• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. alinea keempat yang berbunyi melindungi segenap bangsa Indonesia dan. sendi-sendi kehidupan seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. alinea keempat yang berbunyi melindungi segenap bangsa Indonesia dan. sendi-sendi kehidupan seluruh masyarakat tanpa terkecuali."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan bagi setiap negara. Sebagai Negara yang berkembang Negara Kesatuan Republik Indonesia terus melakukan pembangunan di segala bidang, baik dibidang pembangunan ekonomi, sosial budaya, hukum dan lain-lain yang tentu saja dengan melibatkan seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara yang dicantumkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD RI 1945) pada alinea keempat yang berbunyi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial”. Pembangunan nasional pada dasarnya diselenggarakan untuk masyarakat dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia dan harus dapat menyentuh sendi-sendi kehidupan seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

(2)

Pembangunan nasional dapat dilaksanakan apabila ada dana yang tersedia. Dana tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari dalam maupun luar negeri, baik sektor swasta maupun pemerintah. Salah satu sumber penerimaan dalam negeri adalah dari sektor pajak. Menurut S.I. Djajadiningrat (Siti Resmi, 2009) menyatakan bahwa : “ Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum”. Pajak dipandang sebagai bagian terpenting dalam penerimaan negara. Mengingat adanya dua fungsi yang melekat pada pajak (budgetair dan regulerend), maka dalam pemungutan pajak bukan hanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi, juga menggenjot penerimaan Negara. Harinurdin, (2009).

Lahirnya Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan implementasi atas lahirnya otonomi daerah yang diselenggarakan di Indonesia. Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, merupakan sumber keuangan riil bagi pemerintah daerah. Suatu daerah mempunyai hak untuk mengatur, mendapatkan, dan memelihara aspek sumber Pendapatan Asli Daerahnya yang hasilnya 100% (seratus persen) dikelola oleh pemerintah daerah itu sendiri. Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 telah

(3)

mengubah sistem pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan khususnya sektor Perdesaan dan Perkotaan. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang awalnya merupakan pajak pusat kini menjadi pajak daerah. Pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah ini merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang ada. Hasil dari pengelolaan pajak tersebut 100% (seratus persen) masuk ke kas daerah setempat, sehingga tidak akan ada lagi bagi hasil pajak kepada pemerintah pusat. Rudi, dkk (2015).

Dalam rangka meningkatkan kapasitas fiskal daerah, melalui Undang-undang No. 28 Tahun 2009, daerah telah diberikan kewenangan untuk memungut pajak (taxing power). Setidaknya ada empat perubahan fundamental yang diatur dalam undang-undang tersebut. Pertama, mengubah penetapan pajak daerah dan retribusi daerah dari open-list system menjadi closed-list system. Kedua, memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah melalui perluasan basis pajak daerah dan retribusi daerah, penambahan jenis pajak baru yang dapat dipungut oleh daerah, dan pemberiaan diskresi kepada daerah untuk menetapkan tarif sesuai batas tarif maksimum dan minimum yang ditentukan. Ketiga, memperbaiki sistem pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah melalui kebijakan bagi hasil pajak provinsi kepada kabupaten/kota dan kebijakan earmarking untuk jenis pajak daerah tertentu. Keempat, meningkatkan efektivitas pengawasan

(4)

pungutan daerah dengan mengubah mekanisme pengawasan dari sistem represif menjadi sistem preventif dan korektif. Nur Riza. (2016).

Efektivitas merupakan suatu ukuran untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas menurut Mardiasmo (2004) adalah “ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan berjalan dengan efektif.” Tingkat efektivitas penerimaan PBB P2 dihitung berdasarkan hasil yang dicapai dengan target yang ditentukan. Semakin besar tingkat efektivitas penerimaan PBB P2, dapat dikatakan kinerja aparatur penegak pajak telah maksimal atau efektif dalam upaya mengoptimalkan penerimaan PBB P2 tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil tingkat efektivitas yang dicapai maka kinerja aparatur penegak pajak kurang maksimal. Berdasarkan hal tersebut diperlukan persiapan yang baik dan matang yang akan membuat besarnya pendapatan dan efektivitas penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan perkotaan. Rudi. (2015).

Mardiasmo (2011), Dana Bagi Hasil dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan dibagi untuk Pemerintah Pusat dan Daerah. Mardiasmo (2011) menyatakan bahwa intensif setidaknya pemungutan pajak (Self assessment) dapat diukur melalui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban pajaknya, diamana ada beberapa aspek yang menjadi tolak ukur yakni aspek psikologis dan aspek yudiris. Aspek

(5)

psikologis lebih melihat kepada sampai sejauh mana aparat pajak dalam melakukan tugasnya sebagai penyuluh, pelayan, dan pengawas. Aspek yudiris diukur dari sampai sejauh mnan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Meliala dan Oetomo (2012), Pajak Bumi dan Bangunan yang disingkat PBB yaitu pajak paksa atas harta tetap yang diberlakukan melalui Undang-undang Nomor 12 tahun 1994. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam menghasilkan pendapatan daerah. Masalahnya yang tengah dihadapi oleh pemerintah daerah adalah lemahnya kemampuan pendapatan daerah untuk menutupi biaya dalam melaksanakan belanja pembangunan daerah yang setiap tahunya semakin meningkat. Dalam hal ini, peneliti mengupas lebih banyak mengenai tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Hal ini dikarenakan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap kelangsungan pelaksanaan pembangunan yang terangkum dalam dana pertimbangan walaupun cukup besar nilainya dianggap tidak cukup menopang pendapatan daerah.

Pengalihan pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor

(6)

Perdesaan dan Perkotaan. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan,penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).

Kota Tangerang dalam melaksanakan pengalihan pengelolaan penerimaan dari sektor PBB-P2 terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014. Pemungutan PBB-P2 mengandung implikasi wewenang dan tanggungjawab penuh bagi pemerintah Tangerang untuk mengelola PBB-P2 sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Masyarakat Kota Tangerang mulai 28 Februari 2016 sudah dapat membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) lewat minimarket Indomaret. Layanan tersebut merupakan kerjasama Bank BJB yang merupakan rekanan pemerintah dengan pihak minimarket. Jadi masyarakat tidak perlu lagi antri membayar PBB di Bank BJB. Layanan ini belaku untuk ketetapan pajak di bawah Rp 2 juta cukup membawa Nomer Objek Bajak (NOP) ke Indomaret lalu membayarnya. Layanan ini selain untuk memudahkan, juga supaya masyarakat tak segan membayar PBB nya, sehingga meminimalisir tunggakan, dengan adanya layanan tersebut, uang pembayaran tidak akan ada pengendapan di Bank BJB, karena langsung masuk ke kas daerah (www.Tangerang.go.id). Berdasarkan test wawancara peneliti terhadap bagian pengelolaan penerimaan PBB dan BPHTB Kota Tangerang bahwasanya penerimaan PBB-P2 kota Tangerang dalam 5 tahun terakhir ini selalu mengalami peningkatan

(7)

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisa Efektifitas Dan Kontribusi Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBBP2) Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dalam Struktur Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kota Tangerang Periode 2012-2016.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBBP2) di Tangerang?

2. Bagaimana Kontribusi PBB pedesaan dan perkotaan Tangerang terhadap Pajak Daerah dan PAD Kota Tangerang?

3. Bagaimana laju pertumbuhan PBB dan PAD pedesaan dan perkotaan Tangerang periode 2012 hingga 2016?

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBBP2) di Tangerang, agar peneliti dapat mengukur seberapa besar tingkat realisasi PBB-P2 yang dihasilkan Pemerintah Kota Tangerang selama masa peralihan berlangsung.

(8)

2) Untuk mengetahui dan menganalisis Kontribusi PBB Pedesaan dan Perkotaan terhadap Pajak Daerah dan PAD Kota Tangerang, sejauh mana PBB-P2 Kota Tangerang dapat berkontibusi secara langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu komponen Pajak Daerah yang baru.

3) Untuk mengetahui dan menganalisis laju pertumbuhan PBB dan PAD pedesaan dan perkotaan Tangerang periode 2012 hingga 2016, peneliti perlu mengukur seberapa besar pertumbuhan pendapatan daerah yang diperoleh dari PBB-P2 Kota Tangerang. 2. Kontribusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagi Akademisi

Untuk menambah pengetahuan sebagai kajian pajak bumi dan bangunan dan pendapatan asli daerah

Untuk membandingkan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dan praktek yang ada di lapangan, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan beserta pendapatan asli daerah

2) Bagi Praktisi

Sebagai bahan masukan dan evaluasi pemerintah untuk membuat kebijakan di masa yang akan datang yang berkaitan dengan perpajakan

Referensi

Dokumen terkait

Properti Reguler dan Ekspresi Reguler Bentuk : Kuliah Metode : Diskusi 4 x 50’ Pra Kelas : Mhs mempelajari module learning Kelas : Diskusi Kelompok - Keaktifan dalam

Tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina.. Penelitian

Provinsi Gorontalo khususnya Kabupaten Gorontalo Utara merupakan daerah yang dikategorikan sebagai kawasan peruntukan Hutan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat

Merupakan jenis bar yang khusus menjual makanan - makanan ringan disamping menjual berbagai jenis minuman baik beralkohol maupun tidak beralkholol, tetapi dalam jumlah

a) Indonesia harus dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas produksi.. Untuk dapat bersaing dengan produk China, Indonesia khususnya pemerintah harus lebih

Dari nilai seluruh subvariabel yang ada, maka didapat nilai rata-rata untuk persepsi pemustaka terhadap layanan perpustakaan Kementerian Sosial RI dapat dilihat

Secara Praktis hasil dari Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan ilmu Pengetahuan mengenai Kekuatan hukum akta Perjanjian Perdamaian dalam sengketa

Selain berfungsi sebagai sensor pengaktif pusher di infeed zone yang dikirimkan oleh sinyal bottle present 1 yang berasal dari hasil inspection sensor too tall/too