HUBUNGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN
TINGKAT HIPERTENSI DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JUNI – DESEMBER 2010
OLEH:
MUTIARA AINI MALAU 080100025
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN
TINGKAT HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PERIODE JUNI - DESEMBER 2010
KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
MUTIARA AINI MALAU 080100025
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Tingkat Hipertensi di RSUP H.ADAM MALIK Juni – Desember 2010
Nama : MUTIARA AINI MALAU Nim : 080100025
Pembimbing Penguji I
(dr. Isti Ilmiati Fujiati, Msc. CM-FM, MPd. Ked) (dr. M. Fahdy, SP.OG) NIP: 19670527 199903 2 001 NIP: 19640509 199503 1 001
Penguji II
(Prof. Dr. A. Afif Siregar, SP.A(K), SP. JP) NIP: 19500416 197711 1 001
Medan, 20 Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi adalah faktor risiko yang penting untuk terjadinya
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang juga berhubungan dengan penurunan fungsi endotel. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dariseluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Tujuan: Mengetahui karakteristik penderita penyakit jantung koroner dengan
tingkat hipertensi, mengetahui jumlah penderita penyakit hipertensi dan tingkatannya, mengetahui jumlah penderita penyakit jantung koroner, dan mengetahui hubungan penyakit jantung koroner dengan tingkat hipertensi
Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi penelitian adalah pasien rawat inap Penyakit Jantung
Koroner dan Hipertensi periode juni - desember 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik simple random
sampling yaitu sebanyak 76. Pengambilan data menggunakan rekam medis. Uji
statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan interval kepercayaan 90%. Analisa data menggunakan program komputer SPSS.
Pasien rawat inap penyakit jantung koroner dan Hipertensi di RSUP H. Adam Malik tahun 2010 yang positif mengalami PJK dan memiliki riwayat Hipertensi dijumpai sebanyak 32%. Dari hasil uji Chi Square diperoleh adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian PJK dengan tingkat Hipertensi (p = 0,0001 < p = 0,1).
ABSTRACT
Background: Hypertension is an important risk factor for the occurrence of coronary heart disease (CHD) which is also associated with decreased endothelial function. According to the World Health Organization (WHO), 60% of all deaths caused by heart disease is coronary heart disease (CHD).
Purpose: To know the characteristics of coronary heart disease patients according to hypertension level, to know the number of patients with hypertensive disease and the stages of hypertension, to know the number of patients with coronary heart disease, and to determine the relationship of coronary heart disease with the stage of hypertension
Methods: An analytical study with a cross-sectional study design. The population are Coronary Heart Disease and Hypertensive patients who were hospitalized June till December 2010 in Dr. Adam Malik Hospital, Medan. The samples were selected using simple random sampling technique which is as much as 76. Data were taken from medical records. Statistical tests used were Chi Square with 90% confidence interval. Data were analyzed
using SPSS computer program.
Patients hospitalized for coronary heart disease and hypertension in Dr H. Adam Malik Hospital in 2010 who were found positive for CHD and had an history of hypertension was 32%. From the Chi Square test result, it was proved that there is a statistically significant association between the incidence of CHD with the level of hypertension (p = 0.0001 <p = 0.1).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal karya
tulis ilmiah ini.
Proposal karya tulis ilmiah ini diberi judul “Hubungan Penyakit Jantung Koroner
dengan Tingkat Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode
Juni-Desember 2010” disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan, peneliti berharap semoga proposal karya tulis
ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Dalam proposal karya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), Rektor
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Isti Ilmiati Fujiati, Msc. CM-FM, MPd. Ked, selaku pembimbing
penelitian dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
4. Penguji dr. M. Fahdy, SP.OG dan Prof. Dr. A. Afif Siregar, SP.A(K), SP.
JP
5. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak
membantu peneliti dalam menyelesaian studi.
6. Bagian petugas Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik
7. Ibunda Nur’huda Pohan, Ayahanda Harwandi Malau, Adinda Sutandi
untuk memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti
dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.
8. Kepada Muhammad Yunus Helmy Nasution dan sahabat-sahabat saya
yaitu Dhani, Cempaka, Fadhila, Endah, Sofi, Astrit, kak Elvi, Puteri, Arif,
dan Maya. serta teman teman lainnya yang telah memberi dukungan dan
banyak motivasi serta meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang
proposal karya ilmiah ini.
Peneliti masih menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan proposal karya
tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya peneliti mengharapkan semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat
membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.
Medan, Desember 2011
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...
1.1.Latar Belakang...
1.2.Rumusan Masalah...
1.3.Tujuan Penelitian...
1.4.Manfaat Penelitian...
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...
2.1. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner...
2.2. Pengertian Pnyakit Jantung Koroner...
2.3. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner...
2.4. Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung...
2.5. Gejala Penyakit Jantung...
2.5.1. Asimptomatik...
2.5.2. Angina Pektoris...
2.5.3. Angina Pektoris Stabil...
2.5.4. Angina Pektoris tak Stabil...
2.5.5. Infark Miokard Akut...
2.5.6. Gangguan Irama Jantung...
2.6.1. Etiologi dan Patofiologi...
2.6.3. Sistem Renin Angiotensin...
2.6.3. Sistem Saraf Otonom...
2.6.4. Disfungsi Endotel...
2.6.5. Zat Vasoaktif...
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL....
3.1. Kerangka Konsep Penelitian...
3.2. Variabel dan Definisi Operasional...
3.3. Hipotesa...
BAB 4 METODE PENELITIAN...
4.1. Rancangan Penelitian...
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...
4.3.1. Populasi ...
4.3.2. Besar Sampel ...
4.3.3. Teknik pengambilan Sampel ...
4.3.4. Kriteria Inklusi ...
4.4. Teknik Pengunpulan Data ...
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ...
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
5.1. Hasil Penelitian ...
5.1.1. Deskripsi lokasi peneltian ...
5.1.2. Hasil Analisa Deskriptif ...
5.1.3. Analisa Statistik Hubungan Penyakit Jantung Koroner
dengan Tingkat Hipertensi...
5.2. Pembahasan ...
5.2.1. Karakterisrik Sampel ...
5.2.2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner ...
5.2.4. Hipertensi ...
5.2.5. Kejadian Penyakit Jantung Koroner ...
5.2.6.Hubungan kejadian Penyakit Jantung Koroner dengan
Tingkat Hipertensi...
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...
6.1. Kesimpulan ...
6.2. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN
34 34 35 35
37 37 38
39
DAFTAR TABEL
Penyebab Utama Kematian di Amerika Serikat,
Tahun 1996
Kadar Kolesterol Total
Kadar LDL Kolesterol
Kadar HDL Kolesterol
Kadar Trigliserid
Klasifikasi Berat Lebih dan Obesitas pada
Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut
WHO
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
(18 tahun keatas)
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
(18 tahun keatas)
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel
Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel
Berdasarkan Umur
Distribusi Kategori Hipertensi Sampel
Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi
Sampel
Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung
Koroner pada Sampel
Tabulasi Silang Kejadian Penyakit Jantung
Koroner dengan Tingkat Hipertensi pada
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar 3.1
Judul
Kerangka Konsep Penelitian
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Judul
Lembar Riwayat Hidup
Lembar Persetujuan Ethical Clearance
Surat Izin Penelitian
Surat Balasan Penelitian dari RSUP H. Adam Malik
Medan
Data Induk
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi adalah faktor risiko yang penting untuk terjadinya
Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang juga berhubungan dengan penurunan fungsi endotel. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dariseluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Tujuan: Mengetahui karakteristik penderita penyakit jantung koroner dengan
tingkat hipertensi, mengetahui jumlah penderita penyakit hipertensi dan tingkatannya, mengetahui jumlah penderita penyakit jantung koroner, dan mengetahui hubungan penyakit jantung koroner dengan tingkat hipertensi
Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi penelitian adalah pasien rawat inap Penyakit Jantung
Koroner dan Hipertensi periode juni - desember 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik simple random
sampling yaitu sebanyak 76. Pengambilan data menggunakan rekam medis. Uji
statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan interval kepercayaan 90%. Analisa data menggunakan program komputer SPSS.
Pasien rawat inap penyakit jantung koroner dan Hipertensi di RSUP H. Adam Malik tahun 2010 yang positif mengalami PJK dan memiliki riwayat Hipertensi dijumpai sebanyak 32%. Dari hasil uji Chi Square diperoleh adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian PJK dengan tingkat Hipertensi (p = 0,0001 < p = 0,1).
ABSTRACT
Background: Hypertension is an important risk factor for the occurrence of coronary heart disease (CHD) which is also associated with decreased endothelial function. According to the World Health Organization (WHO), 60% of all deaths caused by heart disease is coronary heart disease (CHD).
Purpose: To know the characteristics of coronary heart disease patients according to hypertension level, to know the number of patients with hypertensive disease and the stages of hypertension, to know the number of patients with coronary heart disease, and to determine the relationship of coronary heart disease with the stage of hypertension
Methods: An analytical study with a cross-sectional study design. The population are Coronary Heart Disease and Hypertensive patients who were hospitalized June till December 2010 in Dr. Adam Malik Hospital, Medan. The samples were selected using simple random sampling technique which is as much as 76. Data were taken from medical records. Statistical tests used were Chi Square with 90% confidence interval. Data were analyzed
using SPSS computer program.
Patients hospitalized for coronary heart disease and hypertension in Dr H. Adam Malik Hospital in 2010 who were found positive for CHD and had an history of hypertension was 32%. From the Chi Square test result, it was proved that there is a statistically significant association between the incidence of CHD with the level of hypertension (p = 0.0001 <p = 0.1).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini Hipertensi masih tetap menjadi masalah, antara lain meningkatnya
prevalensi Hipertensi, masih banyaknya pasien Hipertensi yang belum
mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya
belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. (Yogiantoro, 2007)
Data epidemilogis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan Hipertensi kemungkinan besar juga
akan bertambah, dimana baik Hipertensi sitolik maupun kombinasi Hipertensi
sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia
diatas 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus
meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola
kurva mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34%
dari seluruh pasien Hipertensi. (Yogiantoro, 2007)
Dalam perjalanannya, Hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada
jantung, otak, ginjal, dan mata melalui dua mekanisme yang berhubungan
yaitu efek dari peningkatan tekanan arteri (pada struktur dan fungsi jantung
dan arteri) dan efek dalam percepatan perkembangan aterosklerosis. Dalam
kurun 20 tahun terakhir, angka kematian karena serangan jantung dan stroke
yang disebabkan oleh Hipertensi mengalami penurunan. Akan tetapi, dua efek
Hipertensi lainnya yaitu gagal jantung dan penyakit ginjal kronis justru
meningkat. (Pickering dalam Anggraini 2010).
Di dunia, hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita
organ tubuh. Setiap tahun Hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7
kematian (7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak
dan ginjal. Di negara berkembang Penyakit yang menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa
berkembang lainnya ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus
Hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta
kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita Hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini. (Zamhir, 2006)
Dari 33 Provisnsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita
Hipertensi melebihi rata - rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%),
Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera
Utara 24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur
(22%). sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus Hipertensi
cenderung tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung,
Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 – 34%. (Zamhir, 2006).
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara Tahun 2000 Penyakit Jantung
Koroner menempati urutan ketiga dari penyakit tidak menular yaitu
Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Penyakit Jantung Koroner dari pola
penyakit penderita rawat inap dirumah sakit dengan jumlah penderita
sebanyak 354 orang yang berumur > dari 60 Tahun dengan proporsi 2,66%.
Jumlah kematian penderita Penyakit Jantung Koroner sebanyak 37 orang
dengan CFR (Case Fatality Rate) 12,17 %. (Yanti, 2004)
Berdasarkan data dari rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan, di
Poliklinik Kardiovaskular, selama Juni sampai Desember 2010 tercatat pasien
yang datang dan didiagnosa Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)
sebanyak 319 orang. Sedangkan di RSUP H.Adam Malik sendiri, belum ada
pada pasien rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan selama Juni sampai
Desember 2010.
Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis ingin mengetahui hubungan Penyakit
Jantung Koroner dengan tingkat Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan
Bulan Juni sampai Desember 2010.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian dalam latar belakang masalah diats, memberikan dasar
bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan peneliatian berikut
“Bagaimanakah pengaruh hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan
tingkat Hipertensi?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini mengetahui hubungan antara kejadian Penyakit
Jantung Koroner dengan tingkat Hipertensi Periode Juni-Desember 2010 di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik penderita Penyakit Jantung Koroner dengan
tingkat Hipertensi
2. Mengetahui jumlah penderita penyakit Hipertensi dan tingkatannya
3. Mengetahui jumlah penderita Penyakit Jantung Koroner
4. Mengetahui hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan tingkat
Hipertensi
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas
kesehatan khususnya di RSUP H. Adam Malik Medan (RSHAM),
a. Program Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi tentang karakteristik Hipertensi dan Penyakit
Jantung Koroner
b. Memberikan informasi pada masyarakat mengenai faktor risiko
Hipertensi yang berpengaruh terhadap kejadian PJK, sehingga
masyarakat dapat mengetahui dan melakukan pencegahan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan
ilmu kesehatan khususnya ilmu epidemiologi dan sebagai bahan
informasi untuk penelitian selanjutnya.
d. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca KTI ini dan peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)
PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK
meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65
tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita.
Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang
meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan
stroke (5,5 juta). (WHO, 2002)
Secara umum angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) di
Indonesia belum diteliti secara akurat. Di Amerika Serikat pada tahun 1996
dilaporkan kematian akibat PJPD mencapai 959.277 penderita, yakni 41,4 %
dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk meninggal akibat penyakit
ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah diupayakan, namun setiap
33 detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal akibat penyakit ini.
Dari jumlah tersebut 476.124 kematian disebabkan oleh Penyakit Jantung
Koroner. Huon, keith D, john M, lain A (2002) dalam ( Supriyono, 2008)
Tabel 2.1. Penyebab Utama Kematian di Amerika Serikat, Tahun 1996.
No Jenis Penyakit Kejadian Jumlah Kematian
1 Penyakit Jantung Koroner 476.124
2 Penyakit jantung dan pembuluh
darah lain
483.103
3 Carsinoma 539.533
4 Kecelakaan 94.948
5 AIDS 31.130
Kenyataan lain menunjukkan bahwa, di Inggris penyakit kardiovaskuler
membunuh satu dari dua penduduk dalam populasi, dan menyebabkan
hampir sebesar 250.000 kematian pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki
dan satu dari lima perempuan meninggal setiap tahun karena PJK, yang
merepresentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit
kardiovaskuler. Merupakan konsep yang salah bahwa PJK jarang terjadi
pada perempuan, faktanya tidak banyak perbedaan antara perempuan
dibandingkan laki-laki dalam insiden penyakit ini dihitung berdasarkan
harapan hidup yang lebih panjang. Massie and Amidon (2003) dalam
Supriyono (2008)
4.2. Pengertian
Menurut WHO (1997), Penyakit Jantung Koroner (coronary heart diseases)
merupakan ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik yang timbul
karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan
proses penyakit pada system nadi koroner.
Menurut American Heart Assosiation (AHA 1980), Penyakit Jantung
Koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri
koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding dalam pembuluh darah
disertai adanya plak yang mengganggu aliran darah ke otot jantung yang
akibatnya dapat mengganggu fungsi jantung.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran
dalam arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan
jaringan tak akan timbul keluhan atau manifestasi klinik, dalam keadaan
normal, dimana areteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme,
peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan
aliran darah, sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali
dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi
bekerja atau olah raga. Mekanisme pengaturan aliran koroner
mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan terpenuhi, sehingga
setiap jaringan mampu melakukan fungsi secara optimal. (Rilantono, 1996)
Penyakit Jantung Koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita,
riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat
istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset
klinis PJK.
1. Asimptomatik (Silent Myocardial Ischemia)
2. Angina Pektoris
a. Angina Pectoris Stabil
b. Angina Pectoris tidak Stabil
c. Variant Angina (Prinzmetal Angina)
3. Infark Miokard Akut
4. Dekompensasi kordis
5. Aritmia Jantung
6. Mati mendadak (suddent death)
7. Syncope. (Joewono, 2003)
4.3. Faktor Risiko PJK
Faktor-faktor risiko mayor-independen PJK terdiri dari. Kebiasaan,
merokok, Hipertensi, tingginya kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL
serum, rendahnya kadar kolesterol- HDL serum, diabetes-melitus dan umur
tua. Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa factor-faktor itu
bersifat aditif. Jadi jumlah risiko total seseorang ditemukan oleh factor
risiko keseluruhan (global) yang dipunyainya.
Faktor risiko kondisional berhubungan dengan peningkatan risiko PJK,
risiko pencetus adalah factor-faktor yang jelas memperburuk pengaruh
factor risiko mayor-independen. Dua diantaranya, yaitu obesitas sentral dan
aktifitas fisik yang rendah. (Santoso, dkk, 2009)
4.3.1. Hiperkolesterolemia.
Hiperkolesteromia merupakan factor risiko untuk PJK. Hubungan erat
antara hiperkolesterolemia dan atherosclerosis sudah diketahui dengan baik.
Penelitian terhadap binatang yang diberikan makan kolesterol menunjukkan
bahwa vasodilatasi endothelium-dependent berkurang baik pada pembuluh
darah sedang maupun pembuluh darah resisten setelah histology yang
terjadi terbukti sebagai lesi atherosclerosis. Mirip dengan relaksasi vascular
endhotelial-dependent yang akan menurun pada pasien hiperkolesterolemia,
baik ada maupun tidak adanya factor risiko koroner yang lain. Disfungsi
endotel (menurunnya efek vascular NO) akan mempercepat onset
atherosclerosis koroner yang terjadi lebih dini sebagai factor predisposisi
terjadinya vasospasme pada arteri koroner. (Sargowo, 2003)
a. Kolesterol Total.
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl) bila > 200 mg/dl
berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat.
Tabel 2.2. kadar kolesterol total
Kadar kolesterol total
Normal Agak tinggi Tinggi
<200 mg /dl 2-239 mg / dl >240 mg / dl
b. LDL Kolesterol.
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol): karena kadar LDL yang
LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK
dari pada kolesterol total.
Tabel 2.3. Kadar LDL kolesterol
Kadar LDL kolesterol
Normal Agak tinggi Tinggi
< 130 mg /dl 130 - 159 mg / dl > 160 mg / dl
c. HDL Koleserol :
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) : karena mengangkut
kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga
mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya
proses arterosklerosis.
Tabel 2.4. Kadar HDL kolesterol
Kadar HDL kolesterol
Normal Agak tinggi Tinggi
< 45 mg /dl 35 - 45 mg / dl > 35 mg / dl
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan
terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi
berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.
d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol
Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan 4.0
pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin
e. Kadar Trigliserida.
Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh, Lemak
tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi
merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.
Tabel 2.5. Kadar trigliserid
Kadar trigliserid Normal Agak tinggi
(sedang)
Tinggi Sangat
sedang < 150 mg/dl 150-250 mg/dl 250 – 500 mg/dl >500 mg/dl
Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol total
> 200 mg/dl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat
keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas.
(Djohan, 2004)
4.3.2. Merokok
Di Amerika Serikat,merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000
kematian premature atau dini setiap tahunnya. Setiap jumlah kematian
tersebut terdapat kematian akibat pjk dan lebih dari satu kematian pjk itu
karena merokok, merokok sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan
frekuensi denyut jantung istirahat serta meningkatkan tekanan darah
sistolik dan diastolic sehingga meningkatkan kebutuhan kebutuhan
oksigen myokardium.
Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat pjk pada
laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok pada
Apabila berhenti merokok penurunan risiko pjk akan berkurang 50% pada
akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang
tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.(Yanti, 2009)
4.3.3. Obesitas
Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK,
Hipertensi, angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Data dari Framingham
menunjukkan bahwa apabila setiap individu mempunyai berat badan
optimal, akan terjadi penurunan insiden PJK sebanyak 25 % dan
stroke/cerebro vascular accident (CVA) sebanyak 3,5 %. Penurunan berat
badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki
sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia.
Hal tersebut ditempuh dengan cara mengurangi asupan kalori dan
menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian daftar komposisi makanan
, pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar gizi secara
teratur.
Tabel 2.6. Klasifikasi berat lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT Menurut WHO
No Klasifikasi IMT (kg/m2)
1 < 18.5 BB kurang
2 18.5-24.9 BB Normal
3 >25 BB lebih
4 25,0-29,9 Pra-obes
5 30.0 – 34.9 Obesitas I
6 35.0 – 39.9 Obesitas II
7 > 40 Obesitas III
2.3.4. Hipertensi Sistemik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalalembang dan Alfrienti dengan
judul“Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Penyakit Jantung
Koroner di RSUKanujoso Djatiwibowo Balikpapan” menyimpulkan
bahwa 4 (empat) faktor risiko yangmempunyai pengaruh bermakna (p <
0,05) adalah tekanan darah (Hipertensi), umur,riwayat PJK pada orang tua
dan olah raga.
Tabel 2.7. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (18 tahun keatas)
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 <80
PraHipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100
Sember: JNC VII, 2003
2.3.5. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki
dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol
meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause (
45-0 tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama.
Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih
tinggi dari pada laki-laki.
2.3.6. Jenis kelamin.
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1
dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki
2.3.7. Geografis.
Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang
paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat
padta orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia .
Hal ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada
genetik.
2.3.8. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun
bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika
serikat perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia (
tidak termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira
separuhnya.
2.3.9. Diet.
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di
dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika
rata-rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar
kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi
dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar
kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada
Amerika.
Beberapa peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
1. Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak
jenuh tinggi.
2. Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak
jenuh.
3. Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
4. Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan
5. Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan
diturunkan padta obesitas dan memperbanyak exercise.
2.3.10.Diabetes.
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi
penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang
menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal,
sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.
2.3.11.Exercise.
Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise
bermanfaat karena :
1. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard
2. Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang
bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.
3. Membantu menurunkan tekanan darah
4. Meningkatkan kesegaran jasmani.
2.3.12.Perilaku dan Kebiasaan lainnya.
Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu :
Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar
berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan
dan tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu .
Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B.
2.3.13.Perubahan Keadaan Sosial Dan stress.
Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas .
Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang
Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang stress 1
1/2 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat menaikkan
tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
2.4. Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung.
Arteriosklerosis berasal dari bahasa yunani, yaitu athero berarti sejenis
bubur atau pasta dan sclerosis berarti pengerasan, hal itu digambarkan
sebagai penumpukan bahan lemak, dan kolesterol dengan konsistensi lunak
dan/atau kalsium yang mengeras sepanjang dinding arteri. Bentukan ini
disebut plak aterosklerosis. Plak ini menyumbat sebagian atau seluruh
lumen arteri. (Santoso, dkk, 2009)
Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika intima (lapisan dalam),
tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar), tunika
intima terdiri dari 2 bagian, lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan
yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta
lapisan subendhotelium, sel-sel endhotel ini memproduksikan zat-zat seperti
prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah
agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai
daya regenerasi cepat untuk memelihara daya anti trombogenik arteri.
Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan
lapisan yang lain.
Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang
mempunyai 3 bagian: bagian sebelah dalam disebut membrane elastic
internal, kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane
jaringan elastic eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen,
memisahkan jaringan membrane elastic eksterna. Dan yang terakhir ini
memisahkan tunika media dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya
mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan
Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan
patogenesis aterosklerosis pembuluh darah koroner. Namun perubahan
patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami kerusakan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang
tampak
bagaikan garis lemak.
2. Penimbunan lemak terutama beta-lipoprotein yang mengandung
banyak
kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.
3. Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosa.
4. Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari
lemak,
jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
5. Perubahan degeneratif dinding arteria.
Sklerosis pada arteri koroner atau pembuluh darah jantung secara khas akan
menimbulkan tiga hal penting yang sangat ditakuti oleh siapapun, yaitu
serangan jantung, angina pectoris, serta gangguan irama jantung. Anis
(2006) dalam Supriyono (2009 )
2.5. Gejala Penyakit Jantung
Manifestasi iskemia miokard, biasanya akibat penyampitan atau
penyumbatan arteri koroner paling sering adalah
1. Asimptomatik (silent Myocardial Ischemia)
2. Angina Pektoris
Angina Pectoris tidak Stabil
Variant Angina (Prinzmetal Angina)
3. Infark Miokard Akut
4. Dekompensasi kordis
2.5.1. Asimptomatik (silent Myocardial Ischemia)
Kadang penderita Penyakit Jantung Koroner diketahui secara kebetulan
misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak
pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat
maupun saat aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan adanya
iskemia saat dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan
depresi segmen ST, penderita tidak mengeluh adanya nyeri dada.
Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lain dalam batas-batas normal.
Mekanisme silent iskemia diduga oleh karena: ambang nyeri yang
meningkat, neuropati otonomik (pada penderita diabetes), meningkatnya
produksi endomorfin, derajat stenosis yang ringan. (Joewono, 2003)
2.5.2. Angina Pectoris.
Adanya Angina Pectoris dapat dikenal secara:
1. Kwalitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada tertekan, merasa
terbakar atau susah bernafas.
2. Lokasi nyeri yaitu restrosternal yang menjalar keleher, rahang atau
mastoid dan turun ke lengan kiri.
3. Faktor pencetus seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau
dalam udara dingin.
2.5.3. Angina Pectoris Stabil
Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena
terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses
aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan.
sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi atas beberapa tingkatan :
1. Selalu timbul sesudah latihan berat.
2. Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
3. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
4. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
Diagnosa
2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa
pemeriksaan radionuclide)
3. Angiografi koroner. (Djohan, 2004)
2.5.4. Angina Pectoris Tak Stabil
Yang dimaksud kedalam angina tak stabil yaitu: 1. Pasien dengan
anginayang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan
frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari. 2. Pasien dengan angina
yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan
angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan factor
presipitasi makin ringan. 3. Pasien dengan serangan angina pada waktu
istirahat.
Beratnya angina:
1. Kelas I: angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah
beratnya nyeri dada.
2. Kelas II:Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam
1bulan, tapi tak ada seran gan angina dalam waktu 48 jam terakhir.
3. Kelas III: adanya serangan angina waktu istirahat dan erjadinya secara
akut baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir. (Sudoyo,
Setiyohadi, Alwi, Simadibrata K, Setiati, 2006)
2.5.5. Infark miokard akut (IMA)
Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan
karena rasa sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi
dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada
pasien yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat
berkembang menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang
baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti
angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa
kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina
,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina
sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang
biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat
,sering pada jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah
mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian menghilang berkurang
dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari. Nausea dan
vomitus merupakan penyerta rasa sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih
apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.
Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,
mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia
menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah
atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus
peptikum akut atau pancreatitis akut). (Djohan, 2004)
2.5.6. Gangguan irama Jantung.
Gangguan irama jantung dapat menimbulkan kematian secara mendadak.
Gejalanya berupa hilangnya kesadaran dengan cepat, yang sering kali
didahului nyeri dada. Disamping itu secara umum penderita biasanya
tampak cemas, gelisah, pucat dan berkeringat dingin. Denyut nadi
umumnya cepat (takhikardi), irama tidak teratur, tetapi dapat pula denyut
nadi lambat (bradikardia). Hipertensi maupun hipotensi dapat terjadi pada
penderita ini. Meskipun kadang-kadang kurang jelas pada pemeriksaan
fisik pada jantung, tetapi pemeriksaan menggunakan EKG
(elektrokardiografi) akan sangat membantu memberi informasi. Huon H,
2.6. Hipertensi
Faktor usia dan Hipertensi keduanya dapat mengakibatkan stroke dan
penyakit jantung iskemik, hal ini bisa mengakibatkan kematian. (Kaplan,
2006).
Menurut penelitian Framingham Heart Study dalam Kaplan dan Flynn,
penyakit Hipertensi berkembang menjadi 90%, pada umur 75 atau 85 tahun
setelah dilakukan follow up selama 20 tahun, pada orang yang menderita
normotensiv pada umur 55 atau 65.
Hipertensi adalah peninggian tekanan darah diatas normal. Ini termasuk
golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi
kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi
normal, Mekanisme tersebut terjadi melalui sistem neurohumoral dan
kardiovaskular. Rilantono, Baraas, Karo, Roebiono, (1996)
Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan Penyakit Jantung
Koroner. Menurut Joint National Committe on Detection Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure JNC VII tahun 2003, Hipertensi dapat
diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita, batasan Hipertensi
sebagai berikut:
Tabel 2.9. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (18 tahun keatas)
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 <80
PraHipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100
2.6.1. Etiologi dan Patofisiologi
Berdasarkan etiologinya, Hipertensi dibagi atas Hipertensi primer/ esensial
dan Hipertensi skunder. Dikatakan Hipertensi primer bila penyebab
timbulnya Hipertensi tidak diketahui, dan Hipertensi jenis ini dijumpai
pada 95 % kasus Hipertensi. Hal ini dibuktikan pada beberapa penelitian
menurut Kaplan (2006) dalam Anggraini (2008). Dimana Hipertensi
esensial menjadi penyebab pada 89 - 95 % penderita Hipertensi. Mengenai
patofisiologi Hipertensi masih banyak terdapat ketidakpastian. Beberapa
mekanisme fisiologis terlibat dalam mempertahankan tekanan darah yang
normal, dan gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
Hipertensi esensial. Mungkin banyak faktor yang saling berkaitan ikut
berperan dalam terjadinya peningkatan tekanan darah, dan faktor-faktor ini
dapat berbeda pada masing-masing pasien.
Pada kebanyakan bentuk Hipertensi, tinggiya tekanan darah dihubungkan
dengan penurunan relaksasi endothelium-dependent. Defek tersebut
memperlihatkan kejadian munculnya tekanan darah tinggi dan selalu lebih
berakibat daripada penyebab Hipertensi sendiri. Pokok persoalan dalam
Hipertensi, disfungsi endotel pada hipertesi dapat mendukung peningkatan
tahanan pembulh perifer (khususnya jika hal itu terjadi dalam tahanan
arteri) dan komplikasi-komplikasi penyakit pembulih darah (jika terjadi
Penelitian Framingham menunjukkan LVH akan meninggikan PJK 4 – 5 kali pada penderita usia lanjut.
Sumber: Limacher (1992) dalam Supriyono, (2008)
2.6.2. Sistem Renin-Angiotensin
Angiotensin II berperan baiksebagai hormon sirkulasi maupun sebagai
hormon lokal jaringan dan juga sebagai neuromodulator pada central
nervous system. Penelitian ini, dengan menggunakan teknik molekul dan
biokimia, menunjukkan bahwa ACE jaringan lokal memiliki mekanisme
regulasi yang berbeda-beda pada pembuluh darah, jantung, otak, dan
ginjal, serta bahwa ACE jaringan lokal merupakan dasar yang paling
penting bagi dinding pembuluh darah koroner. Penelitian biokimia
menunjukkan bahwa 90 sampai 99% dari ACE pada tubuh ditemukan
dalam jaringan,dengan 10% atau kurang ditemukan didalam sirkulasi.
Vanhoutte (1989) dalam sargowo (2003)
2.6.3. Sistem Saraf Otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriol dan
dilatasi arteriol. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang
penting dalam mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga
mempunya peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung
singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik.
2.6.4. Disfungsi Endotel
Sel endotel mampu memproduksi zat vasoaktif yang kuat, termasuk
molekul vasodilator oksida nitrogen dan peptida vasokonstriktor endotelin.
Diduga disfungsi endotelium berperan pada Hipertensi esensial.
2.6.4. Zat Vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif lain yang mekanismenya mempengaruhi
transportasi garam dan tonus vaskular yang terlibat dalam
mempertahankan tekanan darah yang normal. Bradikinin adalah
vasodilator kuat yang dapat diinaktivasi oleh ACE. Endotelin yang
merupakan vasokonstriktor endotelial vaskular kuat, yang dapat
meningkatkan tekanan darah yang sensitif garam serta mengaktivasi sistem
renin- angiotensin lokal. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretik
peptide/ ANP) yang merupakan hormon yang diproduksi atrium jantung
bila terdapat peningkatan volume darah dengan efek meningkatkan
ekskresi garam dan air dari ginjal, bila ada gangguan pada sistem ini dapat
mengakibatkan retensi cairan dan Hipertensi. Lumbantobing (2008) dalam
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Yang menjadi variabel indpenden dalam penelitian ini adalah: tingkat
Hipertensi, dan variable dependen adalah: Penyakit Jantung Koroner.
Tabel 3.1.Definisi operasional dan skala pengukuran Variabel Definisi
Operasional
adalah penyakit jantung yang diagnosa berdasarkan data rekam medik
3.3.Hipotesa
Hipotesa penelitian ini adalah ada hubungan antara kejadian Penyakit
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitian cross sectional
(potong lintang) yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kejadian
Penyakit Jantung Koroner dan menilai hubungannya dengan tingkat hipertensi.
Desain cross sectional adalah suatu desain penelitian dimana pengumpulan data
atau variabel yang akan diteliti berupa variabel dependen dan independen
dinilai secara simultan pada satu saat yang dalam penelitian ini melalui rekam
medis (tidak ada dimensi waktu dalam pengukuran kedua variabel).
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Tempat ini dipilih karena merupakan rumah sakit pendidikan dan rujukan di
Sumatera Utara serta mudah dijangkau. Penelitian dilakukan pada bulan
Juni sampai Desember 2011.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini berasal dari data sekunder yaitu pasien yang
menderita Penyakit Jantung Koroner dengan tingkat Hipertensi pada bulan
Juni sampai Desember 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan
data dari bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun
2010, pasien berjumlah 319 orang.
4.3.2. Besar Sampel
Besar sampel sebanyak 76 orang yang dihitung dengan menggunakan rumus
besar sampel untuk populasi lebih kecil dari 10.000 (Notoatmodjo, 2002),
Keterangan
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, yaitu 10%
n = 76 orang
4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik probability
sampling/ random sampel dengan jenis simple random sampling. Pada
metode ini, dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi yang
akan dipilih sampelnya (sebanyak 319 orang pada penelitian ini). Tiap
subjek dalam populasi diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka
sebanyak sampel yang diperlukan berdasarkan perhitungan rumus (dalam
penelitian ini 76 orang) secara acak. Jenis pengambilan sampel ini dipilih
karena tiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian sehingga
sampel yang dipilih diharapkan dapat mewakili populasi atau dapat
digeneralisasikan ke populasi, dan dengan simple random sampling,
pengacakan pemilihan sampel lebih mudah diaplikasikan karena
menggunakan bantuan tabel angka random.
4.3.5. Kriteria Inklusi
1.Semua rekam medis pasien Penyakit Jantung Koroner dengan atau tanpa
Hipertensi di departemen kardiologi RS HAM
2.Semua rekam medis pasien penyakit Hipertensi dengan atau tanpa
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini hanya data sekunder yaitu rekam
medis pasien Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi pada bulan Juni
sampai Desember 2010 di RSUP H. Adam Malik. Data ini diperoleh dari
bagian Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan. Kemudian data yang
ingin diteliti yaitu pasien yang mempunyai tingkat Hipertensi
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS for windows
yang disajikan dalam bentuk tabel dengan perhitungan distribusi frekuensi
dan dianalisa dengan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Kecamatan Medan
Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai
dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK
Menkes No. 502/Menkes /SK/IX/1991, RSUP H. Adam Malik Medan juga
sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi
Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.
Penelitian ini dilakukan di sub bagian rekam medis Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan.
5.1.2. Hasil Analisa Deskriptif
5.1.2.1. Deskripsi Karakteristik Sampel
Penelitian dilakukan pada 76 rekam medis pasien rawat inap Penyakit
Jantung Koroner dengan tingkat Hipertensi selama tahun 2010 di RSUP H.
Adam Malik Medan. Karakteristik yang diamati terhadap sampel adalah
jenis kelamin dan umur.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Frekuensi %
Laki-laki 36 63 %
Perempuan 21 36.8 %
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sampel yang berjenis
kelamin laki- laki ada sebanyak 36 (63%) orang dan sampel yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 (36.8%) orang.
Dalam melakukan pengamatan terhadap umur, pada penelitian ini umur
sampel dibagi atas 3 kelompok yaitu kelompok pertama 25-34, kelompok
kedua 35-44, kelompok ketiga >45. Ini dilakukan untuk mengetahui pada
kelompok mana yang rentan terkena penyakit.
umur sampel di bagi atas 3 kelompok dengan interval masing-masing
kelompok adalah 10 tahun.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur
Kelompok Umur (tahun) Jumlah (Orang) % Frekuensi
25 – 34 2 3.5 %
35 – 44 16 28.0 %
>45 39 68 %
Total 57 100
Dari tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel mayoritas
berusia >45 tahun yang terdiri dari 3 kelompok yaitu 25 - 34 tahun, 35 –
44 tahun, dan >45 tahun dengan masing-masing berjumlah 39 (68%)
orang. Sedangkan yang berusia 25-34 tahun hanya 2 (3.5%) orang.
5.1.2.2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner
Dari pengamatan 76 rekam medis sampel, didapati kebanyakan sampel
memiliki etiologi/ Penyakit Jantung Koroner. Sehubungan dengan
etiologi yang ingin diamati pada penelitian ini adalah penyakit jantung
Hipertensi (Hypertension Heart Disease), maka etiologi Penyakit
Jantung Koroner sampel dikelompokkan menjadi: a) Normal b) Ringan
5.1.2.3. Kategori Hipertensi
Tabel 5.3. Distribusi Kategori Hipertensi Sampel
Kategori Hipertensi Jumlah (orang) % frekuensi
Pra hipertensi 8 10.5
Hipertensi derajat 1 21 27.6
Hiertensi derajat 2 14 18.4
Total 43 56.5
Dari tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah kategori sampel
mayoritas berada pada kategori hipertensi derajat 1 21 (27.6%) orang yang
terdiri dari 3 kelompok yaitu, Pra hipertensi, Hipertensi derajat 1, dan
Hipertensi derajat 2. Sedangkan Prahipertensi ada 8 (10.5%) orang.
5.1.2.4. Hipertensi
Penyakit Hipertensi Hipertensi sampel dilihat dari riwayat penyakit
sampel dan/ atau dari hasil beberapa kali pengukuran tekanan darahnya
yang tertulis dalam rekam medisnya
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi Sampel
Riwayat Hipertensi Jumlah (orang) % Frekuensi
Penyakit Hipertensi 43 56.6 %
Tidak Hipertensi 33 43.4 %
Total 76 100
Dari tabel 5.4 dijumpai sebanyak 43 (56.6%) orang dari 76 orang
mempunyai penyakit Hipertensi dan hanya 33 (43.4%) orang yang tidak
5.1.2.5. Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada
Sampel
PJK Jumlah (orang) % Frekuensi
Penyakit PJK 57 75.0 %
Tidak PJK 19 25.0 %
Total 76 100
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, dari semua pasien Penyakit Jantung Koroner
dan Hipertensi (76 orang) yang menunjukkan kejadian PJK ada 57
(75.0%) orang dan sisanya yaitu 19 (25.0%) orang tidak mengalami PJK
5.1.3. Analisa Statistik Hubungan Kejadian Penyakit Jantung Koroner dengan Tingkat Hipertensi
Tabel 5.6. Tabulasi Silang Kejadian Penyakit Jantung Koroner denga tingkat Hipertensi pada Sampel
Kategori
*Uji Statistik Chi – Square
Tabulasi silang kejadian Penyakit Jantung Koroner dengan tingkat
Hipertensi pada tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa semua sampel yang
positif Penyakit Jantung Koroner (57 orang) memiliki riwayat Hipertensi.
Dari hasil analisis hubungan variabel kejadian Penyakit Jantung Koroner
dengan tingkat Hipertensi melalui uji chi-square dengan CI (Confidence
Interval) 90% diperoleh p value/ nilai signifikansi adalah 0,0001 (p =
0,0001 < p = 0,1). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, yang berarti
tersebut yaitu ada hubungan antara kejadian Penyakit Jantung Koroner
dengan Tingkat Hipertensi.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakterisrik Sampel
Hasil penelitian terhadap karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin
sesuai tabel 5.1 terlihat bahwa kelompok laki-laki, yaitu sebanyak 36
(63%) orang sedangkan yang berjenis kelamin perempuan hanya 21
(36.8%) orang. Dari penelitian Muginrarao 2010, menunjukkan laki-laki
lebih banyak dari pada perempuan dari keseluruhan sampel yaitu laki-laki:
perempuan adalah 38% : 12%., dan ini juga di bnarkan oleh Hariadi 2005,
di dapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan: 69.9% : 65.5 %
MenurutAmerican Heart Association (AHA) 2007, morbiditas penyakit
PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan
kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki dari pada
perempuan, hal ini dikarenakan estrogen endogen bersifat protektif pada
perempuan, namun setelah menopouse insiden PJK meningkat dengan
pesat, tetapi tidak sebesar insiden PJK pada laki-laki.
Hasil penelitian terhadap karakteristik sampel berdasarkan kelompok umur
sesuai dengan tabel 5.2, ternyata sampel terbanyak berada pada kelompok
umur >45 tahun, yaitu 39 (68%) orang dan sisanya 18 orang berusia diatas
<45 tahun. Dari penelitian-Penelitian yang berhubungan dengan PJK, juga
membenarkan adanya keterkaitan antara umur yang >45 lebih berisiko
untuk mempunyaki penyakit PJK seperti penelitian Muginrarao 2010,
yang menderita PJK 50-59 (50%), pada penelitian Framingham dalam
buku Anwar 2009 dimana pada laki-laki yang berumur <50 tahun lebih
banyak yang menderita PJK dari pada wanita <50 tahun yang menderita
PJK, tapi pada wanita yang berumur >50 tahun yang menderita PJK lebih
5.2.2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner 5.2.3. Hipertensi
Penyakit Jantung Koroner merupakan komplikasi umum dari peningkatan
tekanan darah yang kronis Djohan (2004). Seperti yang terlihat pada tabel
5.3, dari 76 orang, pasien penyakit jantung 43 (56.6%) orang diantaranya
mempunyai riwayat Hipertensi. Menurut Djohan (2004). Komplikasi
terhadap jantung Hipertensi yang paling sering adalah Kegagalan
Ventrikel Kiri, PJK seperti angina Pektoris dan Miokard Infark. Dari
penelitian Delima 2009, bahwa 48.% yang menderita Hipertensi pada
Penyakit Jantung koroner. Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian
Hariadi yaitu adanya hubungan antara hipertensi terhadap kejadian PJK
dengan jumlah 48.1%. tapi pada penelitian Supriyono tidak ada hubungan
antara Hipertensi dengan kejadian PJK didapatkan nilai P* 0.869 lebih
bessar dari 0.0001. Hal ini menunjukkan bahwa Hipertensi memberikan
kontribusi yang besar pada kejadian Penyakit Jantung Koroner.
5.2.5. Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit kardiovaskular (PKV), utamanya PJK, menyebabkan kemtian di
dunia. Faktor-faktor risiko yang berperan pada patogenesis PJK antara
lain: kebiasaan merokok, Hipertensi, dislipidemia, diabetes-melitus dan
riwayat keluarga pengidap PKK santoso, anwar(2009). Bahkan menurut
joewono (2003), timbilnya PJK didasari oleh proses aterosklerosis yang
bersifat progresif yang mana proses tersebut telah dimulai sejak masa
kanak-kanak dan menjadi nyata pada dekade 3-4. Hipertensi adalah faktor
risiko yang penting untuk terjadinya PJK yang juga berhubungan dengan
penurunan fungsi endotel. Hampir semua pasien dengan Hipertensi
esensial menunjukkan penurunan respon vasodilator terhadap asetil-kolin,
yang menimbulkan relaksasi endothelial dependent yang abnorma, yang
dihubungkan dengan penurunan sintesis dan pelepasan NO (sargowo,
2003). Sesuai dengan tabel 5.4, PJK ini dijumpai pada 24 (31.6%) > (32%)
bahwa hampir setengah pasien PJK dan Hipertensi, positif mengalami
PJK.
5.2.6. Hubungan kejadian Penyakit Jantung Koroner dengan Tingkat Hipertensi
Analisis hubungan variabel kejadian Penyakit Jantung Koroner dengan
tingkat Hipertensi menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian Penyakit
Jantung Koroner dengan riwayat Hipertensi (p = 0,0001 < p = 0,1) dengan
CI (Confidence Interval) 90%. Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 24
(31.6%) orang pasien Penyakit Jantung Koroner, semuanya memiliki
Hipertensi pada semua kategori Hipertensi, Pra hipertensi 4 (5.2%) orang,
Hipertensi derajat 1, 12 (16%) orang, dan Hipertensi derajat 2, 8 (10.5%).
Sesuai dengan Stratifikasi risiko untuk prognosis dari Hipertensi dimana
kelompok 2-4 mempunyai risiko terbesar sekitar 10 tahun mendatang
15-30% untuk menderita PJK (WHO-ISH 1999), dalam Rilantono 1996 di
jelaskan pada pemeriksaan ekokardiografi adanya tanda-tanda iskemia
seperti hipokinesis pada stadium lanjut pada Hipertensi
Dari penelitian, juga dijumpai 33 orang pasien yang tidak mempunyai
Penyakit Jantung Koroner tetapi tidak mempunyai penyakit Prahipertensi,
Hipertensi derajat 1, maupun Hipertensi derajat 2, 4 orang mempunyai
Penyakit Jantung Koroner dan menderita Pra hipertensi, 12 orang yang
mempunyai Penyakit Jantung Koroner dan mempunyai Hipertensi derajat
1, 8 orang yang mempunyai Penyakit Jantung Koroner dan mempunyai
Hipertensi derajat 2, sedangkan 0 orang yang tidak mempunyai Penyakit
Jantung Koroner dan Pra hipertensi, Hipertensi derajat 1, maupun
Hipertensi derajat 2, 4 orang yang tidak mempunyai Penyakit Jantung
Koroner tapi mempunyai Pra hipertensi, 9 orang yang tidak mempunyai
yang tidak mempunyai pnyakit jantung koroner tapi mempunyai
Hipertensi derajat 2.
Ada hubungan yang sangat erat antara kejadian PJK dengan tingkat
Hipertensi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kostis (2003) dalam Kaplan
(2006), bahwa Hipertensi berperan penting terhadap hipertrofi ventrikel
kiri dan/ atau iskemik miokard dan/ atau infark (PJK) yang kesemua
proses ini, mempercepat disfungsi sistolik dan diastolik dan pada akhirnya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Pasien rawat inap Penyakit Jantung Koroner yang berjenis kelamin laki- laki
(63%) dan sebagian besar memiliki umur >45 tahun (68%)
2. Pasien rawat inap Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi di RSUP H.
Adam Malik yang mempunyai riwayat Hipertensi (56.6%).
3. Pasien rawat inap Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi di RSUP H.
Adam Malik yang mempunyai PJK (75.%)
4. Penyebab atau etiologi terbanyak pasien rawat inap Penyakit Jantung Koroner
di RSUP H. Adam Malik merupakan kombinasi dari Pra hipertensi & PJK
saja, yaitu sebanyak 5.2%. Sedangkan yang mengalami Hipertensi derajat 1 &
PJK saja bejumlah 16% dan yang mengalami Hipertensi derajat 2 & PJK saja
ada sebanyak 10.5%.
Dari hasil analisa data diperoleh 32% (24 orang) yang menderita PJK dan
hipertensi, ada hubungan yang signifikan antara kejadian Penyakit Jantung
6.2. Saran
Dari seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan
beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan
dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak RSUP H.
Adam Malik Medan, khususnya bagian Kardiologi dan Ilmu Penyakit
Dalam guna mengambil langkah-langkah untuk mencegah/menurunkan
Penyakit Jantung Koroner pada pasien Hipertensi seperti menganjurkan
pasien Hipertensi berisiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan
ekokardiografi yang dapat mendeteksi Penyakit Jantung Koroner sedini
mungkin sehingga kejadian Penyakit Jantung Koroner yang dipicu oleh
Hipertensi dapat ditekan.
2. Diharapkan kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya yang
bertanggung jawab dalam kelengkapan data rekam medis seperti dokter dan
paramedis untuk mencantumkan semua hasil pemeriksaan pasien dan
interpretasinya sehingga tidak ada data yang hilang serta mengisi rekam
medis dengan rapi dan jelas sehingga pembaca dapat memahami dengan
benar dan tepat
3. Bagi penelitian selanjutnya agar lebih memperluas cakupan penelitiannya
khususnya dalam jumlah sampel dan lokasi penelitian sehingga dapat lebih
bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (AHA) – Scientific Position, Risk factors and
coronary heart diease, AHA Scientific Position, November 24, 2007,1-3
Anggraini, D., 2010. Hubungan Kejadian Hipertrofi Ventrikel kiri dengan
Riwayat Hipertensi Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif pada Tahun 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan
Delima, 2009. Faktor Determinan Gejala Angina Pektoris pada Masyarakat yang
Belum Pernah Terdiagnosis Penyakit Jantung
Djohan, T. B. A., 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Fajar, Ibnu et al., 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Hariadi, 2005. Hubungan Obesitas Dengan Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner di Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005. Makassar
JNC, 1992. The Fifth Report of the Joint National Commite on Detection,
Evaluation and treatment high blood pressure, JNC-V, National Commite
of Health.
Joewono, Soesetyo Boedi., 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University
Press, Surabaya.
Kaplan, N. M., Flynn, J.T., 2006. Clinical Hypertension. Ninth Edition. USA:
Lippincott Williams & Wilkins, USA.
Notoatmojo, S., 2003. Metedologi Penelitian Kesehatan. Penebit Rineka, Jakarta.
Rilantono, LI., Baraas, F., Santoso, K.K., Roebiono,P.S., 1996. Buku Ajar