• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar kelas V SDN Adisucipto 1 mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar kelas V SDN Adisucipto 1 mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI - USD Repository"

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR KELAS V SDN ADISUCIPTO 1 MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Melania Endah Kumalasari 091134023

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

 

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kepersembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria pelindung

hidupku

Ayah, Ibu, dan Kakakku yang selalu menyayangiku dan

mendukungku

Sahabat-sahabatku yang menyemangatiku

(5)

v

 

MOTTO

Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras

~Tea Joon~

Butuh waktu untuk menjadi yang nomer satu,

butuh proses untuk menjadi yang terbaik

Banyak kegagalan dalam hidup ini

dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka menyerah

(6)

vi

 

(7)

vii

(8)

viii

 

ABSTRAK

Kumalasari, Melania Endah. 2014. “Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Kelas V SDN Adisucipto 1 Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk meningkatkan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar peserta didik kelas V SDN Adisucipto 1 dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart (Kusumah dan Dwitagama 2011:21). Subyek dari penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN Adisucipto 1 yang berjumlah 32 siswa. Instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu lembar observasi dan lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa. Sedangkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa instrumen yang digunakan yaitu soal evaluasi.

Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus ini menunjukkan adanya peningkatan kedisiplinan dan peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang termasuk dalam kriteia cukup disiplin mengalami peningkatan sebesar 75% yaitu berarti mengalami peningkatan sebesar 31,33% dari kondisi awal 43,67%. Begitu pula dengan prestasi belajar meningkat denganditunjukkan perolehan siswa yang mencapai KKM pada siklus II mencapai 78,12% meningkat sebesar 46,87% dari kondisi awal 31,25%.

(9)

ix

 

ABSTRACT

THE INCREASE OF DISCIPLINE AND MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT USING PMRI APPROACH ON FIFTH GRADE STUDENTS

OF SDN ADISUCIPTO I

ABSTRACT

Kumalasari, Melania Endah, 2014.”The Increase of Discipline and Mathematics Learning Achievement using PMRI Approach on Fifth Grade Students of SDN Adisucipto I”. Thesis. Yogyakarta: Primary Teacher Education Programme, Sanata Dharma University.

The purpose of this research is to know the application of PMRI approach and its effects on the increase of discipline and learning achievement of fifth grade students SDN Adisucipto I especially in identifying the characteristic of flat and space structure. The type of this research is Class Action Research (CAR) using Kemming and Taggart model (Kusumah and Dwitagama 2011:21). Subjects of this research are fifth grade students SDN Adisucipto 1 amounting to 32 students. Instruments used to identify the discipline level of students were observation and questioner sheets. While the evaluation items are used to identify the learning achievement of students.

The results showed that there were an increase of discipline and learning achievement of students. These were indicated with the increase of the amount of students included in the criteria of moderately discipline mounting to 75% meaning there were increase as many as 31,33% from the initial condition 43,6%. Similarly, there were an increase of 43,67% in learning achievement of students reaching KKM, from intial condition 31,25% to the second cycle mounting to 78,12%.

(10)

x

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Kelas V SDN Adisucipto 1 Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI dengan lancar.

Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi S-I PGSD Universitas Sanata Dharma. Selain hal tersebut, penulis juga berharap bahwa skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia pendidikan terutama pendidikan Sekolah Dasar.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Rohandi, Ph.D., Selaku Dekan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., BST., MA., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu E Catur Rismiati S.Pd., MA.,Ed.D Selaku Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

 

5. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang juga dengan sabar dan tulus telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Selaku dosen penguji III

7. Bapak Drs, YB. Adimassana M.A. Selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bantuan selama peneliti menempuh kuliah. 8. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik, membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat bagi peneliti.

9. Bapak Drs. Daryono, Selaku Kepala Sekolah SDN Adisucipto 1 yang telah memberikan ijin penelitian dan memberikan bantuan kepada penulis.

10.Ibu Sri Suratmi selaku guru kelas V SDN Adisucipto 1 yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11.Siswa-siswi kelas V SDN Adisucipto 1 tahun ajaran 2012/2013.

12.Kepada kedua orang tuaku yang tercinta Fx Wagimin dan Ath. Sumarti yang selalu memberikan doa,pengorbanan, kasih sayang serta dukungannya selama ini dan kepada Kakakku Antonius Andy Kumala terimakasih atas kasih sayang dan dukungannya.

13.Imanudin Ncex yang selalu menemaniku, selalu memberikan semangat, dan cinta.

(12)

xii

(13)

xiii

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

(14)

xiv

 

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Konsep-Konsep Dasar. ... 8

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 23

3. Teori Belajar yang Relevan ... 25

4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

B. Kerangka Berpikir. ... 29

C. Hipotesis Tindakan. ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

1. Validitas Intrumen Pembelajaran ... 46

(15)

xv

 

G. Validitas Instrumen Pengumpulan Data ... 50

1. Uji Reliabilitas ... 50

2. Teknik Analis Data. ... 51

3. Kriteria Keberhasilan ... 54

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 56

1. Siklus I ... 56

2. Siklus II ... 67

B. Hasil Penelitian ... 76

1. Kedisiplinan Siswa ... 76

2. Prestasi Belajar Siswa ... 80

C. Pembahasan ... 84

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 92

C. Keterbatasan ... 93

(16)

xvi

 

DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Tahapan penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 32

Tabel 3.1 Kisi-kisi Evaluasi Siklus I dan Siklus II ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesoner Kedisiplinan ... 43

Tabel 3.3 Pedoman Penskoring Kuesoner Siswa ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Interprestasi Skor PAP ... 44

Tabel 3.5 Variabel Penelitian dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45

Tabel 3.6 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 47

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kualitas Produk ... 47

Tabel 4.1 Perhitungan PAP Kedisiplinan Siswa Siklus I ... 77

Tabel 4.2 Hasil Kedisiplinan Siswa Siklus I ... 71

Tabel 4.3 Perhitungan PAP Kedisiplinan Siswa Siklus II ... 79

Tabel 4.4 Hasil Kedisiplinan Siswa Siklus II ... 80

Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4.6 Analisis Data Siklus I ... 82

Tabel 4.7 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 82

Tabel 4.8 Analisis Data Siklus II ... 84

Tabel 4.9 Perbandingan Capaian Peubah Penelitian ... 86

Grafik 4.1 Grafik Peningkatan Kedisiplinan Siswa ... 87

Grafik 4.2 Grafik Peningkatan Presentase Kelulusan Siswa ... 88

(17)

xvii

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... 99

Lampiran 2 : Silabus ... 101

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 107

Lampiran 4 : Lembar Kuesioner Kedisiplinan ... 179

Lampiran 5 : Daftar Kondisi Awal ... 181

Lampiran 6 : Hasil Validasi Instrumen Penelitian ... 183

Lampiran 7 : Validasi Soal Evaluasi I dan II ... 192

Lampiran 8 : Reliabilitas Soal Evaluasi I dan II ... 204

Lampiran 9 : Contoh Hasil Pekerjaan LKS ... 206

Lampiran 10 : Contoh Hasil Pekerjaan Soal Evaluasi I dan II ... 212

Lampiran 11 : Contoh Hasil Kuesioner Akhir Siklus I dan II ... 220

Lampiran 12 : Pengolahan Data Kedisiplinan Kondisi Awal ... 228

Lampiran 13 : Data Hasil Kuesioner Kedisiplinan Akhir Siklus I dan II ... 230

Lampiran 14 : Daftar Nilai Evaluasi Siklus I dan II ... 234

Lampiran 15 : Hasil Wawancara ... 236

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I dibahas tentang hal yang melatar belakangi diadakannya penelitian ini serta rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar terpenting untuk perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi yang berguna bagi perkembangan bangsa. Pendidikan matematika bertujuan untuk mencerdaskan, memperluas pengetahuan, serta pengalaman dan wawasan manusia (Kadir, 2006:2). Mata pelajaran matematika mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya.

Proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal. Hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar agar pemahaman konsep siswa dalam belajar lebih baik, salah satu diantaranya yang menurut peneliti penting adalah pendekatan pembelajaran.

(19)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 4 Februari 2013 ketika guru memberi pertanyaan, siswa cenderung diam saja. Siswa tidak mau bertanya karena siswa merasa dirinya sudah bisa dan mampu memahami materinya, sehingga mereka lebih senang mengobrol dengan teman di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Disamping itu, beberapa siswa tidak tertib mengikuti pelajaran dengan tidak membawa buku paket atau tidak mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan lupa, beberapa siswa terlihat keluar mauk kelas tanpa ijin, ribut dikelas bahkan ada beberapa siswa yang membuat suasana semakin tidak disiplin dikelas. Hal ini berarti siswa tidak disiplin dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperkuat ketika peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V, guru mengatakan bahwa tingkat kedisiplinan siswa kelas V sangat rendah. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti memutuskan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dengan melihat kondisi awal kedisiplinan siswa melalui kuesioner. Kuesioner tersebut diberkan pada siswa kelas V yang berjumlah 32 siswa. Dari kuesioner tersebut diperoleh hasil 14 siswa (43,75%) dari 32 siswa termasuk dalam kriteria minimal cukup disiplin sehingga 18 siswa (56,25%) dari 32 siswa lainnya tergolong tidak disipln. Presentase tersebut dapat menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa kelas v masih rendah.

(20)

Dari hasil rata-rata ulangan harian siswa kelas V SDN Adisucipto 1 masih perlu ditingkatkan lagi agar semua nilai yang diperoleh siswa mencapai KKM yang sudah ditetapkan. Setelah melihat kenyataan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa ada permasalahan yang memang perlu diatasi dalam proses pembelajaran matematika di kelas V SDN Adisucipto 1. Masalah tersebut adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dikarenakan kurangnya kedisiplinan siswa selama mengikuti proses pembelajaran matematika berlangsung. Hal ini diakibatkan oleh siswa yang sering bermalas-malasan, ribut sendiri ketika guru sedang menerangkan dan siswa kurang tertarik terhadap pelajaran yang diberikan guru. Kegiatan Pembelajaran yang dilakukan juga lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa didukung metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga pembelajaran tampak monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Dalam mengajar guru juga terlalu cepat menyampaikan materi, sehingga banyak siswa yang kurang paham.

(21)

dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep PMRI sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar (Daryanto & Tasrial, 2012:151). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk memilih judul:

“Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN

Adisucipto1 Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI”

B. Batasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah dalam dan tersirat dalam rumusan masalah dan karena luasnya materi Matematika di sekolah dasar makan penelitian ini dibatasi pada peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika kelas V semester II pada Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan pendekatan PMRI.

C. Rumusan Masalah

(22)

1. Bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang kelas V semeseter II SDN Adisucipto 1?

2. Bagaimana penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang kelas V semeseter II SDN Adisucipto 1?

D. Batasan Pengertian

Suatu istilah dapat ditafsirkan dengan makna yang berbeda-beda. Agar terhindar dari penafsiran-penafsiran yang keliru, maka peneliti memberikan batasan-batasan pengertian dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pretasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan atau kemampuan untuk menguasai pelajaran yang diterima oleh seseorang.

2. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI )

PMRI merupakan pembelajaran matematika yang menyajikan selalu masalah secara kontekstual/realistik, melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah dengan cara sendiri, atau dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan peserta didik tidak dimarahi apabila membuat masalah. 3. Kedisiplinan

(23)

4. Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempumyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia

5. Bangun Datar

Bangun datar adalah suatu bangun yang dibatasi oleh suatu kurva tertutup sederhana, baik kurva lurus maupun lengkung.

6. Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui proses penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang kelas V semeseter II SDN Adisucipto 1.

(24)

F. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik untuk:

1. Bagi peneliti

a. Menambah wawasan baru bagi peneliti tentang pendekatan PMRI yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

b. Merupakan pengalaman yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran untuk materi lain atau studi yang lain bila memungkinkan.

2. Bagi siswa

a. Siswa dapat mengembangkan potensinya dengan terlibat aktif dalam pembelajaran.

b. Siswa memiliki pengalaman baru dalam kegiatan belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar.

3. Bagi guru

Pendekatan PMRI merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa. 4. Bagi sekolah

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Di dalam bab ini pada bagian landasan teori ini terdapat 3 subbab yang dibahas, yaitu kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka

1. Konsep-konsep Dasar

a. Kedisiplinan

1) Pengertian Kedisiplinan

Menurut Prijodarminto (2004:3) disisplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan keterkaitan. Maman Rachman (2004:32) menyatakan disiplin sebagi upaya mengendalikan diri dan sikap memtal individu atau msyarakat dan mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan yang muncul dari dalam hatinya.

Gordon (1996:3-4) menjelaskan kedisiplinan diartikan sebagai perilaku dan tata tertib sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti disiplin dalam kelas atau disiplin dalam tim. Sedangkan kata mendisiplin didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan dan menghukum

(26)

atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebiasaan.

Dari uraian pengertian kedisiplin diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berkaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman.

2) Indikator Kedisiplinan

Mulyasa (2011:27-28) berpendapat ada tiga indikator kedisiplinan yaitu: Pertama melaksanakan tata tertib dengan baik, baik guru maupun siswa, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses pendidikan. Kedua taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku. Ketiga menguasai diri dan instrospeksi. Menguasai diri berarti guru maupun peserta didik memiliki rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang tinggi terhadap keberlangsungan belajar mengajar.

(27)

karena itu guru harus memikirkan cara menangani sikap siswa kurang disiplin.

Hurlock, (1978:84) berpendapat disiplin mempunyai empat unsure pokok yaitu peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan,dan penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan yang berlaku.

Disamping itu fungsi kedisiplinan ada dua yaitu yang pertama kedisiplinan sebagai penciptaan dan pelestarian keadaan yang penting terhadap kemajuan kerja teratur yang berada di sekolah, fungsi kedua dari kedisiplinan adalah persiapan siswa terhadap keikutsertaan aktif dalam lingkungan orang dewasa yang terorganisasi, dimana kebebasan diseimbangkan dengan tanggung jawab yang berhubungan dengannya (Lewis,2004: 198).

b. Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Masidjo (1995:40) prestasi belajar adalah hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran.

(28)

menyelesaikan suatu hal. Dalam tulisan ini, prestasi belajar hanya dibatasi dalam bidang pendidikan, khususnya pengajaran.

Prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Evaluasi terhadap prestasi belajar dilakukan guru dengan menggunakan alat evaluasi berupa tes dan non tes. Melalui evaluasi tes dan non tes, siswa dituntut untuk menunjukkan prestasi tertentu.

Hasil data yang diperoleh akan diakumulasikan dalam bentuk nilai yang berupa angka. Dimana angka tersebut mampu menunjukkan prestasi tertentu. Berdasarkan prestasi-prestasi yang dicapai siswa tersebut, guru dapat mengetahui hasil belajar yang diharapkan telah tercapai atau tidak.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Semiawan (2002:11-13) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:

a) Pemenuhan kebutuhan psikologis siswa; b) Intelegensi siswa;

c) Emosi siswa; d) Motivasi; dan

e) Pengembangan kreatifitas.

c. Pengertian Matematika

(29)

kesemuanay berkaitan dengan penalaran. Mata pelajaran Matematika perlu penalaran kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini untuk membekali peserta didik dengan kemampuan logis, analisi, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP, 2007:143) “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempumyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia”. Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran ilmu pasti yang harus dikuasi atau dipelajari oleh setia orang yang berkaitan dengan penalaran yang mendasari perkembangan teknologi modern dan berperan penting memajukan daya pikir manusia.

d. Bangun Datar

1) Pengertian Bangun Datar

Menurut Wiratno, Vijaya, Vijaya, Subijanto, dan Nasir (2011: 50), bangun datar adalah suatu bangun yang dibatasi oleh suatu kurva tertutup sederhana, baik kurva lurus maupun lengkung.

(30)

2011:50). Bangun yang termasuk dalam bangun datar itu sendiri yaitu bangun persegi empat, trapesium, belahketupat, jajar genjang, lingkaran, segitiga, segilima, segienam, bintang, dsb.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bangun datar adalah bangun geometri yang dibatasi oleh suatu kurva tertutup sederhana dimana seluruh bagiannya terletak pada satu bidang.

2) Macam-macam Bangun Datar

Dalam penelitian ini bangun datar yang dipelajari yaitu sebatas pada bangun datar sederhana: segitiga, segiempat dan lingkaran. Berikut penjelasan dari bangun-bangun tersebut menurut Wirasto dalam Anggraeni (2010:20-26).

a) Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.

(31)

Persegi adalah persegipanjang yang sisinya sama panjang. Persegi juga dapat dikatakan sebuah belahketupat yang besar

sudutnya 90˚

c) Segitiga

Segitiga adalah salah satu bangun datar yang memiliki 3 sisi. Segitiga merupakan bangun datar yang memiliki besar sudut d) Jajar Genjang

Jajargenjang adalah segiempat yang memiliki 2 pasang sisi yang sejajar.

e) Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang sepasang sisi yang berhadapan sejajar.

(32)

Segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.

g) Belah Ketupat

Segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

h) Lingkaran

Bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama.

e. Bangun Ruang

1) Pengertian Bangun Ruang

(33)

tinggi/ ketebalan (Astuti & Sunardi, 2009). Bangun ruang dapat berupa bangun padat maupun berongga yang mana dibatas-batasi oleh bidang datar maupun bidang lengkung (Fransiska, 2010:56). Bangun yang termasuk dalam bangun ruang antara lain: bola, kubus, balok, limas segitiga, prisma segitiga, limas segiempat, kerucut, dan tabung.

Dari beberapa pengertian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah bangun yang dibatasi oleh beberapa bidang datar maupun bidang lengkung yang dapat berupa bangun padat maupun bangun berongga.

2) Macam-macam Bangun Ruang

Dalam penelitian ini secara khusus bangun ruang yang dipelajari yaitu bangun kubus dan balok. Berikut penjelasan bangun-bangun ruang tersebut menurut Fransisika (2011:56-59). a) Kubus

(34)

b) Balok

Balok adalah bangun ruang beraturan yang dibatasi 6 persegi panjang tidak berongga atau berongga.

c) Prisma

Prisma merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh 6 sisi yang memiliki ukuran panjang dan lebar.

d) Tabung

Merupakan bangun yang dibatasi sisi lengkung dan dua lingkaran.

(35)

Limas adalah bangun ruang yang mempunyai bidang alas segi banyak dan dari bidang alas tersebut dibentuk suatu sisi berbentuk segitiga yang akan bertemu pada satu titik.

f) Bola

Merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh sisi lengkung.

f. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

1) Pengertian PMRI

PMRI adalah suatu gerakan yang berusaha memperbaiki kualitas pendidikan matematika teristimewa pendidikan matematika disekolah. Gerakan ini berpendapat bahwa perubahan harus dimulai dari tingkat dasar yaitu SD/MI yang merupakan fondasi dari sistem pendidikan formal, dan secara gradual diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi. PMRI berusaha mengubah paradigma pembelajaran matematika dari paradigma mengajar ke paragdigma belajar (Marpaung, 2008:3)

(36)

Heuvel-Punhuizen, penggunaan kata “realistic” tersebut tidak sekadar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata ( real-world) tetapi lebih mengacu pada fokus PMR dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa.

Sedangkan pendapat lain menurut Suryanto (2010:6) PMRI merupakan pendekatan yang mengadopsi pendekatan dari Belanda yaitu Realistic Mathematics Education (RME) yang mana disesuaikan dengan kondisi dan budaya di Indonesia. PMRI sendiri merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa (Wijaya, 2012:20).

Freudenthal memiliki pendapat bahwa konsep utama dari PMRI yaitu kebermaknaan, karena proses belajar siswa hanya akan terjadi apabila pengetahuan yang dipelajari memiliki makna bagi siswa (Wijaya, 2012:20).

(37)

Berdasarkan pengertian pendekatan PMRI diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika dengan menekankan penggunaan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa atau dunia nyata dan dan dapat dibayangkan oleh siswa.

2) Prinsip-prinsip PMRI

Sejalan dengan konsep asalnya, menurut Marpaung (dikutip Kemendiknas, 2010) PMRI dikembangkan dari tiga perinsip dasar yang mengawali RME, yaitu guided reinvention and progressive mathematization (penemuan terbimbing dan matematisasi progresif), didactical phenomenology (fenomologi didaktis), serta self developed models (model dikembangkan sendiri). Perinsip RME menurut Heuvel-Panhuizen dikutip Kemendiknas (2010:10) adalah sebagai berikut.

(1) Prinsip aktivitas, yaitu matematika adalah aktivitas manusia. Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika.

(2) Prinsip relitas, yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang relistik atau dapat dibayangkan oleh siswa.

(38)

menemukan soliso suatu masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisasi memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secar formal. (4) Prinsip jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam

matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik.

(5) Prinsip interaksi, yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strateginya menemukan itu serta menanggapinya. (6) Prinsip bimbingan, yaitu siswa perlu diberi kesempatan

untuk menemukan pengetahuan matematika terbimbing. 3) Karakteristik PMRI

Karakteristik PMRI merupakan karakteristik yang berasal dari RME. Dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan lingkungan dan budaya setempat.

(39)

a) Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologi

Titik awal pembelajaran sebaiknya nyata, sesuai dengan pengalaman siswa. Sehingga nantinya siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar tersebut dan dunia nyata dapat menjadi alat untuk pembentukan konsep.

b) Penggunaan model untuk mengonstruksi konsep

Karena PMRI dimulai dari sesuatu yang nyata dan dekat dengan siswa, maka siswa mengembangkan snediri model matematika. Dengan konstruksi model-model yang mereka kembangkan dapat menambah pemahaman mereka terhadap matematika.

c) Penggunaan kreasi dan konstribusi siswa

Pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang diharapkan memberikan kesempatan atau membantu siswa, untuk menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis informalnya

d) Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran

(40)

e) Pemanfaatan keterkaitan

Konsep-konsep dalam matematika saling terkait, sehingga melalui keterkaitan suatu pembelajaran matematika diharapkan dapat membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan.

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Eti Nurhayati (2011:34) berdasarkan pertahapan Piaget, perkembangan kognitif anak usia SD berada pada tahap operasional konkret. Istilah operasi konkret mencerminkan pendekatan yang terikat atau terbatas pada dunia nyata. Anak-anak usia SD dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memcahkan masalah, namun hanya sepanjang mereka melibatkan objek-objek dan situasi yang mereka kenal. Anak-anak usia ini mengembangkan keterampilan penalaran lois karena telah menguasai konsep reversilibilatas sepanjang berhadapan dengan dunia mereka kenal.

Nurhayati menambahkan anak-anak pada kelas sekolah dasar bergerak dari pemikiran egisentris ke desentris, atau dari pemikiran subjektif ke pemikiran objektif. Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapat memiliki persepsi berbeda dari persepsi mereka. Untuk menangkap ide Piaget tentang perkembangan anak usia SD secara ringkas adalah sebagai berikut:

1) Usia SD Kelas Rendah (Kelas I-III)

(41)

(b) Mulai dapat menyimpan pengetahuan atau hasil pengamatan dalam daya ingatannya.

(c) Mulai dapat mengoperasikan kaidah-kaidah logika (berfikir logis), meskipun terbatas pada objek-objek konkret.

2) Usia SD Kelas Tinggi (Kelas IV-VI) (a) Mulai dapat berfikir hipotesis deduktif

(b) Mulai mampu mengembangkan kemampuan berdasarkan kedua alternatif.

(c) Mulai mampu menginferensi atau menggeneralisasikan dari berbagai kategori.

Yusuf (2011:24-25) menambahkan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secar relatif, anak-anak lebih mudah diddik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase yaitu:

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai 9 atau 10 tahun.

Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain seperti berikut: (a) Adanya hubugan positif yang tinggi antara keadaan jasmani

dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diraih)

(42)

(c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri).

(d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.

(e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9-10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun.

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah:

(a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, jal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

(b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

(c) Menjelang akhit masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli mengikuti teori faktor ditarfsirkan sebagai mulai menonjolkanya

(d) Anak usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama

3. Teori Belajar yang Relevan

(43)

penyusunan dengan memanfaatkan benda-benda kongkrit. Pada tahap ikonik, anak sudah mampu berfikir representatif yakni dengan menggunakan gambar atau turus. Pada tahap ini mereka sudah berpikir verbal yang didasarkan pada representasi benda-benda kongkrit. Selanjutnya pada tahap simbolik, anak sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau melakukan manipulasi dengan mengunakan simbol-simbol (Tim pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI, 2007:165).

Teori Bruner ini relevan dengan pendekatan PMRI yang mengungkapkan bahwa perkembangan intelektual seorang siswa seharusnya dimulai pada tahap enaktif terlebih dahulu dimana seorang siswa belajar melalui benda-benda konkrit/nyata, sedangkan PMRI penggunaan benda-benda nyata tersebut digunakan bersama adanya suatu konteks (masalah) matematika. Selanjutnya siswa dapat belajar dengan menggunakan model sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju matematika tingkat formal (Wijaya, 2012:22). Tahap ini dalam teori Bruner terdapat pada tahap ikonik yang mana siswa sudah mampu berfikir representatif.

4. Hasil Penelitian yang Relevan

(44)

mencapai KKM. Setelah dilakukan penelitian pada siklus II diperoleh hasil 79,41% dari 34 siswa memenuhi KKM. Hasil tersebut telah mencapai kriteria penelitian sebesar 65% dari 35 siswa mencapai KKM sehingga penelitian dihentikan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, peneliti menyimpulkan penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar dalam menyelesaikan soal cerita pada peserta didik kelas V SD Kanisius Kalasan tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini relevan karena memiliki kesamaan dalam penggunanaan pendekatan PMRI untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran matematika.

Penelitian yang relevan selanjutnya dilakukan oleh Danoebroto, Sri W. (2008) dengan judul Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan PMRI dan Pelatihan Metakognitif. Penelitian dilakukan di SDN Nginjon 1 Kabupaten Sleman, SDN Sendangadi 1 Kabupaten Sleman, SDN Gambiranom Kabupaten Sleman, dan MIN Yogyakarta 1 Kabupaten Sleman. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas IV SD di Kabupaten Sleman Propinsi DIY.

(45)

solusi. Siswa juga menyatakan senang terhadap proses pembelajaran dan kegiatan pemecahan masalah, memiliki keyakinan yang positif tentang belajar matematika, menunjukkan antusiasme, keceriaan, dan kreativitas yang tinggi dalam proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan pelatian metakognitif.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI dan pelatihan metakognitif meningkatkan kemampuan siswa dalam proses memecahkan masalah hingga memecahkan masalah dan siswa senang mengikuti pembelajaran matematika. Penelitian ini relevan karena memiliki kesamaan dalam penggunaan pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika.

Penelitian yang ketiga adalah Sutedjo, A & Trimo (2007) melakukan penelitian tentang peningkatan prestasi belajar matematika dalam menyelesaikan soal cerita melalui PMRI pada siswa kelas VI SDN 1 Magelang, kecamatan Kaliwungu Selatan, kabupaten Kendal tahun pelajaran 2009/2010. Peneliti menyimpulkan pembelajaran dengan pendekatan PMRI mampu meningkatkan prestasi belajar matematika dalam menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas VI SDN 1 Magelang. Nilai rata-rata prestasi belajar pada siklus I sebesar 6,67 dan siklus II sebesar 7,6. Sedangkan untuk ketuntasan belajar siklus I sebesar 70% dan siklus II sebesar 87,5%.

(46)

yang sama, yaitu penggunaan pendekatan PMRI di dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan dari hasil ketiga penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Kerangka Berpikir

Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran karena sebagai fasilitator bagi siswa. Guru lebih dominan menggunakan metode pembelajaran ceramah. Hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan prestasi belajar matematika rendah. Ketika guru memberi tugas pada siswa untuk didiskusikan dengan kelompok, siswa cenderung mengobrol sendiri dengan teman. Hal tersebut juga dapat menyebabkan kedisiplinan siswa rendah karena tidak mengumpulkan tugas tepat waktu. Dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya dituntut untuk menghafal materi tanpa melakukan atau bekerja. Dengan begitu proses pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa.

(47)

Melalui pembelajaran realistik tersebut siswa diharapkan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu, siswa akan mampu disiplin dalam proses pembelajaran matematika yang sedang berlangsung karena pembelajaran realistik juga menghadirkan proses belajar berdasarkan pengalaman. Dengan demikian, melalui penerapan pendekatan PMRI diharapkan mampu meningkatkan kedisiplinan siswa, dan juga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir itulah peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.

1. Proses penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang kelas V semeseter II SDN Adisucipto 1.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini, peneliti menuliskan tentang Jenis Penelitian, Setting Penelitian, Pendekatan Rencana Rencana Tindakan, Indikator Keberhasilan, Instrumen Penelitian, Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Kunandar (2008:45) berpendapat penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang ditandai dengan adanya kerja sama antara guru bidang studi dengan pihak peneliti. Guru berperan melakukan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat yakni melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan mencatat hasil temuan. Peneliti juga memberikan bantuan ketika guru mengajar. Selain itu, dalam penelitian ini juga saling bekerjasama dalam melakukan evaluasi

(49)

terhadap hasil temuan yang diperoleh dan melakukan revisi untuk pertemuan siklus berikutnya.

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Model penelitian ini terdiri dari adanya perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, yang keempatnya merupakan satu siklus. Setelah suatu siklus diimplementasikan, akan diadakan refleksi dari semua kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian dilakukan perencanaan ulang untuk dilaksanakan pada siklus tersendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggart

Keempat langkah penting dalam PTK dapat diuraikan secara singkat seperti berikut ini (Sukardi 2003:213-215):

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

(50)

1. Perencanaan

Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi kedepan. Perencana harus menyadari sejak awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan mempunyai resiko. Perencanaan yang dikembangkan harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan yang praktis terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. 3. Pengamatan

Pengamatan pada penelitian tindakan mempunyai fungsi dokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subyek. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.

4. Refleksi

(51)

yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalam tindakan strategik. Hasil refleksi penting untuk melakukan tiga kemungkinan terhadap suatu subyek penelitian, yaitu diberhentikan, modifikasi atau dilanjutkan ketingkatan atau daur selanjutnya.

Peneliti menggunakan model ini karena sebagai sarana apabila dalam pelaksanaanya rencana tindakan yang telah disusun oleh peneliti mengalami kegagalan. Dengan model ini, maka kesalahan-kesalahan dalam rencana tindakan pertama dapat diperbaiki kemudian dapat dilakukan perencanaan tindakan kedua dan seterusnya hingga tercapai tujuan dari penelitian yaitu mengetahui keefektifan penggunaan pendekatan PMRI dalam meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar Matematika kelas V Semester II di SDN Adisucipto1.

B. Setting Penelitian

1.Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SD Negeri Adisucipto 1yang terletak di komplek Lanud Adisucipto 1, Jalan Janti Maguwoharjo Depok, Sleman, Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Siswa SD Negeri Adisutcipto 1 Tahun 2012/2013 siswa kelas V yang berjumlah 32 orang peserta didik. 3. Obyek Penelitian

(52)

4. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

C. Rencana Tindakan

Dalam penelitian ini menurut gambar 3.1 menurut Kemmis dan Mc. Taggart, terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, peksanaan, pengamatan dan refleksi.

1. Perencanaan

Hal pertama yang dilakukan peneliti sebelum penelitian yaitu meminta izin pada Kepala Sekolah SDN Adisucipto 1. Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah, maka peneliti akan meminta izin pada guru kelas V, yang mana dalam kelas ini akan dilakukan penelitian. Apabila mendapatkan izin, maka peneliti akan meminta jadwal pelajaran kelas V agar peneliti dapat menyesuaikan waktu penelitian yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian.

Perencanaan selanjutnya yaitu melakukan observasi dan wawancara guna untuk mengetahui gambaran kegiatan pembelajaran dan karakteristik tiap siswa. Setelah mengetahui permasalahan yang ada di kelas V, kemudian peneliti mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok pembelajaran yang menjadi masalah tersebut.

(53)

juga diperlukan yaitu media pembelajaran sebagai pendukung pembelajaran tersebut. Setelah peneliti menyusun instrumen pembelajaran, peneliti akan menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan untuk meneliti tingkat kerjasama siswa yaitu berupa lembar observasi dan lembar kuesioner. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai prestasi siswa yaitu dengan lembar evaluasi dan lembar penilaian siswa dalam aspek-aspek tertentu.

2. Perencanaan Persiklus

a) Siklus I

(54)

ditetapkan peneliti sebagai objek penelitian. Media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media nyata yang mana digunakan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang nyata.

b) Siklus II

Siklus II hanya akan dilakukan apabila pada siklus I pelaksanaan tindakan belum menunjukkan hasil sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan. Apabila siklus II belum mencapai indikator keberhasilan, maka akan dilakukan juga siklus III dan seterusnya hingga tindakan yang dilakukan peneliti menunjukkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan pembelajaran yang telah disusun dalam RPP. Proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan pendekatan PMRI yang menitik beratkan siswa untuk dapat menyelesaikan suatu masalah khususnya dalam hal mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Pada proses pembelajaran ini siswa dituntut untuk mampu mengidentifiasi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang dengan sendirinya. Soal evaluasi diberikan kepada siswa pada pertemuan ketiga untuk mengetahui pencapaian prestasi belajar siswa (RPP di lampiran).

(55)

mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Pada setiap pertemuan dilakukan pengamatan proses pembelajaran berdasarkan kelima karakteristik PMRI dan kedisiplinan siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Peneliti juga menyebarkan kuesioner tentang kedisiplinan kepada seluruh siswa untuk diisi sesuai dengan kenyataan siswa.

4. Observasi

Pada tahap pengamatan ini peneliti mengamati kegiatan siswa dan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini dilakukan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan. Hal yang diamati peneliti adalah hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan yaitu, meliputi: kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dan interaksi siswa dalam kegiatan belajar di dalam kelas. Peneliti menuliskan hasil pengamatan secara anekdot. Selain itu, peneliti juga menggunakan kamera menjadikan bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian. Pengamatan dilakukan dengan bantuan guru dan teman peneliti.

5. Refleksi

(56)

pecahan kemudian merancang atau memodifikasi tindakan berikutnya sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah wawancara, observasi langsung, kuesioner dan dokumentasi berupa tes hasil belajar siswa.

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah jenis wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2010:197). Peneliti melakukan wawancara pada sebelum penelitian penelitian. Wawancara ini dilakukan pada dua siswa kelas V dan guru kelas V.

2. Observasi

(57)

dilakukan siswa secara individual atau kelompok (Masidjo, 2010: 64). Alasan peneliti memilih menggunakan instrumen pengamatan berupa catatan anekdota karena hasil pengamatan yang diperoleh bersifat asli dan objektif, dapat dipakai untuk memahami siswa dengan lebih tepat dan anekdota yang tidak dapat diperoleh melalui pengukuran sistematis ini dapat mencatat peristiwa seketika yang berarti bagi perkembangan siswa. Kegiatan siswa yang di amati oleh peneliti adalah kegiatan yang menunjukkan kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Melalui pengamatan, peneliti dapat menemukan beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran sehingga peneliti dapat menemukan solusi untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap siklusnya.

3. Kuesioner

(58)

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2010:329). Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumen untuk memperoleh data tentang prestasi siswa. Hasil penelitian juga akan semakin dapat dipercaya dengan adanya foto-foto selama proses pembelajaran. Penilaian untuk aspek kognitif peneliti menggunakan nilai evaluasi . Peneliti juga menggunakan silabus, RPP, dan buku-buku pelajaran sebagai cara dalam mengumpulkan data berupa dokumen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti ada dua jenis yaitu tes dan non tes. Instrumen penelitian dengan jenis tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Sedangkan instrumen penelitian jenis non tes digunakan untuk mengamati kedisiplinan siswa selama proses kegiatan pembelajaran matematika berlangsung.

1. Tes

(59)

banyak dipergunakan dalam bidang pengukuran prestasi belajar di sekolah, khususnya dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.

Instrumen penelitian jenis tes ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Bentuk soal uraian dengan jumlah soal adalah lima soal, 1 soal siswa menjawab 3 pertanyaan dengan mengisi kolom yang sudah disediakan. Soal subyektif ini masing-masing memiliki bobot lima yang memenuhi kriteria.

Dalam pembuatan tes ini terdapat kisi-kisi yang mencakup kompetensi yang harus dikuasai siswa. Kisi-kisi dalam penyusunan soal adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Evaluasi Siklus I dan Siklus II Kisi-kisi Evaluasi Siklus I Standar bangun datar yang ada di sekitar

(60)

Pada tabel 3.1 terdapat kisi-kisi untuk penyusunan soal evaluasi sifat-sifat bangun datar dan bangunruang dengan jumlah 5 soal untuk setiap siklusnya. Setiap number berisi 3 kolom untuk menjawab soal. Kisi-kisi dibuat dengan tujuan supaya peneliti lebih mudah dalam menentukan ruang lungkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.

2. Non Tes

Instrumen penilaian selanjutnya yang digunakan peneliti adalah penilaian non tes. Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian berupa lembar kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengukur ranah afektif dan psikomotor dalam hal kedisiplinan siswa selama proses pembelajaran. Kuesioner disusun berdasarkan indikator kedisiplinan. Kuesioner terdiri dari 24 item pernyataan atau pertanyaan yang terbagi menjadi 12 pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif. Peneliti menggunakan skala likert pada pembuatann kuesioner. Pengisisan

kuesioner dengan cara memberi tanda check list (√) pada kolom pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS) pada setiap pernyataan atau pertanyaan yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri siswa. Pada tabel 3 terdapat kisi-kisi kuesioner kedisiplinan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan

No. Indikator Pernyataan

positif (+)

Pernyataan

negatif (-) Jumlah

1. Melaksanakan tata tertib dengan baik 1, 3, 5, 6 7, 17, 19, 24 4

2. Taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku

8, 9, 11, 12 4, 10, 15, 21

4

3. Menguasai diri dan instropeksi. 2, 16, 18, 20 13, 14, 22,23 4

(61)

Berdasarkan tabel 3.2 terdapat kisi-kisi untuk menyusun kuesioner kedisiplinan berdasarkan 3 indikator. Peneliti membuat kisi-kisi tersebut sebelum menyusun kuesioner, dalam kuesioner yang dibuat peneliti terdapat pernyataan positif dan negatif. Pembuatan pernyataan positif dan negatif bertujuan untuk mengetahui konsistenan siswa dalam menjawab.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoring Kuesioner Siswa jawaban TS (Tidak Sesuai) maka mendapat skor 2 dan yang terakhir jika siswa memilih jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai) maka siswa mendapat skor 1. Sedangkan pada pernyataan negatif skor yang diperoleh kebalikan dari skor pernyataan positif.

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Skor PAP II

Rentang Persentase

(62)

Pada tabel 3.4 terdapat kriteria penskoran PAP menurut Arifin (2011:236). Terdapat lima kriteria kedisiplinan yang dimodifikasi oleh peneliti. Kriteria tersebut digunakan peneliti untuk menentukan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran matematika.

3. Tabel Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung. Berikut ini terdapat instrumen pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian peneliti dan dapat dilihat pada tabel 3.5 yaitu.

Tabel 3.5 Variabel Penelitian dan Instrumen Pengumpulan Data

Non tes Observasi

Wawancara

(63)

Berdasarkan tabel 3.5 di atas dapat diketahui bahwa peneliti akan melakukan penelitian terhadap kedisiplinan siswa dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Peneliti meneliti kedisiplinan siswa selama proses pembelajaran matematika dengan melakukan pengamatan dengan menggunakan catatan anekdota dan menyebarkan kuesioner kepada siswa. Disamping itu peneliti juga melakukan wawancara tak terstruktur dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara. Sedangkan untuk prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, peneliti menggunakan tes soal evaluasi yang diberikan kepada siswa sebanyak lima soal subyektif berupa soal cerita.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dapat dikatakan baik apabila instrumen tersebut valid dan reliabel. Maka dari itu instrumen yang digunakan untuk penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu

1. Validitas Instrumen Pembelajaran

(64)

melakukan uji validitas soal evaluasi dengan melakukan pengujicobaan soal evaluasi kepada siswa kelas VI.

Tabel 3.6 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

No. Perangkat

Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa peneliti telah memperoleh penilaian dari dosen ahli. Hasil validasi perangkat pembelajaran terlampir pada lampiran. Untuk mengetahui kualitas dari setiap perangkat tersebut, peneliti membandingkan hasil penilaian tersebut dengan kriteria tingkat kualitas produk menurut Fatimah dalam Aditya (2012:37).

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Kualitas Produk

Interval Skor Rata-rata Kategori

3,25 < M ≤ 4,00 Sangat Baik 2,50 < M ≤ 3,25 Baik 1,75 < M ≤ 2,50 Kurang Baik 0,00 < M ≤ 1,75 Tidak Baik

(65)

Tabel 3.8 Kualitas Perangkat Peneliti

No Perangkat Pembelajaran Hasil Kriteria

1. Silabus 3,35 Sangat Baik

2. RPP 3,34 Sangat Baik

3. LKS 3,35 Sangat Baik

4. Bahan Ajar 3,3 Sangat Baik

5. Evaluasi 3,25 Baik

Rata-rata 3.31 Sangat Baik

Berdasarkan pada tabel 3.8 terlihat bahwa perangkat yang disusun oleh peneliti mendapatkan kriteria “Sangat Baik” untuk Silabus, RPP,

LKS dan Bahan Ajar,dan Evaluasi mendapatkan kriteria “Baik”. Secara

keseluruhan(rata-rata) perangkat yang disusun oleh peneliti mendapatkan

kriteria “Sangat Baik”. Oleh dasar tersebut maka perangkat pembelajaran

yang disusun oleh peneliti telah layak untuk diujicobakan dalam penelitian. Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh dosen ahli tersebut kemudian direvisi oleh peneliti berdasarkan masukan-masukan yang diberikan oleh kedua dosen ahli.

2. Validitas Soal

(66)

Keterangan:

rxy : korelasi product moment X : jumlah skor X

Y : jumlah skor Y N : jumlah responden

Hasil perhitungan validitas menggunakan rumus Product Moment dengan r tabel untuk 26 siswa sebesar 0,39 (Sugiyono, 2010). Suatu soal

dikatakan valid jika r hitung ≥ r tabel. Berdasarkan analisis validitas soal uraian diperoleh hasil sebagai berikut.

2) Soal Evaluasi 1

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Soal Evaluasi I

No Item r hitung r tabel Kriteria

Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa 5 soal yang diujikan kepada siswa kelas VI SDN Adisucipto 1 terhitung valid. Sedangkan untuk soal evaluasi 2, peneliti memperoleh hasil perhitungan validitas sebagai berikut.

3) Soal Evaluasi 2

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Soal Evaluasi II

(67)

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.10 terlihat bahwa 5 soal evaluasi II yang diujikan pada siswa kelas VI SDN Adisucipto 1 terhitung valid. Peneliti kemudian menetapkan bahwa kedua soal tersebut dapat digunakan untuk perangkat pembelajaran pada saat pelaksanaan tindakan pada siswa kelas V SDN Adisucipto 1.

G. Validitas Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang divalidasi adalah lembar kuesioner kedisiplinan siswa. Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validasi kepada dosen ahli. Validasi dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap aspek-aspek pada perangkat pembelajaran. Validasi diisi dengan pedoman yang telah disiapkan oleh peneliti. Hasil validasi lembar kuesioner kedisiplinan oleh dosen ahli.

Tabel 3.11 Hasil Validasi Kuesioner

No Ahli Hasil penilaian

rata-rata Kategori

1 Dosen 4,00 Sangat baik

Berdasarkan pada tabel 12 hasil validasi kuesioner ke ahli memperoleh penilaian rata-rata 4,00 dan berada pada kriteria sangat baik. Sehingga kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti layak untuk dibagikan pada siswa dalam penelitian.

1. Uji Reliabilitas

(68)

diukur adalah aspek konsistensi. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half).

Dimana:

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Menurut Masidjo (2010:209), terdapat taraf reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.12 Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 - 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup/Kurang 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Dari perhitungan reliabilitas soal instrumen 1 menggunakan Spearman Brown (Split Half), diketahui bahwa koefisiennya adalah 0,65 jadi termasuk dalam kategori cukup atau kurang.

Dari perhitungan reliabilitas soal instrumen 2 menggunakan Spearman Brown (Split Half), diketahui bahwa besar korelasinya adalah 0,58 jadi masuk dalam kategori cukup atau kurang.

2. Teknik Analisis Data

(69)

yaitu data kuantitatif merupakan teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia. Dan data kualitatif merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus.

a. Analisis Kedisiplinan Siswa

(70)

langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil kueioner persentase per indikator kedisiplinan sebelum penelitian dengan sesudah penelitian. Adapun keiteria kedisiplinan menurut Arifin, (2011: 236) yang telah di modifikasi oleh peneliti.

Tabel 3.13 Kriteria Skor PAP II

Rentang Persentase

≤ 59% Sangat Kurang Disiplin Sumber: Arifin 2011: 236

b. Analisis Prestasi Belajar Siswa

Di SDN Adisucipto 1 kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa dalam mata pelajaran matematika adalah 60. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa mencapai nilai diatas KKM dan rata-rata kelas yang dicapai. Nilai ulangan siswa diperoleh dengan menghitung skor yang diperoleh dari hasil tes evaluasi, untuk penilaian tes prestasi belajar. Peningkatan prestasi belajar siswa pada tiap siklus dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung skor tiap siswa dengan cara .

(71)

c. Menghitung rata-rata kelas

d. Membandingkan nilai rata-rata seluruh siswa dan persentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal dan kondisi akhir untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa.

3. Kriteria Keberhasilan

Penelitian ini menggunakan dua variabel yang berdasarkan judul yaitu kedisiplinan dan prestasi belajar. Suatu siklus dapat dinyatakan berhasil apabila telah tercapainya indikator-indikator yang telah ditentukan berdasarkan data yang dikumpulkan. Disamping itu, keberhasilan ini juga dapat dilihat berdasarkan ketuntasan siswa dalam belajar. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran matematika di SDN Adisucipto1 adalah 60. Kriteria keberhasilan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang kelas V SDN Adisucipto 1 tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.14 Kriteria Keberhasilan

No Indikator Kondisi Awal atau lebih besar dari nilai KKM yaitu 60

(72)
(73)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentan persiapan pelaksanaan penelitian, hasil dari penelitian dan pembahasan dari penelitian tersebut.

A. Deskripsi Kondisi Awal

Penelitian ini dilakukan di SDN Adisucipto 1 Yogyakarta dengan

judul “Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SDN Adisucipto 1 menggunakan pendekatan PMRI”. Penelitian ini dimulai dari

awal Februari hinggal Mei 2013. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus dengan subyek penelitian siswa kelas V SDN Adisucipto 1 Yogyakarta dengan jumlah siswa 32 siswa.

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tentang materi mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan. Standar kompetensi yang diambil yaitu menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri. Sedangkan kompetensi dasar yang diambil adalah mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.

(74)

Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga pertemuan, yaitu pertemuan pertama membahas tentang memberi contoh bangun datar yang ada di sekeliling, menjelaskan bentuk bangun datar yang ada di sekeliling dan mengelompokkan bangun datar yang di temukan, pertemuan kedua membahas mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan pertemuan ketiga ini adalah evaluasi. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 6 Mei 2013, siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Mei 2013 dan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Mei 2013.

2) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)

Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, siswa akan lebih mudah menyerap pembelajaran jika pembelajaran tersebut dibawakan secara runtut. Lembar kerja siswa merupakan salah satu sarana untuk mengupayakan keruntutan suatu kegiatan pembelajaran agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan. Lembar kerja siswa ini akan sangat membantu dalam kegiatan kerja kelompok, yaitu berisi tentang kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran dan langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban

(75)

V SDN AdiSucipto 1 Yogyakarta mata pelajaran Matematika menggunakan Pendekatan PMRI sehingga alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa adalah dengan soal evaluasi.

Pada siklus I ini untuk mengetahui sejauh mana siswa menangkap materi pembelajaran dengan pendekatan PMRI maka pada akhir siklus diberikan tes evaluasi. Soal evaluasi berjumlah 5 soal uraian yang 1 soalnya terdiri dari 3 jawaban . Soal evaluasi ini juga dilengkapi dengan kunci jawaban, sehingga sudah memiliki patokan.

4) Menyusun penilaian

Penilaian penting untuk mengetahui skor yang telah dicapai siswa dalam tes evaluasi. Sehingga dapat diketahui hasil prestasi belajar yang telah dicapai siswa. Pada siklus I ini penilaian dirumuskan sebagai berikut:

5) Menyiapkan lembar kuisoner kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

Penelitian tindakan kelas ini selain mengukur prestasi siswa juga mengukur kedisipinan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 3.1 Kisi-kisi  Evaluasi Siklus I dan Siklus II
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan
Tabel 3.3  menjelaskan bahwa pada kuesioner terdapat pilihan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengisi kekaburan norma maka dilakukanlah penafsiran ekstensif atau memperluas arti kata, atau pelebaran norma untuk memperoleh kekuatan pembuktian kesaksian

[r]

Aplikasi Peminjaman Pada Koperasi Simpan Pinjam Arta Mulia merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk melakukan proses transaksi.. Berdasarkan survey dan

Dari implementasi sistem informasi yang diterapkan di LPB-YDBA Astra dapat disimpulkan bahwa dengan sistem yang telah dibuat dapat mempercepat proses pencatatan laporan keuangan

Berdasarkan survey dan wawancara dengan pegawai Bidang Hubungan Industrial dan Syarat Kerja pada Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya, didapatkan informasi bahwa proses

Penelitian yang dilakukan oleh WAEC (2003), Njoku (2004), Ojokuku &amp; Amadi (2010) mengungkapkan bahwa umumnya kesulitan yang dialami siswa meliputi penulisan

Pada penelitian ini nantinya akan dibahas mengenai pengaruh warna reflektor antena parabola di sisi penerima terhadap kualitas sinyal yang dihasilkan untuk komunikasi

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tidak saja keselamatan kerja, tetapi juga keselamatan masyarakat dan lingkungan hidup serta tanggung jawab dari kewenangan Badan