• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 86

Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif

dengan Tinggi Badan Manusia

Akhmad Nurcahyo Email: nurcahyo_a@hotmail.com

Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya

Abstrak

Jejak sepatu sering ditemukan di tempat kejadian perkara kasus kejahatan. Menarik untuk dipelajari variabel panjang langkah (stride length) yang dapat diukur dari jejak sepatu individu yang berjalan. Masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana korelasi antara panjang langkah dengan tinggi badan seseorang, dan bagaimana rumus regresi estimasi tinggi badan berdasarkan panjang langkah. Penelitian ini mengambil 50 sampel laki-laki dan 50 sampel perempuan secara random dari mahasiswa FISIP Universitas Airlangga. Variabel yang diukur adalah tinggi badan dan panjang langkah. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata dan deviasi standar, serta dilakukan uji korelasi pearson, kemudian mencari rumus regresi untuk mengestimasi tinggi badan berdasarkan panjang langkah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang langkah berkorelasi positif dengan tinggi badan, serta dapat digunakan sebagai variabel untuk mengestimasi tinggi badan. Rumus regresi yang dihasilkan pada sampel laki-laki adalah Y = 156,868 + (0,109)X, X adalah panjang langkah. Rumus regresi pada sampel perempuan adalah Y = 1419,761 + (0,135)X, X adalah panjang langkah. Pengetahuan ini akan berguna dalam disiplin ilmu antropologi forensik untuk identifikasi apabila ditemukan jejak sepatu di tempat kejadian perkara.

Kata kunci: antropologi forensik, estimasi, tinggi badan, panjang langkah

Abstract

Shoes trace evidence are often found in the place of the criminal case. It is interesting to study the stride length as variable wich is measured from the individual shoes trace. The objective of the research was to find the corellation of the stride length with the body stature, and how to formulate the regression of the stature based on the stride length, 50 males and 50 females were taken as random sampling of the research of FISIP Airlangga Unversity students. The descriptive statistics used as data’s analyses to find the mean and the standard deviation, and Pearson correlation test was applied, then to find the regression formulation to estimate the stature wich based on the stride length. The result of the research indicated that the stride length was positively correlated with the stature, and be able to applied as a variable to estimate the stature. The regression formulation are Y=156.868+(0.109)X, for male, and Y=1419.761+(0.135)X, for female. This science is useful for forensic anthropology discipline to identify shoes trace.

(2)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 87 Pendahuluan

Jejak sepatu adalah jenis bukti identifikasi yang banyak dijumpai dalam suatu kasus kejahatan (Tang et al., 2010). Jejak sepatu dihasilkan oleh langkah kaki manusia. Penelitian langkah manusia biasanya dilakukan dalam studi medis untuk mengetahui kelainan dalam cara berjalan (Bodziak, 2000). Penelitian cara berjalan ini sesungguhnya akan lebih menarik apabila dilakukan pada studi forensik, di mana panjang langkah (stride length) dapat diukur pada jejak sepatu, sehingga dapat diambil informasi-informasi untuk proses identifikasi (Nixon et al., 2010).

Penelitian jejak kaki dan jejak sepatu pada studi forensik pada umumnya adalah mengestimasi tinggi badan dan jenis kelamin seseorang berdasarkan panjang dan lebar jejak kaki atau jejak sepatu, bukan dari ukuran langkahnya. Seperti penelitian Ozden et al. (2005) yang mengestimasi tinggi badan dan jenis kelamin menggunakan dimensi ukuran kaki dan ukuran sepatu. Di Indonesia juga terdapat studi forensik tentang jejak kaki, adalah Furqana (2007) yang mengestimasi tinggi badan dan berat badan berdasarkan jejak kaki tanpa alas kaki (barefoot).

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti

merumuskan permasalahan, yakni bagaimana korelasi antara tinggi badan dengan variabel panjang langkah pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya? Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kegunaan jejak sepatu dalam mengidentifikasi pemiliknya, sehingga dapat mengetahui korelasi antara tinggi badan dengan panjang langkah (stride length) pada jejak sepatu.

Metode

Penelitian ini mengambil sampel dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Surabaya. Pengambilan sampel dibagi dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Sampel diambil sebanyak 50 orang pada mahasiswa laki-laki dan 50 orang pada mahasiswa perempuan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling.

Alat yang diperlukan dalam penelitian adalah 1) Stature meter yang merupakan alat pengukur tinggi badan yang mempunyai panjang 200 cm. 2) Tinta Stensile, sebagai bahan membuat jejak sepatu pada media kertas. 3) Kertas, berukuran 2 meter sebagai media tempat sampel melangkah. 4) Meteran, adalah alat ukur panjang yang digunakan untuk mengukur panjang langkah pada cetakan sepatu. 5) Sandal, sebagai alas kaki sampel

(3)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 88

dan untuk menempelkan tinta pada kertas. Teknik pengukuran langkah (stride length) dilakukan sesuai dengan yang dideskripsikan Bodziak (2000) dan pengukuran tinggi badan dilakukan sesuai dengan metode Martin dan Saller dalam Jasuja et al. (1997).

Tabel 1. Jumlah Sampel dan Distribusi Umur pada Sampel Laki-laki dan Perempuan

Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan rata-rata dan deviasi standar, serta dilakukan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Sebelum melakukan analisis korelasi, harus dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Pada penelitian ini, variabel yang dikorelasikan menggunakan uji korelasi Pearson yakni

antara variabel tinggi badan (basis-vertex) dengan panjang langkah (stride length). Kemudian uji refregi linier untuk mendapatkan rumus regresi tinggi badan dengan variabel panjang langkah.

Hasil Dan Pembahasan

Data yang terkumpul selain mengukur tinggi badan dan panjang langkah adalah menuliskan data identitas diri berupa nama, umur, jenis kelamin, tempat asal, serta etnis. Dari analisis didapat distribusi frekuensi sampel seperti pada Tabel 1. Sampel berumur 17 sampai 23 tahun, dengan jumlah terbanyak pada umur 20 tahun pada sampel laki-laki, dan pada umur 21 tahun pada sampel perempuan.

Sampel dari kelompok laki-laki didominasi oleh subjek yang beretnis Jawa dengan jumlah 47 orang atau dengan presentase sebesar 94%, sedangkan subjek yang beretnis selain Jawa hanya berjumlah 3 orang, di antaranya 2 dari Batak dan 1 dari Sumbawa. Sampel dari kelompok perempuan didominasi oleh subjek yang beretnis Jawa dengan jumlah 46 orang atau dengan presentase sebesar 92%, sedangkan subjek yang beretnis selain Jawa hanya berjumlah 4 orang, di antaranya 2 dari Batak, 1 dari Sumatera dan 1 dari Madura.

Umur (tahun) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) 17 1 1 18 3 13 19 12 13 20 14 7 21 10 14 22 8 2 23 2 0 Total 50 50

(4)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 89 Tabel 2. Variasi Tinggi Badan pada Sampel Laki-laki dan Perempuan

Variabel

Mean Min Max SD

Tinggi Badan

Laki-laki 1696,88 1570 1865 65,984

Perempuan 1561,90 1445 1700 55,045

Keterangan: Mean = Rata-rata, Max = Nilai maksimal, SD = Standard deviasi, Min = Nilai minimum.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan laki-laki lebih tinggi daripada tinggi badan perempuan. Laki-laki memiliki rata-rata tinggi badan 1696,88 ± 65,984 mm (169,9 ± 6,98 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1570 mm (157 cm) dan tinggi badan maximum 18565 mm (186,5 cm). Rata-rata tinggi badan pada sampel perempuan sebesar 1561,90 mm (156,19 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1445 mm (144,5 cm) dan tinggi badan maximum sebesar 1700 mm (170 cm).

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata panjang langkah sampel laki-laki lebih besar daripada panjang langkah sampel perempuan, dengan selisih sebesar 43,54 mm. Rata-rata panjang langkah sampel laki-laki sebesar 1099,32 ± 24,079 mm dengan variasi panjang langkah minimum 765 mm dan panjang langkah maximum sebesar 1440 mm. Perempuan memiliki rata-rata panjang langkah sebesar 1055,78 ± 17,592 mm, dengan variasi panjang

langkah minimum 690 mm panjang langkah maximum sebesar 1380 mm.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sampel laki-laki memiliki ukuran tinggi badan, dan panjang langkah lebih besar dibandingkan dengan ukuran sampel pada perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki di FISIP UNAIR lebih tinggi daripada perempuan.

Pada sampel laki-laki terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang langkah, dan menunjukkan arah hubungan yang positif dengan nilai koefisien sebesar (r = 0,282). Nilai koefisien regresi tinggi badan yaitu a = 1576,868, b = 0,109, maka dapat disusun persamaan rumus regresi linier (dalam mm) sebagai berikut: Y= 1576,868 + 0,109 X.

Pada sampel perempuan, korelasi antara tinggi badan dengan panjang juga terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai koefisien sebesar (r = 0,304). Nilai

(5)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 90

koefisien regresi tinggi badan yaitu a = 1419,761, b = 0,135, maka dapat disusun

persamaan rumus regresi (dalam mm) sebagai berikut: Y = 1419,761 + 0,135 X.

Tabel 3. Variasi Panjang Langkah pada Sampel Laki-laki dan Perempuan

Keterangan:

Mean = Rata-rata Min = Nilai minimum Max = Nilai maksimal SD = Standard deviasi Std. Error = Standard Error

Simpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang langkah, dan menunjukkan arah hubungan yang positif antara tinggi badan dengan panjang langkah. Koefisien korelasi yang dihasilkan adalah +0,282 (untuk laki-laki) dan +0,304 (untuk perempuan), dengan demikian menunjukkan bahwa walaupun terdapat korelasi yang signifikan antara panjang langkah dan tinggi badan, tetapi korelasinya dapat dikatakan lemah karena koefisien korelasi kurang dari 0,5. Hali ini dikarenakan panjang langkah tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi badan saja, faktor-faktor lain yang mempengaruhi panjang

langkah antara lain adalah genetis, usia dan populasi.

Daftar Pustaka

Bodziak, W. J., (2000). Footwear Impression Evidence: Detection, Recovery and Examination, 2nd ed., CRC Press, Boca Raton.

Furqana, M. E., (2007). Identifikasi Jejak Kaki: Studi Forensik tentang Estimasi Berat Badan dan Tinggi Badan serta Perawakan Tubuh berdasarkan Jejak Kaki, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Jasuja, O. P., Harbhajan, S., & Anupama,

K., (1997). ‘Estimation of stature from stride length while walking

fast’, Forensic Science

International, 86(3), 181-186.

Nixon, M. S., Bouchrika, I., Arbab-Zavar, B., & Carter, J. N., (2010). On Use of Biometrics in Forensics: Gait and Ear.

Ozden, H., Balci, Y., Demirüstü, C., Turgut, A., & Ertugrul, M., (2005).

Variabel

Mean Min Max SD

Panjang Langkah

Laki-laki 1099,32 765 1440 170,267

(6)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 91

‘Stature and sex estimate using foot and shoe dimensions’. Forensic Science International, 147(2), 181-184.

Tang, Y., Srihari, S. N., & Kasiviswanathan, H., (2010). ‘Similarity and clustering of footwear prints’, In Granular Computing (GrC), 2010 IEEE International Conference on (pp. 459-464), IEEE.

Gambar

Tabel  2  menunjukkan  bahwa  rata- rata-rata  tinggi  badan  laki-laki  lebih  tinggi  daripada  tinggi  badan  perempuan
Tabel 3. Variasi Panjang Langkah pada Sampel Laki-laki dan Perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian terkait dengan jamur yang telah dieksplorasi dari lahan tanaman tembakau dienam kabupaten tersebut agar

Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah untuk pengukuran kandungan oksigen yang digunakan dengan metode Winkler, hasilnya oksigen terlarut lebih banyak terdapat

Guido Conforti harus berani melihat karya Allah dalam pengalaman- pengalaman kesulitan yang dihadapi di lingkungan internal keuskupan, situasi sosial politik di Italia

In this chapter we report on a comparison of the two mentioned software packages, in particular the bundle adjustment results, the point clouds and the orthophotos

Rancangan buku kerja penguatan pengetahuan pedagogik dirancang berdasarkan indikator esensial UKG pada aspek pedagogik yang telah dianalisis Buku terdiri dari 4 bab

Perseroan masih memiliki waktu sekitar satu setengah bulan untuk dapat mencapai memperoleh kontrak baru senilai Rp2,3 trilyun, yang menurut kami masih mungkin dapat dicapai

Hasil pengujian persentase asam lemak bebas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan maka akan semakin rendah nilai persentase asam lemak bebas

adalah mahasiswa kumi yang sedang menyusun skripsi dengan judul "Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menopause Ditinjau Dari Konsep Did Pada War.ita Dewasa