i
EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
PADA
HOME INDUSTRY
KRIPIK TEMPE “OJO LALI”
DI KABUPATEN BLORA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Agapitus Eko Susanto
NIM : 081334064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
K edua Orang Tuaku A ntonius J oko Siswanto dan A gatha
Paherah M ugi R ahayu
K edua A dikku Gregorius Septa A ngga dan E lisabet E lok
H arjani
R osa de L ima N india R eni
Seluruh keluarga dan kerabat yang telah mendukungku dalam
proses pengerjaan skripsi ini
v
HALAMAN MOTTO
“Jangan pernah menyerah untuk menggapai apa yang kita inginkan, karena dimana ada kemauan pasti akan selalu ada jalan”
viii
ABSTRAK
EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADAHOME INDUSTRY KRIPIK TEMPE “OJO LALI”
DI KABUPATEN BLORA
Agapitus Eko Susanto
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) biaya-biaya overhead yang seharusnya diperhitungkan oleh perusahaan; (2) harga pokok produksi kripik tempe dengan pendekatan full costing dan variable costing.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilakukan pada home industry
kripik tempe “Ojo Lali” di Kabupaten Blora. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012. Teknik analisis data menggunakan analisis penentuan harga pokok produksi dan analisis selisih biaya.
ix
ABSTRACT
EVALUATION OF DETERMINING COST OF GOODSMANUFACTURED
AT HOME INDUSTRY KRIPIK TEMPE "OJO LALI" IN DISTRICT OF BLORA
Agapitus Eko Susanto
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2012
This study aims to determine: (1) overhead costs that should be taken into account by the company; (2) the cost of goods manufactured of kripik tempe with full costing and variable costing approach.
This type of research is a case study conducted in the home industry kripik tempe "Ojo Lali" in the district of Blora. Techniques of data collection were interviews, observation, and documentation. The research was conducted in March 2012. Techniques of data analysis were analytical determination of the cost of goods manufactured and analysis of the difference in cost.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat serta syukur penulis persembahkan kepada Tuhan
Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul
“Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Home Industry Kripik Tempe “Ojo Lali” di Kabupaten Blora”.Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Pendidikan, Universitas Snata Dharma.
Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya campur tangan pihak lain
yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing
penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta;
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
xi
4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
5. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
berbagai pengetahuan dalam proses perkuliahan;
6. Seluruh mahasiswa angkatan 2008 yang juga telah memberi masukan selama
proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang
baik selama ini;
7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu
kelancaran proses belajar selama ini;
8. Home Industry kripik tempe Ojo Lali yang telah memberikan izin dalam
pelaksanaan penelitian;
9. Ibu Agatha Paherah Mugi Rahayu sebagai pemilik home industry kripik tempe
Ojo Lali;
10. Seluruh tenaga kerja yang telah mendukung penelitian ini;
11. Orang Tua dan adik-adikku yang senantiasa memberikan kasing sayang, cinta,
dukungan serta doa hingga penulisan skripsi ini terselesaikan;
12. Rosa de Lima Nindia Reni yang telah memberikan dukungan dan doanya selama
pengerjaan skripsi ini;
13. Teman-temanku selama kuliah di Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas
masukan-masukan yang kalian berikan;
14. Untuk semua orang yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terimakasih banyak
xii
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ...ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
xiv
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 40
B. Lokasi Perusahaan ... 42
C. Struktur Organisasi ... 43
xv
E. Permodalan ... 43
F. Produksi ... 44
G. Pemasaran ... 46
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 47
B. Analisis Data ... 61
C. Pembahasan ... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
C. Keterbatasan ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Penghitungan biaya absorpsi dan biaya variabel ... 29
Tabel III.1 Kategori selisih biaya pokok ... 39
Tabel V.1 Biaya kedelai selama bulan maret 2012 ... 48
Tabel V.2 Biaya ragi selama bulan maret 2012 ... 49
Tabel V.3 Biaya tenaga kerja pengiris selama bulan maret 2012 ... 51
Tabel V.4 Biaya tenaga kerja penggoreng selama bulan maret 2012 ... 52
Tabel V.5 Biaya tenaga kerja pengemas selama bulan maret 2012 ... 53
Tabel V.6 Biaya minyak goreng selama bulan maret 2012 ... 55
Tabel V.7 Biaya gas selama bulan maret 2012 ... 56
Tabel V.8 Biaya bumbu kripik selama bulan maret 2012 ... 57
Tabel V.9 Biaya daun jeruk selama bulan maret 2012 ... 58
Tabel V.10 Biaya bahan pembungkus selama bulan maret 2012 ... 59
Tabel V.11 Penggolongan biaya overhead home industry kripik tempe “Ojo Lali” ... 63
Tabel V.12 Laporan BOP bulan maret 2012 ... 64
Tabel V.13 BOP tetap proses pembuatan kripik tempe bulan maret 2012 ... 65
Tabel V.14 BOP variabel proses pembuatan kripik tempe bulan maret 2012 ... 65
Tabel V.15 Harga pokok produksi kripik tempe “Ojo Lali” menurut perusahaan ... 66
xvii
Tabel V.17 Harga pokok produksi dengan metode variable costing ... 68
Tabel VI.1 Harga pokok produk menurut perusahaan ... 73
Tabel VI.2 Harga pokok produk menurut teori full costing ... 74
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Permohonan ijin penelitian ... 78
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Blora merupakan sebuah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Kota
yang letaknya paling timur di provinsi Jawa Tengah tersebut dikenal dengan
sebutan kota sate, yang mana memiliki daya tarik tersendiri bagi para
pengunjungnya. Selain terkenal dengan berbagai makanan khasnya, kota Blora
juga dikenal dalam hal tambang minyak bumi yang saat ini tengah menjadi
sorotan. Blora juga mempunyai slogan yang unik, yaitu MUSTIKA sebagai kota
maju, unggul, sehat, tertib, indah, kontinyu, dan aman. Bahkan Blora pun juga
memiliki ciri khas yang lain, yaitu kelompok orang samin yang lain daripada yang
lain dalam keseharian tingkah lakunya.
Kota Blora memberikan pelayanan khusus bagi parapengunjungnya.
Mereka dapat menikmati beragam makanan khas kota Blora. Terkait dengan
anekamakanan khasnya, kota Blora dikenal sebagai kota industri kripik tempe.
Produk unggulan lain dari kota Blora adalah sate, tahu lontong, dan ledre.
Dalam dunia bisnis, persaingan antar perusahaan merupakan hal yang
wajar, begitu juga pada perusahaan home industry kripik tempe di Kabupaten
Blora ini. Setiap perusahaan berusaha menawarkan produk mereka dengan
Sebelum perusahaan menentukan harga jual suatu produk,
perusahaan terlebih dahulu harus menghitung harga pokok produksinya.
Hal ini mengingat bahwa harga jual ditentukan dengan menjumlah harga
pokok produksi per unit dengan tingkat laba yang diinginkan oleh
perusahaan sehingga tanpa adanya penentuan harga pokok produksi per
unit, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga jual
produk yang dihasilkan.
Harga pokok produksi merupakan keseluruhan biaya produksi
yang terserap ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan perusahaan.
Secara umum biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Karakteristik produksi yang dihasilkan perusahaan akan menentukan
pengumpulan biaya produksi. Ada dua macam metode pengumpulan biaya
produksi, yaitu metode harga pokok proses dan metode harga pokok
pesanan. Metode harga pokok proses digunakan dalam perusahaan yang
memproduksi satu jenis produk dalam jumlah besar dan jangka panjang,
sedangkan metode harga pokok pesanan digunakan untuk perusahaan yang
memproduksi bermacam-macam produk selama periode tertentu.
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Penentuan harga
pokok produksi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu metode full
produksi sebagai harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah
biaya tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode
ini terdiri atas bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik tetap dan variabel. Pada pihak lain, variable costing, hanya biaya
produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan
sebagai harga pokok. Umumnya terdiri atas bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead variabel.
Home industry kripik tempe “Ojo Lali” merupakan usaha kecil
yang bergerak dalam bidang pembuatan kripik tempe sebagai usaha
utamanya, meskipun ada produk yang lain, di antaranya berupa kripik
bayam, aneka roti, dll. Industri yang baik tentunya harus mampu
menentukan harga jual secara tepat. Agar kualitas produk dan harga jual
yang ditentukan tepat, maka home industry ini harus melakukan
pengakumulasian dan penghitungan elemen biaya produksi baik bahan
baku, tenaga kerja, dan pembebanan biaya overheadpabrik dalam tiap
produksi secara tepat pula. Hal tersebut perlu dilakukan agar tidak
mengalami kerugian baik dari sisi persaingan maupun kemungkinan
kerugian karena harga jual yang ditetapkan tidak mampu menutupi biaya
produksinya.
Penentuan harga pokok produksi pada perusahaan kripik tempe
“Ojo Lali” masih tergolong tradisional. Perusahaan ini hanya menghitung
biaya-biaya yang membutuhkan pengeluaran uang kas seperti misalnya
lainnya tidak dihitung sehingga hal tersebut berpengaruh pada harga pokok
produksi. Dalam penentuan harga pokok produksi yang dilakukan home
industry tersebut, tidak semua biaya overhead pabrik dibebankan pada
harga pokok produksi yang dikerjakan dan juga penghitungan harga pokok
produksi tidak dipisahkan antara produk utama yaitu kripik tempe dengan
produk yang lain. Atas dasar hal tersebut, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK
PRODUKSI PADA HOME INDUSTRY KRIPIK TEMPE “OJO LALI” DI
KABUPATEN BLORA”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini di lakukan dengan maksud untuk mengevaluasi
cara-cara yang dilakukan oleh pengusaha kripik tempe “Ojo Lali” dalam
menentukan harga pokok produksi mereka.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
menitikberatkan pada masalah, yaitu:
1. Biaya-biaya overhead apa saja yang seharusnya diperhitungkan oleh
perusahaan?
2. Berapa harga pokok produksi kripik tempe jika dihitung dengan
pendekatan full costing dan variable costing pada home industry
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui biaya-biaya overhead yang seharusnya
diperhitungkan oleh perusahaan
2. Untuk mengetahui harga pokok produksi dengan pendekatan full
costingdan variable costing pada home industry kripik tempe “Ojo
Lali” di Kabupaten Blora
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi home industry kripik tempe “Ojo Lali” Blora
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perusahaan
yang diteliti sebagai bahan acuan untuk menghitung harga pokok
produksi dengan pendekatan full costing maupun variable costing
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan harga jual.
2. Bagi universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah referensi
perpustakaan khususnya referensi mengenai penelitian terkait.
3. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bekal bagi penulis
terkait dengan penghitungan harga pokok produksi dan menambah
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2000: 8). Dalam arti sempit biaya dapat
diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva
(Mulyadi, 2000: 10).
Biaya adalah pengorbanan ekonomi yang dibuat untuk memperoleh
barang atau jasa. Biaya adalah aliran keluar pemakaian lain aktiva atau
timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang
berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau
pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian
dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut. Akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan
produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya
(Mulyadi, 2000: 6). Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.
lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang diterapkan pada
perusahaan jasa.
Suwardjono (2003: 38) mendefinisikan akuntansi biaya yaitu
bagian dari akuntansi manajemen. Akuntansi biayamenyediakaninformasi
biayarinci yangdibutuhkan manajemenuntuk mengontroloperasisaat ini
dan rencanauntuk masa depan (Vanderbeck, 2010: 2). Akuntansi keuangan
menfokuskan pada masalah pelaporan keuangan untuk kepentingan pihak
eksternal yang meliputi prinsip, standar, metode, dan prosedur akuntansi
untuk menghasilkan laporan keuangan umum (Suwardjono, 2003: 37).
Tujuan klasifikasi biaya tersebut adalah sebagai berikut ini:
1. Perencanaan laba melalui penganggaran
2. Pengawasan biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban
3. Membantu dalam menetapkan harga jual dan kebijakan harga
4. Penilaian laba tahunan atau berkala termasuk penilaian persediaan
B. Fungsi dan Tujuan Akuntansi Biaya
Fungsi utama akuntansi biaya adalah mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai biaya, baik biaya yang telah maupun yang
akan terjadi. Informasi yang dihasilkan berguna bagi manajemen sebagai
alat kontrol atas kegiatan yang telah dilakukan dan bermanfaat untuk
membuat rencana di masa mendatang (Soemarso, 2004: 8). Akuntansi
biaya membantu manajemen dalam masalah klasifikasi biaya, yaitu proses
yang ada untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
manajemen.
Salah satu tujuan akuntansi biaya adalah untuk menentukan harga
pokok produk. Dalam menghitung biaya produksi, akuntansi biaya harus
mengikuti proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Setiap
tahap pengolahan bahan baku memerlukan pengorbanan sumber ekonomi
yang dikorbankan dalam setiap tahap pengolahan tersebut untuk
menghasilkan informasi biaya produksi yang dikonsumsi untuk
menghasilkan produk. Menurut Mulyadi (2005: 7), akuntansi biaya
mempunyai tiga tujuan pokok adalah sebagai berikut ini:
1. Penentuan harga pokok produk
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi
biaya mencatat, menggolongkan, meringkas biaya-biaya
pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan
dan disajikan adalah biaya yang terjadi di masa lalu atau historis.
2. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk.
Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi bertugas
untuk membantu apakah pengeluaran biaya sesungguhnya telah
3. Pengambilan keputusan khusus
Akuntansi untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya
masa yang akan datang (future cost). Untuk memenuhi kebutuhan
manajemen dalam pengambilan keputusan, akuntansi biaya
mengembangkan konsep informasi biaya untuk pengambilan
keputusan seperti: biaya kesempatan (oportunity cost), biaya
hipotesis (hypothetical cost), biaya tambahan (incremental cost),
biaya terhindarkan (avoidable cost), dan pendapatan yang hilang
(forgone revenue).
Beberapa prosedur biaya dirancang dengan tujuan untuk
menentukan harga pokok per unit dan juga total produk. Ada beberapa
keputusan penting dalam pemasaran yang dapat dipengaruhi oleh
informasi biaya per unit. Adapun keputusan-keputusan penting tersebut
adalah sebagai berikut ini (Vanderbeck, 2010: 4-5):
1. Penentuan harga jual produk
Penghitungan biaya produksi pabrik per unit membantu dalam
menetapkan harga jual. Hal ini harusnya lebih tinggi untuk menutupi
biaya produksi barang, pembayaran biaya pemasaran dan administrasi,
dan dalam pemberian laba.
2. Mengatasi persaingan
Jika suatu produk dijual dengan harga yang lebih rendah oleh pesaing
untuk menentukan masalah yang dapat diatasi dengan penurunan harga
jual atau eliminasi barang.
3. Penawaran
Dalam hal ini penting untuk penetapan harga dengan cara kontrak atau
tender. Suatu analisis biaya produksi per unit yang berhubungan
dengan proses produksi satu produk tertentu penting dalam
menentukan harga penawaran.
4. Penganalisaan keuntungan
Manajemen dapat menentukan jumlah laba dari masing-masing produk
dan kemungkinan untuk mengeliminasi produk yang kurang
menguntungkan dengan informasi biaya per unit.
C. Jenis-Jenis Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2005: 13-16) dalam akuntansi biaya, biaya
digolongkan dengan berbagai cara. Umumnya penggolongan biaya ini
ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dalam penggolongan
tersebut, karena dalam akuntasi biaya dikenal dengan konsep: “different
cost for different purposes”. Biaya dapat digolongkan menurut:
1. Obyek pengeluaran
Dengan cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran biaya
2. Fungsi pokok perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh
karena itu dalam perusahaan manufaktur mengelompokan biaya
menjadi dua yaitu:
a. Biaya produksi, dibagi menjadi tiga kategori yaitu biaya bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overheadpabrik.
b. Biaya non produksi, yaitu:
1) Biaya penjualan dan marketing, termasuk semua biaya yang
diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan
memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada
konsumen. Biaya marketing meliputi pengiklanan, pengiriman,
perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji
untuk bagian penjualan, biaya gudang produk jadi.
2) Biaya administrasi meliputi biaya eksekutif, organisasional,
dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum
organisasi.
Contohnya adalah kompensasi eksekutif, akuntansi umum,
sekretariat, public relation, dan biaya sejenis yang terkait
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Biaya langsung adalah biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri
ke obyek biaya yang bersangkutan. Biaya langsung adalah biaya
yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada
obyek atau pusat biaya tertentu. Contohnya adalah biaya bahan
langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri
dengan mudah ke obyek biaya yang bersangkutan. Biaya tidak
langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat
diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya
yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya.
Contohnya adalah biaya overhead pabrik dan gaji manajer.
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu:
a. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara
proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas. Aktivitas
tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit
digunakan, jam kerja, dan sebagainya. Contohnya adalah biaya
bahan langsung, biaya listrik, telepon dan air, biaya bahan bakar.
Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin
besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya
variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah
jumlah total biaya variabel.
2) Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.
b. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa
terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Tidak seperti biaya variabel,
biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan aktivitas. Sebagai
konsekuensinya, pada saat level aktivitas naik turun, total biaya
tetap konstan kecuali jika dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari
luar seperti perubahan harga. Contohnya adalah biaya teaga kerja,
biaya penyusutan mesin. Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan
2) Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah
berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan,
semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan,
semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
c. Biaya semivariabel (mixed cost)
Biaya semivariabel adalah biaya yang terdiri dari elemen biaya
variabel maupun biaya tetap. Contohnya adalah biaya pengadaan
jasa X-ray untuk pasien pada rumah sakit. Biaya semivariabel
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan
perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya
tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin
besar jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan
semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding.
2) Pada biaya semivariabel, biaya satuan akan berubah terbalik
dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya
tidak sebanding sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu.
Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan,
semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.
5. Jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
a. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah pengeluaran yang
dapat memberikan manfaat (benefit) pada beberapa periode
akuntansi atau pengeluaran yang dapat memberikan manfaat pada
periode akuntansi yang akan datang. Pengeluaran modal adalah
biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam
tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi,
diamortisasi atau dideplesi (Mulyadi, 2005: 16).
b. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditures) adalah
pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode
akuntansi dimana pengeluaran terjadi. Pengeluaran pendapatan
adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya,
pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran
biaya tersebut (Mulyadi, 2005: 16)
D. Pengertian Harga Pokok Produksi
Informasi biaya bermanfaat untuk penentuan harga pokok produk
atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi (perusahaan). Harga pokok
produk atau jasa merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan
Manfaat mengetahui harga pokok produksi adalah:
1. Untuk menghitung nilai persediaan barang jadi
2. Untuk menghitung harga pokok penjualan
3. Sebagai dasar dalam menentukan harga jual
4. Untuk menentukan penawaran harga jual suatu kontrak penjualan
5. Untuk memenangkan persaingan di pasar
Menurut Mulyadi (1993: 10) harga pokok merupakan pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva, selain itu harga pokok juga
digunakan untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam
pengolahan bahan baku menjadi produk. Namun karena pembuatan produk
tersebut bertujuan mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku)
menjadi aktiva lain (persediaan produk jadi), maka pengorbanan bahan
baku tersebut, yang berupa biaya bahan baku, akan membentuk harga
pokok produksi.
Setiap perusahaan yang dilakukan penghitungan harga pokok
produk mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Adapun tujuan dari
penghitungan harga pokok produk adalah:
1. Untuk memberikan bantuan guna mendekati harga yang dapat dicapai
2. Untuk menilai harga-harga yang dapat dicapai atau ditawarkan dari
pendirian ekonomi perusahaan itu sendiri
3. Untuk menilai penghematan dari proses produksi
4. Untuk menilai barang yang masih dikerjakan
E. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
1. Metode Harga Pokok Pesanan (job order costing)
a. Pengertian
Sistem job order costing digunakan untuk perusahaan yang
memproduksi bermacam produk selama periode tertentu. Sebagai
contoh, perusahaan pakaian levi strauss membuat pakaian jeans
untuk pria dan wanita. Dalam sistem job order costing, biaya
ditelusuri dan dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut dibagi dengan jumlah unit yang
dihasilkan untuk menghasilkan harga rata-rata per unit.
b. Karakteristik job order costing menurut Mulyadi (2005: 38-39)
adalah:
1) Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam
produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis
produk perlu dihitung harga pokoknya secara individual.
2) Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan pokok:
biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung.
3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tak
langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,
harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di
muka.
5) Harga pokok per unit produk dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk
yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
2. Metode harga pokok proses (process costing)
a. Pengertian
Sistem process costing digunakan dalam perusahaan yang
memproduksi satu jenis produk dalam jumlah besar dalam jangka
panjang. Contohnya adalah perusahaan semen dan perusahaan
kertas. Prinsip dasar dari process costing adalah
mengakumulasikan biaya dari operasi atau departemen tertentu
selama satu periode penuh (bulanan, kuartalan, dan tahunan) dan
kemudian membaginya dengan jumlah unit yang diproduksi
selama periode tersebut.
b. Karakteristik metode harga pokok proses Mulyadi (2005: 64)
adalah:
1) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
2) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah
produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk
F. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi
produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
Biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur yaitu: biaya
bahan baku (direct material), biaya tenaga kerja langsung (direct labor),
dan biaya overhead pabrik (factory overhead).
1. Biaya bahan baku
Menurut Garrison (2006: 36)bahan langsungadalahbahan-bahan
yangmenjadi bagian integraldari produkjadi danyang dapat ditelusuri
secara fisik dan mudah ke produk tersebut. Ahli lain mendefinisikan
bahan baku sebagai bahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi (Mulyadi, 2005: 275).
2. Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerjayang bekerjalangsung padaproduk yang diproduksi,
seperti operator mesin ataupekerja lini perakitan, diklasifikasikan
sebagaitenaga kerja langsung (Vanderbeck 2005: 15). Biaya tenaga
kerja langsung merupakan upah yang dibayarkan kepada pekerja yang
secara langsung dapat diidentifikasikan suatu job/barang jadi
(Vanderbeck 2005: 124). Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja
yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi,
biaya ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada
produk tertentu. Dalam metode harga pokok proses umumnya tidak
kerja tidak langsung. Apabila produk diolah menjadi satu tahapan
pengolahan maka semua biaya tenaga kerja pabrik digolongkan
sebagai biaya tenaga kerja. Apabila produk diolah melalui beberapa
tahapan atau departemen, semua biaya tenaga kerja pada departemen
produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan tenaga
kerja departemen pembantu dimasukkan sebagai biaya overhead
pabrik.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan
ke dalam:
a. Biaya bahan penolong, biaya bahan penolong adalah biaya yang
tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun
menjadi bagian produk tetapi nilainya relatif kecil bila
dibandingkan harga pokok produk tersebut.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak
langsung terdiri atas upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang
dikeluarakan untuk tenaga kerja tidak langsung.
c. Reparasi dan pemeliharaan, berupa biaya suku cadang, biaya bahan
habis pakai, dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan
untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan bangunan pabrik,
mesin-mesin, equipment, dan aktiva tetap lainnya yang digunakan
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
Biaya ini terdiri atas biaya-biaya depresiasi emplasement pabrik,
bangunan pabrik, mesin, equipment, alat kerja, dan aktiva tetap lain
yang digunakan pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, antara lain
biaya asuransi gedung dan emplasement, asuransi mesin,
equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan
amortisasi kerugian trial-run.
f. Biaya overhead lain-lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai, antara lain adalah biaya listrik dan air,
biaya telepon, dan sebagainya.
Apabila perusahaan memiliki departemen pembantu di dalam
pabrik semua biaya departemen pembantu merupakan elemen biaya
overhead pabrik. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
komplek dan tidak dapat diidentifikasi pada produk jadi, maka
pengumpulan biaya overhead pabrik baru dapat dilaksanakan pada akhir
periode.
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dilaksanakan melalui tiga tahap:
a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus
memperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dicapai sebagai
yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya overhead
pabrik:
1) Kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen
untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh hanya berhenti
selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas
teoritis dikurangi kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat
dihindari karena hambatan-hambatan intern perusahaan.
2) Kapasitas normal adalah kemampuan perusahaan untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.
3) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas
sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun
yang akan datang.
b. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
Setelah menyusun anggaran biaya overhead pabrik, langkah
selanjutnya adalah memilih dasar untuk membebankan biaya overhead
pabrik kepada produk.
Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk pengumpulan
biaya overhead pabrik kepada produk (Mulyadi, 2000: 17), antara lain:
1) Satuan produk
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan langsung
2) Biaya bahan baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai
bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya
overhead pabrik kepada produk adalah biaya bahan baku yang
dipakai.
3) Biaya tenaga kerja langsung
Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai
hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung,
maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead
pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung.
4) Jam tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu untuk membuat
produk, maka dasar yang digunakan untuk membebankan adalah
jam tenaga kerja langsung.
5) Jam mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu
penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya adalah jam mesin.
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik setelah tingkat kapasitas yang
akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya
overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih
overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut:
Tar if BOP = 100%
Dalam pemilihan dan penentuan dasar pembebanan biaya overhead
pabrik harus dilakukan dengan tepat. Karena ketepatan penentuan
dasar tarif biaya overhead pabrik menentukan ketepatan harga pokok
produksi.
Dalam memilih dasar pembebanan yang akan dipakai, tujuan utamanya
adalah untuk membebankan biaya overhead pabrik dengan dalil dan
teliti, untuk itu harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1) Penyebab fluktuasi pembebanan biaya overhead pabrik
Apabila perubahan biaya overhead pabrik misalnya banyak
dipengaruhi jam mesin dapat digunakan dasar jam mesin, tetapi
bila perubahan banyak dipengaruhi bahan baku dapat digunakan
dasar biaya bahan baku.
2) Kebebasan dari dasar yang dipakai
Apabila digunakan pembebanan atas dasar persentase tertentu dari
biaya, atau nilai jual, kenaikan harga biaya atau harga jual yang
dipakai berakibat biaya overhead pabrik yang dibebankan menjadi
bertambah, meskipun harga biaya overhead pabrik yang
dibebankan tidak bertambah, hal ini menunjukkan kebebasan dasar
3) Memadai untuk mengendalikan
Dasar yang dipakai hendaknya memadai untuk dipakai sebagai
dasar pengendalian biaya overhead pabrik, oleh karena itu dasar
yang dipakai harus menggambarkan tingkat variabilitas.
4) Mudah dan praktis untuk dipakai
Apabila terhadap dua atau lebih dasar pembebanan yang memenuhi
faktor-faktor tersebut di atas, dasar yang dipilih adalah yang mudah
dan praktis dipakai.
G. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga
pokok produksi dengan tujuan untuk melakukan penilaian persediaan dan
penentuan harga pokok penjualan. Dua pendekatan itu yaitu absorption
costing atau disebut juga full costing dan variable costing atau juga sering
disebut direct costing atau marginal costing (Garrison, 2006: 276). Dua
pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Absorption Costing (Full Costing)
Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai
harga pokok (product cost) tanpa memperhatikan apakah biaya
tersebut variabel atau tetap. Harga pokok produksi dengan metode
absorption costing terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja langsung,
costingmeliputi seluruh biaya produksi sebagai harga pokok, metode
ini juga disebut metode full costing.
2. Variable Costing
Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang
berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlakukan sebagai harga
pokok. Pada umumnya terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik variabel. Variable costing juga sering
disebut direct costing atau marginal costing.
H. Perbedaan Metode Full Costing dan Variable Costing 1. Ditinjau dari Sudut Penentuan Harga Pokok Produk
Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi (Mulyadi 2005: 17-18).
a. Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
memperhitungkan semua biaya produksi ke dalam kos produksi,
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
Full costing:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead tetap xxx +
Kos produksi xxx
b. Metode Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel
ke dalam kos produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Variable costing:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx +
Kos produksi xxx
2. Ditinjau dari Sudut Penyajian Laporan Laba Rugi
Perbedaan pokok antara metode full costing dengan variable costing
adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan
laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full
costing menitikberatkan pada penyajian elemen-elemen biaya menurut
hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam
pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan.
3. Perbandingan metode absorption costing (full costing) dan variable
costing terhadap laba (Hansen, 2005: 222-223)
Perhitungan biaya variabel menekankan perbedaan antara biaya
manufaktur variabel dan tetap. Perhitungan biaya variabel (variable
costing) membebankan hanya biaya manufaktur variabel ke produk,
biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead variabel.
Perhitungan biaya absorpsi (absorption costing) membebankan semua
biaya manufaktur ke produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, overhead variabel dan overhead tetap adalah hal-hal yang
menentukan biaya produk. Jadi menurut absorption costing, overhead
Tabel II.1
Penghitungan Biaya Absorpsi dan Biaya Variabel
Perhitungan Biaya
Absorpsi
Perhitungan Biaya
Variabel
Biaya Produk Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung
Biaya Periode Beban penjualan
Beban administratif
Overhead tetap
Beban penjualan
Beban administratif
I. Kajian Penelitian Relevan
1. Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produksi Pada Pembuatan Tahu
Fajar di Jumantono
Penelitian ini menitikberatkan pembahasan pada biaya-biaya
produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik serta penentuan harga produksi
dengan metode full costing dan variable costing. Penghitungan
tentang biaya-biaya tersebut dibahas satu persatu sehingga pada
Pada penelitian ini diketahui bahwa:
a. Biaya overhead pabrik yang belum dihitung adalah biaya
penyusutan gedung dan biaya penyusutan mesin.
b. Penghitungan biaya overhead antara tahu putih dan tahu merah
tidak dipisahkan.
c. Adanya perbedaan harga pokok produk antara penulis dengan
perusahaan.
2. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full
Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual Pada PT Mermaid
Textile (MERTEX) Industry Mojokerto
Penelitian ini membahas tentang pengidentifikasian dan
pengalokasian setiap unsur biaya produksi. Penelitian ini banyak
menjelaskan metode full costing yang digunakan untuk penghitungan
harga pokok produksi maupun dalam penetapan harga jual produk.
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan metode full
costing, perusahaan memperlakukan semua biaya produksinya sebagai
harga pokok tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau
tetap. Harga pokok produksi ini meliputi bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik tetap maupun variabel.
J. Kerangka Pemikiran
Dalam mengelola perusahaan, manajemen memerlukan informasi,
ini nantinya akan digunakan oleh manajemen untuk membuat keputusan,
kebijakan, maupun produksi. Berbagai informasi ini juga berperan untuk
mengurangi ketidakpastian, sehingga manajemen mampu untuk
menentukan pilihannya. Biasanya informasi kuantitatif lebih berperan
dalam mengurangi ketidakpastian bila dibandingkan dengan informasi non
kuantitatif, sehingga manajemen lebih bertumpu pada informasi kuantitatif
dalam pengambilan keputusan.
Salah satu informasi kuantitatif adalah informasi mengenai biaya.
Pada informasi biaya terdapat informasi yang berupa akuntansi biaya, yang
objeknya hanya terbatas pada transaksi keuangan yang menyangkut biaya.
Menurut Mulyadi (2000:6) “akuntansi biaya merupakan proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan
produk atau penyerahan jasa, dengan cara tertentu, serta penafsiran
terhadap hasilnya.”
Dengan demikian akuntansi biaya bertujuan untuk menyediakan
informasi yang berhubungan dengan produksi, penjualan produk atau jasa,
serta penafsiran terhadap hasilnya untuk kepentingan manajemen. Agar
akuntansi biaya dapat mencapai tujuan tersebut, maka biaya yang
dikeluarkan perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan penentuan harga pokok produksi secara teliti.
Penentuan harga pokok secara teliti hanya dapat dilaksanakan jika
dilakukan pemisahan secara tegas antara biaya produksi dan biaya
dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya
nonproduksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
nonproduksi seperti administrasi dan umum serta pemasaran dan
penjualan.
Pengumpulan biaya produksi untuk menghitung harga pokok
produksi dapat dilakukan dengan menggunakan metode tertentu.
Pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan suatu metode tertentu
dilakukan untuk memperoleh perhitungan biaya produksi dengan cermat.
Metode pengumpulan biaya produksi yang dipilih harus sesuai dengan
sifat produksi yang dilakukan perusahaan, untuk perusahaan yang
memproduksi barang atau jasa yang didasarkan pada pesanan, proses
pengumpulan biaya produksinya dapat dilakukan dengan menggunakan
metode harga pokok pesanan. Dengan sistem ini harga pokok produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik dikumpulkan atas dasar pesanan dalam suatu periode
tertentu. Pada setiap akhir periode, total biaya produksi yang terjadi dibagi
dengan jumlah unit yang dihasilkan yang biasanya disebut dengan biaya
produksi per unit yang terdiri dari biaya bahan baku per unit, biaya tenaga
kerja langsung per unit, dan biaya overhead pabrik per unit.
Dengan menghitung harga pokok produksi secara teliti akan sangat
membantu bagi perusahaan yang bersangkutan, terutama dalam hal
dengan harga pokok produksi yang dihitung secara cermat akan
mendatangkan keuntungan yang rasional bagi perusahaan itu sendiri.
K. Pertanyaan Penelitian
1. Biaya-biaya overheadapa saja yang seharusnya diperhitungkan oleh
perusahaan?
2. Berapa harga pokok produksi kripik tempe jika dihitung dengan
pendekatan full costing dan variable costing pada home industry
kripik tempe “Ojo Lali” di Kabupaten Blora?
3. Apakah terdapat selisih biaya? jika ada, apakah selisih
34 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa studi kasus, yaitu melakukan penelitian
yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu
tertentu (Sevilla, 1993: 73).Penelitian ini mengambil suatu obyek
penelitian, yaitu penentuan harga pokok produksi home industry kripik
tempe “Ojo Lali”, untuk dicermati secara intensif dan mendalam sehingga
diperoleh gambaran lengkap mengenai obyek penelitian dan permasalahan
yang berkaitan dengan obyek tersebut. Selanjutnya, hasil penelitian ini
hanya berlaku pada home industry kripik tempe “Ojo Lali”.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan pada home industry kripik tempe “Ojo Lali”
yang berada di jalan Barito no 20, Kedung Jenar, Blora.
2. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret 2012.
C. Jenis dan Sumber Data
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber,
dalam hal ini adalah pemilik industri. Data yang dikumpulkan berupa
data-data mengenai biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dan
informasi dari karyawan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, data
yang akan dicari berupa informasi-informasi mengenai harga-harga
bahan baku serta bahan penolong, jumlah karyawan, besarnya upah
tenaga kerja, biaya bahan-bahan lain, dan sebagainya. Informasi yang
diperoleh dari wawancara ini adalah informasi yang secara langsung
didapat dari pemilik usaha tersebut.
2. Observasi
Metode observasi adalah penelitian langsung, mengawasi sendiri
obyek yang akan diteliti sehingga peneliti dapat melihat sendiri secara
langsung keadaan lingkungan kerja yang diteliti. Observasi ini
digunakan untuk pengumpulan data yang sifatnya lebih membutuhkan
pengamatan, misalnya informasi tentang peralatan-peralatan produksi,
cara pengolahan bahan baku, pemeliharaan alat-alat produksi,
produktivitas karyawan, penggunaan bahan-bahan penolong lain, dan
sebagainya.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat
memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat
dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah
interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan
sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah kegiatan atau proses pekerjaan
mencatat atau merekam suatu peristiwa dan objek atau aktivitas yang
dianggap berharga dan penting. Dokumen yang diambil nantinya bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental yang lain.
Dokumen yang dipilih harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Dalam
penelitian ini dokumentasi akan dilakukan dengan mengambil gambar
pada kegiatan-kegiatan perusahaan serta karya-karya yang telah
diperoleh oleh perusahaan.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis
permasalahan menggunakan analisis deskriptif, yaitu mengevaluasi
penentuan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dan
variable costing (Mulyadi, 2005: 17-18). Setelah evaluasi penentuan harga
produksi dilakukan, selanjutnya dihitung pula mengenai analisis selisih
biaya produksi. Dalam penelitian ini, analisis selisih biaya produksi
dibandingkan antara biaya produksi menurut perusahaan dan menurut
1. Penentuan Harga Pokok Produksi
a. Absorption Costing (Full Costing)
Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke
dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian perhitungan
harga pokok produksi menurut metode full costing adalah:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead tetap xxx__+
Kos produksi xxx
b. Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
Dengan demikian perhitungan harga pokok produk dengan
metode variable costing adalah:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx__+
Kos produksi xxx
2. Analisis Selisih Biaya
Selisih biaya dihitung berdasarkan biaya pokok menurut
perusahaan dibandingkan dengan biaya pokok menurut teori. Selisih
biaya yang timbul selanjutnya dihitung untuk mengetahui seberapa
besar selisih yang timbul dalam penghitungan biaya pokok menurut
perusahaan dan menurut teori. Penghitungan selisih biaya adalah
sebagai berikut (Prasetyo, 2011: 31):
Setelah penghitungan dilakukan, maka akan didapatkan hasil yang dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Tabel III.1
Kategori Selisih Biaya Pokok
Selisih Kriteria
Kurang dari 1% Sangat tepat
1-5% Tepat
5-10% Kurang tepat
40 BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Desa Kedung Jenar sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat
sebagai “Sentra Industri Kripik Tempe”, meskipun sebenarnya Desa ini
juga terkenal karena Seni Barongnya. Sebenarnya, tidak semua penduduk
Desa Kedung Jenar memproduksi kripik tempe, sentra industri ini lebih
berpusat di jalan Barito, Kedung Jenar. Sebagian penduduk di jalan Barito
memang membuat home industry kripik tempe, ada yang menjadikannya
sebagai usaha atau pekerjaan utama dan ada pula yang menjadikan usaha
ini sebagai pekerjaan sampingan.
Usaha kripik tempe di Desa ini telah berlangsung cukup lama, yaitu
sekitar 30 tahun. Usaha ini pertama kali dirintis oleh Bapak Karjono.
Beliau mulai merintis usaha ini sejak tahun 1982. Ide membuat kripik
tempe ini timbul ketika Bapak Karjono sedang memakan mendoan
(gorengan yang berasal dari tempe) Purworejo. Kemudian karena
terinspirasi dari mendoan tersebut, timbullah ide dari Bapak Karjono untuk
membuat tempe seperti mendoan, akan tetapi lebih kering lagi, yang
disebut kripik tempe. Awal mula pembuatan kripik tempe ini tidaklah
mudah. Pada pembuatan kripik tempe awal, kedelai yang akan dibuat
tempe harus ditata sejajar terlebih dahulu, tidak menggunakan mesin
Seiring dengan perkembangan waktu, maka diciptakan
mesin-mesin untuk meringankan dan mempermudah dalam pembuatan kripik
tempe ini. Sekarang di Sentra Industri Kripik Tempe Blora ini sudah
menggunakan mesin yang digunakan untuk membersihkan kedelai ataupun
mesin untuk mengiris tempe sehingga dapat mempermudah pembuatan
kripik tempe tersebut. Mesin-mesin pengolahan tersebut juga diciptakan
oleh warga Desa Kedung Jenar sendiri.
Salah satu usaha kripik tempe di Desa Kedung Jenar adalah home
industry “Ojo Lali”. Home industry ini sebenarnya banyak menjual
produk-produk seperti kripik tempe, kripik bayam, lemari kabinet, meja,
kursi, bahkan perusahaan ini juga menjadi salah satu agen dari madu yang
diambil dari Yogyakarta. Akan tetapi, produk utama yang diproduksi
sendiri oleh perusahaan ini adalah kripik tempe dan kripik bayam.
Pembuatan kripik tempe “Ojo Lali” merupakan industri rumahan
atau usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak dalam usaha pembuatan
kripik. Usaha ini merupakan usaha keluarga yang didirikan pada tanggal
12 Juli 2002 oleh Ibu Agatha Paherah Mugi Rahayu. Home industry ini
terletak di Desa Kedung Jenar, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora. Usaha
kripik tempe ini memang tergolong usaha kecil tetapi keuntungan yang
Tujuan didirikan usaha ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah penghasilan dan kesejahteraan keluarga.
2. Untuk menampung tenaga kerja dan mengurangi
pengangguran.
3. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempe yang
merupakan kebutuhan pokok yang mengandung protein tinggi.
B. Lokasi Perusahaan
Lokasi home industry kripik tempe “Ojo Lali” adalah di Desa
Kedung Jenar, Kecamatan Blora. Letak desa ini sangatlah strategis, karena
hanya berjarak sekitar 1,5 km dari pusat Kota Blora. Karena letaknya ini,
tak jarang para konsumen selalu menyempatkan diri untuk membeli
oleh-oleh makanan khas daerah Blora ini.
Pada home industry kripik tempe “Ojo Lali”, ada beberapa faktor
pemilihan lokasi perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Historis
Secara historis lokasi pembuatan kripik tempe “Ojo Lali”
berada di dalam kota Blora sehingga dapat menunjang
penjualan. Lokasi pembuatannya juga tidak menimbulkan
limbah pada lingkungan sekitar.
2. Faktor Ekonomis
Dengan lokasi pembuatan yang berada di dalam kota Blora itu
oleh masyarakat. Selain itu, bahan baku serta bahan penolong
yang diperlukan untuk proses produksi mudah dalam
memperolehnya.
C. Struktur Organisasi
Home industry kripik tempe “Ojo Lali” termasuk dalam jenis usaha
kecil menengah (UKM). Struktur organisasi pada perusahaan ini pun
masih bersifat sederhana. Pemilik perusahaan disini juga bertindak sebagai
manajer dalam perusahaan tersebut. Pemilik dibantu oleh 2 orang
karyawan yang pembagian tugasnya cukup jelas, yakni sebagai pengiris
dan penggoreng produknya, sedangkan bagian pengemasan dan distribusi
produk dilakukan oleh pemilik perusahaan sendiri.
D. Personalia
Pada home industry kripik tempe “Ojo Lali” terdapat 2 orang
karyawan yang masing-masing mempunyai bagian sendiri, yaitu bagian
pengirisan dan penggorengan. Bagian pengirisan bertugas untuk
melakukan pengirisan tempe dan disetorkan ke bagian penggorengan.
Sedangkan bagian penggorengan bertugas menggoreng tempe tersebut
dengan bumbu yang telah dibuat.
E. Permodalan
Ibu Mugi Rahayu mendirikan usaha ini dengan modal yang tidak
membeli sebuah kompor, sebuah wajan untuk menggoreng yang lumayan
besar, sebuah meja dan kursi untuk menaruh barang-barang keperluan
produksi dan aneka barang keperluan lainnya.
Dengan modal tersebut, pemilik mulai merintis usahanya yang
dibantu oleh 1 karyawan saja. Usaha ini pun mulai dirasa mendapatkan
hasil, sehingga peralatan yang dimiliki oleh perusahaan semakin
bertambah, karyawan juga menjadi 2 orang, dan keuntungan yang
didapatkan meningkat.
F. Produksi
1. Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah kripik tempe dan
kripik bayam.
2. Bahan baku dan bahan penolong
Bahan baku usaha ini adalah kacang kedelai, sedangkan bahan
penolongnya adalah minyak goreng, bumbu-bumbu, tepung, serta
penyedap rasa.
3. Proses Produksi
Proses produksi pembuatan kripik tempe pada umumnya memerlukan
waktu empat hari, yaitu dari proses memasak kedelai menjadi tempe
Rincian proses produksi kripik tempe adalah sebagai berikut:
a. Kedelai dicuci bersih kemudian direbus.
b. Jika sudah matang kemudian kedelai diangkat dan ditiriskan lalu
dimasukkan ke mesin pembersih kulit kedelai.
c. Setelah bersih, kedelai harus direndam di air selama satu malam.
d. Kemudian kedelai direbus lagi bersama dengan air rendaman.
e. Setelah mendidih dan kedelai matang (kira-kira satu jam), kedelai
ditiriskan.
f. Tunggu sampai kedelai dingin, kemudian campurkan kedelai
dengan ragi hingga tercampur rata.
g. Hasil campuran tadi kemudian dicetak ke dalam plastik dan diberi
lubang-lubang agar udara bisa masuk.
h. Kemudian taruh kedelai tersebut ke cetakan kotak (terbuat dari
kayu) dan ditutup dengan kain.
i. Tunggu satu malam hingga kedelai berubah menjadi tempe.
j. Tempe yang sudah matang dimasukkan ke dalam mesin pengiris
sehingga akan menghasilkan potongan yang sama.
k. Celupkan tempe ke dalam adonan tepung yang telah dicampur
dengan berbagai bumbu dan penyedap rasa.
l. Goreng celupan tempe tersebut hinga warna kuning
kemerah-merahkan.
m. Kripik tempe yang telah matang siap untuk dibungkus dan
G. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu fungsi dari kegiatan-kegiatan
pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan usahanya
mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan dalam
rangka memperoleh keuntungan.
Dalam memasarkan hasil produksinya, home industry kripik tempe
“Ojo Lali” memiliki pangsa pasar yang baik untuk menjual produk
kripiknya. Selain menjual produknya di toko rumah sendiri, home industry
“Ojo Lali” juga memasarkan produknya pada:
1. Kopendik Kecamatan Kamolan
2. Kopendik Kecamatan Banjarejo
3. Toko Elma
4. Toko Sumber Makmur
5. Toko Kurnia
47 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berbagai biaya harus dihitung untuk menentukan harga pokok
produksi suatu usaha. Penghitungan harga pokok produksi ini dapat
membantu perusahaan dalam menentukan harga jual produknya.
Biaya-biaya tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi Biaya-biaya
bahan baku, biaya tenaga kerga dan biaya overhead pabrik.
1. Penghitungan Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah kacang kedelai dan ragi.
Penggunaan jenis bahan baku harus mengutamakan kualitas untuk
produknya, jadi bahan baku yang dipilih harus kacang kedelai yang
memiliki kualitas yang bagus pula, dan biasanya merupakan kedelai
lokal.
Penghitungan biaya bahan baku pada home industry kripik tempe “Ojo
Lali” ditentukan dengan cara mengalikan jumlah bahan baku yang
dipakai dengan harga pokok bahan. Adapun penghitungan biaya bahan
baku yang terjadi pada bulan Maret 2012 dapat dilihat dalam tabel
Tabel V.1
Biaya Kedelai selama Bulan Maret 2012
Tanggal Kuantitas (kg) Harga per kg
Tabel V.2
Biaya Ragi selama Bulan Maret 2012
2. Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pada pembuatan kripik tempe “Ojo Lali”, tenaga kerja langsung
yang terlibat dalam proses produksi adalah tenaga kerja harian. Tenaga
kerja harian ini seharusnya berjumlah 3 orang, karena terdapat 3
proses, yaitu pengirisan, penggorengan, dan pengepakan. Akan tetapi
pada proses pengepakan dilakukan oleh pemilik usaha sendiri.
Penghitungan tenaga kerja langsung ditentukan dengan cara
mengalikan jumlah tenaga kerja dengan jumlah hari mereka bekerja
serta upah yang telah ditetapkan. Penghitungan biaya tenaga kerja
langsung selama bulan Maret 2012 dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel V.3
Biaya Tenaga Kerja Pengiris selama Bulan Maret 2012
Tanggal Gaji Pokok