• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - OKSI ANJAR WINANTI BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - OKSI ANJAR WINANTI BAB I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis adalah salah satu masalah kesehatan yang sampai saat ini masih belum dapat dituntaskan diberbagai dunia termasuk di Indonesia. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis (Kemenkes RI, 2016).

Menurut WHO dalam Widiyono 2008, 22 negara dengan beban TBC tertinggi di dunia 50%-nya berasal dari negara-negara Afrika dan Asia serta Amerika (Brasil). Dengan insidensi TBC di Amerika Serikat adalah 9,4 per 100.000 penduduk pada tahun 1994 (lebih dari 24.000 kasus yang di laporkan). Dan hampir semua negara ASEAN masuk dalam 22 kategori negara tersebut kecuali Singapura dan Malaysia. Dari seluruh kasus di dunia India menyumbang 30%, Cina 15%, dan Indonesia 10%.

(2)

1.600.000 kasus TB, dimana tiap tahun terjadi 1.000.000 kasus baru. Sementara case detection rate hanyalah sebesar 33% atau sekitar 670.000 untuk kasus-kasus yang hilang.

Prevalensi TB Paru di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 113,52 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2014 sebesar 114 per 100.000 penduduk. Sedangkan di tahun 2016 kasus TB Paru di Jawa Tengah sebanyak 14.139 kasus, dan mengalami peningkatan di tahun 2017 kasus TB Paru di Jawa Tengah sebanyak 17.344 kasus (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data di atas, angka kesembuhan pada tahun 2015 sebesar 85%. Pada tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan TB Paru mencapai 71,3% sedangkan angka kesembuhan mencapai 66,6%. Sedangkan pada tahun 2017 angka kesembuhan meningkat mencapai 93,07% dan angka keberhasilan pengobatan TB mencapai 72,84% (Kemenkes RI, 2018).

(3)

Mengacu pada kondisi tersebut diperlukan adanya penanggulangan penyakit TBC ini. Untuk menanggulangi TBC salah satu caranya yaitu dengan Directly Observed Treatment Succes Rate (DOTS) adalah strategi penyembuhan TB paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan strategi DOTS, maka proses penyembuhan TB paru dapat berlangsung secara cepat. Strategi DOTS ini direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menanggulangi penyakit TB paru, karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu 95% (Depkes RI, 2010).

Kementrian Kesehatan sejak April 2016 mencanangkan Program TOSS TB (Temukan TB, Obati Sampai Sembuh), diharapkan mampu menggerakkan masyarakat untuk turut serta menemukan kasus-kasus TB baru yang ada di lingkungan sekitar dan memantau pengobatan hingga tuntas (Dinkes Jateng, 2018). Kategori kesembuhan penyakit TB yaitu suatu kondisi dimana individu telah menunjukan peningkatan kesehatan dan memiliki salah satu indikator kesembuhan penyakit TBC, diantaranya: menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) dengan hasil negatif pada akhir pengobatan dan minimal satu pemeriksaan follow up sebelumnya negatif (Nizar, 2010).

(4)

kesembuhan pun meningkat. Penelitian Gendhis (2012) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tb Paru. Menurut Aris Widiyanto (2016) bahwa ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kesembuhan pasien TB BTA positif.

Berdasarkan wawancara peneliti pada petugas Puskesmas Jatilawang bahwa angka kesembuhan kejadian TBC di Puskesmas Jatilawang sudah memenuhi target. Hal itu dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dahak dengan hasil BTA negatif pada pengobatan terakhir. Penderita tuberkulosis sebagian besar meyelesaikan pengobatan tuntas selama 6 bulan. Hal tersebut dikarenkan petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu meliputi, petugas memenuhi ketersediaan obat setiap penderita, petugas memberikan penyuluhan setiap kontrol, dan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan orientasi lingkungan rumah yang sehat dan memberikan motivasi agar penderita rutin melakukan pengobatan.

(5)

kesehatan juga selalu memberi dukungan untuk rajin dalam melakukan pengobatan.

Keberhasilan pengobatan TB paru sangat ditentukan oleh adanya keteraturan atau kepatuhan minum obat anti tuberkulosis (Sukana dkk, 2003). Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan dengan petugas dan penderita, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan penderita tuberkulosis di Wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah “apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan penderita tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan kesembuhan penderita tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik penderita berdasarkan mutu pelayanan kesehatan, pengetahuan, dan kepatuhan minum obat di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang.

(6)

c. Mengetahui hubungan mutu pelayanan kesehatan dengan kesembuhan penderita tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang.

d. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kesembuhan penderita tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang.

e. Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kesembuhan penderita tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang. f. Mengetahui faktor-faktor yang paling dominan dengan kesembuhan

penderita tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Jatilawang. D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai penambah wawasan atau pengalaman baru dan meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan penderita tuberkulosis.

2. Bagi Responden

Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempercepat kesembuhan penderita tuberkulosis.

3. Bagi Instansi Kesehatan

a. Memberikan tambahan bahan pustaka tentang faktor yang mempengaruhi kesembuhan pada penderita tuberkulosis.

(7)

E. Keaslian Penelitian

1. Aris Widianto (2016) yang berjudul Hubungan Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kesembuhan Penderita Tuberkulosis Paru Bta Positif Di Puskesmas Delanggu Kabupaten Klaten. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien TB paru BTA positif yang tercatat dalam register TB puskesmas Delanggu pada tahun 2012 yang telah mengikuti program DOTS dan telah menyelesaikan pengobatannya pada tahun 2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah ramdom sampling dengan sampel sebanyak 38 responden. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah Chi Square. Hasil penelitian: ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kesembuhan pasien TB BTA positif di Puskesmas Delanggu Klaten. Hal ini terbukti dengan nilai signifikansi (P)

0.006 dengan (α) = 5% maka P < 0.05. Kepatuhan minum obat

mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien TB BTA positif di Puskesmas Delanggu Klaten.

(8)

2. Nomi Andita Puri (2010). Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (Pmo) Dengan Kesembuhan Pasien Tb Paru Kasus Baru Strategi DOTS. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional . Subjek penelitian adalah pasien TB paru di poliklinik paru RSUD Moewardi Surakarta. Subjek penelitian diambil dengan teknik pengumpulan data purposive sampling. Dari penelitan didapatkan OR = 4.2, χ2 hitung 4.6, dan p = 0.029. Taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara kinerja PMO dengan kesembuhan TB paru kasus baru strategi DOTS.

Persamaan dari penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu meneliti kesembuhan penderita tuberkulosis. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini terdapat pada variabel bebas yaitu peneliti sebelumnya hanya meneliti kinerja pengawas minum obat (PMO), sedangkan peneliti meneliti tingkat pengetahuan, dan tingkat kepatuhan minum obat.

(9)

Persamaan dari penelitian ini yaitu terletak pada variabel bebas yaitu meneliti tentang pengetahuan. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini terletak pada variabel terikatnya yaitu peneliti sebelumnya meneliti tentang ketraturan minum obat sedangkan peneliti meneliti tentang kesembuhan penderita tuberkulosis.

4. Luluk Faizati Sholikhah (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberculosis Paru Di Puskesmas Gatak. Penelitian ini menggunakan metode korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan desain penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross sectional). Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatahuan minum obat penderita TB Paru di Puskesmas Gatak. Dan tidak ada hubungan yang signifikan antara mutu pelayanan dengan kepatuhan minum obat penderita TB Paru di Puskesmas Gatak.

(10)

5. Dewi Hayati (2016). Hubungan Kinerja Pengawas Menelan Obat Dengan Kesembuhan Tuberkulosis Di UPT Puskesmas Arcamanik Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kinerja PMO dengan kesembuhan.

Persamaan dari penelitian ini yaitu dari variabel terikat, dimana peneliti sama-sama meneliti kesembuhan tuberkulosis. Dan perbedaan dari penelitian ini, peneliti sebelumnya meneliti kepatuhan minum obat, dan peneliti meneliti beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan kesembuhan tuberkulosis.

6. Diana Sari, Ida (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kepatuhan berobat sebesar 72,7%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan kepatuhan berobat jalan pasien TB paru (p > 0,05).

(11)

7. Nurjanah, Siti (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan TBC Pada Mahasiswa Di Asrama Manokwari Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil dalam penelitian ini yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit TB dan ada hubungan antara sikap penderita dengan perilaku pencegahan penyakit TB.

Persamaan dari penelitian ini yaitu peneliti sama-sama meneliti tentang pengetahuan penderita. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini yaitu dalam variabel terikatnya, peneliti meneliti tentang kesembuhan penderita sedangkan penelitian ini meneliti tentang perilaku pencegahan penyakit TB.

8. Ghendis Indra Dewi (2012). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Pasien Dan Dukungan Kelurga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di BKPM Pati. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study. Hasil dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara

pengetahuan, sikap pasien dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat di BKPM Pati.

(12)

sedangkan dalam penelitian ini meneliti kepatuhan minum obat sebagai variabel terikat.

9. Lertkanokkun, et al (2013). Healthcare providers’ Knowledge, Attitudes & Practices Regarding Tuberculosis Care. Metode penelitian ini

menggunakan desain cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara penyedia pelayanan kesehatan Tuberkulosis, pengetahuan dan sikap pasien Tuberkulosis terhadap kesembuhan pasien Tuberkulosis.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang kesembuhan Tuberkulosis. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu peneliti menggunakan metode case control dan pada variabel bebasnya yaitu peneliti meneliti tentang mutu pelayanan kesehatan, pengetahuan, dan kepatuhan minum obat.

10.K. Okanurak, et al (2008). Factors Cotributing To Treatment Succes Among Tuberculosis Patients: A Prospective Cohort Study In Bangkok.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kohort prospektif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan Tuberkulosis yaitu jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan tentang TB dan efek samping obat.

(13)

peneliti meneliti tentang kesembuhan TB dan peneliti menggunakan metode case control.

11.Santos, E, et al (2017). Diagnosis Delay Of Tuberculosis In The Huambo Province, Angola. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional.

Hasil dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara umur, jarak fasilitas kesehatan, dan layanan kesehatan dengan penundaan diagnosis TB.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi speaker ini adalah mengubah gelombang listrik menjadi getaran suara.proses pengubahan gelombag listrik/electromagnet menjadi gelombang suara terjadi karna

Turn over parkir mobil pada hari Senin, Rabu dan Sabtu masing-masing sebesar 1,98, 3 dan 3,1 kendaraan dengan rata-rata turn over parkir sebesar 3,1 kendaraan.

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

and you can see from the radar screen – that’s the screen just to the left of Professor Cornish – that the recovery capsule and Mars Probe Seven are now close to convergence..

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat