• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PADA CV. MAWAR LUBUKLINGGAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT BANTU PERENCANAAN LABA PADA CV. MAWAR LUBUKLINGGAU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT BANTU

PERENCANAAN LABA PADA CV. MAWAR LUBUKLINGGAU

ABSTRAK

Indah Permata Sari, SE. (STIE MURA) Dewi Anggraini, SE., M.Si. (STIE MURA)

Analisis Penerapan Break Even Point sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba pada CV. Mawar Lubuklinggau.. Dalam penelitian ini hanya diambil tiga sampel yaitu Spanduk Benner, Stiker dan Papan Merk. Break Even Point merupakan keadaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah total biaya. Perusahaan belum melakukan pengklasifikasian biaya yang dikeluarkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel, sehingga perusahaan belum dapat melakukan perhitungan Break Even Point. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan analisis Break Even Point pada CV. Mawar Lubuklinggau. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif.

Berdasarkan analisis Break Even Point dan penjualan minimal yang telah dilakukan pada tahun 2014 maka Break Even Point untuk Spanduk Benner terjadi pada penjualan sebesar 2186,92 m atau dalam rupiah sebesar Rp. 65.585.775 dan Break Even Point untuk Stiker terjadi pada penjualan sebesar 366,55 m atau dalam rupiah sebesar Rp. 34.803.985, Sedangkan Break Even Point untuk Papan Merkterjadi pada penjualan sebesar 205,21 m atau dalam rupiah sebesar Rp. 30.788.621. Besarnya penjualan minimal untuk Spanduk Benner jika ditetapkan laba sebesar 20% dari hasil penjualan yaitu sebesar Rp. 122.842.236 atau dalam unit sebesar 4096,1 m dan besarnya penjualan minimal untuk Stiker jika ditetapkan laba sebesar 20% dari hasil penjualan yaitu sebesar Rp. 81.758.008 atau dalam unit sebesar 861,07 m, Sedangkan besarnya penjualan minimal untuk Papan Merk jika ditetapkan laba sebesar 20% dari hasil penjualan yaitu sebesar Rp. 43.236.754 atau dalam unit sebesar 288,17 m.

Dari hasil analisis yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam perencanaan laba dengan menggunakan analisis Break Even Point dapat digunakan untuk memprediksi biaya yang akan terjadi untuk pihak manajemen perusahaan mempertimbangkan untuk menggunakan analisis tersebut, karena analisis Break Even Point mengupas keterkaitan antara biaya dan volume penjualan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan, sehingga perusahaan dapat merencanakan laba dengan lebih baik lagi.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu tujuan mendirikan sebuah usaha adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba yang maksimum agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terus berjalan dari waktu kewaktu. Memperoleh keuntungan atau laba dan besar kecilnya laba sering menjadi ukuran kesuksesan suatu manajemen. Hal tersebut didukung oleh kemampuan manajemen didalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang. Kemajuan dan perkembangan usaha akan membawa akibat bagi pembangunan itu sendiri baik positif maupun negatif. Pada kalangan pengusaha itu sendiri, perkembangan dan kemajuan dunia usaha telah membawa kearah persaingan yang semakin ketat, sedangkan usaha untuk mencapai laba tidak dapat dipisahkan dari masalah penjualan, peningkatan penjualan yang tinggi bukan selalu berarti mendapatkan laba yang lebih besar.

Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaaan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada periode yang akan datang. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memaksimumkan laba. Oleh karena itu, untuk mencapai laba maksimum tersebut perlu disusun perencanaan laba agar kemampuan yang dimiliki perusahaan dapat dikerahkan secara terkoordinasi dalam mencapai tujuan. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba maksimum.

Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis biaya volume- laba. Salah satu teknik analisis biaya-volume-laba adalah analisis Break Even Point. Menurut Niswonger et.all (2000, h.231) Analisis Break Even Point merupakan teknik perencanaan laba dalam jangka pendek atau dalam satu periode akuntansi tertentu dengan mendasarkan analisisnya pada variabilitas penjualan. Titik impas itu sendiri diartikan sebagai tingkat operasi dimana pendapatan perusahaan dan biaya yang telah dikeluarkan persis sama. Dengan kata lain suatu usaha di katakan impas jika perusahaan tersebut tidak mendapatkan laba maupun mengalami kerugian.

Dengan melakukan analisis Break Even Point, pimpinan perusahaan dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengurangan atau penambahan harga jual, biaya dan laba. Analisis ini juga memudahkan pimpinan perusahaan untuk mengambil keputusan dalam rangka menghadapi persaingan dengan produk sejenis dari perusahaan lain.

(3)

CV. Mawar merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang percetakan. Dalam kegiatan produksinya, CV. Mawar mencetak berbagai macam jenis diantaranya Stiker, Papan Merk, spanduk Benner, baliho dan sebagainya. Dalam perhitungan laba CV. Mawar hanya menghitung dana pengeluaran dan pemasukan tanpa melakukan pemisahan antara biaya tetap dan biaya variabel dalam perhitungannya, sedangkan menurut analisis Break Even Point biaya yang terjadi dalam proses produksi harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Bertolak dari latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: ”Analisis Penerapan BreakEven Point Sebagai Alat Bantu Perencanaan Laba Pada CV. Mawar Lubuklinggau”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana penerapan break even point sebagai alat bantu perencanaan laba pada CV. Mawar Lubuklinggau?

b. Berapakah jumlah biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan dalam produksi CV. Mawar Lubuklinggau?

c. Berapakah volume penjualan CV. Mawar Lubuklinggau agar produksinya mencapai Break Even Point?

d. Berapakah jumlah penjualan minimal yang harus dicapai jika laba yang direncanakan CV. Mawar sebesar 20% dari penjualan?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui penerapan break even point sebagai alat bantu perencanaan laba pada CV. Mawar Lubuklinggau

b. Untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan dalam produksi CV. Mawar Lubuklinggau

c. Untuk mengetahui volume penjualan CV. Mawar Lubuklinggau agar produksinya mencapai

Break Even Point

d. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dicapai jika laba yang direncanakan CV. Mawar sebesar 20% dari penjualan

(4)

TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pengertian Biaya

Menurut Mulyadi (2014, h.7) akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.

Analisis Prilaku Biaya

Menurut Carter dan Milton (2004, h.57) keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis atas biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel.

a. Biaya tetap

Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Beberapa pengeluaran bersifat tetap karena kebijakan manejemen. Misalnya tingkat iklan dan jumlah sumbangan sosial ditentukan oleh manajemen dan tidak terkait langsung dengan aktivitas penjualan atau produksi. Contohnya adalah beban bunga atas utang jangka panjang dan sewa jangka panjang.

b. Biaya variabel

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya.

c. Biaya semivariabel

Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya liburan.

(5)

Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan atau meng-evaluasi biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda, biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan. Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel diperlukan untuk tujuan berikut:

1) Perhitungan tarif biaya overhead predeterminasi dan analisis varians. 2) Persiapan anggaran fleksibel dan analisis varians.

3) Perhitungan biaya langsung dan analisis varians. 4) Analisis titik impas dan analisis biaya-volume-laba 5) Analisis biaya diferensial dan komparatif

6) Analisis maksimalisasi laba dan minimisasi biaya jangka pendek. 7) Analisis anggaran modal.

8) Analisis profitabilitas pemasaran berdasarkan daerah, produk, dan pelanggan. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Kepada Produk

Menurut Mulyadi (2014, h.199) ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, berikut ini diuraikan beberapa dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk disertai dengan kebaikan dan kelemahannya masing-masing:

a. Satuan Produk

Metode ini adalah yang paling sederhana dan yang langsung membebankan biaya

overhead pabrik kepada produk. Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk.

b. Biaya Bahan Baku

Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai.

Rumus perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

Dalam metode ini, semakin besar biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan produk semakin besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepadanya.

c. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya

Tarif BOP = 𝐓𝐚𝐤𝐬𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝑶𝒗𝒆𝒓𝒉𝒆𝒂𝒅 𝐩𝐚𝐛𝐫𝐢𝐤

(6)

overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Metode ini mempunyai kelemahan diantaranya: (a) biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai produk, (b) jumlah biaya tenaga kerja langsung merupakan jumlah total upah dengan tarif tinggi dan rendah. d. Jam Tenaga Kerja Langsung

Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.

e. Jam Mesin

Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin.

Perencanaan Laba

Menurut Hansen dan Mowen (2013, h.442) perencanaan adalah pandangan kedepan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu.

Sedangkan laba itu sendiri menurut Ellen dkk (2001, h.206) adalah selisih antara penjualan dan biaya dalam periode akuntansi tertentu. Sebelum laba diperoleh maka terlebih dahulu diadakan perencanaan laba untuk menargetkan berapa besar laba tersebut akan dihasilkan oleh organisasi itu.

Laba dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ( Carter 2009, h.284):

Menurut Danang (2012, h.5) Perencanaan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Perencanaan laba merupakan dasar bagi seorang manajer divisi untuk merumuskan rencana tindakan dalam tahun tersebut.

Pada titik impas, penjualan dan biaya akan tepat sama. Meskipun demikian, titik impas bukan merupakan sasaran dari kebanyakan perusahaan. Sebaliknya, mereka berusaha memaksimalkan laba. Menurut Niswonger et.all (2000, h.235) dengan memodifikasi persamaan titik impas, volume penjualan yang diperlukan untuk menghasilkan jumlah laba yang ditargetkan atau yang diinginkan dapat diestimasi. Untuk tujuan ini, faktor-faktor tercapainya target laba tersebut ditambahkan ke persamaan titik impas, seperti terlihat pada rumus berikut ini:

Laba = Total Pendapatan – (Total Biaya Variabel + Total Biaya Tetap)

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 (𝑹𝒑) =𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 + 𝐭𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐥𝐚𝐛𝐚 𝟏 − 𝐕𝐂/𝐏

(7)

Pengertian Break Even Point

Menurut Ellen dkk (2001, h.207) Break Even Point sering disebut dengan titik impas atau titik pulang pokok. Yaitu keadaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah total biaya, atau suatu keadaan perusahaan dimana rugi-labanya sebesar nol. Menurut Bastian (2007, h.208) dalam perencanaan laba dengan teknik Break Even Point digunakan asumsi sebagai berikut:

a. Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat linier sepanjang jangkauan atau rentang yang relevan.

b. Biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. c. Efisiensi dan produktivitas tidak berubah.

d. Harga jual tidak akan mengalami perubahan. e. Biaya-biaya tidak berubah.

f. Bauran penjualan tetap konstan.

g. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan awal dan persediaan akhir. Manfaat Analisis Break Even Point

Analisis Break Even Point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan. Menurut Ellen dkk (2001, h.207) analisis Break Even Point dapat digunakan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

b. Untuk mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu.

c. Untuk mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian.

d. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap keuntungan.

Penentuan Break Even Point

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 (𝒖𝒏𝒊𝒕) =𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 + 𝐭𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐏 (𝐮𝐧𝐢𝐭) − 𝐕𝐂 (𝐮𝐧𝐢𝐭)

(8)

Dalam menghitung titik impas (Break Even Point) biasanya ada 3 pendekatan yang digunakan (Ellen dkk 2001, h.208), yaitu:

a. Pendekatan Persamaan

Laba perusahaan adalah sebesar penghasilan penjualan dikurangi dengan semua biaya. Secara sistematis persamaan Break Even Point dalam kuantitas atau volume penjualan:

Sedangkan rumus untuk mencari Break Even Point dalam rupiah yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana : FC = Total biaya tetap P = Harga jual per unit VC = Biaya variabel per unit b. Pendekatan Marjin Kontribusi

Apabila rumus Break Even Point, dalam kuantitas (unit) dihubungkan dengan marjin kontribusi, maka:

Dimana MK per unit adalah harga jual per unit dikurangi dengan biaya variabel per unit. Sedangkan rumus Break Even Point dalam rupiah:

Dimana rasio MK adalah Rasio Marjin Kontribusi atau contribution Margin Ratio (CMR).

c. Pendekatan Grafik

Pada metode grafik, kita menggambarkan biaya total dan pendapatan total dalam grafik. Masing-masing ditunjukan dengan sebuah garis pada grafik. Titik impas merupakan titik dimana jumlah unit terjual pada garis pendapatan dan garis biaya total saling berpotongan.

𝑩𝑬𝑷 (𝒖𝒏𝒊𝒕) = 𝐅𝐂 𝐏 − 𝐕𝐂 (𝐮𝐧𝐢𝐭) 𝑩𝑬𝑷 (𝑹𝒑) = 𝐅𝐂 𝟏 −𝐕𝐂𝐏 𝑩𝑬𝑷 (𝒖𝒏𝒊𝒕) = 𝐅𝐂 𝐌𝐊 𝐩𝐞𝐫 𝐮𝐧𝐢𝐭 𝑩𝑬𝑷 (𝑹𝒑) = 𝐅𝐂 𝐑𝐚𝐬𝐢𝐨 𝐌𝐊

(9)

Langkah-langkah pembuatan grafik BEP :

1) Buat grafik X dan Y dengan sumbu X menunjukan jumlah unit (output) dan sumbu Y menunjukan biaya dan penerimaan.

2) Buat titik pada sumbu Y yang menunjukan nilai biaya tetap total, kemudian tarik garis lurus dari titik tersebut sejajar sumbu X.

3) Buat titik pertemuan antara jumlah unit terjual dan jumlah rupiah dari unit terjual, kemudian tarik garis dari 0 melalui titik tersebut. Garis yang terbentuk disebut garis penerimaan total. 4) Tarik garis dari titik perpotongan biaya tetap dengan sumbu Y yang menunjukan garis biaya

total. Berikut contoh grafik Break Even Point :

Gambar.1 Grafik Break Even Point

Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

METODELOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

(10)

Adapun variabel dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator

Break Even Point Tingkat operasi dimana pendapatan perusahaan dengan biaya yang telah dikeluarkan persis sama. Pada kondisi ini, perusahaan tidak mengalami laba operasi maupun rugi operasi.

Penjualan Biaya Produksi: 1. Biaya Bahan Baku Langsung 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Overhead Pabrik Perencanaan Laba Suatu tindakan yang dilakukan untuk

menghasilkan suatu laba dengan meningkatkan volume penjualan dan tingkat harga jual.

Volume Penjualan Tingkat Harga Jual

Tempat Penelitia

Tempat dan lokasi penelitian adalah pada CV. Mawar Kota Lubuklinggau, dengan alamat Jl. Garuda No.30 Rt.03 Kelurahan Lubuk Aman Kecamatan Lubuklinggau Barat I.

Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer syang secara langsung dari objek penelitian yaitu dari pemilik usaha CV. Mawar Lubuklinggau. Data tersebut terdiri dari:

a) Sejarah berdirinya perusahaan dan Struktur organisasi

b) Data Biaya Produksi (data biaya tetap dan biaya variabel) Tahun 2014 c) Data penjualan Tahun 2014

d) Target penjualan dan target laba Tahun 2014 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif yang menggunakan rumus perhitungan Break Even Point dan Rumus Penjualan Minimal pada target laba yang diinginkan.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Perhitungan Biaya Produksi Variabel dan Tetap CV. Mawar Lubuklinggau

2. Perhitungan Break Even Point untuk masing-masing produk. Menurut Ellen dkk (2001, h.208) rumus Break Even Point sebagai berikut:

(11)

𝐵𝐸𝑃 (𝑢𝑛𝑖𝑡) = FC P − VC (unit) Perhitungan Break Even Point dalam bentuk rupiah:

𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) = FC 1 −VCP

3. Perhitungan penjualan minimal pada target laba yang diinginkan untuk masing-masing produk. Menurut Niswonger et.all (2000, h.235) rumus perhitungan penjualan minimal untuk target laba yang diinginkan sebagai berikut:

Perhitungan penjualan minimal pada target laba yang diinginkan (Unit):

Penjualan (𝑢𝑛𝑖𝑡) =Biaya tetap + target laba P − VC (unit)

Perhitungan penjualan minimal pada target laba yang diinginkan (rupiah):

Penjualan (𝑅𝑝) =Biaya tetap + target laba 1 − VC/P

HASIL PENELITIAN

Pendapatan Penjualan Spanduk Benner, Stiker dan Papan Merk

Kegiatan produksi CV. Mawar meliputi pencetakan berbagai macam produk diantaranya seperti Spanduk Benner, Baliho, One Way Fision¸ Stiker, Neon Box, Branding Mobil, X-Banner

dll. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil tiga jenis produk untuk diteliti yaitu: Spanduk

Benner, Stiker, Papan Merk karena ketiga produk ini memiliki kontribusi terbesar dalam perubahan laba yang diperoleh oleh CV. Mawar.

Pendapatan penjualan CV. Mawar pada tahun 2014 untuk Spanduk Benner, Stiker dan Papan Merk dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Pendapatan Penjualan Spanduk Benner, Stiker, dan Papan Merk CV. Mawar Lubuklinggau

Tahun 2014 Produk Total Penjualan

(m)

Harga Jual per Unit (Rp/ m) Pendapatan Penjualan (Rp) Spanduk Benner 4800 30.000 144.000.000 Stiker 1935 95.000 183.825.000 Papan Merk 300 150.000 45.000.000

(12)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tahun 2014 pendapatan dari hasil penjualan untuk Spanduk Benner sebesar Rp. 144.000.000, dengan harga jual Rp. 30.000/ m dan total penjualan sebanyak 4800 m. Untuk Stiker pendapatan dari hasil penjualan sebesar Rp. 183.825.000, dengan harga jual Rp.95.000/m dan total penjualan sebanyak 1935 m.Sedangkan, untuk Papan Merk pendapatan dari hasil penjualan sebesar Rp. 45.000.000, dengan harga jual Rp. 150.000/m dan total penjualan sebanyak 300 m.

Biaya Produksi Spanduk Benner, Stiker dan Papan Merk

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku yang digunakan pada tahun 2014 oleh CV. Mawar sebagai berikut: Tabel 3

Biaya Bahan Baku Spanduk Benner, Stiker, dan Papan Merk Tahun 2014

Produk Bahan Baku Satuan Harga

Satuan (Rp) Biaya Bahan Baku (Rp) Total Biaya Bahan Baku (Rp) Spanduk Benner

Benner Flexi 60 Roll 1.091.200 65.472.000 65.472.000

Stiker StickerProreflecti ve 43 Roll 850.000 36.550.000 36.550.000 Papan Merk Benner Flexi Triplek Kayu Cat 3,75 Roll /300 m 50 Keping 1 Kubik 1. Dus 1.091.200 85.000 2.500.000 550.000 4.092.000 4.250.000 2.500.000 550.000 11.392.000 Total 113.414.000

Sumber : CV. Mawar Lubuklinggau

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahan baku yang digunakan dalam produksi Spanduk Benner CV. Mawar yaitu Benner Flexi. Total biaya bahan baku yang digunakan yaitu sebesar Rp. 65.472.000.

Bahan baku yang digunakan dalam produksi Stiker CV. Mawar yaitu Sticker Pro Reflective. Total biaya bahan baku yang digunakan yaitu sebesar Rp. 36.550.000.

Bahan baku yang digunakan dalam produksi Papan Merk CV. Mawar yaitu Benner Flexi, Triplek, Kayu dan Cat. Total biayal. bahan baku yang digunakan yaitu sebesar Rp. 11.392.000. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

(13)

Biaya tenaga kerja langsung yang digunakan pada tahun 2014 oleh CV. Mawar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2014 Bagian Jumlah Tenaga kerja (Orang) Biaya Tenaga Kerja Per Bulan Total Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) Setting 2 875.000 21.000.000 Pengoprasi Mesin Cetak (Finishing) 3 500.000 18.000.000 Lapangan 2 875.000 21.000.000 Total 7 60.000.000

Sumber : CV. Mawar Lubuklinggau

Tenaga kerja CV. Mawar Lubuklinggau berjumlah 7 orang yang terdiri dari bagian

Setting, Pengoprasi Mesin Cetak (Finishing), dan bagian Lapangan. Bagian Setting terdiri dari 2 orang dengan gaji sebesar Rp.875.000 per bulan. Jadi untuk 2 orang tenaga kerja pada tahun 2014 memerlukan biaya sebesar Rp. 21.000.000.

Bagian Pengoprasi Mesin Cetak (Finishing) terdiri dari 3 orang dengan gaji sebesar Rp.500.000 per bulan. Jadi untuk 3 orang tenaga kerja pada tahun 2014 memerlukan biaya sebesar Rp. 18.000.000.

Bagian Lapangan terdiri dari 2 orang dengan gaji sebesar Rp.875.000 per bulan. Jadi untuk 2 orang tenaga kerjapada tahun 2014 memerlukan biaya sebesar Rp. 21.000.000.

c. Biaya Overhead pabrik

Biaya-biaya overhead pabrik juga merupakan biaya produksi yang sama pentingnya dengan biaya-biaya lainnya. Adapun biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap berdasarkan pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Biaya Overhead Pabrik Variabel dan Tetap CV. Mawar Lubuklinggau

Tahun 2014

(14)

Pabrik Variabel Satuan (Rp)

Tetap Variabel (Rp)

Biaya Listrik 1 tahun 3.000.000 3.000.000

Biaya Telp 1 tahun 600.000 600.000

Biaya Tenaga Kerja

Tak Langsung 6 x antar 200.000 1.200.000 1.200.000

B.Pemeliharaan

Mesin 1 tahun 900.000 10.800.000 10.800.000

Tinta Cetak 12 galon 350.000 4.200.000 4.200.000

Lem Suiming/Lem

Ce 4 kotak 200.000 800.000 800.000

B.Sewa Gedung 1 tahun 10.000.000 10.000.000

B.Pemeliharaan

Gedung 1 tahun 500.000 500.000

Biaya Lain-lain 1 tahun 2.000.000 2.000.000

Total 22.500.000 10.600.000 33.100.000

Sumber : CV. Mawar Lubuklinggau

Pembahasan

Perhitungan Biaya Overhead PabrikVariabel dan Tetap

Dalam menentukan biaya overhead pabrik per produk, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tarif biaya overhead pabrik terlebih dahulu dengan berdasarkan bahan baku yang digunakan. Berikut perhitungan biaya overhead pabrik variabel dan tetap untuk masing-masing produk :

1. Tarif BOP = Taksiran Biaya 𝑂𝑣𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik

Taksiran Biaya Bahan Baku yang Terpakai X 100%

= Rp .33.100 .000

Rp .113 .414 .000 X 100% = 29,18 %

2. BOP Tetap dan BOP Variabel

i. BOP Tetap = Taksiran Biaya 𝑂𝑣𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik Tetap

Taksiran Biaya Bahan Baku yang Terpakai X 100%

= Rp .22.500 .000

Rp .113 .414 .000 X 100% = 19,84 %

ii. BOP Variabel = Taksiran Biaya 𝑂𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik Variabel

Taksiran Biaya Bahan Baku yang Terpakai X 100%

= Rp .10.600 .000

Rp .113 .414 .000 X 100% = 9,35 %

BOP Per Produk : (1) BOP Spanduk Benner

(15)

(b) BOP Variabel = Rp. 65.472.000 X 9,35 % = Rp. 6.121.632 (2) BOP Stiker

(a) BOP Tetap = Rp. 36.550.000 X 19,84 % = Rp. 7.251.520 (b) BOP Variabel = Rp. 36.550.000 X 9,35 % = Rp. 3.417.425 (3) BOP Papan Merk

(a) BOP Tetap = Rp. 11.392.000 X 19,84 % = Rp. 2.260.173 (b) BOP Variabel = Rp. 11.392.000 X 9,35 % = Rp. 1.065.152

Dari rincian Biaya Overhead Pabrik per produk diatas dapat disimpulkan bahwa : Tabel 6

Biaya Overhead Pabrik Variabel dan Tetap Per Produk CV. Mawar Lubuklinggau

Tahun 2014

Produk Biaya Overhead Pabrik (Rp) Total Biaya Overhead Pabrik (Rp) Tetap Variabel Spanduk Benner 12.989.645 6.121.632 19.111.277 Stiker 7.251.520 3.417.425 10.668.945 Papan Merk 2.260.173 1.065.152 3.325.325 Total 22.501.338 10.604.209 33.105.547

Sumber : Data Diolah (2015)

Untuk Spanduk Benner, biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp. 12.989.645 dan biaya

overhead pabrik variabel sebesar Rp. 6.121.632. sehingga total biaya overhead pabrik Spanduk

Benner sebesar Rp. 19.111.277. Untuk Stiker, biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp. 7.251.520 dan biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp. 3.417.425. sehingga total biaya overhead pabrik Stiker sebesar Rp. 10.668.945. Untuk Papan Merk, biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp. 2.260.173 dan biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp. 1.065.152. sehingga total biaya

overhead pabrik Papan Merksebesar Rp. 3.325.325. Perhitungan Biaya Produksi Variabel dan Tetap

Untuk dapat menentukan analisis Break Even Point perlu dilakukan perhitungan biaya produksi variabel dan tetap. Perhitungan biaya produksi variabel dan tetap akan disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 7

(16)

CV. Mawar Lubuklinggau Tahun 2014 Uraian Produk Spanduk Benner (4800 m) Stiker (1935 m) Papan Merk (300 m) Total (Rp) Per Unit (Rp) Total (Rp) Per Unit (Rp) Total (Rp) Per Unit (Rp) Biaya Produksi Variabel

Biaya Bahan Baku Biaya Overhead Pabrik

65.472.000 6.121.632 13.640 1.275 36.550.000 3.417.425 18.889 1.766 11.392.000 1.065.152 37.973 3.550 Total 71.593.632 14.915 39.967.425 20.655 12.457.152 41.523 Sumber : Data Diolah (2015)

Tabel 8

Perhitungan Biaya Produksi Tetap CV. Mawar Lubuklinggau

Tahun 2014

Uraian Produk

Spanduk Benner Stiker Papan Merk

Biaya Produksi Tetap

Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik

20.000.000 12.989.645 20.000.000 7.251.520 20.000.000 2.260.173 Total 32.989.645 27.251.520 22.260.173

Sumber : Data Diolah (2015)

Selain dari tabel biaya variabel per unit dan biaya tetap, tabel yang diperlukan dalam perhitungan Break Even Point yaitu tabel pendapatan dari penjualan ketiga produk dan harga jual produk per unit. Berikut disajikan tabel pendapatan dari penjualan ketiga produk tersebut :

Tabel 9

Pendapatan Penjualan Spanduk Benner, Stiker, dan Papan Merk CV. Mawar Lubuklinggau

Tahun 2014 Produk Total Penjualan

(m)

Harga Jual per Unit (Rp/ m) Pendapatan Penjualan (Rp) Spanduk Benner 4800 30.000 144.000.000 Stiker 1935 95.000 183.825.000 Papan Merk 300 150.000 45.000.000

(17)

Analisis Break Even Point

Menurut Ellen dkk (2001, h.207) Break Even Point adalah keadaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah total biaya, atau suatu keadaan perusahaan dimana rugi-labanya sebesar nol. Rumus yang digunakan untuk mengetahui Break Even Point yaitu sebagai berikut:

Break Even Point dalam bentuk unit: 𝑩𝑬𝑷 (𝒖𝒏𝒊𝒕) = 𝐅𝐂

𝐏−𝐕𝐂 (𝐮𝐧𝐢𝐭) Break Even Point dalam bentuk Rupiah: 𝑩𝑬𝑷 (𝑹𝒑) = 𝐅𝐂

𝟏−𝐕𝐂𝐏

Dibawah ini merupakan perhitungan Break Even Point yang telah dilakukan terhadap ketiga produk selama tahun 2014 pada CV. Mawar, sebagai berikut:

a. Produk Spanduk Benner

Break Even Point produk Spanduk Benner dinyatakan dalam unit:

BEP (unit) = FC P−VC (unit )

=

Rp .32.989.645 Rp .30.000 – Rp .14.915

=

Rp .32.989.645 Rp .15.085 = 2186,92 m

Break Even Point produk Spanduk Benner dinyatakan dalam Rupiah:

BEP (Rupiah

)

=

FC 1−VC P

=

Rp .32.989.645 1−Rp .144 .000.000Rp .71.593 .632

=

Rp .32.989.645 1−0.497

=

Rp . 32.989.645 0,503

=

Rp. 65.585.775

Berdasarkan perhitungan Break Even Point untuk Spanduk Benner diatas maka titik impas yang diperoleh adalah sebesar 2186,92 m atau Rp. 65.585.775. Dengan arti kata bahwa jika CV. Mawar menjual Spanduk Benner sebanyak 2186,92 m maka CV. Mawar tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Jika CV. Mawar menginginkan keuntungan maka tentu CV. Mawar harus mampu menjual melebihi titik impas. Penjualan CV. Mawar untuk Spanduk Benner pada tahun 2014 sebesar Rp. 144.000.000 dibandingkan dengan titik impas sebesar Rp. 65.585.775 maka CV. Mawar sudah mampu menjual melebihi titik impas.

(18)

b. Produk Stiker

Break Even Point produk Stiker dinyatakan dalam unit:

BEP (unit) = FC P−VC (unit )

=

Rp . 27.251.520 Rp .95.000 – Rp .20.655

=

Rp .27.251.520 Rp .74.345 = 366,55 m

Break Even Point produk Stiker dinyatakan dalam Rupiah:

BEP (Rupiah

)

=

FC 1−VC P

=

Rp .27.251.520 1−Rp .39.967 .425 Rp .183 .825.000

=

Rp .27.251.520 1−0,217

=

Rp . 27.251.520 0,783

=

Rp. 34.803.985

Berdasarkan perhitungan Break Even Point untuk Stiker diatas maka titik impas yang diperoleh adalah sebesar 366,55 m atau Rp. 34.803.985. Dengan arti kata bahwa jika CV. Mawar menjual Stiker sebanyak 366,55 m maka CV. Mawar tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Jika CV. Mawar menginginkan keuntungan maka tentu CV. Mawar harus mampu menjual melebihi titik impas. Penjualan CV. Mawar untuk Stiker pada tahun 2014 sebesar Rp. 183.825.000 dibandingkan dengan titik impas sebesar Rp. 34.803.985 maka CV. Mawar sudah mampu menjual melebihi titik impas.

c. Produk Papan Merk

Break Even Point produk Papan Merk dinyatakan dalam unit:

BEP (unit) = FC P−VC (unit )

=

Rp . 22.260.173 Rp .150.000 – Rp .41.523

=

Rp .22.260.173 Rp .108.477 = 205,21 m

Break Even Point produk Papan Merk dinyatakan dalam Rupiah:

BEP (Rupiah

)

=

FC 1−VC

(19)

=

Rp .22.260.173 1−Rp .12.457 .152 Rp .45.000 .000

=

Rp .22.260.173 1−0,277

=

Rp . 22.260.173 0,723

=

Rp. 30.788.621

Berdasarkan perhitungan Break Even Point untuk Papan Merk diatas maka titik impas yang diperoleh adalah sebesar 205,21 m atau Rp. 30.788.621. Dengan arti kata bahwa jika CV. Mawar menjual Papan Merk sebanyak 205,21 m maka CV. Mawar tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Jika CV. Mawar menginginkan keuntungan maka tentu CV. Mawar harus mampu menjual melebihi titik impas. Penjualan CV. Mawar untuk Stiker pada tahun 2014 sebesar Rp. 45.000.000 dibandingkan dengan titik impas sebesar Rp. 30.788.621 maka CV. Mawar sudah mampu menjual melebihi titik impas.

Jumlah Penjualan Minimal Pada Target Laba yang Diinginkan

Jika laba yang diinginkan CV. Mawar pada tahun 2014 sebesar 20% dari penjualan maka jumlah laba yang diingginkan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10 Target Laba CV. Mawar Lubuklinggau Tahun 2014 Produk Total Penjualan (m) Pendapatan Penjualan (Rp) Target Laba (Rp) (20% penjualan) Spanduk Benner 4800 144.000.000 28.800.000 Stiker 1935 183.825.000 36.765.000 Papan Merk 300 45.000.000 9.000.000

Sumber : Data Diolah (2015)

Perhitungan penjualan minimal yang harus dicapai CV. Mawar jika target laba ditetapkan sebesar 20% dari penjualan dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:

Perhitungan penjualan minimal pada target laba yang diinginkan (Unit):

Penjualan (𝑢𝑛𝑖𝑡) =Biaya tetap + target laba P − VC (unit)

Perhitungan penjualan minimal pada target laba yang diinginkan (rupiah):

Penjualan (𝑅𝑝) =Biaya tetap + target laba 1 − VC/P

Berikut perhitungan penjualan minimal untuk masing-masing produk : a. Spanduk Benner

(20)

Penjualan(Unit)

=

Biaya tetap +target laba P−VC unit

=

Rp .32.989.645+Rp .28.800.000 Rp .30.000 – Rp .14.915

=

Rp .61.789.645 Rp .15.085

=

4096,1 m Penjualan (Rp)

=

Biaya tetap +target laba

1−VC /P

=

Rp .32.989.645+ Rp .28.800.000 1−Rp .71.593 .632 Rp .144.000 .000

=

Rp .61.789.645 1−0,497

=

Rp .61.789.645 0,503

=

Rp. 122.842.236

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa penjualan minimal yang harus dicapai jika target laba ditetapkan sebesar 20% dari penjualan adalah sebesar Rp. 122.842.236 atau sebanyak 4096,1 m. Pendapatan dari penjualan Spanduk Benner CV. Mawar pada tahun 2014 sebesar Rp. 144.000.000 dibandingkan dengan jumlah penjualan pada target laba sebesar 20% diatas CV. Mawar sudah melebihi dari target penjualan tersebut.

b. Stiker

Penjualan(Unit)

=

Biaya tetap +target laba P−VC unit

=

Rp .27.251.520+Rp .36.765.000

Rp .95.000 – Rp .20.321

=

Rp .64.016.520

Rp .74.345

=

861,07 m Penjualan (Rp)

=

Biaya tetap +target laba

1−VC /P

=

Rp .27.251.520+ Rp .36.765.000 1− Rp .39.967 .425 Rp .183.825 .000

=

Rp . 64.016.520 1−0,217

=

Rp . 64.016.520 0,783

=

Rp. 81.758.008

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa penjualan minimal yang harus dicapai jika target laba ditetapkan sebesar 20% dari penjualan adalah sebesar Rp. 81.758.008 atau sebanyak 861,07 m. Pendapatan dari penjualan Stiker CV. Mawar pada tahun 2014 sebesar Rp.

(21)

183.825.000 dibandingkan dengan jumlah penjualan pada target laba sebesar 20% diatas CV. Mawar sudah melebihi dari target penjualan tersebut.

c. Papan Merk

Penjualan(Unit)

=

Biaya tetap +target laba P−VC unit

=

Rp . 22.260173 +Rp .9.000.000

Rp .150.000 – Rp .41.523

=

Rp . 31.260.173

Rp .108.477

=

288,17 m Penjualan (Rp)

=

Biaya tetap +target laba

1−VC /P

=

Rp .22.260.173+Rp .9.000.000 1−Rp .12.457 .152 Rp .45.000 .000

=

Rp .31.260.173 1−0,277

=

Rp .31.260.173 0,723

=

Rp. 43.236.754

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa penjualan minimal yang harus dicapai jika target laba ditetapkan sebesar 20% dari penjualan adalah sebesar Rp. 43.236.754 atau sebanyak 288,17 m. Pendapatan dari penjualan Papan Merk CV. Mawar pada tahun 2014 sebesar Rp. 45.000.000 dibandingkan dengan jumlah penjualan pada target laba sebesar 20% diatas CV. Mawar sudah melebihi dari target penjualan tersebut.

Setelah dilakukan perhitungan Break Even Point dan penjualan minimal pada target laba yang direncanakan pada tahun 2014 dapat dilihat perbandingan Break Even Point dan penjualan minimal antar ketiga produk berdasarkan tabel berikut :

Tabel 11

Perbandingan Break Even Point Ketiga Produk CV. Mawar Lubuklinggau

Tahun 2014

No Produk Break Even Point Penjualan Tahun 2014

1 Spanduk Benner Rp. 65.585.775 Rp. 144.000.000

2 Stiker Rp. 34.803.985 Rp. 183.825.000

3 Papan Merk Rp. 30.788.621 Rp. 45.000.000

(22)

Volume penjualan untuk Spanduk Benner agar mencapai Break Even Point sebesar Rp. 65.585.775, jika dibandingkan dengan penjualan yang terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 144.000.000 maka CV. Mawar sudah mampu menjual Spanduk Benner melebihi Break Even Point (titik impas).

Volume penjualan untuk Stiker agar mencapai Break Even Point sebesar Rp. 34.803.985, jika dibandingkan dengan penjualan yang terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 183.825.000 maka CV. Mawar sudah mampu menjual Stiker melebihi Break Even Point (titik impas).

Volume penjualan untuk Papan Merk agar mencapai Break Even Point sebesar Rp. 30.788.621, jika dibandingkan dengan penjualan yang terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 45.000.000 maka CV. Mawar sudah mampu menjual Papan Merk melebihi Break Even Point

(titik impas).

Tabel 12

Perbandingan Penjualan MinimalPada Target LabaKetiga Produk CV. Mawar Lubuklinggau

Tahun 2014

No Produk Penjualan Minimal Pada

Target Laba 20% Penjualan Tahun 2014 1 Spanduk Benner Rp. 122.842.236 Rp. 144.000.000 2 Stiker Rp. 81.758.008 Rp. 183.825.000 3 Papan Merk Rp. 43.236.754 Rp. 45.000.000

Sumber : Data Diolah (2015)

Besarnya penjualan minimal untuk Spanduk Benner jika ditetapkan laba sebesar 20% dari hasil penjualan yaitu sebesar Rp. 122.842.236, jika dibandingkan dengan penjualan yang terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 144.000.000 maka CV. Mawar sudah mampu menjual Spanduk Benner melebihi targetlaba yang ditetapkan.

Besarnya penjualan minimal untuk Stiker, jika ditetapkan laba sebesar 20% dari hasil penjualan yaitu sebesar Rp. 81.758.008, jika dibandingkan dengan penjualan yang terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 183.825.000 maka CV. Mawar sudah mampu menjual Stiker melebihi targetlaba yang ditetapkan.

Besarnya penjualan minimal untuk Papan Merk jika ditetapkan laba sebesar 20% dari hasil penjualan yaitu sebesar Rp. 43.236.754, jika dibandingkan dengan penjualan yang terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 45.000.000 maka CV. Mawar sudah mampu menjual Stiker melebihi targetlaba yang ditetapkan.

(23)

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut 1. Secara umum kinerja penjualan dan pengelolaan biaya-biaya yang dilakukan oleh CV. Mawar sudah cukup baik hanya saja CV. Mawar Lubuklinggau belum melakukan pemisahan biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan perencanaan laba dengan menggunakan analisis Break Even Point.

2. Selama tahun 2014 yang diambil sampel untuk penelitian pada CV. Mawar Lubuklinggau memproduksi Spanduk Benner, Stiker, dan Papan Merk, ketiga produk tersebut sudah mampu dijual melebihi titik impas/ Break Even Point dengan kata lain CV. Mawar Lubuklinggau mampu memperoleh keuntungan, dan keuntungan ini bergerak cukup signifikan dari hasil penjualan.

3. Selama tahun 2014 yang diambil sampel untuk penelitian pada CV. Mawar Lubuklinggau memproduksi Spanduk Benner, Stiker, dan Papan Merk, untuk ketiga produk tersebut CV. Mawar sudah mampu menjual melebihi dari target penjualan sebesar 20%.

Saran

Adapun beberapa saran dari peneliti yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan bersifat membangun bagi pihak manajemen CV. Mawar Lubuklinggau sebagai berikut :

1. CV. Mawar Lubuklinggau diharapkan dapat melakukan pengklasifikasian biaya berdasarkan perilaku biaya karena hal ini akan diperlukan dalam melakukan perencanaan laba dengan menggunakan analisis Break Even Point.

2. CV. Mawar Lubuklinggau diharapkan dapat mempertimbangkan untuk menerapkan Analisis

Break Even Point dalam merencanakan laba untuk kedepannya karena analisis ini mengupas tentang keterkaitan antara biaya, volume penjualan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.

3. Hendaknya CV. Mawar Lubuklinggau menekan biaya-biaya produksi dan meningkatkan volume penjualan sehingga perolehan laba yang didapat dapat lebih maksimal (Terutama untuk produk Papan Merk).

DAFTAR PUSTAKA

Agustina Pradita Marhaeni. 2011. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Industri Kecil Tegel di Kecamatan Pedurungan Periode 2004 – 2008 (Studi Kasus

(24)

Usaha Manufaktur). Disertai tidak Diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro

Aulia Puspita. 2011. Analisis Break Even Point Terhadap Perencanaan Laba PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta. Disertai tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta

Bastian, Bustami dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat

Carter, William K dan Milton F Usry. 2004. Akuntansi Biaya. Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat

Christine Praticia Ponomban. 2013. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada PT. Tropica Cocoprima. Disertai tidak Diterbitkan. Manado: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Sam Ratulangi

Danang, Sunyoto. 2010. Budgeting Perusahaan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service

Danang, Sunyoto. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian (Untuk Ekonomi dan Bisnis). Cetakan Pertama. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service

Ellen, Christina dkk. 2001. Anggaran Perusahaan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hansen, Don R dan Maryenne M. Mowen. 2013. Akuntansi Manajesrial. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat

Horngren, Charles T et.all. 2008. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. Edisi Sebelas Cetakan Ke II. Jakarta: PT Indeks

Jalaluddin dkk. 2013. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Untuk Merencanakan Laba Perusahaan (Studi pada Koperasi Sari Apel Brosem Periode 2011-2013). Disertai tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi 5 Cetakan Keduabelas. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIE-YKPN

Niswonger, Rollin C et.all. 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi. Edisi Sembilanbelas. Jakarta: Erlangga

Rayburn, L Gayle. 1999. Akuntansi Biaya Dengan Pendekatan Manajemen Biaya. Cetakan Pertama. Jakarta: Erlangga

(25)

Wahyuning Setio Kurnianti. 2012. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Perusahaan Pabrik Gula Ngadirejo Kediri. Disertai tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang

Gambar

Gambar 2  Kerangka Pemikiran
Tabel 10  Target Laba  CV. Mawar Lubuklinggau  Tahun 2014  Produk  Total  Penjualan (m)  Pendapatan  Penjualan (Rp)  Target Laba (Rp) (20% penjualan)  Spanduk  Benner  4800  144.000.000  28.800.000  Stiker  1935  183.825.000  36.765.000  Papan Merk  300  45.000.000  9.000.000

Referensi

Dokumen terkait

Kewenangan untuk melakukan kegiatan fundraising zakat hanya ada pada Baitul Mal Aceh, dijelaskan dalam Qanun Pasal 1 poin (14) “Zakat adalah bagian dari harta yang wajib

Kegiatan ini berbasis Riset, yang disesuaikan dengan program DP2M DIKTI, seperti: Penerapan IPTEKS, Vucer, program Vucer Multi Tahunan (VMT), Unit Usaha Jasa dan

Universiti Selangor (UNISEL) 2008 22 Determination of Antimicrobial Activity of Promicromonospora Species and Optimization of Parameters for Alpha Amylase Production

Data yang harus dibawa untuk diverifikasi adalah semua dokumen asli yang sesuai dokumen yang telah diupload oleh penyedia jasa atau data kualifikasi yang diisi melalui pengadaan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pretasi belajar adalah proses hasil belajar yang berwujud angka- angka yang dapat diukur. Prestasi belajar siswa dapat

Penelitian lain juga dilakukan oleh Anindita (2006) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendengar dalam memilih radio PTPN Rasitania FM Solo dengan

Kegiatan selanjutnya adalah guru menyampaikan kepada siswa tentang pembelajaran menggunakan media gambar sebagai teknik menulis karangan, dengan harapan siswa

Value (PBV). Hipotesis keempat didukung. 5) Secara ketepatan model penelitian ini menunjukkan bahwa Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan