• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru dan siswa terhadap alat peraga matematika berbasis Montessori kelas IC SD Kanisius Sengkan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi guru dan siswa terhadap alat peraga matematika berbasis Montessori kelas IC SD Kanisius Sengkan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS MONTESSORI KELAS IC SD KANISIUS

SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Felicia Sinta Ardianingsih 101134109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS MONTESSORI KELAS IC SD KANISIUS

SENGKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Felicia Sinta Ardianingsih 101134109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat untuk setiap langkah saya

2. Kedua orangtua tercinta, Benedictus Purwoharsanto dan Yohana Francisca Susanti yang telah setia memberi bimbingan dan dukungan sampai saat ini.

3. Adik-adik saya, Yohanes Babtista David Raharditya dan Alexandra Prisca Widyaningsih yang telah mendukung saya selama ini.

4. Semua saudara yang telah banyak membantu dan mendukung saya selama ini.

5. Sahabat dan teman-teman yang mendukung dan selalu memberikan doa selama ini.

(6)

HALAMAN MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi

kekuatan padaku

(Filipi 4:13)

Keep Moving Forward

(Disney)

Life is like riding bicycle. To keep your balance, you must keep

moving.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juni 2014

Penulis,

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Felicia Sinta Ardianingsih

NIM : 101134109

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

Persepsi Guru Dan Siswa Terhadap Alat Peraga Matematika Berbasis Montessori Kelas IC Sd Kanisius Sengkan Yogyakarta

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengolahnya pengkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media cetak lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 18 Juni 2014

Yang menyatakan,

(9)

ABSTRAK

Ardianingsih, Felicia Sinta. (2014). Persepsi guru dan siswa terhadap alat peraga matematika berbasis Montessori di kelas IC SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: persepsi, alat peraga Montessori, guru kelas IC, siswa kelas IC.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa dan guru atas alat peraga matematika berbasis Montessori yang bernama Papan Titik dalam pembelajaran yang ada di kelas.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Subjek pada penelitian ini adalah 3 subjek yang diambil darikelas IC dan guru kelas IC. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian tentang alat peraga Montessori yang terdiri penelitian Research and Development yang bertugas untuk membuat alat, penelitian kuasi eksperimen

yang bertugas untuk mengimplementasikan didalam pembelajaran, penelitian penelitian survey yang bertugas untuk mengevaluasi alat peraga secara kuantitatif dan kualitatif yang bertugas untuk mengevaluasi alat secara kualitatif. Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dengan menuliskan transkrip data yang diperoleh, pengkodean pada data yang telah ditranskrip dan yang terakhir adalah pengolahan data tersebut hingga menghasilkan kesimpulan..

(10)

ABSTRACT

Ardianingsih, Felicia Sinta. 2014. Teacher and students’s perception of mathematic visual aid instrument of Montessori in IC’s Classrooms Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta. Yogyakarta: Faculty of Teacher Training and Education of Sanata Dharma University.

The purpose of this research is to know the perception of the teacher and students about Dot Board - Mathematic visual aid instrument of Montessori in the learning process in the classroom.

The type of this research is descriptive qualitative research. The subjects of the research are 3 students and teacher of IC. This research is the one of the research combinations about Mathematic visual aid instrument of Montessori. The combinations are RnD research that makes the instrument, quasi-experiment research that implements the visual aid instrument in the classroom, quantitative research is to evaluate the visual aid instrument in a quantitative perspective and qualitative research is to evaluate the visual aid instrument in a qualitative perspective. The research’s instrument is the researcher. The data accumulation technique of this research is interview and observation. The data analysis of this research are start with do the transcript, give the data with the code, and data processing until the researcher find the conclusion.

The results of this research showed that 1) the teacher had a positive perception about dot board, a visual aid instrument, she thought that this visual aid instrument could help the teacher to explain the materials easily and became a learning motivation to students. 2) All of student had a positive perception about the dot board, a visual aid instrument. The students thought that this visual aid instrument could help them to do the exercise and make make an interesting learning.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Alat Peraga Matematika Berbasis Montessori Kelas IC SD Kanisius Yogyakarta

dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti mulai dari awal hingga skripsi ini selesai.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D sekalu Wakaprodi PGSD.

4. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi selaku dosen pembimbing II yang sangat sabar dalam membimbing dan membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini. 5. M. Sri Wartini selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan yang telah

memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

6. Astuti selaku guru kelas IC SD Kanisius Sengkan yang telah memberikan ijin, bantuan dan partisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

7. Tiga siswa IC SD Kanisius Sengkan yang telah berpartisipasi dalam penelitian.

8. Kedua orang tua saya, Benedictus Purwoharsanto dan Yohana Fransisca Susanti yang telah senantiasa memberikan dukungan materi maupun moril kepada peneliti.

(12)

10.Teman terdekat saya, Penata, Elisabet, Romana, Regina, Seli dan Mas Yudi yang telah memberi bantuan, masukan, semangat dan menemani saya ketika saya mulai lelah mengerjakan.

11.Teman-teman payung Pani, Maria, Ucik, Heni, Meta dan Muchtar yang saling mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Teman-teman PPL SD Kanisius Sengkan Nisa, Windi, Mila, Maria, Bertha dan Putri yang memberikan bantuan saat penelitian berlangsung

13.Teman-teman PGSD angkatan 2010 kelas C yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penelitian berlangsung.

14.Segenap pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuan dan dukungan doa selama ini.

demi tercapainya perbaikan skripsi yang lebih sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat secara khusus bagi pembaca dan secara umum bagi perkembangan alat peraga pendidikan. Terima kasih.

Yogyakarta, 18 Juni 2014

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... xiv

DAFTAR FOTO ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Definisi Operasional ... 4

BAB II KAJIAN ... 6

2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.1.1 Pengertian persepsi ... 6

2.1.1.1 Faktor yang mempengaruhi persepsi ... 7

2.1.1.2 Peta konsep persepsi ... 8

2.1.2 Metode Montessori ... 8

2.1.2.1 Sejarah Montessori ... 8

2.1.2.2 Ciri-ciri pembelajaran dengan metode Montessori ... 9

2.1.2.3 Tahap perkembangan anak menurut Montesori ... 10

2.1.3 Alat Peraga Berbasis Montessori ... 11

2.1.3.1 Pengertian alat peraga ... 11

2.1.3.2 Karakteristik alat peraga berbasis Montessori ... 12

(14)

2.1.4 Hasil Penelitian yang relevan ... 15

2.1.4.1 Penelitian yang berkaitan dengan Persepsi ... 15

2.4.1.2 Penelitian yang berkaitan dengan pengurangan dan penjumlahan dalam matematika kelas I ... 16

2.1.4.3 Penelitian yang berkaitan dengan alat peraga berbasis Montessori ... 16

2.1.5 Peta Literatur ... 18

2.2 Kerangka Pikir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Setting Penelitian ... 21

3.3 Desain Penelitian ... 22

3.3.1 Observasi ... 24

3.3.2 Tahap perencanaan ... 24

3.3.3 Menyusun fokus penelitian (hal yang digali dari obyek)... 24

3.3.4 Melakukan pengambilan data (pelaksanaan observasi dan wawancara) ... 24

3.3.5 Melakukan pencatatan terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh dalam pengambilan data. ... 24

3.3.6 Melakukan analisis data ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.4.1 Wawancara ... 27

3.4.2 Observasi ... 28

3.5 Instrumen Penelitian ... 29

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 30

3.6.1 Kredibilitas ... 31

3.6.2 Transferabilitas ... 32

3.7 Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Deskripsi Subjek dan Lokasi Penelitian ... 35

4.2 Proses pembelajaran sebelum Implementasi alat peraga Montessori ... 38

4.2.1 Pandangan Subjek dalam menggunakan alat peraga sebelum implementasi Alat peraga Montessori ... 38

4.2.2 Kefamiliaran dan Pengalaman Siswa dalam menggunakan Alat peraga sebelum implementasi alat peraga Montessori. ... 40

4.3 Pengalaman siswa menggunakan alat peraga Montessori ... 41

(15)

4.3.2 Manfaat dan Kendala penggunaan alat Montessori dalam pembelajaran. ... 45

4.3.3 Kemunculan 5 karakteristik alat peraga Montessori ... 48

4.5 Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 54

5.3 Saran ... 55

DAFTAR REFERENSI ... 57

(16)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 2.1 Bagan Persepsi yang dikutip dari Walgito Bagan 2.3 Bagan Persepsi yang telah dimodifikasi Bagan 2.2 Peta konsep persepsi

Bagan 3.1 Desain Penelitian menurut Patton

(17)

DAFTAR FOTO

Gambar 4.1 Ruang kelas IC tampak dari depan ... 37

Gambar 4.2 Ruang kelas IC tampak dari depan ... 38

Gambar 4.3 Ruang kelas IC tampak dari belakang ... 38

Gambar 4.4 Siswa mengerjakan soal menggunakan alat ... 41

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Perencanaan Observasi Sosio Kultur... 61 Lampiran 2. Tabel Perencanaan Observasi Implementasi Alat Peraga

Montessori di Kelas ... 61 Lampiran 3. Panduan Wawancara Guru Sebelum Implementasi

Alat Peraga ... 61 Lampiran 4. Panduan Wawancara Siswa Sebelum Implementasi

Alat Peraga ... 62 Lampiran 5. Panduan Wawancara Guru Setelah Pengimplementasian

Alat ... 62 Lampiran 6. Panduan Wawancara Siswa Setelah Implementasi

Alat Peraga ... 62 Lampiran 7. Tabel Panduan Observasi Sosio Kultur Kelas IC

dan Pembelajaran sebelum pengimplementasian alat peraga

Montessori ... 63 Lampiran 8. Hasil Observasi Sosio Kultur dan Proses Pembelajaran

di kelas IC SD Kanisius Sengkan Yogyakarta ... 63 Lampiran 9. Verbatim video observasi pengimplementasian alat Peraga

hari pertama ... 64 Lampiran 10. Verbatim Video Observasi Pengimplementasian Alat

Peraga Hari pertama ... 65 Lampiran 11. Verbatim Video Observasi Pengimplementasian Alat

Peraga Hari Kedua ... 68 Lampiran 12. Verbatim Video Observasi Pengimplementasian Alat

Peraga Hari Kedua ... 69 Lampiran 13. Verbatim Video Observasi Pengimplementasian Alat

Peraga Hari Ketiga ... 70 Lampiran 14. Verbatim Video Observasi Pengimplementasian Alat

Peraga Hari Ketiga ... 71 Lampiran 15. Transkrip Wawancara Guru Sebelum Implementasian

(19)

Alat Peraga ... 77

Lampiran 17. Verbatim Wawancara Siswa Sebelum Implementasian Alat Peraga ... 79

Lampiran 18. Verbatim Wawancara Siswa Sebelum Implementasian Alat Peraga ... 82

Lampiran 19. Verbatim Wawancara Guru Setelah Implementasian Alat Peraga ... 82

Lampiran 20. Verbatim Wawancara Siswa Setelah Implementasian Alat Peraga ... 88

Lampiran 21. Verbatim Wawancara Siswa Setelah Implementasian Alat Peraga ... 90

Lampiran 22. Verbatim Wawancara Siswa Setelah Implementasian Alat Peraga ... 91

Lampiran 23. Tabel Pengelompokan Data Berkode Berdasarkan Tema ... 94

Lampiran 24. Foto Penelitian ... 97

Lampiran 25. Surat Ijin Penelitian ... 100

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) adalah sebuah langkah awal pembelajaran benar-benar dimulai. Tahap pengenalan terhadap pembelajaran biasanya telah dikenalkan pada tahap sebelumnya yaitu tahap prasekolah atau taman kanak-kanak. Pembelajaran yang dialami siswa di SD harusnya dapat dicerna, dipahami dan dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang dialami siswa ketika belajar di dalam kelas akan berdampak pada pola pikir siswa. Pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna akan membuat konsep yang dipelajari oleh siswa semakin dapat melekat pada pikiran siswa. Dalam rangka memfasilitasi siswa dalam belajar, guru berlomba-lomba untuk mengadakan pembelajaran inovatif. Dalam rangka mencapai hal tersebut guru perlu pendukung proses pembelajaran yang biasa dinamakan media atau alat peraga. Alat peraga atau media pembelajaran merupakan syarat standar sarana prasarana di sekolah. Menurut pasal 42 PP nomor 19 Tahun 2005 Bab VII menerangkan bahwa setiap satuan pendidikan diwajibkan untuk memiliki peralatan pendidikan seperti alat peraga yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran. Namun, pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum pengimplementasian alat peraga didalam kelas yang menjadi tempat observasi tidak tampak adanya alat peraga bahkan dalam pembelajaran tersebut guru tidak tampak menggunakan alat peraga.

(21)

memvisualisasikan konsep sebuah materi yang sedang mereka pelajari. Rukmi (2013) melakukan penelitian tentang pengembangan alat peraga dan ditemukan bahwa ada peningkatan prestasi siswa setelah belajar menggunakan alat peraga yang telah ia kembangkan. Sama halnya dengan Rukmi yang menjalankan penelitian pengembangan alat, Wijayanti (2013) juga melakukan hal serupa. Wijayanti melakukan penelitian terkait dengan alat peraga yang diujicobakan pada siswa kelas I. Hasil pada kedua penelitian tersebut menandakan bahwa alat peraga yang diuji cobakan membawa peningkatan hasil belajar pada siswa yang mengikuti uji coba tersebut. Namun demikian, tidak semua alat yang dikembangkan dan digunakan dalam pembelajaran dapat membantu untuk meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut yang memacu para peneliti lain untuk melakukan pengembangan alat peraga sehingga alat peraga yang mereka buat benar-benar membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar.

(22)

susunan syaraf dan (3) perhatian. Selain itu, persepsi juga berkaitan erat dengan sikap kecenderungan untuk melakukan sesuatu. Persepsi yang biasanya dipengaruhi oleh pengalaman dan pemikiran seseorang. Dalam hal ini, pengalaman menggunakan alat peraga yang mungkin dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap penggunaan alat tersebut dan bagaimana intensi seseorang dalam menggunakan alat tersebut di kemudian hari.

Pada penelitian ini akan dibahas tentang bagaimana persepsi guru dan siswa terhadap alat peraga Montessori yang digunakan di kelas 1 yang bernama papan titik. Penelitian tentang persepsi yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang merupakan serangkaian penelitian yang ingin menguji alat peraga. Penelitian persepsi ini berjalan setelah penelitian pengembangan alat peraga Montessori yang menggunakan uji terbatas sebagai subjek penelitian. Penelitian persepsi ini dilakukan bersamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti eksperimen yang menggunakan alat yang telah diujikan secara terbatas sebelumnya. Maria Montessori adalah seorang berkebangsaan Itali yang melakukan penelitian tentang anak berkebutuhan khusus di Pinggiran Itali. Alat yang ia menciptakan adalah modifikasi dari alat yang dibuat oleh Jean-Marc Gaspard dan Edouard Seguin yang dirancang untuk digunakan oleh penyandang tuna grahita. Banyak jenis alat yang telah berhasil membantu anak berhasil dalam belajar bukan hanya di Italy, namun juga di Indonesia. Melalui alat peraga tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana perasaan dan pandangan siswa dan guru tentang alat peraga Montessori yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Terkhusus karena alat peraga ini didesain dengan karakteristik khusus yaitu auto-education, auto-correction, menarik, bergradasi dan kontekstual.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Persepsi Guru Terhadap Alat Peraga Matematika Papan Titik Berbasis Montessori?

(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru dan siswa terhadap alat peraga Papan Titik berbasis Montessori yang digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas IC SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2013/2014

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melihat persepsi siswa dan guru pada alat peraga Papan Titik berbasis Montessori.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dari penelitian ini, diharapkan peneliti mendapatkan pengalaman bagaiman meneliti tentang kelebihan dan kekurangan sebuah alat peraga dan dampaknya pada siswa dan guru melalui mengetahui persepsi siswa dan guru terkait dengan alat peraga tersebut.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai wawasan dalam mengadakan alat peraga pada pembelajaran selanjutnya

c. Bagi Siswa

Diharapkan dengan penelitian ini, siswa menjadi memiliki pengetahuan yang lebih tentang bagaimana cara menggunakan alat peraga papan titik berbasis Montessori.

1.5 Definisi Operasional

1. Persepsi adalah sebuah pemikiran atau perasaan yang muncul pada seseorang dimana seseorang setelah proses interaksi dengan suatu benda hingga menimbulkan respon tersendiri dari individu tersebut. Persepsi dalam penelitian ini adalah pandangan seseorang yang yang muncul dari pengalaman menggunakan alat peraga sehingga terlihat dari sikap dan perilaku yang muncul.

(24)

digunakan dalam pembelajaran ini adalah papan titik. Papan titik ini adalah alat yang berasal dari Metode Montessori. Papan titik adalah sebuah alat peraga yang terbuat dari kayu yang berbentuk balok-balok kecil yang mempunyai sebuah papan jika ingin digunakan.

3. Materi operasi bilangan bulat (penjumlahan dan pengurangan) terdapat pada materi pembelajaran matematika. Pada implementasi yang dilakukan menggunakan materi bilangan 1 hingga 99.

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian persepsi

Lugo dan Hershey dalam Cahyani (2006: 24) berpendapat bahwa persepsi adalah sebuah aktivitas untuk merasakan, mengerti, menginterpretasi dan mengapresiasi sebuah obyek baik secara fisik maupun sosial melalui rangsangan panca indra yang sebelumnya terdapat stimulus fisik maupun sosial yang dikembangkan oleh lingkungan. Sedangkan Kuppuswamy dalam Cahyani (2006: 24) mengemukakan bahwa persepsi adalah sebuah rangkaian seseorang mengobservasi dan mengidentifikasi obyek serta peristiwa atau berbagai karakteristik yang dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu yang menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang merupakan bagian dari kehidupannya. Mendukung pendapat kedua ahli diatas, Walgito (2002) berpendapat bahwa persepsi sendiri muncul dari sebuah pengindraan. Pengindraan sendiri bermakna sebagai proses individu menerima stimulus melalui alat-alat indra yang ia miliki.

Davidoff mengemukakan bahwa melalui persepsi tersebut seseorang akan mampu menyadari keadaan sekitarnya dan keadaan dalam dirinya. Stimulus yang ia terima akan menjadikan respon yang berbeda dalam setiap individu. hal tersebut disebabkan oleh persepsi sendiri akan timbul akibat perasaan, kemampuan berpikir seseorang, dan pengalaman yang berbeda dalam setiap individu (Bimo Walgito, 2004: 89). Bimo Walgito (2003: 116) mengusung sebuah proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi tersebut yaitu:

Keyakinan Proses Belajar Pengalaman Pengetahuan

Persepsi

Faktor lingkungan yang berpengaruh Objek sikap

Kognisi

Afeksi

Sikap Kepribadian

Evaluasi

Senang/tak senang

Bertindak

(26)

Peneliti memodifikasi bagan yang dikemukakan Walgito sehingga sesuai dengan pemikiran peneliti, bagan tersebut adalah

Dari bagan diatas dapat dilihat bagaimana persepsi muncul. Persepsi muncul dipengaruhi oleh keyakinan, proses belajar, pengalaman, pengetahuan serta objek sikap. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek adalah alat peraga Montessori. Objek sikap sendiri dipengaruhi oleh adanya evaluasi dan perasaan senang dan tidak senang yang kemudian akan memunculkan tindakan atas subyek yang mempersepsi objek.

Dari berbagai pendapat tentang persepsi yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan sebuah rangkaian proses yang melibatkan keyakinan, proses belajar, pengalaman, pengetahuan serta objek sikap kemudian memunculkan respon yang terlihat sebagai tindakan.

2.1.1.1 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Munculnya persepsi seseorang akan didorong oleh faktor tertentu. Faktor tersebut dapat berupa hal yang berasal dari dalam diri seseorang dan ada yang berasal dari luar seseorang. Bimo Walgito mengungkap terdapat faktor yang berperan dalam pembentukan persepsi dalam diri individu (Bimo Walgito, 2004: 89), yaitu:

a. Obyek yang dipersepsi

Obyek yang dilihat oleh indivudu akan menimbulkan stimulis yang nantinya akan membentuk persepsi dalam diri individu tersebut.

Bagan 2.3 Bagan Persepsi yang telah dimodifikasi Persepsi

Objek sikap

Evaluasi

Senang/tak senang Sikap

Keyakinan Proses Belajar Pengalaman Pengetahuan

Tindakan

(27)

b. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indra, syaraf dan pusat susunan syaraf adalah hal yang penting dalam pembentukan persepsi. Komponen yang ada tersebut membantu individu dalam menerima stimulus yang nantinya akan membentuk respon dalam diri individu. c. Perhatian

Perhatian untuk terbentuknya sebuah persepsi harus ada perhatian yang terpusat pada obyek yang sehingga akan menimbulkan stimulus yang berbeda pada setiap individu dari diri individu.

2.1.1.2 Peta konsep persepsi

Dalam berbagai kajian teori tentang persepsi, ditemukan bahwa persepsi merupakan sebuah rangkaian proses yang dilalui oleh subjek. Dibawah ini digambarkan bagaimana peneliti mendapatkan rangkuman pengertian persepsi.

Bagan 2.2 Peta konsep persepsi

Dalam penelitian ini, persepsi yang dimaksudu untuk diteliti adalah persepsi subjek tentang alat peraga yang akan diimplementasikan. Persepsi yang muncul pada subjek yang berinteraksi dengan alat peraga tersebut akan mempengaruhi perilaku, pandangan dan perasaan subjek terhadap alat peraga yang digunakan.

2.1.2 Metode Montessori

2.1.2.1 Sejarah Montessori

Maria Montessori, wanita yang terlahir di Chiaravalle, Italia Utara 1870. Ia adalah putri dari Alessandro Montessori dan Renilde Stoppani. Ayah Montessori

Davidoff : Setelah mempunyai

persepsi maka seseorang akan

menyadari lingkungan dan

keadaan diri Walgito (2002):

Hal yang muncul daripenerimaan

stimulus oleh alat-alat indra Kuppuswamu

(1979): Rangkaian mengobservasi

dan mengidentifiasi

obyek yang bagian dari

sebuah kehidupan. Lugo dan Hersley

(1981): Persepsi adalah

aktivitas merasakan,

mengerti, meninterpretasi dan

mengapresiasi sebuah obyek

Persepsi

merupakan sebuah rangkaian proses dimana subjek tersebut mengobservasi dan mengidentifikasi sebuah obyek yang

(28)

adalah seorang yang berpendidikan dan ibunya adalah seorang yang mampu mendorong Montessori untuk menggapai cita-citanya. Saat Montessori dilahirkan, Itali masih mengalami tingkat buta huruf yang tinggi. Maka, keluarga Montessori pindah ke Roma untuk memberikan pendidikan terbaik untuk Montessori (Magini, 2013: 7).

Montessori mendapatkan pendidikan yang sangat layak di Roma. Pendidikan dasar hingga SMA, Montessori mengenyam pendidikan teknik dan kemudian ia melanjutkan studinya di sekolah medis. Montessori adalah satu-satunya siswa perempuan di kelasnya. Saat ia studi medis, ia bekerja sebagai asisten dokter yang menangani orang-orang dengan gangguan jiwa dan cacat mental. Pekerjaan tersebut sangat mempengaruhi hidup Montessori, sehingga ia tertarik untuk melakukan penelitian tentang anak-anak dan kebutuhannya terutama pada anak yang menyandang tuna grahita (Crain, 2007: 98). Penelitian tersebut terus berlanjut dan semakin berfokus pada anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. Tokoh yang sangat menginspirasi Montessori untuk melakukan penelitian ini adalah Jean-Marc Gaspard Itard dan muridnya Edouard Seguin. Seguin adalah tokoh yang merancang pembelajaran untuk para penyandang tuna grahita dengan aktivitas fisik yang menggunakan panca indra untuk mengaktifkan syaraf yang lemah (Magini, 2013: 26).

Pada 6 Januari 1907 Montessori bersama Edorado Talamo, seorang penanggung jawab proyek pengelolaan lingkungan San Lorenzo mendirikan Casa dei Bambini yang berkonsep tempat penitipan anak. Dalam rumah penitipan anak

tersebut terdapat banyak alat-alat yang dapat digunakan anak untuk belajar. Alat-alat yang ada di rumah tersebut juga sangat baik karena Alat-alat tersebut merupakan alat yang didaktis. Montessori berhasil dengan Casa dei Bambini dan membuat ia memperoleh Nobel Perdamaian sebanyak tiga kali. Montessori meninggal pada tahun 1952 di Holland, Belanda (Mooney, 2000: 22)

2.1.2.2 Ciri-ciri pembelajaran dengan metode Montessori

(29)

kawan-kawan berpendapat bahwa kelas yang dipengaruhi oleh model Montessori dan Konstruktivis akan memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi, memanipulasi dan menggunakan alat sesuai dengan kemampuan mereka (Rinke, Carol R. dan kawan-kawan, Springer:2012). Carol juga menambahkan bahwa metode Montessori dan Inkuiri adalah pembelajaran yang sama-sama mendorong siswa untuk tertarik tentang dunia dan alam, keduanya merupakan metode yang berbasis student-centered yang menjadikan guru hanya sebagai fasiltator, konteks kedua metode ini adalah komunitas dan kerjasama dan keduanya secara langsung dan tidak langsung menggambarkan pendekatan konstruktivis yang mana pembelajaran muncul dari interaksi dari siswa dan lingkungan (Rinke, 2012).

2.1.2.3 Tahap perkembangan anak menurut Montesori

Sebagai seorang pemerhati anak, Montessori merumuskan tahap-tahap perkembngan anak. Menurut Montessori, terdapat 3 tahap perkembangan anak sesuai dengan umur yatu umur 0-6 tahun, 6-12 tahun dan 12-18 tahun (Montessori, 2008: xii). Karakteristik setiap perkembangannya adalah :

a. Tahap 0 – 6 tahun

Tahap ini disebut dengan tahap periode sensitif. Pada periode ini anak mengalami masa dimana ia mudah sekali untuk mengingat apapun yang terdapat dilingkungannya. Keberhasilan kecerdasan anak pada masa ini akan sangat berpegaruh pada tahap perkembangan berikutnya.

b. Tahap 6 – 12 tahun

Perkembangan anak pada tahap ini, anak mengalami masa yang sangat sensitif pada logika dan pembenaran, imajinasi, rasa berkelompok, pengenalan budaya dan kekuatan fisik yang berkembang sangat pesat.

c. Tahap 12 – 18 tahun

(30)

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan yang dialami anak akan semakin dipengaruhi oleh lingkungannya. Siswa SD yang berada dalam tahap perkembangan kedua, akan mengalami periode sensitif pada logika, imajinasi, rasa berkelompok dan pengenalan budaya. Maka, dalam proses pembelajaran, guru harus mempertimbangkan ciri-ciri pada periode ini dan menyajikan materi sesuai dengan tahap perkembangan anak didiknya. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tahap perkembangan dan mendukung logika, imajinasi, rasa berkelompok dan pengenalan budaya sehingga anak mampu berkembang secara maksimal. Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan belajar siswa, maka dalam pembelajaran baiknya didukung oleh alat peraha yang mendorong proses berpikir yang mencakup logika, imajinasi, rasa berkelompok dan pengenalan budaya dalam diri anak.

2.1.3 Alat Peraga Berbasis Montessori

2.1.3.1 Pengertian alat peraga

Alat peraga, adalah 2 kata yang saling terkait dan sangat berpengaruh dalam sebuah pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, alat sendiri berarti alat yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu dan peraga berarti alat atau media pengajaran untuk memperagakan materi pelajaran. Dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk memperagakan materi dalam sebuah pembelajaran.

(31)

(2011) mengungkap bahwa terdapat manfaat umum adanya alat peraga sebagai alat bantu mengajar, yaitu

a. Penyajian materi semakin jelas

Melalui alat peraga, materi-materi yang abstrak akan berubah menjadi hal yang konkret sehingga materi yang disampaikan menjadi lebih mudah diserap oleh siswa.

b. Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

Melalui alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, siswa menjadi fokus menggunakan alat peraga tersebut untuk belajar.

c. Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu

Alat peraga yang digunakan diharapkan dapat meminimalkan keterbatasan indera, ruang dan waktu sehingga semua siswa dapat belajar dan menyerap pembelajaran secara maksimal.

d. Memberi kesamaan pengalaman pada siswa

Adanya alat peraga, siswa diharapkan mendapatkan kesamaan belajar yang sama, baik secara alat maupun materi.

2.1.3.2 Karakteristik alat peraga berbasis Montessori

(32)

Montessori berhasil memodifikasi alat-alat yang telah dibuat oleh Itard dan Seguin sehingga alat-alat tersebut selalu didaktis dan terdapat pengendali kesalahan yang telah diujicoba pada anak-anak tuna grahita (Magini, 2013 : 48). Terdapat karakteristik dalam setiap alat yang telah dimodifikasi Montessori (Montessori, 1964: 168). Karakteristik tersebut adalah :

a. Auto – Education

Alat yang telah dimodifikasi oleh Montessori akan mengandung pembelajaran tentang berat, bentuk, tekstur, pola dan sebagainya. Melalui alat-alat tersebut, anak tidak akan menganggap dirinya sedang dalam proses belajar. Anak akan menganggap ia sedang bermain (Montessori, 1964). Adanya berat, bentuk, tekstur, pola yang berbeda disetiap alatnya akan menarik perhatian anak untuk menggunakannya bukan hanya untuk satu kali, namun untuk berulang kali.

b. Bergradasi

Setiap alat yang telah dimodifikasi mempunyai gradasi dalam bentuk serta warna. Gradasi ini sengaja dibuat untuk mengenalkan dan melatih penglihatan anak untuk melihat perbedaan dimensi antar alat (Montessori, 1964).

c. Menarik

Alat peraga yang dimodifikasi sangat menarik perhatian anak dari bentuknya, warna, tekstur pola dan sebagainya. Peletakan alat-alat tersebut juga dirancang oleh Montessori. Peletakkan yang ada disekeliling kelas dan mudah dijangkau anak (Magini, 2013) akan mudah untuk dimainkan anak.

d. Auto – corection

Auto – corection yang dimaksud dalam alat peraga Montessori adalah alat

yang mempunyai pengendali kesalahan. Anak akan mengetahui dengan sendirinya jika ia melakukan kesalahan dalam bermain tanpa harus diberitahu oleh gurunya, ia juga akan tahu jika hal yang telah ia lakukan adalah benar (Montessori, 1964) e. Kontekstual

(33)

kontekstual siswa mampu belajar semakin bermakna karena siswa belajar sambil melakukan (learning by doing). Alat peraga tersebut siswa mampu untuk belajar dengan menggunakan alat tersebut.

2.1.3.3 Alat peraga Montessori untuk pembelajaran Matematika

Heruman (2008) mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran matematika di SD bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat menggunakan konsep matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan yang telah dikemukakan oleh Heruman, guru membutuhkan tahap-tahap pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Guru membutuhkan acuan penekanan tahap yang perlu diperhatikan dalam setiap pembelajaran matematika (Heruman, 2008: 3). Penekanan tersebut yaitu:

a. Penanaman Konsep Dasar

Penekanan penanaman konsep ini terjadi saat siswa akan mempelajari sebuah konsep baru dalam matematika. Penanaman konsep ini dapat dilakukan dengan melakukan pengenalan dengan konsep baru tersebut.

b. Pemahaman Konsep

Tahap ini adalah penekanan setelah penanaman konsep yang harus dilakukan guru. Pemahaman konsep sendiri terdiri dari dua bagian (Heruman, 2008) yaitu kelanjutan dari penanaman konsep yang sebelumnya telah dilakukan dan pemahaman konsep yang telah ditanamkan siswa di waktu yang berbeda.

c. Pembinaan Keterampilan

Tahap ini adalah tahap setelah penanaman konsep dasar dan pemahaman konsep dalam diri siswa. Pada tahap ini, pembelajaran bertujuan untuk siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Sehingga siswa semakin matang dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidaupan sehari-hari.

(34)

hal konkret. Penanaman konsep secara konkret ini didasarkan oleh karakteristik perkembangan yang kemukakan oleh Montessori. Sesuai yang telah dituliskan sebelumnya, anak usia 0 hingga 6 tahun berada diperiode sensitif dimana anak mudah sekali mengingat hal-hal yang terdapat dilingkungannya.

Alat peraga papan titik ini digunakan untuk belajar penjumlahan dan pengurangan angka. Alat ini cocok digunakan untuk materi penjumlahan dan pengurangan dua angka yang terdapat pada kurikulum KTSP dan dipelajari siswa yang berada di kelas 1. Materi ini diambil dari SK 4 yaitu “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah” dan KD 4.4 yaitu “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka”. dalam materi ini, siswa akan mampu menguasai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan yang terdiri dari penjumlahan dan pengurangan 1 angka dan 1 angka, 2 angka dan 1 angka dan 2 angka dan 2 angka.

2.1.4 Hasil Penelitian yang relevan

2.1.4.1 Penelitian yang berkaitan dengan Persepsi

Penelitian yang relevan yang diambil oleh peneliti sebagai penelitian yang relevan terkait dengan persepsi adalah penelitian yang dilakukan oleh Perdanawati (2010) dan Chairunisa (2001). Peneliti mengambil dua penelitian tersebut sebagai peneleitian yang relevan karena kedua peneltian tersebut adalah penelitian yang dilakukan pada pelaku proses pembelajaran walaupun tingkat usia subjek berbeda dengan usia subjek yang digunakan pada penelitian ini. Penelitian yang berkaitan dengan persepsi sebelumnya dilakukan oleh Herlina Perdanawati tentang komparasi persepsi siswa tentang kualitas pembelajaran IPS yang menggunakan sumber belajar dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Surakarta pada tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian tersebut menghasilkan data yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang positif serta signifikan pada siswa yang mempunyai persepsi positif dan negatif pada kualitas pembelajaran IPS serta terdapat perbedaan yang terlihat pada prestasi belajar siswa.

(35)

yang kemudian peneliti menyebarkan angket kepada 30 siswa tersebut dengan 20 butir pertanyaan. Hasil dari penelitian ini disebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap metode pembelajaran serta pada hasil belajar Bahasa Indonesia.

2.4.1.2 Penelitian yang berkaitan dengan pengurangan dan penjumlahan

dalam matematika kelas I

Penelitian yang berkaitan dengan alat peraga atau media yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah penelitian yang dilakukan oleh Hasanuddin pada tahun 2013. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Hasaniuddin adalah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian, peneliti menggunakan alat peraga atau media yang berupa kantong bilangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD N 16 Mempawah Hilir. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas I yang berjumlah 25 siswa. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat peningkatan prestasi atau hasil belajar. pada siklus pertama terlihat nilai siswa hanya mempunyai rata-rata 54,00, pada siklus kedua menjadi 67,60 dan pada siklus ahkir yaitu siklus ketiga menjadi 82,00

Penelitian yag kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2013). Ia memodifikasi alat peraga berbasis Montessori yang kemudian diterapkan di kelas I SD Krekah Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan alat peraga yang digunakan dapat meningkatkan prestasi belajar sebesar 73,44%.

2.1.4.3 Penelitian yang berkaitan dengan alat peraga berbasis Montessori

Penelitian yang terkait dengan alat peraga berbasis Montessori dilakukan oleh Putri pada tahun 2013. Penelitian yang dilakukan Putri adalah penelitian yang berjenis Research and Development. Putri mengembangkan alat berbasis Montessori yang kemudian diujikan pada kelas III SDN Tamanan I Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri menyebutkan bahwa alat yang dibuat untuk digunakan dalam penelitian mempunyai kualitas yang sangat baik berdasarkan pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga matematika, guru kelas III SDN Tamanan I dan siswa kelas IIIA SDN Tamanan I.

(36)

Montessori yang kemudian diujikan pada siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta. Sama dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan Pratiwi menunjukkan hasil yang sangat baik. Alat peraga yang dibuat mendapatkan katagori sangat baik oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga matematika, guru kelas IV SDN Tamanan I dan beberapa kelompok siswa kelas IVA.

(37)

2.1.5 Peta Literatur

Gambar 2.1 Peta Literatur Persepsi

Herlina Perdanawati (2010): Komparasi persepsi

tentang kualitas pembelajaran IPS yang menggunakan sumber belajar dengan

prestasi belajar.

Chairunnisa (2001): Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru

dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Alat Peraga Montessori

Mukti Sari Putri (2013): Pengembangan alat peraha ala Montessori

untuk keterampilan geometri.

Esterlita Pratiwi (2013): Pengembangan alat

peraga Montessori untuk keterampilan berhitung matematika. Alat Peraga dalam

Matematika

Hasanuddin (2013): Penggunaan media

kantong pada pembelajaran matematika tentang

pengurangan untuk meningkatkan hasil

belajar.

Theresia Kristi Panca Wujaya (2013): Pengembangan alat peraga penjumlajan dan pengurangan ala

Montessori.

Yang perlu diteliti:

(38)

2.2 Kerangka Pikir

Pendidikan di SD memang sebaiknya menggunakan alat peraga sebagai sesuatu yang konkret untuk membantu siswa memahami materi pelajaran. Hal itu dibuktikan oleh teori Piaget yang mengungkapkan bahwa seseorang yang berusia 7 hingga 8 tahun mengalami fase pertumbuhan operasional konkret dimana dalam fase tersebut seseorang akan lebih memmahami hal yang ia pelajari jika hal tersebut adalah hal yang konkret. Kebutuhan siswa dan keinginan guru untuk membantu siswa memahami pelajaran maka guru banyak berinovasi mengadakan sebuah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Banyak alat peraga yang telah dimodifikasi bahkan diciptakan guru untuk mrwujudkan hal tersebut. Salah satu alat peraga yang dianggap mampu untuk membantu siswa dalam belajar khususnya dalam pelajaran mateematika adalah alat peraga Montessori. Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang telah dimodifikasi oleh Maria Montessori untuk membantu anak tak mampu yang menyandang tunagrahita di pinggir kota Itali. Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang mempunyai ciri khusus, yaitu 1) menarik, 2) bergradasi, 3) auto-correction, 4) auto-education, dan 5) kontekstual.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualiatif. Menurut Bodgad dan Taylor dalam Moleong (2010:4) berpendapat bahwa metode kualtitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang hasil akhirnya berupa data deskriptif yang merupakan hasil pencatatan penulis, kata-kata lisan seseorang dan perilaku yang telah diamati. Untuk mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Bodgad dan Taylor, David William mengemukakan pendapatnya tentang penelitian kualtitatif. Menurut David William (Moleong: 2010: 4) penelitian kualitatif adalah pengumpulan data secara ilmiah dan pengumpulan data secara alamiah juga. Selanjutnya, Denzin dan Lincoln dalam Poerwandari (1998: 9) mengutarakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang mempunyai latar belakang ilmiah untuk mengkaji atau menafsirkan fenomena dan dengan menggunakan metode yang ada.

Jane Richie mengemukakan penelitian kualitatif adalah menyajikan hal yang terdapat dalam dunia sosial dan bagaimana cara pandang dunia terkait dengan konsep, perilaku persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Creswell dalam bukunya Research Design : Qualitaive And Quantitative Approaches berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami masalah-masalah manusia dan sosial secara menyeluruh, berbentuk kata-kata, melaporkan pandangan yang detail dan dilakukan dengan latar atau setting yang alamiah. Melalui 5 tokoh yang telah disebutkan pendapatnya tentang

penelitian kualitatif dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba untuk menyajikan hal yang ada terdapat di dunia sosial dengan menggunakan metode ilmiah yang ada secara detail dengan menggunakan kata-kata.

(40)

agar mendapatkan pola perlaku yang maknanya. Menurut Jonathan A. Smith (2009: 62) gagasan utama fenomenologi adalah ide tentang intensionalitas. Intensionalitas sendiri berarti semua tindakan yang dilakukan oleh subyek merupakan kesadaran yang diarahkan terhadap sebuah objek sehingga tindakan tersebut akan lebih dari tindakan yang biasa.

Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap subjek yang telah menggunakan sebuah objek yaitu alat peraga Montessori itu sendiri. Suasana pembelajaran yang ada di kelas dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang berlangsung, begitu juga dengan hasil wawancara yang dituliskan secara rinci. Pendeskripsian data dalam kualitaif adalah melalui kata-kata dari peneliti yang dapat menggambarkan kondisi yang terjadi pada obyek yang terjadi. Metode pengumpulan data yang biasanya digunakan (Moleong, 2010 : 5) untuk penelitian kualitatif adalah berupa wawancara, pengamatan secara langsung dan pemanfaatan dokumen-dokumen yang ada. Pada saat wawancara dilakukan, hal yang akan menjadikan peneliti kaya akan data adalah pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa, dan bagaimana sehingga peneliti dapat menemukan pola yang terjadi pada obyek penelitiannya.

3.2 Setting Penelitian

(41)

3.3 Desain Penelitian

Langkah yang dilalui peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah a. Menyusun kerangka penelitian.

Dalam langkah ini, peneliti merancang sebuah langkah dasar yang menjadi penduan peneliti dalam melakukan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan. Dari langkah ini, peneliti mengetahui arah pemikiran, alur penelitian, alasan peneliti melakukan penelitian dan desain penelitian yang dilakukan oleh penelitian untuk mengambil data.

b. Menyusun fokus penelitian dan perumusan masalah penelitian

Dalam tahap ini peneliti melihat fokus penelitian dan merumuskan masalah untuk menjadi acuan dalam melakukan pengambilan data.

c. Melakukan pengambilan data

Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengambilan data. Data yang diambil adalah data dari wawancara dan observasi yang dilakukan saat pembelajaran dalam kelas berlangsung.

d. Melakukan pencatatan hasil data yang diperoleh.

Pada tahap ini, peneliti melakukan pencatatan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan hasil obsevasi.

e. Pengolahan data.

Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh agar menjadi data yang sistematis, rapi dan lengkap

f. Melakukan analisis data

Tahap ini dilakukan setelah adanya pengolahan data. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis sehingga pada akhirnya mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan harapan.

(42)

Bagan 3.1 Desain Penelitian menurut Patton (Mc. Millan, 2001: 400) Desain diatas dimodifikasi oleh peneliti agar sesuai dengan desain penelitian yang diinginkan oleh peneliti. Berikut adalah bagan desain penelitian yang telah

dimodifikasi oleh peneliti dari bagan yang dikemukakan oleh Patton.

3

\

Bagan 3.2 Bagan prosedur penelitian (Patton, 1990 dalam McMillan, 2001: 400) dengan modifikasi.

Pengecekan keabsahan data Mempertajam

fokus dan perumusan masalah penelitian Tahap

perencanaan

Simpulan hasil peneltian, rekomendasi, dalil-dalil Analisis

Studi awal

Pelaksanaan (observasi interview, dokumen)

Temuan

MODEL HIPOTETIK PERSONALISA SI NILAI BELA GHAM

Temuan Pelaksanaan

(observasi interview, dokumen)

Observasi Analisis

Tahap perencanaan

Mempertajam fokus dan perumusan masalah penelitian

(43)

Berdasarkan bagan yang ada di atas, penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu:

3.3.1 Observasi

Tahap awal yang dilakukan peneliti adalah observasi sebelum. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tempat yang dijadikan penelitian. Observasi ini juga dijadikan sebagai ajang pencarian subjek penelitian yang diinginkan.

3.3.2 Tahap perencanaan

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala persiapan sebelum diadakannya penelitian. Dalam tahap ini, diketahui dasar pemikiran dari peneliti, alur pemikiran yang digunakan oleh peneliti, dan alasan peneliti melakukan penelitian dengan desain yang telah disusun untuk pengambilan data.

3.3.3 Menyusun fokus penelitian (hal yang digali dari obyek)

Penyusunan fokus ini dilakukan oleh peneliti untuk mengarahkan secara spesifik apa yang menjadi tujuan penelitian sehingga apa yangdigali atau diketahui dari obyek telah disusun secara terstruktur.

3.3.4 Melakukan pengambilan data (pelaksanaan observasi dan wawancara)

Pengambilan data dilakukan oleh peneliti sesuai prosedur yang telah direncanakan oleh peneliti. Peneliti menggunakan wawancara dan observasi secara langsung untuk mengetahui data yang menjadi tujuan penelitian.

3.3.5 Melakukan pencatatan terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh dalam

pengambilan data.

Pada tahap ini, peneliti menuliskan semua data yang telah didapat dari observasi dan wawancara. Catatan-catatan lapangan dan data yang diambil secara digital dituliskan dalam bentuk transkrip. Hal tersebut dilakukan untuk persiapan tahap analisis data. Data ini disusun menjadi data yang memiliki urutan sistematis.

3.3.6 Melakukan analisis data

(44)

kemudian dari data tersebut penelitia mampu melihat persepsi subjek

(45)

Dibawah ini adalah tabel Perencanaan Observasi yang dilakukan dalam penelitian.

Tabel 3.3 Tabel Perencanaan Observasi yang dilakukan dalam penelitian

No. Kegiatan Tujuan Subjek Objek Jenis observasi

1. Observasi kondisi sosio kultural dan proses pembelajaran di kelas

Untuk mengetahui kondisi sosial sekolah dan proses pembelajaran yang

dilakukan guru dan siswa

Guru Siswa

Ruang kelas Anekdotal rekord

2. Observasi I ketika pelaksanaan eksperimen

Untuk mengetahui proses siswa dan guru

menggunkan alat peraga di hari 1

Guru: siswa Ruang kelas

3. Observasi II ketika pelaksanaan eksperimen

Untuk mengetahui proses siswa dan guru

menggunkan alat peraga di hari 2

Guru Siswa

Ruang kelas

4. Observasi III ketika pelaksanaan eksperimen

Untuk mengetahui proses siswa dan guru

(46)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan anekdot tematik. Supratiknya (2012: 47) catatana anekdot adalah deskripsi atau catatan rekaman tentang peristiwa yang berlangsung didalam situasi alamiah . Melaui menggunakan catatan anekdot maka peneliti menuliskan semua kejadian penting yang terjadi tak terbatas dengan 1 obyek. Catatan anekdot tematik adalah catatan yang dicatat oleh peneliti secara naratif sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Pada penelitian ini, tema yang digunakan adalah perilaku guru dan siswa terhadap penggunaan alat peraga. Disini peneliti juga menggunakan pedoman observasi sehingga peneliti mampu untuk membedakan antara fenomena mana yang penting yang terjadi disaat observasi berlangsung.

Peneliti menggunakan wawancara dan pengamatan atau observasi secara langsung kepada obyek dalam pengumpulan data yang utama.

3.4.1 Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara semi terstruktur dan observasi yang digunakan menggunakan catatan anekdot untuk mencatat hal yang terjadi pada obyek.

(47)

obyek. Wawancara semi terstruktur yang digunakan oleh peneliti menggunakan petunjuk atau bulir pokok yang menjadi acuan dalam wawancara. Namun peneliti tidak hanya mengandalkan pertanyaan yang telah disusun melalui butir-butir pokok. Pertanyaan yang akan ditanyakan oleh peneliti dalam wawancara dapat berkembang seiring dengan jalannya wawancara sehingga peneliti akan mendapatkan data yang sangat kaya. Wawancara akan dilakukan pada guru dan siswa yang telah menggunakan alat peraga Montessori dalam pembelajaran. Hal yang akan dilakukan peneliti sebelum melakukan wawancara yaitu:

a. Menghubungi guru dan 3 siswa dari kelas IC.

b. Melakukan kesepakatan terkait tentang waktu wawancara

Wawancara ini dilakukan sebanyak 2 kali kepada masing-masing subjek penelitian yang terdiri dari 1 kali wawancara sebelum dilakukan eksperimen dan setelah dilakukan eksperimen. Wawancara dilakukan di ruang kelas IC dan ruang SD Kanisius Sengkan. Wawancara yang dilakuka oleh peneliti menggunakan bantuan perekam suara atau perekam video dan catatan-catatan peribadi peneliti. Terdapat beberapa tahapan wawancara yaitu menyusun poin-poin pertanyaan yang akan ditanyakkan sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Poin pertanyaan tersebut akan bekembang menjad pertanyaan sesuai dengan jalannya wawancara mengingat wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Poin dan tema wawancara dapat dilihat pada lampiran 3 sampai 6.

3.4.2 Observasi

(48)

menggunakan alat dari Montessori yang dilakukan oleh penelitian Eksperimen. Peneliti menggunakan observasi sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan observasi, peneliti mampu melihat apapun yang terjadi pada subjek untuk mengetahui lebih jauh aktivitas-akttivitas yang terjadi pada subjek. Patton dalam Poerwandari (2007: 136) mengutarakan bahwa terdapat beberapa kelebihan menggunakan observasi, yaitu:

a. Peneliti mampu memahami secara lebih dalam tentang konteks yang sedang terjadi terkait dengan penelitian.

b. Adanya observasi membuat peneliti mampu untuk bersifat terbuka dan dapat berpikir sejalan dengan apa yang ditemukan dan bukan karena pandangan awal yang dimiliki oleh peneliti sehingga mempengaruhi pada hasil penelitian

c. Peneliti mampu melihat hal-hal yang tidak sadar dilakukan oleh subjek .

d. Peneliti dapat menemukan data yang tidak diungkapkan oleh subjek dalam wawancara.

Dalam penelitian ini, peneliti turut serta dalam kegiatan pembelajaran saat pengimplementasi alat peraga berlangsung. Jenis observer ini adalah jenis observer yang berperan serta secara lengkap (Moleong, 2010: 176) dimana dalam mengobservasi, peneliti juga menjadi bagian dari rangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh para subjek.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti telah mempunyai pengalaman yang cukup untuk melakukan penelitian ini. Peneliti telah lama berkecimpung dalam dunia belajar dan pembelajaran yang ada di kelas. Peneliti telah mempunyai kefamiliaran dengan para subjek. Peneliti telah melalui banyak hal. Pengalaman berkecimpung dengan bidang ke SD an sudah dialami peneliti sejak awal masa kuliah di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau PGSD.

(49)

pramuka bagi siswa SD. Sebelum peneliti mengajar pramuka, peneliti diberi kesempatan untuk mengikuti kursus mahir dasar pramuka sehingga pantas untuk mengajar pramuka. Peneliti pada semester 3 dibekali pengalaman untuk mengajar bimbingan belajar bagi kelas atas Sekolah dasar. Begitu juga pada semester 4, peneliti mengajar bimbingan belajar bagi siswa kelas bawah Sekolah Dasar.

Pada semester 5, peneliti mengikuti program pengakraban lingkungan 1 atau Probaling 1. Pada probaling 1 ini peneliti melaksanakan pengakraban atau magang kepada guru kelas. peneliti diberi kesempatan untuk lebih dekat dengan siswa dan seluruh elemen pengajaran mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Kemudian pada semester 6, peneliti melakukan program pengakraban lingkungan 2 atau Probaling 2. Perbedaan probaling 1 dan 2 ini yaitu pada probaling 2 ini penliti melakukan magang pada kepala sekolah. Pada probaling 2 ini, peneliti belajar segala hal yang dilakukan oleh kepala sekolah. Dengan banyaknya pengalaman sebelumnya, peneliti selanjutnya dapat melaksanaan PPL dalam rangka mendekatkan diri lebih dekat lagi dengan Sekolah dasar. Peneliti juga mempunyai pengalaman mengikuti wokshop alat peraga Maria Montessori yang diadakan oleh Universitas Sanata Dharma. Sedangkan dalam pengalaman mengobservasi dan melakukan wawancara mendalam, peneliti sebelum mengadakan penelitian telah banyak berlatih untuk mengobservasi video dan latihan wawancara dengan teman sepenelitian. Hal tersebut membantu peneliti untuk berlatih mengamati apa yang ada dalam video serta mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam saat penelitian.

3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas

(50)

penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dua kriteria, yaitu (1) kredibilitas dan (2) transferabilitas.

3.6.1 Kredibilitas

Sebuah penelitian kualitatif dapat dikatakan kredibel apabila peneliti kualitatif tersebut dapat menggali masalah yang sedang diteliti terkait dengan setting penelitian, proses, dan pola interaksi yang ada dalam penelitian (Poerwandari, 2007: 207). Galian masalah yang dideskripsikan oleh peneliti kualitatif harus mencakup kompleksitas yang terjadi pada semua aspek dan interaksinya yang kemudian menjadi tolak ukur kredibilitas data sebuah penelitian kualitatif. Dalam rangka untuk mendapatkan data yang kredibel, peneliti mencari data sedalam dan seluas mungkin mengenai persepsi subjek dalam penelitian ini. Peneliti menuliskan semua data yang diperoleh dari subjek baik dari data observasi atau data wawancara. Observasi yang dilakukan sesuai dengan poin observasi yang mencakup hal-hal yang ingin peneliti ketahui dari subjek. Sama halnya dengan wawancara. Agar data yang didapatkan mendalam, maka semua hal yang ada pada suubyek dituliskan. Dalam rangka meningkatkan kredibilitas data, peneliti menggunakan tringangulasi data. Cresswell (2012: 286) mengungkapkan bahwa mentriangulasi adalah memeriksa bukti yang berasal dari sumber-sumber yang ada sehingga bukti yang ada memperkuat kredibilitas penelitian ini. sumber data yang digunakan dalam triangulasi penelitian ini adalah data wawancara, data dari video observasi dan data catatan pribadi yang dibuat oleh peneliti ketika penelitian berlangsung.

(51)

3.6.2 Transferabilitas

Transferbilitas adalah istilah yang diusulkan Lincoln dan Guba dalam Poerwandari (2007: 2011). Kedua ahli tersebut berpendapat bahwa istilah tersebut adalah isilah yang paling tepat untuk dipakai untuk menggantikan konsep generalisasi dalam penelitian kualitatif. Data yang dikatakan mempunyai tingkat transferabilitas tinggi apabila data yang ditemukan dalam sebuah kelompok mampu untuk diaplikasikan pada kelompok lain (Poerwandari, 2007: 212). Pengaplikasihan hasil temuan penelitian kualitatif hanya dapat dilakukan jika terdapat beberapa kesamaan dengan kelompok yang diteliti. Penemuan yang ditemukan oleh peneliti pada penelitian ini dapat diaplikasian atau dipakai untuk mengukur subjek lain yang mempunyai kesamaan, seperti kesamaan kualitas sekolah, kesamaan proses belajar, kesamaan karakteristik siswa, dan kesamaan latar belakang subjek. Jika salah satu subjek diuji, maka dengan adanya data yang mempunyai transferabilitas data tersebut mampu untuk mewakili subjek lain yang mempunyai kesamaan-kesamaan tersendiri. Peneliti berusaha untuk data yang diperoleh mempunyai transferabilitas yang tinggi. Namun peneliti tidak bisa menjamin data mempunyai transferabilitas tinggi karena hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah hal yang terkait dengan persesi subjek terhadap alat peraga. Subjek yang diteliti mempunyai persepsi yang berbeda sesuai dengan perasaan, pandangan dan pengalaman subjek dengan alat peraga Montessori.

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian mengolah data yang telah didapatkan dimulai dengan mengorganisasi data yang telah didapatkan dan kemudian dilakukan koding pada data tersebut. Pengorganisasian data yang diperoleh mempunyai 3 tujuan (Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 1998), yaitu

a. Memeperoleh kualitas data yang lebih baik

b. Mendokumentasikan analisis yang telah dilakukan

(52)

konsep dan membahas kembali semua data yang telah didapatkan dengan cara baru. Pemberian kode dalam data yang telah dipisahkan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengolahan data.

Menurut Supratiknya (2010: 113) terdapat tiga tahap dalam menganalisis data kualitatif, yaitu:

a. Tahap pengkodean.

Dalam tahap ini, peneliti memberikan kode pada data. Dalam tahap ini terdapat 3 tahap, yaitu 1) transkrip verbatim atau kata demi-kata dari hasil wawancara kemudian ditulis kembali dalam format data yang berbentuk tabel yang berbentuk 3 kolom, 2) memberikan nomor pada data yang telah dipindah ke dalam kolom secara urut dan berkelanjutan sesuai dengan baris, dan 3) pemberian nama yang jelas pada setiap data tersebut.

b. Tahap Analisis Tematik

Pada tahap ini, peneliti menemukan kata kunci yang ada didalam data baik data observasi maupun data wawancara. Menurut Supratiknya (2010: 115) tahap pemberian kata kunci dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara deduktif dan induktif. Pencarian kata kunci deduktif adalah pencarian kata kunci berdasarkan teori yang telah ditentukan sebelumnya. Pada pencarian kata kunci induktif, peneleliti belum menentukan kata kunci apapun saat membaca data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pencarian kata kunci secara deduktif dimana kata kunci tersebut telah ada saat membaca data mentah. Pengelompokan data yag telah dikoding sesuai dengan karakteristiknya memudahkan peneliti untuk mengolah data.

c. Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap memahami data yang telah diberi kata kunci secara lebih mendalam. Data yang telah diinterpretasi ditulis dalam sub bab hasil penelitian dan pembahasan.

(53)
(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan ditulis hasil penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh dari penelitian ini. Dalam hasil penelitian, peneliti akan menunjukkan data yang telah diperoleh baik dari observasi sebelum dan saat pengimplementasian alat peraga serta wawancara sebelum dan sesudah pengimplementasian alat peraga.

4.1 Deskripsi Subjek dan Lokasi Penelitian

(55)

anak yang yang banyak berbicara. Namun ketika ia telah selesai mengerjakan tugas yang diberikan, ia akan membantu temannya mengerjakan soal tanpa memberikan jawaban. Dari hasil wawancara sebelum, A adalah siswa yang lebih suka belajar menggunakan media papan tulis. Guru kelas yang menjadi subjek adalah salah satu guru yang telah mempunyai banyak pengalaman mengajar di SD. Dari hasil wawancara yang dilakukan Guru ini telah mempunyai pengalaman mengajar selama 27 tahun. Dalam mengajar terutama saat mengajar di kelas rendah, beliau biasa menggunakan alat-alat yang ada disekitar siswa untuk membantu siswa untuk membantu siswa mencapai konsep sebuah pembelajaran yang dilengkapi dengan metode ceramah yang dilakukan.

Dalam kelas ini para siswa dimungkinkan untuk berproses belajar bersama guru.

“…Kelas ini adalah kelas yang tak terlihat adanya sampah berserakan. Kebersihan kelas ini terjaga karena guru selalu mengingatkan siswa untuk tetap menjaga kebersihan dalam kelas. Dalam kelas 1C ini terdapat tempelan yang menempel di sepanjang dinding kelas…” (OSK/B25 -29/IC)

Kenyamanan kelas itu dapat dikatakan sebagai faktor pendukung proses pembelajaran yang baik dalam sebuah pembelajaran. Guru juga sangat menghargai hasil karya siswa. Hal itu terbukti bahwa pada dinding kelas terdapat tempelan foto siswa berserta keluarganya yang sebelumnya telah dihias oleh siswa.

(56)

Gambar 4.1 Ruang kelas IC tampak dari depan

Gambar 4.2 Ruang kelas IC tampak dari depan

Gambar 4.3 Ruang kelas IC tampak dari belakang

Berdasarkan gambar diatas, tampak kelas IC tidak ada sampah yang bercecer. Foto diatas diambil saat setelah pembelajaran selesai. Di dinding tampak adanya tempelan yang berupa karya siswa.

Dari 2 kali observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru belum nampak menggunakan alat peraga saat mengajar.

(57)

Guru biasa menggunakan cerita konkret sebagai pengantar sebuah pembelajaran mengingat pembelajaran di kelas bawah adalah pembelajaran tematik” (OP/B1-5/IC)

Namun, tidak adanya alat peraga di kelas bukan berarti kelas ini sama sekali tidak menggunakan alat peraga. Guru kelas 1C mengungkap bahwa beliau menggunakan alat peraga yang berasal dari benda-benda yang ada di sekitar. Hal tersebut didukung oleh data wawancara yang dilakukan pada guru kelas.

“kita membawa alat2 sehingga anak2 mengerti. Misalnya dengan batu, satu batu ditambah 2 batu” (W1/B157-161/GK)

Berbeda dengan kelas IC, kelas IB di kelasnya terdapat beberapa alat peraga yang ditempel maupun diletakkan di lemari. Pada observasi yang dilakukan di kelas IB, guru sering membawa alat peraga yang dibawanya. Alat peraga yang dibawa guru seperti karton yang telah diberi warna dan angka saat hari tersebut menjelaskan materi tentang bilangan loncat. Dari 13 kelas yang ada di SD ini, yang terlihat menggunakan alat peraga pada saat observasi berlangsung hanya beberapa kelas saja. Pendapat siswa tentang adanya alat peraga pun berbeda-beda mengenai alat peraga. Hal itu didukung oleh hasil wawancara siswa yang menjadi obyek penelitian ini. Dua siswa dari 3 siswa yang menjadi subjek mengaku bahwa ia lebih menyukai menggunakan media papan tulis daripada menggunakan alat peraga yang dibawa oleh guru.

“Lebih seneng pake papan tulis” (W1/B36/S1) “Pilih yang ditulis di papan tulis” (W1/B26/S3)

4.2 Proses pembelajaran sebelum Implementasi alat peraga Montessori

4.2.1 Pandangan Subjek dalam menggunakan alat peraga sebelum

implementasi Alat peraga Montessori

Alat peraga yang berfungsi sebagai pengantar pembelajar untuk memahami materi pembelajaran dapat dipandang berbeda pada setiap orang. Begitu juga dengan guru Ic yang menjadi subjek pada penellitian inil. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sebelum pengimplementasian alat peraga Montessori, guru berpendapat bahwa siswa lebih mudah belajar matematika daripada belajar mata pelajaran lain.

Gambar

Gambar 4.5 Siswa menaruh titik pada papan ..........................................  42
Gambar 2.1 Peta Literatur
Tabel 3.3 Tabel Perencanaan Observasi yang dilakukan dalam penelitian
Gambar 4.3 Ruang kelas IC tampak dari belakang
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penghargaan non materi berupa kata-kata yang mengembirakan (pujian), ucapan selamat atas prestasi, pemberian tepuk tangan, pendidik (guru) mengangguk-angguk tanda senang dan

tidak diketahui dengan pasti, semua merasa masih kekurangan china grass. Situasi pasar serat rami kelihatannya belum jelas benar karena sampai saat ini belum ada

Prakiraan penjalaran asap pada level ketinggian 50 meter sampai dengan tanggal 19 Agustus 2009 pukul 07.00 WIB, di wilayah Sumut arahnya menuju Utara sampai ke Selat Malaka,

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan yang diterima secara lengkap, benar dan jelas serta telah memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan

Keterkaitan ergonomi organisasi dengan motivasi kerja yaitu organisasi sebagai wadah bagi para pegawai melakukan aktivitas pekerjaan dapat menjadi pendorong atau penarik bagi

Sedangkan CAR di BPR BKK Ungaran awal merger minus 2,03 persen hal tersebut terjadi karena modal habis untuk menutup kerugian karena kredit macet dan kekurangan PPAP, tetapi

Surat Izin Usaha Kelautan yang selanjutnya disingkat SIUK adalah izin tertulis yang harus dimiliki oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan

Simulasi sistem antar modem konfigurasi yang ditunjukkan pada jika dikondisikan pada kondisi ad hoc , jika node 1 akan menghubungi node 3 yang tidak dalam