• Tidak ada hasil yang ditemukan

Galih Estu Pambudi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Galih Estu Pambudi BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19).

(2)

B.Etiologi

Penyakit demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever) yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sebagai vektornya bukan penyakit baru di Indonesia. Kasus pertamam DBD dilaporkan pada tahun 1969 di Jakarta, bahkan jauh sebelumnya penyakit dengue, sebagai cikal bakal munculnya penyakit DBD sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1779 (Handrawan Nadesul, 2007).

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ter-masuk dalam group B Antrhopod borne virus (arboviruse) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili Flaviridae serta memiliki 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (Sri Rejeki, 2004). Infeksi dengan salah satu stereotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang ber-sangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemik dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.

C.Tanda dan gejala DBD

(3)

1. Diagnosa Klinis

a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).

b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie (bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit), Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis (pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah), Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

c. Perdarahan pada hidung dan jusi.

d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

e. Pembesaran hati (hepatomegali).

f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

2. Diagnosa Laboratoris

a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000 /mmHg.

(4)

D.Epidemiologi kejadian DBD

Teori segetiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segetiga. Perubahan dari sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan.

Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aegypti namun dapat juga ditularkan oleh nyamuk aealbopictus tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil sekali, karena nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2004c). Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen dan lingkungan seperti gambar berikut :

AGENT

HOST ENVIRONMENT

Gambar 2.1 Model klasik kausasi segetiga epidemiologi

Sumber: CDC, 2002 Gordis, 2000; Gerstman, 1998 ; Mausner dan Kramer,1985 dalam Murti (2003)

(5)

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu :

1. Agent

Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus) Dinkes Jateng (2005). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun, Selain itu, spesies Ades polynesiensis dan beberapa spesies dari kompleks Aedes scutellaris juga dapat berperan sebagai vektor yang mentransmisikan virus dengue (Djunaedi, 2006).

2. Host

Penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent, faktor penjamu adalah faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, mobilisasi).

a. Umur

(6)

tahun (Djunaedi, 2006),. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005).

b. Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1. Demikian pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan (Djunaedi, 2006).

c. Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005)

d. Faktor internal manusia (Perilaku manusia)

(7)

Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat (Noor, 2008). Bentuk perilaku dibagi menjadi:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2003).

2) Sikap

(8)

3) Praktik atau tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), praktik atau tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu:

a) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

b) Guilded response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

c) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuai itu sudah merupakan kebiasaan

d) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :

1) Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.

(9)

stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada, faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo,2007 : 136).

3. Environment

a. Lingkungan fisik yaitu keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara lamgsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor, 2008). Faktor lingkugan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain: suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih tinggi 35 C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambat proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 C- 30 C. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 10 C atau lebih dari 40 C (Depkes RI, 2008).

Suhu mempengaruhi menetasnya larva Aedes aegypti menjadi pupa dan dewasa. “Suhu yang terbaik menetaskan larva menjadi dewasa

(10)

Walaupun pada suhu 10oC larvaAedes aegypti akan menetas tapi tidak begitu sempurna” (Clement, 1992 dalam Cahyati (2006). Faktor suhu

akan dipengaruhi oleh curah hujan pada suatu daerah, sehingga faktor iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban udara) menjadi penting dalam penentuan pengendalian DBD.

Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut.Perhitungan kelembaban relatif ini merupakan salah satu data yang dibutuhkan (selain suhu, curah hujan, dan observasi visual terhadap vegetasi) untuk melihat seberapa kering areal perkebunan sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat potensi kebakaran lahan (Santoso, 2007).

Curah hujan yang tinggi akan menambah jumlah tempat perindukan nyamuk alamiah. Perindukan nyamuk alamiah di luar ruangan selain di sampah-sampah kering seperti botol bekas, kaleng-kaleng juga potongan bambu sebagai pagar sering dijumpai di rumah-rumah penduduk desa serta daun-daunan yang memungkinkan menampung air hujan merupakan tempat perindukan yang baik untuk bertelurnya Aedes aegypti (Prihatnolo, 2009).

(11)

menampung air pada musim hujan akan menjadi tempat yang cocok bagi vektor Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampah kurang memadai (Soemirat, 2011).

Menurut Fathi, et al (2005) keberadaan jentik pada kontainer dapat dilihat dari letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang tersimpen dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti betina untuk menentukan pilihan tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB.

(12)

1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan untuk digunakan lebih dari dua orang dalam satu ruangan. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktifitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada.

c. Lingkungan biologis yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban, pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003)

(13)

E.Perawatan keluarga

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh keturunan atau perkawinan. Sementara itu, menurut WHO keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakatnya yang terdiri atas orang tua dan anak baik yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi (Friedman, 2011). Berdasarkan definisi di atas adalah bahwa sekelompok individu yang di hubungkan dengan ikatan darah dan emosional, merasa memiliki satu sama lain, memberikan dukungan, melakukan berbagai fungsi dasar, memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola interaksi.

2. Tugas keluarga

(14)

Tugas tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut friedman (2010) adalah

a. Mengenal kesehatan perkembangan setiap anggota keluarga b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan

3. Perawatan Kesehatan Keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular demam berdarah dengue di tempat-tempat perkembangbiakannya (Susanti, 2012). Cara pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan melakukan menguras, menutup, mengubur (3M) plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain populasi nyamuk aedes aegypty dapat dikendalikan sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

(15)

penanggung jawab. Misalnya diperumahan pelaksananya adalah pemilik rumah, sedang penanggung jawab adalah ketua rukun tetangga (RT).

Adapun pengertian PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) merupakan upaya untuk mengurangi jumlah nyamuk dengan melakukan pemberantasan jentiknya. Karena fogging yang selama ini tidak bisa membunuh semua nyamuk dewasa yang ada sedangkan satu nyamuk bisa bertelur sebanyak 100 buah. Bisa dibayangkan jika kita tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk, maka populasi nyamuk jumlahnya bisa semakin bertambah banyak (Depkes RI, 2010).

Tempat perindukannya/sarang nyamuk aedes aegypti adalah genangan air jernih yang tidak kena tanah (bersinggungan tanah) dimana jumlah sarang nyamuk ini meningkat pada saat musim hujan. Perkembangan hidup nyamuk dari telur menjadi dewasa sekitar 10-12 hari, karena itu maka kegiatan PSN harus dilakukan minimal seminggu sekali. Di Indonesia biasanya musim penularan terjadi pada bulan oktober sampai bulan Mei, puncaknya januari sampai Maret. Masing-masing kota/wilayah/daerah mempunyai pola penularannya masing-masing (FKUI, 2002).

(16)

a. Pendidikan kesehatan didalam keluarga yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab para orangtua, dengan menitikberatka penanaman kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, dan sikap hidup sehat.

b. Pendidikan kesehatan didalam sekolah adalah tanggung jawab para guru sekolah. Hal ini terwujud dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tujuan pendidikan kesehatan sekolah, disamping melanjutkan penanaman kebiasaan dan norma-norma hidup sehat kepada murid, juga harus memberikan pengetahuan kesehatan.

c. Pendidikan kesehatan dimasyarakat yaitu dapat dilakukan melalui berbagai lembaga dan organisasi masyarakat. Jadi, pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan, maka pendidikan kesehatan dapat didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara optimal.

Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan DBD adalah keterlibatan semua anggota keluarga baik tanggung jawab secara mental dan emosional. Pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan terpelihara sehingga tidak menjadi perkembangbiakan vektor penyakit DBD. Maironah (2005) mengatakan bahwa dalam melakukan pencegahan DBD keluarga perlu melakukan beberapa metode yang tepat diantaranya:

(17)

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), memakai pakaian dengan lengan panjang untuk menghindari gigitan nyamuk penyebab DBD, menghindari tidur siang, menggunakan kelambu saat tidur, merapikan pakaian yang bergelantung dibalik pintu.

b. Biologi, pencegahan DBD dengan metode biologi antara lain keluarga dapat memelhara ikan pemakan jentik jika dirumah mereka terdapat kolam.

c. Kimiawi, cara pencegahan DBD dengan menggunakan metode kimiawi antara lain keluarga dapat memberikan bubuk abate pada tempat – tempat penampungan air dengan dosis takaran 1 gram bubuk abate untuk 10 liter air dan keluarga dapat juga melakukan pengasapan atau fogging dan menggunakan obat nyamuk (obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprop dan lotion anti nyamuk).

(18)

F. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka teori yang dimodifikasi oleh Mausner dan Krame,

1985 dalam Murti (2003)

G.Kerangka Konsep

Gambar.2.3. Kerangka konsep

Perawatan kesehatan keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk - Faktor lingkungan fisik ( suhu,

kelembaban, indek kontainer ) - Faktor lingkungan biologis (

pengelolaan sampah, pencahayaan ) - Faktor lingkungan sosial ( mobilitas

penduduk, kepadatan penduduk

Kejadian DBD

Kejadian DBD Perawatan kesehatan keluarga

dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk

Kesehatan Keluarga - Lingkungan

(19)

H.Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan kerangka konseptual penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

Ha : Ada hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD

Gambar

Gambar 2.1 Model klasik kausasi segetiga epidemiologi
Gambar 2.2 Kerangka teori yang dimodifikasi oleh Mausner dan Krame,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat terlihat bahwa banyak faktor yang berhubungan efektivitas kerja guru. Namun peneliti menganggap hal yang paling penting

Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengalami preeklamsia ringan sebanyak 28 orang (56%)., Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati

Erpala-pala kalak ras mpekeri gegeh ndarami kesalahen Daniel guna iaduken ku raja. Si menarik maka labo lit idat kesalahenna guna banci iaduken seyakatan arah

Dan untuk aplikasi ‘binary encoding’ parsing akan melakukan parsing terhadap dokumen text-based RSS yang sama dengan yang digunakan oleh aplikasi pertama yang

Sebelum melaksanakan suatu perkawinan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah pelamaran ( madduta) pada saat inilah pihak perempuan mengajukan jumlah Uang Panaik

BBNI memiliki indikator MACD dan Rsi mengindikasikan pola Uptrend, BBNI belum berhasil menembus Resistance di level harga 5550 sehingga terbuka peluang untuk kembali menguji

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan yang kurangnya persaingan bekerja dalam sektor wisata yang mana disebabkan minimnya perhatian pemerintah dalam menganggarkan belanja

Apabila surat peringatan ini tidak diindahkan dalam 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing selama 7 (tujuh) hari kerja, maka akan dikenakan sanksi penertiban berupa