1 |
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan III-2015
Kantor Wilayah Provinsi Kepulauan Riau
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan
Laporan
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran
Triwulan II 2017
Ruang Lingkup
Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Provinsi Kepulauan Riau
iii |
daftar EPA
Executive Summary
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai peran sangat strategis dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam hal pelaksanaan monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Anggaran. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia nomor PMK-262/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Evaluasi Pelaksanaan Anggaran berkaitan tentang
penilaian pelaksanaan anggaran, seperti operasionalisasi/teknis pelaksanaan anggaran,
kendala-kendala pembayaran, teknis keterlaksanaan kegiatan, dan isu-isu terkait pelaksanaan
anggaran lainnya. Dalam pelaksanaanya, Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dilakukan melalui
kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran (EPA).
Dalam rangka melakukan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran triwulan II-2017, Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau telah melaksanakan kegiatan
rapat koordinasi pelaksanaan APBN dalam rangka menjamin kelancaran dan akuntabilitas
pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan anggaran triwulan II-2017 dapat digambarkan
perkembangan pelaksanaan anggaran lingkup Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Kepulauan Riau sebagai berikut:
a.
Alokasi APBN di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 7.098,68 miliar dengan
penyerapan mencapai 33,35 persen.
b.
Ketepatan waktu penyelesaian tagihan di Provinsi Kepulauan Riau memiliki rasio yang
sebesar 95%.
c.
Tingkat ketepatan antara rencana penarikan dana perbulan dengan realisasi berkisar
8,54%. Tingkat deviasi berkisar pada 1% hingga 29,42%.
d.
Ketepatan waktu penyampaian ADK Kontrak ke KPPN sebesar 60,68%.
e.
Ketepatan waktu pertanggungjawaban UP di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 83,77%.
f.
Tingkat kesalahan SPM sebesar 4,03%.
g.
Tingkat retur SP2D sebesar 0,57%.
h.
Ketepatan waktu penyampaian LPJ Bendahara Pengeluaran ke KPPN sebesar 97,62%.
i.
Penyampaian renkas cukup baik dengan deviasi 4,26%.
Berdasarkan indeks kinerja pelaksanaan anggaran selama triwulan II 2017 dapat digambarkan
permasalahan pelaksanaan anggaran di Provinsi Kepulauan Riau adalah:
83,39% 95,00% 100,00%
60,68% 83,77% 85,00% 70,00% 70,00%
97,62% 100,00%
Pencapaian Indeks Kinerja Pelaksanaan Anggaran Triwulan II 2017
iv
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
Indikasi permasalahan paling dominan di Provinsi Kepulauan Riau adalah terkait kontrak.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tersebut, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
a.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait penyerapan
adalah perubahan pejabat perbendaharanan dan pengelola keuangan yang
menyebabkan perbedaan pengetahuan terkait pelaksanaan anggaran; pengaruh pihak
eksternal seperti pembebasan lahan dan kerjasama dengan pihak lain; peraturan
teknis pelaksanaan yang berbeda dengan alokasi/perencanaan semula dan atau
terlambat dikeluarkan.
b.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait kontrak dan
penyelesaian tagihan adalah permasalahan input adk kontrak, pergantian pejabat
perbendaharaan dan pengelola keuangan, detil uraian pada SPM yang kurang lengkap,
kesalahan pencantuman tanggal kontrak dan belum adanya tagihan dari pihak ketiga,
pembelajaran pengadaan melalui e-catalog, kurangnya pengetahuan pengelola
keuangan terkait data kontrak, dan banyak kegiatan yang berhubungan langsung
dengan kantor pusat satker.
c.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait pengembalian
SPM dan retur SP2D adalah kesalahan pengisian nomor rekening, perubahan data
suplier dan pergantian pengelola keuangan.
d.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait pembayaran
dan pertanggungjawaban adalah nilai UP yang terlalu besar.
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan
Riau menyampaikan saran bahwa:
a.
Terkait penyerapan, disarankan untuk berkoordinasi dengan pihak intern untuk
mempercepat penunjukan Pejabat Perbendaharaan. Selanjutnya, satker harus segera
melaksanakan kegiatan sesuai perencanaan dan menyusun jadwal untuk
meningkatkan ketepatan realisasi perencanaannya. Dan juga segera melakukan
koordinasi dengan Eselon I untuk merevisi DIPA terkait perubahan/penyesuaian
rencana kegiatan sehingga kegiatan dapat segera dilaksanakan.
b.
Terkait penyelesaian tagihan dan kontrak, disarankan untuk mempercepat
penyampaian data ADK kontrak ke KPPN setelah kontrak ditandatangani,
meningkatkan koordinasi dengan pihak ketiga untuk percepatan permintaan tagihan
atas prestasi kerja yang telah diselesaikan, peningkatan ketelitian dalam pembuatan
kontrak dan tagihan, pemeriksaan e-mail secara berkala agar tidak ada informasi yang
terlewatkan dari KPPN terkait pelaksanaan anggaran satker.
c.
Terkait pembayaran dan pertanggungjawaban, disarankan meningkatkan ketelitian
dalam pengajuan SPM untuk mengurangi resiko pengembalian SPM dan retur SP2D;
dan peningkatan koordinasi dengan pihak terkait, segera melaksanakan kegiatan
setelah peraturan diterbitkan dan menghindari penumpukan pelaksanaan kegiatan di
Triwulan IV, dapat dilakukan pengurangan UP agar lebih cepat mempertanggung
jawabkan
mengingat periode GU lebih singkat, satker baru agar berkoordinasi dengan
kantor wilayah/koordinator wilayah untuk meminta bimbingan dalam pengelolaan
keuangan, serta berkonsultasi dengan KPPN dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan,
v |
daftar EPA
Daftar Isi
EXECUTIVE SUMMARY
III
DAFTAR ISI
V
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
VII
BAB I.
PENDAHULUAN
1
1.1.
L
ATARB
ELAKANG1
1.2.
T
UJUAN1
1.3.
W
AKTU DANT
EMPATP
ELAKSANAAN2
1.4.
P
ELAKSANAAN3
BAB II.
EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II 2017
5
2.1.
P
ENYERAPANA
NGGARAN5
2.2.
P
ENYELESAIANT
AGIHAN7
2.3.
R
ENCANAP
ENARIKAND
ANAH
ALAMANIII
DIPA
7
2.4.
D
ATAK
ONTRAK8
2.5.
P
ENGELOLAANU
ANGP
ERSEDIAAN9
2.6.
R
EVISIA
NGGARAN9
2.7.
K
ESALAHANSPM
10
2.8.
R
ETURSP2D
11
2.9.
R
EKONLPJ
B
ENDAHARAP
ENGELUARAN12
2.10.
R
ENCANAK
AS12
2.11.
P
ERMASALAHANP
ELAKSANAANA
NGGARAN13
2.7.1
P
ELAKSANAANAPBN
P
ROVINSIK
EPULAUANR
IAUS
EKTORP
OLHUKAM13
2.7.2
P
ELAKSANAANAPBN
P
ROVINSIK
EPULAUANR
IAUS
EKTORP
EREKONOMIAN14
2.7.3
P
ELAKSANAANAPBN
P
ROVINSIK
EPULAUANR
IAUS
EKTORK
ESEJAHTERAANR
AKYAT16
2.7.4
P
ELAKSANAANAPBN
P
ROVINSIK
EPULAUANR
IAUS
EKTORD
EKONSENTRASI DANT
UGASP
EMBANTUAN17
BAB III.
PENUTUP
19
3.1.
K
ESIMPULAN19
vii |
daftar EPA
Daftar Gambar dan Tabel
Gambar 1 Pagu DIPA hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau 5
Gambar 2 Realisasi DIPA hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau 6
Gambar 3 Penyelesaian Tagihan SPM LS NBP hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi
Kepulauan Riau 7
Gambar 4 Deviasi Halaman III DIPA hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
8
Gambar 5 Penyampaian Data Kontrak ke KPPN hingga Triwulan II-2017 di Provinsi Kepulauan
Riau 8
Gambar 6 Pengelolaan UP hingga Triwulan II-2017 di Provinsi Kepulauan Riau 9
Gambar 7 Revisi DIPA hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau 10
Gambar 8 Pengembalian SPM hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau 10
Gambar 9 Retur SP2D hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau 11
Gambar 10 LPJ Bendahara Pengeluaran hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan
Riau 12
Gambar 11 Perencanaan Kas hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau 12
Tabel 1 Pelaksanaan Focus Group Discussion Triwulan II-2017 2
1 |
isi EPA
Bab I.
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Pelaksanaan APBN yang optimal akan mendorong terpeliharanya stabilitas ekonomi dan
tercapainya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, masalah-masalah pelaksanaan anggaran yang terjadi saat ini masih relatif
sama dengan periode-periode sebelumnya.
Dalam rangka mengantisipasi permasalahan-permasalahan tersebut dan untuk mendukung
peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja Pemerintah maka diperlukan suatu proses
monitoring dan evaluasi. Proses tersebut dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Pelaksanaan
Anggaran (EPA) pada satuan kerja penerima APBN. EPA sangat penting untuk melihat
perkembangan pelaksanaan anggaran. Dalam evaluasi tersebut akan dilakukan suatu penilaian
dan pengukuran terhadap pelaksanaan aggaraan dan diikuti dengan identifikasi serta analisis
terhadap permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan anggaran.
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai peran sangat strategis dalam
tugas dan fungsinya terkait pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran. Hal
tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-262/PMK.01/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Berbagai
evaluasi dilaksanakan terkait pelaksanaan anggaran adalah terkait penilaian pelaksanaan
anggaran, seperti operasionalisasi pelaksanaan anggaran, kendala pembayaran, teknis
keterlaksanaan kegiatan, dan isu-isu lainnya. Kegiatan EPA serta pelaporan hasil
pelaksanaannya dilaksanakan setiap triwulan. Penyusunan EPA secara triwulanan
dilaksanakan agar dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dengan
lebih cepat. Fokus utama EPA pada Triwulan II adalah melakukan identifikasi
permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan anggaran yang terjadi hingga akhir Juni 2017.
1.2.
Tujuan
Tujuan utama dalam penyusunan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran antara lain:
a.
Identifikasi isu-isu pelaksanaan anggaran yang terjadi di satuan kerja;
b.
Identifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi terkait pelaksanaan anggaran;
c.
Menilai pelaksanaan anggaran. Penilaian mencakup apakah telah dilaksanakan dengan
baik, telah mencapai target keluarannya, telah memenuhi tujuannya, telah memberikan
dampak seperti yang diharapkan, dan hal-hal lainnya.
2
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
d.
Memberikan rekomendasi kebijakan, strategi implementasi, mekanisme pelaksanaan
anggaran yang bersifat teknis dan aplikatif;
e.
Merumuskan tindak lanjut perbaikan pelaksanaan anggaran untuk periode berikutnya;
Selain tujuan tersebut, EPA disusun untuk kepentingan manajerial. Kepentingan tersebut
berkaitan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan APBN, antara lain:
a.
bagi Kementerian Keuangan, sebagai masukan bagi pengambilan kebijakan anggaran;
b.
bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sebagai bahan perumusan regulasi, strategi
pembinaan dalam rangka memperbaiki kinerja pelaksanaan anggaran;
c.
bagi Kementerian Negara/Lembaga dan satuan kerjanya, sebagai bahan masukan
untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan anggaran beserta dengan
persiapan-persiapan dalam perencanaan dan penganggaran di waktu yang akan datang;
d.
bagi Pemerintah Daerah terkait, K/L maupun satker yang menjadi tanggung jawabnya,
untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merumuskan hal-hal teknis pelaksanaan
keuangan pusat dan daerah sehingga dapat digunakan untuk mengharmonisasikan
kebijakan fiskalnya;
e.
bagi masyarakat umum, sebagai alat kontrol pelaksanaan APBN yang diwujudkan
melalui kegiatan-kegiatan pemerintah;
f.
bagi pihak Swasta, sebagai informasi terkait keikutsertaan dalam aktivitas pemerintah.
1.3.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran yang dilakukan pada triwulan II tahun 2017 dilaksanakan
dalam beberapa tahapan pelaksanaan. Berbagai kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran
dengan satuan kerja melalui Focus Group Discussion dalam rangka menjamin kelancaran dan
akuntabilitas pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada
bulan Juli 2017.
Tabel 1 Pelaksanaan Focus Group Discussion Triwulan II-2017
FGD Pelaksanaan Peserta Waktu Tempat
1.Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog
Kinerja Satker Triwulan II Tahun Anggaran 2017 Lingkup Sektor Polhukam
Rabu, 12 Juli 2017
Ruang Rapat Kanwil DJPB Provinsi Kepulauan Riau
12 peserta
2.Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog
Kinerja Satker Triwulan II Tahun Anggaran 2017 Lingkup Sektor Perekonomian
Jumat,
14 Juli 2017 15 satker
3.Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog
Kinerja Satker Triwulan II Tahun Anggaran 2017 Lingkup Sektor Kesejahteraan Rakyat
Senin,
17 Juli 2017 10 satker
4.Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog
Kinerja Satker Triwulan II Tahun Anggaran 2017 Lingkup Sektor Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Selasa,
18 Juli 2017 13 satker
3 |
isi EPA
1.4.
Pelaksanaan
Pada triwulan II tahun 2017 Focus Group Discussion (FGD) telah dilaksanakan sebanyak empat
kali. Latar belakang rapat evaluasi ini adalah dalam rangka melaksanakan arahan Menteri
Keuangan yang ditindaklanjuti oleh Surat Ditjen Perbendaharaan S-2570/PB/2017 terkait
Langkah-Langkah Strategis Pelaksanaan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun
Anggaran 2017. Evaluasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan
anggaran dan efektivitas belanja serta optimalisasi belanja pemerintah pada satuan kerja.
Pokok bahasan berupa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran pada triwulan II
yang mengakibatkan tidak maksimalnya pencapaian kinerja pelaksanaan anggaran.
Pelaksanaan FGD tersebut adalah:
a.
Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog Kinerja Satker Triwulan II Tahun
Anggaran 2017 Lingkup Sektor Polhukam
Rapat ini dilaksanakan berdasarkan Surat Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Kepulauan Riau Nomor S-1194/WPB.31/BD.0203/2017 tanggal 10 Juli 2017 tentang rapat
evaluasi pelaksanaan anggaran dan dialog kinerja satker triwulan II tahun anggaran 2017.
Rapat dilaksanakan dengan perwakilan dari 12 satker sektor polhukkam yang tersebar dari
4 K/L yang teridentifikasi memiliki kinerja pelaksanaan anggaran terendah dan memerlukan
peningkatan. Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kinerja pelaksanaan anggaran untuk
113 satker lingkup Sektor Polhukkam, dengan fokus paparan pada evaluasi kinerja 9 satker
yang hadir. Rapat ini difokuskan untuk satker BPK RI Perwakilan Prov.Kepri pada K/L BPK
RI, satker Kanwil Kemenkumham Prov.Kepri dan Lapas Narkotika Tanjungpinang pada K/L
Kemenkumham RI; satker SPN Polda Kepri, Polres Tanjungpinang, Polresta Barelang,
Rosarpras Polda Kepri, Bid.TI Polda Kepri, Biddokes Polda Kepri, Dit.Sabhara Polda Kepri, dan
Ditlantas Polda Kepri pada K/L Polri; dan satker Loka Rehabilitasi Narkoba Batam pada K/L
BNN.
b.
Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog Kinerja Satker Triwulan II Tahun
Anggaran 2017 Lingkup Sektor Perekonomian
Rapat ini dilaksanakan berdasarkan Surat Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Kepulauan Riau Nomor S-1206/WPB.31/BD.0202/2017 tanggal 10 Juli 2017 tentang rapat
evaluasi pelaksanaan anggaran dan dialog kinerja satker triwulan II tahun anggaran 2017.
Rapat dilaksanakan dengan mengundang 15 perwakilan satker lingkup sektor perekonomian
yang tersebar dari 8 K/L yang teridentifikasi memiliki kinerja pelaksanaan anggaran
terendah dan memerlukan peningkatan. Evaluasi yang disampaikan adalah terhadap
keseluruhan kinerja pelaksanaan anggaran untuk 90 satker lingkup Sektor Perekonomian,
dengan fokus paparan pada evaluasi kinerja 12 satker yang hadir. Rapat ini ditujukan untuk
4
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
satker KPP Madya Batam, KPKNL Batam, dan KPUBC Batam pada K/L Kemenkeu; satker Loka
Pengkajian Teknologi Pertanian Prov.Kepri pada K/L Kementan; satker Perhubungan Darat
Prov.Kepri, Pangkalan PSDKP Batam, KSOP Pulau Sambu, dan Kantor Pelabuhan Batam pada
K/L Kemenhub, satker SNVT Penyediaan Perumahan Prov.Kepri, SNVT Pelaksanaan Jaringan
Pemanfaatan Sumber Air Sumatera IV, Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional
Prov.Kepri, Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Permukiman Prov.Kepri pada
K/L KemenPUPR; satker Kanwil BPN Prov.Kepri pada K/L KemenATR; satker BPOM di
Batam; dan satker BP3TKI Tanjungpinang pada K/L BNP2TKI.
c.
Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog Kinerja Satker Triwulan II Tahun
Anggaran 2017 Lingkup Sektor Kesejahteraan Rakyat
Rapat ini dilaksanakan berdasarkan Surat Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Kepulauan Riau Nomor S-1220/WPB.31/BD.0203/2017 tanggal 11 Juli 2017 tentang rapat
evaluasi pelaksanaan anggaran dan dialog kinerja satker triwulan II tahun anggaran 2017.
Rapat dilaksanakan dengan mengundang 10 perwakilan satker lingkup sektor kesra yang
tersebar dari 4 K/L yang teridentifikasi memiliki kinerja pelaksanaan anggaran terendah dan
memerlukan peningkatan. Evaluasi yang disampaikan adalah terhadap keseluruhan kinerja
pelaksanaan anggaran untuk 86 satker lingkup Sektor Kesra, dengan fokus paparan pada
evaluasi kinerja 10 satker yang hadir. Rapat evaluasi ini ditujukan untuk satker Kanwil
Kemenag Prov.Kepri, Kantor Kemenag Kota Tanjungpinang, Kantor Kemenag Kota Batam,
Kantor Kemenag Kab.Bintan, MTsN Batam pada K/L Kemenag; satker Kantor Kesehatan
Pelabuhan Batam, BTKL dan Pengendalian Penyakit Batam pada K/L Kemenkes; dan satker
BP Batam.
d.
Rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan Dialog Kinerja Satker Triwulan II Tahun
Anggaran 2017 Lingkup Sektor Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Rapat ini dilaksanakan berdasarkan Surat Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Kepulauan Riau Nomor S-1213/WPB.31/BD.0204/2017 tanggal 11 Juli 2017 tentang rapat
evaluasi pelaksanaan anggaran dan dialog kinerja satker triwulan II tahun anggaran 2017.
Rapat dilaksanakan dengan mengundang 13 perwakilan satker lingkup sektor dekonsentrasi
dan tugas pembantuan yang tersebar dari 11 K/L yang teridentifikasi memiliki kinerja
pelaksanaan anggaran terendah dan memerlukan peningkatan. Evaluasi yang disampaikan
adalah terhadap keseluruhan kinerja pelaksanaan anggaran untuk 52 satker lingkup Sektor
dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dengan fokus paparan pada evaluasi kinerja 10 satker
yang hadir.
5 |
isi EPA
Bab II.
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II
2017
2.1.
Penyerapan Anggaran
Pagu anggaran adalah alokasi dana yang diberikan Kementerian Keuangan kepada K/L untuk
setiap program pemerintah sebagai acuan/dasar dalam membiayai pelaksanaan APBN. Pada
tahun 2017, seluruh K/L di Provinsi Kepulauan Riau memperoleh alokasi dana sebesar
Rp.7.098,68 miliar.
Alokasi belanja sebagian besar digunakan untuk mem
biayai kegiatan satuan kerja pada jenis belanja belanja
barang, belanja modal dan belanja pegawai (menyusun
98,43%), dan kewenangan Kantor Daerah dan Kantor
Pusat (menyusun 96,94%). Berdasarkan Pagu terbesar
disusun oleh 10 K/L dengan alokasi menyusun 87,73%
keseluruhan alokasi di Kepulauan Riau. Berdasarkan
Satuan Kerja sebanyak 10 satker terbesar penerima
pagu menyusun 53,95% alokasi di Kepulauan Riau.
Alokasi yang sangat dominan terdapat pada satker
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) yang menyusun
lebih dari seperempat APBN di Kepulauan Riau.
No BA Pagu (Rp,miliar) Porsi Satker Pagu (Rp,miliar) Porsi
1 BP Batam 1.784,86 25,14% BP Batam 1.784,86 25,14%
2 Bendahara Umum Negara 978,97 13,79% KPPN Penyalur DAK F + DD 699,61 9,86% 3 Kementerian PUPR 829,17 11,68% PJN Prov.Kepri 272,02 3,83% 4 Kepolisian Negara RI 702,24 9,89% KPPN Penyalur DAK F + DD 193,51 2,73% 5 Kementerian Perhubungan 529,03 7,45% SNVT PJSA Sumatera IV 185,94 2,62% 6 Kementerian Pertahanan 442,06 6,23% Bandara Dabo di Singkep 175,24 2,47% 7 Kementerian Keuangan 405,90 5,72% Mako Lantamal IV TPI 138,43 1,95% 8 Kementerian Agama 272,58 3,84% Korem-033/WS DAM I/BB 136,35 1,92% 9 Kementerian Kesehatan 158,11 2,23% Polresta Barelang 131,35 1,85% 10 Kemen Hukum dan HAM RI 124,86 1,76% PSO DJBC TB Karimun 112,24 1,58%
36 BA Lainnya 870,90 12,27% 334 Satker Lainnya 3.269,13 46,05%
Sumber: MEBE
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, K/L melakukan realisasi anggaran untuk
membiayai pelaksanaan pekerjaan/kegiatannya. Di Provinsi Kepulauan Riau, pelaksanaan
kegiatan yang dibiayai oleh APBN dilakukan oleh satuan-satuan kerja dibawah 46 K/L
Gambar 1 Pagu DIPA hingga Triwulan II
Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Pegawai 21,43% Barang 40,56% Modal 24,15% Bantuan Sosial 0,08% Lain-Lain 1,21% DS 12,58% Kantor Pusat 38,30% Kantor Daerah 46,52% Dekonsentrasi 1,41% Tugas Pembantuan 1,19% Desentralisasi 12,58%
6
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
Gambar 2 Realisasi DIPA hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Hingga triwulan II 2017 berakhir, sebanyak Rp.2.367,75 miliar APBN telah direalisasikan atau
sebesar 33,35% dari alokasi APBN 2017. Realisasi satker-satker seluruh Kewenangan memiliki
realisasi di bawah target Nasional 40%. Berdasarkan jenis belanja, belanja pegawai memiliki
realisasi tertinggi dengan tingkat penyerapan jauh di atas jenis belanja lain dan di atas target
Nasional.
Sumber: MEBE
Terdapat 10 Bagian Anggaran yang penyerapannya melebihi target nasional yang ditunjukkan
dengan diagram warna hijau. Realisasi dari 10 Bagian Anggaran tersebut hanya menyumbang
15% dari total realisasi APBN di Kepulauan Riau. Sedangkan sisanya tidak dapat mencapai
target penyerapan nasional bahkan terdapat 4 BA yang memiliki penyerapan di bawah 10%
(ditunjukkan dengan warna merah) dengan 1 BA tidak ada penyerapan sama sekali yakni BA
111 Badan Nasional Pengelola Perbatasan. Hal tersebut menyebabkan indikator penyerapan
di Provinsi Kepulauan Riau memiliki nilai 20,85 dari 25 poin.
Terdapat 155 satker yang penyerapannya melebihi target nasional. Realisasi satker tersebut
menyumbang hanya 36% dari total realisasi APBN di Kepulauan Riau. Sedangkan sisanya tidak
dapat mencapai target penyerapan nasional bahkan terdapat 15 satker yang memiliki
penyerapan di bawah 10% dengan 11 satker tidak ada penyerapan sama sekali yakni satker
Setda Prov. Kepulauan Riau (417945), satker Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota
26,95% 38,36% 24,25% 9,44% 37,62% KP KD DK TP DS KP 38,30% KD 46,52 % DK 1,41% TP 1,19% DS 12,58 % 41,39% 31,00% 28,66% 9,29% 20,81% 37,62% 51 52 53 57 58 6X Pegawai 21,43% Barang 40,56% Modal 24,15% Bantuan Sosial 0,08% Lain-Lain 1,21% DS 12,58% 004 005 006 010 012 013 015 018 019 022 023 024 025 026 027 029 032 033 040 042 044 047 054 055 056 057 059 060 063 065 066 067 068 075 076 087 089 090 092 104 107 111 112 115 116 999
7 |
isi EPA
Batam dan Tanjungpinang (400724 dan 403769), satker Pembangunan Infrastruktur
Permukiman Kab. Bintan, Karimun, Natuna, Lingga, dan Anambas (506055, 502470, 501590,
501600, dan 502510), Dinas PU dan Penataan Ruang Kab. Bintan (3220143), Politeknik Negeri
Batam (401342), dan Badan Pengelola Perbatasan Kab. Natuna (320338).
2.2.
Penyelesaian Tagihan
Pelaksanaan anggaran dapat berjalan dengan baik jika tagihan dari pihak ketiga tidak
terlambat dibayarkan atau tidak menunda proses pembayaran atas pekerjaan yang telah
selesai. Penyelesaian tagihan diselesaikan paling lambat 17 hari kerja setelah timbulnya hak
tagih.
Gambar 3 Penyelesaian Tagihan SPM LS NBP hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Ketepatan penyelesaian tagihan dihitung berdasarkan rasio penyelesaian tagihan yang tepat
waktu dibagi dengan seluruh SPM. Perhitungan tersebut menggunakan dasar perhitungan SPM
LS Non Belanja Pegawai. Ketepatan waktu penyelesaian tagihan di Provinsi Kepulauan Riau
termasuk baik karena memiliki rasio yang besar yakni 95%. Hal tersebut didasari oleh
penyelesaian tagihan pada 24 BA (84 satker) sebanyak 420 SPM. Jumlah SPM yang terlambat
hanya 21 Satker pada 9 BA. Seluruh tagihan dapat diselesaikan tepat waktu oleh 15 BA atau
(warna hijau). Tagihan terbesar pada BA 033 sebesar 33% dari total tagihan di Kepulauan Riau.
Kondisi di atas menyebabkan nilai IKPA 2 penyelesaian tagihan di Provinsi Kepulauan Riau
memiliki nilai 19 dari 20 (pencapaian 95%).
2.3.
Rencana Penarikan Dana Halaman III DIPA
Hal III DIPA memuat informasi rencana penarikan yang dibuat satker dan atau K/L yang
seharusnya dijadikan dasar atau standar dalam realisasi dana belanja. Deviasi atas besaran
rencana ini akan menjadi indikator buruknya perencanaan anggaran dan tidak disiplinnya
satuan kerja dan atau K/L dalam pelaksanaan anggaran.
Tepat, 95%
Tagihan
33 60 15 22 24 18 54 13 32 25 42 59 66 107 112 75 5 63 76 4 23 29 56 116
8
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
Gambar 4 Deviasi Halaman III DIPA hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Berdasarkan perbandingan antara perencanaan penarikan dana yang dibuat dan realisasi
pencairan dana hingga triwulan II tahun 2017, diperoleh rata-rata tingkat ketepatan antara
rencana penarikan dana perbulan dengan realisasi berkisar 8,54%. Tingkat deviasi berkisar
pada 1% hingga 29,42% dengan deviasi di atas ambang normal hanya terjadi Satker Dinas
Sosial Prov.Kepri (320003), DKP Prov.Kepri (329088), Dinas PU Prov.Kepri (329039),
Disbudpar Prov.Kepri (400628), Pengadilan Agama Batam (547700), dan Kanwil Hukum dan
HAM Kepri (667789). Karena alokasi dananya relatif kecil, deviasi BA dan satker tersebut tidak
mempengaruhi deviasi keseluruhan sehingga Nilai IKPA 3 Kepulauan Riau sebesar 5 dari 5
(pencapaian 100%).
2.4.
Data Kontrak
Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan pengeluaran
negara dilakukan melalui pembuatan komitmen dalam bentuk perjanjian/kontrak untuk
pengadaan barang jasa dan dalam bentuk penetapan keputusan. Data perjanjian/kontrak
disampaikan pada KPPN paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/
kontrak untuk dicatat dalam Kartu Pengawasan Kontrak di KPPN.
Gambar 5 Penyampaian Data Kontrak ke KPPN hingga Triwulan II-2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8 5 4 5 6 10 12 13 15 18 19 22 23 24 25 26 27 29 32 33 40 42 44 47 54 55 56 57 59 60 63 65 66 67 68 75 76 87 89 90 92 10 4 10 7 11 1 11 2 11 5 11 6 99 9
IKPA 3 Deviasi Halaman III DIPA Deviasi
Tepat , 61% Penyampaian Data Kontrak 4 5 10 12 13 15 18 22 23 24 25 26 27 29 32 33 40 42 47 54 56 59 60 63 66 67 68 75 76 92 10 4 10 7 11 2 11 5 11 6 99 9
9 |
isi EPA
Total data kontrak yang disampaikan ke KPPN hingga triwulan II 2017 mencapai 1.119 ADK
Kontrak. ADK tersebut berasal dari 36 BA (170 satker). Hanya 4 BA dan 49 satker yang
menyampaikan seluruh ADK Kontrak tepat waktu (warna hijau). Sedangkan Satker yang
menyampaikan ADK kontrak terlambat terjadi pada 9 BA dan 97 satker. Kondisi tersebut
mendorong ketepatan waktu penyampaian ADK Kontrak ke KPPN di Provinsi Kepulauan Riau
rendah yakni sebesar 60,68% dengan nilai IKPA 4 sebesar 7,28 dari 12 (pencapaian 60,67%).
2.5.
Pengelolaan Uang Persediaan
Uang Persediaan (UP) digunakan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari satker
dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme LS. UP merupakan
uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan
penggantiannya (revolving) setelah digunakan minimal 50%. Maksimal pembayaran UP pada
satu penerima paling banyak Rp.50 juta kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan
dinas. Pada akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP pada Kas Bendahara Pengeluaran/
BPP paling banyak Rp.50 juta.
Gambar 6 Pengelolaan UP hingga Triwulan II-2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Total GUP hingga triwulan II 2017 mencapai 2.236 pertangungjawaban UP. GUP tersebut
dilakukan oleh 44 BA (317 satker). Hanya 8 BA (92 satker) yang melakukan pertanggung
jawaban UP tepat waktu seluruhnya (warna hijau). Sedangkan BA yang pertanggungjawaban
nya di bawah 50% (warna merah) terdapat pada 2 BA (18 satker). Dan sebanyak 3 BA (17
satker) sama sekali tidak pernah tepat waktu. Kondisi tersebut mendorong ketepatan waktu
pertanggungjawaban UP di Provinsi Kepulauan Riau cukup baik yakni sebesar 83,77% dengan
nilai IKPA 5 sebesar 8,38 dari 10 (pencapaian 83,8%).
2.6.
Revisi Anggaran
Perencanaan anggaran yang masih kurang berkualitas dalam pelaksanaan anggaran dapat
dilihat dari terjadinya revisi anggaran (DIPA). Mayoritas revisi disebabkan oleh perencanaan
Tepat, 84% Pertanggungjawab an UP 4 5 6 10 12 13 15 18 19 22 23 24 25 26 27 29 32 33 40 42 44 47 54 55 56 57 59 60 63 65 66 67 68 75 76 87 89 90 92 10 4 10 7 11 5 11 6 99 9
IKPA 5 Pengelolaan UP
10
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
satker dan atau K/L yang belum baik, walaupun tidak tertutup kemungkinan terjadi karena
sebab yang lain. Perencanaan yang baik akan mendorong pelaksanaan anggaran yang baik.
Oleh karena itulah perencanaan merupakan salah satu indikator kualitas dan kinerja
pelaksanaan anggaran. Indikator tersebut menunjukkan apakah satker dan atau K/L serius
dan bekerja dengan baik jauh sebelum pelaksanaan anggaran dilaksanakan.
Gambar 7 Revisi DIPA hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Hingga triwulan II-2017 telah terjadi revisi sebanyak 376 revisi dengan 69% revisi berupa
pergeseran sedangkan sisanya merupakan revisi administrasi. Revisi tersebut dilakukan oleh
33 BA (248 satker). Hanya 5 BA yang rasio revisi persatker dibawah 50% (warna hijau). Sedang
kan BA yang rasio revisi persatker di atas 150% (kriteria terendah) terdapat pada 7 BA (warna
merah). Satker dengan revisi terbanyak adalah BNN Prov.Kepri (682626) sebanyak 5 kali revisi
geser. Kondisi tersebut menyebabkan ketepatan perencanaan/penganggaran di Provinsi Kepulauan
Riau cukup baik yakni sebesar 75%, dengan nilai IKPA 6 sebesar 4,25 dari 5 (pencapaian 85%).
2.7.
Kesalahan SPM
Kesalahan SPM merupakan kesalahan yang terjadi saat pengajuan SPM ke KPPN. Sebagian
besar kesalahan SPM terjadi karena terdapat perbedaan data suplier antara satker dengan
KPPN. Alasan pengembalian SPM antara lain kesalahan akun, kesalahan kodefikasi, kesalahan
bagan akun standar, maupun uraian data pembayaran yang tercantum pada SPM/ADK.
Kesalahan penulisan nama penerima dana.
Gambar 8 Pengembalian SPM hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE Geser, 69% Revisi DIPA 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5 6 13 15 18 19 22 23 24 25 26 27 29 32 33 42 47 54 55 56 59 60 63 66 68 75 76 89 10 7 11 2 11 5 11 6 99 9
IKPA 6 Revisi DIPA
PMRT, 4% Pengembalian SPM 4 5 6 10 12 13 15 18 19 22 23 24 25 26 27 29 32 33 40 42 44 47 54 55 56 57 59 60 63 65 66 67 68 75 76 87 89 90 92 10 4 10 7 11 1 11 2 11 5 11 6 99 9
IKPA 7 Kesalahan SPM
11 |
isi EPA
Kesalahan SPM dapat digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan anggaran dengan
melihat rasio pengembalian SPM dibandingkan dengan seluruh SPM yang diajukan ke KPPN.
Total SPM yang diajukan ke KPPN hingga triwulan II 2017 mencapai 24.679 SPM yang diajukan
oleh 46 BA (333 satker). Dari jumlah tersebut, terjadi pengembalian/penolakan karena adanya
kesalahan SPM sebanyak 4%. Hanya 13 BA (112 satker) yang seluruh SPM diterima KPPN
untuk diterbitkan SP2D (warna hijau). Sedangkan BA yang memiliki tingkat kesalahan SPM
tertinggi karena memiliki tingkat kesalahan di atas 7% terdapat pada 3 BA (59 Satker) yang
warna merah. Kondisi tersebut mendorong kinerja pelaksanaan anggaran di Provinsi
Kepulauan Riau cukup baik karena tingkat kesalahan SPM sebesar 4,03% dengan nilai IKPA 7
sebesar 5,6 dari 8 (pencapaian 70%).
2.8.
Retur SP2D
Retur merupakan penolakan/pengembalian atas pemindahbukuan dan/atau transfer
pencairan APBN dari Bank/Kantor Pos Penerima kepada Bank/Kantor Pos Pengirim. Alasan
terjadi retur SP2D antara lain Kesalahan/perbedaan nama/nomor rekening pada SP2D dengan
data perbankan. Kesalahan penulisan nama bank penerima; Rekening tidak aktif/tutup/pasif.
Retur SP2D dapat digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan anggaran dengan melihat
rasio SP2D retur dibandingkan dengan seluruh SP2D yang diajukan ke Bank.
Gambar 9 Retur SP2D hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Total SP2D yang diterbitkan KPPN hingga triwulan II 2017 mencapai 23.684 SP2D. Dari jumlah
tersebut, terjadi retur sebanyak 0,57%. Terdapat 29 BA dan 305 satker yang seluruh SP2D
dapat dicairkan (warna hijau). Sedangkan BA yang memiliki tingkat retur SP2D tertinggi
karena memiliki tingkat kesalahan di atas 1,5% terdapat pada 2 BA (23 satker) dengan warna
merah. Kondisi tersebut mendorong kinerja pelaksanaan anggaran di Provinsi Kepulauan Riau
cukup baik karena tingkat retur SP2D dengan nilai IKPA 7 sebesar 3,5 dari 5 (pencapaian 70%).
Retur, 0,57% Retur SP2D 4 5 6 10 12 13 15 18 19 22 23 24 25 26 27 29 32 33 40 42 44 47 54 55 56 57 59 60 63 65 66 67 68 75 76 87 89 90 92 10 4 10 7 11 2 11 5 11 6 99 9 IKPA 8 Retur SP2D
12
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
2.9.
Rekon LPJ Bendahara Pengeluaran
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara Pengeluaran dibuat sebagai wujud pertanggung
jawaban bendahara atas uang yang dikelolanya. LPJ dibuat tiap bulan dan disampaikan paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya atau hari kerja berikutnya jika libur kepada KPPN. Dasar
hukum pelaksanaan adalah PMK-162/PMK.05/2013 dan Perdirjen Perbendaharaan
PER-03/PB/2014.
Gambar 10 LPJ Bendahara Pengeluaran hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Total LPJ Bendahara Pengeluaran yang telah disampaikan satker ke KPPN hingga triwulan II
2017 mencapai 1.720 SP2D. Terdapat 28 BA dan 308 satker yang menyampaikan seluruh LPJ
tepat waktu (warna hijau). Kondisi tersebut mendorong ketepatan waktu penyampaian LPJ
Bendahara Pengeluaran ke KPPN di Provinsi Kepulauan Riau cukup tinggi yakni sebesar
97,62% dengan nilai IKPA 9 sebesar 4,88 dari 5 (pencapaian 97,6%).
2.10.
Rencana Kas
Perencanaan kas dilakukan terhadap pembayaran di atas Rp1 miliar dalam satu minggu
diajukan sebelum pengajuan SPM ke KPPN. Renkas dapat digunakan untuk mengukur kinerja
pelaksanaan anggaran dengan melihat rata-rata gap rencana kas.
Gambar 11 Perencanaan Kas hingga Triwulan II Tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: MEBE
Total perencanaan kas yang telah disampaikan satker ke KPPN hingga triwulan II 2017
mencapai Rp 263,09 miliar dengan realisasi Rp 251,89 miliar. Terdapat 14 BA (23 satker) yang
berkewajiban menyampaikan renkas dengan 7 BA selalu tepat. Kondisi tersebut mendorong
Tepat, 97,62% Penyampaian LPJ 4 5 6 10 12 13 15 18 19 22 23 24 25 26 27 29 32 33 40 42 44 47 54 55 56 57 59 60 63 65 66 67 68 75 76 87 89 90 92 10 4 10 7 11 1 11 2 11 5 11 6 99 9
IKPA 9 Penyampaian LPJ Bendahara Pengeluaran
Dev, 4,26% Renkas
12 13 15 22 23 24 25 32 33 42 60 68 112 999 IKPA 10 Rencana Kas
13 |
isi EPA
ketepatan waktu penyampaian renkas ke KPPN di Provinsi Kepulauan Riau sangat baik dengan
nilai IKPA 10 sebesar 5 dari 5 (pencapaian 100%).
2.11.
Permasalahan Pelaksanaan Anggaran
Berbagai permasalahan pelaksanaan anggaran masih dialami oleh satuan kerja yang
melaksanakan kegiatan sehingga sasaran yang ingin dicapai belum terealisasi dengan
maksimal. Beberapa permasalahan yang dialami pada tahun anggaran sebelumnya masih
terjadi pada triwulan II 2017. Berbagai permasalahan tersebut terkait kendala administratif,
koordinasi dengan pihak terkait, pengadaan barang jasa, dan kebijakan di bidang pelaksanaan
anggaran.
Pencapaian indeks kinerja pelaksanaan anggaran mencerminkan kondisi pelaksanaan
anggaran pada masing-masing indikator. Selama triwulan II 2017, pelaksanaan anggaran di
Provinsi Kepulauan Riau yang dilakukan oleh satuan kerja memiliki nilai terendah pada
penyelesaian tagihan dan penyampaian data kontrak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
permasalahan paling dominan di Provinsi Kepulauan Riau selama triwulan II 2017 terkait
kontrak. Berdasarkan rapat Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dan dialog kinerja satker triwulan
II tahun anggaran 2017 didapatkan beberapa permasalahan yang dikelompokan pada
masing-masing sektor.
2.7.1
Pelaksanaan APBN Provinsi Kepulauan Riau Sektor Polhukam
Pelaksanaan anggaran selama triwulan II tahun 2017 pada sektor Polhukam terkendala
beberapa permasalahan yang dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok sebagai berikut:
Permasalahan Penyerapan Anggaran
a.
Rendahnya penyerapan belanja barang akibat prioritas pelaksanaan anggaran pada DIPA
lain yang dikelola oleh divisi yang sama (1 divisi mengelola 6 DIPA).
Menunggu instruksi
lanjutan dari Eselon I untuk menjalankan kegiatan, sehingga kegiatan diprioritaskan di
DIPA lain.
83,39% 95,00% 100,00%
60,68% 83,77% 85,00% 70,00% 70,00%
97,62% 100,00%
Pencapaian Indeks Kinerja Pelaksanaan Anggaran Triwulan II 2017
14
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
b.
Rendahnya penyerapan belanja pegawai akibat adanya pengurangan personel karena
mutasi dan juga karena terlalu besarnya perencanaan anggaran 51.
c.
Rendahnya penyerapan belanja barang akibat keterlambatan pelaksanaan kegiatan dari
bidang teknis dan revisi yang dilakukan oleh bagian perencanaan menghambat pencairan
dana.
d.
Rendahnya penyerapan belanja modal karena masih menunggu peraturan mengenai
maksimum pencairan PNBP yang belum diterbitkan.
e.
Rendahnya penyerapan akibat satker baru dan atau pengelola keuangan yang baru yang
memerlukan penyesuaian
.
Permasalahan Penyelesaian Tagihan dan Kontrak
a.
Keterlambatan penyampaian adk kontrak karena kesalahan nama dan kesalahan/
pergantian nomor rekening supplier.
b.
Satker terlambat membuka email pemberitahuan dari KPPN terkait penyampaian ADK
kontrak KPPN.
c.
Keterlambatan penyampaian ADK Kontrak akibat kontrak yang dilelang di pusat dan
pergantian pejabat perbendaharaan.
d.
Kurang jelasnya ketepatan waktu penyelesaian tagihan karena kurang lengkapnya detil
uraian pada SPM.
e.
Keterlambatan penyelesaian tagihan karena belum adanya tagihan dari pihak ketiga.
f.
Keterlambatan penyelesaian tagihan akibat kesalahan pencantuman tanggal kontrak.
Permasalahan Pengembalian SPM dan Retur SP2D
a.
Kurang ketelitian dalam pembuatan dan pengajuan SPM
.
b.
Pergantian pengelola keuangan sehingga pengelola tersebut belum/kurang menguasai.
Permasalahan Pembayaran
dan
Pertanggungjawaban
Jumlah UP terlalu besar hingga susah untuk melakukan GUP sebulan sekali.
2.7.2
Pelaksanaan APBN Provinsi Kepulauan Riau Sektor Perekonomian
Pelaksanaan anggaran selama triwulan II tahun 2017 pada sektor Perekonomian terkendala
beberapa permasalahan yang dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok sebagai berikut:
Permasalahan Penyerapan Anggaran
a.
Perubahan pengelola keuangan yang baru sehingga memerlukan penyesuaian.
b.
Pelaksanaan kegiatan terkendala pembebasan lahan sehingga belum dapat dilaksanakan.
15 |
isi EPA
d.
Proposal dari kabupaten/kota belum diterima sampai saat ini.
e.
Kurangnya tenaga operator aplikasi keuangan.
f.
Revisi pusat tanpa memberitahu satker.
g.
Beberapa kegiatan/proyek masih dalam proses lelang dan belum kontrak.
h.
Sebagian besar kegiatan melibatkan instansi-instansi lain sehingga terhambat dalam
pelaksanaan karena terkendala penyamaan jadwal kegiatan dengan instansi-instansi
tersebut.
i.
Kegiatan yang memiliki nilai besar sebagian besar dilakukan secara bertahap dengan
puncak terbesar terealisasi pada triwulan III.
j.
Rendahnya penyerapan akibat satker baru dan atau pengelola keuangan yang baru yang
memerlukan penyesuaian.
k.
Terdapat penambahan pagu yang sangat besar pada akhir semester I.
Permasalahan Penyelesaian Tagihan dan Kontrak
a.
Penyampaian ADK Kontrak rendah karena kurang koordinasi antara PPK dengan bagian
penerbit/penandatangan SPM.
b.
Kelengkapan berkas rekanan menjadi kendala penyampaian ADK Kontrak/data supplier.
c.
Petugas keuangan belum familiar dengan aplikasi dan aturan revisi.
d.
Keterlambatan penyampaian adk kontrak karena kesalahan nama dan kesalahan/
pergantian nomor rekening supplier.
e.
Pergantian pengelola keuangan sehingga pengelola tersebut belum/kurang menguasai
terkait pelaksanaan anggaran satker.
f.
PPK terlambat menyampaikan kontrak ke Bagian Umum.
g.
Kelengkapan berkas rekanan menjadi kendala penyampaian ADK Kontrak/data supplier.
h.
Kurangnya pengetahuan petugas Satker terkait cara dan durasi pendaftaran data kontrak
ke KPPN;
i.
Pihak ketiga tidak segera mengajukan tagihan ke PPK padahal pekerjaan telah selesai
dilaksanakan.
j.
Adanya kesalahan persepsi mengenai macam-macam kontrak yang harus didaftarkan.
k.
Rasio antara volume target dan jumlah SDM dan luas wilayah sangat timpang wilayah
daratan hanya ± 4% dari total luas wilayah. Terdapat kegiatan prona 4.000 bidang harus
selesai pada bulan Mei dan pada bulan Juli terdapat penambahan 47.000 bidang.
Permasalahan Pengembalian SPM dan Retur SP2D
a.
Kesalahan pengisian nomor rekening pihak ketiga menyebabkan terjadi retur SP2D.
b.
Pergantian pengelola keuangan sehingga pengelola tersebut belum/kurang menguasai
16
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
Permasalahan Pembayaran
dan
Pertanggungjawaban
a.
Kurangnya koordinasi antara Bendahara, pejabat penandatangan SPM terhadap staff
keuangan dan staff SPM.
b.
Pergantian pengelola keuangan sehingga pengelola tersebut belum/kurang menguasai
terkait pelaksanaan anggaran satker.
c.
Pengembalian SPM dan retur SP2D akibat kesalahan pada data suplier dan perubahan
status penerima.
2.7.3
Pelaksanaan APBN Provinsi Kepulauan Riau Sektor Kesejahteraan Rakyat
Pelaksanaan anggaran selama triwulan II tahun 2017 pada sektor Kesejahteraan Rakyat
terkendala beberapa permasalahan yang dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok
sebagai berikut:
Permasalahan Penyerapan Anggaran
a.
Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai perencanaan karena harus nenunggu instruksi dari
Kantor Pusat (Eselon I).
b.
Untuk merealisasikan kegiatan harus mendapat persetujuan dari PMU (Project
Management Unit) A->B perkegiatan sehingga waktu untuk melaksanakan kegiatan
menjadi lebih lama.
c.
Tambahan anggaran di akhir triwulan I karena ada dana luncuran dari 2016 ke 2017.
d.
Beban kerja personil pelaksanaan yang kebanyakan dari dosen cukup tinggi sehingga
proses penyiapan data dukung, pengajuan persetujuan dan proses pelaksanaan kegiatan
yang sudah disetujui menjadi lebih panjang.
e.
Adanya kegiatan Rehab gedung yang seharusnya dilaksanakan pada Semester I namun
harus merubah posisi gedung sehingga harus ada revisi akun, sementara revisi DIPA I
belum keluar, hal tersebut menjadi kendala mengajukan revisi perubahan akun.
f.
Realisasi anggaran PNBP dapat dilakukan jika target penerimaannya tercapai. Selama
triwulan II pencapaian target tersebut kurang berjalan dengan baik.
g.
Terjadi perubahan jadwal kegiatan yang seharusnya direalisasikan semester I menjadi
triwulan III
.
h.
Adanya Tunjangan Fungsional guru Madrasah Non PNS yang harus dibayar perbulan,
namun juknis pembayarannya baru diterima pertengahan Juni 2017. Waktu tersebut
bersamaan dengan libur sekolah sehingga guru-guru penerima Tunjangan belum sempat
melengkapi persyaratan sesuai juknis. Pencairan akan dilaksanakan pada akhir Juli 2017.
17 |
isi EPA
i.
Pengadaan gagal hingga 3 kali sehingga memakan waktu penyelesaian pengadaan barang
tersebut. Pengadaan akan dilakukan kembali namun menunggu penyelesaian kegiatan di
Triwulan IV.
Permasalahan Penyelesaian Tagihan dan Kontrak
a.
Pergantian pengelola keuangan sehingga pengelola tersebut belum/kurang menguasai
terkait pelaksanaan anggaran satker
.
b.
Untuk Bantuan Siswa PIP, masalah rekening yang diajukan tidak dapat ditindak lanjuti.
c.
Keterlambatan penyampaian data kontrak terkait dengan e-katalog dimana lokasi
penyedia barang/jasa berbeda dengan satker yang bersangkutan
Permasalahan Pembayaran
dan
Pertanggungjawaban
Jumlah UP terlalu besar hingga susah untuk melakukan GUP sebulan sekali.
2.7.4
Pelaksanaan APBN Provinsi Kepulauan Riau Sektor Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan
Pelaksanaan anggaran selama triwulan II tahun 2017 pada sektor Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan terkendala beberapa permasalahan yang dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok sebagai berikut:
Permasalahan Penyerapan Anggaran
a.
Perubahan kegiatan yang harus menunggu persetujuan eselon I.
b.
Terdapat kegiatan yang baru dapat dilaksanakan pada akhir triwulan karena kurangnya
koordinasi antar bidang pelaksana kegiatan
c.
Perubahan Nomenklatur menyebabkan banyaknya penyesuaian yang harus dilakukan
sehingga menunda pelaksanaan kegiatan. Penyesuaian akibat perubahan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) menyebabkan perubahan pada SKPD berupa penyesuaian
struktural organisasi, penyesuaian tugas dan fungsi organisasi, dan penyesuaian
nomenklatur organisasi dengan nomenklatur pada DIPA.
d.
Pergantian pengelola keuangan sehingga memerlukan penyesuaian.
e.
Koordinasi antar SKPD sangat kurang sehingga mengalami kendala dalam melaksanakan
program kegiatan.
f.
Untuk merealisasikan kegiatan harus menunggu droping barang dari kantor pusat, dan
pembayarannya di lakukan setelah barang diterima di Propinsi sehingga menghambat
penyerapan dana.
18
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
g.
Adanya kegiatan yang belum dijalankan disebabkan kegiatan tersebut masih nunggu
even-even pemerintah provinsi yaitu kegiatan promosi kesehatan, kegiatan tersebut baru akan
dilaksanakan mulai di Triwulan III 2017.
h.
kesulitan dalam melakukan koordinasi antar satker mengingat letak geografis di Kepri
yaitu kepulauan dan sinyal jaringan juga sulit sehingga sangat mengganggu dalam
pelaksanaan kegiatan.
Permasalahan Penyelesaian Tagihan dan Kontrak
a.
Keterlambatan penyampaian ADK kontrak ke KPPN karena kesalahan nama dan
kesalahan/pergantian nomor rekening supplier.
b.
Pihak ketiga terlambat mengajukan data kontrak ke PPK.
c.
Pergantian pengelola keuangan sehingga pengelola tersebut belum/kurang menguasai
terkait pelaksanaan anggaran satker.
d.
Banyak kegiatan yang berhubungan langsung dengan kantor pusat sehingga memerlukan
keputusan dari kantor pusat termasuk terkait kontrak-kontrak sehingga menimbulkan
keterlambatan pengajuan data kontrak ke KPPN.
19 |
isi EPA
Bab III.
Penutup
3.1.
Kesimpulan
Setelah dilakukan rapat koordinasi dan focus group discussion terkait pelaksanaan anggaran
pada beberapa satuan kerja Kementerian Negara/Lembaga maka dapat diambil kesimpulan
terkait pelaksanaan anggaran di Provinsi Kepulauan Riau.
1.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait penyerapan adalah
perubahan pejabat perbendaharanan dan pengelola keuangan yang menyebabkan
perbedaan pengetahuan terkait pelaksanaan anggaran; pengaruh pihak eksternal seperti
pembebasan lahan dan kerjasama dengan pihak lain; peraturan teknis pelaksanaan yang
berbeda dengan alokasi/perencanaan semula dan atau terlambat dikeluarkan.
2.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait kontrak dan
penyelesaian tagihan adalah permasalahan input adk kontrak, pergantian pejabat
perbendaharaan dan pengelola keuangan, detil uraian pada SPM yang kurang lengkap,
kesalahan pencantuman tanggal kontrak dan belum adanya tagihan dari pihak ketiga,
pembelajaran pengadaan melalui e-catalog, kurangnya pengetahuan pengelola keuangan
terkait data kontrak, dan banyak kegiatan yang berhubungan langsung dengan kantor
pusat satker.
3.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait pengembalian SPM
dan retur SP2D adalah kesalahan pengisian nomor rekening, perubahan data suplier dan
pergantian pejabat pengelola keuangan.
4.
Permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan anggaran terkait pembayaran dan
pertanggungjawaban adalah nilai UP yang terlalu besar.
3.2.
Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam kesimpulan pada kegiatan
rapat koordinasi dan focus group discussion dan rapat koordinasi, Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Kepulauan Riau memberikan beberapa rekomendasi untuk mendukung pelaksanaan
anggaran di Provinsi Kepulauan Riau. Rekomendasi tersebut adalah:
Penyerapan
1.
Peningkatan intensitas koordinasi dengan pihak intern terkait, sehingga pelaksanaan
20
|
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan II-2017
2.
Satker harus segera melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan dan menyusun
jadwal kegiatan untuk meningkatkan ketepatan realisasi perencanaannya.
3.
Segera melakukan koordinasi dengan Eselon I dan merevisi DIPA terkait perubahan/
penyesuaian rencana kegiatan sehingga kegiatan dapat segera dilaksanakan.
Penyelesaian tagihan dan kontrak
4.
Meningkatkan koordinasi dengan pihak ketiga untuk mendorong peningkatan ketepatan
waktu dalam penyampaian data kontrak dan penyelesaian tagihan. Mendorong pihak
ketiga untuk segera mengajukan tagihan setelah timbulnya hak tagih pada negara.
5.
Peningkatan ketelitian dalam pembuatan kontrak dan ketepatan waktu penyelesaian
tagihan.
Pengembalian SPM dan Retur SP2D
6.
Meningkatkan ketelitian dalam pengajuan SPM untuk mengurangi resiko pengembalian
SPM dan retur SP2D;
dan peningkatan koordinasi dengan segenap pihak intern yang
terkait.
7.
Satker baru agar berkoordinasi dengan kantor wilayah/koordinator wilayah untuk
meminta bimbingan dalam pengelolaan keuangan, serta berkonsultasi dengan KPPN dan
Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
8.
Peningkatan ketelitian dalam pengajuan SPM, dan agar satker membantu mengingatkan
petugas FO KPPN jika ada update data pegawai.
9.
Terkait ketelitian dalam pengajuan dokumen, satker diingatkan untuk lebih teliti dan
memperhatikan detil dalam SPM dan ADK supplier, untuk mencegah pengembalian/
kesalahan SPM yang berisiko penundaan pencairan dana.
Pembayaran dan Pertanggungjawaban
10.
Mengingat periode GU menjadi lebih singkat, dapat diajukan pengurangan nilai UP PNBP
agar dapat lebih cepat mempertanggungjawabkan.
11.
Penyesuaian dengan pengaturan dalam S-2570/PB/2017 agar dilaksanakan revolving UP
minimal 1 kali dalam 1 bulan. Satker dapat mengajukan pengurangan nilai UP, jika besaran
UP yang harus dipertanggungjawabkan minimal 1 kali dalam 1 bulan tersebut terlalu
besar.
LAMPIRAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2017
INDIKATOR KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN
Bagian Anggaran-
Satuan Kerja-
No BA Ke m en te ri an N eg ar a/ Le m ba ga IK PA 1 IK PA 2 IK PA 3 IK PA 4 IK PA 5 IK PA 6 IK PA 7 IK PA 8 IK PA 9 IK PA 10 IK PA 1 00 4 Ba da n Pe m er ik sa K eu an ga n 25 ,0 0 10 ,0 0 5, 00 5, 14 4, 00 5, 00 5, 60 5, 00 5, 00 5, 00 74 ,7 4 2 00 5 M ah ka m ah A gu ng 25 ,0 0 20 ,0 0 5, 00 7, 20 7, 59 4, 25 5, 60 5, 00 4, 91 5, 00 89 ,5 5 3 00 6 Ke ja ks aa n Re pu bl ik In do ne sia 25 ,0 0 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 8, 17 5, 00 6, 80 4, 25 4, 44 5, 00 95 ,6 6 4 01 0 Ke m en te ria n Da la m N eg er i 13 ,0 6 20 ,0 0 5, 00 6, 67 5, 00 8, 00 5, 00 4, 50 5, 00 72 ,2 2 5 01 2 Ke m en te ria n Pe rt ah an an 25 ,0 0 20 ,0 0 5, 00 11 ,7 3 7, 50 5, 00 5, 60 4, 25 4, 33 5, 00 93 ,4 2 6 01 3 Ke m en te ria n Hu ku m d an H ak A sa si M an us ia R I 25 ,0 0 18 ,7 5 5, 00 7, 92 9, 05 4, 25 5, 60 5, 00 4, 90 5, 00 90 ,4 7 7 01 5 Ke m en te ria n Ke ua ng an 24 ,0 7 19 ,0 5 5, 00 8, 18 7, 93 5, 00 5, 60 3, 50 5, 00 5, 00 88 ,3 2 8 01 8 Ke m en te ria n Pe rt an ia n 10 ,8 2 16 ,5 2 5, 00 6, 67 7, 94 3, 50 5, 60 5, 00 4, 87 5, 00 70 ,9 1 9 01 9 Ke m en te ria n Pe rin du st ria n 25 ,0 0 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 8, 57 3, 00 8, 00 5, 00 4, 00 5, 00 95 ,5 7 10 02 2 Ke m en te ria n Pe rh ub un ga n 23 ,2 9 18 ,4 0 5, 00 9, 74 9, 31 4, 25 5, 60 3, 50 4, 93 5, 00 89 ,0 3 11 02 3 Ke m en te ria n Pe nd id ik an d an K eb ud ay aa n 18 ,3 5 20 ,0 0 5, 00 10 ,2 9 8, 97 4, 25 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 89 ,8 6 12 02 4 Ke m en te ria n Ke se ha ta n 21 ,4 2 20 ,0 0 5, 00 9, 78 8, 37 3, 50 8, 00 4, 25 4, 92 5, 00 90 ,2 4 13 02 5 Ke m en te ria n Ag am a 22 ,5 7 17 ,3 3 5, 00 7, 66 7, 40 4, 25 5, 60 3, 00 4, 90 5, 00 82 ,7 1 14 02 6 Ke m en te ria n Ke te na ga ke rja an 17 ,9 1 20 ,0 0 5, 00 8, 67 5, 00 8, 00 5, 00 4, 00 5, 00 78 ,5 7 15 02 7 Ke m en te ria n So sia l 15 ,3 6 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 5, 50 3, 50 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 84 ,3 6 16 02 9 Ke m en te ria n Li ng ku ng an H id up d an K eh ut an an 20 ,1 4 20 ,0 0 5, 00 9, 60 7, 73 3, 50 8, 00 3, 50 5, 00 5, 00 87 ,4 7 17 03 2 Ke m en te ria n Ke la ut an d an P er ik an an 16 ,6 3 20 ,0 0 5, 00 8, 53 8, 28 5, 00 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 86 ,4 3 18 03 3 Ke m en te ria n Pe ke rja an U m um d an P er um ah an R ak ya t 22 ,9 2 19 ,5 2 5, 00 4, 81 9, 14 4, 25 8, 00 4, 25 4, 89 4, 25 87 ,0 2 19 04 0 Ke m en te ria n Pa riw isa ta 19 ,5 6 20 ,0 0 4, 25 10 ,0 0 5, 00 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 81 ,8 1 20 04 2 Ke m en te ria n Ri se t, Te kn ol og i, d an P en di di ka n Ti ng gi 22 ,5 7 20 ,0 0 5, 00 9, 68 9, 70 3, 50 8, 00 3, 50 5, 00 4, 25 91 ,1 9 21 04 4 Ke m en te ria n Ko pe ra si da n Us ah a K ec il da n M en en ga h 10 ,3 2 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 10 ,0 0 5, 00 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 85 ,3 2 22 04 7 Ke m en te ria n Pe m be rd ay aa n Pe re m pu an d an P er lin du ng an A na k 5, 93 20 ,0 0 5, 00 10 ,0 0 3, 50 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 67 ,4 3 23 05 4 Ba da n Pu sa t S ta tis tik 19 ,6 5 20 ,0 0 5, 00 8, 21 9, 34 3, 00 6, 80 4, 25 4, 88 5, 00 86 ,1 3 24 05 5 Ke m en te ria n Pe re nc an aa n Pe m ba ng un an N as io na l 13 ,0 6 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 5, 00 3, 50 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 81 ,5 6 25 05 6 Ke m en te ria n Ag ra ria d an T at a R ua ng /B PN 15 ,2 7 20 ,0 0 5, 00 9, 00 8, 46 3, 00 5, 60 4, 25 5, 00 5, 00 80 ,5 8 26 05 7 Pe rp us ta ka an N as io na l R ep ub lik In do ne sia 8, 45 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 5, 00 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 73 ,4 5 27 05 9 Ke m en te ria n Ko m un ik as i d an In fo rm at ik a 25 ,0 0 20 ,0 0 5, 00 4, 80 10 ,0 0 3, 00 5, 60 5, 00 5, 00 5, 00 88 ,4 0 28 06 0 Ke po lis ia n Ne ga ra R ep ub lik In do ne sia 23 ,4 6 18 ,6 1 5, 00 1, 58 9, 19 4, 25 5, 60 4, 25 4, 89 5, 00 81 ,8 3 29 06 3 Ba da n Pe ng aw as O ba t d an M ak an an 12 ,1 1 20 ,0 0 5, 00 6, 67 5, 00 3, 50 5, 60 5, 00 5, 00 5, 00 72 ,8 7 30 06 5 Ba da n Ko or di na si Pe na na m an M od al 6, 23 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 5, 00 8, 00 5, 00 4, 00 5, 00 70 ,2 3 31 06 6 Ba da n Na rk ot ik a N as io na l 20 ,3 1 20 ,0 0 5, 00 6, 00 8, 28 3, 00 6, 80 5, 00 5, 00 5, 00 84 ,3 8 32 06 7 Ke m en te ria n De sa , P em ba ng un an D ae ra h Te rt in gg al d an T ra ns m ig ra si 16 ,0 8 20 ,0 0 5, 00 10 ,0 0 5, 00 4, 80 5, 00 5, 00 5, 00 75 ,8 8 33 06 8 Ba da n Ke pe nd ud uk an d an K el ua rg a B er en ca na N as io na l 24 ,0 7 20 ,0 0 5, 00 6, 86 9, 38 3, 50 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 91 ,8 0 34 07 5 Ba da n M et eo ro lo gi , K lim at ol og i d an G eo fis ik a 23 ,0 9 15 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 8, 00 4, 25 5, 60 5, 00 5, 00 5, 00 87 ,9 4 35 07 6 Ko m isi P em ili ha n Um um 25 ,0 0 20 ,0 0 5, 00 7, 27 3, 50 6, 80 4, 25 4, 75 5, 00 81 ,5 7 36 08 7 Ar sip N as io na l R ep ub lik In do ne sia 17 ,3 2 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 6, 67 5, 00 8, 00 5, 00 5, 00 5, 00 88 ,9 8 37 08 9 Ba da n Pe ng aw as an K eu an ga n da n Pe m ba ng un an 25 ,0 0 20 ,0 0 5, 00 12 ,0 0 10 ,0 0 3, 50 4, 80 5, 00 5, 00 5, 00 95 ,3 0