• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK INSIDE- OUTSIDE CIRCLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK INSIDE- OUTSIDE CIRCLE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK

INSIDE-OUTSIDE CIRCLE DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA

DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

EFFECTIVENESS OF INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TECHNIQUE OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL IN IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES IN PANCASILA AND CIVIC EDUCATION SUBJECT

Oleh: Ratih Handayani (11401241022)/Mukhamad Murdiono

Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta ratih_drari@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dalam peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian di SMP Negeri 4 Kalasan yang dilaksanakan pada Juni 2015 sampai dengan September 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran koooperatif teknik inside-outside circle lebih efektif dibandingkan dengan metode diskusi dalam peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VIII pada mata pelajaran PPKn. Hal ini terbukti dari hasil uji independent t test yang menunjukkan bahwa nilai t sebesar 8,154 dengan taraf signifikansi 0,000 atau dengan kata lain sig < 0,05 sehingga H0 ditolak. Sementara dari hasil gain score, kelas eksperimen memiliki tingkat efektivitas sedang dengan nilai gain score sebesar 0,459. Sedangkan metode diskusi yang digunakan pada kelas kontrol memiliki tingkat efektivitas yang rendah dengan nilai gain score sebesar 0,022.

Kata Kunci: efektivitas, model pembelajaran inside outside circle, hasil belajar, PPKn

Abstract

This study was aimed to discover the effectiveness of inside outside circle technique of cooperative learning model in improving student learning outcomes in Pancasila and Civic Education subject.This was a quasi-experimental study using quantitative approach. The research location was SMP Negeri 4 Kalasan on June 2015 to September 2015. The research result showed that inside outside circle technique of cooperative learning model was more effective than discussion method in improving the learning outcomes of 8th grade students in PPKn subject. It’s shown in the result of independent t test which shows t value of 8,154 with significance level of 0,000 or in other words sig < 0,05 so H0 was rejected. As for the result of gain score, the experimental class had medium

effectiveness level with gain score of 0,459. While the discussion method used in the control class had low effectiveness level with gain score of 0,022.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha dalam mempelajari sesuatu melalui proses tertentu dengan maksud untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki dan kemampuan berpikir sebagai bekal dalam menjalani kehidupan. Pendidikan yang baik dan bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat memajukan negara dan melancarkan pencapaian tujuan negara. Melalui pendidikan setiap individu dapat memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, minat, bakat, kreativitas, dan karakter. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II Pasal 3 yang isinya sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Pada prinsipnya proses pembelajaran merupakan kegiatan inti yang dilaksanakan dalam pendidikan di sekolah. Peran guru sebagai pendidik di sekolah sudah seharusnya mampu

untuk menentukan dan menerapkan strategi, teknik, dan metode pembelajaran yang tepat agar peserta didik mampu memenuhi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tercapai tidaknya suatu tujuan pembelajaran dapat diketahui dari hasil belajar peserta didik. Di samping itu, kurikulum yang berlaku saat ini (kurikulum 2013), menuntut guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Sementara untuk menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan peserta didik dibutuhkan partisipasi peserta didik yang tinggi. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dan berpusat pada peserta didik (student centered).

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kalasan diketahui bahwa proses pembelajaran PPKn di kelas menggunakan metode diskusi dan metode ceramah yang disertai dengan tanya jawab. Penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi tersebut menyebabkan pembelajaran PPKn menjadi membosankan dan kurang menarik. Metode diskusi yang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah tersebut dapat berjalan, namun tidak semua peserta didik ikut berpartisipasi dalam diskusi. Ada sebagian peserta didik yang kurang memperhatikan pelajaran dan tidak mau terlibat secara aktif

(3)

dalam diskusi. Di samping itu, dalam proses pembelajaran tersebut, sering kali dijumpai adanya beberapa peserta didik yang mendominasi pembelajaran, sedangkan peserta didik lain kurang berpartisipasi secara aktif. Sementara itu, berdasarkan data guru pada nilai ulangan harian semester ganjil peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 4 Kalasan, diketahui bahwa masih terdapat sebagian peserta didik yang mendapatkan hasil dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 4 Kalasan yakni 77.

Tabel 1. Hasil Ulangan Harian I Kelas VIII SMP N 4 Kalasan

Kelas Nilai Rata-rata Kelas

VIII A 70,00

VIII B 72,34

VIII C 70,78

VIII D 69,84

Sumber: Arsip Guru PPKn Kelas VIII SMP N 4 Kalasan Tahun Ajaran 2015/2016

Adapun salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle (lingkaran luar-lingkaran dalam) dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif teknik ini pada dasarnya menggunakan metode diskusi, namun model ini dilakukan secara berpasangan yang dilakukan secara bergiliran dalam formasi lingkaran antara kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar. Melalui pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle setiap peserta didik didorong untuk aktif dalam proses pembelajaran,

karena mereka dituntut untuk saling bertukar informasi dengan pasangannya secara bergantian, sehingga dapat menanggulangi adanya sikap pasif dan dominasi dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif teknik

inside outside circle menekankan adanya

interaksi antarpeserta didik dan kemampuan berkomunikasi serta adanya keterampilan untuk mengolah informasi yang didapat dari diskusi dengan pasangan-pasangannya. Hal ini dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari sehingga hasil belajar peserta didik pun menjadi optimal.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Inside Outside Circle dalam Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kalasan yang berlokasi di Jl. Jongkangan Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai bulan September 2015.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 4 Kalasan yaitu sebanyak 127 peserta didik.

(4)

Penentuan sampel diambil dengan teknik random sampling atau undian. Undian dilakukan dua kali, yang pertama untuk menentukan dua kelas yang akan dijadikan subjek penelitian, sedangkan pelaksanaan undian yang kedua untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga didapatkan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes prestasi belajar yang berupa pretest dan posttest dan dokumentasi yang berupa data hasil belajar peserta didik dan RPP. Instrumen diuji cobakan pada kelas di luar sampel yaitu kelas VIII C. Berdasarkan hasil uji coba instrumen tersebut diperoleh 25 butir soal yang valid dan 10 butir soal yang tidak valid dari jumlah keseluruhan 35 butir soal. Sementara teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji prasyarat analisis, uji hipotesis, dan uji gain score.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kalasan kelas VIII yang berlangsung dari bulan Juni 2015 sampai dengan bulan September 2015. Dari keempat kelas yang ada dipilih dua kelas yang dijadikan subjek penelitian yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol. Jumlah peserta didik di kelas VIII A ada 32 anak,

sedangkan peserta didik di kelas VIII B berjumlah 31 anak. Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu KD 3.2 yang membahas mengenai fungsi lembaga negara sesuai dengan UUD RI Tahun 1945.

Sebelum pelaksanaan pretest, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen. Instrumen ini dikemas dalam soal-soal pilihan ganda sebanyak 35 butir soal. Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa dari 35 butir soal terdapat 25 butir soal yang valid dan 10 butir soal yang gugur. Sedangkan dari indeks reliabilitas, intrumen memiliki kriteria reliabilitas yang tinggi yakni 0,881, dimana indeks reliabel kriteria tinggi adalah 0,70 < r11 ≤ 0,90. Sementara itu, untuk mengetahui hasil penelitian dapat dilihat dari hasil prestest dan posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

1) Pretest Kelas Eksperimen

Subyek penelitian pada kelas eksperimen terdiri dari 32 peserta didik. Sebelum diterapkan perlakuan (treatment) dalam kelas eksperimen, terlebih dahulu diberikan pretest pada peserta didik untuk mengukur kemampuan peserta didik sebelum diberikan treatment. Berdasarkan pelaksanaan pretest di kelas eksperimen, persentase tertinggi yang diperoleh peserta didik terdapat

(5)

pada kelas interval 48,0-53,0 yaitu 31,3% atau sebanyak 10 peserta didik, sedangkan persentase terendah yang diperoleh peserta didik terdapat pada kelas interval 73,5-78,5 yaitu 3,1% atau sebanyak 1 peserta didik.

2) Posttest Kelas Eksperimen

Setelah pemberian perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen, kemudian dilaksanakan posttest untuk mengukur kemampuan peserta didik setelah treatment. Berdasarkan hasil posttest di kelas eksperimen, persentase tertinggi terdapat pada kelas interval 74,2-79,2 yakni sebesar 34,4% dengan jumlah peserta didik sebanyak 11 anak. Sedangkan persentase terendah terdapat dalam kelas interval 89,5-94,5 yakni sebesar 6,3% dengan jumlah sebanyak 2 anak. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara

pretest dan posttest di kelas

eksperimen. Dengan kata lain terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diadakan treatment. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 19,12 pada hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen yang diperoleh dalam hasil pretest dan posttest.

b. Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

1) Pretest Kelas Kontrol

Subyek penelitian pada kelas kontrol terdiri dari 31 peserta didik. Seperti halnya dalam kelas eksperimen, kelas kontrol juga diberikan pretest sebagai alat mengukur kemampuan peserta didik sebelum diberikan perlakuan tertentu. Hasil pretest di kelas kontrol menunjukkan persentase tertinggi perolehan nilai berada pada nilai interval 54,8-60,1 sebesar 38,7% atau sejumlah 12 peserta didik. Sedangkan persentase terendah terdapat pada tiga nilai interval yaitu 49,4-54,7; 60,2-65,6; dan 71,0-76,3, dengan masing-masing persentase sebesar 9,7% atau masing-masing terdapat 3 peserta didik.

2) Posttest Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil posttest di kelas kontrol, dapat diketahui bahwa terdapat dua nilai interval yang mendapatkan persentase tertinggi sebesar 25,8% atau sejumlah 8 peserta didik yaitu pada interval 50,1-56,1 dan 56,2-62,2. Sedangkan persentase terendah berada pada interval 68,4-74,4 yakni sebesar 3,2% atau 1 peserta didik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

(6)

tidak ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diadakan treatment di kelas kontrol.

Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dengan bantuan program SPSS 22.00 untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun hasil perhitungan uji-t yang dikemas dalam tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Independent T-Test Posttest

Kelas Rata-rata

thitung ttabel Sig. (2-tailed) Eksperimen 77,5000

8,154 2,00 0,000 Kontrol 60,1290

(Sumber: data diolah, 2015)

Dikatakan ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol atau hipotesis diterima jika: Sig < 0,05, thitung > ttabel dimana ttabel = 2,00, dan rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata posttest kelas kontrol. Tabel di atas menunjukkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 yakni sejumlah 0,000. Nilai thitung = 8,154, sehingga lebih besar dari ttabel. Rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 77,50 dan rata-rata posttest kelas kontrol 60,12. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara nilai kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat diterima. Sementara dari hasil perhitungan

uji gain score diketahui bahwa model

pembelajaran kooperatif teknik inside

outside circle yang diterapkan pada kelas eksperimen memiliki tingkat efektivitas sedang dengan nilai gain score sebesar 0,459. Sedangkan metode diskusi yang digunakan pada kelas kontrol memiliki tingkat efektivitas yang rendah dengan nilai gain score sebesar 0,022.

2. Pembahasan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dalam peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PPKn. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Adapun sampel penelitian ini adalah kelas VIII A sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 32 peserta didik dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang berjumlah 31 peserta didik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle efektif dibandingkan dengan metode diskusi dalam peningkatan hasil belajar PPKn peserta didik pada materi lembaga negara sesuai dengan UUD RI 1945. Hal ini dapat dibuktikan dari perbedaan hasil rata-rata nilai posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen adalah 77,50, sedangkan rata-rata nilai posttest pada kelas kontrol adalah 60,13. Peningkatan rata-rata nilai pada kelas eksperimen adalah 19,125, sedangkan peningkatan rata-rata nilai pada kelas

(7)

kontrol adalah 0,903. Di dukung dengan hasil gain score, kelas eksperimen memiliki tingkat efektivitas sedang dengan nilai gain score sebesar 0,459, sedangkan pada kelas kontrol memiliki tingkat efektivitas yang rendah dengan nilai gain score sebesar 0,022.

Kegiatan belajar yang berlangsung dalam kelas eksperimen menunjukkan adanya peningkatan kemampuan peserta didik, baik dalam penguasaan materi, daya pikir, kerja sama, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini sejalan dengan teori Gagne yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai melalui aktivitas yang dilakukan sebelumnya (Suprijono, 2012: 2).

Snelbeker (Rusmono, 2012: 8) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar. Dalam penelitian hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam ranah kognitif yang didapatkan dari hasil posttest setelah diberi perlakuan tertentu. Berdasarkan hasil belajar tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemahaman materi peserta didik di kelas eksperimen yang dapat dilihat dari perbandingan antara hasil pretest dan hasil

posttest peserta didik. Selain adanya

peningkatan dalam hasil posttest juga terdapat peningkatan dalam hal kerja sama,

menerima pendapat anak lain, dan kemampuan berkomunikasi.

Hasil belajar yang diprioritaskan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010: 99-102) terdapat beberapa kategori yang digunakan dalam dimensi kognitif antara lain: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sementara kategori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengingat dan memahami. Hal ini karena materi ajar yang diberikan membahas mengenai lembaga negara sesuai dengan UUD RI 1945.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle yang diterapkan dalam kelas eksperimen dan metode diskusi yang diterapkan di kelas kontrol, menggunakan diskusi kelompok dalam pembelajaran. Namun, pelaksanaan diskusi di kelas eksperimen lebih terperinci pada teknik tertentu, sedangkan diskusi yang dilaksanakan di kelas kontrol berupa diskusi kelompok biasa tanpa adanya teknik pembelajaran tertentu. Istilah teknik pada pembelajaran merujuk pada cara metode pembelajaran dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran (Murdiono, 2012: 29). Sementara metode pembelajaran didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan dalam menjalankan pembelajaran dan sebagai alat ntuk mencapai tujuan

(8)

pembelajaran. Dengan kata lain metode pembelajaran lebih bersifat prosedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu, sedangkan teknik merupakan suatu cara yang digunakan atau aplikasi dari metode pembelajaran dan lebih bersifat implementatif (Hamzah dan Nurdin, 2012: 7). Dengan demikian teknik pembelajaran lebih bersifat individual, karena didasarkan atas cara yang digunakan.

Model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle yang diterapkan dalam kelas eksperimen, menciptakan suasana pembelajaran gotong royong, kerja sama setiap peserta didik, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, memungkinkan peserta didik berbagi dan mengolah informasi dengan cepat dan merata. Hal ini sejalan dengan pendapat Jacobsen, Eggen dan Kauchak (2009: 230) mengenai model pembelajaran kooperatif, yang menyatakan bahwa model pembelajaran tersebut secara khusus digunakan untuk mendorong siswa dalam berkeja sama dan saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan. Pembelajaran ini tidak hanya mengenai berhasil tidaknya pembelajaran tetapi juga sekaligus mendidik sikap antarkelompok yang positif dalam ruang kelas yang berisi siswa-siswa yang beragam dan multikultural.

Pembelajaran kooperatif teknik inside-outside circle ini pada dasarnya

mengajarkan kemampuan beradaptasi pada setiap pasangan yang berbeda dengan saling bertukar informasi secara singkat dan teratur (Maufur, 2009: 101). Dalam kegiatan pembelajaran ini masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain (Sugiyanto, 2010: 55). Dengan demikian, dapat dikatakan model pembelajaran yang berlangsung di kelas eksperimen sesuai dengan teori di atas, karena dalam pelaksanaannya setiap peserta didik dituntut untuk berkonstribusi dalam diskusi kelompok, baik dalam mengeluarkan pendapat maupun dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik lainnya. Sementara pembelajaran yang berlangsung di kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Dalam pelaksanaan diskusi masih terdapat peserta didik yang tidak ikut dalam diskusi dan hanya ikut mencantumkan nama dalam kelompok, sehingga penguasaan materi peserta didik di kelas tersebut rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil posttest yang diperoleh peserta didik di kelas kontrol.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) terdapat tiga aspek yang harus dipenuhi dalam pembelajaran yaitu pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan karakter (Sunarso, dkk. 2006: 14). Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, model

(9)

pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran PPKn, karena pembelajaran yang berlangsung dapat menghasilkan tiga aspek PPKn terutama aspek pengetahuan dan keterampilan. Dari aspek civic knowledge, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dari hasil bertukar informasi dan berdiskusi dengan peserta didik lainnya. Sedangkan civic skill, setiap peserta didik dapat berkonstribusi dalam diskusi kelompok dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Melalui proses pembelajaran tersebut, peserta didik dapat mencapai aspek civic disposition yakni sikap kerjasama, toleransi, berani menyatakan pendapat, terbuka terhadap pendapat orang lain, dan musyawarah.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dapat digunakan sebagai upaya peningkatan hasil belajar peserta didik dan dapat mengembangkan kemampuan sosial peserta didik terutama dalam kemampuan berkomunikasi. Di samping itu, teknik pembelajaran inside outside circle juga dapat diterapkan dalam pembelajaran PPKn pada materi-materi tertentu.

SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle lebih efektif dibandingkan dengan metode diskusi dalam peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PPKn. Hal ini didasarkan dari hasil uji independent t test yang menunjukkan nilai thitung = 8,154, sehingga lebih besar dari ttabel dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,000. Di dukung dengan hasil gain score, kelas eksperimen memiliki tingkat efektivitas sedang dengan nilai gain score sebesar 0,459. Sedangkan metode diskusi yang digunakan pada kelas kontrol memiliki tingkat efektivitas yang rendah dengan nilai gain score sebesar 0,022.

2. Saran

Guru seyogyanya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif inside outside circle dalam pembelajaran PPKn pada KD 3.2 mengenai fungsi lembaga-lembaga negara dalam UUD RI 1945 dan sejenisnya. Sekolah hendaknya merekomendasikan model pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan pada guru mata pelajaran lain yang sekiranya sesuai dengan materi ajar sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan mampu mencapai hasil yang maksimal. Perlu adanya kesadaran

(10)

peserta didik untuk mendengarkan pendapat dan berkomunikasi dengan peserta didik lainnya. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan variabel yang lebih luas tidak sebatas pada hasil belajar terutama ranah kognitif, serta perlu mempertimbangkan jumlah peserta didik, karena teknik inside

outside circle menggunakan sistem

berpasangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R.. (2010). Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan

Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamzah, B. Uno dan Mohammad, Nurdin. (2012). Belajar dengan Pendekatan Pailkem: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Jacobsen, David A., Eggen, Paul, dan Kauchak, Donald. (2009). Methods For Teaching

Metode-Metode Pengajaran

Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maufur, Hasan Fauzi. (2009). Sejuta Jurus

Mengajar Mengasyikkan. Semarang:

Sindur Press.

Murdiono, Mukhamad. (2012). Strategi

Pembelajaran Kewarganegaraan

Berbasis Portofolio. Yogyakarta: Ombak. Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sunarso, dkk. (2006). Pendidikan

Kewarganegaraan: PKn untuk

Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi, yaitu merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data berupa laporan tahunan (annual

Data pokok dalam penelitian ini ialah data yang berkenaan dengan kemampuan penalaran dan kemampuan koneksi matematis siswa yang diperoleh dari skor pretest dan posttest

Rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel

Pada variabel penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan, yaitu variabel independen atau bisa disebut variabel bebas, dan kedua adalah variabel dependen

5) teknik standar Pengukuran; 6) telaahan dokumen. Analisis dan pemilihan alternatif. Setelah berbagai informasi terkumpul, langkah selanjutnya melakukan analisis

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa cukup banyak waktu yang dihabiskan oleh para siswa ini untuk bermain video game yang dapat membawa beberapa dampak tertentu pada

Pada kasus penyakit jantung kronis seperti gagal jantung kongestif atau aliran abnormal dari sisi kanan ke sisi kiri jantung yang menyebabkan rendahnya oksigen dalam