A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada
tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya usia akan memicu berbagai masalah kesehatan. Pada seseorang yang tidak begitu terkontrol kesehatannya, kerap
sekali terjadi beberapa masalah resiko gangguan penyakit dan menurunnya kekebalan tubuh. Sumber lain menyebutkan hal tersebut dapat sampai
menimbulkan berbagai penyakit kronis seperti diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal, hati dan gangguan fungsi organ tubuh lainnya serta dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi (Haryono, 2013 dalam Rahayu,
2015).
Angka harapan hidup dan peningkatan kesejahteraan sosial yang
diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk juga kelompok dewasa sampai rentang menuju usia lanjut merupakan salah satu sasaran indikator keberhasilan di bidang kesehatan.
Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk,
masyarakat, maupun dalam negara dan peningkatan kualitas hidup (BPS, 2012 dalam Rahayu, 2015).
Akibat dari peningkatan populasi pada usia lanjut tentunya juga akan diikuti dengan peningkatan risiko menderita penyakit kronis seperti diabetes
mellitus, penyakit muskuloskeletal, penyakit jantung koroner, dan hipertensi. Dengan munculnya penyakit kronis dapat menurunkan kualitas hidup khususnya dimensi kesehatan fisik. Masalah kualitas hidup seringkali
menjadi perhatian di negara-negara maju disamping masalah kesehatan yang selama ini muncul. Kualitas hidup dalam konteks populasi juga sering
dijadikan evaluasi terhadap intervensi dan studi klinis (Sari & Pramono, 2014)
Dengan demikan agar tercipta pembangunan Indonesia yang optimal
perlu dilakukan sebuah intervensi yang matang dengan cara mengukur kualitas hidup masyarakatnya, menurut WHO-QoL group (2004) dalam
kutipan Nurchayati (2011) menyebutkan untuk mengukur kualitas hidup seseorang WHO telah berhasil membentuk WHO Quality of Life (QoL) Group, yang menyatakan kualitas hidup merupakan sebuah persepsi individu
terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan,
standar dan keinginan. Kualitas hidup dapat diukur dengan instrument WHOQoL, SF-36. Pada instrumen SF-36 yang dinilai adalah meliputi domain : kesehatan fisik, kesehatan psikologis, tingkat independen,
Kualitas hidup diartikan juga sebagai evaluasi dari kepuasan secara keseluruhan dari kehidupan seseorang. Dilihat dari dimensi kesehatan fisik,
kualitas hidup merupakan evaluasi kepuasan terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan, kebugaran dan tenaga, kualitas tidur serta ketergantungan
obat yang dialami oleh seorang individu. Hal ini tentunya sesuai dengan konsep sehat WHO yang mendefinisikan bahwa sehat merupakan keadaan sejahtera meliputi fisik, mental, sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit
atau cacat secara fisik tetapi mampu merasa sejahtera, bahagia dalam kehidupan sehingga mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.
Peningkatan usia harapan hidup diharapkan sejalan dengan kualitas hidup yang baik, dengan menerapkan program pemberdayaan lansia untuk meningkatkan kualitas hidup dan status kesehatan mereka (Sari & Pramono,
2014).
Akibat maraknya prevalensi kasus penyakit kronis pada masyarakat
khususnya lansia di indonesia yang semakin meningkat setiap tahun serta untuk mencegah timbulnya komplikasi berlanjut, Pemerintah melalui BPJS Kesehatan bekerja sama dengan pihak pelayanan fasilitas kesehatan
merancang suatu program yang terintegrasi dengan model pengelolaan penyakit kronis bagi peserta penderita penyakit kronis yang disebut sebagai “PROLANIS” atau “Program Pengelolaan Penyakit Kronis”. Prolanis
merupakan pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS
Kesehatan yang menderita penyakit kronis (khususnya penyakit Hipertensi dan DM tipe 2) untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Kegiatan
Prolanis ini mencangkup upaya–upaya pencegahan komplikasi berlanjut dan peningkatan kesehatan masyarakat, yaitu meliputi kegiatan konsultasi medis.
klub prolanis, home–visit, dan skrinning kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014). Kegiatan Prolanis ini merupakan pengelolaan yang lebih baik pada penyakit kronis. Yang lebih mengutamakan kemandirian pasien dan program
ini juga sebagai upaya promotif serta preventif dalam penanggulangan penyakit kronis. Tujuan Prolanis adalah mendorong peserta penyandang
penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama
memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe
II dan Hipertensi sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014)
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Purwokerto Utara I, terdapat 1 Prolanis yang dilaksanakan di Puskesmas Purwokerto Utara I dengan anggota terdaftar yaitu 162 orang dan setiap satu bulan sekali rata –
rata ada sekitar 57 orang yang rutin hadir mengikuti kegiatan Prolanis. Kelompok usia sampel yang dibina atau diambil adalah usia >50 tahun (Data
Beberapa penelitian epidemiologi didapatkan bahwa khususnya pada lanjut usia yang mengalami gangguan penyakit kronis kecenderungan dapat
berpengaruh terhadap tingkat kualitas hidup seseorang. Menurut Studi yang dilakukan Degl’ Innocenti (2002), menyatakan bahwa contohnya pada kasus
penyakit hipertensi dapat menyebabkan masalah pada kualitas hidup seseorang sehingga kualitas hidupnya akan terganggu dan angka harapan hidupnya pun juga akan menurun. Seseorang dapat dinyatakan memiliki
tingkat kualitas hidup yang baik, bila suatu kondisi yang menyatakan tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, serata kenyamanan dan kebahagiaan
hidupnya (Yusup, 2010).
Melihat dari hasil data di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang evaluasi kegiatan prolanis di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara I
B. Rumusan Masalah
Sering sekali banyak orang – orang ketika di usia dewasa mengalami
penyakit kronis dikarenakan semakin bertambahnya usia seseorang otomatis akan memicu berbagai macam masalah kesehatan, hal ini tentu sangat
mempengaruhi tingkat kualitas hidupnya. Pada seseorang yang tidak terkontrol kesehatannya, tak jarang ditemui masalah penyakit kronis seperti hipertensi dan DM tipe II. Salah satu cara penanganannya yaitu bisa dengan
melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan terutama dengan mengikuti kegiatan Prolanis. Karena tujuan utama dari Prolanis adalah untuk
mencapai atau meningkatkan kualitas hidup yang optimal bagi penderita penyakit kronis khususnya hipertensi dan DM tipe II. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian agar diperoleh fakta yang jelas.
Sehingga didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah evaluasi kegiatan Prolanis di wilayah kerja Puskesmas
Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden, seperti umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, status pekerjaan peserta prolanis di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas.
b. Mengetahui tingkat kualitas hidup peserta prolanis di wilayah kerja
Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas.
c. Mengetahui gambaran kontrol kadar gula darah peserta kegiatan
prolanis yang terdiagnosa Diabetes mellitus di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas.
d. Mengetahui gambaran kontrol nilai tekanan darah peserta kegiatan
prolanis yang terdiagnosa hipertensi di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas.
e. Mengetahui tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa
Diabetes mellitus di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten
Banyumas.
f. Mengetahui tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa
hipertensi di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat bagi peneliti dan dunia pendidikan, bagi responden dan pelayanan kesehatan serta bagi institusi
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran secara umum atau nyata, serta menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan cara mengaplikasikan teori–teori keperawatan
komunitas yang didapat selama perkuliahan, khususnya materi tentang kegiatan Prolanis dilihat dari hasil evaluasi kegiatannya. 2. Bagi responden
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden (peserta kegiatan Prolanis) mengenai informasi tentang pentingnya
program Prolanis bagi penyandang penyakit kronis untuk mencegah terjadinya penyakit komplikasi berlanjut.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan informasi mengenai semakin berkembangnya populasi penyandang penyakit kronis, khususnya pada Puskesmas
Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas terkait dengan pentingnya kegiatan Prolanis dapat dijadikan sebagai bahan dari hasil pengambilan keputusan dan antisipasi dari masalah kesehatan
yang kerap sekali dialami oleh masyarakat. 4. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai dampak penyelenggaraan kegiatan Prolanis terhadap peningkatan taraf kesehatan yang optimal bagi
E. PENELITIAN TERKAIT
1. Lita Widiarti (2011), penelitian ini meneliti tentang kualitas hidup pasien penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUD
Banyumas. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Sampel penelitian ini 104 responden yang
diambil secara purposive sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner WHOQoL-BREF yang telah dimodifikasi yang berisi 26 item pertanyaan. Analisa data menggunakan uji statistik
chi-square. Hasil penelitian ini adalah kualitas hidup secara keseluruhan didapatkan 97 (93,3%) responden memiliki kualitas hidup sedang, 5
(4,8%) tinggi dan terdapat 2 (1,9%) responden memiliki kualitas hidup rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan
kualitas hidup secara keseluruhan ( p value = 0,003).
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah penelitian
ini mengukur kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner yang
termasuk kategori penyakit kronis di Poliklinik Rumah Sakit. sedangkan
penelitian saya pada pasien penyakit kronis juga, khususnya pada
penyandang hipertensi dan DM tipe II yang mengikuti kegiatan Prolanis.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah sama–
sama mengukur kualitas hidup penyandang penyakit kronis dan
instrumen yang dipakai untuk pengumpulan data dengan menggunakan
2. Robert Silitonga (2007), penelitian ini meneliti tentang faktor – faktor
yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit Parkinson di
Poliklinik Saraf RS Dr. Kariadi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional. Instrumen pengumpulan
data menggunakan kuesioner PDQ-39 (Parkinson’s Disease Questionnaire-39) yang berisi 39 item pertanyaan. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah umur, jenis pengobatan, kejadian depresi, aktifitas
sosial, stadium penyakit parkinson, gangguan kognitif dan diskinesia, sedangkan variabel tergantung skor PDQ-39. Sampel penelitian ini 31
responden. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna rerata skor PDQ-39 (p<0,05) dari variabel kejadian depresi, aktifitas sosial dan stadium penyakit.
Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah penelitian
ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien penyakit parkinson yang termasuk kategori penyakit kronis di
Poliklinik Rumah Sakit dengan instrument PDQ-39. sedangkan
penelitian saya pada pasien yang juga masuk di kategori penyakit kronis
khususnya penyandang hipertensi dan DM tipe II yang mengikuti
kegiatan Prolanis. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian
penulis adalah sama–sama mengukur kualitas hidup penyandang