• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Obat Topikal Pada Mata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberian Obat Topikal Pada Mata"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA MATA, KULIT, TELINGA,

MATA, KULIT, TELINGA,

DAN KOMPRES PANAS DINGIN

DAN KOMPRES PANAS DINGIN

2.1 Pemberian Obat pada Mata

2.1 Pemberian Obat pada Mata 2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan

2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan TujuanTujuan Cara memberi

Cara memberikan obat pada mata kan obat pada mata dengadengan tetes n tetes mata atau salep mata mata atau salep mata obat tetes mata.obat tetes mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibel

dibeli i bebas , bebas , misalnmisalnya ya air mata air mata buatan dan vasokonbuatan dan vasokonstrikststrikstor (misalnya visine, dsb). Namunor (misalnya visine, dsb). Namun  banyak klien

 banyak klien menerima resmenerima resep obat-obatan ep obat-obatan oftalmic oftalmic untuk kondisi untuk kondisi mata seperti mata seperti glaukoma danglaukoma dan untu

untuk k terapi setelah suatu terapi setelah suatu prosedprosedur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar ur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yangklien yang men

menerimerima a obaobat t matmata a ialialah ah kliklien en lanlanjut usia. jut usia. MasaMasalah yang lah yang berberhubhubungungan an dendengan usiagan usia term

termasuasuk k penpengliglihathatan an yanyang g burburuk, uk, tretremor mor tantangan gan dan dan kesukesulitlitan an daldalam am memmemegaegang ng ataatauu mengg

menggunakaunakan n botol obat, botol obat, mempemempengarungaruhi hi kemudkemudahan ahan lansia menggunlansia menggunakan akan obat mata obat mata secarasecara mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk  teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk  me

mempmpererlilihahatktkan an klklieien n sesetitiap ap lalangngkakah h prprososededur ur pepembmbereriaian n obobat at tetetetes s mamata ta ununtutuk k  meningkatkan kepatuhan klien.

meningkatkan kepatuhan klien. 11

Obat mata dapat digolongkan menjadi Obat mata dapat digolongkan menjadi a.

a. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksiObat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi  b.

 b. Obat mata golongan kortikosteroidObat mata golongan kortikosteroid c.

c. Obat mata lainnyaObat mata lainnya11

Tujuan pemberian obat pada mata

Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya:diantaranya: •

• digdigunaunakan kan untuntuk uk perpersiapsiapan an pempemerieriksaksaan an strustruktuktur r intinternernal al matmata a dendengan gan cara cara menmendildilatasatasii  pupil, untuk pengu

 pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,kuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, •

• digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.digunakan untuk menghilangkan iritasi mata. •

• Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanyaObat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/ ulkus.

luka/ ulkus. •

• Obat mata kortikosteObat mata kortikosteroid digunakroid digunakan untuk radang atau an untuk radang atau alergi mata alergi mata atau juga bengkak yangatau juga bengkak yang  bisa

 bisa disebabkan disebabkan oleh oleh alergi alergi itu itu sendiri sendiri atau atau oleh oleh virus. virus. Karena Karena infeksi infeksi mata mata oleh oleh virus virus ituitu resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk  resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk  men

menghighilanlangkagkan n gejgejalanalanya ya sajsaja. a. KalKalaupaupun un dendengan gan antantisepiseptik tik hal hal itu itu menmenghighindandari ri infinfksiksi sekunder.

sekunder. •

• Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkanGabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau alergi.

oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau alergi. •

• Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.  Prinsip pemberian obat mata

 Prinsip pemberian obat mata 1.

1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapunKornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea.

(2)
(3)

2.

2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidanResiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep.

atau tube salep. 3.

3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi.Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi. 11

2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata 2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata  Indikasi 

 Indikasi 

Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur  Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur  •

• meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu,meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.

sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang. •

• antiseptik dan antiinfeksi.antiseptik dan antiinfeksi. •

• radang atau alergi mata.radang atau alergi mata.  Kontraindikasi 

 Kontraindikasi 

Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.

dan nasehat dokter.

2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan 2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan Alat dan Bahan:

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep. 1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep. 2. Pipet.

2. Pipet.

3. Pinset anatomi dalam tempatnya. 3. Pinset anatomi dalam tempatnya. 4. Korentang dalam tempatnya. 4. Korentang dalam tempatnya. 5. Plestier. 5. Plestier. 6. Kain kasa. 6. Kain kasa. 7. Kertas tisu. 7. Kertas tisu. 8. Balutan. 8. Balutan. 9. Sarung tangan. 9. Sarung tangan.

10. Air hangat/kapas pelembab. 10. Air hangat/kapas pelembab.

a.

a. tetes atau salep matatetes atau salep mata 1.

1.  botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep. botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep. 2.

2.  Patch Patch dan plester mata (bila perlu).dan plester mata (bila perlu). 3.

3. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.Kartu, format, atau huruf cetak nama obat. 4.

4. Bola kapas atau tisu.Bola kapas atau tisu. 5.

5. Wadah cuci berisi air hangat atau lap.Wadah cuci berisi air hangat atau lap. 6.

6. Sarung tangan sekali pakai.Sarung tangan sekali pakai.  b.

 b. cakram intraokuler cakram intraokuler  1.

(4)

2.

2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.Kartu, format, atau huruf cetak nama obat. 3.

3. Sarung tangan sekali pakai.Sarung tangan sekali pakai.11

2.1.5 Prosedur kerja 2.1.5 Prosedur kerja11 N

Noo.. LLaannggkkaahh rraassiioonnaall GGaammbbaarr 1

1.. TTiinnjjaau u kkeemmbbaalli i pprrooggrraam m oobbaatt da

dari ri ddooktkterer, , tetermrmasasuk uk nnamamaa kl

klieien, n, nanama ma obobatat, , kokonsnsenentrtrasiasi oba

obat, t, jumjumlah lah tettetesan esan obaobat t (jik(jikaa dal

dalam am benbentuk tuk caicair), r), wakwaktu tu dandan ma

mata ta (k(kananan an atatau au kkiriri) i) yayangng menerima obat.

menerima obat.

Me

Memamaststikika a kkelelepepatatanan  pemberian obat.

 pemberian obat.

2

2.. CCuucci i ttaannggaann MMeenngguurraannggi i ppeennuullaarraann mikroorganisme.

mikroorganisme. 3.

3. SiSiapapkakan pn pereralalatatan an dadan sn supuplalaii tetes atau salep mata

tetes atau salep mata  botol

 botol obat obat dengan dengan tetes tetes matamata steril atau tube salep.

steril atau tube salep.  Patch

 Patchddan an plplesesteter r mamata ta (b(bililaa  perlu).

 perlu).

Kartu, format, atau huruf cetak  Kartu, format, atau huruf cetak  nama obat.

nama obat. 10.

10. Bola kapas atau tisu.Bola kapas atau tisu. 11.

11. WaWadadah h cucuci ci beberisrisi i aiair r hahangngatat atau lap.

atau lap. 12.

12. Sarung tangan sekali pakai.Sarung tangan sekali pakai. cakram intraokuler 

cakram intraokuler  cakram obat.

cakram obat.

Kartu, format, atau huruf cetak  Kartu, format, atau huruf cetak  nama obat.

nama obat.

Sarung tangan sekali pakai. Sarung tangan sekali pakai.

T

Teettees s mmaatta a tteerrsseeddiiaa d

daallaam m bbeemmttuuk k bboottooll  plastik atau kaca.

 plastik atau kaca. Sa

Salelep p didigngnakakan an dadalalamm tube kecil.

tube kecil.

4

4.. PPeerriikksa sa aattaau u iiddeennttiififikkaassi i kklliieenn d

deennggaan n mmeemmbbaacca a ggeellaanngg id

idenentiftifikikasi asi atatau au memenananynyakakanan nama klien

nama klien

Mem

Memastiastikan kan kliklien en yanyangg menerima obat benar. menerima obat benar.

5

5.. JJiikka a tteerrccaappaaii patch patchmata,mata, lepaskan.

lepaskan. 6.

6. KaKaji ji kokondndisisi si stutuktktur ur mamata ta luluarar.. MeMembmbereri di datata da dasasar ar yayangng selanjutnya digunakan selanjutnya digunakan untuk menentukan untuk menentukan apakah timbul respon apakah timbul respon lokal terhadap

lokal terhadap  pengobatan juga  pengobatan juga

(5)

mengindikasikan mengindikasikan

 perlunya membersihkan  perlunya membersihkan

mata sebelum obat mata sebelum obat diberikan.

diberikan. 7.

7. PePeririksksa a apapakakah ah klklieien n alalerergigi terhadap lateks, jika alergi terhadap lateks, jika alergi gunakan sarung tangan yang gunakan sarung tangan yang  buka lateks.

 buka lateks.

Klien akan megalami Klien akan megalami respons hipersensitivitas respons hipersensitivitas  jika sarung tangan

 jika sarung tangan menyentuh membran menyentuh membran mukosa.

mukosa. 8.

8. JelJelaskaskan an prprososededur ur kekepapada da klklieien.n. KlKlieien sn seriering ng memerarasasa cemas tentang obat yang cemas tentang obat yang dimasukan ke mata dimasukan ke mata karena adanya karena adanya kemungkinan kemungkinan ketidaknyamanan. ketidaknyamanan. 9.

9. AtAtur ur susuplplai dai di sii sisi si tetempmpat tat tididur ur  dan gunakan sarung tangan. dan gunakan sarung tangan.

Memastikan prosedur  Memastikan prosedur  yang lancar dan teratur. yang lancar dan teratur. Sarunng tangan

Sarunng tangan mengurangi pajanan mengurangi pajanan terhadap drainase yang terhadap drainase yang infeksius.

infeksius. 10.

10. MinMinta kta klielien un untuntuk bk berberbarinaringg terlentang atau duduk dikursi terlentang atau duduk dikursi dengan kepala sedikit

dengan kepala sedikit hiperekstensi. hiperekstensi. Memudahkan obat Memudahkan obat dimasukkan dan dimasukkan dan memudahkan drainase memudahkan drainase yang ekluar dari mata. yang ekluar dari mata. 11.

11. JikJika ada a ada krukrusta sta (ke(keropropengeng) ata) atauu drainase disepanjang kelopak  drainase disepanjang kelopak  mata atau kantus dalam, buang mata atau kantus dalam, buang dengan perlahan. Basahi kerak  dengan perlahan. Basahi kerak  yang kering dan sulit

yang kering dan sulit dipindahkan dengan dipindahkan dengan

menggunakan kain atau bola menggunakan kain atau bola kapas lembab selama beberapa kapas lembab selama beberapa menit. Selalu mengusap dari menit. Selalu mengusap dari kantus ke kantus luar.

kantus ke kantus luar.

Krusta atau drainase Krusta atau drainase merupakan tempat merupakan tempat mikroorganisme mikroorganisme  berkumpul. Membasahi  berkumpul. Membasahi krusta akan krusta akan mempermudah mempermudah  pembuangannya, dengan  pembuangannya, dengan demikian mencegah demikian mencegah tekanan langsung pada tekanan langsung pada mata.

mata. 12.

12. MasuMasukan kan obobat tat teteetes, ss, salealep atp atauau cakram:

cakram:

Jika memasukkan obat tetes Jika memasukkan obat tetes atau salep, dengan tangan yang atau salep, dengan tangan yang tidak dominan, pegang bola tidak dominan, pegang bola kapas atau tisu pembersih pada kapas atau tisu pembersih pada tulang pipi klien tepat di bawah tulang pipi klien tepat di bawah kelopak mata.

kelopak mata.

Jika memasukan obat tetes atau Jika memasukan obat tetes atau salep, dengan tisu atau kapas salep, dengan tisu atau kapas diletakkan dibawah kelopak  diletakkan dibawah kelopak  mata bawah, tekan kebawah mata bawah, tekan kebawah dengan lembut, dengan ibu jari dengan lembut, dengan ibu jari

Kapas atau tisu Kapas atau tisu

mengabsorpsi obat yang mengabsorpsi obat yang keluar dari mata.

keluar dari mata.

Teknik ini memenjankan Teknik ini memenjankan kantong konjungtiva. kantong konjungtiva. Menarik kembali Menarik kembali

(6)

atau telunjuk pada lingkaran tulang mata.

Minta klien melihat kelangit-langit.

(retraksi) lingkaran tulang mata. Mencegah tekanan dan trauma pada  bola mata dan mencegah  jari menyentuh mata.

Tindakan ini menarik  kornea ke atas dan menjauhi kantong konjungtiva dan mengurangi stimulasi refleks mengedip. Memasukkan tetes mata:

Dengan tangan yang dominan  pada dahi klien, pegang alat

tetes mata berisi obat kira-kira sampai 2 cm diatas kantong konungtiva.

Teteskan sejumlah tetesan yang diresepkan ke dalam kantong konjungtiva.

Jika klien mengedip atau menutup mata atau jika tetes mata jatuh dibatas mata luar, ulangi prosedur.

Ketika memberikan obat yang dapat menimbulkan efek  sistemik, lindungi jari anda dengan tisu bersih dan beri tekanan lembut pada duktus nasolakrimalis klien selama 30 sampai 60 detik.

Membantu mencegah alat tetes mata menyentuh struktur mata secara tidak  sengaja sehingga

mengurangi resiko cedera  pada mata dan

 perpindahan infeksi ke alat tetes mata. Obat mata sudah disterilkan. Kantong konjungtiva  biasanya menampung 1

sampai 2 tetes.

Memasukkan tetesan ke dalam kantong mata memungkinkan distribusi yang merata.

Efek terapeutik diperoleh hanya jika tetesan mata masuk ke kantong konjungtiva.

Mencegah aliran obat  berlebihan ke dalam

saluran hidung dan faring. Mencegah absorpsi ke sirkulasi

(7)

Setelah memasukkan obat, minta klien untuk menutup mata dengan lembut.

sistemik.

Membantu distribusi obat, mendorong obat dari kantong konjungtiva Memasukkan salep mata:

Dengan memegang aplikator  salep diatas batas kelopak mata,  berikan aliran salep tipis mrata

disepanjang sisi dalam kelopak  mata bawah pada konjungtiva.

Minta klien melihat kebawah.

Berikan aliran tipis salep konjungtiva di sepanjang kelopak atas mata.

Minta klien menutup mata dan menggosok kelopak dengan lembut dalam gerakan memutar  menggunakan kapas.

Jika terdapat kelebihan obat  pada kelopak mata, seka obat

tersebut dengan lembut dari  bagian dalam ke bagian luar 

kantus.

Jiak klien

menggunakan patch mata, kenakan dengan

menempatkan patch yang bersih diatas mata yang diobati,

sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas

Obat didistribusi merata dalam mata mata dan  batas kelopak mata.

Mengurangi refleks mengedip selama  pemberian salep.

Mendistribusikan obat merata dalam mata dan  batas kelopak mata

Mendistribusikan obat lebih lanjut tanpa menimbulkan trauma  pada mata.

Meningkatkan rasa nyaman dan mencegah trauma pada mata

Mengurangi peluang infeksi

(8)

mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati,

sehingga seluruh mata tertutup. Plester dengan baik tanpa

menekan mata.

Memasang cakram inokuler  Buka kemasan berisi cakram obat dengan lembut, tekan

cakram pada ujung jari sehingga cakram melekat pada jari.

Dengan tangan yang lain, tarik  kelopak mata bawah klien menjauhi matanya. Minta klien melihat ke atas.

Tempatkan cakram didalam kantong konjungtiva, sehingga cakram mengapung pada sklera antara iris dan kelopak mata  bawah.

Tarik kelopak mata bawah klien keluar dan keatas cakram.

Seharusnya tidak bisa melihat cakram pada saat ini.

Ulangi tindakan ini jika dapat melihat cakram obat.

Memungkinkan perawat atau bidan menginspeksi adanya kerusakan atau deformitas cakram sebelelum diberikan.

Menyiapkan kantong konjungtiva untuk  menerima cakram obat.

Menjamin pengantaran obat.

Menjamin keakuratan  pengantaran obat. 13. Keluarkan cakram intraokuler 

Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.

Jelaskan prosedur kepada klien. Dengan lembut tarik kelopak  mata bawah klien untuk 

memajankan cakram.

Dengan jri telunjuk dan ibu jari tangan yang lain, jepit cakram obat dan angkat keluar dari mata klien.

Mengurangi penularan mikroorganisme.

Menyiapkan klien untuk  menjalani prosedur.

(9)

dalam wadah yang tepat. Lepas dan buang sarung tangan dan cuci tangan.

lingkungan yang rapi  pada sisi tempat tidur dan

mengurangi penularan mikroorganisme. 15. Observasi resons klien terhadap

 pengobatan, perhatikan tanda dan gejala efek sistemik yang  potensial dan kondisi mata.

Mengevaluasi reaksi terhadap obat.

16. Catat konsentrasi obat, jumlah tetesan atau cakram waktu  pemberian dan mata yang

menerima obat (kanan atau kiri).

Pencatatan yang tepat  pada waktunya mencegah

kesalahan dalam

 pemberian obat (misal,  pengulangan pemberian

dosis obat atau

 pemberian obat terlewat)

2.2 Pemberian Obat Topikal pada Kulit 2.2.1 Pengertian

Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan untuk mempercepat  proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis

yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.2

Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak   banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada

kulit tergantung pada: • Umur 

• Pemilihan agen topikal yang tepat

• Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit • Stadium penyakit

• Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum • Metode aplikasi

• Penentuan lama pemakaian obat

Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum epidermispapilla dermis aliran darah2

Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu: • Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah

• Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah

• Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan semakin berkurang

Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.

(10)

Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah2: • Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.

• Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya bersama obat atau kombinasinya tidak tepat.

• Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan satu kali sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya setelah pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.

• Kuantitas obat yang diaplikasi

Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan  justru malah tidak berguna. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim atau salep). • Faktor lain

Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila: − Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan − Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut

− Ukuran partikel obat diperkecil

− Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki − Konsentrasi obat yang diberikan tepat

Contoh obat topikal untuk kulit :

1. Anti jamur : ketoconazol, miconazol, terbinafin 2. Antibiotik : oxytetrasiklin

3. Kortikosteroid : betametason, hidrokortison

2.2.2 Tujuan

Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi.2

2.2.3 Jenis

Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:

• • Krim • • • Salep (ointment) • • • Lotion •

• • Lotion yang mengandung suspensi •

• • Bubuk atau powder  •

• • Spray aerosol.

(11)

• Keuntungan

Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik. Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order) • Kerugian

Secara kosmetik kurang menarik  Absorbsinya tidak menentu

2.2.5 Alat dan Bahan − Troli

− Baki dan alas − Perlak dan alas

− Bengkok (nierbekken) − Air DTT dalam kom − Kapas

− Sarung tangan

− Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)

− Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan) − Lidi kapas atau tongue spatel

− Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi,  bubuk atau powder, spray aerosol)

− Buku obat (ISO) − Baskom

− Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya − Sabun cuci tangan

− Lap handuk 

− Tempat sampah basah dan kering 2.2.6 Prosedur kerja1

NO. LANGKAH - LANGKAH RASIONALISASI

1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja, tempat pemberian

Untuk memastikan kepada siapa obat tersebut akan diberikan, agar 

meminimalisir kesalahan  pemberian

2. Jelaskan prosedur tindakan (lakukan Informed  Consent )

Agar klien mengetahui tindakan seperti apa yang akan dia dapatkan

3. Setelah disiapkan pada baki dalam troli, dekatkan alat dan bahan

Agar memudahkan

 penjangkauan alat dalam melakukan tindakan 4. Susun alat tersebut secara secara ergonomis,

 berurutan sesuai dengan pemakaian

Agar memudahkan kita dalam penggunaan alat-alat 5.

Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar   pencegahan infeksi) dengan sabun dan air 

mengalir, lalu keringkan dengan lap handuk 

Untuk pencegahan infeksi

6. Persiapkan posisi klien dengan tepat dan nyaman

Agar dapat mempermudah  pemberian obat dan tetap  perhatikan kenyamanan dan

(12)

 privasi klien

7. Identifikasi klien secara tepat Untuk memastikan keadaan klien

8. Pakai sarung tangan Untuk pencegahan infeksi

9. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit

Untuk membersihkan area yang akan diobati agar   penyerapan obat dapat

maksimal

10. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara Untuk pencegahan infeksi 11. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan

agen topikal

Untuk mempermudah  penggunaan obat

12.

Oleskan agen topical :

Krim, salep dan lotion yang mengandung minyak 

a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan

 b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah  pertumbuhan bulu

c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa  berminyak setelah pemberian

Lotion yang mengandung suspensi a) Kocok wadah dengan kuat

 b) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa  balutan atau bantalan kecil

c) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering

Bubuk atau powder 

a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh

 b) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan

c) Bubuhkan secara tipis pada area yang  bersangkutan

Spray aerosol

a) Kocok wadah dengan keras

 b) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk  memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)

c) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray

d) Semprotkan obat dengan cara merata pada  bagian yang sakit

(13)

13.

Rapikan klien, kembalikan peralatan yang masih dapat dipakai, buang peralatan yang sudah tidak  digunakan pada tempat yang sesuai dan

dekontaminasi alat

Untuk pencegahan infeksi

14.

Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar   pencegahan infeksi) dengan sabun dan air 

mengalir, lalu keringkan dengan lap handuk 

Untuk pencegahan infeksi

15. Buat laporan mengenai tindakan yang telah dilakukan

Untuk dokumentasi

16. Beritahukan pada klien tentang pengobatan yang telah dilakukan

Agar klien mengetahui

tidakan yang telah dilakukan serta keadaan terakhirnya

2.2.7 Indikasi dan Kontraindikasi

• Indikasi: infeksi lokal, dermatitis, psoriasis ringan, keloid, parut hipertrofik, alopesia areata, aknekistik dan prurigo

• Kontraindikasi: ulkus

2.3 Pemberian Obat pada Telinga 2.3.1 Pengertian

Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes telinga atau cairan irigasi tidak diberikan pada suhu ruangan, dapat timbul vertigo (pusing  berat) atau mual. Walaupun struktur telinga luar tidak steril, adalah bijak untuk menggunakan

tetesan dan larutan steril, jika gendang telinga rupture. Masuknya larutan tidak steril ke dalam struktur telinga tengah dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga, perawat  bersama dokter dapat mengecek untuk meyakinkan bahwa gendang telinga klien tidak ruptur. Perawat tidak pernah boleh menyumbat saluran telinga dengan alat tetes atau puit irigasi. Memaksa obat masuk ke dalam telinga yang tersumbat dapat menciptakan tekanan yang menimbulkan cedera pada gendang telinga.

Struktur telinga luar pada anak berbeda dari yang dimiliki orang dewasa. Ketika memasukkan tetesan atau mengairi telinga perawat harus meluruskan saluran telinga. Pada  bayi dan anak kecil perawat meluruskan saluran kartilago telinga dengan memegang daun telinga dan menariknya ke bawah dan kebelakang dengan lembut. Pada orang dewasa saluran telinga lebih panjang dan tersusun atas tulang dibawahnya dan diluruskan dengan menarik  daun telinga ke atas dank e belakang. Apabila saluran telinga tidak diluruskan dengan benar, larutan obat tidak akan mencapai bagian dalam struktur telinga luar.

Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.3

(14)

1. Obat telinga sebagai antiseptik dan anti infeksi.

Biasanya merupakan antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan penghilang sakit lokal (lidokain/benzokain).

2. Antiseptik telinga dengan kortikosteroid

Pada kelompok obat telinga ini selain mengandung antibiotik dan penghilang sakit lokal juga ditambah kortikosteroid yang berfungsi untuk menghilangkan gejala alergi  pada telinga.

3. Obat telinga lainnya

Obat telinga ini diindikasikan untuk saluran telinga yang tersumbat oleh kotoran yang mengeras.

Obat telinga ini dibuat dalam bentuk sediaan khusus untuk telinga dengan pembawa yang mudah menyebar ke dalam liang telinga. Bentuk kemasannya pun didesain khusus untuk  mempermudah pemberian obat telinga.

Semua obat telinga tidak boleh digunakan untuk jangka panjang karena bisa menimbulkan ototoksik, superinfeksi.

Bila permasalahan telinga disebabkan oleh jamur/virus tidak boleh menggunakan obat telinga yang mengandung antibiotik karena bisa menimbulkan superinfeksi. Selain itu antibiotik  digunakan untuk infeksi oleh bakteri.3

Cara membersihkan telinga yang baik adalah;

• Dengan menggunakan cotton bud (lidi berkapas) yang dicelup ke dalam cairan  perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin.

• Untuk membersihkan penumpukan serumen dapat juga dengan meneteskan terlebih dahulu cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin ke dalam liang telinga, tunggu beberapa saat kemudian dibersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungnya lunak.

Untuk pemilihan obat telinga yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter THT.

Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat telinga yang telah diresepkan dokter  secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat telinga sesuai kebutuhan anda.

2.3.2 Persiapan Alat Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya. 2. Penetes.

3. Spekulum telinga.

4. Pinset anatomi dalam tempatnya. 5. Korentang dalam tempatnya. 6. Plester.

7. Kain kasa. 8. Kertas tisu. 9. Balutan. 10. Bengkok 

2.3.3 Indikasi dan Kontra Indikasi NAMA GENERIK 

(15)

INDIKASI

Infeksi saluran napas, otitis media (radang rongga gendang telinga), infeksi kulit, osteomyelitis (radang sumsum tulang), endokarditis (radang endokardium jantung). KONTRA INDIKASI

# Hipersensitivitas.

# Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.

# Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang ditemurunkan).

gbr. Contoh obat tetes telinga

2.3.4 Prosedur Kerja1

 No Langkah Rasional

1 Tinjau kembali program obat dari dokter  meliputi nama klien, nama obat, konsentrasi obat, waktu pemberian obat, jumlah tetesan, dan telinga (kanan atau kiri) yang akan menerima obat.

Menjamin pemberian obat yang aman dan tepat.

2 Cuci tangan Mengurangi penularan mikroorganisme

3 Siapkan peralatan dan suplai : Botol obat dan alat tetes

Kartu, format atau huruf cetak nama obat Lidi kapas

Tisu

Bola kapas (opsional)

Sarung tangan sekali pakai (bila perlu)

Digunakan untuk membuang serumen atau drainase

4 Periksa identifikasi klien dengan melihat gelang identifikasi dan menanyakan namanya.

Memastikan klien yang menerima obat  benar.

5 Kenakan sarung tangan. Mengurangi pajanan pada mikroorganisme. 6 Kaji struktur telinga luar dan salurannya Memberikan dasar untuk menentukan

apakah timbul respons local terhadap  pengobatan, apakah kondisi klien

membaik, atau apakah telinga perlu

dibersihkan dahulu sebelum obat diberikan. 7 Jelaskan prosedur pada klien Mengurangi rasa cemas

8 Atur suplai disisi tempat tidur Memastikan prosedur berjalan lancar   9 Minta klien mengambil posisi miring dengan

telinga yang akan diobati berada di atas

Memudahkan memasukkan obat ke dalam telinga. Saluran telinga dalam posisi

(16)

menerima obat. 10 Jika serumen atau drainase menyumbat

 bagian paling luar saluran telinga, seka dengan lembut menggunakan lidi kapas. Jangan mendorong serumen kedalam untuk  menghambat atau menyumbat saluran.

Serumen dan drainase menjadi tempat  berkumpulnya mikroorganisme dan dapat

menghambat distribusi obat ke dalam saluran telinga. Oklusi saluran telinga mempengaruhi kondisi suara yang normal. 11 Luruskan saluran telinga dengan menarik 

daun telinga kebawah dan ke belakang (pada anak-anak) atau ke atas dan ke luar (dewasa).

Meluruskan saluran telinga member jalan masuk langsung ke bagian struktur telinga luar yang lebih dalam.

12 Masukkan tetesan obat yang diresepkan,  pegang alat tetes 1cm diatas saluran telinga

Mendorong tetesan ke dalam saluran yang tersumbat akan menyebabkan cedera pada gendang telinga.

13 Minta klien mengambil posisi miring 2 sampai 3 menit. Beri pijatan atau tekanan lembut pada tragus telinga dengan

menggunakan jari tangan.

Memungkinkan distribusi obat yang menyeluruh. Tekanan dan pijatan menggerakkan obat ke dalam. 14 Kadang-kadang dokter menginstruksikan

 penempatan kapas ke bagian terluar saluran telinga jangan menekan kapas ke bagian terdalam saluran.

Memasukkan kapas ke dalam saluran luar  mencegah obat keluar ketika klien duduk  atau berdiri. Kapas tidak boleh menyumbat saluran, sehingga merusak pendengaran. 15 Lepaskan kapas dalam 15 menit Meningkatkan distribusi dan absorpsi obat 16 Buang suplai dan sarung tangan yang kotor 

dan cuci tangan.

Menjaga kerapihan sisi tempat tidur  Mengurangi penularan infeksi

17 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah tetesan di absorpsi.

Mengembalikan rasa nyaman. 18 Evaluasi kondisi telinga luar diantara

 pemasukkan obat

Menentukkan respon terhadap obat.

2.4 Terapi Panas Dingin 2.4.1 Pengertian Terapi

Terapi adalah suatu proses berjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi  pribadi.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, definisi terapi adalah “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit”. Tidak disebut ‘usaha medis’ dan juga tidak disebut menyembuhkan penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi adalah lebih luas daripada sekadar pengobatan atau perawatan. Apa yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang sedang sakit dapat dianggap terapi.4

2.4.2 Terapi Panas

Terapi panas merupakan terapi dengan menggunakan panas. Sedangkan kompres adalah salah satu metode fisik yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila anak  demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu. Kompres panas membantu meredakan sakit yang berhubungan dengan radang sendi dan otot kaku dengan mengurangi ketegangan dan melancarkan aliran darah.4

a. Tujuan Terapi Panas

Terapi Panas pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan  jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung pada tujuannya. Kompres panas akan

(17)

menghangatkan menghangatkan area tubuh tersebut. Kompres panas menghasilkan  perubahan fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area  permukaan kapiler untuk pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme jaringan. Durasi

kompres juga memengaruhi respons .4

b. Jenis

Kompres panas pada tubuh berbentuk: 1. Kering

Kompres panas kering dapat digunakan secara lokal, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan  pemanas disposabel.

2. Basah.

Kompres panas basah dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan  pemanas, berendam, atau mandi.

c. Keuntungan dan Kerugian A. Keuntungan

1. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada klien 2. Mudah dan Praktis

3. Memberikan rasa hangat

4. Mengurangi dan membebaskan rasa nyeri

B. Kerugian

1. Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkanperdarahan dan pembengkakan

2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan Perdarahan

3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.

4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,  pertumbuhan se l, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat metastase

(tumor sekunder)

5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapanmembakar  atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

d. Alat dan Bahan

• Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)

• Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai • Kasa perban atau kain segitiga

• Pengalas

• Sarung tangan bersih di tempatnya

• Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%) • Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan

• Pinset anatomi 2 buah • Korentang

e. Prosedur Kerja1

NO LANGKAH RASIONALISASI

1. Dekatkan alat-alat kedekat klienAgar bidan atau perawat mudah menjangkau alat.

(18)

3. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi

4. Atur posisi klien yang nyaman Agar saat pemberian obat, klien merasa nyaman

5. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres

Agar menjaga kebersihan dan kenyamanan klien di tempat tidur atau tempat klien saat diberikan obat

6. Kenakan sarung tangan lalu  buka balutan perban bila diperban. Kemudian, buang  bekas balutan ke dalam  bengkok kosong

Untuk perlindungan diri

7. Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat.

Untuk merendam kasa yang akan digunakan untuk terapi kompres hangat

8. Kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan  pada area yang akan dikompres

Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa kering. selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga

Untuk mengompres daerah yang nyeri agar  klien merasa nyaman dan mengurangi rasa sakit klien.

9. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan kompres tiap 5 menit

Agar hasil dari kompresan tersebut maksimal

10. Lepaskan sarung tangan Untuk pencegahan infeksi

11. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman

Agar klien merasa nyaman

12. Bereskan semua alat-alat untuk  disimpan kembali

Agar alat terlihat rapi dan bersih, juga  berpengaruh pada kenyamanan klien maupun  perawat atau bidan

13. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi

14. Dokumentasikan tindakan ini  beserta responnya

Agar saat pengulangan kegiatan ini  jadwalnya teratur dan tidak terjadi kekeliruan  pada perawat/bidan

(19)

Indikasi Pemberian Kompres Panas

• Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah) • Klien dengan perut kembung

• Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian • Spasme otot

• Adanya abses, hematoma

• klien dengan suhu tubuh yang tinggi • klien dengan batuk dan muntah darah •  pascatonsilektomi

• radang, memar  g. Kontraindikasi

Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:

1. K u l i t y a n g b e n g k a k d a n t e r j a d i p e r d a r a h a n , k a r e n a p a n a s a k a n m e n i n g k a t k a n p e r d a r a h a n d a n p e m b e n g k a k a n y a n g s e m a k i n  p a r a h .

2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan  perdarahan.

3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.

4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,  pertumbuhan se l, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat, mempercepat metastase

(tumor sekunder).

5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapanmembakar  atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

2.4.2 Terapi Dingin a. Pengertian

Terapi dingin dikenal sebagai cryotherapy yang bekerja pada prinsip pertukaran panas. Hal ini terjadi ketika menempatkan objek pendingin dalam kontak langsung dengan objek suhu  yang lebih hangat, seperti es terhadap kulit. Objek dingin akan menyerap panas dari objek yang lebih hangat. Setelah cedera, pembuluh darah akan memberikan oksigen dan nutrisi kepada sel-sel yang rusak. Sel-sel-sel di sekitar cedera meningkatkan metabolisme dalam upaya mengkonsumsi lebih banyak oksigen. Ketika seluruh oksigen digunakan, sel-sel akan mati serta pembuluh darah  yang rusak tidak bisa membuang sampah. Sel darah dan cairan meresap ke dalam ruang di

sekitar otot yang mengakibatkan pembengkakan dan memar. Saat es ditempelkan akan menyebabkan suhu jaringan yang rusak menurun melalui pertukaran panas dan menyempitkan pembuluh darah lokal. Hal ini memperlambat metabolisme dan konsumsi oksigen, sehingga mengurangi laju kerusakan. Proses tersebut menghentikan transfer impuls ke otak yang mendaftar sebagai nyeri. Kebanyakan terapis dan dokter menyarankan untuk tidak menggunakan terapi panas setelah cedera, karena hal ini akan memiliki efek sebaliknya dari terapi dingin. Panas meningkatkan aliran darah dan melemaskan otot-otot. Hal itu baik untuk meredakan ketegangan otot, tetapi hanya akan meningkatkan rasa sakit dan pembengkakan cedera dengan mempercepat metabolisme. Terapi dingin harus selalu digunakan sesegera mungkin setelah cedera terjadi. Terapi dingin dilakukan sekitar 15 hingga 20 menit selama 48 jam.

(20)

a. Mengurangi peradangan dengan cara mengerutkan atau mengecilkan pembuluh darah  b. Mengurangi rasa sakit

c. Mengurangi kejang otot

d. Mengurangi kerusakan jaringan e. Mengurangi pembengkakakan

f. Mengurangi pembentukan udema (Pembekuan darah di bawah kulit) c. Jenis-jenis

1. Kantong Es

Teknik ini menggunakan tas sederhana seperti kantong plastik, botol air panas, kemasan dingin kimia atau sayuran beku. Caranya dengan menerapkan kain handuk kering di atas area tersebut untuk mencegah kontak langsung es untuk kulit. Kulit akan melewati empat tahapan sensasi dalam 10-15 menit. Sensasi ini dalam rangka adalah:

1) Dingin kulit 2) Merasa Burning 3) Sakit

4) Kekebasan 2. Pijat Es

Es merupakan material dari teknik terapi dingin. Es adalah sebuah air bersih yang dimasukkan ke dalam wadah lalu dibekukan di dalam lemari es samapi benar-benar beku. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam teknik ini yaitu sedikit demi sedikit membuka es lalu pijatkan ke area yang sakit dengan menggunakan gerakan melingkar konstan. Jangan meletakkan es di satu daerah selama lebih dari 3 menit karena hal ini dapat menyebabkan radang dingin. Terapi dingin harus dihentikan setelah kulit terasa mati rasa.

d. Keuntungan dan Kerugian Keuntungan

• Alat dan bahan mudah ditemukan dan digunakan di rumah • Murah

• Persiapan yang sedikit

• Baik untuk luka ringan yang hanya memerlukan terapi dingin untuk satu samapi dua hari. Kerugian

• Es sebagai bahan dari terapi dingin mudah jatuh sendi serta sulit untuk menjaga es di tempat • Es cepat mencair dan dapat membuat berantakan terutama jika melakukan terapi dingin di

tempat tidur.

• Es diterapkan pada permukaan sendi secara terbatas. • Tidak ada kompresi yang diterapkan.

• Hanya dapat diterapkan untuk jangka waktu yang singkat (10-20 menit).

• Sulit digunakan untuk cedera yang lebih besar atau setelah operasi karena berbagai alasan. e. Pemeriksaan Pendahuluan

Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien antara lain:

• Kondisi patologis pasien yaitu berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis  pasien ( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau

(21)

• Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk  mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin, seperti berikut:

a. Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat) yang lain berisi air dingin (air es).

 b. Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat  pengujian / pengenalan ini).

c. Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan. Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan menghalangi pandangannya

f. Alat dan Bahan Alat

a) Bengkok

b) Handuk kering c) Kom

Bahan

a) Kirbat es atau eskap dengan sarungnya

b) Kom berisi potongan-potongan kecil es serta satu sendok teh garam agar es tidak cepat mencair c) Air dalam kom

Perlengkapan a) Baki dan alas

b) Perlak kecil atau handuk kecil c) Tempet cuci tangan

d) Alat tulis dan buku catatan e) Tempat sampah basah f) Tempat sampah kering g) Baskom

g. Prosedur Kerja1

 No. Langkah Kerja Rasionalisasi

1. Siapkan alat dan bahan serta susu secara ergonomis

Persiapan alat dan bahan secara ergonomis akan memudahkan dalam memberikan pengobatan serta mengefektifkan waktu

2. Kajian pasien Pengkajian dilakukan untuk   memastikan keadaan pasien serta tepat dalam memberikan  pengobatan

3. Informed Consent Dilakukan untuk mendapatkan  persetujuan dari pasien untuk 

mempermudah pengobatan

4. Bawa alat-alat ke dekat klien Agar alat dan bahan dapat dengan mudah di jangkau

(22)

6. Masukkan batnan es ke dalam kom air 

Agar bagian pinggir es tidak  tajam

7. Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah  bagian dari kirbat tersebut

Pemakaian es yang berlebihan akan membuat mati rasa pada kulit

8. Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di tutup rapat

Agar terapi dapat bekerja dengan maksimal

9. Periksa skap Untuk memastikan agar tidak   ada kebocoran

10. Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya

Agar air yang keluar dari es tidak berceceran

11. Buka area yang akan di obati dan atur yang nyaman pada klien

Posisi yang nyaman bagi pasien akan membantu terapi

12. Pasang perlak pengalas pada  bagian tubuh yang akan di obati

Perlak berfungsi sebagai alas agar air tidak menetes ke kasur  atau ke tempat terapi dilakukan 13. Letakkan eskap pada bagian

yang memerlukan terapi

Peletakkan eskap pada bagian yang memerlukan terapi akan mempercepat terapi karena terapi langsung ke tempat yang memerlukannya

14. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh

Pengkajian yang lebih dari 20 menit akan membuat pasien tidak nyaman

15. Angkat eskap bila sudah selesai Terapi dingin harus dihentikan setelah kulit terasa mati rasa. 16. Atur posisi klien kembali pada

 posisi yang nyaman

Agar pasien lebih nyaman setelah terapi

17. Bereskan alat setelah selesai melakukan terapi ini

Agar alat dan bahan yang sudah dipakai tidak mengganggu kenyamanan klien

18. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi

19. Dokumentasikan Untuk mencatat hasil dari

 pengobatan

h. Indikasi dan Kontra Indikasi • Indikasi

a. Trauma muskuloskeletal : sprain, strain,tendinitis, tenosinovitis, bursitis,tendinitis,  b. Myofacial pain

c. Penurunan spastisitas

d. Pengobatan emergency luka bakar ringan

• Kontra Indikasi

a. Hipersensitivitas terhadap dingin  b. Cryoglobulinemia

(23)

c. Intoleransi terhadap dingin d. Raynaud’s phenomen

e. Paroxysmal cold hemoglobinuria f. HPT

g. Gangguan kognitif atau komunikasi 2.5 Kompres Panas Dingin

2.5.1 Pendahuluan

Suhu tubuh yang optimum sangat penting untuk kehidupan sel agar dapat  berfungsi secara efektif. Perubahan suhu tubuh yang eksterem dapat membahayakan  bagi tubuh. Oleh karena itu, perawata harus berusaha untuk dapat memelihara suhu tubuh klien agar tetap normal. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk  memelihara suhu tubuh di antaranya adalah melalui kompres.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.

Terdapat 2 jenis kompres, yaitu kompres panas dan kompres dingin.

Berbeda dengan kompres, terapi adalah suatu proses usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sakit dengan cara menggunakan alat-alat psikologis yang  bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada untuk 

mencapai kesembuhan.5

2.5.2 Pedoman Kompres Panas dan Dingin

Pemahaman tentang respon adaptif reseptor termal, fenomena rebound, efek  sistemik, toleransi terhadap panas dan diongin, kontraindikasi merupakan hal yang  penting ketika me mber ik an kompre s pa na s dan di ngin. 5

a. Adaptasi Reseptor termal

Reseptor termal beradaptasi terhadap perubahan suhu. Ketika reseptor dingin terpanjan suhu yang tiba-tiba rendah atau ketika reseftor hangat terpanjan suhu yang tiba-tiba tinggi, pada awalnya reseftor terstimulasi dengan kuat. Stimulasi yang kuat ini menurun dengan cepat selama beberapa detik pertama dan kemudian menjadi lebih lambat selama setengah jam berikutnya atau lebih karena reseftor beradaptasi terhadap suhu yang baru. Perawat perlu memahami respon adaptif ini ketika memberikan kompres panas dan dingin. Klien ingin mengubah suhu pada kompres tersebut karena adanya perubahan sensasi. 5

b. Fenomena Rebound

Fenomena rebaound terjadi pada saat efek terapeutik maksimal dari kompres  panas atau dingin telah mencapai dan kemudian efek yang berlawanan terjadi. Misalnya, panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam 20 sampai 30 menit; melanjutkan kompres melebihi 30 sampai 45 menitakan mengakibatkan kongesti

(24)

 jaringan, dan pembuluh darah kemudian berkontriksi dengan alasan yang tidak  diketahui apabila kompres panas terus dilanjutkan, klien beresiko mengalami luka  bakar, karena pembuluh darahyan kontriksi tidak mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi darah. Pada kompres dingin vasokonstriksi maksimum terjadi ketika kulit yang dikompres mencapai suhu 15 C. Dibawah suhu 15 C, vasodilatasi melalui. Mekanismedingin bersifat protektif: vasodilatasi membantu mencegah pembekuan jaringan tubuh yang biasa terpanajan dingin, seperti hidung dan telinga. Hal ini juga menjelaskan merahnya kulit seseorang yang berjalan dimusim dingin.

Pemahaman tentang fenomena rebound merupakan hal yang penting bagi  pe ra wa ta . Ko mpre s harus diberhentikan sebelum fenomena rebound terjadi. 5

c. Efek Sistemik 

Kompres panas diberikan pada area tubuh lokal, terutama pada area tubuh yang luas, dapat meningkatkan curah jantung dan ventilasi paru. Peningkatan tersebut adalah hasil vasodilatasi perifer yan berlebihan, yang mengalihkan sejumlah  besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah yang signifikan dapat menyebabkan klien pingsan. Klien yang memiliki penyakit jantung atau paru serta memiliki gangguan sirkulasi seperti arteriosklerosis akan lebih rentan terhadap efek kompres ini dibandingkan orang sehat. Kompres dingin yang berlebihan(seperti ketika klien ditempatkan dalam selimut pendingin) dan vasokonstriksi dapat mengakibatkan tekanan darah klien meningkat, karena darah dialihkan dari sirkulasi kutaneus ke pembuluh darah internal.

Pengalihan darah ini adalah respon protektif normal terhadap rasa dingin yang  panjang yang mana merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu inti.

Menggigil, efek umum lainnya dari rasa dingin yang berkepanjangan, adalah respon normal karena tubuh beruoaya untuk menghangatkan dirinya. 5

d. Toleransi dan Kontraindikasi

Berbagai bagian tubuh memiliki toleransi panas dan dingin yang berbeda. Variabel yang mempengaruhi toleransi fisiologi tubuh tersebut sebagai berikut:

a. Bagian tubuh. Bagian punggung tangan dan kaki adalah bagian yang tidak  terlalusensitif terhadap suhu, sebaliknya, bagian dalam dari pergelangan tangan dan lengan bawah, leher, dan area perineum adalah bagian yang s ensitif terhadap suhu.  b. Ukuran bagian tubuh yang terpanjan. Semakin besar area yang terpanjan oleh panas

dan dingin, semakin rendah toleransinya.

c. Toleransi perorangan. Individu yang sangat tua umumnya memiliki toleransi yang  paling rendah. Individu yang memiliki kerusakan neurosensori mungkin memili ki

toleransi yang tinggi, tapi resiko cederanya juga lebih besar.

d. Lama panjanan. Individu paling merasakan kompres panas dan dingin saat awal kompres diberikan. Setelah jangka waktu tertentu, toleransi akan meningkat.

e. Keutuhan kulit. Area kulit yang cedera lebih sensitif terhadap variasi suhu. Kondisi tertentu merupakan kontraindikasi penggunaan kompres panas atau dingin.

(25)

Selama itu beberapa kondisi memerlukan tindakan kewaspadaan ketika memberikan terapi kompres panas dan dingin. Adapun kontra indikasi kompres  panas dan dingin sebagai berikut:

a.Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:

1 . Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan  perd ar ahan dan pe mbengkak an

2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan  perdarahan

3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.

4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,  pertumbuhan se l, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat metastase

(tumor sekunder)

5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapatmembakar  atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

b . Kontraindikasi pemberian kompres dingin, yaitu:

1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi aliran ke luka terbuka

2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit raynaud, dingin akan meningkatkan spasme arteri

3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi (mis, eritema, hive,  bengkak, nyeri se ndi, dan kadang-kadang spasme otot), yang dapat membahayakan  jika orang ters ebut hipersensitif.

e. Efek fisiologis Kompres Panas dan Dingin

Ada pun efek fisiologi tubuh yang terjadi akibat kompres panas dan dingin menurut Audery Berman dkk, yaitu s ebagai berikut:

Kompres panas Kompres dingin

Vasodilatasi Vasokontriksi

Meningkatkan permeabilitas kapiler Menurunkan permeabilitas kapiler  Meningkatkan metabolisme selulas Menurunkan metabolisme selular 

Merelaksasi otot Merelaksasi otot

Menigkatkan inflamasi, meningkatkan aliran darah ke suatu area

Memperlambat pertumbuhan bakteri, mengurangi inflamasi

Meredakan nyeri dengan merelaksasi otot Meredakan nyeri dengan membuat area menjadi mati rasa, memperlambat

aliran impuls nyeri, dan menigkatkan ambang nyeri

Efek sedatif Efek anastesi lokal

Mengurangi kekakuan sendi dengan menurunkan viskositas cairan senovial

(26)

f. Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin

Derajat Panas Suhu Bentuk dan Kegunaan

Sangat dingin Di bawah 15° C Kantong es

Dingin 15- 18° C Kemasan pendingin Sejuk 18- 27° C Kompres dingin Hangat kuku 27- 37° C Mandi spons- alkohol Hangat 37- 40° C Mandi dengan air hangat

Panas 40- 60° C Berendam dalam air panas, irigasi, kompres panas

Sangat panas Di atas 60° C Kantong air untuk orang dewasa

g. Proses Keperawatan 1. Pengkajian

Kaji :

1. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan ceder. Kaji apaan klien menyadari rasa dingin serta dapat membedakan suhu yang terlalu dingin untuk jaringan tubuh 2. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat muda, sangat tua, tidak 

sadar,atau yang lemah tidak dapat menoleransi panas dengan baik. 3. Area yang dikompres dengan memeriksa :

• Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar, kemerahan, lesi terbuka, adanya

rabas, dan perdarahan.

• Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa dingin, berwarna pucat atau

kebiruan, dan kurangnya sensasi atau mati rasa mengindikasikan kerusakan sirkulasi.

• Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme otot atau nyeri sedang

dikompres.

• Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji sebelum kompres

diberikan pada area tubuh yang luas.

2. Perencanaan

Sebelum memberikan kompres panas atau dingin, tentukan:

a. Apakah klien perlu menandatangani surat persetujuan tindakan (jika surat  persetujuan diperlukan, periksa surat tersebut pada catatan klien).

 b. Tipe kompres panas atau dingin yang akan digunakan, suhu, dan durasi serta frekuensi kompres (periksa program dokter jika perlu).

c. Protokol institusi tentang tipe perlengkapan yang digunakan, suhu yang direkomendasikan, dan durasi kompres (periksa program dokter jika perlu),

d. Waktu kompres diberikan

3. Pendelegasian

Pemberian kompres panas dan dingin tertentu dapat didelegasikan kepa UAP (misalnya rendam jongkok, mandi air dingin) jika mereka memenuhi kriteria untuk  menjalankan tugas yang didelegasikan. Kan tetapi, pada semua kasus, pengkajian klien dan penentuan bahwa tindakan tersebut aman untuk dilakukan adalah

(27)

tanggungjawab perawat. UAP dapat mengobservasi area yang dikompres selama  perawatan sehari-hari dan mereka harus dilaporkan temuan yang abnormal pada  perawat. Temuan yang abnormal harus divalidasi dan diintervensi oleh perawat.

4. Implementasi

2.5.3 Kompres Hangat

a. Pengertian Kompres Hangat

Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat diberikan

satu jam atau lebih.

b. Tujuan Kompres Hangat

Pada umunya bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Tujuan khususnya yaitu:

a. Memperlancar sirkulasi darah  b. Mengurangi rasa sakit

c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien d. Memperlancar pengeluaran eksudat

e. Merangsang peristaltic usus

c. Jenis-Jenis Kompres Hangat Kompres hangat kering

Dapat digunakan secara local, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air   panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas disposable.

Kompres hangat basah

Dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas,  berendam atau mandi.

d. Kompres Hangat dilakukan:

1. Pada radang persendian 2. Pada kekejangan otot 3. Bila perut kembung

4. Bila ada bengkak (abses) akibat pemberian suntikan

5. Bila pasien kedinginan (misalnya akibat narkose, iklim atau ketegangan dll) 6. Pada bagian tubuh yang abses

7. Bila ada haematoom

e. Memberikan Kompres Hangat Kering (Botol Air Panas, bantalan Pemanas Elektrik, bantalan Akuatermia, Kemasan Pemanas Disposabel)

Perlengkapan:

 Botol (kantong) air panas

• Botol air panas dengan tutupnya • Sarung botol

(28)

• Bengkok  • Sarung tangan • Baki dan alasnya

• Tempat sampah basah dan kering • Baskom

• Kom

 Bantalan Pemanas elektrik 

• Bantalan elektrik dan pengontrolnya

• Sarung (gunakan bahan yang kedap air jika kemungkinan bagian bawah bantalan akan menjadi lembab)

• Pengikat kasa (pilihan) • Bengkok 

• Sarung tangan • Baki dan alasnya

• Tempat sampah basah dan kering • Baskom • Kom  Bantalan Akuatermia • Bantalan • Air Suling • Unit pengontrol • Sarung

• Pengikat kasa atau plester (pilihan) • Bengkok 

• Sarung tangan • Baki dan alasnya

• Tempat sampah basah dan kering • Baskom

• Kom

 Kemasan Pemanas Disposabel

• Satu atau dua buah kemasan pemanas disposable yang telah dipersiapkan secara komersial

f.

Pelaksanaan

Langkah –Langkah :

1. Menjelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, serta beri tahu tujuannya agar dapat menjalankan perawatannya

2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan 3. Cuci tangan dengan 7 langkah

4. Berikan kompres panas Prosedur kerja1

(29)

1. Mengukur suhu air. Ikuti praktek institusi tentang penggunaan suhu yang tepat.

Suhu yang sering diberikan:

46 – 52 °C untuk orang dewasa normal 40,5 – 46 °C untuk orang dewasa yang tidak sadar atau yang kondisinya sedang lemah

Memastikan suhu yang akan diberikan agar terapi berefek  maksimal

2. Mengisi sekitar dua pertiga botol dengan air panas

Agar air tidak terlalu penuh dan tidak tumpah

3. Mengeluarkan udara dari botol. Udara yang tetap berada di botol akan mencegah  botol mengikuti bentuk tubuh yang sedang

dikompres.

Untuk menjaga suhu agar tetap stabil

4. Menutup botol dengan kencang Agar air tidak tumpah dari tempatnya

5. Membalikkan botol dan memeriksa adanya kebocoran

Untuk memastikan ada atau tidaknya kebocoran

6. Mengeringkan botol Agar saat terapi dilaksanakan  pakaian pasien tidak terkena basah 7. Membungkus botol dengan handuk atau

sarung botol air panas

Agar panas air tidak langsung menyentuh kulit. Ditakutkan kulit melepuh

8. Meletakkan bantalan pada bagian tubuh dan menggunakan bantal untuk   menyangganya jika perlu

Untuk memberikan kenyamanan  pada pasien

Pelaksanaan Bantalan Pemanas Elektrik Rasioalisasi

1. Memastikan arca tubuh kering. Penggunaan listrik pada area yang lembab dapat mengakibatkan syok  2. Memeriksa bahwa bantalan elektrik 

tersebut berfungsi dan berada dalam kondisi yang baik. Kawat tidak boleh  bercelah dan kabel harus utuh, komponen  pemanas tidak boleh terbuka, dan  pendistribusian suhu pada bantalan harus

rata.

3. Memasang sarung bantalan. Beberapa model memiliki sarung kedap air yang dapat digunakan jika bantalan diletakkan di atas balutan basah.

Tempat yang lembab dan menyebabkan arus pendek pada  bantalan sehingga membakar atau

membuat klien syok. 4. Menyambungkan bantalan ke stop kontak 

listrik 

Untuk menghidupkan bantalan listrik 

5. Mengatur pengontrol suhu pada suhu yang tepat

Agar terapi yang diberikan efektif  6. Setelah bantalan dipanaskan, meletakkan

 bantalan di atas bagian tubuh yang memerlukan bantalan tersebut

(30)

7. Menggunakan ikatan basa, bukan peniti untuk memfiksasi bantalan agar tetap  berada di tempatnya

Pelaksanaan Bantalan Akuatermia

1. Mengisi unit dengan air suling sampai memenuhi 2/3 inut. Unit akan menghangatkan air, yang bersirkulasi di bantalan

2. Mengeluarkan gelembung udara, dan fiksasi tutup bantalan

3. Mengatur suhu pada tombol pengatur jika memang belum diatur. Suhu normal adalah 40,5 °C. periksa instruksi pabrik 

4. Membungkus bantalan dengan sebuah handduk atau sarung bantal 5. Menyambungkan unit ke aliran listrik 

6. Memeriksa adanya kebocoran atau fungsi bantalan yang tidak benar sebelum digunakan

7. Menggunakan plester atau pengikat kasa untuk memfiksasi bantalan di tempatnya. Jangan menggunakan peniti, Karena dapat mengakibatkan kebocoran

8. Jika terjadi kemerahan atau nyeri yang tidak biasa, hentikan terapi, dan laporkan reaksi klien

Pelaksanaan Kemasan Pemanas Disposabel

1. Masukkan ke microwave, pukul-pukul, peras atau remas kemasan sesuai dengan petunjuk pabrik 

2. Perhatikan instruksi pabrik mengenai lama waktu produksi panas. 5. Memberikan klien instruksi sebagai berikut :

• Jangan memasukan benda-benda tajam, benda berujung runcing (misalnya peniti) ke dalam  bantalan atau botol.

• Jangan meletakkan botol atau bantalan secara langsung. Permukaan di bawah objek  meningkatkan absorpsi panas, bukan pengeluaran panas iar yang normal

• Untuk mencegah cedera, jangan mengatur panas lebih tinggi dari yang telah ditentukan. Derajat panas yang dirasakan akan menurun dengan cepat setelah pemberian kompres karena reseptor suhu tubuh beradaotasi dengan cepat terhadap suhu. Mekanisme adaptif ini dapat menyebabkan cedera jaringan jika suhu diatur lebih tinggi

6. Meletakkan kemasan pemanas pada tempatnya hanya selama jangka waktu yang telah ditentukan guna menghindari fenomena rebound. Untuk bantalan elektrik, selama 1—15 menit.

7. Mendokumentasikan pemberian kompres panas dan respon klien pada catatan klien dengan menggunakan format atau daftar tilik yang disertai catatan narasi jika perlu.

Memberikan kompres pada kondisi rawat jalan dan komunitas Memberikan kompres panas Bayi/Anak 

• Suhu air dalam botol air panas harus 40,5 – 46 °C untuk anak-anak berusia kurang dari 2 tahun.

(31)

• Berikan perhatian khusus saat mengkaji yang akan diterapi dan ketika mengevaluasi efek 

terapi karena lansia memiliki banyak kondisi yang merupakan predispodidi terjadinya cedera  pada pemberian kompres.

h. Memberikan Kompres Hangat Kasa Dan Kemasan Basah Perlengkapan

Disesuaikan berdasarkan kebutuhan 1. Untuk kompres basah hangat:

a. Seperangkat peralatan steril terdiri dari:

• Pinset 2 buah • Kasa secukupnya

• Mangkok berisi cairan hangat

 b. Peralatan non-steril yang terdiri dari:

• Buli-buli • Air panas

• Pembalut atau kain segitiga • Gunting pembalut

• Perlak kecil dan alasnya • Bengkok (nierbekken) • Kapas bersih

• Plester 

PELAKSANAAN

1. Untuk kompres basah hangat kain bias diambil dengan  pinset, kemudian dicelupkan ke dalam cairan, diperas sedikit selanjutnya diletakkan pada bagian yang dikompres. Kain kasa harus dibalut atau ditutupdengan kain kasa kering, lalu di plester 

2. Bilanenggunakan air panas

Buli-buli diisi air panas 1/3 sampai 2/3 bagian

Udara dikeluarkan dengan cara : buli-buli ditempatkan di tempat rata, lalu bagian atasnya ditekuk sampai air kelihatan, selanjutnya ditutup

Di bungkus dengan kantong buli-buli

Diletakkan pada bagian yang akan dikompres 3. Bila menggunakan elektrikal pad:

Periksa tegangan listrik (voltage), disesuaikan voltage alat. Stopkontak dipasang

Panas diukur sesuai kebutuhan

Elektrikal pad diletakkan pada bagian yang akan dikompres. Perhatian :

(32)

 b. Untuk kompres basah hangat pada jaringan permukaan yang tertutup (bengkak atau memar), alat tidak harus steril tapi harus bersih

c. Bila cairan atau alat kompres terlalu panas, pada bagian kulit yang dikompres bias terjadi luka bakar 

d. Cegah terjadinya luka bakar pada pemberian kompres hangat. Luka bakar bias terjadi, jika cairan atau alat kompres terlalu panas.

Indikasi

1. Sprain dan strain

2. Sebagai tindakan pendahuluan (preliminary) sebelum dilakukan latihan untuk kondisi stiff   joint (kekakuan sendi)

3. Low back pain yang disertai spasme otot

4.

Arthritis kronis

Kontraindikasi

1.

Gangguan sensibilitas 2. Buerger diseases

3. Gangguan peredaran darah arterial perifir 

2.5.4 Kompres Dingin

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang dibasahi dengan air dingin (es, dan sebagainya) untuk menyejukkan kepala dan sebagainya.

Kompres dingin dibagi menjadi dua, yaitu kompres dingin kering (kirbat) dan kompres dingin basah. Kompres dingin kering terdiri dari kompres es biasa, kompres es leher, dan kompres es gantung.

Kompres dingin kering diberikan untuk mendapat efek lokal dengan menggunakan kantong es kolar es, sarung tangan es, dan kemasan pendingin disposabel. Kompres dingin basah diberikan pada bagian tubuh untuk memberi efek lokal. Kompres dingin sering kali digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi pembuluh darah, meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai counterirritant.

A. Kompres Dingin Kering atau Kirbat

a. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Biasa

 Pengertian

Memberikan kompres dingin kepada pasien yang memerlukannya, dengan menggunakan kirbat es yang telah diisi dengan potongan es.

Tujuan

1. Membantu menurunkan suhu tubuh 2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri 3. Membantu mengurangi perdarahan 4. Membatasi peradangan

 Dilakukan pada :

1. Pasien yang suhunya tinggi 2. Pasien perdarahan hebat 3. Pasien yang kesakitan

(33)

1. Bengkok  2. Kantong es

3. Sarung pelindung  Bahan

1. Potongan es secukupnya dalam wadah 2. Kassa gulung

3. Plester 

4. Larutan klorin 0,5%  Perlengkapan

1. Baki dan alas

2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas 3. Tempat cuci tangan

4. Sarung tangan

5. Alat tulis dan buku catatan 6. Tempat sampah basah 7. Tempat sampah kering 8. Baskom

 Pelaksanaan1

 NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI

1 Menyiapkan alat dan bahan

Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es,  potongan es dicelupkan dulu ke dalam air untuk 

menghilangkan ujung- ujungnya yang runcing. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua pertiga kantong.

Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau memelintir alat

Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat sebauh simpul pada sarung tangan di  bagian ujung yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran cairan jika es meleleh.

Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran

Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.

Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan menggunakan kasa gulung, pengikat,atau handuk. Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.

Memudahkan kita dalam melakukan tindakan

2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap  pasien

Memastikan apakah kompres tersebut benar diberikan untuk   pasien tersebut

3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam

melakukan tindakan dengan  bekerja sama dengan pasien

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan wawancara pada prinsipnya dimaksudkan untuk mendapatkan data yang tentang perencanaan kurikulum di TK Negeri Pembina 3 Pekanbaru dan mengenai pengelolaan Kurikulum

Selain itu agresivitas pajak yang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, dikarenakan tindakan agresivitas pajak yang diproksikan melalui beban pajak di

Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (selanjutnya disebut Pedoman Teknis E-KKP3K), disusun

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

 Pada telapak tangan dan kaki mempunyai Pada telapak tangan dan kaki mempunyai susunan yang sangat khas yang disebut : susunan yang sangat khas yang disebut :

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir Landasan Konseptual

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Untuk mengetahui pengaruh self-regulated learning terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di

Berikut pembahasan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh kunjungan wisatawan terhadap kesejahteraan masyarakat lokal Desa Rumbia dengan