan Cipta Karya dan Tata Ruang antara lain:

a. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan dibidang perencanaan cipta karya dan tata ruang sebagai pedoman pelaksanaan tugas; b. menginventarisasi dan mengolah data dan informasi yang berhubungan

dengan bidang Perencanaan cipta karya dan tata ruang sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; c. menyiapakan bahan perumusan program dan perencanaan dibidang

perencanaan cipata karya dan tata ruang;

d. mengumpulkan, mengolah data, melakukan penelitian, survey dan penyelidikan, study kelayakan serta pemetaan atas perencanaan cipta karya dan tata ruang;

e. menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan dan nagari;

f. menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah kebupaten mengenai pembangunan perkotaan dan nagari berdasarkan norma, standar, kriteria dan pRosedur;

(10)

h. menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi penanggulangan permukiman kumuh;

i. menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah tentang pencegahan timbulnya permukiman kumuh;

j. menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah mengenai bangunan gedung dan lingkungan mengacu pada norma, standar, prosedur dan kriteria nasional;

k. menyiapkan bahan penetapan kebijakan dan strategi mengenai bangunan gedung dan lingkungan;

l. menyiapkan bahan penetapan kelembagaan bangunan gedung;

m. menyiapkan bahan pelaksanaan kebijakan pembinaan jasa konstruksi yang telah ditetapkan;

n. menyiapkan bahan pengembangan sistem informasi jasa konstruksi; o. menyiapkan bahan penelitian dan pengembangan jasa konstruksi;

p. menyiapkan bahan pengembangan sumber daya manusia bidang jasa konstruksi;

q. menyiapkan bahan peningkatan kemampuan teknologi jasa konstruksi; r. melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan;

s. meyiapkan bahan penerbitan perizinan usaha jasa konstruksi ; t. melaksanakan pengawasan tata lingkungan;

u. melaksanakan pengawasan sesuai kewenangannya untuk terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan keonstruksi;

v. menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi pembangunan kawasan;

w. menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria pembangunan kawasan;

x. menyiapkan bahan penyusunan program pemabangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah kabupaten;

y. menyiapkan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban tugas pada atasan;

z. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas;

Seksi Permukiman, Perumahan dan Prasarana Lingkungan mempunyai tugas menyiapkan bahan, pedoman, petunjuk teknis pembangunan prasarana dan sarana permukiman dan perumahan serta melakukan pengaturan, penataan, pemanfaatan tata bangunan. Uraian tugas seksi Permukiman, Perumahan dan Prasarana lingkungan :

(11)

b. menginventarisasi dan mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan bidang permukiman dan tata bangunan sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah; c. menyiapkan bahan perumusan program dan perencanaan dibidang

permukiman, perumahan dan prasarana lingkunan;

d. menyiapakan bahan penetapan peraturan daerah tentang norma, standar, prosedur dan kriteria drainase dan pematusan;

e. menyiapkan bahan peningkatan kapasitas teknik dan manajemen penyelenggaraan drainase dan pematusan genangan;

f. menyiapkan bahan penyelesaian masalah dan permasalahan operasional sistem drainase dan penanggulangan banjur serta koordinasi dengan daerah sekitar;

g. menyiapkan bahan penyelenggaraan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase;

h. menyipkan bahan penyusunan rencana induk prasarana dan sarana drainase; i. menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan drainase

dan pengendalian banjir;

j. menyiapkan bahan fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan dan nagari;

k. menyiapkan bahan pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan nagari;

l. menyiapkan bahan penyelenggaraan kerjasama/kemitraan antara pemerintah daerah/dunia usaha /masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan nagari;

m. menyiapkan bahan penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana perkotaan dan nagari;

n. menyiapkan bahan pembentukan lembaga/badan pengelola pembangunan perkotaan dan nagari;

o. melaksakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan nagari;

p. menyiapkan bahan penyelenggaraan pembangunan kawasan siap bangun/ lingkungan siap bangun;

q. menyiapkan bahan pelaksanaan kerjasama swasta, masyarakat tingkat penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh perkotaan;

r. menyiapkan bahan Penetapan Izin lokasi kawasan siap bangun/ lingkungan siap bangun;

s. melaksanakan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun;

t. melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan norma,stnasar, prosedur, dan kriteria;

(12)

v. melaksanakan pengawasan dan pengendalian permukiman kumuh;

w. menyiapkan evaluasi dan pelaporan kegiatan sebagai pertanggungjawaban tugas pada atasan;

x. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas;

Seksi Tata Raung dan Bangunan mempunyai tugas melakukan pengaturan, penataan pemanfaatan ruang, perencanaan tata ruang, pembinaan prasarana lingkungan, pembinaan teknis pengturan pembangunan prasarana lingkungan kawasan khusus dan lingkungan permukiman. Uraian tugas seksi Tata Ruang dan Bangunan antara lain:

a. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan dibidang tata ruang dan bangunan;

b. menginventarisasi dan mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan bidang tata ruang dam bangunan sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

c. menyiapakan bahan perumusan program dan perencanaan dibidang tata ruang dan bangunan;

d. menyipakan bahan penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat;

e. menyiapakan bahan pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang menjadi aset pemerintah kabupaten;

f. menyiapkan bahan penetapan status bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala lokakl;

g. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pedoman dan standar teknis dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan;

h. melaksanakan pengawasan dan penertiban pembangunan, pemanfaatan, dan pembongkaran bangunan gedung;

i. melaksanakan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala lokal;

j. menyiapkan bahan penyelenggaraan IMB gedung; k. melaksanakan pendataan bangunan gedung;

l. menyiapkan bahan dan data penetapan persyaratan administrasi dan teknis untuk bangunan gedung adat, semi permanen, darurat, dan bangunan gedung yang dibangun dilokasi bencana;

m. menyiapkan bahan penyusunan dan penataan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

n. menyiapkan bahan pemberdayaan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya;

(13)

p. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan dibidang tata ruang dan bangunan.

C. DINAS KESEHATAN

Struktur organisasi Dinas Kesehatan terdiri atas Kepala, Sekretaris dan empat Bidang. Bidang yang terkait dengan pengelolaan cipta karya adalah Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Bidang ini mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. perumusan dan penyusunan perencanaan umumprogram dan perencanaan teknis bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;

b. penyelenggaraaan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan; c. pelaksanaan penyehatan lingkungan;

d. penyelenggaraan operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah;

e. penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian luar biasa; f. penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular;

g. penyelenggaraan pencegahan dan penangulangan penyakit tidak menular tertentu;

h. penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji;

i. pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan sebagai pertanggungjawaban tugas pada atasan;

j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas.

Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan membawahi: 1. Seksi Penyehatan Lingkungan dan Matra

2. Seksi Pemberantasan Penyakit

3. Seksi Pencegahan dan Pengamatan Penyakit

Seksi Penyehatan Lingkungan dan Matra mempunyai tugas mengumpulkan bahan penyelenggaraan dan pelayanan dibidang penyehatan lingkungan dan matra. Uraian tugas seksi Penyehatan Lingkungan dan Matra adalah :

a. menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan dibidang penyehatan lingkungan dan matra sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. menginventaris dan mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan bidang penyehatan lingkungan dan matra serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

(14)

d. menyiapkan bahan dan data dalam rangka penyelenggaraan pencagahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan;

e. menyiapkan bahan dan data dalam rangka melaksanakan penyehatan lingkungan;

f. menyiapkan evaluasi dan pelaporan kegiatan sebagai pertanggungjawaban tugas pada atasan;

g. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas.

6.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam elaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnyajuga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansialdan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 6.1

Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi Peran instansi dalam pembangunan CK

Unit/ Bagian yang menangani pembangunan bidang

CK

1. Bappeda a. perumusan kebijakan penetapan

keserasian pengembangan perkotaan dan kenagarian;

b. perumusan kebijakan pelaksanaan pedoman dan standar keserasian pengembangan perkotaan dan kawasan

(15)

No. Instansi Peran instansi dalam pembangunan CK

Unit/ Bagian yang menangani pembangunan bidang

CK wilayah tertinggal, perbatasan, kawasan

prioritas, cepat tumbuh dan andalan; d. perumusan kebijakan pelaksanaan

pedoman, standar dan petunjuk pelaksanaan pelayanan perkotaan; e. konsultasi, pelaksanaan bimbingan,

supervisi dan konsultasi pelayanan perkotaan di kecamatan/ nagari;

f. pengembangan wilayah tertinggal, kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;

g. perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan dan perumusan kebijakakan pelaksanaan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan;

h. perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan manajemen dan kelembagaan pengembangan wilayah dan kawasan;

i. perumusan kebijakan penetapan petunjuk pelaksanaan pengembangan pembangunan perwilayahan;

j. pelaksanaan konsultasi pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan; k. pelaksanaan bimbingan, supervisi dan

konsultasi pengelolaan kawasan dan lingkungan serta konsultasi keserasian pengembangan perkotaan di daerah kecamatan/ nagari;

l. pelaksanaan konsultasi keserasian pengembangan perkotaan dan kenagarian;

m. perencanaan kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan kawasan di kecamatan/nagari;

n. pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan, pengembangan wilayah tertinggal, kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan;

2. Dinas PU a. perumusan dan penyusunan

perencanaan umum program dan perencanaan teknis bidang cipta karya dan tata ruang;

b.penetapan program, kebijakan dan strategi pembangunan sarana dan

(16)

No. Instansi Peran instansi dalam pembangunan CK

c. penetapan perda-perda yang berkaitan dengan bidang cipta karya dan tata ruang, seperti perda pengembangan perkotaan dan nagari, perda-perda kebijakan dan strategi kawasan siap bangun (Kasiba)/Lingkungan siapa bangun (Lisiba), perda tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria kasiba dan lisiba, perda kebijakan dan strategi penanggulangan dan pencegahan permukiman kumuh, perda mengenai bangunan gedung dan lingkunga, perda kebijakan dan strategi pembangunan kawasan, perda-perda tentang norma, standar, prosedur, dan kriteria drainase dan pematusan genangan, dan lainnya; d.penetapan kebijakan dan strategi

mengenai bangunan gedung dan lingkungan dan kelembagaan bangunan gedung;

e. pelaksanaan kebijakan pembinaan jasa konstruksi melalui pengembangan sistem informasi jasa konstruksi dan sumber daya manusia bidang jasa konstruksi;

f. penelitian dan pengembangan jasa konstruksi dan peningkatan kemampuan teknologi jasa konstruksi, dan melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan;

g. penerbitan perizinan usaha jasa konstruksi dan pengawasan tata lingkungandan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi;

h.peningkatan kapasitas teknik dan manajemen penyelenggaraan drainase dan pematusan genangan;

(17)

No. Instansi Peran instansi dalam pembangunan CK

Unit/ Bagian yang menangani pembangunan bidang

CK sistem drainase dan pengendalian

banjir;

k.pemberian fasilitas peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan;

l. pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan nagari dan penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya; m. meneylenggarakan kerjasama

/kemitraan antara pemerintah daerah dan dunia usaha /masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan sarana da prasarana perkotaan dan nagari; n.pembentukan lembaga/badan pengelola

pembangunan perkotaan dan nagari; o.pengawasan dan pengendalian atas

pelaksanaan nspk dan terhadap pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan nagari;

p.penyelenggaraan pembangunan kasiba/lisiba, penetapan izin lokasi kasiba/lisiba, serta pengawasan, pengendalian dan evaluasi penyelenggaraan pembangunan kasiba dan lisiba dan pelaksanaan kerjasama swasta, masyarakat tingkat penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh perkotaan;

q.penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh perkotaan dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian permukiman kumuh;

r. penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat;

s. pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang menjadi aset pemerintah kabupaten;

(18)

No. Instansi Peran instansi dalam pembangunan CK

Unit/ Bagian yang menangani pembangunan bidang

CK penyelenggaraan bangunan gedung dan

lingkungannya;

v.pengawasan dan penertiban pembangunan, pemanfaatan dan pembongkaran bangunan gedung; w. penyelenggaraan izin mendirikan

bangunan (IMB) gedung, pendataan bangunan gedung dan penetapan persyaratan administrasi dan teknis untuk bangunan gedung adat, semi permanen, darurat, dan bangunan gedung yang dibangun dilokasi bencana; x. penyusunan dan penetapan Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); y.pemantauan, evaluasi dan pelaporan

kegiatan sebagai pertanggung jawaban tugas pada atasan;

z. pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas.

3. Dinas

Kesehatan

a. perumusan dan penyusunan perencanaan umumprogram dan perencanaan teknis bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; b.penyelenggaraaan pencegahan dan

penanggulangan pencemaran lingkungan;

c. pelaksanaan penyehatan lingkungan; d.penyelenggaraan operasional

penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah;

e. penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian luar biasa;

f. penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular; g. penyelenggaraan pencegahan dan

penangulangan penyakit tidak menular tertentu;

h.penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji;

i. pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan sebagai pertanggungjawaban tugas pada atasan;

j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas.

(19)

Tabel 6.2

Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No. Nama SOP Instansi yang

terlibat

Tugas dan fungsi instansi dalam

SOP Pengembangan Permukiman

1 - -

-Dst

Penataan Bangunan dan Lingkungan

1 - -

-Dst

Pengembangan Air Minum

1 - -

-Dst

Pengembangan PLP

1 - -

-Dst

SOP Non Teknis

1 - -

-Dst

6.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya

(20)

Tabel 6.3

Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang

pendidikan

6.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku?

2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi?

3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?

4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

(21)

6.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut: 1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Daerah telah menguraikan tupoksi masing-masing dinas/unit kerja yang ada? 2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini? 3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk? 4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang Cipta Karya? 5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

6.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

5. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya? 6. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja

daerah yang terkait dengan bidang cipta karya?

7. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Tabel 6.4

Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

No. Instansi Tingkat

Pendidikan

Jumlah Pegawai yang Ada

Jumlah Pegawai yang

Diperlukan

. Bappeda SMA/Sederajat - D3 Teknik - D3 Sekretaris - Dst

S1/Sederajat - S1 Teknik

(22)

- S2/S3 - Dst

………..orang ………..orang

………..orang ……….. orang ………..orang ………..orang ………..orang ………..orang

2. Dinas PU SMA/Sederajat ………..orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang ………..orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang

Diploma - D3 Teknik - D3 Sekretaris - dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi - dst S2/S3 3. Dinas …… 4. Dinas ……

6.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan 6.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2016 tentang Struktur Perangkat Daerah, Pengembangan organisasi merupakan suatu perspektif tentang perubahan sosial yang direncanakan dan yang dibina. Hal ini menyangkut inovasi yang menyiratkan perubahan kualitatif dalam norma, pola perilaku dalam hubungan perorangan dan hubungan kelompok dalam persepsi tujuan maupun metode. Pengembangan organisasi dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan dan bimbingan dari organisasi baru atau yang disusun kembali; (a) yang mewujudkan perubahan dalam nilai-nilai, teknologi fisik dan atau sosial, (b).Menetapkan, mengembangkan dan melindungi hubungan-hubungan normatif dan pola-pola tindakan yang baru, dan (c).Memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut.

6.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritasprogram untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perludikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah denganmenumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dantanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

(23)

dalam melaksanakan tugas, fungsidan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungankerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupununtuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasiprogram dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antarperangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerahtentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masinginstansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugaspada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan

kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapatdijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Dalam struktur organisasi Pemerintah KabupatenPasaman (berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 & PPNo. 41 Tahun 2007) Dinas Daerah merupakan unsur Pelaksana Pemerintahan Daerah, yangdipimpin oleh Kepala Dinas, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerahmelalui Sekretaris Daerah sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsurperencanaan penyelenggaran Pemerintahan Daerah.

6.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia

Peningkatan kelembagaan daerah terkait pembangunan prasarana Bidang Cipta Karya bertujuan agar investasi pembangunan dapat dilaksanakan secara optimal oleh Pemerintah Daerah serta terjamin keberlanjutannya. Dalam hal pembangunan prasarana daerah, wilayah kegiatan pembangunan lebih dari satu wilayah pemerintah daerah maka aspek kelembagaan perlu dibahas di tingkat provinsi dan tingkat nasional.

Aspek kelembagaan dibahas pada masing – masing sektor pembangunan dengan memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor pembangunan prasarana daerah sesuai kedudukan dan tugas masing – masing instansi. Untuk itu kelembagaan Pemerintah Daerah perlu dioptimalisasi dan disinkronisasi uraian tugas pokok dan fungsinya sehingga tujuan peningkatan kelembagaan yang mendukung kegiatan pembangunan prasarana daerah termasuk didalamnya Bappeda, dinas terkait cipta karya dan PDAM.

6.4.4. Kelayakan Kelembagaan untuk Investasi Pembangunan Daerah 6.4.4.1. Batasan

- Kelayakan adalah hasil telaahan/ assesment tentang kapasitas suatu subjek yang mengemban tugas – tugas tertentu bagi tercapainya tujuan yang ditetapkan.

(24)

berkepentingan (concern) dan bertanggung jawab (responsible) untuk tercapainya tujuan yang ditetapkan.

- Investasi adalah salah satu masukan dalam proses pembangunan untuk mampu melahirkan/ menciptakan tujuan yang ditetapkan

- Pembangunan daerah dimaksudkan sebagai proses, objek dan sekaligus subjek untuk memenuhi tuntutan stakeholder bagi terciptanya masyarakat yang adil, tentram dan sejahtera.

6.4.4.2. Perlunya Kelayakan

John L. Taylor Ph.D dalam ‘Indonesia Urban Infrastructure Development: A Practical Guide for Urban Managers, hal XII-7 menulis bahwa berdasarkan paradigma baru tentang pemerintahan desentralisasi di Indonesia, perubahan – perubahan berikut sedang berlangsung, yakni:

- Ada gerakan bagi pelaksanaan ‘Good Urban Governance’, termasuk di dalamnya transparansi, partisipasi, akuntabilitas, tanggap, demokrasi, negara hukum dan aspek – aspek lainnya dari masyarakat madani

- Sistem yang ditembangkan meliputi keterlibatan kelompok ‘stakeholder’ atau mitra dalam pembangunan yang lebih luas, termasuk masyarakat lokal, pemerintah daerah, wiraswasta. LSM dan lain – lainnya.

- Adanya perubahan atas sistem keseimbangan kemitraan (balanced partnership system) melibatkan konsultasi dan arus dua arah dalam paradigma yang sedang tumbuh yang mencakup unsur eksekutif dan unsur legislatif pemerintah daerah, swasta, masyarakat lokal, konsultan dan LSM dan forum kabupaten sebagaimana juga berlangsun di tingka pemerintahan yang lebih tinggi.

Perubahan – perubahan dimaksud tentu menuntut adanya kapasitas baru atau tambahan agar institusi menjadi layak (mampu secara efektif dan efisien) melaksanakan tugas – tugasnya. Dan masih banyak alasan – alasan lainnya seperti kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi yang terus berkembang, menuntut adanya peningkatan kelayakan kelembagaan.

Upaya meningkatkan kelayakan suatu lembaga tidak cukup dengan hanya menyempurnakan struktur organisasi dan hal – hal lainnya yang bersifat fisik tapi juga penting untuk meningkatkan kapasitas orang – orang yang bertugas dalam lembaga tersebut.

6.4.4.3. Kendala Pelaksanaan Otonomi

- Kendala regulasi. Regulasi untuk pelaksanaan otonomi masih menyisakan persoalan yang berarti dilihat dari kelengkapan, kejelasan dan kemantapannya yang berakibat penyelenggaraan otonomi daerah ditanggapi beragam bahkan menimbulkan ekses konflik kepentingan

(25)

- Kendala waktu. Euforia otonomi daerah menuntut kecepatan dan ketanggapan yang tinggi untuk menyusun berbagai peraturan dan kebijakan yang diperlukan. Sementara pemerintah pusat dan daerah tidak punya cukup waktu untuk melakukannya.

- Kendala keterbatasan sumber daya. Rendahnya kualitas/ kapasitas SDM merupakan faktor dominan dalam memberdayakan kapasitas. Masih terbatasnya penyedia jasa/ layanan juga turut berpengaruh. Demikian juga keterbatasan kemampuan keuangan untuk membiayai penyelenggaraan desentralisasi yang ternyata membutuhkan biaya yang tidak kecil.

6.4.5. Peningkatan Kapasitas/ Capacity Building 6.4.5.1. Pengertian dan Tujuan

Pedoman/ acuan pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam ‘Kerangka Nasional Pembangunan dan Peningkatan Kapasitas (KNP2K) dalam rangka mendukung desentralisasi yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas pada tanggal 6 November 2002, merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan, melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas SDM: keterampilan dan kualifikasinya, perubahan pada sistem nilai dan sikap; dan keseluruhan kebutuhan otonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanaan ‘good governance’, sistem administrasi, dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan, agar dapat memenuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi.

KNP2K sendiri bertujuan untuk : (i) mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; (ii) penataan secara proporsional tugas, fungsi, sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan peningkatan kapasitas daerah; (iii) mobilisasi sumber – sumber dana pemerintah, pemerintah daerah dan lainnya; dan (iv) penggunaan sumber – sumber dana secara efektif dan efisien.

6.4.5.2. Prinsip Peningkatan Kapasitas

i. Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu; jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek

ii. Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholder

iii. Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/ luar tapi harus data dari stakeholdernya sendiri dan

(26)

6.4.5.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup peningkatan kapasitas pada umumnya meliputi :

i. Pada tingkatan sistem, seperti perumusan kembali kerangka kebijakan pengaturan bagi tercapainya tujuan – tujuan kebijakan tertentu.

ii. Pada tingkatan kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses pengambilan keputusan, mekanisme tata kerja, instrumen manajemen, tata hubungan dan jejaring organisasi

iii. Pada tingkatan individu, yakni peningkatan keterampilan, kualifikasi, pengetahuan, sikap, etika dan motivasi kerja.

Program – program nasional terkait aspek pengembangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung desentralisasi meliputi :

1. Bidang Pembangunan Hukum :

- Program Pembentukan Peraturan Perundangan 2. Bidang Ekonomi

- Program Implementasi Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah 3. Bidang Pembangunan Politik

- Program Peningkatan Kualitas Proses Politik - Program Pengawasan Aparatur Negara

- Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan - Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik - Program Peningkatan Kapasitas SDM

4. Bidang Pembangunan Daerah

- Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah

- Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah - Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah

- Program Peningkatan Ekonomi Wilayah - Program Pembangunan Perkotaan - Program Penataan Ruang

- Program Pengelolaan Pertanahan

- Program Penguatan Organisasi Masyarakat

6.4.5.4. Tahapan

- Mengidentifikasikan dan merumuskan kebutuhan – kebutuhan pengembangan dan peningkatan kapasitas secara komprehensif.

- Mengidentifikasikan dan merumuskan prioritas bagi prakarsa – prakarsa pengembangan dan peningkatan kapasitas.

- Menetapkan rencana tindak (action plan) pengembangan dan peningkatan kapasitas secara keseluruhan yang terkoordinir dan efisien.

(27)

- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan kapasitas kelembagaan - Perencanaan peningkatan kapasitas kelembagaan

6.4.5.5. Koordinasi Pelaksanaan

Koordinasi dan pengkajian terus dilakukan dalam upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas, berkaitan dengan hal – hal berikut :

- Mengkoordinasikan informasi berkaitan dengan program/ kegiatan pengembangan dan peningkatan kapasitas kepada semua stakeholder

- Memberikan pembinaan kepada Daerah berkenaan dengan strategi – strategi dan program – program pengembangan dan peningkatan kapasitas

- Memfasilitas akses Daerah terhadap program – program yang didanai oleh Pemerintah dan bila diperlukan dari Lembaga – lembaga Donor

- Melakukan identifikasi dan koordinasi program – program pengembangan dan peningkatan kapasitas Pusat dan Daerah yang akan dilakukan oleh Departemen Teknis/ Sektoral maupun oleh Pemerintah Daerah, serta pembiayaannya agar dapat memfasilitasi penyelenggaraan otonomi daerah dengan baik.

- Mengkaji kebutuhan – kebutuhan daerah (need assesment) akan pengembangan dan peningkatan kapasitas serta memperbaharui/ merevisi strategi – strategi dan program berdasarkan perubahan – perubahan kebutuhan daerah dan instansi pusat.

- Melakukan identifikasi, menyusun data base dan memberikan informasi mengenai lembaga penyedia layanan (service provider) untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas.

6.5. Kondisi Kelembagaan

6.5.1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten

6.5.2. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Terkait dengan RPIJM Bidang PU/ Cipta Karya di Kabupaten Pasaman belum terdapat lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang ke cipta karyaan.

6.6. Masalah, Analisis dan Usulan Program 6.6.1. Masalah yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kelembagaan di tingkat pemerintah daerah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tidak terlaksananya semua wewenang dan tanggung jawab setiap satuan kerja perangkat daerah yang ada.

2. Koordinasi pelaksanaan pembangunan di bidang kecipta karyaan tidak optimal baik di tingkat perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan.

(28)

4. Belum tersedianya prasarana dan sarana dalam mendukung kelancaran tugas perkantoran

6.6.2. Analisis Permasalahan

Analisis SWOT digunakan dalam perumusan rencana tindak yang perlu dilaksanakan dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan RPIJM bidang PU/ Cipta Karya.

Tabel. 6.4 Analisis SWOT Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia di Pemerintah Kabupaten Pasaman

Kekuatan (Strengths-S)

 Komitmen yang tinggi dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja layanan bidang PU/ Cipta Karya.

 Tersedianya potensi sumberdaya lahan dan alam yang besar dan dukungan sumber daya manusia aparatur.

 Tersedianya sarana dan prasarana pendukung dalam peningkatan layanan bidang PU/ Cipta Karya.

Kelemahan (Weaknesses-W)

 Masih adanya pegawai yang berpendidikan rendah dan mempunyai keterampilan terbatas.

 Tingkat penguasaan teknologi dan manajemen sebagian pegawai yang masih rendah

 Masih belum optimalnya pola kerjasama secara terpadu dan terintegrasi yang mantap antara SKPD

 Akses yang masih terbatas terhadap sumber-sumber kemajuan menuju era modernisasi, seperti: informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi dan manajemen, dll

Kesempatan (Opportunities- O)

 Meningkatkan kerjasama yang terpadu dan terintegrasi antara sistem pemerintahan

 Melalui otonomi daerah, memberikan kesempatan untuk membuka jaringan kerja (networking) dengan pihak- pihak di luar Kabupaten Pasaman baik pada lingkup nasional maupun internasional

 Adanya upaya dalam meningkatkan layanan bidang PU/ Cipta Karya

Strategi S-O

(29)

 Meningkatkan kerjasama secara terpadu dan terintegrasi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, lembaga keuangan dan perbankan, dan praktisi ekonomi dalam satu kebersamaan visi untuk menumbuhkembangkan masyarakat Pasaman menuju cita-cita jangka panjang mewujudkan masyarakat Pasaman yang mandiri, maju, dan sejahtera

Strategi W-O

 Membangun kerjasama intensif dengan pihak-pihak di luar Pasaman baik dalam lingkup nasional maupun internasional

Ancaman (Threats – T)

 Berpindahnya sumber daya manusia Pasaman yang berkualitas untuk berkompetisi dalam pasar global di luar wilayah Pasaman

 Minimnya akses ke daerah di luar Pasaman baik pada skala nasional maupun internasional

 Ketiadaan strategi yang efektif untuk menghadapi perubahan lingkungan global yang cepat dan sulit dikendalikan

 Kekurangan sumberdaya manusia terdidik dan terlatih dalam pengelolaan bidang PU/ Cipta Karya.

Strategi S-T

 Mengembangkan pendidikan berbasis sains dan teknologi agar meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

 Membangun infrastruktur yang kompetitif serta mengajak pihak-pihak profesional yang tertarik untuk mengembangkan potensi daerah yang belum tergarap dengan baik di Pasaman

Strategi W-T

 Melakukan pelatihan profesional dalam bidang teknologi dan manajemen berbasis kinerja (performance-basedmanagement) untuk melaksanakan sistem manajemen kinerja berfokus masyarakat

 Melakukan perubahan sistem balas jasa dan penghargaan berbasiskan pencapaian kinerja untuk mempertahankan dan/atau menarik tenaga-tenaga profesional yang berkualifikasi dalam bidang IPTEK dan beretika serta bermoral yang baik

6.6.3. Usulan Program

1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi

Gambar

Tabel 6.1Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Tabel 6.2Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
Tabel 6.3
Tabel 6.4Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Bauran Pemasaran jasa menurut Zeithaml dan Bitner dalam Huriyati (2005:49) terdiri atas 7P yaitu Product, Price, Place, Promotion, People, Physical Evidence dan Process. 1)

Analisa data pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung perkalian dan pembagian peserta didik setelah diajarkan dengan metode

Hasil pengamatan terhadap parameter berat segar setelah dianalisis secara statistik menunjukkan bahwa kombinasi antara konsentrasi ZPT dan sistem pembibitan berpengaruh

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku Ketua Panita Khusus RUU tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis yang telah m ndapat tugas DPR RI untuk membahas

Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan

Ini menunjukkan bahwa cara yang paling efektif agar orang bisa secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan atas isu-isu yang secara langsung mempengaruhi mereka

Seraya memuji syukur ke hadirat Allah SWT dan mengucap salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, segenap Badan Pelaksana BAZ Kabupaten Jepara mengucapkan terima