• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN KOMPETENSI SISWA SMA/MA DAN PENGEMBANGAN MUTU PEMBELAJARAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETAAN KOMPETENSI SISWA SMA/MA DAN PENGEMBANGAN MUTU PEMBELAJARAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011

PEMETAAN KOMPETENSI SISWA SMA/MA DAN

PENGEMBANGAN MUTU PEMBELAJARAN DI

KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR

Nama Peneliti: Ketua : Dr. Zeni Haryanto, M.Pd Anggota :

1. Drs. Mukhamad Nurhadi, M.Si 2. Pintaka Kusumaningtyas, M.Si 3. Nurul Khasyfita, M.Pd

4. Iya’ Setyasih, M.Pd 5. Sri Purwati, S.Pd, M.Si 6. Safrudiannur, S.Pd. M.Pd 7. Pudawari, M.Pd 8. Dr. Bibit Suhatmady, M.Pd 9. Nining Aryati, M.Pd 10. Drs. Nanang Riyono, M.Pd

UNIVERSITAS MULAWARMAN

NOVEMBER 2011

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian: Pemetaan Kompetensi Siswa SMA/MA dan Pengembangan Mutu Pembelajaran di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap: Dr. Zeni Haryanto, M.Pd b. Jenis Kelamin: Laki-laki

c. NIP: 19681210 199403 1 002 d. Jabatan Struktural: -

e. Jabatan fungsional: Lektor Kepala f. Bidang keahlian: Pendidikan Fisika g. Fakultas/Jurusan: KIP/PMIPA

h. Perguruan Tinggi: Universitas Mulawarman i. Tim peneliti:

No. Nama Bidang Keahlian Fakultas /

Jurusan

Perguruan Tinggi

1 Drs. Mukhamad Nurhadi, M.Si P. Kimia KIP/PMIPA UNMUL 2 Pintaka Kusumaningtyas, M.Si P. Kimia KIP/PMIPA UNMUL

3 Nurul Kasyfita, M.Pd P. Kimia KIP/PMIPA UNMUL

4 Iya’ Setyasih, M.Pd P. Geografi KIP/PMIPA UNMUL 5 Safrudiannur, S.Pd. M.Pd P. Matematika KIP/PMIPA UNMUL 6 Dr. Bibit Suhatmady, M.Pd P. Bahasa Inggris KIP/P.Bahasa UNMUL 7 Drs. Nanang Rijono, M.Pd P. Sosiologi KIP/P.IPS UNMUL

8 Nining Aryati, M.Pd P. Ekonomi KIP/P.IPS UNMUL

9 Drs. Pudawari, M.Pd P. Bahasa Indonesia KIP/P.Bahasa UNMUL 10 Sri Purwati, S.Pd, M.Si P. Biologi KIP/PMIPA UNMUL

3. Jangka Waktu Penelitian: 10 Bulan 4. Pembiayaan :

a. Jumlah biaya yang diajukan ke Dikti: Rp. 100.000.000,- b. Jumlah biaya dari sumber pembiayaan lain: -

(3)

Samarinda, 5 Nopember 2011

(4)

ABSTRAK

Tingkat kelulusan hasil Ujian Nasional SMA/MA di kabupaten Kutai Barat tahun 2011 menempati peringkat terendah di Propinsi Kalimantan Timur, bahkan jumlah total siswa yang tidak lulus hampir mencapai setengah dari jumlah total siswa yang tidak lulus se-Kalimantan Timur. Kondisi ini cukup memprihatinkan dan menggambarkan tidak meratanya mutu pendidikan di Kalimantan Timur. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya di kabupaten Kutai Barat.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaran yang masuk Ujian Nasional dan menemukan alternatif model yang sesuai untuk mengatasi penyebab rendahnya pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaran tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang dilaksanakan yang jangka waktu 2 tahun. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi mengenai pelaksanaan 8 komponen standar nasional pendidikan di SMAN 1 Sendawar, SMAN 2 Sendawar dan SMA Surya Mandala, yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah triangulasi, analisis USG (Urgent, Seriousness dan Growth) dan analisis fishbone.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab utama rendahnya kompetensi siswa di SMA/MA di Kabupaten Kutai Barat adalah pelaksanaan standar proses pembelajaran yang tidak sesuai Permendiknas. Untuk mengatasi permasalahan ini direkomendasikan alternatif model pemecahan masalahnya berupa penerapan model pembelajaran konstruktivisme di SMA/MA di Kutai Barat.

Kata kunci:pemetaan kompetensi siswa, hasil Ujian Nasional, pengembangan mutu pembelajaran, Kutai Barat

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga laporan akhir hasil Penelitian dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) tahun anggaran 2011 yang berjudul: “Pemetaan Kompetensi Siswa SMA/MA dan Pengembangan Mutu

Pembelajaran di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur”, dapat

terselesaikan.

Selama melaksanakan penelitian ini, banyak bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Makrina Tindangen, M.Pd selaku Ketua Lembaga Penelitian UNMUL yang telah memfasilitasi kami untuk terlibat dalam penelitian ini. 2. Drs. H. Syahril Bardin, M.Si sekalu Dekan FKIP UNMUL yang telah

memberikan ijin dan surat tugas melakukan penelitian ke kabupaten Kutai Barat.

3. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat beserta Staf yang telah memberikan ijin kepada kami untuk melakukan penelitian dan pengambilan data ke sekolah-sekolah yang ada di Kutai Barat.

4. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah di SMAN 1 Sendawar, SMAN 2 Sendawar dan SMA Surya Mandala di Kabupaten Kutai Barat, yang telah bersedia untuk memberikan data dan informasi kepada kami selama melakukan penelitian ini.

5. Guru-guru dan siswa di SMAN 1 Sendawar, SMAN 2 Sendawar dan SMA Surya Mandala di Kabupaten Kutai Barat, yang telah bersedia memberikan data dan informasi kepada kami selama melakukan penelitian ini.

6. Pihak-pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini.

Kami menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu, masukan, saran dan kritikan untuk perbaikan masih sangat kami perlukan. Akhirnya kami mengucapkan terima

(6)

kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian laporan akhir hasil penelitian ini.

Samarinda, November 2011 Penyusun,

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN. ... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR. ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pemetaan Nilai Ujian Nasional di Kalimantan Timur ... 7

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan ... 7

C. Standar Nasional Pendidikan ... 9

D. Peran Guru dalam Pencapaian Standar Nasional Pendidikan ... 16

E. Teori Konstruktivisme ... 18

F. Kabupaten Kutai Barat ... 19

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A. Metode dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Prosedur Penelitian... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Pemetaan Kompetensi SiswaTiap Mata Pelajaran ... 30

B. Identifikasi Faktor Penyebab Rendahnya Pencapaian Kompetensi Siswa SMA se-Kabupaten Kutai Barat ... 57

C. Penentuan Faktor Utama Penyebab Rendahnya Pencapaian Kompetensi Siswa di Kutai Barat ... 97

D. Model Pemecahan Masalah Rendahnya Kompetensi Siswa di Kabupaten Kutai Barat ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 106

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Prosentase Siswa Tidak Lulus UN dalam Tiga Tahun

Terakhir ... 3 Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Matematika se-Kabupaten Kutai Barat ... 29 Tabel 4.2 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Matematika

pada Tahun 2007/2008 sampai 2009/2010 se Kabupaten

Kutai Barat... 30 Tabel 4.3 Peta Penguasaan Kompetensi Dasar (KD) untuk Mata

Pelajaran Matematika berdasarkan hasil UN pada Tahun

2007/2008 hingga 2009/2010 ... 30 Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Fisika se-Kabupaten Kutai Barat ... 32 Tabel 4.5 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Fisika pada

Tahun 2007/2008 sampai 2009/2010 se-Kabupaten Kutai

Barat ... 32 Tabel 4.6 Peta Penguasaan Kompetensi Dasar (KD) untuk Mata

Pelajaran Fisika berdasarkan hasil UN pada tahun

2007/2008 hingga 2009/2010 ... 33 Tabel 4.7 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Kimia se-Kabupaten Kutai Barat... 36 Tabel 4.8 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Kimia Tahun

2008-2010 se Kabupaten Kutai Barat... 36 Tabel 4.9 Hasil Analisis Kompetemsi Dasar (KD) Kimia yang

persentase jumlah siswa peserta UN se-Kubar yang

menguasainya kurang dari 60% ... 37 Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Biologi se-Kabupaten Kutai Barat... 38 Tabel 4.11 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Biologi

Tahun 2008-2010 se Kabupaten Kutai Barat ... 38 Taebl 4.12 Hasil Analisis Kompetensi Dasar Biologi Tiap Pokok

Bahasan yang persentase penguasaanya kurang dari 60% ... 39 Tabel 4.13 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Bahasa Inggris se-Kabupaten Kutai Barat ... 40 Tabel 4.14 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Bahasa

Inggris Tahun 2008-2010 se-Kabupaten Kutai Barat ... 41 Tabel 4.15 Hasil Analisis Peta Kompetensi Dasar (KD) Bahasa

Inggris Tiap Pokok Bahasan yang persentase

penguasaanya kurang dari 60% ... 41 Tabel 4.16 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia se-Kabupaten Kutai Barat ... 44 Tabel 4.17 Distribusi Nilai UN Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

(9)

Tabel 4.18 Hasil Analisis Peta Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Tiap Pokok Bahasan yang persentase penguasaanya

kurang dari 60% ... 45 Tabel4.19 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Geografi se-Kabupaten Kutai Barat ... 46 Tabel 4.20 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Geografi

se-Kabupaten Kutai Barat... 46 Tabel 4.21 Peta Penguasaan Kompetensi Dasar (KD) untuk Mata

Pelajaran Geografi berdasarkan hasil UN pada tahun

2007/2008 hingga 2009/2010 ... 47 Tabel 4.22 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Ekonomi se-Kabupaten Kutai Barat ... 49 Tabel 4.23 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Ekonomi

Tahun 2008-2010 se Kabupaten Kutai Barat ... 50 Tabel 4.24 Hasil Analisis Kompetensi Dasar Ekonomi yang

persentase penguasaannya kurang dari 60% ... 50 Tabel 4.25 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran

Sosiologi se-Kabupaten Kutai Barat ... 53 Tabel 4.26 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Sosiologi

Tahun 2008-2010 se Kabupaten Kutai Barat ... 54 Tabel 4.27 Hasil Analisis Kompetensi Dasar Sosiologi yang

persentase penguasaannya kurang dari 60% ... 54 Tabel 4.28 Hasil Wawancara Mengenai Komponen Standar Isi

di Tiga SMA di Kubar ... 58 Tabel 4.29 Hasil Wawancara Mengenai Komponen Standar

Kompetensi Lulusan di Tiga SMA di Kubar ... 75 Tabel 4.30 Hasil Wawancara Mengenai Komponen Standar

Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Tiga SMA

di Kubar ... 78 Tabel 4.31 Hasil Wawancara Mengenai Komponen Standar

Sarana dan Prasarana di Tiga SMA di Kubar ... 81 Tabel 4.32 Hasil Wawancara Mengenai Komponen Standar

Pengelolaan di Tiga SMA di Kubar ... 85 Tabel 4.33 Hasil Wawancara Mengenai Komponen Standar

Pembiayaan di Tiga SMA di Kubar ... 87 Tabel 4.34 Data Prioritas Faktor Penyebab Rendahnya Kompetensi

Dasar UN Siswa di Kabupaten Barat Berdasarkan 8 Komponen Standar Pendidikan Nasional yang Tidak

Sesuai Dengan Permendiknas ... 99 Tabel 4.35 Rencana Kegiatan Dalam Pelaksanaan Model Pembelajaran

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan alir rancangan penelitian ... 23 Gambar 3.2 Bagan prosedur penelitian dan pengembangan ... 26 Gambar 4.1 Analisis Fishbone ... 101

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Instrumen Pemetaan Pendidikan di SMA ... 110 Lampiran 2. Instrumen FGD ... 141 Lampiran 3. Data SMA/MA di Kabupaten Kutai Barat ... 143

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan dalam dunia pendidikan kita saat ini sedang menghadapi babak baru sejak munculnya kebijakan pemerintah yang melahirkan proyek Ujian Nasional (UN). Landasan hukum penyelenggaraan UN adalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan PERMEN No.45 tahun 2006 tentang Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007.

Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memacu peningkatan mutu pendidikan. Tujuan penyelenggaraan Ujian Nasional adalah untuk mengukur dan menilai pencapaian kompetensi lulusan dalam mata pelajaran tertentu, serta pemetaan mutu pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, Ujian Nasional juga dapat berfungsi sebagai motivator bagi pihak-pihak terkait untuk bekerja lebih baik guna mencapai hasil ujian yang baik. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya ujian nasional, siswa terdorong untuk belajar lebih baik dan guru terdorong untuk mengajar lebih baik pula.Persepsi orang terhadap mutu sekolah juga banyak dipengaruhi atau ditentukan oleh hasil UN. UN dianggap sebagai ukuran penentu mutu pendidikan sekolah-sekolah di tanah air kita.

Pelaksanaan UN merupakan implementasi PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Hasil UN diharapkan dapat dijadikan dasar untuk melakukan pemetaan mutu pendidikan dalam upaya merencanakan langkah perbaikan di bidang pendidikan secara merata di seluruh wilayah tanah air.Informasi tentang peta hasil Ujian Nasional dapat digunakan sebagai umpan balik bagi semua pihak terkait dalam rangka memperbaiki kinerjanya masing-masing. Oleh karena itu, peta hasil Ujian Nasional merupakan bahan informasi yang perlu dikaji secara mendalam oleh semua pihak dalam rangka memperbaiki pembelajaran dan mutu pendidikan

(13)

secara berkelanjutan. Selain itu, banyak kalangan juga menyadari bahwa UN tidak dapat digunakan sebagai komponen yang menentukan lulus tidaknya peserta didik, namun lebih tepat dijadikan sebagai sarana untuk menilai sejauh mana pemerataan pendidikan telah terjadi.

Menurut data dari Dinas Pendidikan Kalimantan Timur, tingkat kelulusan UN SMA/MA/SMK tahun 2011 meningkat jika dibandingkan tahun lalu, yaitu mencapai 98,7% (dari 37.812 siswa yang mengikuti UN, hanya 475 siswa yang tidak lulus). Dilihat dari jenis jenjang pendidikan menengah, tingkat kelulusan untuk SMA/MA sebesar 98,21% sedangkan untuk SMK tingkat kelulusannya mencapai 99,34%. Secara keseluruhan untuk siswa SMA/MA, tingkat kelulusan untuk jurusan IPA sebesar 99,55% (dari jumlah peserta 8.921 orang, yang lulus 8.881 orang) sedangkan yang tidak lulus sebanyak 40 orang (sekitar 0,45%), tingkat kelulusan untuk jurusan IPS adalah 97,24% (dari 12.930 orang, yang lulus 12.547 orang) sedangkan yang tidak lulus sebanyak 356 orang (sekitar 2,75%), dan untuk jurusan Bahasa dan Keagamaan tingkat kelulusannya 100% (dari 263 orang jurusan Bahasa dan 36 siswa jurusan Keagamaan, semuanya lulus).

Dilihat dari komposisi kabupaten/kota, tingkat kelulusan UN SMA/MA tahun 2011 di beberapa kabupaten/kota antara lain: di kota Samarinda mencapai 99,64% (meningkat dari tahun lalu yang hanya 98%), di kota Balikpapan mencapai 99,78% (meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya 97,98%), di kota Bontang mencapai 99,88%, di kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mencapai 99,04% (meningkat dari tahun lalu yang hanya 85,28%), di kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencapai 99,8% (meningkat dari tahun lalu yang hanya 98,6%), di kabupaten Nunukan dan Tana Tidung mencapai angka 100%, di kota Tarakan tingkat kelulusan untuk SMA/MA hanya mencapai 96%. Dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Timur, Kutai Barat menjadi kabupaten yang paling banyak siswanya tidak lulus. Sementara itu, yang paling sedikit tidak lulus adalah kabupaten Bulungan (3 orang), Kutai Timur dan PPU (4 orang).

Meskipun secara umum dapat dikatakan bahwa hasil UN SMA/MA tahun 2011 di beberapa kabupaten/kota di Kalimantan Timur mengalami peningkatan dengan tingkat kelulusan yang cukup memuaskan. Namun rendahnya tingkat

(14)

kelulusan di kabupaten Kutai Barat harus menjadi perhatian serius. Hasil UN SMA/MA tahun 2011 menunjukkan total siswa yang tidak lulus di kabupaten Kutai Barat (Kubar) adalah sebanyak 199 siswa (28 siswa dari jurusan IPA dan 171 siswa dari jurusan IPS) atau hampir setengah dari jumlah siswa yang tidak lulus se-Kaltim. Kondisi ini cukup memprihatinkan dan menggambarkan tidak meratanya mutu pendidikan di Kalimantan Timur terutama di daerah-daerah perbatasan. Secara lengkap jumlah prosentase siswa tidak lulus dalam UN tiga tahun terakhir terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 1.1 Prosentase Siswa Tidak Lulus UN dalam Tiga Tahun Terakhir (Sumber: Data Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur)

No Nama Sekolah

2007/2008 2008/2009 2009/2010 IPA IPS IPA IPS IPA IPS 1 SMAN 1 SENDAWAR 3,92 8,67 0 0,76 2 10,1 2 SMAN 2 SENDAWAR 8,77 3,78 1,69 3,66 68,2 97,0 3 SMAN 3 SENDAWAR 5,26 2,22 0 0 91,3 79,5 4 SMAN 4 SENDAWAR 16,66 3,22 17,1 38,7 100 100 5 SMAN 5 SENDAWAR 0 61,1 100 100 6 SMAN 6 SENDAWAR 0 42,3 7 SMAN 7 SENDAWAR 0 100 100 8 SMAN 8 SENDAWAR 45,4 100 100 9 SMAN 9 SENDAWAR 23,1 21,7 83,3 10 SMAN 10 SENDAWAR 9,37 0 11 SMAN 11 SENDAWAR 68,4 12 SMAN 12 SENDAWAR 100

13 SMA SURYA MANDALA 20,93 10,5 6,12 8,77 19,0 38,1 14 SMA SARIMENTANANG 22,5 5,88 100

15 SMA PGRI 3 18,7 49,1 95,6

16 SMA AWANG LONG 14,2 62,5 100

17 SMA ADIWIDIA 7,69 0 100 18 SMA PURNAMA 3 13,8 19 SMA MAHAKAM 23,0 0 100 20 SMA SINGAWANA 20,8 26,3 21 SMA PANCASILA 37,5 20 22 SMA PURNAMA 4 5,26 0 100

23 SMA ANAKU SWALAS GUNA 25 3,22 100

24 SMA SWADAYA 0 0 50

(15)

No Nama Sekolah

2007/2008 2008/2009 2009/2010 IPA IPS IPA IPS IPA IPS

26 SMA MASKERTA 47,8 0

27 MA SUBULUSSALAM 0

28 MA Melak 0 20

Terlepas dari masih banyaknya pro dan kontra mengenai pelaksanaan UN dan berbagai reaksi yang muncul atas hasil UNbaik untuk jenjang sekolah dasar maupun menengah. Hasil UN ini dapat dijadikan sebagai cermin untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan di Kubar. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Kubar harus dilihat dari berbagai elemen antara lain siswa, guru, orangtua/masyarakat, sekolah dan pemerintah daerah.

Dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Kubar, perlu dilakukan pemetaan terhadap pencapaian standar kompetensi/kompetensi dasar siswa pada setiap mata pelajaran terutama yang menjadi sasaran UN di SMA/MA. Menurut Peraturan Menteri No. 33 Thn 2007 Tentang UNAS SMP/SMA TA 2007/2008, bahwa mata pelajaran yang diujikan pada UN SMA untuk jurusan IPA adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi dan untuk jurusan IPS adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan pemetaan kompetensi untuk mata pelajaran-mata pelajaran tersebut terhadap siswa SMA/MA yang mengikuti UN tahun 2011 di kabupaten Kutai Barat. Peta kompetensi siswa tersebut dibuat per pokok bahasan untuk mengetahui pokok bahasan mana saja dalam standar kompetensi lulusan (SKL) yang belum dikuasai oleh siswa. Berdasarkan peta kompetensi siswa itu, selanjutnya akan dianalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaran rendah. Faktor-faktor yang akan dianalisis memperhatikan 8 standar nasional pendidikan yang tercantum dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, meliputi: standar isi, standar prosespembelajaran, standar kompetensi lulusan, standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

(16)

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian untuk sekolah-sekolah yang berada di kabupaten Kubar.

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di kabupaten Kutai Barat, selanjutnya akan dirancang alternatif dan model yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Kutai Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaranyang menjadi sasaran ujian nasional di Kabupaten Kutai Barat?

2. Desain model pemecahan masalah seperti apakah yang sesuai dilaksanakan dalam upaya meningkatkan pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaran yang menjadi sasaran ujian nasional di kabupaten Kutai Barat?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaran yang menjadi sasaran ujian nasional di Kabupaten Kutai Barat.

2. Menemukan alternatif model yang sesuai untuk mengatasi penyebab rendahnya pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaran yang menjadi sasaran ujian nasional di kabupaten Kutai Barat.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dihasilkannya alternatif model pemecahan masalah yang tepat dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran yang menjadi sasaran ujian nasional di kabupaten Kutai Barat, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan dapat menghasilkan panduan dan prinsip-prinsip yang dapat digunakan oleh guru yang menjadi sasaran ujian nasional mata pelajaran kimia di kabupaten Kutai Barat untuk meningkatkan kompetensinya,

(17)

sehingga dapat memperkaya teori mengenai model pembelajaran yang telah ada dan strategi belajar mengajar yang telah dilakukan selama ini. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat mendapatkan Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan yang dapat :

1. Memetakan kompetensi peserta didik SMA setiap pokok bahasan

2. Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu

3. Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi siswa

4. Merumuskan model implementasi pemecahan masalah dengan menyertakan berbagai institusi terkait

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemetaan Nilai Ujian Nasional di Kalimantan Timur

Ujian Nasional (UN) merupakan standar pemetaan kualitas pendidikan di suatu daerah. Melalui ujian nasional diharapkan pemerintah dapat mengetahui kualitas lulusan dan menentukan arah suatu institusi pendidikan selanjutnya.

Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan karakteristik kabupaten berbeda-beda. Untuk Ujian Nasional tahun 2011 ini, diketahui bahwa kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten dengan nilai UN terendah yaitu Hal ini tentunya menarik untuk dikaji mengingat bahwa Kalimantan Timur merupakan daerah yang memiliki anggaran pendapatan dan belanja daerah yang cukup besar.

Menurut situs resmi Kabupaten Kutai Barat (2011), Kutai Barat merupakan daerah pemekaran kabupaten Kutai berdasarkan Undang Undang Nomor 47 tahun 1999. Sebagai daerah yang terletak di tepian sungai, menjelang pelaksanaan UN, kabupaten Kutai Barat masih saja dirisaukan dengan gagalnya UN akibat banjir. Hal ini disampaikan oleh pihak terkait dan telah dilakukan antisipasi agar pelaksanaan UN tetap berjalan lancar dan tidak ada hambatan. Hal ini tentu saja mempengaruhi motivasi dan minat belajar siswa dalam mempersiapkan UN.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal. Terdapat sejumlah variabel yang dianggap saling berhubungan/mempengaruhi. Dalam pelaksanaan pendidikan di suatu lembaga pendidikan, terdapat lima faktor pendidikan yang harus ada agar kegiatan pendidikan terlaksana dengan baik. Adapun kelima faktor tersebut adalah (Sejathi, 2011):

(19)

1. Faktor tujuan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah harus selalu berpegang pada tujuan sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas.

2. Faktor guru (pendidik).

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Peningkatan kualitas pendidikan ditentukan oleh peningkatan proses belajar mengajar. Dengan adanya peningkatan kualitas proses belajar mengajar maka kualitas lulusan pun dapat meningkat.Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini akan sangat bergantung pada pengelolaan sekolah dan pengajaran/pendekatan yang diterapkan guru.

3. Faktor siswa.

Siswa merupakan objek dari pendidikan, sehingga mutu pendidikan yang akan dicapai tergantung pada kondisi fisik, tingkah laku dan minat bakat dari anak didik.

4. Faktor alat pendidikan.

Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi tercapainya tujuan pendidikan,yaitu sarana, prasarana dan kurikulum. Alat pendidikan merupakan masalah yang essensial dalam pendidikan.

5. Faktor lingkungan/masyarakat.

Kemajuan pendidikan sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakat termasuk orang tua siswa, karena tanpa adanya bantuan dan kesadaran dari masyarakat akan sulit untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan. Sekolah dan masyarakat merupakan dua kelompok yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lainnya. Oleh karena itu dibentuk komite sekolah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan No. 044/V/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yaitu untuk memberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, mendukung penyelenggaraan pendidikan, mengontrol, mediator antara pemerintah dan masyarakat.

Kelima faktor di atas terangkum dalam standar nasional pendidikan yang telah dirumuskan oleh pemerintah di dalam Peraturan Pemerintah (PP)

(20)

Nomor 19 Tahun 2005. Di dalam PP tersebut tertuang 8 standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu di dalam penelitian ini, berbagai faktor yang mempengaruhi penguasaan kompetensi siswa dianalisis dengan memperhatikan 8 standar nasional pendidikan.

C. Standar Nasional Pendidikan

Dalam rangka upaya menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas di seluruh daerah Indonesia, pemerintah menetapkan standar nasional pendidikan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005. Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan tersebut berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sdangkan tujuan dari Standar Nasional Pendidikan adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Standar nasional pendidikan tersebut melingkupi 8 standar, yaitu (1) standar isi, (2) standar proses pembelajaran, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.

1. Standar Isi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Penyusunan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang diharapkan tersebut harus mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, keseluruhan pembelajaran di dalam tiap satuan pendidikan berpedoman pada KTSP.

(21)

Pengembangan KTSP oleh tiap satuan pendidikan harus memperhatikan potensi/karakteristik daerah dimana satuan pendidikan tersebut berada, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Oleh karena itu, pengembangan KTSP, termasuk komponen silabus pembelajaran, seharusnya dilakukan oleh satuan pendidikan (sekolah) itu sendiri, bukan menjiplak secara penuh dari kurikulum sekolah lainnya atau panduan dari pusat.

Selain masalah pengembengan KTSP, Standar isi dalam PP No 19 Tahun 2005 juga menuangkan kriteria beban belajar. Beban belajar untuk pendidikan dasar atau menengah menggunakan jam pembelajaran setiap minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sesuai kebutuhan dan ciri khas masing-masing.

2. Standar Proses Pembelajaran

Standar proses pembelajaran adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan tersebut harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang bersesuaian dengan standar proses pembelajaran, setiap guru hendaknya melaksanakan pembelajaran yang bersifat studentcentered (berpusat pada siswa). Hal ini disebabkan pembelajaran yang berpusat pada siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dan mengembangkan berbagai kemampuan seperti kreativitas dan kemandirian. Dampak dari pemberian kesempatan-kesempatan tersebut adalah pembelajaran akan menjadi menantang dan menyenangkan bagi siswa.

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran-pembelajaran yang bersesuaian dengan standar, tentu setiap pembelajaran harus direncanakan

(22)

dengan matang dan dievaluasi secara berkesinambungan. Perencanaan yang matang ini mengindikasikan bahwa setiap guru perlu membuat sendiri rencana-rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rencana-rencana tersebut dituangkan dalam bentuk Silabus Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran (RP).

Sedangkan kaitannya dengan evaluasi pembelajaran secara berkesinambungan, setiap sekolah perlu mengadakan kegiatan pengawasan terhadap semua pembelajaran yang diselenggarakan. Pengawasan tersebut meliputi pematauan, supervisi, evaluasi, dan tindak lanjut terhadap hasil-hasil supervisi/evaluasi.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pengertian ini menunjukkan bahwa kompetensi lulusan yang diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan tentang materi-materi pelajaran di sekolah, tetapi lebih jauh lagi adalah pengembangan sikap dan keterampilan yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) merumuskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik pada setiap satuan pendidikan. Dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi (Sanjaya, 2006).

Klasifikasi kompetensi mencakup: (1) kompetensi lulusan, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu; (2) kompetensi standar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya; (3) kompetensi dasar, yaitu kemampuan minimal

(23)

yang harus dicapai peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Melalui penetapan standar pendidik dan tenaga kependidikan ini diharapkan diperoleh pada pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas. Tanpa para pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas, tentu mustahil akan dihasilkan lulusan-lulusan dan pelaksanaan pendidikan yang bermutu.

Pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas setidaknya memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam PP No 19 Tahun 2005. Pasal 29 menyatakan bahwa setiap pendidik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus memiliki kualifikasi akademik minimal D-IV, latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, serta memiliki sertifikat pendidik. Sedangkan untuk tenaga kependidikan terutama kepala sekolah, selain harus memenuhi persyaratan kualifikasi akademik, juga harus berstatus sebagai guru, berpengalaman mengajar paling sedikit 5 tahun, serta memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.

Sedangkan untuk tenaga kependidikan lainnya, setiap jenjang pendidikan menengah sekurang-kurangnya memiliki tenaga administrasi, tenaga laboratorium, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan. Persyaratan untuk tenaga administrasi dan tenaga perpustakaan lebih lanjut dituangkan dalam Permendiknas No 24 dan 25 Tahun 2008 dan Permendiknas

5. Standar Sarana Dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi

(24)

informasi dan komunikasi. Sarana yang dimaksud disini meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sedangkan prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana dan prasarana ini diatur lebih lengkap lagi melalui Permendiknas No 24 tahun 2007.

6. Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pengelolaan ini diatur kembali melalui Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007.

Di dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, setiap sekolah jenjang pendidikan dasar dan menengah diharuskan untuk merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah. visi, misi, dan tujuan tersebut dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah, Setelah dirumuskan, ketiganya harus disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; serta ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.

Selain perumusan visi dan misi, sekolah juga harus menyusun rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun dan rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah. Rencana kerja jangka menengah menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu

(25)

empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan, sedangkan Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta kelancaran pelaksanaan rencana kerja, setiap sekolah harus memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi tersebut berisi tentang sistem penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan. Setiap unsur yang terlibat dalam struktur organisasi, baik pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi sekolah/madrasah. Uraian tersebut seyogyanya dituangkan dalam bentuk dokumen yang dipayungi oleh peraturan sekolah.

7. Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasi meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, telekomunikasi, pemeliharaan, dan sebagainya. Sedangkan biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Pembiayaan untuk keseluruhan biaya tersebut diatur Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 dan sumber dana untuk pembiayaan berasal dari APBN, APBD, Komite Sekolah, Masyarakat atau orang tua siswa. Pengambilan dana dari masyarakat tentu harus mendapatkan persetujuan masyarakat, tanpa ada paksaan, serta harus mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi masyarakat itu sendiri.

(26)

8. Standar Penilaian Pendidikan.

Indikator untuk menetapkan kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari ketercapaian tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2004). Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diukur dari banyaknya pengetahuan atau keterampilan dalam pembelajaran yang dapat dikuasai oleh peserta didik. Pengukuran tersebut dapat dilakukan melalui penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Oleh karena penilaian terhadap hasil belajar peserta didik memiliki peranan yang penting terhadap keberhasilan proses belajar mengajar, maka pemerintah menetapkan standar pendidikan yang dituangkan dalam PP No 19 Tahun 2005. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Tujuan pembelajaran merupakan penjabaran dari indikator-indikator yang telah ditetapkan oleh guru di dalam Rencana Pembelajaran. Oleh karena itu, indikator-indikator tersebut harus menjadi landasan bagi guru untuk menyusun penilaian dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, teknik penilaian pun harus bersesuaian dengan indikator. Jika indikator berada dalam dalam ranah afektif, maka teknik penilaian pun harus berada dalam ranah afektif. Tidak dibenarkan apabila indikator berada dalam ranah psikomotorik, maka teknik penilaian berupa tes tertulis yang lebih mengukur ranah kognitif melainkan lebih cocok berupa pengamatan terhadap gerak siswa.

Selain itu, penilaian terhadap tujuan pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang optimal jika hanya melihat hasil tes akhir siswa. Penilaian juga harus dilakukan selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan karena penilaian oleh yang dilakukan oleh pendidik tidak hanya bertujuan untuk melihat kemampuan penguasaan kompetensi siswa, melainkan juga untuk mendiagnosis kemajuan dan kesulitan siswa serta untuk memperbaiki proses belajar mengajar (Pasal 64 PP No 19 Tahun 2005). Oleh karena itu, instrumen penilaian seyogyanya tidak hanya berupa tes tertulis, tetapi dapat

(27)

juga berupa pengamatan kinerja, perilaku dan sikap peserta didik. Dengan demikian seharusnya penilaian guru bersifat autentik.

Penilaian tidak hanya dilakukan oleh pendidik, melainkan juga dilaksanakan oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Bentuk pelaksanaan penilaian oleh satuan pendidikan dapat berupa ulangan tengah semester, ulangan semester, atau ulangan kenaikan kelas. Sedangkan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional. Semua hasil penilaian dari pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah disusun dalam bentuk laporan-laporan. Laporan-laporan ini seharusnya disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan sekolah, seperti orang tua siswa, komite sekolah, donatur, dan Dinas Pendidikan.

D. Peran Guru dalam Pencapaian Standar Nasional Pendidikan

Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan, setiap guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan (proses pembelajaran) dapat dimulai dengan menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran (Sanjaya, 2006).

Terdapat begitu banyak komponen yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Salah satu komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah guru. Guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Guru memegang peranan penting dalam pembelajaran. Jika seorang guru tidak mampu mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar bermakna, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyusun konsep yang benar. Tentu saja hal ini akan menghasilkan pembelajaran yang tidak berkualitas.Dengan demikian, untuk mencapai standar proses pendidikan dapat dimulai dengan menganalisis komponen guru.

(28)

Seorang guru harus seorang ahli, artinya dia ahli di bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam tugasnya sebagai pendidik untuk menanamkan konsep-konsep pengetahuan yang diajarkannya. Seorang guru tidak hanya cukup menguasai bahan ajar yang diajarkan atau hanya menguasai cara mengajar, sementara dia bukan ahli bidang studi yang diajarkan. Selain itu seorang pendidik harus memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

(1) Guru sebagai sumber belajar, yaitu berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran.

(2) Guru sebagai fasilitator, yaitu memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Untuk itu, guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar, mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media, mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.

(3) Guru sebagai pengelola, yaitu menguasai hal yang berhubungan dengan pengelolaan kelas sehingga proses pembelajaran berlangsung baik sesuai dengan rencana. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

(4) Guru sebagai demonstrator, yaitu dapat mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.Untuk hal ini,guru harus menguasai bahan dan materi pembelajaran. Dengan kata lain, dia harus menguasai teori pembelajaran dan menguasai berbagai teknik pembelajaran.

(5) Guru sebagai pembimbing, yaitu menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya.

(6) Guru sebagai motivator, yaitu dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa agar proses pembelajaran dapat berhasil.

(29)

(7) Guru sebagai evaluator, yaitu mampu mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui apakah tujuan sudah tercapai atau belum.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 dikemukakan bahwa kompetensi guru mencakup:

(1) Kompetensi pedagogis, yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.

(2) Kompetensi kepribadian, yaitu guru harus memiliki kepribadian ideal. (3) Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru sebagai bagian masyarakat. (4) Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam.

E. Teori Konstruktivisme

Pembelajaran ini menghendaki bahwa siswa harus menemukan sendiri pengetahuannya dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2007). Berdasarkan pernyataan ini, salah satu prinsip paling penting adalah siswa harus menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru membantu proses-proses tersebut.

Uraian di atas sejalan dengan pendapat Bencze (2008) yang mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran kontruktivisme. Bencze menyatakan bahwa teori pembelajaran kontruktivisme menyarankan beberapa poin, antara lain sebagai berikut:

(1) Siswa mempunyai ide-ide sendiri

Oleh karena siswa memiliki ide sendiri, maka sebaiknya guru dalam pembelajaran tidak hanya sekedar memberi pengetahuan kepada siswa. Siswa seharusnya membangun pengetahuannya sendiri. Untuk memudahkan proses ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri dalam membangun pengetahuannya.

(30)

(2) Ide siswa sering kontradiksi dengan ide guru

Ide atau pengetahuan awal yang dimiliki siswa sering bertentangan dengan konsep. Untuk itudiperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengubah ide awal siswa yang bertentangan dengan konsep.

(3) Siswa memerlukan pengalaman dengan melakukan sendiri

Penjelasan berbagai ide/keterampilan atau penunjukkan hasil tidak cukup bagi siswa untuk belajar. Siswa memerlukan aktivitas untuk menggunakan ide, keterampilan, atau yang lainnya. Aktivitas tersebut meliputi kombinasi antara pengalaman nyata dengan ide-ide abstrak yang dipresentasikan dalam pembelajaran.

(4) Siswamemerlukan orang lain

Ide siswa sering bertentangan dengan konsep, maka untuk mengubah ide yang bertentangan tersebut agar sesuai dengan konsep tidak dapat dilakukan sendiri oleh siswa. Siswa memerlukan orang lain untuk mengubah ide yang dimilikinya. Untuk itu siswa memerlukan guru dan teman lain untuk membimbingnya. Jika siswa tidak mudah mengubah konsepsi awal yang tidak sesuai konsep, maka perlu diberikan konflik kognitif.

F. Kabupaten Kutai Barat

Kabupaten Kutai Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sendawar. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 33.052 km² dan berpenduduk sebanyak 165.934 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).

Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Kutai yang dibentuk berdasarkan UU No. 47 Tahun 1999. Secara geografis, Kutai Barat terletak di antara 113045’05”-116031’19” BT dan

1031’35”-1010’16” LS. Batas-batasnya adalah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Malinau dan Negara Sarawak

Selatan Kabupaten Paser

Barat Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat

(31)

Pada umumnya desa-desa di Kutai Barat terletak di tepian sungai yaitu sebayak 119 desa, di daerah dataran (86 desa) dan di lereng/punggung bukit (18 desa). Hal ini menyebabkan cuaca sangat mempengaruhi kondisi pembelajaran di kabupaten ini. Mayoritas Penduduk Kabupaten Kutai Barat adalah Masyarakat Adat yang terdiri dari bermacam suku, bahasa, adat-istiadat serta kultur dan budayanya. Konsepsi kepemilikan wilayah-wilayah Adat (kawasan kelola) dipahami mereka secara utuh dalam satu kesatuan berdasarkan faktor genealogis dan teritorial yang ada, berdasarkan asal-usul (sejarah) yang sudah ada secara turun-temurun jauh sebelum Republik Indonesia ada. Kabupaten Kutai Barat dibagi menjadi 21 kecamatandan setiap kecamatan dibagi menjadi 223 kampung(setingkat desa/kelurahan).

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Rancangan Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode ini digunakan untuk menghasilkan alternatif model yang sesuai untuk memecahkan masalah rendahnya pencapaian kompetensi siswa SMA/MA pada mata pelajaran yang menjadi sasaran ujian nasional di kabupaten Kutai Barat, dan untuk menguji keefektifan model dalam proses pembelajaran yang menjadi sasaran ujian nasional. Metode penelitian ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1. Studi pendahuluan, yaitu menganalisis peta kompetensi siswa SMA/MA se-Kabupaten Kutai Barat berdasarkan data UN tiga tahun terakhir (2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010) dari Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Diknas, dan membuat peta kompetensi siswa tiap pokok bahasan yang pencapaian kompetensinya kurang dari 60%. Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang menyebabkan rendahnya kompetensi siswa pada tiap mata pelajaran di beberapa SMA/MA Kabupaten Kutai Barat.

2. Perencanaan dan pengembangan, yaitu melakukan identifikasi alternatif pemecahan masalah berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan dan menentukan alternatif desain model pemecahan yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan di lapangan.

3. Implementasi dan pengukuran efektifitas model, yaitu melakukan implementasi terhadap desain model yang telah dirancang di beberapa SMA/MA di Kabupaten Kutai Barat yang ditemukan memiliki masalah dalam pencapaian kompetensi siswa pada mata pelajaran yang menjadi sasaran ujian nasional. Selanjutnya dilakukan penilaian apakah model pemecahan tersebut efektif diimplementasikan pada masing-masing SMA/MA tersebut dan dibuat peta efektifitas pemecahan masalah.

(33)

STUDI PENDAHULUAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN MODEL PEMECAHAN MASALAH

Secara visual rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Kegiatan yang telah dikerjakan pada tahun pertama :

FGD Identifikasi Faktor Penyebab Rendahnya Pencapaian Kompetensi Siswa Studi Dokumentasi (Hasil UN) Faktor Penyebab Rendahnya Pencapaian Kompetensi Siswa  FGD  Interview  Observasi kelas  Dokumentasi Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah Pemetaan Kompetensi Siswa SMA Peta Kompetensi Siswa Tiap Pokok

Bahasan

Alternatif & Model Pemecahan

(34)

IMPLEMENTASI DAN PENGUKURAN EFEKTIVITAS DESAIN MODEL PEMECAHAN MASALAH PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN MODEL PEMECAHAN MASALAH

Kegiatan yang akan dikerjakan pada tahun kedua :

Gambar 3.1 Bagan Alir Rancangan Penelitian

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh SMA/MA yang ada di Kabupaten Kutai Barat Propinsi Kalimantan Timur baik negeri maupun swasta, yaitu sebanyak 28 sekolah SMA/MA yang tersebar di 18 kecamatan (data terlampir). Adapun subjek yang akan diteliti adalah siswa, guru, kepala sekolah, wakil

Pengukuran Efektivitas Pemecahan Masalah Dokumen Implementasi Pemecahan Masalah Peta Efektivitas Pemecahan Masalah  Wawancara  Angket  Observasi  Tes Alternatif & Model

Pemecahan Masalah Implementasi Pemecahan  Inovasi Sistem  Diseminasi Program Pendidikan

(35)

kepala sekolah, bendahara sekolah dan guru bimbingan konseling di SMA/MA yang ada di kabupaten Kutai Barat.

Mengingat secara geografis luas wilayah kabupaten Kutai Barat mencapai 33.052 km² dan terdapat beberapa wilayah kecamatan yang sulit dijangkau oleh transportasi maka untuk menentukan sekolah mana yang akan menjadi sampel untuk kepentingan studi pendahuluan dan tahap diseminasi digunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan sekolah (SMA/MA) yang persentase pencapaian kompetensi siswanya sangat rendah.

Dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan hasil ketidaklulusan siswa dalam UN tiga tahun terakhir dan pertimbangan geografis wilayah kabupaten Kutai Barat, sampel sekolah yang menjadi sasaran pemetaan adalah :

1. SMAN 1 Sendawar, di Melak

2. SMAN 2 Sendawar, di Linggang Bigung 3. SMA Surya Mandala, di Barong Tongkok

SMA Negeri 1 Sendawar dijadikan sampel karena secara geografis mudah dijangkau, secara capaian kelulusan UN baik. SMAN 2 Sendawar secara geografis bisa dijangkau, dengan capaian kelulusan UN kurang baik. SMA Surya Mandala Barong Tongkok dijadikan sampel penelitian karena merupakan SMA Swasta dengan capaian kelulusan baik dan secara geografis mudah dijangkau.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dan prosedur dalam penelitian ini mengacu pada siklus Research and Development (R & D) yang dikemukakan oleh borg dan Gall (1983), dengan uraian dan penjelasan yang telah dimodifikasi dandiselaraskan dengan tujuan dan kondisipenelitian yang sebenarnya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan, yaitu studi dokumentasi untuk mengolah data hasil UN 3 tahun terakhir (2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010) dari Pusat

(36)

Penilaian Pendidikan, Balitbang Diknas, dan membuat peta kompetensi siswa SMA se-Kabupaten Kutai Barat tiap pokok bahasan yang pencapaian kompetensinya kurang dari 60%.

2. Mengidentifikasi faktor penyebab permasalahan. Berdasarkan peta kompetensi masing-masing pelajaran yang telah dibuat, selanjutnya dilakukan identifikasi faktor-faktor penyebab rendahnya pencapaian kompetensi siswa dengan metode:

1. Interview, yaitu melakukan wawancara tak terstruktur kepada guru-guru tiap mata pelajaran, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, bendahara sekolah dan siswa untuk menggali informasi tentang pelaksanaan 8 komponen standar pendidikan nasional sesuai Permendiknas.

2. Observasi kelas, yaitu mengamati proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan mengamati karakteristik siswa pada masing-masing kelas di sekolah yang menjadi objek penelitian.

3. FGD (Forum Group Discussion), yaitu dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menemukan faktor penyebabnya bersama-sama.

4. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi yang berkaitan silabus dan RPP tiap mata pelajaran, tenaga akademik pendidik dan tenaga kependidikan, jadwal pelajaran, laporan keuangan, dokumen KTSP, struktur organisasi dan pembagian tugas kerja, dan lain-lain.

3. Mengidentifikasi alternatif model pemecahan masalah.Beberapa alternatif pemecahan masalah disusun berdasarkan faktor penyebab yang ditemukan. Penentuan alternatif model pemecahan masalah yang paling sesuai dilakukan melalui FGD yaitu dengan menghadirkan para praktisi dan tenaga ahli dalam bidang pendidikan untuk menilai rancangan mana yang paling sesuai dengan kondisi di sekolah yang menjadi objek penelitian sehingga dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya.

Keseluruhan langkah-langkah dan prosedur penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat pada bagan dalam gambar 3.2.

(37)

STUDI PENDAHULUAN

Alternatif model pemecahan masalah

FGD Peta Kompetensi Siswa Tiap

Pokok Bahasan

Identifikasi faktor-faktor penyebab rendahnya pencapaian kompetensi siswa

Identifikasi alternatif model pemecahan masalah Faktor penyebab rendahnya

kompetensi siswa

Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian dan Pengembangan

STUDI DOKUMEN:

 Analisis data UN tahun 2008, 2009 dan 2010 dari Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Diknas

 FGD  Interview  Observasi kelas  Dokumentasi

(38)

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap guru-guru mata pelajaran, siswa, kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kurikulum dan sarana prasarana, guru bimbingan konseling, kepala TU, kepala perpustakaan, dan bendahara sekolah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi dokumentasi berupa silabus dan RPP tiap mata pelajaran, tenaga akademik pendidik dan tenaga kependidikan, jadwal pelajaran, laporan keuangan, dokumen KTSP, struktur organisasi dan pembagian tugas kerja, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi, yaitu gabungan antara teknik wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mendapatkan data mengenai 8 komponen standar nasional pendidikan yang ada di tiga sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebelum peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Data yang dianalisis sebelum peneliti memasuki lapangan adalah data-data mengenai peta kompetensi siswa SMA/MA di Kutai Barat tiap mata pelajaran selama tiga tahun terakhir (tahun pelajaran 2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010) yang diperoleh dari Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang, Diknas. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi apa saja yang pencapaiannya kurang dari 60%, sehingga pada saat di lapangan dapat dicari faktor penyebab tidak tercapainya kompetensi tersebut.

Analisis data selama di lapangan dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data yang diperoleh di lapangan dilakukan dengan memilih hal-hal yang pokok dan penting, kemudian membuat kategorisasi berdasarkan 8 komponen standar nasional pendidikan. Data-data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan uraian yang bersifat naratif. Pemeriksaan keabsahan data hasil wawancara

(39)

dilakukan dengan observasi langsung dan studi dokumentasi terhadap silabus, RPP dan dokumen-dokumen pendukung lainnya.

Analisis data setelah di lapangan adalah melakukan penarikan kesimpulan dilakukan melalui forum diskusi (FGD) mengenai faktor penyebab utama rendahnya kompetensi siswa dan model pemecahan masalah. Identifikasi faktor penyebab rendahnya kompetensi siswa dilakukan dengan metode analisis tulang ikan (fishbone) dan penentuan faktor utama penyebabnya yang perlu dilakukan intervensi untuk analisis pemecahan masalahnya dilakukan dengan analisis USG, yaitu Urgency (mendesak), Seriousness (gawat), Growth (menimbulkan dampak). Analisis mengenai metode/model pemecahan masalah akibat faktor penyebab utama yang telah ditentukan juga dilakukan melalui forum diskusi (FGD).

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemetaan Kompetensi Siswa Tiap Mata Pelajaran SMA se-Kabupaten Kutai Barat

Pemetaan kompetensi siswa terhadap semua mata pelajaran yang masuk ujian nasional didasarkan pada data hasil analisis perolehan nilai UN dalam 3 tahun terakhir (tahun 2008 sampai dengan 2010) yang diperoleh dariPusat Penilaian Pendidikan Balitbang Diknas. Berikut ini akan diuraikan gambaran perolehan nilai UN dan peta kompetensi siswa SMA se-Kubar untuk masing-masing mata pelajaran UN.

1. Mata Pelajaran Matematika

Data perolehan nilai Ujian Nasional (UN)dari untuk mata pelajaran matematika se-Kubar dalam3 tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut.

Tabel4.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran Matematika se-Kabupaten Kutai Barat

Tahun Pelajaran

Nilai Rata-rata + Standar

Deviasi Klasifikasi

2007/2008 7.18 +1.25 B

2008/2009 2.55 + 1.10 E

2009/2010 2.67 + 1.05 E

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata UN murni yang sangat signifikan untuk mata pelajaran matematika selama 3 tahun terakhir di kabupaten Kutai Barat. Perolehan nilai dari klasifikasi B pada tahun pelajaran 2007/2008 menjadi klasifikasi E pada 2 tahun terakhir.

Adapun data perolehan nilai dalam bentuk distribusi frekuensi untuk 3 tahun terakhir disajikan pada tabel 4.2.

(41)

Tabel 4.2 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Tahun 2007/2008 sampai 2009/2010 se Kabupaten Kutai Barat

RentangNilai 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Jumlah Siswa % Jumlah Siswa % Jumlah Siswa % 10.00 - - - - 9.00 – 9.99 14 7,29 - - - - 8.00 – 8.99 61 31,77 1 0,38 - - 7.00 – 7.99 29 15,10 1 0,38 - - 6.00 – 6.99 52 27,08 3 1,13 6 1,86 4.25 – 5.99 35 18,23 15 5,66 25 7,74 3.00 – 4.24 1 0,52 55 20,75 81 25,08 2.00 – 2.99 - - 120 45,28 144 44,58 1.00 – 1.99 - - 68 25,66 65 20,12 0.00 – 0.99 - - 2 0,75 2 0,62

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2007/2008 hanya 18,75% siswa yang perolehan nilainya di bawah 6.00 untuk mata pelajaran matematika, namun pada 2 tahun terakhir terjadi peningkatan yang cukup drastis, yaitu sebanyak 98,11% siswa pada tahun 2008/2009 dan 98,14% siswa pada tahun 2009/2010.

Fakta penurunan perolehan nilai ini mengindikasikan terjadinya penurunan penguasaan kompetensi dasar (KD) pada pelajaran matematika. Adapun gambaran peta KD yang penguasaannya kurang dari 60% pada tahun 2007/2008 hingga 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Peta Penguasaan Kompetensi Dasar (KD) untuk Mata Pelajaran Matematikaberdasarkan hasil UN pada tahun 2007/2008 hingga 2009/2010

Kelas Kode KD Materi Pokok 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/2010 Pkt A Pkt B

X 1.1 Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma

-  

1.2 Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma

-   

2.2 FungsiPersamaan, dan Fungsi/ Persamaan/Pertidaksamaan Kuadrat

- -  

2.3 FungsiPersamaan, dan Fungsi/ Persamaan/Pertidaksamaan Kuadrat

-   

2.4 FungsiPersamaan, dan Fungsi/ Persamaan/Pertidaksamaan Kuadrat

(42)

Kelas Kode KD Materi Pokok 2007/ 2008 2008/ 2009 2009/2010 Pkt A Pkt B

X 3.2 Sistem Persamaan Linier dan Pertidaksamaan satu variabel

-  - -

3.3 Sistem Persamaan Linier dan Pertidaksamaan satu variabel

-  

3.4 Sistem Persamaan Linier dan Pertidaksamaan satu variabel

 - - -

3.5 Sistem Persamaan Linier dan Pertidaksamaan satu variabel

 - - - 4.1 Logika Matematika  - - 4.4 Logika Matematika    5.1 Trigonometri -    5.2 Trigonometri - -   5.3 Trigonometri    6.2 Dimensi Tiga    6.3 Dimensi Tiga   

Jumlah KD yang penguasaannya di bawah 60% 2 10 12 12

XI 1.3 Statistika dan Peluang    

1.4 Statistika dan Peluang -   

1.6 Statistika dan Peluang  

2.1 Trigonometri   

2.3 Trigonometri -   

3.2 Persamaan Lingkaran   

4.1 Suku Banyak   

5.1 Komposisi dan Invers Fungsi    

5.2 Komposisi dan Invers Fungsi   

6.2 Limit dan Turunan Fungsi   

6.4 Limit dan Turunan Fungsi -   

6.6 Limit dan Turunan Fungsi   

Jumlah KD yang penguasaannya di bawah 60% 2 12 11 12

XII 1.2 Integral     1.3 Integral     2.3 Program Linier    3.1 Matriks    3.2 Matriks - - - 3.4 Vektor    3.5 Vektor    3.6 Transformasi Geometri -   3.7 Transformasi Geometri -  - -

4.1 Barisan dan Deret   

4.3 Barisan dan Deret   - -

4.4 Barisan dan Deret  - - -

5.1 Fungsi Eksponen dan Logaritma   

Jumlah KD yang penguasaannya di bawah 60% 4 10 9 9 Keterangan: () Penguasaan kurang dari 60%

(43)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada 2 tahun terakhir, persentase penguasaan untuk semua KD yang diujikan kurang dari 60%.Ini mengindikasikan bahwa penguasaan KD untuk mata pelajaran matematika rendah.

2. Mata Pelajaran Fisika

Data perolehan nilai Ujian Nasional (UN)dari untuk mata pelajaran fisika se-Kubar dalam3 tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut.

Tabel4.4 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Murni Mata Pelajaran Fisika se-Kabupaten Kutai Barat

Tahun Pelajaran

Nilai Rata-rata + Standar

Deviasi Klasifikasi

2007/2008 6,63+0,88 B

2008/2009 3,52 + 1,53 E

2009/2010 2,71+ 1,39 E

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata UN murni yang sangat signifikan untuk mata pelajaran fisikaselama 3 tahun terakhir di kabupaten Kutai Barat. Perolehan nilai dari klasifikasi B pada tahun pelajaran 2007/2008 menjadi klasifikasi E pada 2 tahun terakhir.

Adapun data perolehan nilai dalam bentuk distribusi frekuensi untuk 3 tahun terakhir disajikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Fisika pada Tahun 2007/2008 sampai 2009/2010 se-Kabupaten Kutai Barat

RentangNilai 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Jumlah Siswa % Jumlah Siswa % Jumlah Siswa % 10.00 - - - - 9.00 – 9.99 - - 1 0,38 - - 8.00 – 8.99 11 5,73 11 4,15 1 0,31 7.00 – 7.99 74 38,54 6 2,26 1 0,31 6.00 – 6.99 70 36,46 6 2,26 15 4,64 5.25 – 5.99 21 10,94 - - 11 3,41 4.25 – 5.24 16 8,33 24 9,06 8 2,48 3.00 – 4.24 - - 120 45,28 67 20,74 2.00 – 2.99 - - 85 32,08 133 41,18 1.00 – 1.99 - - 12 4,53 77 23,84 0.00 – 0.99 - - - - 10 3,10

(44)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2007/2008 hanya 19,27% siswa yang perolehan nilainya di bawah 6.00 untuk mata pelajaran fisika, namun pada 2 tahun terakhir terjadi peningkatan yang cukup drastis, yaitu sebanyak 93,21% siswa pada tahun 2008/2009 dan 99,38% siswa pada tahun 2009/2010.

Fakta penurunan perolehan nilai ini mengindikasikan terjadinya penurunan penguasaan kompetensi dasar (KD) pada pelajaran fisika. Adapun gambaran peta KD yang penguasaannya kurang dari 60% selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6Peta Penguasaan Kompetensi Dasar (KD) untuk Mata Pelajaran Fisika berdasarkan hasil UN pada tahun 2007/2008 hingga 2009/2010

Kelas Kompetensi yang diujikan 2007/2008 2008/2009 2009/2010

X Menganalisis grafik dan diagram untuk menentukan besaran kinematik terkait

 Menerapkan hukum gravitasi Newton untuk gerak planet-planet

 Menentukan letak titik berat benda berbentuk batang, bidang atau ruang

  

Menerapkan azas Bernoulli pada aliran fluida 

Menganalisis system optic 

Menggunakan Hukum Kirchoff untuk tentukan besaran terkait pada rangkaian listrik

 

Melaporkan besaran yang diukur dan ketelitian hasil pengukuran dengan penyajian alat ukur

 

Menentukan resultan perpindahan benda  

Besaran GLBB 

Menghitung gaya dari dua benda yang bekerja beberapa gaya

 Membandingkan kuat medan gravitasi benda di atas

permukaan bumi

 

Menghitung momen gaya total yang bekerja pada sebuah benda

 Hubungan konsep torsi, momen inersia dalam gerak

rotasi

 

Menentukan usaha pada gerak lurus benda  Menentukan konstanta susunan pegas melalui hukum

Hooke

 Menentukan besaran yang terkait dengan gerak lurus

dan hukum kekekalan energy

 

Menentukan kecepatan benda dari dua benda yang bertumbukan

Gambar

Tabel 1.1  Prosentase Siswa Tidak Lulus UN dalam Tiga Tahun Terakhir  (Sumber: Data Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur)
Gambar 3.1  Bagan Alir Rancangan Penelitian
Gambar 3.2  Bagan Prosedur Penelitian dan Pengembangan STUDI DOKUMEN:
Tabel 4.2 Distribusi Nilai UN Siswa Mata Pelajaran Matematika pada Tahun  2007/2008 sampai 2009/2010 se Kabupaten Kutai Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

73/Pdt.G/Arb/2012/PN.Smda yang merupakan tata cara persidangan perdata namun jika dilihat dalam seperti pernyataan pasal 70 Undang-undang Arbitrase dan Penyelesaian

nilotica mempunyai diameter paling besar 30 cm, sehingga dibuat 3 kelas diameter Pohon contoh yang diambil sebanyak 9 pohon karena berbagai keterbatasan tenaga

Penelitian “Estimasi Waktu Perjalanan Berdasarkan Waktu Setempat Menggunakan Bahasa Pemrograman VB.NET” menghasilkan kesimpulan yakni: Penelitian menghasilkan suatu

negeri atau bersubsidi. Calon guru juga harus berkelakuan baik dengan dibuktikan surat keterangan dari bupati. Pihak sekolah menyediakan kamus bahasa Jerman dan Inggris dengan

Proses panjang tersebut dilakukan oleh mahasiswa secara intens melalui serangkaian tukar pendapat, perdebatan dan diskusi mendalam hingga pada akhirya doktrin radikalisme

Sistem akan mendeteksi batasan maksimal JTM per Mapel pada saat proses Sistem akan mendeteksi batasan maksimal JTM per Mapel pada saat proses. isian Jadwal Kelas berlangsung

[r]