ISSN 2086-4299 29
PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN PENDEKATAN
KETERAMPILAN PROSES DENGAN PENDEKATAN
EKSPOSITORI
Oleh: Rudi Rudiansyah
Abstrak
Pendekatan Keterampilan Proses adalah salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pebandingan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara yang mendapatkan model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses dengan Pendekatan Ekspositori. Berdasarkan data penelitian dengan taraf signifikansi 1%, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Pendekatan Ekspositori.
Kata Kunci : Keterampilan proses, Pendekatan Ekspositori
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki tersebut antara lain adalah kemampuan kreatif dan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Pomalato (2005: 2) (dalam Rian, 2010) “ada dua keterampilan yang harus dimilik seseorang dalam menghadapi kompetisi di masa depan, yaitu keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan berpikir kreatif”.
Salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan kreatif dan pemecahan masalah bagi siswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran matematika. Menurut Wahyudin (2008:65) (dalam Bukhori, 2010:1) matematika dihadirkan sebagai pemecahan masalah, komunikasi, penalaran, dan sebagai koneksi baik dalam matematika sendiri maupun dengan area-area keahlian lainnya.
Agar kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu model belajar yang tepat, yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Salah satu model pembelajaran yang erat kaitannya dengan pemecahan masalah dalam
30 pembelajaran adalah pendekatan
keterampilan proses.
Keterampilan proses sebagai suatu pendekatan dalam proses pembelajaran
mengarah pada pengembangan
kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai pendorong untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa (Hamalik, 2001:150). Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan
mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan itu sendiri menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Menurut Conny Semiawan (1990) (dalam Hamalik, 2001: 149) seluruh irama gerakan atau tindakan dalam proses belajar mengajar akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif.
Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan itu berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses dalam upaya meningkat -kan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Adapun judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Yang Mendapatkan Pendekatan Keterampilan Proses Dengan Pendekatan Ekspositori.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahannya sebagai
berikut: “Apakah kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pendekatan keterampilan proses lebih baik
dibandingkan dengan yang
mendapatkan pendekatan ekspositori?”. C. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Bagi Siswa
Melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan dapat memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya dan menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika.
2. Bagi Guru
Khususnya guru matematika, sebagai
bahan pertimbangan dalam
mengelola dan merancang proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, mendorong untuk mencoba model pembelajaran yang
31 belum pernah diterapkan dalam
pembelajaran matematika,
mengevaluasi dan lebih mengenal kelebihan dan kekurangan siswa. 3. Bagi Sekolah
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di sekolah, baik untuk mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.
4. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadikan motivator bagi
mahasiswa lain untuk
mengembangkan penelitian lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi
pengembangan pembelajaran
matematika di sekolah. 5. Bagi Peneliti
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta di lapangan terutama yang berkaitan dengan penerapan strategi belajar mengajar yang
menggunakan Pendekatan
Keterampilan Proses dan menambah wawasan tentang pembelajaran matematika yang mengarah pada
pengembangan kemampuan
pemecahan masalah siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, motivasi, dan prestasi belajar
siswa, sekaligus dapat
mempraktikkan dan menerapkannya dalam pembelajaran matematika.
D. Landasan Teori 1. Hakikat Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa latin Mathematica yang mulanya berasal dari bahasa Yunani
Mathematike yang berarti Relating To
Learning dengan akar kata Mathema
yang berarti pengetahuan/ilmu (knowledge,science). Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan menalar. Hal ini sejalan dengan Ruseffendi (2006 : 260) yang mengatakan bahwa “Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”. Kemudian Brownell (dalam Ali, 2007 : 163) mengatakan bahwa ‘Matematika dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri atas ide, prinsip, dan proses sehingga keterkaitan antara aspek-aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori atau hapalan melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak’.
Soedjadi (2000) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi 3. Matematika adalah pengetahuan
tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4. Matematika adalah pengetahuan
fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan
tentang aturan-aturan yang ketat. Meskipun terdapat beraneka ragam definisi matematika, namun jika diperhatikan secara seksama, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus yang
dapat merangkum pengertian
matematika secara umum.
Soedjadi (2000) mengemukakan beberapa ciri-ciri khusus dari matematika, yaitu:
1. Memiliki objek kajian yang abstrak 2. Bertumpu pada kesepakatan
32 3. Berpola pikir deduktif,
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti,
5. Memperhatikan semesta
pembicaraan,
6. Konsisten dalam sistemnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dikatakan bahwa hakekat matematika adalah kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, terstruktur dan hubungannya diatur menurut aturan logis berdasarkan pola pikir deduktif. 2. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah terjemahan dari “problem solving”. Pemecahan masalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Polya mengatakan pemecahan masalah adalah salah satu aspek berpikir tingkat tinggi, sebagai proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Hal senada dikatakan Gagne (dalam Ruseffendi, 2006 : 335) bahwa ‘Pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibanding dengan tipe belajar lainnya’.
Menurut Polya (dalam Sofyan, 2008 : 23) proses yang dapat dilakukan pada tiap langkah tentang bagaimana memecahkan masalah adalah sebagai berikut :
1. Memahami masalah
2. Membuat rencana pemecahan 3. Menjalankan rencana
4. Melihat kembali hasil
3. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses (Sagala, 2003:74).
Didalam kurikulum 1984,
keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar
sehingga kesempatan untuk
mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini. Berdasar pada penjelasan-penjelasan di atas, jika kita ingin membantu perkembangan diri siswa secara utuh, memenuhi tuntutan keilmuan agar siap menyongsong masa depannya, maka penerapan pendekatan keterampilan proses merupakan hal yang mendesak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.
4. Pendekatan Ekspositori
Menurut Sagala (2003:78), pendekatan ekspositori (expository) menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena guru lebih aktif memberikan informasi, menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil, memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, memberi
33 kesempatan siswa untuk bertanya, dan
kegiatan guru lainnya dalam pembelajaran ini.
Dalam pendekatan ini menunjukkan bahwa guru berperan lebih aktif, lebih
banyak melakukan aktivitas
dibandingkan siswanya, karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajaran secara tuntas, sedangkan siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah maupun demonstrasi. Pendekatan ekspositori membawa siswa dapat belajar bermakna sehingga bisa dikatakan pendekatan yang efektif dan efisien. Dalam pendekatan ekspositori ini Syamsudin Makmun (2003:233)
(dalam Sagala, 2003:79)
mengemukakan bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib.
5. Hasil Penelitian yang Berkaitan Penelitian yang dilakukan oleh Ade Sepurohman (2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa pada kelas eksperimen yang mendapatkan pengajaran dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang mendapatkan pengajaran dengan Pendekatan Ekspositori atau pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran. E. Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan sebagai berikut:
1. Variabel bebas : Pendekatan Keterampilan Proses dan Pendekatan Ekspositori.
2. Variabel terikat : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
F. Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs N 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012. Adapun untuk sampel diambil dua kelas secara acak dari seluruh populasi. Satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi digunakan sebagai kelas kontrol. Kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen adalah kelas VIII-C, sedangkan yang digunakan sebagai kelas kontrol adalah kelas VIII-D.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Adapun materi yang dijadikan bahan penelitian adalah tentang Lingkaran.
H. Hasil Penelitian
1. Data Tes Awal (Pretest) a. Deskripsi Hasil Data Tes Awal
Deskripsi hasil data tes awal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Deskripsi Hasil Data Tes Awal Eksperimen Kontrol Peserta Tes 28 24 Skor Terbesar 17 14 Skor Terkecil 4 6 Rata-rata 11,857 11,083 Persentase 23,714% 22,166% Deviasi Standar 3,493 2,145
34 Berdasarkan data di atas, sekilas
tampak bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai kedua kelas dan selisih persentase kedua kelas yang tidak berbeda jauh hanya 1,548% saja.
b. Analisis Data Hasil Tes Awal 1) Uji Normalitas
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal Eksperimen Kontrol χ 2 hitung 7,469 3,180 χ 2 tabel 5,991 5,991 Kriteria Tidak Normal Normal Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa data tes awal dari kedua kelas tersebut salah satunya tidak berdistribusi normal, maka untuk perhitungan selanjutnya digunakan Uji Mann-Whitney.
2) Uji Mann-Whitney
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen pada awal pembelajaran.
Dengan menghitung daftar peringkat (rank) pada kedua kelompok, diperoleh jumlah R1= 802,5 dan jumlah R2=
575,5. Dengan mengambil nilai R,akan dicari Uhitung dan nilai Uhitung yang diambil adalah nilai Uhitung terkecil, jadi
Uhitung = 275,5 dan mencari transformasi Zhitung, nilai Zhitung = - 1,120. Untuk Ztabel dengan taraf signifikansi 1% atau Z(0,5)(1-0,005) = Z(0,4975) =2,81, diperoleh
nilai Ztabel = 2,81. Karena nilai Zhitung = - 1,120 berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –Ztabel < Zhitung <Ztabel atau -2,81 < - 1,120 < 2,81, maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah sama (tidak ada yang lebih baik).
2. Data Tes Akhir (Posttest) a. Deskripsi Hasil Data Tes Akhir
Deskripsi hasil data tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Deskripsi Hasil Data Tes Akhir Eksperimen Kontrol Peserta Tes 28 24 Skor Terbesar 40 38 Skor Terkecil 31 28 Rata-rata 35,607 32,958 Persentase 71,214% 65,916% Deviasi Standar 2,470 2,629
Dari data di atas, tampak bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol hal tersebut dapat terlihat dari selisih persentase kedua kelas yang cukup signifikan yaitu 5,298%.
b. Analisis Data Hasil Tes Akhir 1) Uji Normalitas
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Data Tes Akhir Eksperimen Kontrol χ 2 hitung 10,790 2,786 χ 2 tabel 5,991 7,815
Kriteria Tidak Normal Normal Berdasarkan Tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil tes akhir kelas eksperimen tidak berdistribusi normal sedangkan kelas kontrol berdistribusi normal. Karena data tes akhir dari kedua kelas tersebut ada yang berdistribusi tidak normal, maka untuk perhitungan selanjutnya digunakan Uji Mann-Whitney.
2) Uji Mann-Whitney
Uji ini dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Dengan
35 menghitung daftar peringkat (rank) pada
kedua kelompok, diperoleh jumlah R1 =
933,5 dan jumlah R2 = 464,5. Dengan
mengambil nilai R, akan dicari Uhitung dan nilai Uhitung yang diambil adalah nilai Uhitung terkecil, jadi Uhitung = 144,5 dan mencari transformasi Zhitung, nilai Zhitung = -3,542. Untuk Ztabel dengan taraf signifikansi 1% atau Z(0,5)(1-0,005) =
Z(0,4975) = 2,81, diperoleh nilai Ztabel = 2,81. Karena nilai Zhitung = - 3,542 berada di luar daerah penerimaan Ho, yaitu –Ztabel > Zhitung < Ztabel atau -2,81 > - 3,542 < 2,81, Dengan kata lain, rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang mendapatkan Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan dengan yang mendapatkan Pendekatan Ekspositori, dengan taraf signifikansi 1%.
3) Indeks Gain Kelas
Eksperimen
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang terjadi pada kelas eksperimen yakni kelas yang menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses, maka selanjutnya dianalisis data hasil pretest dan posttest
kelas eksperimen dengan menggunakan uji gain. Berikut adalah tabel data hasil perhitungannya:
Tabel 5
Data Hasil Perhitungan Gain No Siswa Skor
Maks Pretest Postest Gain
1 E1 50 12 37 0,658 2 E2 50 10 34 0,600 3 E3 50 16 39 0,676 4 E4 50 16 40 0,706 5 E5 50 10 39 0,725 6 E6 50 16 36 0,588 7 E7 50 13 38 0,676 8 E8 50 15 36 0,600 9 E9 50 11 33 0,564 10 E10 50 13 34 0,568 11 E11 50 4 35 0,674 12 E12 50 10 31 0,525 13 E13 50 17 35 0,545 14 E14 50 13 37 0,649 15 E15 50 10 36 0,650 16 E16 50 17 33 0,485 17 E17 50 11 36 0,641 18 E18 50 11 39 0,718 19 E19 50 13 33 0,541 20 E20 50 9 33 0,585 21 E21 50 10 34 0,600 22 E22 50 13 40 0,730 23 E23 50 16 34 0,529 24 E24 50 14 36 0,611 25 E25 50 4 36 0,696 26 E26 50 11 36 0,641 27 E27 50 6 36 0,682 28 E28 50 11 31 0,513 Jumlah 332 997 17,375 Rata-rata 11,8571 35,6071 0,621 Dari tabel di atas diperoleh bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen rata-rata peningkatannya sebesar 0,621, maka termasuk dalam kategori sedang.
4) Analisis Tahap Pemecahan Masalah
Tabel 6
Rata-rata Skor Setiap Tahap Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen Tahap Pretest Posttest Rata -rata % Rata-rata % Memaha mi Masalah 7,21 4 25,764 % 10,000 35,714% Membuat Rencana 3,67 9 13,139 % 17,250 61,607% Menjalan kan Rencana 0,82 1 2,932% 6,357 22,703%
36 Melihat
Kembali 0,21
4 0,764% 1,929 6,889% Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa rata-rata skor pretest-posttest
setiap tahap pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan hal ini terlihat dari selisih persentase setiap langkah, rincian persentasenya sebagai berikut : 1) Memahami masalah 9,950%.
2) Membuat rencana pemecahan masalah 48,468%.
3) Menjalankan rencana pemecahan masalah 19,771%.
4) Melihat kembali 6,125%. Tabel 7
Rata-rata Skor Setiap Tahap Pemecahan Masalah Kelas
Kontrol Tahap Pretest Posttest Rata-rata % Rata-rata % Memahami Masalah 7,417 30,904% 10,000 41,667% Membuat Rencana 3,333 13,887% 16,375 68,229% Menjalankan Rencana 0,208 0,867% 5,000 20,833% Melihat Kembali 0,083 0,346% 1,083 4,513% Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa rata-rata skor pretest-posttest
setiap tahap pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol mengalami peningkatan hal ini terlihat dari selisih persentase setiap langkah, rincian persentasenya sebagai berikut : 1) Memahami masalah 10,763%. 2) Membuat rencana pemecahan
masalah 54,342%.
3) Menjalankan rencana pemecahan masalah 19,966%.
4) Melihat kembali 4,167%.
I. Pembahasan
Selama pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti menemukan beberapa hal penting antara lain yaitu penerapan Pendekatan Keterampilan Proses pada pembelajaran matematika merupakan hal yang baru bagi siswa salah satu SMP di kabupaten Garut. Hal ini menciptakan suasana pembelajaran yang lain dari sebelumnya, karena pada umumnya selama ini siswa belajar dengan Pendekatan Ekspositori atau ceramah (pembelajaran konvensional). Siswa hanya menerima materi dari apa yang dijelaskan oleh guru saja dan guru lebih aktif dari pada siswa. Sedangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran serta menumbuhkan sikap kreatif siswa. Siswa dilatih untuk mempresentasikan pemahamannya mengenai materi pembelajaran dalam kelompok. Siswa dapat lebih berani
mengemukakan pendapat atau
sanggahan atau pertanyaan dalam proses diskusi bersama temannya.
Berdasarkan data hasil pretest
menunjukkan bahwa rata-rata populasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama, yang artinya rata-rata kemampuan awal siswa pada kedua kelompok tersebut tidak berbeda secara signifikan. Terlihat dari persentase rata-rata nilai kedua kelas yang hanya berselisih 1,548% saja.
Berdasarkan data hasil posttest, diperoleh peningkatan persentase rata-rata nilai kedua kelas yang cukup signifikan.Untuk kelas eksperimen diperoleh persentase sebesar 71,214% dan untuk kelas kontrol sebesar 65,916%.Di lihat dari persentase kedua kelas jelas terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang cukup
37 signifikan dengan selisih sebesar
5,298%.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mendapatkan pendekatan keterampilan proses lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pendekatan ekspositori.
J. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data, maka dapat disimpulkan secara umum
bahwa pembelajaran dengan
menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan Pendekatan Ekspositori terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis di salah satu SMP di kabupaten Garut. Hal ini terlihat dari selisih persentase rata-rata nilai kedua kelas yang cukup signifikan setelah dilaksanakannya test akhir yaitu sekitar 5,298%.
Dari penelitian ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa pada test akhir, nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol, yaitu sebesar 35,607 nilai rata-rata untuk kelas eksperimen apabila dipersentasekan sekitar 71,214%, dan untuk kelas control nilai rata-ratanya sebesar 32,958 jika dipersentasekan sekitar 65,916%. Ini menunjukkan bahwa hasil test akhir kelompok eksperimen (kelompok yang
pembelajarannya menggunakan
Pendekatan Keterampilan Proses) lebih baik dari pada kelompok kontrol (kelompok yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Ekspositori). K. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses, maka dapat disampaikan oleh peneliti beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebelum menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses dalam proses belajar mengajar, sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya dengan matang sehingga dalam pelaksanaannya menjadi lebih mudah.
2. Pembelajaran matematika dengan
menggunakan Pendekatan
Keterampilan Proses sangat memungkinkan dilaksanakan untuk materi matematika yang lainnya untuk mengembangkan kompetensi matematis siswa yang lainnya, seperti kemampuan penalaran,
kemampuan komunikasi,
kemampuan pemahaman konsep dan kompetensi lainnya.
3. Dalam kemampuan pemecahan masalah matematika, siswa harus lebih dibimbing dan diarahkan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah pada setiap aspek.
4. Pada Penelitian ini populasi yang diambil siswa kelas VIII di salah satu SMP di kabupaten Garut dengan sampel yang diambil sebanyak dua kelas, oleh karena itu sangat dimungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses dengan populasi dan jenjang yang lebih luas serta pokok bahasan yang berbeda. Demikianlah hasil penelitian ini yang disajikan dalam bentuk skripsi. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
38 L. Daftar Pustak
Ali, M. (2007). Ilmu Dan Aplikasi
Pendidikan Bagian II Ilmu
Pendidikan Praktis. Bandung : Imtima.
Bukhori. (2010). Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Antara yang Mendapatkan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan Model Pembelajaran Konvensional.
Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut: Tidak diterbitkan.
Dahrian, R. (2010). Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA antara yang Mendapatkan Model Pembelajaran Treffinger dengan Konvensional. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut: Tidak diterbitkan. Hamalik, O. (2001). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahadi, M. (2008). Modul Kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan. STKIP Garut: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika
untuk Meningkatkan CBSA.
Cetakan ketiga. Bandung : Tarsito.
Saepurohman, A. (2009). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa yang
Menggunakan Pendekatan
Keterampilan Proses (PKP)
dengan Metode Ekspositori pada bidang studi Matematika. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut: Tidak diterbitkan.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa
Sekolah Menengah Pertama.
Tesis pada Program Studi Pendidikan Matematika UPI – Bandung : Tidak diterbitkan. Sundayana, H. R. (2010). Komputasi
Data Statistika. STKIP Garut: STKIP Garut Press (Tidak diterbitkan).