• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN STROKE DENGAN PENERAPAN ROM DI RUANG CENDANA RUMAH SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN STROKE DENGAN PENERAPAN ROM DI RUANG CENDANA RUMAH SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - Elib Repository"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN STROKE DENGAN PENERAPAN ROM DI RUANG CENDANA RUMAH SAKIT PROF. DR.

MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

DisusunOleh: Eka Yuliatun, S. Kep

A31600891

PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Alloh SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya. Karena dengan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah akhir ners yang berjudul “ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN

STROKE DENGAN PENERAPAN ROM DI RUANG CENDANA RUMAH

SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Hj. Herniyatun, M.Kep, Sp.Mat, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong

2. Dr. haryadi Ibnu Junaedi, Sp.B, selaku direktur RSUD Prof. Dr. margono

Soekarjo Purwokerto

3. Isma yuniar, M.Kep selaku ketua prodi S1 Keperawatan sekolah tinggi

ilmu kesehatan muhammadiyah gombong

4. Dadi Santoso, M.Kep selaku koordinator Profesi Ners

5. Fajar Agung Nugroho, MNS selaku pembimbing I yang senantiasa selalu

memberikan bimbingan dan pengarahan

6. Warno, S.Kep. Ns selaku pembimbing II yang senantiasa selalu

memberikan pengarahan dan bimbingan

7. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan dukungan moral,

spiritual dan material

8. Yang tersayang Dewangga Aditama Saputra yang selalu memberi

semangat dan senantiasa memberikan waktunya dalam suka maupun duka

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tepat

pada waktunya

9. Seluruh dosen dan staf pengajar STIKES Muhammadiyah Gombong.

10.Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Angkatan 2016

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners

(6)

vi

berupa kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk

kesempurnaan karya ilmiah akhir ners ini. Atas perhatianya penulis

mengucapkan terimakasih.

Gombong, Agustus 2017

(7)
(8)

viii PROGRAM STUDY PROFESI NERS STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG Karya Ilmiah Akhir Ners, Agustus 2017

ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN STROKE DENGAN PENERAPAN ROM DI RUANG CENDANA RUMAH SAKIT PROF. DR.

MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Eka yuliatun1) Fajar Agung Nugroho 2) Warrno 3)

ABSTRAK

Pendahuluan : Stroke adalah suatu gangguan cerebrovaskuler yang menimbulkan gangguan hambatan mobilitas fisik. Latihan ROM dapat mengembalikan fungsi kekuatan otot.

Tujuan : Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis asuhan keperawatab pada pasien stroke dengan masalah hambatan mobilitas fisik dengan penerapan ROM.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode study kasus, sempel berjumlah 3, pasien dilakukan intervensi selama 3 hari.

Hasil : Berdasarkan hasil analisis ketiga pasien terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki, ketiga pasien mengalami penurunan kekuatan otot pada salah satu sisi ekstremitas, sehingga masalah yang paling prioritas aadalah hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan muskuloskeletal. Intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan mengkaji kekuatan otot, mengukur tanda-tanda vital, melatih ROM, mengkonsultasikan dengan fisioterapi. Evaluasi pada ketiga pasien bahwa ada peningkatan kekuatan otot setelah dilakukan latihan ROM selama 3 hari, masalah hambatan mobilitas fisik beelum teratasi, planing motivasi pasien melakukan ROM secara rutin.

Rekomendasi :Penggunaan intervensi terapi musik klasik sebagai salah satu intervensi mandiri perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien stroke dalam menjalani rehabilitasi.

Kesimpulan : latihan ROM secara rutin dapat meningkatkan kekuatan otot. Hasil inovasi latihan ROM dengan kombinasi komplementer lebih baik dari pada ROM tanpa kombinasi komplementer.

(9)

ix PROFESIONAL NURSING PROGRAM STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG Scientific Work End Nurses, August 2017

ANALYSIS CARE NURSING TO THE ISSUE OF OBSTACLES MOBILITY PHYSICALLY ON STROKE PATIENT WITH THE APPLICATION OF ROM IN CENDANA ROOM RSUD PROF. DR.

MARGONO SOEKARJO HOSPITAL PURWOKERTO

Eka yuliatun1) Fajar Agung Nugroho 2) Warrno 3)

ABSTRAK

Introduction: Stroke is a cerebrovasculer disorder causing interference mobilization barriers. ROM exercises can restore the function of muscle strength.

The purpose: In this study is to analyze the nursing care the bottleneck problem of physical mobility in stroke patients non hemmoragik.

Metode : This research use care study method, amounted to 3, patients performed intervention for 3 day.

Results :Based on the analysis of the three patients consisted of two woment and one male, three patients experienced a decrease in muscle strength in one side of the extremity, so the problem is most rioritas in physical mobility constraints associated with neuromuscular and musculoskeletal disorders. Intervention and implementation has been done assessing muscle strength, measuring vital signs, train ROM, consult with fisiotherapi. Evaluation of the three patients that there is an increase in muscle strength after exercise waged ROM for 3 days, physical mobility barrier problem is not resolved, planing patient motivation did ROM routine.

Recommends :The use of intervention relaxation music therapy as one of independent nurse intervention in providing nursing care in stroke patient undergo rehabilitation.

Conclusion : ROM exercises regularly can improve muscle strength. Results innovation ROM exercises with complementary combination is better than the ROM without a complementary combination.

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep dasar masalah keperawatan ... 7

1. Hambatan Mobilitas Fisik ... 7

2. Prinsip dan Tujuan Mobilisasi... 7

3. Manfaat Mobilisasi ... 8

4. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi ... 9

B. Ronge Of Motion (ROM)...10

C. Asuhan Keperawatan berdasarkan teori ... 17

1. Fokus Pengkajian ... 17

2. Pemeriksaan Fisik ... 21

3. Diagnosa Keperawatan ... 22

(11)

xi

BAB III LAPORAN MANAJEMEN KASUS KELOLAAN

A. Profil Lahan Praktik ... 25

B. Ringkasan proses Asuhan Keperawatan ... 30

1. Ringkasan Proses Pengkajian ... 30

a. Pengkajian Ny. D ...30

b. Pengkajian Tn. P ...33

c. Pengkajian Ny. K ...36

2. Diagnosa Keperawatan ... 40

a. Diagnosa Keperawatan Ny. D ...40

b. Diagnosa Keperawatan Tn. P ...40

c. Diagnosa Keperawatan Ny. K ...41

3. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan ...42

a. Ny. D ...42

b. Tn. P ...46

c. Ny. K ...48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik Pasien ... 51

B. Analisis Masalah Keperawatan ... 51

C. Pembahasan ...52

D. Inovasi Tindakan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA

(12)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

mengalami masa peralihan, dari masyarakat agraris menjadi negara industri.

Indonesia juga mengalami dampak perubahan tersebut dalam bidang kesehatan.

Salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan kesehatan adalah

transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian penyakit-penyakit

menular dan diikuti oleh peningkatan jumlah kejadian penyakit tidak menular

yang sebagian bersifat multikausal (disebabkan karena banyak faktor)

(Departemen kesehatan, 2007).

Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar

7 per mil dan terdiagnosa tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.

Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi

Utara (10,8%), diikuti oleh DI Yogjakarta (10,3%), dan DKI Jakarta (9,7) per mil.

Prevalensi yang terdiagnosis tenaga kesehatan maupun berdasarkan diagnosis atau

gejala sama tinggi antara laki-laki dan perempuan. Prevalensi stroke cenderung

lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang di diagnosis

tenaga kesehatan (16,5%) maupun diagnosis kesehatann atau gejala (38,8%).

Prevalensi stroke di kota lebih tinggi daripada di desa, baik berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan (8,2%) maupun berdasarkan gejala kesehatan (12,7%) (Riset

Kesehatan Dasar, 2013).

Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia

yang berpenduduk dengan struktur tua (apalagi suatu wilayah atau Negara

sebagian besar penduduknya tua tidak terdaftar lagi). Provinsi Jawa Tengah

pertumbuhan lansia sama dengan pertumbuhan tingkat nasional. Data Departemen

(13)

2

mencapai 9,36%. Daerah lain yang juga masih tujuh besar diantaranya Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 2,48%, Jawa Timur 9,36%, Bali 8,77% dan

Jawa Barat 7,09%. Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat setiap

tahunlantaran tingkat harapan hidup di Jawa Tengah tergolong tinggi (49%)

sehingga pembangunan infrastruktur harus mempertimbangkan keramahan bagi

lansia. Peningkatan proporsi penduduk lansia merupakan imbas dari peningkatan

ekonomi, pendidikan, sistem kesehatan, sanitasi dan nutrisi (Ivan, 2012).

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2013, provinsi Jawa Tengah jumlah lansia

(60-75 tahun keatas) berdasarkan umur dan jenis kelamin sebanyak 3.694.508

jiwa dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak 1.702.644 jiwa dan jumlah lansia

perempuan sebanyak 1.990.895 jiwa.

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah Provinsi Jawa Tengah

yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.571.614 jiwa. Sedangkan data BPJS

Kabupaten Banyumas tahun 2014 untuk usia lanjut (usia 60-75 keatas) sebanyak

199.905 jiwa, dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak 66.009 jiwa sedaangkan

lansia perempuan sebanyak 102.996 jiwa. Dengan wilayah seluas 132.759 Ha

tersebut terdiri atas 27 kecamatan, Purwokerto merupakan salah satu kecamatan

yang memiliki empat bagian yaitu purwokerto selatan, purwokerto barat,

purwokerto timur, dan purwokerto utara dengan jumlah penduduk sebanyak

224.918 jiwa.

Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang melaporkan data Penyakit

Tidak Menular (PTM) tahun 2012 sebanyak 34 kabupaten/kota (97,14%), hampir

semua kelompok Penyakit Tidak Menular pada tahun 2012 mengalami penurunan

jumlah kasus. Kasus tertinggi Penyakit Tidak Menular pada tahun 2012 adalah

kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah, dari total 1.212.167 kasus yang

dilaporkan sebesar 66,51% (806.208 kasus) adalah penyakit jantung dan

pembuluh darah (Dinkes Jateng, 2012). Data Kabupaten Banyumas pada tahun

2010 menyebutkan kasus stroke sebanyak 22.143 (1,5%) penderita dari jumlah

penduduk 1.553.967 jiwa (Dinkes Banyumas, 2010).

RSUD Margono adalah Rumah Sakit Umum Daerah yang memiliki bangsal

(14)

3

instalasi rawat inap ruang cendana kelas III RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

bulan November 2015 – Januari 2016 stroke non hemoragik masuk peringkat tiga

besar, peningkat pertama CAP (14,36%), SH,HT (13,00%), SNH (12,50%),

Stroke (912,29%), Stroke Infact (11,38%), Enchepalitis (8,76%), TB Paru

(8,31%), Efusi Pleura (8,31%), Cerebral Infark (7,13%), Vertigo (3,97%) (Buku

Register IRNA Ruang Cendana kelas III).

Berdasarkan klasifikasinya, stroke dapat dibedakan menjadi stroke hemoragik

dan stroke non hemoragik. Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih

tinggi daripada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% pasien yang

mendapatkan kembal kemandirian fungsionalnya. Selain itu ada sekitar 40-80%

yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50%

meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkandari 251 penderita

stroke, ada 47% wanita dan 53% pria dengan rata-rata umur 69 tahun (78%

berumur lebih dari 60 tahun). Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis

kelamin laki-laki menunjukkanoutcomeyang lebih buruk (Denise, 2010).

Gejala stroke yang dialami setiap orang orang berbeda dan bervariasi,

tergantungpada daerah otak mana yang terganggu. Keterlambatan pemeriksaan

gejala strokeini mengakibatkan pasien sering kali datang pada kondisi buruk atau

terlambat.Hal ini membuat angka kejadian penderita stroke meningkat. Penyakit

strokemerupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara serius.

Halini dikarenakan penyakit stroke dapat berdampak buruk pada kondisi fisik

danpsikologis. Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional,

dimana20% penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di

institusikesehatan setelah 3 bulan dan 15-30% penderitanya mengalami cacat

permanen.

Penatalaksanaan stroke menurut Setyopranoto (2011) dalam Jurnal Stroke

Gejala dan Penatalaksanaan menyimpulkan bahwa penatalaksanaan stroke dibagi

menjadi tiga, yaitu stadium hiperakut, stadium akut, dan stadium subakut.

Stadium hiperakut dilakukan di IGD dan merupakan tindakan resusitasi

serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada pasien

(15)

4

pemeriksaan CT Scan, EKG, foto toraks, pemriksaan darah perifer lengkap,

glukosa, APTT, kimia darah, dan analisis gas darah. Stadium akut dilakukan

penanganan faktor-faktor etilogik maupun penyulit dan dilakukan tindakan terapi

fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu

pemulihan pasien. Penjelasan edukasi kepada keluarga pasien diperlukan

menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara pasien

yang dapat dilakukan keluarga. Stadium subakut, merupakan tindakan medis yang

berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan bleeder training

(termasuk terapi fisik), sehingga dibutuhkan penatalaksaan khusus intensif pasca

stroke di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan

melaksanakan program preventif primer dan sekunder.

Fase rehabilitasi pada pasien pasca stroke meliputi perbaikan mobilitas dan

pencegahan deformitas, menghindari nyeri bahu, pencapaian perawatan diri,

kontrol kandung kemih, perbaikan proses pikir, pencapaian beberapa bentuk

komunikasi, pemeliharaan integritas kulit, dan tidak adanya komplikasi (Smeltzer

& Bare, 2012). Pentingnya penanganan dan perawatan bagi pasien dalam upaya

pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien pasca perawatan di

rumah sakit. Salah satu bentuk latihan perawatan dalam proses rehabilitasi yang

dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien

stroke yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM). Sebaiknya latihan pada

pasien stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi

setelah kondisi hemodinamik pasien sudah mulai stabil. Semakin dini proses

rehabilitasi dimulai maka kemungkinan pasien mengalami defisit kemampuan

akan semakin kecil (National Stroke Association, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian dari Nuraini (2013), dengan judul “ Pengaruh

latihan Range of Motion (ROM) terhadap peningkatan kekuatan otot pasien

hemiparise post stroke di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Penelitian ini

menggunakan desain “pre eksperimen”. Rencana penelitian yang digunakan

adalahone group pre test and post test design. Sampel yang diambil sebanyak 30

responden. Sebanyak 30 orang pennderita hemiparise post stroke, 22 orang

(16)

5

pengaruh atau perbedaan nilai kekuatan otot antara sebelum dan setelah latihan

Range of Motion(ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien stroke.

Program rehabilitasi pasca stroke dapat juga di lakukan dengan terapi

komplementer seperti teknik relaksasi. Penggunaan teknik relaksasi seperti musik

juga dapat diterapkan pada pasien stroke yang akan memberikan efek emosional

positif dan terlihat lebih kooperatif dalam menjalani program rehabilitasi (Range

of Motion (ROM). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Rojo, et al., 2011, yang menunjukan bahwa pemberian terapi musik dapat

mempengaruhi mood, emosi, interaksi sosial, dan pemulihan yang lebih cepat

pada pasien stroke.

Berdasarkan kompleknya masalah pada pasien lansia dengan diagnosisStroke

Non Hemoragik dan penelitian terkini tentang terapi pada stroke, maka penulis

tertarik untuk mengambil judul “ Analisa Asuhan Keperawatan dengn masalah

hambatan mobilitas fisik pada pasien Stroke dengan penerapan ROM di ruang

Cendana Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari karya ilmiah akhir ners ini adalah menganalisa asuhan

keperawatan pada pasien stroke dengan masalah hambatan mobilitas fisik di

ruang Cendana Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif.

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran analisa asuhan keperawatan pada pasien yang di

diagnosa stroke dengan penerapan ROM

2. Tujuan Khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien stroke non-hemoragik dengan

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien stroke non-hemoragik

dengan penenuhan mobilisasi.

c. Memaparkan rencana keperawatan pada pasien stroke non-hemoragik

(17)

6

e. Memaparkan evaluasi keperawatan pada pasien stroke non-hemoragik

f. Memaparkan analisis salah satu implementasi ROM terkait dengan

inovasi tindakan musik klasik.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat keilmual

a. Manfaat untuk penulis

Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi pasien pada

lansia terutama masalah gangguan pembuluh darah seperti hipertensi

dan stroke serta dapat melatih pola fikir penulis dalam menganalisis

asuhan keperawatan yang komprehensif.

b. Manfaat untuk institusi pendidikan

Sebagai referensi untuk mahasiswa dengan melakukan Asuhan

Keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke

non-hemoragik

2. Manfaat aplikatif

a. Manfaat untuk pasien dan keluarga

Dapat menambah pengetahuan serta wawasan pasien dan keluarga

tentang cara perawatan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik

akibat penyakit stroke non-hemoragik.

b. Manfaat untuk instansi kesehatan

Dapat mengoptimalkanRange Of Motion(ROM) yang efektif dalam

membantu proses pemulihan gangguan mobilitas fisik pada pasien

stroke non-hemoragik.

3. Manfaat Metodologis

Sebagai acuhan penyusunan metodologi penelitian bagi para peneliti

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2010,Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2007.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Dinas Kesehatan Banyumas. 2010.Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas

Herdman, H. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : ECG

Irfan, Muhammad. 2010.Fisioterapi Bagi Insan Stroke.Yogyakarta : Graha Ilmu

Margareth & Jenti. 2013. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit

Dalam.Jakarta : Nuha Medika.

Mubarak, W. 2008.Buku Ajar Keperawatan Dasar Manusia.Jakarta : EGC

Mutaqin. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System

Persarafan.Jakarta : Salemba Medika

National Stroke Association. 2009. What Is Stroke ? http:/www,stroke.org.

Diakses pada tanggal 27 juli 2016 jam 16.30 WIB.

Nuraini. 2013. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan otot pasien hemiparase post stroke di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Eprints.ums.ac.id. Diakses pada tanggal 29 juli 2016 jam 14.00 WIB.

Potter & Perry. 2008. Buku Ajar Fundamental Of Nursing: Concept, Process and Practice (4 ed). Jakarta : ECG

___________. 2010. Buku Ajar Fundamental Of Nursing : Concept, Process and

Practice (6 ed). Jakarta : ECG

Rojo, N.,, et al. 2011. Music-Supported Therapy Induces Plasticity in Sensorimotor Cortex in Chronic Stroke: a Single-Case Study Using Multimodal Imaging (f MRI-TMS).

Saryono. 2008. Pemenuhan Kebutuhan Mobilitas Fisik Pada Pasien di Ruang

Bedah.Jakarta : Rekatama

Smeltzer & Bare B. G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

(19)

Sunardi. 2012. Stroke dan Rehabilitasi pasca-stroke. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Popular.

Suratun, dkk. 2008. Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang berupa unsur-unsur intrinsik dalam cerpen “Kemboja Terkulai di Pangkuan” dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran sastra di

Sistem ini digunakan untuk mengolah data transaksi koperasi yang disimpan dalam database server koperasi dan dapat diakses oleh user melalui aplikasi client.. Aplikasi

Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan konflik politik yang terkandung dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo dengan analisis sosiologis; dan 2)

[r]

Penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan buffer sebagai cairan pencernaan tubuh yang ditambah dengan larutan logam Cd dan Cu serta sampel cookies yang telah mengandung

Waktu paruh dan waktu untuk menuju batas aman tercepat yaitu pada konsentrasi pektin 20% dengan konsumsi cookies sebanyak 5 buah per hari. Waktu tercepat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepatuhan wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang sudah diperiksa dengan wajib pajak dalam negeri orang pribadi

Penelitian pendahuluan meliputi analisa sensori untuk menentukan konsentrasi jus lidah buaya terbaik pada es krim soyaloe dan penelitian utama meliputi uji fisik