MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
---
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011
PERIHAL
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 13 TAHUN 1985 TENTANG BEA MATERAI
TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
ACARA
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
(I)
J A K A R T A
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
--- RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011
PERIHAL
Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai [Pasal 6] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
PEMOHON
- Hagus Suanto
ACARA
Pemeriksaan Pendahuluan (I)
Jumat, 18 Maret 2011 Pukul 10.07 – 10.42 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat
SUSUNAN PERSIDANGAN
1) Ahmad Fadlil Sumadi (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Hamdan Zoelva (Anggota)
Pihak yang Hadir: Pemohon:
1. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Sidang untuk Perkara Nomor 23/PUU-IX/2011 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.
Saudara Penitera diperintahkan masuk, Saudara Pemohon. Silakan, Saudara. Ini Saudara Pemohon, ya? Silakan, perkenalkan nama Saudara siapa?
2. PEMOHON: HAGUS SUANTO
(suara tidak terdengar jelas) Pekerjaan wiraswasta, Yang Mulia.
3. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke. Saudara mengajukan permohonan Pengujian Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai terhadap Undang-Undang Dasar, ya? Coba Saudara jelaskan, apa itu yang Saudara uji itu?
4. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Terima kasih, Yang Mulia.
Permasalahannya adalah menyangkut Pasal 6 Undang-Undang Dasar…, Undang-Undang Bea Materai, khususnya adanya pungutan pajak cq pajak negara, cq pajak pusat, cq bea materai dalam dokumen lembar tagihan kartu kredit yang dilakukan oleh sebuah bank swasta asing, dimana Pemohon adalah sebagai nasabah kartu kreditnya yang secara yuridis Citibank itu tidak berhak menurut kami Yang Mulia, karena pajak itu adalah kewenangan negara. Sehingga yang berhak memungut pajak adalah negara karena pajak definisinya adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan. Sehingga muatan materi Pasal 6 Undang-Undang Dasar…, undang-undang…, mohon maaf, Undang-Undang Bea Materai ini dijadikan dasar oleh bank swasta asing ini untuk memungut pajak. Padahal menurut kami bank, tugas dan fungsi utamanya bukan memungut pajak, Yang Mulia. Fungsi utama bank adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit.
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.07 WIB
Adalah aneh bagi kami karena kami merasa selama ini sebagai nasabah yang beritikad baik selalu melunasi seluruh pembayaran tagihan pokok transaksi kami, namun ternyata kami dianggap mempunyai hutang, padahal hutang dimaksud adalah terjadinya selisih pendapat mengenai Pajak Bea Materai, Yang Mulia. Dimana Pajak Bea Materai itu adalah pajak dokumen, sehingga seharusnya pajak dokumen itu adalah pajak yang melekat pada dokumennya dan tidak harus dibebankan kepada nasabahnya, karena selama ini kami menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran transaksi itu tidak pernah melakukan transaksi bea materai dan menurut kami bea materai itu adalah pajak, bukan benda yang dapat ditransaksikan, diperjuabelikan secara umum.
Negara saja menurut kami dalam memungut pajak itu berdasarkan undang-undang, Yang Mulia. Bagaimana mungkin sebuah bank swasta asing yang tugasnya adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit, ternyata dapat memungut pajak kepada masyarakat tanpa berdasarkan undang-undang. Apalagi ini bukan kewenangan dari bank swasta asing (…)
5. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke.
6. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Karena negara saja…, terima kasih, Yang Mulia.
7. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Jadi, itu intinya, ya?
8. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, Yang Mulia.
9. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Intinya adalah pengenaan pajak dari kartu kredit Saudara (…)
10. PEMOHON: HAGUS SUANTO
11. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Yang Saudara menganggapnya tidak berdasarkan undang-undang, gitu ya?
12. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
13. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Kok lalu Saudara mengaitkannya dengan Pasal 6, bagaimana? Bunyinya…, persisnya bagaimana Pasal 6 itu?
14. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Menurut kami Pasal 6 kurang lebih berbunyi, “Bea Materai terhutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak yang bersangkutan menentukan lain.” Yang Mulia. Kurang lebih bunyinya demikian.
15. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Terus (…)
16. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Bea Materai (…)
17. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Yang menjadi…, menjadi batu ujinya, Undang-Undang Dasarnya pasal berapa?
18. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Pasal 6, Yang Mulia. Pasal 6 itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Pasal 23, khususnya pajak dipungut berdasarkan undang-undang.
19. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI Lha, itu tadi (…)
20. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Kemudian (…)
21. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Pasal 6 itu, apa bukan undang-undang?
22. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Pasal 6 undang-undang, tapi undang-undang ini dijadikan dasar bagi bank swasta, bukan negara untuk memungut pajak, Yang Mulia.
23. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Itu kan prakteknya. Sekarang saya mau tahu…, ini di Mahkamah Konstitusi ini kan menguji norma (…)
24. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
25. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Coba dibuka itu pasalnya, Pasal Nomor 6 bunyinya kayak apa? Saudara jangan hafalanlah, Saudara jangan hafalan. Mana Pasal 6 itu?
26. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Mungkin halaman 16 itulho, Pak.
27. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Halaman 16, coba Saudara baca.
28. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Pasal 6 berbunyi, “Bea materai terhutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.”
29. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
30. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Jadi menurut kami, Yang Mulia, Pasal 6 ini pun sudah bertentangan dengan pasal sebelumnya. Karena bea materai ini adalah pajak tapi terhutang oleh pihak yang menerima. Padahal kami selaku pihak yang menerima, itu sudah menerima dokumen itu dalam keadaan bermaterai.
31. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke, sekarang (…)
32. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Materai itu sifatnya final, Yang Mulia. Dengan adanya bea materai artinya dokumen yang sudah kami terima dalam kondisi sudah lunas. Bagaimana mungkin kemudian dinyatakan bea materai itu terhutang oleh yang menerima.
33. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke.
34. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Kemudian yang menurut kami yang mendapat (…)
35. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Sebentar (…)
36. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Manfaat, pajak itu menurut kami tidak memberikan manfaat kepada para pihak dalam kontrak perjanjian kartu kredit, Yang Mulia.
37. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke.
38. PEMOHON: HAGUS SUANTO
39. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Sekarang Undang-Undang Dasar-nya pasal berapa yang Saudara anggap sebagai…, pengujiannya itu kan pada Undang-Undang Dasar.
40. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, Yang Mulia.
41. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Pasal berapa saja itu?
42. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Pasal 23A, Yang Mulia.
43. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Terus?
44. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Kemudian Pasal 27.
45. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Terus?
46. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Pasal 28.
47. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Terus?
48. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Cukup saya kira, hanya 3 itu saja.
49. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
50. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, intisarinya begini, Yang Mulia. Jadi bank swasta (suara tidak terdengar jelas) ini telah memungut pajak tanpa berdasarkan undang-undang. Sebetulnya menurut kami, pajak ini adalah kewajiban dari penerbit kartu kredit sendiri. Karena di dalam billing statement itu pajak ini sudah dinyatakan lunas dan tertulis lunas.
51. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke.
52. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Dalam hukum pajak menurut kami, pelunasan pembayaran itu adalah merupakan satu kewajiban. Jadi secara yuridis, pelunasan pembayaran pajak yang sudah dibayar oleh penerbit kartu kredit, dalam hal ini Citibank, itu menurut kami adalah sudah merupakan kewajiban hukum bagi Citibank.
Sehingga dengan adanya pelunasan itu, Citibank itu tidak punya hak untuk menagih lagi kepada kami (...)
53. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Baik.
54. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Tapi dengan penggunaan Pasal 6 Undang-Undang Bea Materai ini, dijadikan dasar bagi Citibank sebuah bank swasta asing yang bukan negara untuk memungut pajak kepada kami tanpa dasar hukum, Yang Mulia.
55. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke, cukup ya (...)
56. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Setelah itu, setelah itu kemudian pajak ini dijadikan dan dianggap sebagai hutang kami, sebagai tunggakan macet yang tidak dibayarkan oleh kami dan untuk itu kemudian kami dilaporkan kepada Bank Indonesia, dengan dasar kami mempunyai tunggakan macet dan kemudian dimasukkan dalam sistem informasi debitur dengan kolektibilitas macet.
Sehingga secara yuridis, hak-hak kami sebagai masyarakat tidak dapat mengakses kredit di perbankan,Yang Mulia, tertutup akses kami semua. Padahal di dalam pembuktian yang kami sampaikan, Bank Indonesia secara yuridis sudah menyatakan bahwa permasalahan pajak itu bukan kewenangan Bank Indonesia. Dengan adanya pernyataan bukan kewenangan Bank Indonesia, menurut kami artinya Bank Indonesia tidak berwenang. Kalau Bank Indonesia (…)
57. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Lho kok jadi melebar ke mana-mana ini Saudara ini (…)
58. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya memang permasalahannya begitu, Yang Mulia, karena (…)
59. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke, kalau begitu ini sidang ini masih pendahuluan ya.
60. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, Yang Mulia.
61. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Pendahuluan itu artinya Hakim setelah membaca permohonan Saudara ini menemukan beberapa hal yang kemudian Hakim akan memberikan nasihat terkait hal yang ditemukan itu.
62. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Baik, Yang Mulia.
63. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Supaya nanti kalau Saudara berhadapan dengan presiden, dengan DPR, karena yang membentuk Undang-Undang ini kan DPR dan presiden (...)
64. PEMOHON: HAGUS SUANTO
65. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Saudara punya argumentasi yang mapan, tidak meluas seperti ini. Yang Saudara katakan itu tadi lebih banyak bersifat praktik, sedang pengujian undang-undang itu artinya pengujian ketentuan, pengujian kaidah, begitu ya.
66. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
67. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Untuk itu Saudara akan diberikan nasihat oleh Hakim.
68. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, baik.
69. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Silakan.
70. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Ada beberapa catatan, Saudara Pemohon, ini memang kewajiban kita ya. Kewajaran Hakim untuk memberikan nasihat kepada Saudara berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang 24/2003 ya. Saudara Pemohon ini ketika mengajukan permohonan di Mahkamah ini sebaiknya Saudara melihat atau mengkaji, nanti lewat Panitera, diminta contoh struktur permohonan ya, satu. Karena di sini Saudara belum menguraikan tentang kewenangan Mahkamah, tidak ada, jadi berarti kurang ya.
Yang kedua, nanti setelah itu Saudara tentunya merasa dirugikan dengan adanya Pasal 6A ini. Ketika Saudara menyatakan dirugikan, itu Saudara boleh menguraikan. Kenapa kok dirugikan, ya karena penafsirannya begini, begini, begini sehingga kalau ditafsirkan begini saya rugi. Nah, setidaknya ini jangan ditafsirkan begitu, hendaknya begini, begitu lho, baru betul. Nah, oleh sebab itu nanti di dalam petitum atau di dalam, ya, tuntutan Saudara itu bukan membatalkan…, mungkin ini hanya sebagai pandangan, ya. Bukan mendasarkan pada pembatalan Pasal 6 itu karena Pasal 6 itu memang Pasal yang memberi…, apa? Memberi kewenangan negara untuk memungut pajak. Tapi karena Pasal 6 pemungutan pajak itu ditafsirkan secara seperti yang Saudara katakan tadi, lalu Saudara dirugikan. Tetapi kalau ditafsirkan sesuai dengan apa
akumulasi…, apa tadi…, atau perjanjian tadi, ya itulah yang sebetulnya yang betul. Jadi minta ada…, apa itu…, konstitusional, namanya bersyarat. Ya, mana anunya?
71. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Di dalam petitumnya, kami hanya menyatakan…, menyatakan menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Pemohon, menyatakan demi hukum bahwa Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menyatakan demi hukum bahwa Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
72. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Justru itulah kalau Pasal itu dibatalkan, berarti hilang. Lalu dasar untuk memungut negara…, bea itu dari mana, lalu? Ini batal itu berarti
ndak laku. Lalu Saudara diwajibkan bayar itu dari mana? Kan ndak ada.
Ndak bisa dipungut lalu. Padahal sebetulnya maksud Saudara bukan itu. Kan begitu?
73. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, menurut kami (…)
74. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Ya. Jadi kalau Pasal 6 itu dibatalkan ya…, coba kita lihat ya, halaman berapa tadi?
75. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Halaman 90, Yang Mulia.
76. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Ya, jadi katakanlah (suara tidak terdengar jelas), ya? Pasal 6 bunyinya, “Bea materai terhutang oleh pihak yang menerima dan/atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.” ya. Ini artinya apa? “Bea materai terhutang oleh pihak yang menerima atau tidak, atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen”. Saudara menafsirkan hal yang demikian ini sehingga Pasal ini merugikan Saudara. Kan seperti itu tadi?
77. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
78. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Tapi kemudian kalau negara ingin memungut bea materai pada pihak-pihak yang bersangkutan yang menerima manfaat, dari mana lalu?
79. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Mohon maaf, Yang Mulia. Itu ada peraturan pelaksanaannya, khususnya (…)
80. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Lho, kita tidak bicara peraturan pelaksanaannya. Kita bicara norma ini. Peraturan pelaksanaan itu, kan atas dasar norma ini?
81. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, ya.
82. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Kalau norma ini sudah dibatalkan, pelaksanaannya ndak bisa dilaksanakan karena ndak ada dasar hukumnya. Gitu, lho. Ya? Jadi kalau pasalnya ini dibatalkan, peraturan pelaksanaannya kehilangan dasar untuk dilaksanakan, ya. Saudara bisa memahami, ya?
83. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Kami masih bingung Yang Mulia, karena pemungutan pajak itu kan bukan didasarkan hanya untuk Pasal 6 saja Yang Mulia, ada pasal-pasal yang lain di (…)
84. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Ya, ada peraturan pelaksanaannya.
85. PEMOHON: HAGUS SUANTO
86. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Peraturanpelaksanaannya itu dasarnya apa? Pasal 6?
87. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Bukan hanya Pasal 6 Yang Mulia bahwa sebetulnya (…)
88. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Lho sekarang yang Saudara maksud dengan Pasal 6 ada peraturan pelaksanaan, ini peraturan pelaksanaan mana?
89. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Pelaksanaan (…)
90. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Maka seluruh peraturan pelaksanaan yang didasarkan Pasal 6 itu, gugur. Enggak bisa dilaksanakan.
91. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Tapi menurut kami sedikit aneh. Jadi Yang Mulia, kalau sudah jelas (…)
92. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Dengarkan saja dulu (…)
93. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
94. KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Nanti (…)
95. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Saudara terserah lah ini kan hanya nasihat.
97. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Kalau sudah diterima ya tidak apa-apa, tidak diterima, Saudara merasa lebih tahu, ya silakan.
98. PEMOHON: HAGUS SUANTO
Mohon maaf.
99. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Saya tidak memaksa Saudara menerima, gitu ya.
100.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Baik, baik Yang Mulia.
101.HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI
Jadi ji…, menurut panda…, menurut pendapat saya, pasal ini kalau dihapus, bukanlah justru tidak ada aturannya, mengatur hal tersebut. Ndak ada yang ngatur kan, ya? Jadi di sini juga sudah harus tahu bahwa Mahkamah ini bukan merupakan tempat peninjauan putusan peradilan yang lain. Ini urusannya pengadilan yang lain.
Saudara mempunyai dua putusan pengadilan yang berbeda yang Saudara sebutkan di sini. Untuk itu putusan-putusan pengadilan sebaiknya hanya menjadi latar belakang dalam permasalahan ini saja. Jadi Pemohon agar lebih normatif mengemukakan permohonan Saudara, ya. Ini urusannya adalah norma bertentangan dengan pasal dalam Undang-Undang Dasar yang Saudara sebut tadi. “Norma begini, saya anggap merugikan saya karena di dalam pasal undang-undang dasar itu disebutkan begini, unsurnya ini,” ya. “Sehingga ketika bertentangan dengan unsur ada dalam pasal Undang-Undang Dasar itu, saya merasa dirugikan.” Jadi masing-masing pasal yang Saudara sebut di dalam Undang-Undang Dasar itu, harus dirasionalkan. Mengapa Pasal 6A itu bertentangan dengan pasal-pasal yang Saudara sebut dalam undang-undang Dasar. Satu per satu, sehingga Saudara bisa meyakinkan bahwa Pasal 6A itu bertentangan dengan undang-undang dasar. Karena di sini nanti Saudara di dalam permohonan ya bisa tetap begitu.
Tapi resikonya adalah nanti pasal itu justru harus dihapus, justru tidak ada aturannya mengatur hal tersebut, lalu bagaimana hak dan kewajiban antara bank dengan Saudara juga ndak akan jelas lagi. Lalu peraturan-peraturan pelaksanaan atas dasar Pasal 6 ayat (7) akan gugur
mungkin di-review lagi, mungkin ndak betul, konstitusional bersama, artinya yang Saudara mau tadi tidak dianggap, sebagai apa tadi? Sebagai hutang atau yang berlipat-lipat harus dibayar itu. Karena itu sudah Saudara anggap sudah melunasi, kan begitu. Rumusan normatifnya bagaimana, itu nanti bisa dirumuskan secara bersyarat itu tadi, gitu lho. Saya khawatir kalau ini dihapus, jadi justru tidak ada aturannya mengatur, Saya kira begitu Saudara. Nah, perkara ini Saudara terima atau tidak, atau mungkin ada keterangan yang lebih baik yang ahlinya mungkin Saudara datangkan, sehingga rumusannya akan lebih baik lagi, ya. Mungkin itu yang benar. Ini hanya alternatif saja, tidak memaksa. Ini hanya pandangan sekilas tentang apa yang Saudara mohonkan. Begitu ya, Saudara.
Terima kasih, Pak Ketua.
102.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Selanjutnya, Pak Hakim Hamdan Zoelva.
103.HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA
Jadi, Saudara Pemohon, di MK ini ada sidang pendahuluan ya. Sidang pendahuluan ini adalah nasihat ya, dapat nasihat dari Majelis. Nasihat Majelis bukan berarti itu adalah pendapat final dari Mahkamah, bukan. Tapi nasihat yang Saudara bisa ikuti atau tidak. Ikuti, terserah ya. Karena namanya juga nasihat dalam rangka perbaikan permohonan Saudara, atau mungkin dalam rangka Saudara memikirkan lebih jauh untuk mempertajam alasan-alasan permohonan Saudara, itu yang penting. Jadi ndak usah diperdebatkan dulu, ya.
104.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Maaf ,Yang Mulia.
105.HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA
Jadi pertama, format permohonannya ini, saya…, kita juga baca jadi bingung karena terlalu tebal ini. Terlalu tebal ini, karena mengulang-ulang terus, ya. Jadi permohonan di Mahkamah ini ada contoh di bawah, cari di contoh. Saya kira di situs-situs internet itu banyak. Jadi yang pertama Saudara uraikan, apakah Mahkamah ini, MK ini berwenang untuk mengadili dan memutus permohonan ini, itu dulu. Bagian yang pertama, setelah identitas Saudara. Kewenangannya itu Pasal 24C biasanya sudah standar. Bolehkan saja dua, dua poin, tiga poin, sudah mengenai kewenangan. Dan yang kedua mengenai kedudukan hukum
sekian itu…, pasal sekian itu telah dijadikan dasar oleh Citibank ya, dijadikan dasar oleh Citibank, untuk memungut kepada nasabah…, kepada nasabah, memungut kepada nasabah sehingga Anda merasa dirugikan, dirugikan. Rugi kan hak konstitusional. Nah, pertanyaan hak konstitusional itu yang mana? Hak Konstitusional itu adalah hak yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar kepada Saudara. Apa gitu? Mana kerugiannya, apa gitu? Hak konstitusionalnya apa, dan kerugiannya apa? Jadi…, tapi di sini harus dibedakan, Saudara. Kerugian yang disebabkan oleh adanya pasal atau kerugian dalam implementasi pasal. Kalau dalam implementasi pasal, bukan persoalan MK gitu, bukan bidang kewenangan MK, itu di peradilan yang lain. Anda bisa gugat misalnya, oh ini salah ini,
ndak begini seharusnya. Itu persoalannya peradilan yang lain. Yang di sini, yang diputuskan adalah apakah pasal yang Saudara ajukan itu bertentangan dengan undang-undang dasar atau tidak.
Karena itu putusan MK ini, mengikat seluruh rakyat Indonesia. Nah, kalau Saudara misalnya meminta ini dan Mahkamah harus memutuskan pasal ini, memiliki tidak…, memiliki kekuatan hukum mengikat, maka berlaku untuk seluruhnya. Untuk seluruhnya, bukan saja dalam kasus Saudara. Nah, pertanyaannya lalu dalam kasus-kasus yang lain, bukan saja bank. Dengan kewenangan apa nanti negara…, negara atau pihak yang apa…, diharuskan oleh negara untuk memungut biaya materai, untuk memungut biaya materai, itu pertanyaannya kan? Kan ini kan mewakili seluruh rakyat Indonesia. Walaupun Saudara sendiri maju di sini, tapi putusannya berimplikasi, berlaku untuk seluruh Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia, itu yang harus Saudara pikirkan.
Apakah dengan dibatalkannya pasal ini, apa dasar bagi negara nantinya untuk memungut biaya materai? Karena nanti kan, negara…, ini kan sudah biasa lah ini. Jadi apa ya…, misalnya kita makan di restoran, kan setoran yang memungut pajak, bukan berarti restoran, walaupun restoran melalui restoran. Nanti negara mengambil dari restoran, kan begitu? Di hotel juga begitu, kita bayar pajak PPn sekian, kita bayar di toko tambah PPn sekian. Memang mereka yang memungut pajak, tapi kan negara? Nanti kan disetor pada negara, masalah yang dia tidak setor kepada negara itu korupsi. Itu kan persoalan yang lain, jadi gitu.
Ini bayar Rp6000,00 ini biaya materai, kan biaya materai Saudara mendapatkan dokumen bukti, tagihan itu kan biaya materai untuk dokumen itu, dokumen yang kita terima tagihan, itu kan dokumen…, segala dokumen yang hendak dijadikan bukti, itu bermaterai. Sama dengan Saudara ajukan gugatan yang Saudara lampirkan bukti, ada biaya materainya Rp6000,00. Nah biaya materai itu dimaksudkan bahwa bukti itu, bukti, bukan menunjukkan kekuatan suatu bukti harus dengan materai, tidak. Tapi kewajiban untuk membayar biaya materai untuk
Jadi kira-kira samalah itu ya. Dokumennya itu, yang harus diberi biaya materai karena akan dijadikan bukti, nanti kalau suatu saat ya, untuk berperkara. Jadi itu legal standing bahwa Saudara…, “Hak konstitusional saya yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar pasal sekian, pasal sekian…” yang dikutip di sini dirugikan oleh adanya pasal ini. Karena apa? Saudara ceritalah kasus Saudara alami secara ringkas, tidak usah beratus-ratus halaman. Kalau kerugian apa…, kedudukan hukum itu dua, tiga halaman cukup atau dua halaman juga cukup, ringkas saja ya kerugiannya di mana. Kemudian setelah Saudara menguraikan kedudukan hukum atau legal standing, Saudara menjelaskan alasan-alasan permohonannya. Alasan permohonan, satu, Pasal 6 itu bertentangan dengan Pasal 23, misalnya satu. Gimana
bertentangannya, Saudara ceritakan begitu, ya.?
106.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Baik ,Yang Mulia.
107.HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA
Gimana? Di mana apanya…, bertentangannya dengan Pasal 23? Kemarin Saudara nulis ini Pasal 27 ayat (1). Bahwa Pasal 6 bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1), bagaimana bertentangannya? Saudara uraikan alasannya gitu. Begitu juga Saudara tulis Pasal 28A, 28C, 28D ayat (1), 28G ayat (1), 28H ayat (2) dan (4), 28I, 28J. Saudara uraikan satu per satu, “Oh ini bertentangan dengan 10 pasal dalam Undang-Undang Dasar.” Tulislah itu ,ya.
108.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Baik.
109.HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA
Kasih penjelasan. Ini, tetap bingung juga bacanya ini. Ini seluruh yang Saudara alami dalam gugatan ini tuangkan kembali di sini. Jadi jangan membawa kebingungan ke sini. Jadi ringkas saja ya (…)
110.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, mohon maaf.
berdasarkan alasan-alasan dan uraian Saudara. Gitu ya, nanti ada waktu perbaikan permohonan. Ya, terima kasih.
112.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Maaf Yang Mulia, boleh kami menyampaikan sedikit (…)
113.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Nanti saja.
114.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Oh, baik.
115.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Tidak perlu dijawab.
116.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, baik.
117.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Ini waktunya Saudara mendengarkan nasihat.
118.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya baik, terima kasih.
119.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Nasihat yang diberikan oleh Hakim itu Saudara boleh pertimbangkan boleh buang, terserah Saudara. Jadi kami ini berkewajiban menurut undang-undang memberi nasihat kepada Saudara. Saudara sebagai Pemohon berhak untuk mendengarkan nasihat, memperoleh nasihat itu. Setelah diberi nasihat, sesuai hak Saudara, nah terserah Saudara mau gunakan, tidak mau gunakan itu terserah, ya?
120.PEMOHON: HAGUS SUANTO
121.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Begini Saudara, ini saya simpulkan dari apa…, nasihat-nasihat yang sudah diberikan itu. Saya sudah membaca permohonan Saudara, bingungnya sama dengan Pak Hakim sebelah kanan maupun kiri saya. Persoalannya sebenarnya apa namanya…, bahwa Saudara merasa pasal itu merugikan, itu baru benar dalam perasaan Saudara. Tapi Saudara menguraikannya untuk yang menjadi tugas Mahkamah Konstitusi. Inilah kegagalan Saudara di sini. Jadi Saudara gagal menguraikan permintaan pengujian pasal itu terhadap Undang-Undang Dasar. Apa Saudara bukan Sarjana Hukum?
122.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Belum, Yang Mulia.
123.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Belum, ya? Masih Kuliah?
124.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Masih Kuliah, Yang Mulia.
125.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Di mana?
126.PEMOHON: HAGUS SUANTO
S1 Fakultas Hukum.
127.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
S1 Fakutas Hukum?
128.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
129.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Bagus sekali. Di fakultas hukum itu kan ada senior Saudara yang duduk di lembaga bantuan hukum kampus. Minta saja lah, enggak usah
supaya lebih bernalar sesuai hukum. Ini nalarnya bukan nalar hukum ini, ini nalar orang..., orang curhat ini, ya. Ini lebih..., lebih berupa nalar orang curhat, ya.
130.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Terima kasih, Yang Mulia.
131.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Ya, jadi yang pertama yang harus Saudara..., kalau Saudara ingin melaksanakan nasihat ini, Saudara perlu mengubah paparan di dalam permohonan Saudara ini dari paparan curhat yang isinya kasus-kasus konkret yang me..., membuat Saudara diadili di pengadilan, gitu ya, menjadi paparan permohonan Pengujian Undang-Undang.
Begini, Saudara. Permohonan Pengujian Undang-Undang itu ada undang-undang yang misalnya mewajibkan Saudara untuk harus menjual pupuk misalnya, misalnya. Lha, padahal menjual apa saja untuk bekal kehidupan itu kan hak Saudara sebagai warga negara. Kenapa saya diatur oleh undang-undang supaya menjual pupuk saja? Nah, itu berarti peraturan itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Bukan misalnya soal digusurnya Saudara karena tidak menjual pupuk. Kalau soal digusurnya Saudara karena tidak menjual pupuk, itu soal..., itu yang tadi disebut implementasi tadi, gitu ya. Jadi, yang diadili di sini itu ketentuannya itu lho.
132.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Siap.
133.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Bukan kenapa Saudara digusurnya itu, ya? Jadi, kalau di sini itu kaitannya dengan kasus Saudara, bukan Saudara dikenakan materainya itu, tapi yang mengatur pembebanan biaya materai itu.
134.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Baik.
135.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
136.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Baik.
137.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Paparan itu diubah seperti itu, jangan curhat melulu di sini. Nah,
gitu ya? Kemudian yang kedua, orang menyusun permohonan itu ada strukturnya. Struktur itu sususan, susunan yang pertama tadi sudah disebutkan identitas Saudara. Susunan yang kedua sesudah identitas, Saudara kan minta layanan Mahkamah Konstitusi, ya Mahkamah Konstitusi itu bisa melayani Saudara kalau Mahkamah Konstitusi punya kewenangan.
138.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya, siap.
139.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oleh karena itu harus dipastikan, “Mahkamah Konstitusi, Anda punya kewenangan ini, tolong saya layani ini.” Nah, itu jadi..., Kalau saya disuruh melayani Saudara mau kulakan, enggak bisa saya, gitu
kan?
140.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
141.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Yang ke dua, Saudara itu punya posisi hukum untuk bisa maju menguji undang-undang ini apa tidak? Itu namanya legal standing tadi. Yang ke tiga..., ya, keempat, ya? Yang keempat, itu baru pokok yang mau diuji, misalnya Saudara bilang bertentangan dengan Pasal 28A, setiap orang..., ini Pasal 28A Undang-Undang Dasar, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan kehidupannya.” Memang Pasal 6 itu menghilangkan hak hidup Saudara? Nah, gitu lho, misalnya. Nah, kalau itu..., pasal itu menjadi bertentangan, kalau itu menghilangkan hak hidup Saudara. Jangan asal comot saja, Pasal 28A, B, C, D, E, aduh ini bagaimana ini. Enggak begitu caranya.
143.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Terus juga permintaannya (…)
144.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
145.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Permintaan Saudara Nomor empat dan seterusnya itu kasus konkret.
146.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Siap, Yang Mulia.
147.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Kalau yang dua dan tiga itu sudah pas, tapi yang belum diuraikan apa permintaannya? Gitu, ya? Ini tidak usah ditanggapi, tapi perlu direnungkan saja.
148.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Siap, Yang Mulia.
149.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Nanti Hakim enggak boleh diskusi dengan para pihak.
150.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Baik, Yang Mulia.
151.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Ya? Jadi, ini silakan Saudara renungkan, kalau memang nasihat Hakim ini pas, silakan pakai. Kalau tidak, ya enggak usah dipakai. Tapi kalau tidak diperbaiki permohonan ini yang berlaku ya yang ini. Nanti akan kami laporkan kepada sembilan Hakim Konstitusi dalam Rapat Pleno, apakah permohonan ini layak untuk dilanjutkan dengan mendengar DPR dan Presiden apa tidak. Enggak main-main yang kita panggil itu DPR dan Presiden. Masa kayak gini saja, curhat saja, gitu
Oke, ya? Sudah paham, ya? Secara teknis yang paling gampang Saudara waktu mendaftar itu di mana…, di MK itu. Ya, tanya sama teman-teman di situ lah, ya? Nanti akan membantu Saudara, gitu ya?
152.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
153.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Di samping juga Saudara mesti berkonsultasi dengan senior Saudara.
154.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Siap, Yang Mulia.
155.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Apalagi mahasiswa fakultas hukum kok bikin surat gugatan permohonan kayak curhat gitu, kan ya enggak pas itu ya?
156.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
157.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke. Begitu saja, ya?
158.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya. Terima kasih, Yang Mulia.
159.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Ada waktu 14 hari buat Saudara untuk memikir-mikir (…)
160.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Ya.
memberikan kesempatan Saudara untuk merenungkan kembali. Mau dilanjutkan, mau diperbaiki, atau mau ditarik, terserah Saudara. Ya? Paham, ya?
162.PEMOHON: HAGUS SUANTO
Paham, Yang Mulia.
163.KETUA: AHMAD FADLIL SUMADI
Oke. Sidang dinyatakan ditutup.
Jakarta, 18 Maret 2011
Kepala Sub Bagian Pelayanan Risalah, t.t.d.
Mula Pospos
NIP. 19610310 199203 1 001
SIDANG DITUTUP PUKUL 10.42 WIB KETUK PALU 3X
Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.