• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh rendaman air pada pipa kondensor, rendaman 400ml dan rendaman 600ml terhadap Win, Qin, Qout, COP, dan efisiensi mesin pendingin - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh rendaman air pada pipa kondensor, rendaman 400ml dan rendaman 600ml terhadap Win, Qin, Qout, COP, dan efisiensi mesin pendingin - USD Repository"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH RENDAMAN AIR PADA PIPA KONDENSOR,

RENDAMAN 400ml DAN RENDAMAN 600ml TERHADAP W

in,

Q

in

, Q

out,

COP DAN EFISIENSI

MESIN PENDINGIN

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin

Diajukan oleh:

CHRISTOPORUS SATRYO AJI PUTRANTO NIM: 115214071

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

THE INFLUENCE OF MARINADE WATER TO THE PIPE A

CONDENSER, MARINADE 400ml AND MARINADE 600ml TO

W

in,

Q

in

, Q

out,

COP AND EFFICIENCY MACHINE COOLING

FINAL PROJECT

As partial fulfillment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree

By

CHRISTOPORUS SATRYO AJI PUTRANTO NIM: 115214071

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Pada zaman sekarang ini mesin pendingin sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Mesin pendingin dipergunakan untuk berbagai keperluan, seperti mendinginkan berbagai macam minuman dan makanan, serta juga sebagai pengawet makanan dan minuman. Tujuan penelitian ini adalah: (a) membuat mesin pendingin dengan siklus kompresi uap, (b) mengetahui kalor yang dihisap evaporator persatuan massa refrigerant, (c) mengetahui kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigerant, (d) mengetahui kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigerant, (e) mengetahui koefisien prestasi actual, (f) mengetahui koefisien prestasi ideal, (g) mengetahui efisiensi mesin pendingin.

Dari rendaman pada sebagian pipa kondensor diperoleh hasil berupa kerja

kompresor (Win), panas yang diserap evaporator (Qin), panas yang dilepas

kondensor (Qout), COPideal, COPaktual, dan efisiensi. Variasi perendaman

menghasilkan perbedaan COP dan efisiensi antara variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml.

Dari pengolahan data yang dihasilkan dari data yang didapat, diperoleh nilai rata-rata dari Win, Qin, Qout, COPideal, COPactual dan Efisiensi rendaman 400ml adalah

48 kJ/kg, 122 kJ/kg, 170 kJ/kg, 4.47, 2.51, dan 56% sedangan nilai rata-rata dari Win, Qin, Qout, COPideal, COPactual dan Efisiensi rendaman 600ml adalah 45.6 kJ/kg,

112.15 kJ/kg, 157.8 kJ/kg, 4.02, 2.46, dan 61%.

(8)

viii

ABSTRACT

Today, cooling machines play an important role in people's lives. Cooling machines are used for various purposes, such as cooling various kinds of drinks and food, as well as food and beverage preservatives. The objectives of this research are: (a) making the cooling machine with vapor compression cycle, (b) knowing the heat that is absorbed by the evaporator mass of refrigerant mass, (c) knowing the heat released by the condenser per unit mass of refrigerant, (d) knowing the work done by the compressor mass refrigerant, (e) knowing the actual performance coefficient, (f) knowing the ideal performance coefficient, (g) knowing the efficiency of the cooling engine.

From the submersion in a part of the condenser pipe the results of the

compressor (Win) work, the heat absorbed by the evaporator (Qin), the heat released by the condenser (Qout), COPideal, COPactual, and efficiency. Immersion

variations result in COP differences and efficiency between variations half of marinade (400ml) and marinade full of (600ml).

Of data processing resulting from data obtained, obtained the average values of Win, Qin, Qout, COPideal, COPactual dan Efisiensi marinade 400ml is 48 kJ/kg,

122 kJ/kg, 170 kJ/kg, 4.47, 2.51, dan 56% with the average values of Win, Qin, Qout,

COPideal, COPactual dan Efisiensi marinade 600ml is 45.6 kJ/kg, 112.15 kJ/kg, 157.8

kJ/kg, 4.02, 2.46, dan 61%.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, kendala-kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Sudi Mungkasi, S.Si, M.Math.Sc, Ph.D selaku Dekan FST Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Ir. PK. Purwadi, M.T selaku ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta dan juga selaku pembimbing Skripsi, yang telah

dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat

ber-harga kepada penulis selama menyusun Skripsi.

4. Dosen Program Studi Teknik Mesin yang telah memberI bekal ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan

(10)
(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

INTISARI ...vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I ... 1

2.2. Mesin pendingin minuman... 5

2.2.1 Bagian Utama Mesin Pendingin Minuman ... 5

2.2.2 Sistem Kompresi Uap Pada Mesin Pendingin ... 13

2.2.3 Siklus Kompresi Uap ... 13

2.2.4 Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin ... 17

2.3. Tinjauan Pustaka ... 21

BAB III ... 21

3.1. Persiapan Alat ... 21

3.1.1 Komponen Utama Mesin Pendingin ... 21

(12)

xii

3.2. Perakitan Mesin Pendingin ... 28

3.2.1 Proses Perakitan Mesin Pendingin ... 28

BAB IV ... 31

4.1. Mesin pendingin yang diteliti ... 31

4.2. Alat bantu penelitian ... 32

4.3. Variasi penelitian ... 35

4.4. Langkah-langkah pengambilan data ... 35

4.5. Cara mengolah data dan pembahasan ... 36

4.6. Cara mendapatkan kesimpulan ... 36

BAB V ... 38

5.1. Data Penelitian ... 38

5.2 Perhitungan ... 47

5.3 Pembahasan... 51

BAB VI ... 58

6.1. Kesimpulan ... 58

6.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Nilai tekanan rendah dan tekanan tinggi pada satuan psi dan MPa

dengan variasi rendaman 400ml... 38

Tabel 5.2 Nilai tekanan rendah dan tekanan tinggi pada satuan psi dan MPa dengan variasi rendaman 600ml... 39

Tabel 5.3 Nilai Te dan Tc pada variasi rendaman 400ml………... 41

Tabel 5.4 Nilai Te dan Tc pada variasi rendaman 600ml………... 42

Tabel 5.5 Nilai entalpi pada variasi rendaman 400ml…... 44

Tabel 5.6 Nilai entalpi pada variasi rendaman 600ml………... 45

Tabel 5.7 Memperlihatkan nilai Win, Qin, Qout, COP, dan Efisiensi pada me-sin pendingin yang diteliti dengan variasi rendaman 400ml……….…..… 48

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh mesin pendingin showcase ... 5

Gambar 2.2 Komponen utama mesin pendingin ... 6

Gambar 2.3 Refrigeran jenis R134a ... 7

Gambar 2.4 Kompresor Hermatik ... 9

Gambar 2.5 Evaporator jenis plat... 10

Gambar 2.6 Kondensor U, dengan 10 U ... 11

Gambar 2.7 Filter ... 11

Gambar 2.8 Pipa Kapiler ... 12

Gambar 2.9 Skematik mesin pendingin siklus kompresi uap ... 14

Gambar 2.10 Diagram P-h ... 15

Gambar 2.11 Diagram T-s ... 15

Gambar 3.1 Kompresor ... 21

Gambar 3.2 Kondensor ... 22

Gambar 3.3 Pipa Kapiler ... 23

Gambar 3.4 Evaporator plat ... 23

Gambar 3.5 Filter ... 24

Gambar 3.6 Refrigeran R-134a ... 24

Gambar 3.7 Tube cutter... 25

Gambar 3.8 Tube expander ... 25

Gambar 3.9 Manifold gauge ... 26

(15)

xv

Gambar 3.11 Bahan las ... 27

Gambar 3.12 Pompa vakum ... 27

Gambar 3.13 Lilitan kondensor dan bak tamping ... 28

Gambar 4.1 Skematik mesin pendingin ... 31

Gambar 4.2 Diagram alir pembuatan mesin pendingin ... 32

Gambar 4.3 Pressure gauge ... 33

Gambar 4.4 P-H Diagram 134a ... 34

Gambar 4.5 APPA ... 34

Gambar 4.6 Thermocouple... 35

Gambar 5.1 Grafik perbandingan Win dengan waktu pada variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml ... 52

Gambar 5.2 Grafik perbandingan Qin dengan waktu pada variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml ... 53

Gambar 5.3 Grafik perbandingan Qout dengan waktu pada variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml ... 54

Gambar 5.4 Grafik perbandingan COPideal dengan waktu pada variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml ... 55

Gambar 5.5 Grafik perbandingan COPaktual dengan waktu pada variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml ... 56

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dunia modern ini serta cuaca yang semakin panas, kebutuhan akan mesin

pendingin semakin tinggi. Mesin pendingin yang berada di sekitar kita merupakan

mesin pendingin dengan siklus kompresi uap. Menurut fungsinya, mesin pendingin

dapat berfungsi untuk membekukan, mendinginkan, dan ada yang berfungsi untuk

pengkondisian udara. Beberapa contoh mesin pendingin yang digunakan untuk

mendinginkan ataupun untuk membekukan adalah: showcase, cold storage, freezer,

kulkas, dan lain sebagainya. Sedangkan mesin pendingin yang berfungsi untuk

pengkondisian udara adalah: AC, air cooler dan lain sebagainya.

Pada skripsi ini akan dibahas cara perakitan mesin pendingin dan

karakter-istik dari mesin pendingin yang dirakit. Mesin pendingin dipergunakan untuk

berbagai keperluan, seperti mendinginkan berbagai macam minuman dan makanan,

serta juga sebagai pengawet makanan dan minuman, yang dapat kita jumpai di

tem-pat-tempat perbelanjaan, rumah sakit, stasiun, kantin sekolah, serta temtem-pat-tempat

lain yang kebanyakan berada di tempat yang ramai yang dikunjungi banyak orang.

Di belakang mesin pendingin biasanya terdapat bak penampungan air hasil

pen-cairan bunga es yang dihasilkan mesin pendingin yang terkadang harus kita buang

airnya setiap kali penuh. Hal ini tentu membuat repot karena jika lupa membuang

(17)

Dengan latar belakang tersebut, penulis berkeinginan untuk mempelajari,

memahami, serta mengetahui pengaruh dari perendaman pipa kondensor pada bak

air tersebut terhadap unjuk kerja dari mesin pendinginserta membantu mengurangi

air tersebut dengan menggunakan panas dari pipa kondensor. Cara yang dilakukan

adalah merakit serta meneliti mesin pendingin yang dirakit dengan ditambahkan

lilitan yang direndam oleh air pada sebagian pipa kondenser untuk mengetahui

apakah rendaman air ada pengaruhnya atau tidak terhadap unjuk kerja dan efisiensi

mesin pendingintersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dinyatakan dari :

a. Siklus pendingin apakah yang digunakan untuk melakukan penelitian dan

pengujian?

b. Bagaimanakah karateristik dari mesin pendingin yang dibuat?

c. Bagaimanakah pengaruh rendaman air pada sebagian pipa kondensor

ter-hadap COP dan efisiensi?

1.3. Tujuan

Tujuan mesin pendinginadalah :

a. Merakit mesin pendingin air.

b. Karakteristik mesin pendingin yang dibuat untuk mengetahui :

- Menghitung kalor yang dihisap evaporator (Qin)

- Menghitung kalor yang dilepaskan kondensor (Qout)

(18)

- Menghitung COPactual dan COPideal

- Menghitung efisiensi

c. Untuk mengetahui pengaruh perendaman pada sebagian pipa kondensor

dengan menggunakan air terhadap COP dan efisiensi mesin pendingin.

1.4. Batasan Masalah

Batasan-batasan dalam pembuatan mesin pendingin ini adalah :

a. Mesin pendingin bekerja dengan pengaruh siklus kompresi uap.

b. Daya kompresor yang dipergunakan sebesar 1/8 PK.

c. Refrigeran yang digunakan pada mesin pendinginadalah R134a.

d. Panjang pipa kapiler yang digunakan sepanjang 1 m, diameter 0,026 inchi,

dan bahan terbuat dari tembaga.

e. Kondensor yang digunakan U6.

f. Evaporator yang dipergunakan evaporator plat dengan panjang 25 cm dan

lebar 20 cm.

g. Menggunakan tambahan komponen yaitu filter dan bak tampung air

bervolume 700 ml

h. Ukuran ruang pendingin 30 cm x 22 cm x 15 cm.

(19)

1.5. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan pada mesin

pendingin ini adalah:

a. Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan

melakukan penelitian tentang mesin pendingin.

b. Dapat memberikan gagasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang

penukar kalor khususnya tentang mesin pendingin.

c. Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk menambah kasanah ilmu

penge-tahuan tentang mesin pendingin yang dapat ditempatkan di Perpustakaan

ataupun dipublikasikan pada khalayak umum.

d. Dapat mengurangi air yang terdapat pada tempat pembuangan hasil dari

(20)

4

BAB II

DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mesin Pendingin

Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk mendinginkan atau

memindahkan kalor dari suatu tempat yang memiliki temperatur rendah ke

temperatur yang lebih tinggi. Mesin pendingin yang banyak digunakan umumnya

menggunakan siklus kompresi uap. Siklus kompresi uap terdiri dari beberapa

proses, yaitu proses kompresi, proses kondensasi, proses penurunan tekanan, dan

proses penguapan.

Dalam mesin pendingin tentu memerlukan beberapa komponen penting

agar mesin pendingin tersebut dapat bekerja, antara lain: kompresor, kondensor,

evaporator, pipa kapiler / katup ekspansi, filter, dan refrigeran. Proses pendinginan

dalam mesin pendingin terdapat beberapa langkah. Yang pertama dimulai dari

kompresor. Dengan adanya aliran listrik, motor kompresor akan bekerja mengisap

gas refrigeran yang bersuhu dan bertekanan rendah dari saluran hisap. Kemudian

kompresor memampatkan gas refrigeran sehingga menjadi uap/gas bertekanan

tinggi dan bersuhu tinggi, gas kemudian memasuki kondensor. Gas bertekanan

tinggi tersebut di dalam kondensor akan didinginkan oleh fluida yang ada di luar

mesin pendingin. Kalor berpindah dari kondensor ke fluida yang berada

sekelilingnya suhunya turun mencapai suhu kondensasi (pengembunan) dan

wujud-nya berubah menjadi cair. Refrigeran yang bertekanan tinggi ini selanjutwujud-nya

(21)

kapiler yang berdiameter kecil dan panjang sehingga tekanannya akan turun. Dari

pipa kapiler refrigeran yang sudah bertekanan rendah ini kemudian memasuki

ruang evaporator di dalam evaporator, refrigeran berubah wujud dari cair menjadi

gas (mendidih). Proses pendidihan dapat berlangsung karena evaporator

mengambil kalor dari lingkungan di sekeliling evaporator, sehingga ruangan di

sekitar evaporator menjadi dingin. Setelah mendidih dan berubah menjadi gas,

re-frigeran kembali dihisap oleh kompresor dan siklus berulang kembali dari awal.

2.2. Mesin pendingin minuman

2.2.1 Bagian Utama Mesin Pendingin Minuman

Showcase yaitu suatu mesin pendingin yang dipergunakan untuk

mendinginkan minuman kemasan seperti: soft drink, minuman kaleng, minuman

berenergi, yang dapat dijumpai di tempat-tempat perbelanjaan, rumah sakit, stasiun,

kantin sekolah, serta tempat-tempat lain yang berada di tempat yang ramai yang

dikunjungi banyak orang.

Gambar 2.1 memperlihatkan contoh dari mesin pendingin showcase.

Gambar 2.2 memperlhatkan komponen utama dari mesin pendingin.

(22)

Gambar 2.2 Komponen utama mesin pendingin

Showcase tersusun atas beberapa komponen utama: refrigeran, kompresor,

evaporator, kondensor, filter, dan pipa kapiler.

a. Bahan Mesin Pendingin (Refrigeran)

Refrigeran adalah fluida kerja yang dipergunakan dalam mesin pendingin

refrigeran suatu zat yang mudah diubah wujudnya dari gas menjadi cair atau

sebaliknya. Untuk dapat terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu

bahan pendingin atau refrigeran yang digunakan untuk mengambil panas dari

evaporator dan membuangnya dalam kondensor.

Terdapat berbagai jenis refrigeran yang dapat digunakan dalam sistem

kompresi uap.Suhu kerja evaporator dan kondensor menentukan dalam pemilihan

refrigeran. Refrigeran yang umum digunakan pada mesin pendingin termasuk

kedalam keluarga chlorinated fluorocarbons. Pada penelitian ini refrigeran yang kondensor

evaporator

kompresor

(23)

digunakan adalah jenis R134a. Beberapa syarat dari bahan pendingin yang dapat

dipergunakan untuk keperluan proses pendinginan antara lain:

1. Tidak beracun dan tidak berbau dalam semua keadaan.

2. Ramah lingkungan dan tidak merusak lapisan ozon

3. Umur hidup di udara pendek

4. Tidak memberikan efek pemanasan global.

5. Tidak dapat terbakar atau meledak bila bercampur dengan udara, minyak

pelumas dan sebagainya.

6. Tidak menyebabkan korosi terhadap bahan logam yang dipakai pada sistem

pendingin.

7. Bila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat–alat yang sederhana

maupun dengan alat detektor kobocoran.

8. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.

9. Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh.

(24)

b. Kompresor

Kompresor adalah suatu alat yang berfungsi untuk menaikkan tekanan.

Akibat kenaikan tekanan adalah suhu refrigeran juga ikut naik. Kompresor yang

sering dipakai pada mesin pendingin adalah jenis kompresor Hermetik (Hermetic

Compressor). Kompresor ini digerakkan langsung oleh motor listrik dengan

kom-ponen mekanik dan berada dalam satu wadah tertutup. Kompresor hermetik dapat

bekerja dengan prinsip reciprocating maupun rotary, posisi porosnya bisa vertikal

maupun horizontal. Faktor lain penggunaan kompresor hermetik ini pada mesin

pendingin adalah motor dapat bekerja pada keadaan yang bersih, karena dalam satu

wadah yang tertutup tidak ada debu atau kotoran yang dapat memasukinya. Dalam

penggunaan kompresor Hermetik ada beberapa keuntungan dan kerugian, yang

di-milikinya.

1. Keuntungan penggunaan kompresor Hermetik :

a. Tidak memakai sil pada porosnya, sehingga jarang terjadi kebocoran.

b. Bentuknya kecil dan harganya murah.

c. Tidak memakai penggerak dari luar sehingga suaranya lebih tenang dan

getarannya kecil.

2. Kerugian :

a. Bagian yang rusak di dalam rumah kompresor tidak dapat diperbaiki

sebelum rumah kompresor dipotong.

b. Minyak pelumas di dalam kompresor hermetik susah diperiksa, jadi apakah

masih ada atau habis.

(25)

Gambar 2.4 Kompresor Hermetik jenis torak

c. Evaporator

Evaporator merupakan salah satu komponen utama dari sistem pendinginan,

yang didalamnya mengalir suatu cairan refrigeran yang berfungsi sebagai penyerap

kalor dari produk yang didinginkan dengan cara merubah fase dari cair menjadi gas.

Proses penguapan memerlukan kalor, kalor diambil dari lingkungan sekitar

evaporator (air atau bahan makanan/minuman yang akan didinginkan di sekitar

evaporator). Evaporator jenis plate dan jenis pipa bersirip yang sering dipakai untuk

proses pendinginan makanan ataupun minuman. Bahan pipa evaporator yang

terbaik adalah logam, karena logam berfungsi sebagai konduktor. Namun

kebanyakan terbuat dari bahan tembaga atau alumunium. Tembaga dan kuningan

dapat digunakan untuk semua refrigeran kecuali ammonia. Tembaga akan larut oleh

(26)

digunakan untuk methyl-klorida jika didalamnya terdapat uap air. Jenis evaporator

yang banyak digunakan pada mesin pendingin adalah jenis pipa dengan plat datar

atau plate, pipa-pipa,dan pipa dengan sirip-sirip. Gambar 2.5 contoh gambar

evaporator jenis plat.

Gambar 2.5 Evaporator jenis plat

d. Kondensor

Kondensor adalah suatu alat yang berfungsi untuk menurunkan suhu dan

merubah fase refrigeran dari fase gas menjadi cair. Pada saat terjadinya penurunan

suhu dan perubahan fase, kalor dikeluarkan kondensor ke udara melalui

rusuk-rusuk kondensor. Sebagai akibat dari kehilangan kalor, kondisi refrigeran berubah

dari gas panas lanjut ke gas jenuh dan kemudian berubah fase menjadi cair. Pada

saat perubahan dari gas panas lanjut ke gas jenuh, suhu refrigeran mengalami

penurunan dan pada saat perubahan fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh, suhu

refrigeran tetap. Proses perubahan kondisi yang berlangsung di kondensor berjalan

pada tekanan yang tetap. Kondensor yang umum digunakan pada mesin pendingin

kapasitas kecil, adalah jenis pipa dengan jari-jari penguat, dengan bentuk lintasan

(27)

Gambar 2.6 Kondensor U, dengan 10 U

e. Filter

Filter (saringan) berguna untuk menyaring kotoran yang mungkin terbawa

aliran refrigeran selama bersirkulasi. Filter dipasang pada posisi sebelum pipa

kapiler, diharapkan kotoran tidak masuk ke dalam pipa kapiler. Dengan kondisi

yang bersih, kemungkinan pipa kapiler tersumbat menjadi kecil. Sehingga tidak

masuk ke dalam kompresor dan pipa kapiler. Dengan bahan pendingin yang bersih

menyebabkan evaporator dapat menyerap kalor lebih maksimal. Bentuk filter

berupa tabung kecil dengan diameter antara 10-20mm, sedangkan panjangnya tak

kurang dari 8-15mm, di dalam tabung tersebut terdapat penyaring atau filter.

Gambar 2.7 contoh gambar filter

(28)

f. Pipa Kapiler

Pipa kapiler adalah yang berfungsi untuk menurunkan tekanan. Pipa kapiler

merupakan suatu pipa pada mesin pendingin dengan ukuran diameter berkisar

an-tara 0,026 atau 0,031 inci, yang dimaksudkan untuk menghasilkan drop tekanan

yang diinginkan. Beberapa keuntungan menggunakan pipa kapiler adalah harganya

yang murah dan mudah dicari serta pada saat mulai beroperasi kompresor dapat

bekerja lebih ringan karena momen torquenya (momen puntir) yang diperlukan

lebih kecil. Pada sistem yang menggunakan katup ekspansi, pada saat kompresor

akan mulai bekerja di dalam sistem telah ada perbedaan tekanan pada sisi tekanan

tinggi dan rendah, tapi dengan memakai pipa kapiler pada saat kompresor tidak

bekerja tekanan di dalam sistem akan jadi sama karena pada pipa kapiler tidak

ter-dapat alat penutup apa-apa, dengan demikian kompresor ter-dapat bekerja lebih ringan.

Gambar 2.8 contoh gambar pipa kapiler.

Gambar 2.8 Pipa Kapiler

Ketika terjadi penurunan tekanan pada pipa kapiler, suhu refrigeran ikut

turun. Suhu rendah yang dihasilkan oleh pipa kapiler ini, semakin panjang pipa

kapiler semakin rendah suhu yang diperoleh, tetapi butuh daya kompresor yang

(29)

2.2.2 Sistem Kompresi Uap Pada Mesin Pendingin

Sistem refrigerasi uap atau kompresi uap merupakan jenis mesin pendingin

yang sering digunakan saat ini. Mesin ini terdiri dari empat komponen utama yaitu

kompresor, kondensor, katup ekspansi atau pipa kapiler, evaporator, dan filter.

Dalam siklus ini uap refrigeran bertekanan rendah akan ditekan oleh kompresor

menjadi bertekanan tinggi, dan kemudian uap refrigeran bertekanan tinggi

diembunkan menjadi cairan refrigeran bertekanan tinggi dalam kondensor.

Kemudian cairan refrigeran bertekanan tinggi tersebut tekanannya diturunkan oleh

katup ekspansi atau pipa kapiler agar cairan refrigeran tekanan rendah tersebut

dapat menguap kembali dalam evaporator menjadi uap refrigeran tekanan rendah.

2.2.3 Siklus Kompresi Uap

Skematik mesin pendingin siklus kompresi uap tersaji pada Gambar 2.9.

Siklus kompresi uap pada diagram P-h tersaji pada Gambar 2.10, dan pada diagram

T-s tersaji pada Gambar 2.11. Pada gambar 2.9, gambar 2.10, dan gambar 2.11. Qin

adalah besarnya kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigerant. Qout

adalah besarnya kalor yang dilepas oleh kondensor per satuan massa refrigerant.

Win adalah kerja yang di lakukan kompresor per satuan massa refrigerant. Besarnya

kalor Qout yang dilepas kondensor adalah besarannya kalor yang diserap

(30)

Gambar 2.9 Skematik mesin pendingin siklus kompresi uap

Keterangan:

a. Evaporator

b. Kompresor

c. Kondensor

d. Katup ekspansi atau pipa kapiler

e. Filter

1. Refrigeran masuk kompresor

2. Refrigeran keluar kompresor

3. Refrigeran keluar kondensor

4. Refrigeran masuk evaporator

(31)

Gambar 2.10 Diagram P-h

(32)

Proses kompresi uap pada diagram P-h dan T-s meliputi proses: kompresi,

penurunan suhu dan pengembunan, proses penurunan tekanan dan proses

penguapan. Berikut proses-proses pada diagram T-s :

1. Proses (1-2) adalah proses kompresi yang berlangsung pada entropi yang

tetap (atau berlangsung pada proses isoentropi). Kondisi awal refrigeran

pada saat masuk di kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah

dikompresi refrigeran menjadi uap panas lanjut bertekanan tinggi.

2. Proses (2-2a) merupakan penurunan suhu (desuperheating). Proses ini

berlangsung sebelum memasuki kondensor. Refrigeran yang bertekanan dan

bertemperatur tinggi keluar dari kompresor dan membuang panas ke

kondensor sehingga akan berubah fase dari gas panas lanjut menjadi cair.

3. Pada proses (2a-3a) merupakan proses pembuangan kalor ke lingkungan

sekitar kondensor pada suhu yang tetap. Di kondensor terjadi pertukaran

kalor antara refrigeran dengan udara, kalor berpindah dari refrigeran ke

udara yang ada di sekitar kondensor sehingga refrigeran mengembuan

menjadi cair. Di kondensor terjadi isobar (tekanan sama) dan isothermal

(suhu sama).

4. Pada proses (3a-3) merupakan proses pendinginan lanjut. Terjadi pelepasan

kalor yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan pada proses kondensasi,

sehingga suhu refrigeran cair yang keluar dari kondensor lebih rendah dari

suhu pengembunan dan berada pada keadaan cair yang sangat dingin.

5. Proses (3-4) merupakan proses penurunan tekanan berlangsung pada entalpi

(33)

campuran antara cair dan gas. Akibat penurunan tekanan, suhu refrigeran

juga mengalami proses penurunan.

6. Proses (4-1a) merupakan proses penguapan. Pada proses ini terjadi

perubahan fase dari cair menjadi gas. Kalor yang dipergunakan untuk

merubah fase diambil dari lingkungan sekitar evaporator. Proses berjalan

pada tekanan yang tetap dan suhu yang sama. Suhu evaporator lebih rendah

dari suhu lingkungan di sekitar evaporator.

7. Proses (1a-1) merupakan proses pemanasan lanjut. Pada proses ini

temperatur refrigeran mengalami panas yang berlebih (super heat).

Walaupun temperatur uap refrigeran naik, tetapi tekanan tidak berubah.

Sebenarnya ada perubahan sedikit, namun perubahan ini diabaikan pada

sistem refrigerasi.

2.2.4 Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin

Dengan melihat siklus kompresi uap pada diagram P-h yang tersaji pada

Gambar 2.10, maka dapat dihitung besarnya: (a) kerja kompresor per satuan massa

refrigeran (b) kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran (c) kalor

yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran (d) COP mesin showcase, dan

(34)

a. Kerja kompresor persatuan massa

Kerja kompresor persatuan massa refrigeran yang diperlukan agar mesin

showcase dapat bekerja dapat dihitung dengan Persamaan (2.1):

𝑊𝑖𝑛 = ℎ2− ℎ1 (2.1)

pada Persamaan (2.1):

𝑊𝑖𝑛 : kerja yang dilakukan kompresor, (𝑘𝐽/𝑘𝑔)

ℎ2 : nilai enthalpi refrigeran keluar dari kompresor, (𝑘𝐽/𝑘𝑔)

ℎ1 : nilai enthalpi refrigeran masuk ke kompresor, (𝑘𝐽/𝑘𝑔)

b. Kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa.

Besar kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran dapat

dihitung dengan Persamaan (2.2):

𝑄𝑜𝑢𝑡 = ℎ2− ℎ3 (2.2)

pada Persamaan (2.2):

𝑄𝑜𝑢𝑡 : energi kalor yang dilepas kondensor per satuan massa refrigeran,

(𝑘𝐽/𝑘𝑔)

ℎ2 : nilai enthalpi refrigeran masuk ke kondensor, (𝑘𝐽/𝑘𝑔)

(35)

c. Kalor yang diserap evaporator persatuan massa.

Besar kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran dapat

dihitung dengan Persamaan (2.3):

𝑄𝑖𝑛 = ℎ1− ℎ4 = ℎ1− ℎ3 (2.3)

pada Persamaan (2.3):

𝑄𝑖𝑛 : energi kalor yang diserap evaporator per satuan massa refrigeran,

(𝑘𝐽/𝑘𝑔)

ℎ1 : nilai enthalpi refrigeran keluar evaporator (𝑘𝐽/𝑘𝑔)

ℎ4 : nilai enthalpirefrigeran masuk evaporator (𝑘𝐽/𝑘𝑔)

d. COP aktual mesin pendingin.

COP aktual (Coefficient Of Performance) mesin pendingin adalah

perbandingan antara kalor yang diserap evaporator dengan energi listrik yang

diperlukan untuk menggerakkan kompresor. Nilai COP mesin pendingin dapat

dihitung dengan Persamaan (2.4):

𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑊𝑄𝑖𝑛

𝑖𝑛 =

(ℎ1 − ℎ4)

(ℎ2 − ℎ1) (2.4)

pada Persamaan (2.4):

𝑄𝑖𝑛 : kalor yang diserap evaporator persatuan massa (𝑘𝐽/𝑘𝑔)

(36)

e. COP ideal mesin pendingin

COP ideal merupakan COP maksimal yang dapat dicapai mesin pendingin,

dapat dihitung dengan Persamaan (2.5):

𝐶𝑂𝑃𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝑇 𝑇𝑒

𝑐− 𝑇𝑒

(2.5)

pada Persamaan (2.5) :

𝐶𝑂𝑃𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 : koefisien prestasi maksimum showcase

𝑇𝑒 : suhu mutlak evaporator, 𝐾

𝑇𝑐 : suhu mutlak kondensor, 𝐾

f. Efisiensi mesin pendingin

Efisiensi mesin pendingin yang dinotasikan dengan η dapat dihitung

menggunakan Persamaan (2.6):

η =𝐶𝑂𝑃𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

(37)

2.3. Tinjauan Pustaka

Siti Fatimah (2008) telah melakukan penelitian tentang elevasi aliran air

pendingin pada kondensor dengan pendingin air sistem menara dan filling, dengan

mengubah filling alumunium menjadi tembaga dan variasi aliran air pendingin 1m,

1.5m, 2m, 2.5m, 3m, bertujuan untuk meningkatkan COP dari mesin yang diteliti

tersebut. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan COP tertinggi ada pada aliran air

pendingin 3m.

Perdana G.R (2014) telah melakukan penelitian tentang pengaruh

penggunaan water cooled condenser terhadap prestasi kerja mesin pendingin

menggunakan refrigeran LPG. Penelitian tersebut bertujuan mempercepat

perpindahan panas dan meningkatkan COP mesin pendingin tersebut. Dari hasil

penelitian tersebut didapatkan nilai COP sebesar 15,31 dengan debit aliran air 73,33

ml/detik.

Azridjal Aziz , Joko Harianto, dan Afdhal Kurniawan Mainil (2015) telah

melakukan penelitian tentang Potensi Pemanfaatan Energi Panas Terbuang pada

Kondensor AC Sentral Untuk Pemanas Air Hemat Energi. Penelitian tersebut

ber-tujuan untuk memanfaatkan panas yang terbuang dari kondensor. Hasil penelitian

tersebut, panas yang dibuang kondensor yang dapat digunakan untuk pemanas air

adalah sebesar 228,318 kW dengan temperature masuk kondensor maksimal

(38)

21

BAB III

PEMBUATAN ALAT

3.1. Persiapan Alat

3.1.1 Komponen Utama Mesin Pendingin

a. Kompresor

Kompresor memiliki fungsi untuk memberi tekanan pada cairan refrigeran

sehingga suhu refrigeran juga ikut naik. Kompresor dengan jenis ini bisa didapat di

pasaran. Gambar 3.1 merupakan kompresor yang digunakan pada mesin penulis:

Jenis kompresor : hermetik

Voltase : 220V

Daya Kompresor : 1/8 PK

Gambar 3.1 Kompresor

b. Kondensor

Kondesor merupakan alat untuk mengubah fase refrigeran dari fase gas ke

cair, kondensor yang digunakan pada alat ini adalah kondensor berbentuk U dan

terdapat 3 lilitan pada pipa kondensor untuk direndam pada tempat penampungan

(39)

Gambar 3.2 merupakan kondensor yang digunakan pada mesin penulis:

Panjang pipa : 5 m

Diameter pipa : 0,47 cm

Bahan pipa : Besi & Tembaga

Bahan sirip : Besi

Diameter sirip : 2 mm

Jumlah sirip : 66 buah

Jumlah U : 6

Gambar 3.2 kondensor

c. Pipa Kapiler

Pipa kapiler berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran, dari yang

semula tekanannya tinggi menjadi bertekanan rendah. Penurunan tekanan terjadi

karena diameter dari pipa kapiler kecil. Gambar 3.3 merupakan gambar pipa kapiler

(40)

Panjang pipa kapiler : 1 m

Diameter pipa kapiler : 0,026 inchi

Bahan pipa kapiler : Tembaga

Gambar 3.3 Pipa kapiler

d. Evaporator

Evaporator digunakan untuk menguapkan refrigeran, yaitu merubah fase

cair refrigeran menjadi gas dengan menyerap kalor yang diambil dari lingkungan

evaporator tersebut. Gambar 3.4 merupakan evaporator yang dipakai penulis, yaitu

evaporator jenis plat.

(41)

e. Filter

Filter merupakan alat untuk menyaring kotoran yang terdapat dalam cairan

refrigeran agar tidak terjadi penyumbatan dalam pipa kapiler.

Gambar 3.5 Filter

f. Refrigeran

Refrigeran merupakan gas sebagai bahan pendingin. Pada mesin ini,

refrigeran yang dipakai adalah jenis R-134a. Gambar 3.6 merupakan refrigeran

yang dipakai penulis, yaitu R- 134a

(42)

3.1.2 Peralatan Pendukung Perakitan Mesin Pendingin

a. Tube cutter

Alat untuk memotong pipa tembaga. Hasil potongan menggunakan tube

cut-ter akan lebih bersih, rapi dan lebih cepat dibandingkan menggunakan gergaji.

Gambar 3.7 Tube cutter

b. Tube expander

Alat untuk melebarkan atau mengembangkan pipa tembaga agar dapat

disambungkan dengan pipa lain. Ukuran diameter dari alat ini sangat bervariasi

ter-gantung dari kebutuhan.

(43)

c. Manifold gauge

Manifold gauge merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan

refrigeran dalam siklus pendinginan, baik saat pengisian refrigeran atau saat mesin

pendingin beroperasi. Pengukuran tekanan dalam manifold gauge adalah

pengukuran tekanan evaporator atau tekanan hisap kompresor, dan tekanan

kondesor atau tekanan keluar kompresor.

Gambar 3.9 Manifold gauge

d. Alat las tembaga

Alat yang digunakan dalam proses pengelasan, dan dapat juga digunakan

untuk menambal, menyambung, atau melepaskan sambungan pipa tembaga pada

mesin pendingin.

(44)

e. Bahan Las

Bahan las yang digunakan untuk melakukan penyambungan pipa kapiler

yaitu perak tembaga dan borak.

Gambar 3.11 Bahan las

f. Pompa vakum

Pompa vakum digunakan untuk menghampakan sistem refrigerasi pada unit

mesin pendingin dari udara, uap air, dan partikel-partikel lain.

(45)

g. Lilitan kondensor dan tempat penampungan air

Lilitan pada pipa kondensor berfungsi untuk memanaskan air yang berada

pada tempat penampungan air ini.

Gambar 3.13 Lilitan kondensor dan tempat penampungan air

3.2. Perakitan Mesin Pendingin

3.2.1 Proses Perakitan Mesin Pendingin

Langkah – langkah yang dilakukan dalam pembuatan mesin pendingin

yaitu:

1. Mempersiapkan semua komponen utama mesin pendingin seperti kompresor,

kondensor, filter, pipa kapiler, evaporator, refrigeran R-134a, dan komponen

pendukungnya seperti alat potong pipa, alat pembengkok pipa, pompa vakum,

alat las, manifold gauge, dan alat – alat lain yang digunakan dalam pembuatan

(46)

2. Proses penyambungan antara kompresor dengan kondensor menggunakan las,

dalam proses ini diperlukan pipa tembaga sebagai penghubung kompresor

dengan kondensor. Dalam penyambungan terdapat perbedaan material yang

akan disambung, pipa output kompresor terbuat dari besi sedangkan pipa

penghubung dari tembaga. Sehingga dalam proses ini membutuhkan bahan

bantuan yaitu borak yang berfungsi sebagai bahan tambahan dalam proses

pengelasan karena perbedaan karakteristik material serta mencegah terjadinya

kebocoran dalam sambungan dan agar tersambung dengan baik. Bahan yang

digunakan pada proses pengelasan ini menggunakan perak dan kuningan.

3. Proses pengelasan antara kondenser dengan input filter diperlukan pipa

tembaga sebagai penghubung antara pipa output kondensor dengan pipa input

filter. Proses penyambungan menggunakan las dengan bahan perak dan

kuningan. Diperlukan borak untuk perekat dalam proses pengelasan karena

perbedaan material antara kondenser dengan filter. Alat bantu yang diperlukan

adalah tang untuk menahan pipa tembaga saat proses penyambungan.

4. Proses pengelasan antara filter dengan pipa kapiler adalah untuk menyambung

output filter dengan pipa kapiler. Proses penyambungan menggunakan bahan

perak dan kuningan. Tang digunakan untuk penahan saat proses pengelasan

tersebut.

5. Proses penyambungan antara pipa kapiler dengan evaporator. Penyambungan

dengan las dilakukan untuk menyambung output pipa kapiler dengan input

(47)

sebagai alat bantu untuk penahan saat pengelasan serta memipihkan diameter

pipa input evaporator supaya output pipa kapiler tersambung dengan baik.

6. Proses penyambungan evaporator dengan kompresor dibutuhkan pipa tembaga

sebagai penghubung evaporator dengan kompresor. Proses penyambungan las

dengan bahan kuningan dan perak.

7. Proses pengisian metil berfungsi untuk membersihkan saluran – saluran pipa

pada mesin pendingin yang sudah jadi dan juga sebagai proses pengecekan

kebocoran pada mesin pendingin.

8. Proses pemvakuman mesin pendingin menggunakan pompa vakum untuk

mengeluarkan udara – udara yang masih terjebak dalam saluran pipa mesin

pendingin agar nantinya proses siklus dalam mesin pendingin berjalan dengan

baik.

9. Proses pengisian refrigeran R-134a sebagai fluida kerja mesin pendingin.

Tekanan refrigeran yang dimasukkan dalam siklus mesin pendingin harus

sesuai dengan standar kerja mesin pendingin agar bekerja dengan baik.

10. Proses uji coba mesin pendingin setelah semua alat terpasang dengan baik,

hubungan kabel kompresor ke aliran listrik yang stabil, maka kompresor akan

menyala dan memompakan refrigeran ke seluruh komponen mesin pendingin

(48)

31

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Mesin pendingin yang diteliti

Mesin pendingin yang diteliti ini menggunakan sistem kompresi uap yang

dirangkai dengan komponen yang didapat dari pasaran. Pendinginan pada mesin

pendingin ini dilakukan dengan cara kontak langsung dengan evaporator.

(49)

Diagram alir berikut menunjukan tahap pembuatan dan pengolahan mesin

pendingin :

Gambar 4.2 Diagram alur penelitian mesin pendingin

4.2. Alat bantu penelitian

Dalam penilitian mesin pendingin ini memerlukan alat-alat yang

di-pergunakan untuk membantu dalam pengambilan data. Alat-alat bantu tersebut

ada-lah :

Pengambilan Data :

a) Direndam Sebagian (400ml)

(50)

a. Pressure gauge (pengukur tekanan)

Alat ini digunakan untuk mengetahui nilai dari tekanan refrigeran. Alat ini

mempunyai dua warna, warna merah untuk menunjukan tekanan tinggi sedangkan

warna biru untuk menunjukan tekanan rendah.

Gambar 4.3 Pressure gauge

b. P-H Diagram

Mempunyai fungsi untuk menggambarkan siklus kompresi uap dari mesin

pendingin. Dengan diagram ini dapat mengetahui nilai entalpi (h1,h2,h3,h4), suhu

(51)

Gambar 4.4 P-H Diagram 134a

c. APPA

APPA berfungsi untuk menerima sinyal thermo-electric dari thermocouple

yang kemudian dipresentasikan dalam bentuk angka digital. Alat ini dapat

membaca dua pengukuran suhu sekaligus.

(52)

d. Thermocouple

Thermocouple berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi suhu suatu benda

dengan 2 bahan konduktor yang dijadikan satu kemudian menimbulkan

thermo-electric, yang selanjutnya di baca oleh APPA.

Gambar 4.6 Thermocouple

4.3. Variasi penelitian

Variasi penelitian yang digunakan adalah jumlah air yang merendam

seba-gian dari kondensor sebagai simulasi tampungan air pada mesin pendingin.

Penelitian pertama merendam kondensor penuh (direndam 600ml) tanpa beban

diuji selama 5 jam. Penelitian kedua merendam kondensor sebagian (400ml) tanpa

beban.

4.4. Langkah-langkah pengambilan data

Cara mendapatkan data adalah melalui proses berikut:

a. Mengecek pada semua bagian mesin pendingin dan memastikan tidak ada

kebocoran dan kerusakan pada setiap komponen.

b. Memasang thermocouple dan APPA untuk mengukur suhu pada ruang

beban, ruangan, dan rendaman.

(53)

d. Melakukan pengambilan data nilai tekanan tinggi dan tekanan rendah yang

dapat dilihat pada pressure gauge. Proses pengambilan data diukur setiap

15 menit dan belangsung selama 5 jam.

4.5. Cara mengolah data dan pembahasan

Berdasarkan data yang telah diperoleh (P1, P2, Tc, Te) dapat digambar siklus

kompresi uap pada P-h diagram dan dapat diperoleh nilai entalpi (h1, h2, h3, h4).

Nilai entalpi tersebut digunakan untuk mengetahui karakteristik mesin pendingin

dengan cara menghitung kalor yang dilepas oleh kondensor (Qout), kalor yang

dis-erap oleh evaporator (Qin), kerja kompresor (Win), COPideal, COPaktual dan

efisiensi dari mesin pendingi. Pengolahan data dilakukan dengan memperhatikan

tujuan penelitian dan hasil - hasil penelitian sebelumnya.

4.6. Cara mendapatkan kesimpulan

Kesimpulan diperoleh dari hasil dari pengolahan data dan hasil

(54)

38

BAB V

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Data Penelitian

a. Nilai Tekanan

Hasil penelitian untuk nilai tekanan rendah dan tekanan tinggi setengah

rendaman (400ml) pada sebagian pipa kondensor, data ini didapat dengan pengujian

selama 5 jam disajikan table 5.1.

Tabel 5.1 nilai tekanan rendah dan tekanan tinggi pada satuan psi dan MPa

dengan variasi rendaman 400ml

(55)

Waktu P1 P2 P1 P2

10 150 4 160 0,129 1,204

11 165 3 155 0,122 1,169

12 180 3 155 0,122 1,169

13 195 3 150 0,122 1,135

14 210 4 150 0,129 1,135

15 225 3 155 0,122 1,169

16 240 3 160 0,122 1,204

17 255 3 160 0,122 1,204

18 270 3 160 0,122 1,204

19 285 3 155 0,122 1,169

20 300 4 155 0,129 1,169

Hasil penelitian untuk nilai tekanan rendah dan tekanan tinggi dengan

rendaman 600ml pada sebagian pipa kondensor, data ini didapat dengan pengujian

(56)

Tabel 5.2 nilai tekanan rendah dan tekanan tinggi pada satuan psi dan MPa

dengan variasi rendaman 600ml

(57)

Waktu P1 P2 P1 P2

18 270 7,5 190 0,153 1,410

19 285 7,5 190 0,153 1,410

20 300 7,5 200 0,153 1,479

Data Mpa pada tabel 5.1 dan 5.2 didapat dengan cara menambah 14,7 psi pada

data hasil pengukuran alat ukur, kemudian dikonversi ke Mpa dengan acuan 1 psi

= 0,00689476 Mpa, sehingga didapat rumus konversi:

Tekanan Mpa = (data hasil pengukuran + 14,7 psi) x 0,00689476 MPa

b. Nilai suhu kerja evaporator dan kondensor

Hasil penelitian nilai suhu kerja evaporator dan kondensor untuk setiap

variasi penelitian disajikan dalam Tabel 5.3 dalam satuan oC dan satuan K.

Perhitungan konversi oC ke K adalah dengan menambah 273,15o pada suhu oC.

(58)

Waktu Te Tc Te Tc

4 60 -17 40 256,15 313,15

5 75 -17 40 256,15 313,15

6 90 -16 40 257,15 313,15

7 105 -16 41,5 257,15 314,65

8 120 -15 41,5 258,15 314,65

9 135 -15 41,5 258,15 314,65

10 150 -15 43 258,15 316,65

11 165 -15 43 258,15 316,15

12 180 -16 43 257,15 316,65

13 195 -16 42 257,15 315,65

14 210 -16 42 257,15 315,15

15 225 -17 42 256,15 315,65

16 240 -17 40 256,15 313,15

17 255 -17 40 256,15 313,15

18 270 -17 40 256,15 313,15

19 285 -16 41,5 257,15 314,65

(59)
(60)

Waktu Te TC Te Tc

19 285 -15 49 258,15 322,15

20 300 -13 49 260,15 322,15

c. Nilai Entalpi

Data entalpi diambil dari setiap variasi penelitian yang disajikan pada

Tabel 5.1 dan 5.2 dengan menggambar pada diagram P-h. Nilai entalpi pada

setiap variasi penelitian disajikan pada Tabel 5.5

Tabel 5.5 nilai entalpi pada variasi rendaman 400ml

(61)

Waktu h1 h2 h3 h4

Tabel 5.6 nilai entalpi pada variasi rendaman 600ml

(62)

Waktu h1 h2 h3 h4

7 105 387 430 272 272

8 120 385 432 272 272

9 135 385 432 272 272

10 150 385 430,5 270 270

11 165 387 429,5 270 270

12 180 387 430 272 272

13 195 387 430 272 272

14 210 384,5 430,5 272,5 272,5

15 225 384,5 432 278 278

16 240 384,5 432 278 278

17 255 384,5 430.5 272,5 272,5

18 270 384 429 272 272

19 285 384 429 272 272

(63)

5.2 Perhitungan

a. Menghitung energi yang diberikan kompresor

Kerja kompresor (Win) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(2.1) yaitu 𝑊𝑖𝑛 = ℎ2− ℎ1. Berikut adalah contoh perhitungan 𝑊𝑖𝑛 yang diambil

dari tabel 5.7.

𝑊𝑖𝑛 = ℎ2− ℎ1

= 429 − 381

= 48 𝑘𝐽/𝑘𝑔

b. Menghitung energi kalor persatuan massa refrigeran (Qin)

Menghitung energi kalor yang diserap evaporator dapat dihitung dengan

persamaan (2.3) yaitu 𝑄𝑖𝑛 = ℎ1− ℎ4. Penghitungan untuk 𝑄𝑖𝑛 diambil dari nilai

entalpi yang disajikan pada Tabel 5.7.

𝑄𝑖𝑛 = ℎ1− ℎ4

= 381 – 259

= 122 𝑘𝐽/𝐾𝑔

c. Menghitung energi kalor yang dilepas oleh kondensor (Qout)

Jumlah energi kalor yang dilepas oleh kondensor dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan (2.2) yaitu 𝑄𝑜𝑢𝑡 = ℎ2− ℎ3. Penghitungan untuk 𝑄𝑜𝑢𝑡

(64)

𝑄𝑜𝑢𝑡 = ℎ2− ℎ3

= 429 – 259

= 170 𝑘𝐽/𝐾𝑔

d. Koefisien prestasi ideal (COPideal)

Perhitungan koefisien prestasi ideal (COPideal) dapat dihitung menggunakan

persamaan (2.5) Te dan Tc menggunakan Tabel 5.5.

e. Koefisien prestasi aktual (COPaktual)

Perhitungan koefisien prestasi aktual (COPideal) dapat dihitung

menggunakan persamaan (2.4) dengan data entalpi Tabel 5.7.

COPaktual= Qin

Perhitungan efisiensi mesin pendingin dapat dihitung menggunakan

(65)

Efisiensi = COPaktual

COPideal x 100%

= 2.5

4.4x 100%

= 57 %

Tabel 5.7 Memperlihatkan nilai Win, Qin, Qout, COP, dan Efisiensi pada mesin

pendingin yang diteliti dengan variasi rendaman 400ml

(66)

Waktu Win Qin Qout Ideal Aktual Efisiensi

Tabel 5.8 memperlihatkan nilai Win, Qin, Qout, COP, dan Efisiensi pada mesin

pendingin yang diteliti dengan variasi rendaman 600ml

(67)

Waktu Win Qin Qout Ideal Aktual Efisiensi

Mesin pendingin berhasil dibuat dan mampu bekerja mendinginkan beban

kerja dengan baik. Suhu kerja rata-rata evaporator untuk variasi rendaman 400ml

adalah -16,5oC dan untuk variasi rendaman 600 adalah -13,9oC tanpa beban

pendinginan. Suhu kerja kondensor untuk variasi rendaman 400ml adalah 41,4oC

dan untuk variasi rendaman 600ml adalah 50,6oC, lebih panas dari udara luar yang

mendinginkan kondensor. Untuk menghindari pembekuan pada beban di dalam

ruang pendinginan, mesin pendingin dilengkapi dengan thermostat. Thermostat

(68)

pendinginan terjaga pada kisaran 2oC – 10oC. Suhu ruang pendinginan akan

menyesuaikan dengan suhu yang diset pada thermostat, sehingga proses

pendinginan berlangsung secara baik.

Perbandingan nilai Win dengan variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml

tersaji pada gambar 5.1

Gambar 5.1 Grafik perbandingan nilai Win pada waktu t variasi rendam 400ml

dengan rendaman 600ml

Persamaan berlaku untuk t dari 15 menit sampai dengan 300 menit. Kerja

kompresor terendah pada variasi rendaman 400ml adalah 46 kJ/kg dan tertinggi

adalah 50 kJ/kg dan untuk rata-ratanya sebesar 48 kJ/kg, sedangkan untuk variasi

rendaman 600ml terendah adalah 42,5 kJ/kg, tertinggi adalah 49 dan untuk

(69)

Perbandingan nilai Qin dengan variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml

tersaji pada gambar 5.2

Gambar 5.2 Grafik perbandingan nilai Qin pada waktu t variasi rendaman 400ml

dengan rendaman 600ml

Persamaan berlaku untuk t dari 15 menit sampai dengan 300 menit. Panas

yang diserap evaporator terendah pada variasi rendaman 400ml adalah 120 kJ/kg

dan nilai tertingginya adalah 124 kJ/kg dan rata-ratanya sebesar 122 kJ/kg,

sedangan untuk variasi rendaman 600ml nilai terendahnya adalah 106,5 kJ/kg dan

(70)

Perbandingan nilai Qout dengan variasi rendaman 400ml dan rendaman 600ml

tersaji pada gambar 5.3

Gambar 5.3 Grafik perbandingan nilai Qout pada wantu t variasi rendaman 400ml

dengan rendaman 600ml

Persamaan berlaku untuk t dari 15 menit sampai dengan 300 menit. Panas

yang dilepas kondensor terendah pada variasi rendaman 400ml adalah 169 kJ/kg

dan nilai tertingginya adalah 173 kJ/kg dan rata-ratanya sebesar 170 kJ/kg,

se-dangan untuk variasi rendaman 600ml nilai terendahnya adalah 153 kJ/kg dan nilai

(71)

Perbandingan nilai COPideal dengan variasi rendaman 400ml dan rendaman

600ml tersaji pada gambar 5.4

Gambar 5.4 Grafik perbandingan nilai COPideal pada waktu t variasi rendaman

400ml dengan rendaman 600ml

Persamaan berlaku untuk t dari 15 menit sampai dengan 300 menit. COP

terendah pada variasi rendaman 400ml adalah 4,34 dan nilai tertingginya adalah

4,59 dan rata-ratanya sebesar 4,47, sedangan untuk variasi rendaman 600ml nilai

terendahnya adalah 3,84 dan nilai tertingginya adalah 4,21 dan rata-ratanya sebesar

4,02

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920

(72)

Perbandingan nilai COPactual dengan variasi rendaman 400ml dan rendaman

600ml tersaji pada gambar 5.5

Gambar 5.5 Grafik perbandingan nilai COPactual pada waktu t variasi rendaman

400ml dengan rendaman 600ml

Persamaan berlaku untuk t dari 15 menit sampai dengan 300 menit. COP

ak-tual terendah pada variasi setengah rendaman air adalah 2,42 dan nilai tertingginya

adalah 2,67 dan rata-ratanya sebesar 2,51, sedangan untuk variasi rendaman air

penuh (600ml) nilai terendahnya adalah 2,20 dan nilai tertingginya adalah 2,75 dan

rata-ratanya sebesar 2,46

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920

(73)

Perbandingan nilai efisiensi dengan variasi rendaman 400ml dan rendaman

600ml tersaji pada gambar 5.6

Gambar 5.12 Grafik perbandingan nilai efisiensi pada waktu t variasi rendaman

400ml dengan rendaman 600ml

Persamaan berlaku untuk t dari 15 menit sampai dengan 300 menit. Efisiensi

terendah pada variasi setengah rendaman air (400ml) adalah 53 dan nilai

terting-ginya adalah 61 dan rata-ratanya sebesar 56, sedangan untuk variasi rendaman air

(600ml) nilai terendahnya adalah 55 dan nilai tertingginya adalah 68 dan

(74)

58

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Mesin pendingin yang dirakit dapat bekerja dengan baik. Terdapat

perbe-daan Win, Qin, Qout, COP dan efisiensi antara variasi setengah rendaman air (400ml)

dan rendaman air penuh (600ml).

Pada kondisi pipa setengah rendaman air (400ml) diperoleh nilai:

a. Rata-rata suhu kerja evaporator (Te) sebesar -16,15°C

b. Rata-rata suhu kerja kondensor (Tc) sebesar 41,375°C.

c. Rata-rata Win sebesar 48 kJ/kg

d. Rata-rata Qin sebesar 122 kJ/kg

e. Rata-rata Qout sebesar 170 kJ/kg

f. Rata-rata COPideal sebesar 4,47 dan rata-rata COPaktual sebesar 2,51.

g. Rata-rata efisiensi sebesar 56%.

Pada kondisi pipa rendaman air penuh (600ml) diperoleh nilai:

a. Rata-rata suhu kerja evaporator (Te) sebesar -13,9°C.

b. Rata-rata suhu kerja kondensor (Tc) sebesar 50,6°C

c. Rata-rata Win sebesar 45,6 kJ/kg

d. Rata-rata Qin sebesar 112,15 kJ/kg

e. Rata-rata Qout sebesar 157,8 kJ/kg

f. Rata-rata COPideal sebesar 4,02 dan rata-rata COPaktual sebesar 2,46.

(75)

6.2. Saran

a. Pengambilan data lebih baik saat cuaca cerah.

b. Saluran dari pipa kapiler ke evaporator lebih baik diberi isolator

(ga-bus/sterofom/busa) supaya kinerja mesin pendingin optimal dan data yang

dihasilkan lebih akurat.

c. Pengambilan data sebaiknya ditempat yang tertutup karena agar tidak terjadi

perubahan suhu dari luar yang kemungkinan bisa menyebabkan data tidak stabil

(76)

59

DAFTAR PUSTAKA

Azridjal Aziz , Joko Harianto, dan Afdhal Kurniawan Mainil, 2015. Potensi

Pem-anfaatan Energi Panas Terbuang pada Kondensor AC Sentral Untuk

Pemanas Air Hemat Energi, Riau: Universitas Riau, Bengkulu:

Univer-sitas Bengkulu.

Djojodiharjo, 1987. Termodinamika Teknik Aplikasi Dan Termodinamika

Statistik. Jakarta: Gramedia

Fatimah, Siti, 2008. Analisis Pengaruh Elevasi Aliran Air Pendingin Kondensor

Terhadap Laju Perpindahan Kalor Dan Efisiensi Kerja Mesin, Malang:

Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim.

Loe, L. P. 2013, Mesin Pendingin Air dengan Siklus Kompresi Uap, Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Perdana G.R, Nasrul Ilminnafik, dan Digdo Listyadi, 2014. Pengaruh Penggunaan

Water Cooled Condenser Terhadap Prestasi Kerja Mesin Pendingin

Menggunakan Refrigeran LPG, Jember: Universitas Jember.

Sumanto, 2004. Dasar-dasar Mesin Pendingin, Yogyakarta: Andi Offset.

Willis, G,R, 2013, Prestasi Kerja Refrigeeran R22 dengan R134a pada Mesin

Pend-ingin. Jurnal Teknik Mesin

Yoga Satria, Albertus Agung, 2014. COP dan Efisiensi Showcase Dengan Panjang

Pipa Kapiler 225cm dan Daya Kompresor 0,5 HP, Yogyakarta:

(77)

LAMPIRAN

Gambar diagram mencari h1,h2,h3,h4 dengan perbedaan tekanan P1 dan P2 pada

(78)
(79)
(80)
(81)

Gambar diagram mencari h1,h2,h3,h4 dengan perbedaan tekanan P1 dan P2 pada

(82)
(83)
(84)
(85)
(86)

Gambar

Tabel 5.2      Nilai tekanan rendah dan tekanan tinggi pada satuan psi dan MPa
Gambar 2.1 memperlihatkan contoh dari mesin pendingin showcase.
Gambar 2.2 Komponen utama mesin pendingin
Gambar 2.3 Refrigeran jenis R134a
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sehubungan dengan penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di SMAN 12 Semarang, maka praktikan merasa perlu mengetahui lebih dalam tentang sistem pengajaran

1) Guru memberikan penjelasan berkaitan dengan peristiwa penting dengan media gambar. 2) Guru memberikan penjelasan tentang pengalaman yang menyenangkan dan tidak

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ezeoha (2008) yang menemukan bahwa profitability dengan leverage mempunyai pengaruh yang signifikan dan bernilai negative yang

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perusahaan diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut untuk meningkatkan kinerja perusahaan membutuhkan

Untuk mendukung program pembelajaran e-learning yang dilakukan oleh seorang dosen di 5 Perguruan Tinggi wilayah kota Surakarta, maka banyak tempat yang di anggap strategis di

[r]

Tujuan dari pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF (Radio