• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH

SISWA

MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN

KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ULFAH MASRUROH

NIM 11508005

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDA’IYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG

KEPRIBADIAN GURU DENGAN AKHLAQUL KARIMAH

SISWA

MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN

KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ULFAH MASRUROH

NIM 11508005

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDA’IYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

Sabar Ikhlas dan Tawakal Menjalani Proses

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh Cinta skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Bapak Ibu tercinta (M. Rodli dan Siti Rokhayati) yang tak

putus-putusnya memberikan Cinta, Sayang, dan Doanya dengan penuh keikhlasan.

2. Adikku tercinta Raukhana Mubarriroh yang telah

memberikan Cinta dan Sayang dan semangatnya untuk

penulis.

3. Eyang uti juga kakung dan keluarga besarku tercinta yg

senantiasa berdoa untuk kesuksesanku.

4. Dia yang telah mencurahkan Cinta dan Sayangnya untuk

diri ini dengan sepenuh hati.

5. Teman-temanku seperjuangan PGMI ‘08 yang telah

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan sahabat.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan Tarbiyah dan selaku pembimbing skripsi.

3. Peni Susapti, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

4. Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku pembimbing akademik.

5. Semua Bapak Ibu dosen serta karyawan yang telah memberi bekal dan pengetahuan serta pelayanan kepada penulis.

6. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Seluruh sahabat seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2008 yang saya sayangi.

8. Kepala Madrasah serta Bapak Ibu Guru MI Ma’arif Sraten.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat sebutkan satu per satu.

(10)

x

Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan.

Salatiga, 28 April 2014 Penulis

(11)

xi ABSTRAK

Masruroh, Ulfah. 2014. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru dengan Akhlaqul Karimah Siswa Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014. Jurusan Tarbiyah. Program Studi S1 PGMI. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing Suwardi, M.Pd.

Kata Kunci : Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru, Akhlaqul Karimah Siswa

Penelitian ini membahas hubungan antara persepsi siswa dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten. Dengan rumusan masalah (1) Bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?, (2) Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?, dan (3) Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Sampel penelitian berjumlah 29 siswa, yaitu siswa kelas IV, V dan siswa kelas VI. Instrumen penelitian berupa angket. Teknik pengumpulan data menggunakan dengan angket dan dokumentasi. Adapun analisis datanya menggunakan teknik korelasi product moment

(12)

xii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….

HALAMAN MOTTO ……….

A.Latar Belakang Masalah ………. B.Rumusan Masalah ……….. C.Tujuan Penelitian ……… D.Hipotesis Penelitian………. E. Manfaat Penelitian ………... F. Definisi Operasional ……….. G.Metode Penelitian ……….. H.Sistematika Penulisan ………

(13)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru ……… 1. Persepsi Siswa ………….………….………… 2. Kepribadian Guru

B. Akhlaqul Karimah Siswa ………. C. Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang

Kepribadian guru dengan Akhlaqul Karimah siswa ………..………….………… BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….. 1. MI Ma’arif Sraten ………….………….……... 2. Letak Geografis ………….………….……….. 3. Visi dan Misi ………….………….…………... 4. Sarana dan Prasarana ………….………….…... 5. Keadaan Siswa Guru dan Karyawan ………….

B. Penyajian Data ………

1. Daftar Nama Responden ………….…………. 2. Hasil Data Mentah ………….………….…….. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif ………. 1. Analisis tentang Persepsi Siswa tentang

Kepribadian Guru ………….………….…….. 2. Analisis tentang Akhlaqul Karimah Siswa …...

47

(14)

xiv

B. Analisis Uji Hipotesis ……… C. Analisis Lanjutan ………...

59 62 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ……….

B.Saran ………...

64 65 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

xv

DAFTAR TABEL

1. 3.1 Daftar Bangunan MI Maarif Sraten

2. 3.2 Daftar Peralatan Penunjang Pendidikan MI Maarif Sraten 3. 3.3 Data Jumlah Siswa MI Maarif Sraten

4. 3.4 Daftar Guru MI Maarif Sraten 5. 3.5 Data Nama Responden

6. 3.6 Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru

7. 3.7 Jawaban Responden tentang Angket Akhlaqul Karimah Siswa 8. 4.1 Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang

Kepribadian Guru

9. 4.2 Hasil Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru

10. 4.3 Distribusi Frekwensi Jawaban Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru

11. 4.4 Prosentase mengenai Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru 12. 4.5 Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa

13. 4.6 Hasil Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa 14. 4.7 Distribusi Frekwensi Jawaban Angket Akhlaqul Karimah Siswa 15. 4.8 Prosentase mengenai Akhlaqul Karimah Siswa

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

A. Indikator Angket Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru Dengan Akhlaqul Karimah Siswa

B. Angket Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru C. Angket Akhlaqul Karimah Siswa

Lampiran 2

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dalam hal ini, kepribadian seorang guru memiliki andil yang sangat besar, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi kepribadian guru berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 pasal 3 sekurang-kurangnya meliputi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Dalam pandangan masyarakat Jawa, guru memiliki posisi yang sangat terhormat dengan menyebut istilah guru merupakan dengan perpaduan kata digugu dan ditiru. Kata digugu mengandung makna bahwa guru adalah sosok manusia yang dapat dipercaya. Sedangkan kata ditiru

(18)

2

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (al-Ahzab 21).

Sebagai teladan bagi peserta didik, seorang guru memang harus memiliki sikap dan kepribadian yang utuh sehingga dapat dijadikan tokoh panutan idola. Sedikit saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, maka secara perlahan akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma dari jati diri (Djamarah, 2010: 41). Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikolog terkemuka, Zakiah Daradjat (Syah, 2004: 226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Sangat jelas bahwa kepribadian sebenarnya adalah suatu masalah yang abstrak, siswa dapat melihat dan mempersepsikan kepribadian guru hanya melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian serta hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh indera, selanjutnya akan muncul tanggapan (respon), pendapat dan penilaian terhadap guru tersebut. Sebagaimana menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1998: 49-50) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian, set, sistem nilai, ciri kepribadian.

(19)

3

umur, pendidikan, kesadaran beragama, pengalaman, peradaban, dan lingkungan (Syukur, 2003: 119).

Begitu juga dengan kesadaran ahklak siswa yang tidak lain akan ditentukan oleh usia, pengalaman dan lingkungan. Sehingga guru sebagai salah satu lingkungan dan sumber pengalaman bagi siswa harus memberikan kesan yang baik dalam segala hal agar tercapai tujuan pendidikan.

Undang-undang R.I tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 (2003: 20) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(20)

4

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka jelaslah bahwa salah satu tujuan pendidikan yaitu membentuk watak atau akhlak, sedangkan akhlak siswa ditentukan oleh guru sebagai salah satu lingkungan dan sumber inspirasi pengalaman. Sehingga kepribadian guru merupakan hal yang paling berperan dalam rangka pembentukan akhlak siswa.

Setelah penulis mengadakan observasi di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Sraten, penulis menemukan perilaku pengajar disana

mencerminkan pribadi yang baik dan mempunyai dedikasi tinggi. Penulis juga menemukan siswa MI Ma’arif sraten berperilaku baik, sopan santun

terhadap guru, karyawan, teman dan juga masyarakat sekitar.

Dari uraian yang dijelaskan di atas, maka penulis akan mengadakan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPRIBADIAN GURU DENGAN

AKHLAQUL KARIMAH SISWA MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

(21)

5

2. Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?

3. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif

Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.

3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2014.

D. Hipotesis

(22)

6 E. Manfaat

Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik dari segi teoritik maupun praktis.

1. Manfaat praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak antara lain:

a. Bagi sekolah

Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi pimpinan dalam hal pembentukan akhlaq peserta didik melalui peningkatan kompetensi kepribadian.

b. Bagi peserta didik

Diharapkan peserta didik dapat menjadikan skripsi ini sebagai wahana informasi dan masukan untuk dapat meneladani kepribadian guru.

c. Bagi guru

Dapat menjadi guru teladan melalui peningkatan kompetensi kepribadian sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. 2. Manfaat teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pendidikan khususnya di Madrasah Ibtidaiyyah.

F. Definisi Operasional

(23)

7

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium (Slameto, 2010:102). Sedangkan siswa adalah pelajar (Poerwadarminta, 2006: 1134).

Surya (Tohirin, 2006:169) mengatakan, secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Poerwadarminta, 2006: 393).

Jadi persepsi siswa yang dimaksud disisni adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat atau ide dan kemampuan siswa dalam menilai keseluruhan kualitas perilaku seorang pengajar.

Indikator persepsi siswa tentang kepribadian guru adalah sebagai berikut:

a. Dapat memberikan penilaian kepada guru yang menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal dan gender.

(24)

8

sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

c. Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang jujur, tegas, dan manusiawi.

d. Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.

e. Dapat memberikan penilaian terhadap perilaku guru yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat disekitarnya.

f. Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

g. Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

h. Dapat memberikan penilaian kepada guru yang menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. i. Dapat memberikan penilaian terhadap guru yang bangga

menjadi guru dan percaya pada diri sendiri

(25)

9 2. Akhlaqul Karimah siswa

Dalam agama Islam, budi pekerti manusia disebut juga dengan akhlak. Secara etimologi, kata akhlak sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab Al-Akhlāq. Ia merupakan bentuk jamak dari kata Al-khuluq yang berarti budi pekerti, tabi’at atau watak (Halim, 2000: 8). Kata karimah berasal dari fiil madhi karima. Kata karimah adalah shighot mubalaghoh dari isim fail kārimun yang artinya paling mulia. Segala perbuatan manusia yang bernilai baik, selanjutnya dinamakan akhlak terpuji (akhlaqul karimah) (Halim, 2000: 18). Jadi, yang dimaksud akhlaqul karimah siswa adalah budi pekerti siswa yang baik atau mulia. Adapun indikator dari akhlaqul karimah siswa yaitu:

a. Akhlaqul karimah kepada Allah 1) Rajin beribadah

2) Senantiasa memujiNya

b. Akhlaqul karimah kepada sesama manusia 1) Berbakti kepada orang tua

2) Menghargai teman

(26)

10 G. Metode penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi, karena penelitian tersebut akan menghubungkan kedua variabel yaitu persepsi siswa tentang kepribadian guru (X) dengan akhlaqul karimah siswa (Y).

Lokasi yang dipilih yaitu di MI MA’ARIF SRATEN, TUNTANG, SEMARANG tahun 2014 dengan dasar bahwa di sekolah tersebut terdapat sesuatu yang menurut peneliti menarik untuk di teliti tentang hubungan persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari sampai selesai dalam memperoleh data yang diperlukan. 2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti. Subyek penelitian dalam hal ini adalah seluruh siswa Madrasah ibtidaiyyah Ma’arif Sraten Tuntang Semarang tahun 2014 yang berjumlah 65.

b. Sampel

(27)

11

didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010: 183).

Penulis mengambil sampel kelas IV, V dan VI dengan alasan karena siswa pada kelas tersebut sudah dapat memahami dalam pengisian angket. Apabila diambil pada kelas rendah, siswanya belum mampu memahaminya. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, VI MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2014 yang berjumlah 29 siswa.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dipilih peneliti berdasar instrumen yang dipakai peneliti, yaitu:

a. Metode Kuesioner atau Angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden (Sugiyono, 2011:142)

b. Metode Dokumentasi

(28)

12 4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk menggali atau mengambil data penelitian. Instrumen disiapkan oleh peneliti dengan mengacu pada penjelasan konsep atau definisi operasional mengenai variabel penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument penilaian berupa angket yang merupakan salah satu instrumen non tes yang terdiri dari 10 pertanyaan yang mempunyai 3 option jawaban.

5. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur dan lebih berarti.

Proses analisa merupakan sebuah usaha menemukan jawaban atas pertanyaan atau hal-hal yang kita peroleh dalam proses penelitian. Dalam analisis data kuantitatif, penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu setelah data terkumpul dan di susun, dijelaskan dan kemudian dianalisis dengan teknik prosentase untuk mengetahui gejala yang muncul.

a. Menentukan kualifikasi interval nilai

x100%

Keterangan : P : Proporsi individu dengan golongan

(29)

13

N : Jumlah subyek dalam golongan

100% : Bilangan konstanta

Digunakan untuk menjawab rumusan masalah :

1) Bagaimanakah persepsi siswa tentang kepribadian guru?.

2) Bagaimanakah akhlaqul karimah siswa?.

b. Dalam meneliti subyek penelitian, penulis membagi kedalam dua variable (Suharsimi Arikunto, 2005: 327) dianalisis menggunakan teknik korelasi product moment, maka rumusnya sebagai berikut :

rxy=

rxy = angka indeks korelasi “r” product poment

N = besarnya data

XY = jumlah hasil kali antara skor X dan skor Y X = jumlah seluruh skor X

Y = jumlah seluruh skor Y

(30)

14 H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagian awal yang terdiri dari: Halaman Sampul, Lembar Logo, Halaman Judul, Lembar Persetujuan, Pernyataan Keaslian Tulisan, Moto dan Persembahan, Kata Pengantar, Abstrak, Daftar Isi dan Daftar Lampiran. Bagian inti dari skripsi terdiri dari:

BAB I berisi Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Manfaat Penelitian,Definisi Operasional, Metode penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II berisi kajian pustaka yang mencakup pengertian persepsi siswa,kepribadian guru dan Akhlaqul karimah siswa. BAB III Berisi laporan hasil penelitian yang meliputi gambaran

umum lokasi penelitian dan data jawaban angket tentang persepsi siswa tentang kepribadian guru dan data jawaban angket tentang akhlaqul karimah siswa.

BAB IV berisi analisis data yang mencakup analisis deskriptif, analisis uji hipotesis dan analisis lanjutan.

(31)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi siswa tentang kepribadian guru

1. Persepsi Siswa

a. Pengertian Persepsi Peserta Didik

Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception” yang diambil dari bahasa latin “perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Dalam kamus bahasa Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan”. Penglihatan yaitu bagaimana cara seseorang

melihat sesuatu, dan tanggapan yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Desmita, 2011: 117).

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. (Slameto, 2010: 102).

Jalaluddin Rahmat berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan pesan. Secara singkat persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuly) (Rafy Sapuri, 2009: 294).

(32)

16

“perception is a process that uses our previous knowledge to gather and interpret the stimuli that our sense register.” Hampir senada dengan Matlin, Matsumoto mendefinisikan, “perception is the process of gathering

information about the world through our senses.” (Desmita, 2011: 117-118). Menurut Sarlito W. Sarwono (2010: 85-86) persepsi merupakan kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan menginterpretasikan objek-objek disekitar melalui alat-alat indera. Ahmad Fauzi (2004: 37) juga demikian, persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indera manusia. Jadi, persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu menginderakan objek di lingkungannya, kemudian ia memproses hasil penginderaan sehingga timbul makna tentang objek tersebut (Desmita, 2011: 118)

b. Prinsip Dasar Persepsi

1) Persepsi itu relatif bukannya absolut.

(33)

17

kecepatan sebuah mobil yang sedang lewat, tetapi ia dapat secara relatif menerka berat berbagai benda atau kecepatan mobil.

Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan yang datang kemudian. Seperti seseorang yang akan menggigil kedinginan pertama kali ia terjun ke dalam kolam renang.

2) Persepsi itu selektif.

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Hal ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Hal ini juga berarti bahwa kemampuan seseorang dalam menerima suatu rangsangan itu terbatas.

3) Persepsi itu mempunyai tatanan.

Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

(34)

18

dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.

5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.

Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan-perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. (Slameto, 2010: 103-105)

c. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Meskipun antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak (proses fisiologis). Kemudian terjadi proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba (proses psikologis).

(35)

19

persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. (Walgito, 2010: 102).

d. Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persepsi

Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Jadi, stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Selain stimulus ada beberapa faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

(36)

20

individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. (Walgito, 2010: 101).

Dari penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi syarat terjadinya persepsi, yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf yang merupakan syarat fisiologis, dan perhatian yang merupakan syarat psikologis.

e. Fungsi dan Peran Persepsi

Persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya menggunakan alat indera.

1) Indera penglihat (mata), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.

2) Indera pendengar (telinga), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal.

3) Akal, yaitu potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif) (Syah, 2010: 99).

2. Kepribadian Guru

a. Pengertian Kepribadian

(37)

21

lain. Dalam disiplin ilmu psikologi, istilah kepribadian mempunyai pengertian sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang. (Naim, 2011: 36).

Dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 dijelaskan bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad saw: (Al-Qalam: 4) (Amzah, 2009: 564).

Kepribadian menurut Zakiyah Darajat adalah sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui melalui penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atsarnya saja (Sagala, 2009: 33).

Surya (Tohirin, 2006: 169) mengatakan, secara umum kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan kualitas perilaku yang merupakan cirinya yang khas dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam melaksanakan tugasnya.

(38)

22

yang melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan yang bersifat cultural.

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar (Djamarah, 2010: 40). Dengan perbuatan yang baik dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia, begitu juga sebaliknya jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang tersebut tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak mulia.

b. Aspek-aspek Kepribadian

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 pasal 3, kompetensi kepribadian guru sekurang-kurangnya meliputi kepribadian yang mantap dan stabil, kepribadian yang dewasa, kepribadian yang arif dan bijaksana, kepribadian yang berwibawa, dan kepribadian yang berakhlak mulia (Barnawi & Arifin, 2012: 159).

a) Kepribadian yang mantap dan stabil

(39)

23

bertindak sesuai dengan norma. Menghargai peserta didik tanpa membedakan suku, agama, adat istiadat, daerah asal, dan gender.

Sikap guru yang mudah marah bukanlah sikap yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil. Tidak jarang guru dihadapkan pada situasi yang memancing dirinya untuk marah, namun apabila guru memiliki kepribadian yang mantap dan stabil maka ia tidak akan mudah marah. Tidak dibenarkan seorang guru membariskan peserta didik dan memukulinya satu persatu seperti seorang preman. Meskipun dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang tidak kondusif seperti demikian, guru harus tetap sabar dalam mendidik peserta didik.

(40)

24 b) Kepribadian yang dewasa

Kepribadian guru yang dewasa ditunjukkan dengan penampilan sikap kemandirian dan bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Dengan demikian, akan memunculkan apresiasi dari peserta didik, bukannya apriori sehingga peserta didik menjadi yakin akan figur guru yang menjadi panutannya tersebut.

Sebagai pribadi yang dewasa, seorang guru juga harus bersifat inklusif. Guru harus tahan terhadap kritik, yaitu bisa menerima kritik sebagai suatu ekspresi kesetiaan peserta didik terhadap dirinya. Guru juga harus terbuka dengan setiap masukan meskipun dilakukan dengan cara yang kurang santun. Guru harus bisa mengambil nilai positifnya, yaitu menerima kritikan sebagai pendorong untuk memperbaiki diri.

c) Kepribadian yang arif dan bijaksana

(41)

25

menghasilkan keputusan yang bijaksana. Keputusan yang bijaksana akan dapat menjaga, bahkan meningkatkan wibawa guru (Barnawi & Mohammad Arifin, 2012: 161-163).

d) Kepribadian yang berwibawa

Bila dilihat dari sisi historis, diambil dari makna kata

“gezag” yang berarti “bicara”. Seorang guru akan menjadi berwibawa dihadapan peserta didiknya apabila ia terampil dalam berbicara, yaitu sistematis, logis, dan dapat dipercaya. (Thoifuri, 2007: 147).

Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan dalam Ngainun Naim (1992: 44), kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan proses pembelajaran akan terlaksana dengan baik, disiplin, dan tertib. Dengan demikian, kewibawaan bukan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.

Zakiyah Darajat (2000: 43) mengatakan bahwa guru yang sesaat ketika ia memasuki kelas dan menghadap peserta didik yang sedang ribut, maka segera kelas akan tenang dengan sendirinya, maka itulah yang disebut guru yang berwibawa. Hal ini berarti guru dapat menguasai peserta didik seluruhnya.

(42)

26

bukanlah sebagai suatu keterpaksaan dan ketakutan, melainkan sebagai kesadaran pribadi peserta didik yang dilakukan dengan senang hati. Bahkan, peserta didik beranggapan bahwa jika tidak melakukan perintah guru, maka ia melakukan kesalahan yang besar. Guru yang berwibawa tidak akan merasa pusing, susah, dan sedih menghadapi peserta didik karena dengan sendirinya peserta didik sudah melakukan apa yang diharapkan guru meskipun dengan bahasa isyarat (Thoifuri, 2007: 149).

e) Kepribadian berakhlak mulia

(43)

27

Tidak ada yang meragukan bahwa ucapan yang baik dan perilaku yang terpuji akan membekas pada jiwa seseorang, demikian pula dengan ucapan yang tercermin pada wajah guru akan berdampak positif ataupun negatif pada diri peserta didik. Hal tersebut disebabkan karena keceriaan raut wajah dan keramahan seorang guru akan melembutkan jiwa dan menyenangkan siapapun yang memandangnya. (Fu’ad Asy Syalhub, 2006: 20-21). Firman Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 159:

“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159) (Amzah, 2009: 71).

c. Peranan Guru

(44)

28

perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran peserta didik. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia juga harus menunjukkan perilaku yang layak sehingga dapat dijadikan teladan bagi peserta didiknya.

Di dalam keluarga, guru berperan sebagai family educator.

Sedangkan ditengah-tengah masyarakat guru berperan sebagai social developer (pembina masyarakat), social motivator (pendorong masyarakat), dan sebagai social agent (agen masyarakat). Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam, di mana dan kapan saja, guru akan dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan perilaku yang dapat diteladani khususnya peserta didik dan masyarakat luas. Penyimpangan dan perilaku yang tidak etis oleh guru akan mendapat sorotan dan kecaman yang tajam dari masyarakat (Tohirin, 2006: 165-166).

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010: 43-49) dalam hubungannya dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, seorang guru berperan sebagai:

1) Korektor

(45)

29

yang baik, dan menyingkirkan nilai yang buruk dari jiwa dan watak anak didik.

Koreksi yang harus dilakukan seorang guru terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi dilakukan di lingkungan luar sekolah juga. Karena tidak jarang di lingkungan luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran norma-norma yang berlaku dalam proses kehidupan. Jika seorang guru membiarkan peserta didik melakukan pelanggaran terhadap norma-norma, maka hal itu berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik.

2) Inspirator

Guru sebagai inspirator mempunyai makna bahwa seorang guru harus bisa memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Guru harus memberikan petunjuk tentang bagaimana cara belajar yang baik, karena pada dasarnya masalah seorang anak didik adalah belajar.

3) Informator

(46)

30

diperlukan oleh guru karena kesalahan informasi merupakan suatu racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, guru harus menguasai bahasa dan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik.

4) Organisator

Sebagai organisator, guru harus memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan lain sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.

5) Motivator

Sebagai seorang motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar mempunyai semangat dan aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar sehingga prestasinya menurun. Motivasi dapat berjalan efektif apabila dilakukan dengan cara memperhatikan kebutuhan anak didik.

(47)

31 6) Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari sebelumnya.

7) Fasilitator

Sebagai fasilitator, seorang guru sebaiknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Karena lingkungan belajar yang tidak menyenangkan akan menyebabkan anak didik malas belajar. 8) Pembimbing

Peranan guru sebagai pembimbing sangatlah penting, karena guru seorang guru hadir di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia yang dewasa dan cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan sulit menghadapi perkembangan dirinya. Bimbingan dari guru sangat diperlukan ketika anak didik belum mampu mencapai kemandirian.

9) Demonstrator

(48)

32

membantu agar materi bisa mudah untuk difahami dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang diinginkan guru bisa sejalan dengan pemahaman anak didik dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai dengan efektif. 10)Pengelola kelas

Seorang guru harus bisa mengelola kelas dengan baik, karena kelas merupakan tempat berhimpun peserta didik dan guru dalam rangka proses pengajaran. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif, karena tujuan dari pengelolaan kelas adalah agar anak peserta didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk selalu belajar. Sebaliknya, jika kelas tidak dikelola dengan baik maka akan menghambat kegiatan pengajaran.

11)Mediator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik nonmaterial maupun materiil. Karena media berfungsi sebagai alat komunikasi agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif. 12)Supervisor

(49)

33

kecakapan dan ketrampilan dan sifat-sifat yang lebih menonjol dari orang atau sesuatu yang disupervisi.

13)Evaluator

Guru sebagai evaluator harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian peserta didik harus lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban peserta didik ketika diberikan tes. Peserta didik yang berprestasi baik, belum tentu memiliki kepribadian yang baik pula. Jadi, penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian peserta didik agar menjadi manusia susila yang cakap.

Sebagai evaluator, guru tidak bisa hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan diperoleh umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

B. Akhlaqul Karimah Siswa 1. Pengertian Akhlaqul Karimah

(50)

34

"khalqun"( ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq" ( ) yang berarti pencipta dan "makhluq" ( ) yang berarti yang diciptakan (Zahruddin, 2004: 2). Kata karimah berasal dari fiil madhi

karima. Kata karimah adalah shighot mubalaghoh dari isim fail kārimun

yang artinya paling mulia.

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum minallah. Dari produk hamlum minallah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola hubungan antar sesama makhluk) (Zahruddin, 2004: 2).

Akhlaq dibagi menjadi 2 yaitu akhlaqul karimah dan akhlaqul madzmumah. Menurut Halim (2000: 18) akhlak terpuji ( akhlaqul karimah) adalah segala perbuatan manusia yang bernilai baik.

2. Pokok-pokok Akhlaqul Karimah

Akhlaqul karimah secara utuh meliputi akhlaqul karimah kepada Allah SWT, terhadap sesama manusia dan terhadap makhluq lainnya (Halim, 2000: 43).

a. Akhlaqul karimah kepada Allah SWT

(51)

35

menempatkan-Nya sebagai Dzat Yang Maha Adi Kodrati serta satu-satunya Dzat yang kita pertuhan ( Halim, 2000: 44).

b. Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia

Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia pada dasarnya bertolak pada keluhuran budi dalam menempatkan diri kita dan menempatkan diri orang lain pada posisi yang tepat. Ia merupakan refleksi dari totalitas kita dalam menghambakan diri kepada Allah SWT. Sehingga akhlaqul karimah yang kita alamatkan terhadap sesama manusia, semata-mata didasari oleh akhlaqul karimah yang kita persembahkan kepada-Nya (Halim, 2000: 89).

c. Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain

Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain selain manusia pada prinsipnya ialah menempatkan makhluk lain itu sesuai posisinya masing-masing. Ia merupakan refleksi dari totalitas kita dalam menghambakan diri kepada Allah SWT. Sehingga akhlaqul karimah yang kita alamatkan terhadap sesama manusia, semata-mata didasari oleh akhlaqul karimah yang kita persembahkan kepada-Nya (Halim, 2000: 137).

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

(52)

36

a. Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudang memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak begitu yakin terhadapa potensi batin yang ada dalam diri manusia. Aliran tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.

b. Menurut aliran emprisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu, demikian sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

(53)

37

C. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kepribadian Guru Dengan

Akhlaqul Karimah Siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak yang dikemukakan oleh Abudin Nata (2000: 96) terdapat tiga aliran yang sudah amat populer. Salah satunya yaitu aliran Empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu, demikian sebaliknya. faktor dari luar yang mempengaruhi pembentukan diri seseorang tersebut adalah melalui persepsi seseorang tersebut. Seperti yang dikemukakan Slameto (2010: 102) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

(54)

38

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru sebagai salah satu lingkungan dan sumber pengalaman bagi siswa harus memberikan kesan yang baik dalam segala hal agar tercapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu seorang guru haruslah memiliki kompetensi kepribadian yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007.

(55)

39 BAB III

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ma’arif Sraten

1. MI Ma’arif Sraten

MI Ma’arif Sraten berada di dusun Sraten, salah satu dusun

dari desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Bangunan MI didirikan oleh masyarakat pada tahun 1950 dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Tokoh-tokoh masyarakat yang memprakarsai pendirian MI tersebut antara lain Bapak KH Mansur, Bapak KH M Zuhdi Amin dan Bapak KH Duri Mansur.

MI Ma’arif Sraten didirikan diatas tanah seluas 315 m persegi yang merupakan tanah wakaf dari Bapak KH Mansur.

2. Letak Geografis

MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

terletak di kelurahan Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Berbatasan dengan desa-desa terdekat yaitu:

a. Sebelah Utara adalah Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

b. Sebelah Selatan adalah Desa Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

(56)

40

d. Sebelah Barat adalah Desa Rowosari Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

3. Visi Dan Misi

Adapun Visi dan Misi dari MI Ma’arif Sraten adalah sebagai

berikut: a. Visi

Mencetak generasi yang cerdas, terampil dan berakhlakul karimah sesuai dengan ahlussunnah wal jamaah.

b. Misi

1) Meningkatkan mutu imtak dan iptek

2) Mencetak generasi yang terampil dengan budi pekerti yang luhur.

3) Menegakkan akhlakul karimah.

4. Sarana dan Prasarana

(57)

41 Tabel 3.1

Daftar Bangunan MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014

NO Nama Bangunan/Ruang Jumlah

1 Ruang Guru, Kepala Sekolah 1 Ruang

2 Ruang kelas 6 Ruang

3 Ruang Komputer 1 Ruang

4 Runag Perpustakaan 1 Ruang

5 Ruang Koperasi Siswa 1 Ruang

Adapun peralatan penunjang pendidikan yang dimiliki oleh MI Ma’arif Sraten adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Daftar Peralatan Penunjang Pendidikan di MI Ma’arif Sraten Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014

NO Nama Barang Jumlah

16 Almari perpustakaan 1 buah

(58)

42

18 Komputer 13 unit

19 TV 29” 2 buah

20 DVD dan Speaker Active 1 set

21 Mesin ketik 3 buah

5. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan a. Keadaan siswa

Siswa adalah salah satu faktor yang mempengaruhi dan menentukan dalam suatu pembelajaran, sebab siswa merupakan subjek dalam pendidikan, terlebih lagi bila diinginkan hasil belajar/prestasi siswa yang maksimal, maka sebaiknya siswa tidak hanya dipandang sebagai obyek.

Siswa pada MI Ma’arif Sraten berjumlah 65 siswa dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.3

Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014

NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. I 9 4 13

2. II 6 5 11

3. III 10 2 12

4. IV 5 7 12

5. V 3 6 9

6. VI 5 3 8

(59)

43 b. Keadaan guru dan karyawan

Peran guru dalm proses belajar mengajar sangat diperlukan, sebab untuk memperlancar jalannya kegiatan belajar mengajar dibutuhkan tenaga pengajar/guru yang bertanggung jawab terhadap mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Jumlah staf guru dan karyawan MI Ma’arif Sraten berjumlah 8 orang.

Adapun nama-nama pengajar di MI Ma’arif Sraten dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.4

Daftar Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014. 7. Nurul Munawaroh,

S. T

(60)

44 B. Penyajian Data

1. Daftar Nama Responden Tabel 3.5 Daftar Nama Responden

No Resp.

Nama Responden Kelas

1 Ata Fadya P IV

26 Fitri Cahyaningsih VI

27 Fatma Azzahra VI

28 Sinta Dewi Amira VI

(61)

45 2. Hasil Data Mentah

a. Data tentang persepsi siswa tentang kepribadian guru

Tabel 3.6

Jawaban Responden terhadap Angket persepsi Siswa tentang kepribadian guru

(62)

46

b. Data tentang akhlaqul karimah siswa

Tabel 3.7

Jawaban Responden terhadap Angket Akhlaqul Karimah Siswa MI

(63)

47 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui ada tidaknya atau seberapa besar hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014, maka peneliti mengadakan analisa dari data-data yang diperoleh dan langkah selanjutnya adalah menganalisa dengan statistik dan analisa kuantitatif. Analisa data ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa.

A. Analisis Deskriptif

(64)

48

1. Analisis tentang Persepsi Siswa tentang Kepribadian guru Tabel 4.1

Skor Jawaban Responden terhadap Angket Persepsi Siswa tentang Kepribadian

(65)

49

Langkah selanjutnya adalah menghitung skor total yang diperoleh oleh setiap responden berdasarkan jawaban yang telah diberikan. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel berikut:

Tabel 4.2

Hasil Skor tentang Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014

No. Resp

Item Jawaban Skor Jawaban Skor

(66)

50

Untuk menentukan interval penulis mengunakan rumus :

i = –

keterangan :

(67)

51 xr = nilai terendah

xi = kelas interval

dari rumus tersebut dapat diperoleh :

i =

i =

i =

i = 3,667

i = 4

dengan interval kelas 4 maka diperoleh penggolongan kepribadian guru sebagai berikut :

28 - 31 termasuk kategori tinggi yang diberi lambang A 24 - 27 termasuk kategori sedang yang diberi lambang B 20 - 23 termasuk kategori rendah yang diberi lambang C

Tabel 4.3 Distribusi frekwensi jawaban angket Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014

No Pengetahuan Interval Frekwensi

1 Tinggi 28 – 31 13

2 Sedang 24 – 27 10

3 Rendah 20 – 23 6

Untuk mengetahui angka prosentase dari masing-masing frekwensi penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

(68)

52 P = angka prosentase

F = frekwensi yang sedang dicari prosentasenya N = jumlah siswa

100 % = bilangan konstanta

a. Untuk kategori tinggi mengenai persepsi siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 adalah 13 responden.

P =

P = 0,44827 100 % P = 44,827%

P = 45%

b. Untuk kategori sedang mengenai persepsi siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 adalah 10 responden.

P =

P = 0,3448 100 % P = 34,48%

P = 34%

c. Untuk kategori rendah mengenai persepsi siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 adalah 6 responden.

(69)

53 P = 0,2068 X 100 %

P = 20,68% P = 21%

Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi mengenai persepsi siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014.

Tabel 4.4

Prosentase mengenai Persepsi Siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014

No Kualifikasi Interval Frekuensi Prosentase

1 Tinggi 28 – 31 13 45%

2 Sedang 24 – 27 10 34%

3 Rendah 20 – 23 6 21%

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang Kepribadian Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 terletak pada kualifikasi tinggi yang berdasarkan hasil perhitungan penelitian sebanyak 13 siswa atau 45% dari jumlah siswa.

2. Analisis Tentang Akhlaqul Karimah Siswa

Tabel 4.5

Skor Jawaban Angket tentang Akhlaqul Karimah Siswa

(70)
(71)

55

Langkah selanjutnya adalah menghitung skor total yang diperoleh oleh setiap responden berdasarkan jawaban yang telah diberikan. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Skor tentang Akhlaqul Karimah Siswa

(72)

56

19 9 0 1 27 0 1 28

20 5 5 0 15 10 0 25

21 2 8 0 6 16 0 22

22 1 9 0 3 18 0 21

23 9 1 0 27 2 0 29

24 5 5 0 15 10 0 25

25 4 5 1 12 10 1 23

26 10 0 0 30 0 0 30

27 3 7 0 9 14 0 23

28 7 2 1 21 4 1 26

29 8 2 0 24 4 0 28

Untuk menentukan interval penulis mengunakan rumus :

i = – keterangan :

i = interval xt = nilai tertinggi xr = nilai terendah xi = kelas interval

dari rumus tersebut dapat diperoleh :

i =

i =

i =

(73)

57

i = 4

dengan interval kelas 4 maka diperoleh penggolongan Akhlaqul Karimah siswa sebagai berikut :

28 – 31 termasuk kategori tinggi yang diberi lambang A 24 – 27 termasuk kategori sedang yang diberi lambang B 20 – 23 termasuk kategori rendah yang diberi lambang C

Tabel 4.7 Distribusi frekwensi jawaban Akhlaqul Karimah Siswa

No Kualifikasi Interval Frekwensi

1 Tinggi 28 – 31 12

2 Sedang 24 – 27 9

3 Rendah 20 – 23 8

Untuk mengetahui prosentase dari masing-masing frekwensi penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

P : X 100 % Keterangan :

P = angka prosentase

F = frekwensi yang sedang dicari prosentasenya N = jumlah siswa

100 % = bilangan konstanta

a. Untuk kategori tinggi mengenai Akhlaqul Karimah siswa MI ma’arif sraten kecamatan tuntang kabupaten semarang tahun 2014 adalah 12 responden.

(74)

58 P = 0,4137 100 %

P = 41,37% P = 41%

b. Untuk kategori sedang mengenai Akhlaqul Karimah siswa MI ma’arif sraten kecamatan tuntang kabupaten semarang tahun 2014 adalah 9 responden.

P =

P = 0,3103 100 % P = 31,03%

P = 31%

c. Untuk kategori rendah mengenai Akhlaqul Karimah siswa MI ma’arif sraten kecamatan tuntang kabupaten semarang tahun 2014 adalah 8 responden.

P =

P = 0,2758 X 100 % P = 27,58%

P = 28%

(75)

59 Tabel 4.8

Prosentase Mengenai Akhlaqul Karimah Siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014

No Kualifikasi Interval Frekwensi Prosentase

1 Tinggi 28 – 30 12 41%

2 Sedang 24 – 27 9 31%

3 Rendah 20 – 23 8 28%

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Akhlaqul Karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2014 terletak pada kualifikasi tinggi yang berdasarkan hasil perhitungan penelitian sebanyak 12 siswa atau 45% dari jumlah siswa.

B. Analisis Uji Hipotesis

Sebelum diadakan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment, data-data yang telah diberikan skor seperti dijelaskan pada tahap analisis pendahuluan yaitu ∑X, ∑Y, ∑XY, ∑ X2 dan ∑Y2

, terlebih dahulu dimasukan dalam tabel kerja berikut:

Tabel 4. 9 Tabel Kerja Persiapan Penghitungan Product Moment

NO. X Y XY

1 23 24 552 529 576

2 30 30 900 900 900

3 28 27 756 784 729

(76)
(77)

61

Untuk mencari koefisiensi korelasi antara variabel X dan Variabel Y, maka hasil penghitungan di atas dimasukan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:

∑X = 764 ∑Y = 752 ∑XY = 19946 ∑X2

= 20400 ∑Y2

= 19776

Berdasarkan data di atas, kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(78)

62

Berdasarkan hasil penghitungan data-data di atas, maka diperoleh harga

rxy=

C. Analisis Lanjutan

Setelah diperoleh nilai perhitungan tersebut, langkah selanjutnya adalah mengadakan konsultasi hasil perhitungan (rxy). Untuk N

(responden) 29, r tabel taraf signifikasi 5% untuk N = 29 adalah 0,367 dan taraf signifikan 1% untuk N = 29 adalah 0,470 dari hasil penelitian diketahui nilai rxy(r hitung) adalah 0,491. Bilamana nilai rxy (r hitung)

sama dengan atau lebih besar dari nilai kritik r tabel, maka nilai rxy (r

hitung) yang diperoleh adalah signifikan. Hal ini menunjukan bahwa antara variabel X (persepsi siswa tentang kepribadian guru) dengan variabel Y (akhlaqul karimah siswa) ada korelasi yang positif.

Berdasarkan data hasil perhitungan di atas nilai rxy (r hitung) lebih

(79)

63

pula akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014.

(80)

64 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tentang persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Persepsi siswa tentang kepribadian guru di MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2013/2014 dari perolehan jawaban angket untuk kategori tinggi adalah 13 anak (45%), kategori sedang 10 anak (34%), dan kategori rendah 6 anak (21%).

2. Akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang dari perolehan jawaban angket untuk kategori tinggi adalah 12 anak (41%), kategori sedang adalah 9 anak (31%), dan kategori rendah adalah 8 anak (28%).

3. Persepsi siswa tentang kepribadian guru dengan akhlaqul karimah siswa MI Ma’arif Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang terbukti

signifikan setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi

(81)

65

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi persepsi siswa tentang kepribadian guru maka semakin tinggi pula akhlaqul karimah siswa. B. SARAN

Berdasarkan dari kesimpulan bahwa semakin tinggi persepsi siswa tentang kepribadian guru maka semakin tinggi pula akhlaqul karimah siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Seyogyanya seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang baik karena seorang guru adalah panutan bagi peserta didiknya.

2. Perlu adanya kesadaran bagi seorang guru untuk menambah lagi kualitas kepribadiannya supaya akhlaqul karimah peserta didik juga semakin baik.

(82)

66

Daftar pustaka

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: AMZAH.

Amzah Qur’an. 2009. Al-Qur’an Tajwid Warna dan Terjemahnya. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.

Asy Syalhub, Fu’ad. 2006. Guruku Muhammad saw. Jakarta: Gema Insani Press. Barnawi, et.al. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Darajat, Zakiyah, et.al. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukati.,

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Naim, Ngainun. 2011. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nata, Abudin.2000. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta.

Sapuri, Rafy. 2009. Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1998a. Pengatar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan

Bintang.

2010a. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(83)

67

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Syah, Muhibbin. 2004a. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2010a. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syukur, Amin. 2003. Studi Islam. Semarang: CV. Bima Sakti.

Thoifuri. 2003. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL Media Group.

Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang “ SISDIKNAS

(SistemPendidikan Nasional) Beserta Penjelasanya”. Bandung : Citra Umbara.

(84)
(85)
(86)

NO VARIABEL DEVINISI

OPERASIONAL INDIKATOR ANGKET

1 Persepsi siswa atau ide dan kemampuan siswa dalam menilai suku, adat istiadat, daerah asal dan gender

1. Apakah guru anak-anak membeda-bedakan antara siswa laki-laki dan perempuan?

2. Dapat memberikan penilaian tentang sikap guru yang sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam

2. Apakah guru anak-anak memaafka, ketika ada siswa yang melakukan kesalahan?

3. Dapat memberikan penilaian tentang

perilaku guru yang jujur, tegas, dan manusiawi

(87)

4. Dapat memberikan

4. Ketika ada kegiatan shalat berjamaah disekolah, apakah guru anak-anak mengikuti shalat berjamaah?

5. Dapat memberikan penilaian tentang

perilaku guru yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat disekitarnya

5. Apakah guru anak-anak bersikap ramah dan santun kepada siswa, guru lain dan masyarakat sekitar?

6. Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru sebagai pribadi yang mantap dan stabil

6. Apakah guru anak-anak sabar dalam mengajari peserta didik yang belum faham?

7. Dapat memberikan penilaian terhadap penampilan guru sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa

(88)

8. Dapat memberikan penilaian kepada guru yang menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi

8. Apakah guru anak-anak berangkat mengajar tepat waktu?

9. Dapat memberikan penilaian terhadap guru yang bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri

9. Apakah guru anak-anak percaya diri ketika mengajar didepan kelas?

10. Dapat memberikan penilaian terhadap guru yang bekerja mandiri secara profesional

10. Apakah guru anak-anak dapat

mengkondisikan kelas ketika suasana kelas sedang gaduh?

2 Akhlaqul karimah siswa

Budi pekerti peserta didik yang baik

1. Rajin beribadah kepada Allah

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4  Daftar Guru MI Ma’arif Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014
Tabel 3.5 Daftar Nama Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Using this game, children able to learn, understand, and remember the history

Pada uji Bonferroni didapatkan adanya perbedaan bermakna antara nilai NLR kelompok perokok ringan dengan perokok sedang-berat (p=0,030), sementara pada kelompok

Program Magister (S2) Sistem Informasi, Manajemen, Teknik Elektro, Sastra Inggris, Psikologi, Teknik Sipil Program Doktor (S3) Ilmu Ekonomi, Teknologi Informasi / Ilmu Komputer..

Penelitian ini menarik dilakukan dalam rangka penemuan obat baru berbasis struktur molekul obat, melihat potensi yang dimiliki turunan diketopiperazin C-alkil

Dalam Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) 1, guru pamong telah memberikan kesempatan kepada praktikan untuk melakukan latihan pengajaran mata pelajaran ekonomi dan

Tidak berbeda dengan perusahaan perusahaan lainnya PT Bank Muamalat Indonesia juga memiliki stok persediaan alat-alat untuk keperluan kantor, bahkan dengan

(tidak mencontek), terlepas dari pada pencapaian hasil. Ataupun juga dengan membiasakan hal-hal kecil yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari di rumah. Kebanyakan anak