• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia - MAR'ATUN SOLIKHAH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia - MAR'ATUN SOLIKHAH BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

Menurut (Maryam, et al2008) menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunana lemak terutama diperut dan panggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru.

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampun jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinedes, 1994; dalam Martono, 2011). Manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai “penyakit degeneratif”

(2)

B. Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Hiperglikemia tersebut berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah sehingga diperlukan upaya pencegahan (ADA, 2012). Faktor risiko DM tipe 2 adalah riwayat keturunan, obesitas, pola makan tidak sehat, stress, umur, hipertensi, etnis, rusaknya toleransi glukosa, riwayat Diabetes gestasional, kurang nutrisi selama hamil (International Diabetic Federation, 2014).

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau tidak dapa bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah (Fitria, 2009). Diabetes Melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner & Suddarth, 2014).

(3)

diderita sejak muda atau timbul setelah tua, kriteria yang dipakai adalah konsentrasi glukosa darah puasa > 126 mg% menurut American Diabetes Association. Sedangkan menurut WHO konsentrasi glukosa darah puasa > 140% dan 2 jam sesudah makan > 200 mg%. Tua adalah suatu keadaan yang dapat dipandang dari tiga sisi, yaitu sisi kronologis, biologis, dan psikologis. WHO memberikan definisi bahwa seseorang disebut tua atau usia lanjut apabila orang tersebut secara kronologis telah berumur 65 tahun atau lebih (Rochman, 2014).

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah kondisi medis yang ditandai

dengan ketidakcukupan atau gangguan fungsi insulin. Insulin adalah

suatu hormon yang mengatur ambilan glukosa, sumber energi yang

penting untuk tubuh. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat memasuki sel

dan tetap berada di dalam aliran darah, menyebabkan kadar glukosa

darah tinggi (Persify, 2014).

(4)

2. Etiologi

Menurut Irianto (2014), DM berdasarkan penyebabnya, menurut

American Association/World Health Organization (ADA/WHO),

diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu :

a. DM Tipe I

Disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas akibat reaksi

autoimun. Pada tipe ini hormon insulin tidak diproduksi. Kerusakan

sel beta tersebut dapat terjadi anak-anak maupun setelah dewasa.

Penderita harus mendapat suntikan insulin setiap hari selama

hidupnya sehingga dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes

Melitus (IDDM) atau DM yang tergantung pada insulin untuk

mengatur metabolisme gula dalam darah. Berdasarkan kondisinya,

tipe ini merupakan DM yang paling parah.

b. DM Tipe II

Disebabkan oleh resistensi hormon insulin, karena

jumlahreseptor insulinpada permukaan sel berkurang, meskipum

jumlah insulin tidak berkurang. Hal ini menyebabkan glukosa tidak

dapat masuk kedalam sel insulin,walaupun telah tersedia. Kondisi ini

disebabkan oleh obesitas terutama, diet tinggi lemak dan rendah

karbohidrat, kurang olahraga, serta faktor keturunan.

c. DM Tipe Spesifik

Disebabkan kelainan genetik spesifik, penyakit pankreas,

gangguan endokrin lain, efek obat-obatan ,bahan kimia, infeksi virus

dan lain-lain.

(5)

3. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Menurut Prasetyono (2013), Berikut beberapa tanda dan gejalan yang tampak pada penderita Diabetes Melitus , meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

a. Adanya peningkatan kadar gula dalam tubuh ( bisa mencapai 160-180 mg/dl ), sehingga air seni penderita mengandung gula.

b. Jumlah urien yang dikeluarkan lebih banyak (polyuria) c. Sering atau cepat merasa haus/ dahaga (polydipsia)

d. Merasa lapar yang berlebihan atau makan banyak (polyphagia) e. Frekuensi urine meningkat/ kencing terus ( glysuria)

f. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

g. Sering kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki.

h. Cepat lelah dan lemah tiap waktu

i. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

j. Apabila terluka/ tergores (korengan), lambat penyembuhannya k. Mudah terkena infeksi, terutama pada kulit

Kondisi kadar gula yang menurun drastis, menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri, bahkan memmasuki tahapan koma.

(6)

a. Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur sehingga penderita sering ganti-ganti kacamata.

b. Gatal-gatal dan bisul. Gatal-gatal biasanya dirasakan pada lipatan kulit diketiak, payudara, dan alat kelamin

c. Gangguan saraf tepi (perifer), berupa kesemutan, terutama pada kaki dan terjadi malam hari.

d. Rasa tebal pada kulit, sehingga kadang-kadang penderita lupa memakai sandal atau sepatu

e. Gangguan fungsi seksual, berupa gangguan ereksi.

f. Keputihan pada penderita perempuan, akibat daya tahan menurun

4. Komplikasi

Komplikasi pada DM, dapat berupa komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi kronis, berupa komplikasi kronis vaskuler dan non vaskuler. Komplikasi akut sering terjadi:

a. Hipoglikemia

Keadaan penurun kadar glukosa darah dengan gejala berupa gelisah, tekanan darah turun, lapar, mual, lemah, lesu, keringat dingin, gangguan menghitung sederhana, bibir dan tangan genetar, sampai terjadi koma. Kondisi ini harus segera diatasi, dengan diberi gula murni, minum sirup, permen atau makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti.

b. Hiperglikemia

(7)

c. Ketoasidosis diabetik

Keadaan peningkatan senyawa keton yang bersifat asam dalam darah yang berrasal dari asam lemak bebas hasil pemecahan sel-sel lemak jaringan. Gejalan dan tandanya berupa nafsu makan turun, merasa haus, banyak minum, banyak kencing, mual dan muntah, nyeri perut, nadi cepat, pernapasan cepat dan dalam, napas berbau khas (keton), hipotensi, penurunan kesadaran, sampai koma.

Komplikasi kronis vaskuler dan non vaskuler adalah sebagai berikut :

1) Rasa tebal pada lidah, gigi dan gusi, yang mempengaruhi rasa pengecapan

2) Gangguan pendengaran, timbul rasa berdenging pada telinga 3) Gangguan saraf (neuropati diabetic ), berupa rasa teal pada kaki,

kesemutan dan kram pada betis. Pada tahap lebih lanjut dapat terjadi gangguan saraf pusat sehingga mulut mencong, mata tertutup sebelah, kiri pincang dan lain sebagainya.

4) Gangguan pembuluh darah, berupa penyempitan pembuluh darah, yaitu miktoangiopati maupun makroangiopati. Mikroangiopati, berupa retinopati, gejala penglihatan kabur sampai buta, juga kelainan fungsi ginjal. Makroangiopati, berupa penyempitan pembuluh darah jantung dan otak dengan berbagai manifestasina. 5) Gangguan seksual

(8)

6) Kelainan kulit

Berupa bekas luka berwarna merah atan kehitaman terutama pada kaki akibat infeksi yang berulang atau luka sukar sembuh.

5. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Faktor resiko dan cepat lambatnya seseorang terkena Diabetes Melitus dipengaruhi oleh teori dibawah ini:

a. Riwayat Keluarga

Rahayu (2012), Diabetes Melitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap penyakit Diabetes Melitus yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak menghasilkan insulin dengan baik dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memiliki riwayat keturunan Diabetes Melitus lebih banyak (54%) dibandingkan pasien yang tidak memiliki riwayat keturunan Diabetes Melitus (46%). Sedangkan menurut Samreen Riaz (2009) menyatakan bahwa 25% Diabetes Melitus tipe 1 dan Diabetes Melitus tipe 2 terjadi juga karena faktor keturunan.

(9)

b. Umur

Umur adalah terhitung seorang individu lahir sampai saat berulang tahun terakhir. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Depkes RI,2008). Selain itu, studi yang dilakukan Sunjaya (2009), juga menemukan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita Diabetes Melitus adalah kelompok umur 45-52 tahun (47,5%). Peningkkatan Diabetes risiko Diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam

memproduksi insulin (Sunjaya, 2009). Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktifitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35 %. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30 % dan memicu terjadinya resistensi insulin.

(10)

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

Diabetes Melitus tipe 2 mengenai individu berusia ≥40 tahun atau ≥45 tahun. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa

meningkat seiring dengan meningkatnya usia. WHO menyebutkan bahwa tiap kenaikan satu dekade umur, kadar glukosa darah puasa akan naik sekitar 1-2 mg/dl dan 5,6-13 mg/dl pada 2 jam post prandial. Menurut Marrow dan Haller,patofisiologi gangguan intoleransi glukosa pada usia lanjut saat ini masihbelum jelas atau belum seluruhnya diketahui selain faktor intrinsik danekstrinsik seperti menurunnya ukuran masa tubuh dan naiknya lemak tubuh mengakibatkan kecenderungan timbulnya penurunan kerja insulin pada jaringan sasaran. Timbulnya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut semula diduga karena menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas.

(11)

c. Pekerjaan

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 mengemukakan bahwa jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan DM Tipe 2. Pekerjaan sesesorang mempengaruhi tingkat aktifitas fisiknya. Dari analisis univariat, sebagian responden adalah kelompok tidak bekerja. Berdasarkan analisis hubungan antara pekerjaan dengan kejadian DM Tipe 2, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian DM Tipe 2.

Analisis antara pekerjaan dengan kejadian DM tidak signifikan mungkin karena presentase anata kelompok bekerja dan tidak bekerja yang tidak seimbang. Kebanyakan responden adalah kelompok tidak bekerja dan juga berjenis kelamin perempuan. Kelompok ini adalah ibu rumah tangga. Variabel pekerjaan ini memiliki kaitan dengan aktifitas fisik. Kelompok tidak bekerja belum tentu memiliki aktifitas fisik yang rendah. Ibu rumah tangga justru melakukan berbagai aktifitas adalah seperti menyapu, memasak dan mencuci.

d. Tingkat Pendidikan

(12)

dibuat menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Pendidikan rendah yaitu bila responden berpendidikan antara tidak pernah sekolah sampai tamat SMP. Sementara itu, pendidikan tinggi yaitu bila responden berpendidikan antara SMA sampai dengan perguruan tinggi. Dalam analisis univariat, terlihat bahwa sebagian responden berpendidikan rendah. Berdasarkan analisis hubungan anatar pendidikan dan kejadian DM tipe 2, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian DM tipe 2.

e. Jenis Kelamin

Diabetes Melitus tipe 2 sedikit lebih banyak pada perempuan usia tuadaripada laki-laki.Rodrigo P.A. Barroset al, (2006) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi peningkatan prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 pada jenis kelamin perempuan adalah kadar estrogen. Jenis kelamin perempuan, komposisi estradiol akan mengaktivasi ekspresi gen ERdan ER. Kedua gen ini akan bertanggungjawab dalam sensitivitas insulin dan peningkatan ambilan glukosa. Seiring dengan pertambahan usia, kadar estrogen dalam tubuh perempuan akan semakin menurun. Penurunan estrogen akan menurunkan aktivasi ekspresi gen ERdan ER sehingga sensitivitas insulin danambilan glukosa juga akan menurun.

(13)

pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes Mellitus tipe 2 (Irawan, 2010).

f. Obesitas

Obesitas adalah keadaan abnormal atau akumulasi lemak yang berlebihan yang menyebabkan timbulnya resiko terhadap kesehatan (WHO, 2012). Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindrom metabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi), yang didasari oleh resistensi insulin. Sebagian besar pasien Diabetes Melitus tipe2 mengalami obesitas, danobesitas itu sendiri menyebabkan resistensi insulin. Namun,penderita Diabetes Melitus yang relatif tidak obesitas dapat mengalami hiperinsulinemia dan pengurangan kepekaan insulin, membuktikan bahwaobesitas bukan merupakan penyebab resistensi satu-satunya.

(14)

Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) berat badan seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu normal, overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas.

Tabel 2.1

Klasifikasi Nilai IMT (Indeks Masa Tubuh) Asia Pasifik

IMT Kategori

<18.5 BB Kurang

18.5-22.9 BB Normal

≥ 23,0 BB Lebih

23.0-24.9 Dengan Risiko

25,0-29,9 Obesitas 1

≥ 30 Obesitas 2

Sumber : Perkeni, 2011

Berdasarkan tabel 2.1 di atas, menunjukkan bahwa overweight dan obesitas merupakan sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh, ditandai dengan peningkatan nilai masa indeks tubuh diatas normal, orang yang mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dalam jangka waktu yang lama akan menjadi risiko tinggi DM.

Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :

) (

) (

2 m TB

kg BB IMT

Obesitas atau kegemukan adalah suatu kondisi dimana tubuh

seseorang memiliki kadar lemak yang terlalu tinggi. Kadar lemak

yang terlalu tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai masalah

kesehatan. Untuk mengetahui apakah seseorang obesitas atau tidak,

kita bisa menggunakan indeks berat badan yang biasa disebut BMI

(15)

perbandingan antara berat badan (dalam satuan kilogram) terhadap

tinggi badan (dalam satuan meter).

Salah satu resiko yang dihadapi oleh orang yang obesitas

adalah penyakit Diabetes tipe 2. Menurut beberapa hasil penelitian,

Diabetes tipe 2 sangat erat kaitannya dengan obesitas penderita

Diabetes tipe 2, pankreasnya sebenarnya menghasilkan insulin dalam

jumlah yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa darah pada

tingkat normal, namun insulin tersebut tidak dapat bekerja maksimal

membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa karena terganggu oleh

komplikasi-komplikasi obesitas, salah satunya adalah kadar lemak

darah yang tinggi (terutama kolesterol dan trigliserida). Karena tidak

efektifnya kerja insulin membantu penyerapan glukosaoleh sel-sel

tubuh maka pankreas akan berusaha menghasilkan lebih banyak

insulin, lama-kelamaan karena dipaksa untuk menghasilkan insulin

secara berlebihan secara terus-menerus, akhirnya kemampuan

pankreas untuk menghasilkan insulin semakin berkurang. Kondisi ini

disebut resistensi insulin (insulin resistance). Resistensi insulin

merupakan faktor resiko seseorang dapat mengalami diabetes tipe 2.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mursyida (2012),

Hasil penelitian menunjukkan dari 356 responden, sebesar 37,4%

yang mengalami Diabetes mellitusdan 62,6% yang tidak mengalami

(16)

didapatkan ada hubungan yang bermakna antara obesitas dengan

kejadian Diabetes Melitus pvalue<α (0,009 < 0,05). g. Merokok

Responden yang merokok aktif dan pasif. Dari responden yang merokok, sebagaimana besar adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki resiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan, 2010).

Merokok dapat meningkatkan glukosa darah dan memicu resistensi insulin.Perokok berat (merokok ≥20 batang/hari) berisiko

dua kali lipat menjadi Diabetes jika dibandingkan dengan bukan perokok. Penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Khotimah pada tahun 2013 mengemukakan bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai kebiasaan merokok dengan jumlah 23 responden (65,7%). Selain itu ada juga responden yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,4% responden.

(17)

atau menyebabkan resistensi insulin. Menghentikan merokok akan menyebabkan peningkatan berat badan dan kemungkinan terjadi obesitas, dimana obesitas ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya DM tipe 2. Walaupun menghentikan rokok mengakibatkan terjadinya peningkatan berat badan tetapi risiko lingkar pinggang dan pinggul menurun dibandingkan waktu merokok.

h. Pola Makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkn oleh tubuh dapat memicu timbulnya Diabetes Melitus . Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan Diabetes Melitus (Hasdianah, 2012).

(18)

mengkonsumsi makanan tinggi lemak menjadi penyebab terjadinya Diabetes, terutama di daerah daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Richardo Betteng pada tahun 2014 mengemukakan bahwa dari hasil wawancara, kesadaran akan penyakit Diabetes Melitus tipe 2 yang diderita oleh informan dapat dilihat dari pola makannya yang berubah, dimana mayoritas dari informan telah mengurangi waktu untuk makan, maupun mengurangi porsi makan itusendiri. Penambahan variasi sayur yang dikonsumsi dan konsumsi buah setiap hari juga merupakan modifikasi pola makan yang diterapkan para informan setelah terdiangnosis DM tipe 2.Semua penderita diabetes harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita yang obesitas. Pemilihan makanan harus dilakukan secara bijak dengan melaksanakan pembatasan kalori, terutama pembatasan lemak total dan lemak jenuh untuk mencapai kadar glukosadan lipid darah yang normal. Secara umum komposisi menu yang di rekomendasikan oleh WHO tahun 1990 terdiri 50-65% karbohidrat, 25-30% lemak, dan 10-20% protein.

(19)

lambat, tetapi sebenarnya cara tersebutlah yangt paling aman untuk menurunkan berat badan ideal.

i. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktifitas fisik. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi unruk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes,2010).

Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktifitas sehari-hari sesuai profesi atau pekerjaan, sedangkan faktor resiko penderita DM adalah mereka yang memiliki aktifitas minim sehingga pengeluaran tenaga dan energi hanya sedikit.

(20)

dangula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energy maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010).

(21)

Kesimpulan dan tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep-konsep teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan(Syarifudin, 2010). Kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik yangditandai dengan hiperglikemia akibat adanya gangguan sekresi insulin, kerjainsulin, ataupun keduanya.

Hiperglikemia tersebut

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ terutamamata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah sehingga diperlukan upaya pencegahan (ADA, 2012).

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidakcukupan atau gangguan fungsi insulin. Insulin adalah suatu hormon yang mengatur ambilan glukosa, sumber energi yang penting untuk tubuh. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat memasuki sel dan tetap berada di dalam aliran darah, menyebabkan kadar glukosa darah tinggi (Persify, 2014).

Etiologi

1. DM Tipe I, disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas akibat reaksi autoimun.

2. DM Tipe 2, Disebabkan oleh resistensi hormon insulin, karena jumlah reseptor insulinpada permukaan sel berkurang, meskipum jumlah insulin tidak berkurang.

3. DM Tipe Spesifik Disebabkan kelainan genetik spesifik, penyakit pankreas, gangguan endokrin lain, efek obat-obatan ,bahan kimia, infeksi virus dan lain-lain.

4. DM Kehamilan, terjadi pada saat hamil

Sumber : Koes Irianto (2014).

Tanda dan Gejala DM

a. Jumlah urien yang dikelurkan lebih banyak (polyuria)

b. Sering atau cepat merasa haus/ dahaga (polydipsia)

c. Merasa lapar yang berlebihan atau makan banyak (polyphagia)

d. Frekuensi urine meningkat/ kencing terus ( glysuria)

e. Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur sehingga penderita sering ganti-ganti kacamata. f. Gatal-gatal dan bisul. Gatal-gatal

biasanya dirasakan pada lipatan kulit diketiak, payudara, dan alat kelamin. g. Gangguan saraf tepi (perifer), berupa

kesemutan, terutama pada kaki dan terjadi malam hari.

h. Rasa tebal pada kulit, sehingga kadang-kadang penderita lupa memakai sandal atau sepatu

i. Gangguan fungsi seksual, berupa gangguan ereksi.

j. Keputihan pada penderita perempuan, akibat daya tahan menurun.

Sumber : Koes Irianto (2014),Dwi Sunar Prasetyono (2013).

Faktor risiko DM 1. Riwayat Keluarga 2. Umur

3. Status Pekerjaan 4. Tingkat pendidikan 5. Aktivitas Fisik 6. Status Merokok 7. Pola Makan

Sumber : Rakhmadany (2010)

Komplikasi : 1. Hipoglikemia 2. Hiperglikemia 3. Ketoasidosis

diabetik

Gambar 2.1 Bagan kerangka Teori

Modifikasi Sumber : ADA (2012),Persify (2014),Koes Irianto (2014).), Dwi Sunar Prasetyono

(22)

D. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2014).

Variabel Terikat Variabel Bebas

Gambar 2.2

Kerangka Konsep Penelitian 1. Riwayat keluarga

2. Umur

3. Status Merokok 4. Pola Makan 5. Aktivitas fisik 6. Status Pekerjaan 7. Tingkat

Pendidikan

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT (Indeks Masa Tubuh) Asia Pasifik
Gambar 2.1 Bagan kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu menganalisa daya penyerapan air laut pada Material Komposit serat pelepah sawit per 24 jam selama 9 hari

Penulis meneliti tanggung jawab penerbit obligasi dalam hal gagar bayar menurut ketentuan hukum pasar modal dengan tujuan untuk menganalisis akibat hukum yang

Teknik pemberian obat dan terapi dapat diberikan dengan berbagi cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya : pemberian obat kulit, mata dan telinga, terapi

Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan

Membayar uang pendaftaran khusus bagi calon siswa yang berdomisili di luar kota Blitar, sedangkan siswa yang berdomisili di kota Blitar bebas uang pendaftaran

Data Rekomendasi Safety untuk meningkatkan keselamatan KA yang telah dikeluarkan KNKT kepada penyelenggara sarana dan prasarana perkeretaapian sejak tahun 2007 sampai dengan

Penciptaan karya Dimensi Spasial dalam Fotografi Ekspresi adalah proses kreatif dalam melihat dan menanggapi fenomena yang sangat dekat dalam keseharian, bahkan

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang