• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas E-learning Administrasi Bisnis Makalah Pengendalian Internal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas E-learning Administrasi Bisnis Makalah Pengendalian Internal"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tugas E-learning Administrasi Bisnis

Makalah Pengendalian Internal

Nama

: Adi Sudewo

Nim : 14121021

Prodi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Mercu Buana Yogyakarta

(2)

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil Alamin puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas elearning makalah. yang berjudulPengendalian Internaldalam Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Administrasi Bisnis dari dosen saya. Sholawat dirangkai salam kami limpahkan keharibaan baginda agung Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju ke era globalisasi pada saat ini, sehingga kita bisa membedakan mana yang sah dan mana yang fatal. Terimakasih saya sampaikan kepada semua yang telah membantu menyusun makalah ini. Manusia itu adalah tempatnya kesalahan dan lupa dari makalah tersebut saya sadar bahwa selaku manusia biasa saya tidak akan luput dari kehilafan ataupun kekurangannya, oleh karena itu say mengharap partisipasi dosen dan rekan - rekan mahasiswa untuk ikut menyumbang fikirannya lewat kritik dan saran para pembaca setia. Demikian dari kami dan terimakasih. Wassalam, Wr.Wb.

(3)

3

DAFTAR ISI Paper depan... 1 Kata Pengantar... 2 Daftar isi... 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 4 B. Rumusan masalah... 5 C. Tujuan ... 5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pengendalian Internal... 6

B. Unsur – unsur Pengendalian internal... 7

a. Lingkungan pengendalian... 7

b. Penaksiran resiko... 10

c. Aktifitas pengendalian... 11

d. Informasi dan komunikasi... 12

e. Pemantauan atau monitoring... 13

C. Manfaat Pengendalian Internal... 14

BAB III PENUTUP Kesimpulan... 15

(4)

4

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Internal Control

Konsep Internal Control telah bergulir sejak tahun 1930-an. Untuk pertama kali, George E. Bennet menyebutkan definisi Internal Control. Namun istilah tersebut baru dinyatakan secara institutional oleh AICPA pada tahun 1949 melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep tersebut berkembang pesat dengan yang kita kenal 8 (delapan) unsur Pengendalian Internal.

Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai banyak pihak sudah tidak aplicabel lagi. Semakin kompleksnya

Dunia bisnis dan teknologi membuat konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Semakin banyak keluhan dari perusahaan dan institusi yang telah menerapkan konsep internal control sebagaimana dikembangkan oleh American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), namun masih mengalami kegagalan.

Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) menerbitkan laporan yang berjudul “Internal Control-Integrated Framework”. Laporan COSO tersebut memberikan suatu pandangan baru tentang konsep Internal Control yang lebih luas dan terintegrasi serta sesuai dengan perkembangan dunia usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan .Jika pada konsep sebelumnya hanya menekankan pada proses penyusunan laporan keuangan saja, maka konsep COSO memiliki pandangan yang lebih luas yaitu dengan melakukan pengendalian atas perilaku seluruh komponen organisasi. Konsep ini mendapat akseptasi yang luas dari berbagai pihak.

Di Indonesia, perkembangan menarik terjadi dengan terbitnya Undang-undang nomor 1 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006. Pada ketentuan tersebut, ditetapkan bahwa setiap instansi pemerintah harus mengembangkan Sistem Pengendalian Intern. Penjelasan dan ketentuan lain yang menjabarkan menyebutkan bahwa Sistem Pengendalian Intern terdiri dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring. Hal ini mengandung arti bahwa konsep Internal Control versi COSO diterapkan pada sektor pemerintahan di Indonesia. Sebuah langkah maju dan berani serta menjadi tantangan yang tidak mudah bagi para auditor internal pemerintah. Tulisan ini akan membahas secara umum konsep tersebut.

(5)

5

B. Rumusan Masalah

- Control Environment - Risk Assessment - Control Activities

- Information and communication - Monitoring

C. Tujuan

1. Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai

2. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya

(6)

6

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INTERNAL CONTROL (pengendalian internal)

Pada tahun 1949, AICPA mendefinisikan Internal Control (IC) sebagai rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, meyakini keandalan dan akurasi data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Definisi ini diinteprestasikan oleh banyak pihak terdiri atas dua kelompok yaitu pengendalian administatif dan pengendalian akuntansi. Pengendalian administratif yang berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan sedangkan pengendalian akuntansi terkait dengan penyajian laporan keuangan.

Perluasan atas definisi IC dilakukan oleh AICPA berlaku mulai 1 Januari 1997. Redefinisi ini dipengaruhi oleh Laporan COSO sebagaimana disebutkan sebelumnya (1992). Laporan COSO menyatakan definisi Internal Control sebagai berikut :

“Internal control is broadly defined as a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:

- Effectiveness and efficiency of operations. - Reliability of financial reporting.

- Compliance with applicable laws and regulations”

Melalui Statement of Auditing Standar (SAS), AICPA mendefinisikan Internal Control sama dengan definisi COSO, yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas Dewan Komisaris, Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar atas (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Berbeda dengan definisi pertama yang hanya mengaitkan pengendalian hanya dengan perencanaan, metode dan pengukuran, pada definisi berikutnya terkait dengan “proses yang dipengaruhi oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”. Definisi ini mengandung makna yang lebih luas dari definisi sebelumnya.

Sesuai dengan definisi IC menurut COSO (The Committee of Sponsoring

Organizations of the Treadway Commission), komponen-komponen tersebut

mencerminkan adanya perubahan pengertian yang cukup signifikan. IC bukan hanya meliputi komponen-komponen organisasi yang bersifat statis, tetapi meliputi juga hal-hal yang bersifat dinamis. Tidak hanya terkonsentrasi pada penyusunan laporan keuangan saja, namun meliputi

(7)

7

juga pencapaian tujuan organisasi. Tidak hanya memperhatikan tingkatan manajerial dan operasional organisasi, namun juga meliputi tingkatan strategis pada organisasi.

Kelima komponen IC di atas memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Larry F Konrath (1999) menggambarkan kelima komponen tersebut bagaikan sebuah bangunan rumah dimana Lingkungan Pengendalian menjadi pondasinya. Penilaian risiko, aktivitas pengendalian dan informasi dan komunkasi menjadi pilar-pilarnya. Sedangkan Monitoring menjadi atapnya. Dengan demikian, sebuah IC akan berjalan secara efektif jika kelima unsur tersebut terbangun dengan baik dan beroperasi sesuai proporsinya masing-masing.

B. UNSUR-UNSUR PENGENDALIAN INTERNAL

Pengendalian internal terdiri dari lima komponen atau unsur yang saling berkaitan sebagai berikut:

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian menyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan pengendalian antara lain integritas dan nilai etik, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, gaya manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, praktik dan kebijkan SDM. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang lingkungan pengendalian untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen, dan dewan komisaris terhadap lingkungan pengendalian intern, dengan mempertimbangkan baik substansi pengendalian maupun dampaknya secarakolektif.

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk dan terstruktur.

Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain:

(8)

8

a. Integritas dan nilai etika

Efektivitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Pengendalian intern yang memadai desainnya, namun dijalankan oleh orang-orang yang tidak menjungjung tinggi integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan pengendalian intern. Oleh karena itu, tanggung jawab manajemen adalah menjungjung tinggi nilai integritas – suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau telah menjadi komitmennya.

b. Komitmen terhadap kompetensi

Untuk mencapai tujuan entitas, personel di setiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlakukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan paduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.

c. Dewan komisaris dan komite audit

Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, jika penunjukan auditor dilakukan oleh manajemen puncak, kebebasan auditor akan dapat berkurang dipandang dari sudut pemegang saham. Hal ini karena manajemen puncak adalah pihak yang seharusnya dinilai kejujuran pertanggungjawaban keuangannya oleh auditor, padahal manajemen puncak menentukan pemilihan auditor yang ditugasi dalam audit atas laporan keuangan yang dipakai untuk pertanggungjawaban keuangan oleh manajemen puncak.

Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi). Dengan demikian, dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak di tangan manajemen (direksi).

Perusahaan-perusahaan Indonesia yang go public ada yang membentuk komite audit (audit commitee) yang anggotanya seluruh atau terutama terdiri dari pihak luar perusahaan. Pembentukan komite audit ini ditujukan untuk memperkuat independensi auditor yang oleh masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh manajemen.

(9)

9

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan memeberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:

1. Apa yang menjadi alasan perusahaan dalam bisnis? 2. Bagaimana perusahaan melaksanakan bisnis?

3. Apa yang dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan sebagai bisnis perusahaan? Dalam berbisnis, manajemen yang memiliki filosofi akan meletakkan kejujuran sebagai dasr bisnisnya. Laporan keuangan perusahaan ini akan digunakan sebagai alat manajemen untuk mencerminkan kejujuran pertanggungjawaban keuangan perusahaan kepada siapa saja yang berhubungan bisnis dengan mereka. Dengan demikian, filosofi ini menjadi warna unik perusahaan dalam melaksanakan bisnis mereka.

Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi entitas harus dilaksanakan. Ada manajer yang memilih gaya operasi yang sangat menekankan pentingnya pelaporan keuangan, penyusunan, dan penggunaan anggaran sebagai alat pengukuran kinerja manajer, dan pencapaian tujuan yang telah dicanangkan dalam anggaran; ada manajer yang tidak demikian. Ada manajemen puncak perusahaan yang memilih gaya operasi yang lebih condong pada pemusatan kekuasaan di tangan beberapa gelintir manajer puncak; ada manajer yang memilih gaya operasi yang condong pada desenteralisasi kekuasaan ke tangan manajemen menengah dan bawah. Manajemen dengan gaya operasi sentralisasi memerlukan alat kontrol yang cendurung berbiaya tinggi.

e. Struktur organisasi

Organisasi dibentuk oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Orang bergabung dalam suatu organisasi dengan maksud utama untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapainya dengan kemampuan yang dimilikinya sendiri. Struktur memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam tujuan organisasi.

f. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab

Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Di samping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian

(10)

10

tujuan organisasi. Jika kepada seorang manajer dibebankan wewenang yang terlalu banyak, hal ini akan berakibat timbulnya iklim yang mendorong ketidakberesan dalam pelaksanaan wewenang tersebut.

g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Pengendalian intern yang baik tidak akan dapat menghasilkan informasi keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur.

b. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan keuangan adalah identifkasi organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PABU. Manajemen risiko menganalisis hubungan risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan aktivitas seperti pencatatan, pemrosesan, pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi korporasi, operasi luar negeri, dan standar akuntansi baru.

Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengolahan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia. Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat. Penaksiran

(11)

11

resiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat timbul dari perubahan keaadaan, seperti :

1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.

2. Perubahan standar akuntansi. 3. Hukum dan peraturan baru.

4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.

5. Pertumbuhan Pesat, yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut.

c. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petrunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan satuan usaha. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan pemeriksaan atas laporan keuangan dapat digolongkan kedalam berbagai kelompok. Salah satu cara penggolongan adalah Pengendalian pengolahan informasi:

a. Pengendalian umum. b. Pengendalian aplikasi

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwaarahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas. Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut.

a) Pengendalian Pemrosesan Informasi

 pengendalian umum

 pengendalian aplikasi

 otorisasi yang tepat

(12)

12

 pemeriksaan independen

b) Pemisahan tugas c) Pengendalian fisik d) Telaah kinerja

d. Informasi Dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan dalam pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi yang berisi metode untuk mengidentifikasikan, menggabungkan, menganalisa, mengklasikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi serta menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi meliputi penyediaan deskripsi tugas individu dan tanggung jawab berkaitan dengan struktur pengendalian intern dalam pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan

keuangan untuk memahami :

a) Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan b) Bagaimana transaksi tersebut dimulai

c) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi

d) Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.

Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan,

menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu kesatuan usah serta

menyelenggarakan pertanggung jawaban kekayaan dan utang kesatuan usaha

tersebut. Mulyadi dalam bukunya yang berjudul”Auditing” menyebutkan sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi telah dicatat atau terjadi adalah :

1. Sah.

2. Telah diotorisasi. 3. Telah dicatat.

(13)

13

5. Telah digolongkan secara wajar..

6. Telah dicacat dalam periode yang seharusnya.

7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.

Komunikasi mencakup penyampaian informasi semua kepada personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain baik yang berada di dalam maupun diluar organisasi. Komunikasi mencakup pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam kesatuan usaha.

e. Pemantauan / Monitoring

Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan respon dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian intern tersebut berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan organisasi entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan, mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta penerapan persyaratan hukum dan peraturan

Fokus Internal Coso:

1. Fokus Pengguna Utama adalah manajemen.

2. Sudut pandang atas internal control adalah kesatuan beberapa proses secara umum.

3. Tujuan yang ingin dicapai dari sebuah internal control adalah pengoperasian sistem yang efektif dan efisien, pelaporan laporan keuangan yang handal serta kesesuaian dengan peraturan yang berlaku.

4. Komponen/domain yang dituju adalah pengendalian atas lingkungan, manajemen resiko, pengawasan serta pengendalian atas aktivitas informasi dan komunikasi.

5. Fokus pengendalian dari eSAC adalah keseluruhan entitas.

6. Evaluasi atas internal control ditujukan atas seberapa efektif pengendalian tersebut diterapkan dalam poin waktu tertentu.

(14)

14

7. Pertanggungjawaban atas sistem pengendalian dari eSAC ditujukan kepada manajemen

C. MANFAAT PENGEDALIAN INTERNAL

1. Dapat melindungi dan mengamankan harta kekayaan milik perusahaan

2. Dapat memeriksa kecermatan dan menentukan sampai sejauh mana data-data akuntansi dapat dipercaya, yang dapat menambah keyakinan pemimpin bahwa apa yang dilaporkan bawahannya adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Dapat meningkatkan efisisensi operasional operasional perusahaan secara umum, hal ini berkaitan dengan masalah pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan.

4. Dapat mendorong ditaatinya setiap kebijakan perusahaan yang telah digariskan oleh pimpinan.

Berdasarkan manfaat Pengendalian dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu : 1. Manfaat Pengendalian Administrasi (Administrative Control)

Manfaat Pengendalian Administrasi meliputi organisasi, semua prosedur dan catatan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan yang mengarah pada otorisasi manajemen atas suatu transaksi. Otorisasi semacam itu adalah fungsi manajemen yang secara langsung berhubungan dengan pertanggung jawaban untuk mencapai tujuan organisasi dan itu merupakan titik pangkal dari penyelenggaraan pengendalian akuntansi terhadap transaksi.

2. Manfaat Pengendalian Akuntansi (Accounting Control)

Manfaat Pengendalian akuntansi meliputi organisasi, semua prosedur dan catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta kekayaan perusahaan serta dapat dipercayainya catatan keuangan.

a. Transaksi dapat dilaksanakan sesuai dengan otorisasi manajemen, baik yang bersifat umum maupun khusus.

b. Transaksi-transaksi dapat dibukukan sedemikian rupa, sehingga :

1. Memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia atau kriteria lain yang berlaku bagi laporan keuangan.

2. Menekankan pertanggung jawaban atas harta perusahaan

c. Dapat menyeleksi setiap kegiatan yang berkenaan dengan aktiva hanya diperkenankan apabila sesuai dengan otorisasi manajemen

(15)

15

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Suatu Struktur pengendalian Intern bertujuan untuk mendapatkan data yang tepat dan dapat dipercaya serta dapat melindungi perusahaan dengan menekan tingkat pemborosan dan penyimpangan sekecil mungkin, dan dapat meningkatkan efisiensi kerja dari karyawan perusahaan, sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mulyadi dalam bukunya ”Auditing” mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses dalam mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Keandalan pelaporan keuangan.

2. Kepatuhan terhadap hukum dan perturan yang berlaku. 3. Efektivitas dan efisiensi operasi”.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku ”Standar Profesional Akuntan Publik”, definisi sistem Pengendalian Intern adalah sebagai berikut :

”Struktur pengendalian intern meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan yang terkordinasikan yang dianut dalam suatu perusahaan utnuk melindungi harta miliknya, mencek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.”

Dari definisi sistem pengendalian intern diatas, maka tujuan sistem pengendalian intern dalam perusahaan adalah :

a. Melindungi dan mengamankan harta kekayaan milik perusahaan

b. Memeriksa kecermatan dan menentukan sampai sejauh mana data-data akuntansi dapat dipercaya, yang dapat menambah keyakinan pemimpin bahwa apa yang dilaporkan bawahannya adalah benar dan dapat dipercaya

c. Meningkatkan efisisensi operasional operasional perusahaan secara umum, hal ini berkaitan dengan masalah pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan.

d. Mendorong ditaatinya setiap kebijakan perusahaan yang telah digariskan oleh pimpinan. Berdasarkan tujuannya Pengendalian dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu : 1. Pengendalian Administrasi (Administrative Control)

(16)

16

Pengendalian administrative meliputi organisasi, semua prosedur dan catatan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan yang mengarah pada otorisasi manajemen atas suatu transaksi. Otorisasi semacam itu adalah fungsi manajemen yang secara langsung berhubungan dengan pertanggung jawaban untuk mencapai tujuan organisasi dan itu merupakan titik pangkal dari penyelenggaraan pengendalian akuntansi terhadap transaksi. 2. Pengendalian Akuntansi (Accounting Control)

Pengendalian akuntansi meliputi organisasi, semua prosedur dan catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta kekayaan perusahaan serta dapat dipercayainya catatan keuangan. Oleh karena itu, pengendalian ini harus disusun sedemikian rupa, sehingga memberikan jaminan yang memadai bahwa :

c. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi manajemen, baik yang bersifat umum maupun khusus.

d. Transaksi-transaksi dibukukan sedemikian rupa, sehingga :

1. Memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia atau kriteria lain yang berlaku bagi laporan keuangan.

2. Menekankan pertanggung jawaban atas harta perusahaan

d. Setiap kegiatan yang berkenaan dengan aktiva hanya diperkenankan apabila sesuai dengan otorisasi manajemen.

e. Pertanggung jawaban pencatatan akuntansi aktiva dibandingkan dengan aktiva yang ada dalam selang waktu yang wajar dan bila ada selisih diambil tindakan penyelesaian yang tepat.

Pengedalian sistem informasi ini bertujuan untuk memeberikan keyakinan bahwa: a. Data yang dimasukan telah sah (valid)

Maksud dari pengendalian ini adalah untuk memberikan keyakinan bahwa semua data yang dimasukan (di_input) kedalam sistem informasi telah disetujui dan mencerminkan kejadian atau obyek sesungguhnya.

b. Data yang dimasukan telah lengkap

Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua data yang sah telah dimasukkan kedalam sistem informasi akuntansi

(17)

17

Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua peristiwa telah didokumentasikan dengan akurat dan telah dimasukkan kedalam sistem informasi akuntansi dengan akurat pula.

d. Data yang dimasukan telah di update dengan lengkap

Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua peristiwa yang terjadi dan perubahannya telah dimasukan kedalam komputer yang ditunjukkan oleh data file master yang menunjukkan keadaan terkini.

e. Data telah di update dengan akurat

Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua data file master telah diperbaharui sehingga telah sesuai dengan data transaksi yang dimasukkan kedalam komputernya.

Dalam Pemenuhan Terwujudnya Pengendalian internal ( IC ) agar dapat terpenuhi dapat melaksanakan tiga fungsi penting yaitu :

· 1. Pengendalian untuk pencegahan,mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul.

· 2. Pengendalian untuk pemeriksaan, dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul.

· 3. Pengendalian untuk korektif, memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan.

Jika dalam pelaksanaan tiga fungsi penting tersebut berjalan dengan optimal, maka kemungkinan pengendalian internal dalam suatu organisasi akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan

(18)

18

DAFTAR PUSTAKA https://sites.google.com/site/Interncontrol-manajemen/ http://www.blog.net/blog/pengaruh-Interncontrol/ http://webIndigo.blogspot.com/2012/10/dampak-positif-dan-negatif-intern-contril.html http://mc-COSO.blogspot.com/2011/02/Manfaat-intrn-control.html

Referensi

Dokumen terkait

(2) Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pelayanan rawat jalan rawat inap, rawat darurat,

Dari hasil analisa pengaruh konsentrasi sorbitol degan carboxymethyl cellulose pada pembuatan plastik dari ampas tebu dan pati ampas tahu dapat di simpulkan bahwa dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan

Dikarenakan hasil ( outcome ) merupakan capaian kondisi yang merepresentasikan keberhasilan fungsi dari serangkaian keluaran ( output ) kegiatan, maka hasil ( outcome

BPRS PNM Binama Semarang dilakukan dengan pemberian motivasi kerja kepada karyawan, pemberian pelatihan ( training ) dan promosi jabatan..

hubungan dengan berbagai game center yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta, malang, Surabaya, semarang, dll, Namun dari berbagai mitra game center IeSPA tersebut

Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia

2 Video streaming di dalam jaringan wireless 802.11n berbasis topologi repeater diperlukan sebuah jaringan yang dibangun dengan menggunakan dua buah komputer yang berfungsi