• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Larvasida Terhadap Larva Culex sp dan Aedes sp Dari Ekstrak Daun Alpukat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Aktivitas Larvasida Terhadap Larva Culex sp dan Aedes sp Dari Ekstrak Daun Alpukat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

97

Uji Aktivitas Larvasida Terhadap Larva Culex sp dan Aedes sp

Dari Ekstrak Daun Alpukat

(Larvacidal Activity Test for Larvae of Culex sp and Aedes sp of Avocado Leaf

Extract)

Lili Andriani

*

; Yulianis;

Nela Sukmawati

Program Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia

*Corresponding email: liliandriani116@gmail.com

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue dan Filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya pemberantasan DBD dan Filariasis yaitu dengan memutus mata rantai larva Culex sp

dan Aedes sp. Ekstrak daun alpukat berpotensi sebagailarvasida alami.Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak daun alpukat sebagai larvasida. Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak 1% dan 5%,1 kontrol negatif, 1 kontrol positif. Kemudian dihitung kematian larva setelah 24 jam. Data dianalisis dengan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun alpukat efektif terhadap kematian larva 100% dengan waktu yang berbeda, nilai signifikan p = 0,000 (p ≤ 0,05) artinya ada pengaruh yang signifikan dari konsentrasi ekstrak daun alpukat terhadap kematian larva Culex sp dan Aedes sp.

Kata Kunci: Persea americana Mill, larva Culex sp, larva Aedes sp, larvasida

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dan memiliki kelembaban suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk merupakan salah satu jenis serangga yang dapat merugikan manusia karena perannya sebagai vektor penyakit. Beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, seperti filariasis yang ditularkan melalui nyamuk

Culex sp, serta penyakit demam berdarah dengue

(DBD) yang ditularkan melalui nyamuk Aedes sp

(Hairani, 2014).

Keberadaan nyamuk yang berdekatan dengan kehidupan manusia dan hewan dapat menimbulkan masalah yang cukup serius dikarenakan nyamuk bertindak sebagai vektor

beberapa penyakit yang sangat penting dengan tingginya tingkat kesakitan dan kematian yang ditimbulkannya. Penyebab utama munculnya

epidemi penyakit tersebut adalah

perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali.

Sebagai salah satu upaya memutus mata rantai penyebaran nyamuk tersebut adalah dengan cara pengendalian vektor dengan menggunakan larvasida. Dimana saat ini telah banyak larvasida yang digunakan oleh masyarakat, tetapi larvasida tersebut membawa dampak negatif pada lingkungan karena mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya, baik terhadap manusia maupun lingkungan. Maka dari itu perlu pengembangan

(2)

98 larvasida baru yang tidak berbahaya dan ramah

lingkungan, melalui penggunaan larvasida hayati. Bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Larvasida dari tanaman lebih selektif dan aman, karena mudah terdegradasidi alam (Lestari, et al., 2014) .

Hasil penelitian mengenai biokontrol larva nyamuk Aedes aegypti dari tumbuhan endemik Dieng, Jawa Tengah sudah pernah dilaporkan oleh Supono dkk (2015), dimana ekstrak limbah biji karika berpotensi digunakan untuk biokontrol larva nyamuk Aedes aegypti. Selain itu ekstrak etanol limbah penyulingan minyak akar wangi juga dapat digunakan sebagai biolarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles sundaicus. (Lailatul, et al., 2010)

Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai larvasida botani yakni daun alpukat (Persea americana Mill). Daun alpukat termasuk dalam famili Lauraceae. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa daun alpukat mengandung berbagai metabolit sekunder antara lain flavonoid, tanin, kuinon, saponin, alkaloid, fenol, steroid dan terpenoid (Surya, 2013; Arukwe, et al., 2012). Daun alpukat mempunyai aktivitas sebagai analgesik, antiinflamatori, antikonvulsan, hipoglisemia (Adeyemi, et al.,2002; Ojewole, et al., 2006; Antia, et al., 2005),Untuk itu, dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas ekstrak daun alpukat sebagai larvasida terutama bagi larva nyamuk

Aedes sp dan Culex sp.

METODE PENELITIAN

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: timbangan analitik, botol gelap, pisau, aluminium voil, wadah plastik, gelas ukur, pipet volume,

pipet tetes, spatel, corong, kertas saring, erlenmeyer, blender.

Bahan

Bahan yang digunakan daun daun alpukat dan bahan lain yang digunakan adalah bahan-bahan proabsolut, yaitu HCl pa, H2SO4 pa,

sedangkan untuk reagennya sendiri

menggunakan reagent Meyer, kloroform, dan kalium ferosianid, larutan Na-CMC 1%. Dan bahan-bahan seperti logam, yaitu FeCl3, logam magnesium, asam asetat glasial, NaCl, NH4OH, etanol 70%.

Hewan uji

Hewan uji yang digunakan adalah larva

Culex sp dan Aedes sp. Penyiapan ekstrak

Daun alpukat sebanyak 2 kilogram dibersihkan, ditiriskan, dikering anginkan dengan sinar matahari secara tidak langsung sampai berat konstan. Setelah itu timbang daun alpukat 200 gram, kemudian diblender hingga berbentuk serbuk. Masukkan serbuk kedalam botol gelap dan tambahkan etanol 70% hingga serbuk terendam. Aduk dan diamkan selama 24 jam setelah itu disaring. Perendaman dilakukan 3 kali pengulangan.

Pengujian fitokimia

Terhadap ekstrak kental daun alpukat, dilakukan uji fitokimia diantaranya adalah uji saponin, tanin, steroid, alkaloid, flavonoid, dan terpenoid.

Penyiapan sediaaan uji

Konsentrasi ekstrak daun alpukat dibuat dengan konsentrasi 1% dan 5% dalam larutan Na-CMC 1%, volume larutan di addkan sampai 100 ml.

(3)

99 Penyiapan hewan uji

Hewan percobaan yang digunakan adalah larva Culex sp dan Aedes sp yang telah mengalami pertumbuhan instar III, yang diperoleh dari genangan air yang ada di Kota Jambi dan diidentifikasi di Laboratorium Klinik dan Kesehatan Masyarakat, Akademi Analisis Kesehatan Jambi.

Perlakuan terhadap hewan uji

Pengujian dilakukan dengan

memasukkan 10 ekor larva Culex sp dan Aedes sp

kedalam 3 gelas plastik. Kemudian dimasukkan larutan uji dengan masing-masing konsentrasi kedalam 10 ml media pengujian larvasida. Sebagai kontrol positif digunakan abate. Dilakukan pengamatan terhatap kematian larva dimulai dari 30 menit, 1 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam sampai mati 100%.

HASIL DAN DISKUSI

Sampel daun alpukat yang masih segar dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran yang melekat kemudian dilakukan proses perajangan. Perajangan bertujuan untuk memperluas permukaan agar kontak antara pelarut dengan sampel semakin luas sehingga mempermudah penetrasi pelarut kedalam membran sel dan proses pelarutan senyawa yang terkandung didalam sampel semakin efektif (Jamal, 2000).

Penelitian ini menggunaan ekstrak daun alpukat. Sampel daun alpukat didapat dari Mendalo, Jambi. Dari proses ekstraksi 20 gram daun alpukat diperoleh ekstrak kental etanol sebanyak 21,43 gram, dengan rendemen 10,71%. Uji fitokimia membuktikan bahwa ekstrak daun alpukat positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, dan tannin.

Uji aktivitas larvasida dari ekstrak daun alpukatdilakukan dengan menguji ekstrak daun alpukat, perbedaan konsentrasi digunakan untuk mendapatkan konsentrasi optimum. Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 1% dan 5%.

Hasil percobaan membuktikan bahwa

konsentrasi ekstrak daun alpukat 1% dan 5% dapat menyebabkan kematian 100 % larva, akan tetapi terdapat perbedaan waktu kematian antara kedua konsentrasi. Konsentrasi ekstrak 5% dapat menyebabkan kematian larva Culex

dan Aedes 100% lebih cepat.

Dari hasil pengujian larvasida ekstrak daun alpukat terhadap kematian 100% larva

Culex sp dan Aedes sp, terlihat pada kontrol negatif tidak mempunyai aktivitas membunuh larvasida, sedangkan pada kontrol positif waktu kematian larva Culex 100% diperoleh pada jam ke 6 pengujian dan waktu kematian larva Aedes

100% pada jam ke 12 pengujian. Pada sampel dengan variasi konsentrasi ekstrak daun alpukat, kematian larva 100% terjadi pada waktu 24 jam pengujian. Kontrol positif mempunyai daya bunuh larvasida lebih cepat dibandingkan ekstrak daun alpukat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 1,2,3.

Analisis statistik yang digunakan adalah uji Anova. Berdasarkan hasil uji normalitas data larva Culex diperolehnilai p = 0,316 (p>0,05) dan pada larva Aedes diperoleh nilai p = 0,424 (p>0,05), sehingga data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas, pada larva Culex diperoleh nilai p = 0, 197 (p > 0,05) dan pada larva Aedes diperoleh p =0,086 (p > 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians kematian kedua kelompok data adalah sama, karena data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan uji Anova. Dari uji ANOVA didapat nilai signifikan pada larva Culex p = 0,020 (p ≤ 0,05) dan pada larva Aedes p = 0,000 (p ≤

(4)

100 0,05), sehingga dapat di simpulkan bahwa ada

pengaruh signifikan pemberian ekstrak daun alpukat terhadap waktu kematian larva Culex

dan Aedes.

Dilihat dari segi aktivitas, tampak bahwa ekstrak etanol daun alpukat bisa dijadikan sebagai larvasida. Kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin dan flavonoid yang ada didalam daun alpukat mempengaruhi sistem syaraf dan sistem pernafasan pada larva sehingga menyebabkan kematian (Cania, et al., 2013). Sedangkan tanin dapat menurunkan intensitas makan yang berakibat terganggunya pertumbuhan serangga. (Hopkins, et al., 2004). Variasi konsentrasi ekstrak daun alpukat memiliki aktifitas membunuh larva yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari hasil uji ANOVA dan diperoleh nilai pvalue adalah 0.000 yang berarti ada perbedaan signifikan waktu kematian rayap pada masing – masing konsentrasi (Rianto, 2007).

Uji aktivitas kontrol positif (bubuk abate)

dalam membunuh larva lebih efektif

dibandingkan dengan ekstrak daun alpukat, hal ini disebabkan larvasida sintetis mengandung racun utama yaitu temephos. Temephos adalah larvasida yang paling banyak digunakan untuk membunuh larva A. aegypti. Kandungan bahan

aktif dari temephos adalah tetramethyil thiodi. p-phenylene, phasphorothioate 1% dan inert ingredient 99% (Ponlawat, et al., 2005). Penggunaan bubuk abate masih memiliki berbagai macam kekurangan seperti distribusi bubuk abate yang tidak merata dan tidak selalu tersedia dipasaran. Selain itu penggunaan pestisida sintetik secara terus menerus dapat mencemari lingkungan dan dapat meningkatkan resistensi larva terhadap insektisida.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa aktivitas larvasida yang terbuat dari ekstrak daun alpukat lebih rendah dalam membunuh larva Culex dan Aedes jika dibandingkan dengan kontrol positif abate. Penelitian lain membuktikan bahwa abate sebagai larvasida sintetis tetap mempunyai efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan larvasida alami dari serbuk serai (Nugroho, 2011). Sedangkan dengan menggunakan ekstrak daun legundi membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dalam kemampuan membunuh larva

Aedes aegepty antara sampel dengan konsentrasi

ekstrak 1%dibandingkan dengan kontrol positif abate (Cania, et al., 2013). Penelitian mengenai

larvasida alami terus dikembangkan

dikarenakan larvasida ini mudah terurai di alam sehingga tidak berbahaya bagi manusia dan tidak mencemari lingkungan.

(5)

101

Gambar 1

. Mortalitas kontrol positif (abate)

Gambar 2

. Mortalitas larva Culex

Gambar 3

. Mortalitas larva Aedes

KESIMPULAN

1) Ekstrak daun alpukat mempunyai aktivitas sebagai larvasida untuk larva

Culex sp dan Aedes sp.

2) Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun alpukat, maka aktivitas sebagai larvasida semakin besar.

(6)

102

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi O.O, Okpo S.O, Ogunti O.O. (2002). Analgesic and Anti-Inflammatory Effects Of The Aqueous

Extract Of Leaves of Persea americana Mill

(Lauraceae). Fitoterapia, 73(5), 375–380.

Antia, B.S. Okokon J.E., and Okon P.A. (2005).

Hypoglycemic activity of aqueous leaf extract of

Persea americana Mill . Indian J Pharmacol , 37(5), 325-326).

Cania, E, Setyaningrum E.(2013). Uji Efektivitas

Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia)

Terhadap Larva Aedes aegypti. Medical Journal of

Lampung University, 2(4), 52–60.

Hairani, S. (2014). Efektivitas Ekstrak Daun Mudu (Garcinia dulcis) Sebagai Larvasida Nyamuk Culex

sp dan Aedes aegypti. Skripsi Sarjana Kedokteran

HewanBogor: Institut Pertanian Bogor.

Hopkins, WG & Honer. (2004). Introduction to Plant

Physiology, John Wiley & Sons Inc., Ontario. Jamal, R. (2000). Prinsip Prinsip Dasar Bekerja Dalam

Kimia Bahan Alam. FMIPA. Padang: Universitas Andalas.

Lailatul, L, dkk. (2015). Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) Terhadap Larva Nyamuk

Aedes aegypti , Culex sp, dan Anopheles sundaicus.

JSains Dan Teknol Kim, 1(1), 59–65.

Lestari M, YantiA. (2014). Uji Aktivitas Ekstrak Metanol

dan n-Heksan Daun Buas-Buas(Premna serratifolia

Linn) pada Larva Nyamuk Demam Berdarah (Aedes

aegypti Linn) Protobiont, 3(2), 247–51.

Nugroho A. (2011). Kematian Larva Aedes aegypti

Setelah Pemberian Abate Dibandingkan Dengan Pemberian Serbuk Serai. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 91–96.

Ojewole, J.A., and Amabeoku, C.J. (2006). Anticonvulsant

Effect of Persea Americana Mill (Lauraceae)

(Avocado) Leaf Aqueous Extract in Mice. Phytother

Res.20(8), 696-700.

Ponlawat, A., Scott, J.G., Harrington, L.C. (2005).

Insecticide Susceptibility of Aedes aegypti and

Aedes albopictus across Thailand. Journal of Medical Entomology, 42, 821-825.

Rianto, A. (2007). Pengolahan Dan Analisis Data

Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Supono, dkk. (2015). Biokontrol Larva Nyamuk Aedes

aegypti Menggunakan Limbah Biji Karika

(Vasconcellea pubescens). Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(5), 1127–1131.

Surya, A. (2013). Uji Larvasida Ekstrak N-Heksana, Kloroform Dan Metanol Daun Pandan Wangi

(Pandanus Amaryllifolius Roxb) Terhadap Larva

Aedes Aegypti. Skripsi Sarjana Kedokteran Jember: Universitas Jember.

Gambar

Tabel 1.  Hubungan waktu pengujian dengan kematian larva Culex sp dan Aedes sp.
Gambar 1 .  Mortalitas kontrol positif (abate)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif yang telah dilakukan dengan menganalisis tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan soal open ended pada siswa

Seperti yang sudah peneliti paparkan di atas, bahwasanya ada empat bahasan pokok untuk mengkaji kisah-kisah dalam Alquran, yaitu teknik pemaparan kisah, penyajian

Guru beralasan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan RPP tidak cukup karena mereka harus mengejar target untuk

Menimbang, bahwa karena gugatan Penggugat dikabulkan, maka sesuai dengan ketentuan pasal 84 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Majelis Hakim perlu memerintahkan

Penulisan tugas akhir ini berjudul “Pengaruh Social Shopping, Shopping Status, Entertainment dan Overall Quality Terhadap Loyalty dimediasi Oleh Customer

Pada masyarakat Jawa, transformasi nilai–nilai moral sebagai wujud pendidikan budi pekerti umumnya telah dilakukan melalui tembang (Setyadi, 2012). Dalam paradigma lama,

Salah satu ketentuan yang diatur dalam Bahagian II Undang-undang ini adalah berkaitan dengan pencatatan perkawinan yang terdapat pada pasal 22 ayat (1) yang berbunyi

Biaya tidak langsung disebut juga overhead. Biaya ini berhubungan dengan pengawasan dan pengendalian kerja serta pengeluaran lain diluar biaya konstruksi. Besarnya biaya ini