• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter Pengertian Pendidikan Karakter - PENINGKATAN RASAINGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN TRANSPO RTASI MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter Pengertian Pendidikan Karakter - PENINGKATAN RASAINGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN TRANSPO RTASI MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter

Pengertian Pendidikan Karakter

Hakikat manusia terlahir sebagai makhluk moral, individu, dan sosial. Sebagai makhluk moral manusia harus berbuat sesuai dengan norma yang ada, sedangkan sebagai makhluk individu manusia harus berjuang untuk kehidupannya, dan untuk memperjuangkan kehidupannya manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan orang lain karena manusia juga sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bermasyarakat, untuk menciptakan keadaan yang tentram dan kondusif dalam masyarakat maka dibutuhkan tata tertib, sopan santun, dalam hal etika, moral dan karakter itu harus ditingkatkan. Samani dan Hariyanto (2012:41) menyatakan bahwa karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individuyang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.

(2)

dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.

Karakter mempunyai ciri-ciri tersendiri dari setiap orang, sehingga setiap orang pasti memiliki karakter yang berbeda-beda, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Scerenko (1997) dalam Samani dan Hariyanto (2012:42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

(3)

kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Salahudin dan Alkrienciehie (2013:42) menyatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai-nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku.

Pendidikan karakter sangat penting diterapakan dalam dunia pendidikan, karena pendidikan karakter merupakan sebuah dasar untuk mendukung dari proses pendidikan melalui tingkah laku yang baik. Samani dan Hariyanto (2012:43) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya.Saptono (2011:23) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.Kebijakan-kebijakan inti disini merujuk pada dua kebajikan fundamental dan sepuluh kebajikan esensial. Salahudin dan Alkrienciehie (2013:45) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

(4)

seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani maupun budi pekerti agar lebih berarti dari sebelumnya.

Terdapat tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila.Fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut : a. Pengembangan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik,

dan berperilaku baik”.

b. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

c. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Dalam penerapan pendidikan karakter, faktor yang harus dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik, dan hal itu sama sekali tidak terikat dengan angka dan nilai, sehingga dalam konteks pendidikan di Indonesia, jadi dari pengertian pendidikan karakter dapat ditarik kesimpulan, pendidikan karakter adalah pendidikan nilai yakni penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa Indonesia.

2. Rasa Ingin Tahu

a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

(5)

cabang dua sisi yaitu positif dan negatif. Rasa ingin tahu positif akan memberikan dampak yang berguna, rasa ingin tahu negatif seringkali menimbulkan kerugian pada diri sendiri.

Rasa ingin tahu dalam dunia pendidikan sangatlah penting, seperti yang dikemukakan oleh Berlyne dalam jurnal Thomas Reio yang berjudul :Effects of curiosity on socialization-related learning (1997:6) “Curiosity a state of increased arousal response, promoted by a stimulus high in uncertainty and lacking in information,

resulting in exploratory behavior and the search for information”.Artinya keadaan meningkatnya semangat yang timbul karena stimulus yang tak tentu dan kurangnya informasi karena usaha mencari sebuah informasi.

Rasa ingin tahu merupakan salah satu sikap yang ada dalam pendidikan karakter, mengingat dalam kurikulum yang ditetapkan pemerintah bahwa dalam pendidikan juga harus memperhatikan pendidikan karakternya.Mustari (2014:85) mengemukakan bahwa kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu, karena emosi ini mewakili kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu bisa diibaratkan “bensin” atas “kendaraan” ilmu dan disiplin

(6)

ingin tahu itu dapat diekspresikan dalam banyak cara, sementara ekspresi insthink itu lebih fixed dan kurang fleksibel. Rasa ingin tahu itu umumnya terjadi pada manusia dari sejak bayi sampai tua, walaupun dapat juga dilihat pada spesies binatang. Rasa ingin tahu yang kuat merupakan motivasi utama kaum ilmuwan. Dalam sifatnya yang bersifat heran dan kagum, rasa ingin tahu telah membuat manusia ingin menjadi ahli dalam suatu bidang pengetahuan. Apa yang dapat dicatat adalah rasa ingin tahu manusia tentang rasa ingin tahu itu sendiri (di balik rasa ingin tahu), digabungkan dengan kemampuan untuk berfikir abstrak, membawa pada peniruan, fantasi dan imajinasi yang akhirnya membawa pada cara manusia berfikir (menalar), yaitu abstrak, sadar-diri atau secara sadar.

(7)

bahwa rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Rasa ingin tahu dalam dunia pendidikan sangatlah penting,dengan hal tersebut setiap siswa harus memiliki sikap rasa ingin tahu sehingga adanya semangat yang timbul untuk berupaya lebih mengetahui dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar, ada dorongan yang ingin selalu mengetahui hal-hal yang belum pernah atau belum diketahui sebelumnya, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah dorongan yang menjadikan seseorang ingin mengetahui hal-hal yang belum pernah atau belum dimengerti sebelumnya.

b. Indikator rasa ingin tahu

(8)

Tabel 2.1 Indikator Rasa Ingin Tahu

 Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.

 Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru di dengar.

 Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.

Berdasarkan tabel 2.1 maka dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan rasa ingin tahu belajar siswa itu apabila dalam kelas itu tercipta rasa ingin tahu dimulai dari siswa tertarik dengan pembelajaran dan media yang tersedia. Indikator rasa ingin tahu ada empat macam yaitu yang pertama bertanya atau membaca sumber dari luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran, yang kedua membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi, yang ketiga bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru di dengar, dan yang keempat bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.

3. Prestasi Belajar

(9)

yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar. Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186), prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan kemampuan nyata yang merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.

Belajar memang sangat erat kaitannya dengan pendidikan, belajar juga tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan, menurut Slameto (2010:2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu seseorang yang telah melakukan proses belajar maka akan memperoleh suatu perubahan tingkah laku pada dirinya.

(10)

yang relativepositif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan demikian belajar adalah seperangkat kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri, untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut, namun dari pendapat yang berbeda itu dapat temukan satu titik persamaan.

(11)

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan beberapa sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

(12)

fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Beberapa definisi prestasi belajar di atas,dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktutertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar dan prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

a. Indikator Prestasi Belajar

(13)

pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.

b. Faktor – Faktor yangMempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar memang banyak jenisnya dan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Slameto (2010:54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,antara lain :

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu :

a) Kecerdasan atau Inteligensi

(14)

intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akanprestasi yang baik, apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya, sedangkan bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

d) Motivasi

(15)

perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik.Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar, sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.

Motivasi dari guru sangat penting bagi siswa, dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran, untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

(16)

sesuatu yang diimplementasikan dengan upaya tindakan, yang terakhir ada motivasi, motivasi merupakan faktor yang paling penting, karena motivasilah yang dapat mendorong siswa untuk melakukan belajar.

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa yaitu:

a) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

(17)

rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun, karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memilikimetode yang tepat dalam mengajar. c) Lingkungan Masyarakat

(18)

Apabila anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak-anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak yang suka bermain, maka mereka akan terpengaruh.

Kepribadian anak dipengaruhi oleh lingkungannya, dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akanselalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

(19)

sehingga anak teersebut dapat mengikuti temannya yang rajin belajar, untuk itu lingkungan dapat membentuk kepribadian anak.

4. Pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan peserta didik di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai karakteristik. Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini.

(20)

maupun global.Sapriya (2011:7) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

Susanto (2013:143) mengatakan bahwa pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pengajaran IPS tentang kehidupan masyarakat manusia dilakukan secara sistematik.Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk mendidik siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik.

(21)

dalam pembelajaran IPS dapat tercapai dengan tujuan hyang telah ditetapkan.

Secara perinci, Mutakin dalam Susanto (2013:145) merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut :

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat,

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

(22)

masalah sosial yang terjadi di masyarakat, mengetahui dan memahami dari konsep dasar dari ilmu-ilmu sosial sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkembang di masyarakat.

5. Pembelajaran Inquiring Minds Want To Know

Warsono dan Hariyanto (2013:12) mengatakan bahwa pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang sedang dilakukannya.Kaitannya dengan hal tersebut, kegiatan aktif individual siswa di rumah seperti pengerjaan PR oleh sementara ahli justru tidak dimasukkan dalam kelompok pengajaran ini karena pembelajaran aktif didefinisikan terkait pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

(23)

Education East Carolina University. Kedua ahli tersebut dalam publikasinya berjudul Active Learning: An Introduction, yang dimuat dalam ASQ Higher Education Brief, 2 (4), August 2009, mendefinisikan pembelajaran aktif sebagai semua hal yang terkait dengan pembelajaran di kelas yang memfasilitasi para mahasiswa untuk melakukan banyak kegiatan dan tidak sekedar melihat, mendengarkan dan membuat catatan. Mahasiswa melakukan pembelajaran aktif jika semuanya terlibat aktif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dosen, tertantang untuk menyelesaikan masalah yang disampaikan dosen, bekerja secara aktif sebagai individu maupun kelompok kecil dan saling bertukar pikiran, saling berbagi pengetahuan yang dimilikinya pada situasi pembelajaran dalam kelas.

Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran dan mendorong siswa siswa untuk melakukan penjelajahan. Harrison (1998) dalam Tylee (2000) active learning yaitu siswa aktif selama kegiatan pembelajaran, dapat berupa secara fisik melakukan sesuatu atau secara intelektual melakukan sesuatu (sebagai abstraksi dari peserta didik yang bersifat reflektif).

(24)

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok, setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun baik.

Roestiyah (2012:76-77) mengatakan bahwa teknik inquiry ini memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Dapat membentuk dan mengembangkan "self-consept" pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

(25)

j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Beberapa pemaparan dapat disimpullkan bahwa metode inquiry adalah metode mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui. Keunggulan dari metode inquiry adalah mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, mendorong siswa berfikir secara ilmiah, situasi proses belajar mengajar menjadi hidup dan dinamis.

Istilah teknik dalam pembelajaran didefinisikan dengan cara-cara dan alat yang digunkan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan dalam pelaksanaan pelajaran. Banyak aktivitas yang menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran IPS materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi sehingga dapat meningkat, maka diberikan teknik pembelajaran Inquiring Minds Want To Know untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar IPS. Teknik ini merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa berfikir lebih luas dan mengeluarkan ide-ide serta akan mempengaruhi cara belajar peserta didik yang semula cenderung pasif ke arah yang lebih aktif. Teknik sederhana ini merangsang rasa ingin tahu peserta didik dengan mendorong spekulasi mengenai topik atau persoalan.Para peserta didik lebih memungkinkan menyimpan pengetahuan tentang materi pelajaran yang tidak tercakup sebelumnya.

(26)

keingintahuan peserta didik dengan meminta mereka untuk membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau suatu pertanyaan.Silbermen (2012:119) menyatakan bahwa teknik Inquiring Minds Want To Know adalah teknik sederhana yang dapat menstimulasi rasa ingin tahu siswa dengan mendorong mereka untuk memikirkan tentang sebuah topik atau pertanyaan. Siswa lebih cenderung mengingat suatu pengetahuan tentang materi pelajaran yang belum pernah dibahas sebelumnya jika mereka dilibatkan semenjak awal dalam pengalaman kegiatan belajar satu kelas penuh.

Silbermen (2012:119) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran teknik Inquiring Minds Want To Knowadalah sebagai berikut :

a. Ajukan pertanyaan yang njlimet untuk menstimulasi keingintahuan tentang mata pelajaran yang hendak dibahas. Pertanyaan haruslah merupakan pertanyaan yang ada beberapa siswa mengetahui jawabannya.

b. Doronglah siswa untuk berpikir dan membuat dugaan umum. Gunakan frase semisal, "Coba tebak" atau "Coba jawab".

(27)

d. Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan siswa kepada apa yang hendak diajarkan. Sertakan jawaban atas pertanyaan dalam penyajian materi.Pastikan siswa lebih menaruh perhatian dibanding biasanya. Variasi

a. Pasangkan siswa, dan perintahkan mereka untuk secara kolektif membuat dugaan.

b. Sebagai ganti pertanyaan, katakan kepada siswa apa yang hendak diajarkan dan mengapa hal itu menarik. Cobalah untuk menghangatkan tahap pengenalan ini dengan cara seperti mengiklankan sebuah film yang akan segera ditayangkan.

Langkah-langkah pembelajaranInquiring Minds Want to Know:

a. Buat satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang dapat membangkitkan minat peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut atau mau mendiskusikan dengan teman, Pertanyaan tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil peserta didik.

b. Anjurkan peserta didik untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunakan kata-kata; coba perkirakan, apa kira-kira? Dan lain-lain.

(28)

d. Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengajarkan apa yang akan anda ajarkan kepada peserta didik. Jangan lupa beri jawaban yang benar di tengah-tengah anda menyampaikan pelajaran.

Beberapa pendapat dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran Inquiring Minds Want To Know yaitu :

a. Guru mengajukan satu pertanyaan pembangkit minat kepada siswa untuk merangsang keingintahuan materi terkait.

b. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, satu kelompok terdiri dari empat siswa, guru memerintahkan siswa untuk berdiskusi tentang pertanyaan yang sudah diajukan di awal pembelajaran. c. Berilah beberapa menit untuk siswa berdiskusi.

d. Doronglah untuk berpendapat dan menebak bebas. Gunakan frase “tebaklah” atau “cobalah”.

e. Tampung terlebih dahulu semua jawaban dari siswa. Variasi Teknik Inquiring Minds Want To Know

a. Sebelum pertanyaan diajukan kepada siswa, guru memperlihatkan media gambar tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi agar lebih menarik siswa untuk lebih tahu tentang materi terkait.

b. Pasangkan siswa dan mintalah mereka membuat tebakan / jawaban secara kolektif.

6. Materi Pokok

(29)

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten I kota dan provinsi.

b. Kompetensi Dasar

6.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

B. Penelitian Yang Relevan

(30)

PembelajaranInquiring Minds Want To Know juga pernah dilakukan oleh Eling Tri Lestari (2013:iii), yang menerapkan teknik pembelajaran Inquiring Minds Want To Know guna meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas X akuntansi smk murni 2 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan persentase tingkat kemampuan afektif, psikomotor, dan kognitif siswa. Rata-rata persentase tingkat kemampuan afektif siswa pada siklus I sebesar 69,29%menjadi 78,10% pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 8,81%. Persentase tingkat kemampuan psikomotorik siswa 70,24% pada siklus I menjadi 77,38% pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,14%. Rata-rata nilai tingkat kemampuan kognitif siswa 69,42 pada siklus I menjadi 77,90 pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 8,48.

(31)

C. Kerangka Berpikir

Dalam pemebelajaran IPS perkembangan karakter siswa mempengaruhi prestasi belajarnya.Hal ini dapat terlihat kurangnya sikap rasa ingin tahu siswa dan juga karena pada materi IPS yang banyak serta siswa dituntut untuk menghafal dan mencermati materi sehingga menjadi penghambat pemahaman siswa dalam mendalami materi. Peningkatan rasa ingin tahu sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan diharapkan dengan adanya peningkatan karakter dapat meningkatkan pula prestasi belajar siswa.

Dalam pembelajaran, guru sudah menggunakan metode pembelajaran aktif tetapi dalam pelaksanaannya masih belum maksimal dan tanpa menggunakan media, dengan adanya hal seperti ini maka diperlukan adanya pemilihan model dan media pembelajaran yang tepat sehingga akan terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Banyaknya permasalahan yang dihadapi pada proses mata pelajaran IPS ini, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pengguaan model dan media pembelajaran. Penggunaan strategi dan media pembelajaran yang sesuaikan menjadikan pembelajaran menjadi aktif dan cenderung tidak membosankan.

(32)

teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.Pembelajaran yang digunakan tentu tidak hanya menuntut siswa untuk mendengar penjelasan materi guru, tetapi pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, keterampilan bertanya, sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa.

Salah satu teknik dan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif, menstimulasi rasa ingin tahu siswa serta melibatkan kerja sama antara siswa yang satu dengan yang lain yaitu dengan pembelajaranIMWTKmenggunakan media gambar perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi, media gambar dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Mengingat tingkat pemahaman siswa yang masih konkret dan belum bisa memahami bahan yang bersifat abstrak, dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti membuat kerangka berpikir.Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(33)

Keterangan :

Kondisi awal di SD N 1 Klapasawit mata pelajaran IPS kelas IV setelah dilakukan wawancara kepada guru kelas IV SD N 1 Klapasawit menunjukkan bahwa rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa rendah, setelah kondisi awal diketahui langkah selanjutnya melakukan tindakan dalam pembelajaran yaitu guru menyajikan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kepada siswa melalui kegiatan pembelajaran dengan pembelajaranInquiring Minds Want To Know menggunakan media gambar perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. Penerapan strategi pembelajaran dan media pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga hasil pembelajarnnya nanti akan dievaluasi dalam bentuk soal. Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut akan terlihat peningkatan prestasi belajar siswa. Tercapainya prestasi belajar siswa yang baik adalah tujuan yang diharapkan oleh guru tercapai.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian tindakan ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

(34)

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Rasa Ingin Tahu
gambar tentang
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap (variabel). Faktor produksi seperti tanah,

Ketidakmungkinan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ketidakmungkinan absolut atau objektif ( absolut onmogelijkheid ), yaitu suatu ketidakmungkinan sama sekali dari

Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional dapat dibedakan menjadi dua

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty)

Sedangkan menurut Barnawi klasifikasi sarpras pendidikan dibedakan kepada masing-masing kata yaitu, sarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu

Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, contoh faktor ekstrinsik adalah work life

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Klapasawit Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga pada

Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan dalam bangunan Pusat Perawatan dan Pendidikan Down Syndrome di Semarang dibedakan menjadi dua macam, yaitu:  Sistem Pencahayaan Alami Sistem