• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) - PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF DI SMP NEGERI I SOMAGEDE) - repository per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) - PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK (STUDI DESKRIPTIF DI SMP NEGERI I SOMAGEDE) - repository per"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

1. Pengertian PPKn

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah “salah satu

mata pelajaran yang diajarkan untuk jenjang SMP/MTs, yang dirancang

untuk menghasilkan siswa yang memiliki keimanan dan akhlak mulia

sebagaimana diarahkan oleh falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu

Pancasila sehingga dapat berperan sebagai warga negara yang efektif dan

bertanggung jawab. Pembahasannya secara utuh mencakup empat pilar

kebangsaan yang terkait satu sama lain, yaitu Pancasila, Undang-Undang

Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal

Ika (Buku Guru SMP/MTS Kelas VIII)”.

Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah tema

kewarganegaraan yang diharapkan dapat mendorong siswa menjadi warga

negara yang baik melalui kepeduliannya terhadap permasalahan dan

tantangan yang dihadapi masyarakat sekitarnya. Kepedulian tersebut

ditunjukkan dalam bentuk partisipasi aktif dalam pengembangan

komunitas yang terkait dengan dirinya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan adalah suatu program pendidikan yang

(2)

education melalui model pembelajaran yang demokratis, interaktif, serta

humanis dalam lingkungan yang demokratis, serta tidak hanya mencakup

aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif dan psikomotrnya. Bukan

hanya menjadikan peserta didik yang pandai tetapi yang mempunyai sikap

baik/berkarakter baik dan mempunyai keterampilan untuk bersosialisasi

dengan lingkungan.

Menurut Brunner (Asri Budiningsih,2005: 50) langkah-langkah

pembelajaran yang harus diterapkan oleh guru adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,

minat, gaya belajar dan sebagainya).

3) Memilih materi pelajaran

4) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif

(dari contoh-contoh ke generalisasi).

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,

ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,

dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai

ke simbolik.

(3)

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran diatas, peserta didik

diberikan kebebasan untuk belajar sendiri melalui aktifitas menemukan

(discovery), cara demikian akan mengarahkan peserta didik pada bentuk

belajar induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan.

Kompetensi yang dihasilkan bukan lagi terbatas pada kajian

pengetahuan dan keterampilan penyajian hasil kajiannya dalam bentuk

karya tulis, tetapi lebih ditekankan kepada pembentukan sikap dan

tindakan nyata yang harus mampu dilakukan oleh setiap peserta didik.

Dengan demikian akan terbentuk sikap yang cinta dan bangga sebagai

warga negara Indonesia.

2. Tujuan PPKn

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2014 tentang

Kurikulum 2013, secara umum tujuan mata pelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam seluruh dimensi

kewarganegaraan, yakni: (1) sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan,

komitmen dan tanggung jawab kewarganegaraan (civic confidence, civic

committment, and civic responsibility); (2) pengetahuan kewarganegaraan;

(3) keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi

(4)

Secara khusus Tujuan PPKn yang berisikan keseluruhan dimensi

tersebut sehingga peserta didik mampu:

1) Menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan,

pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara

personal dan sosial;

2) Memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif

dan pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

3) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat

kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan

4) Berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai

anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan

harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa yang hidup bersama dalam berbagai tatanan sosial Budayaal.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan menekankan pada perkembangan dan

membina peserta didik yang cerdas, terampil, dan berkarakter serta

bertindak sesuai dengan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.

(5)

kepada peserta didik diharapkan akan lahir generasi muda yang berpikir

secara kritis, rasional, berkarakter baik dan kreatif yang memiliki sikap

demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara yang sanggup

melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

3. Fungsi PPKn

Menurut Peraturan Menteri No.58 Tahun 2014, PPKn memiliki

kedudukan dan fungsi sebagai berikut:

a. PPKn merupakan pendidikan nilai, moral/karakter, dan

kewarganegaraan khas Indonesia yang tidak sama sebangun dengan

civic education di USA, citizenship education di UK, talimatul

muwatanah di negara-negara Timur Tengah, education civicas di

Amerika Latin.

b. PPKn sebagai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila

dan pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan

Indonesia sangat koheren (runut dan terpadu) dengan komitmen

pengembangan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan

perwujudan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab

sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 UU No.20 Tahun 2003.

Berdasarkan pada fungsi di atas Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan harus dinamis dan mampu menarik perhatian perserta

didik yaitu dengan cara guru membantu mengembangkan pemahaman baik

(6)

pemahaman bahwa bukan hanya hasil ahir yang dicapai yaitu nilai

akademik, tetapi proses pembelajaran dan implementasi dalam kehidupan

sehari-hari peserta didik.

4. Ruang Lingkup PPKn

Menurut Peraturan Menteri No.58 Tahun 2014, dengan perubahan

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), maka ruang lingkup PPKn

meliputi:

a. Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup

bangsa

b. UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang menjadi landasan

konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai kesepakatan final

bentuk Negara Republik Indonesia.

d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofi kesatuan yang

melandasi dan mewarnai keberagaman kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

Uraian diatas menegaskan bahwa materi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang memiliki

kualifikasi untuk dijadikan ajar yang tidak menyimpang dari kurikulum

(7)

5. Karakteristik Mata Pelajaran PPKn

Menurut Peraturan Mentri No.58 Tahun 2014 mata pelajaran PPKn

dalam Kurikulum 2013, secara utuh memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Nama mata pelajaran yang semula Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) telah diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn);

b. Mata pelajaran PPKn berfungsi sebagai mata pelajaran yang

memiliki misi pengokohan kebangsaan dan penggerak pendidikan

karakter;

c. Kompetensi Dasar (KD) PPKn dalam bingkai kompetensi inti (KI)

yang secara psikologis-pedagogis menjadi pengintegrasi

kompetensi peserta didik secara utuh dan koheren dengan

penanaman, pengembangan, dan/atau penguatan nilai dan moral

Pancasila; nilai dan norma UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta wawasan

dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan (scientific

approach) yang dipersyaratkan dalam kurilukum 2013 memusatkan

perhatian pada proses pembangunan pengetahuan (KI-3,

keterampilan (KI–4), sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2)

melalui transformasi pengalaman empirik dan pemaknaan

konseptual. Pendekatan tesebut memiliki langkah generik sebagai

(8)

1. Mengamati (observing),

2. Menanya (questioning),

3. Mengumpulkan Informasi (exploring),

4. Menalar/mengasosiasi (associating)

5. Mengomunikasikan (communicating)

Pada setiap langkah dapat diterapkan model pembelajaran yang

lebih spesifik, misalnya:

1. untuk mengamati antara lain dapat menggunakan model

menyimak dengan penuh perhatian;

2. untuk menanya antara lain dapat menggunakan model

bertanya dialektis/mendalam;

3. untuk mengumpulkan informasi antara lain dapat

menggunakan kajian dokumen historis;

4. untuk menalar/mengasosiasi antara lain dapat

menggunakan model diskusi peristiwa publik;

5. untuk mengomunikasikan antara lain dapat menggunakan

model presentasi gagasan di depan publik (public hearing).

6. Dalam konteks lain, misalnya model yang diterapkan

berupa model project seperti Proyek Belajar

Kewarganegaraan yang menuntut aktivitas yang kompleks

waktu dan panjang dan kompetensi yang lebih luas kelima

langkah generik diatas dapat diterapkan secara adaptif

(9)

e. Model pembelajaran dikembangkan sesuai dengan karakteristik

PPKn secara holistik/utuh dalam rangka peningkatan kualitas

belajar dan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan

karakter peserta didik sebagai warganegara yang cerdas dan baik

secara utuh dalam proses pembelajaran otentik (authentic

instructional and authentic learning) dalam bingkai integrasi

Kompetensi Inti sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Serta model

pembelajaran yang mengarahkan peserta didik bersikap dan

berpikir ilmiah (scientific) yaitu pembelajaran yang mendorong dan

menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan

tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,

dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

f. Model Penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn

menggunakan penilaian otentik (authentic assesment). Penilaian

otentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta

didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,

membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung

fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan

peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam

(10)

6. Kerangka Pembelajaran PPKn

Pengembangan desain pembelajaran, harus memperhatikan

prinsip-prinsip dan langkah pembuatan kerangka pembelajaran yang

mengkaitkan prinsip penguasan kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang bersifat holistik (Peraturan Mentri No.58 Tahun

2014). Pembelajaran dimulai dari membangun interaksi proses

penguasaan pengetahuan dan keterampilan secara interaktif yang

berimplikasi pada tumbuhnya dampak pembelajaran yang bersifat

afektif.

Akhirnya dalam diri peserta didik akan terinternalisasi

(tertanam) nilai-nilai keadaban Pancasila melalui pembentukan

karakter baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

memanfaatkan berbagai sumber belajar. Dengan demikian,

pembelajaran guna pembentukan sikap dan penanaman nilai dan

moral Pancasila dan pilar kebangsaan lainnya dalam mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkan dapat

(11)

B. Komponen-komponen pembelajaran PPKn

1. Guru

a. Pengertian Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah”.

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa tugas guru sebagai

suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan

profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih peserta didik adalah tugas

guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta

didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik.

Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan

(12)

b. Persyaratan menjadi guru

Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa

persyaratan yakni, berijasah, profesional, sehat jasmani dan rohani,

takwa kepada Tuhan YME dan berkepribadian yang luhur, bertanggung

jawab, dan berjiwa nasional (Syaiful Bahri Djamarah,2005: 34).

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua

orang dapat melakukanya, karena orang harus merelakan sebagian besar

dari seluruh hidup dan kehidupanya mengabdi kepada negara dan

bangsa guna mendidik peserta didik menajdi manusia susila yang

cakap, demokratis, dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya

dan pembangunan bangsa dan negara.

c. Tanggung Jawab Guru

“Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan

kehidupan peserta didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang

diharapkan ada pada diri setiap peserta didik” ( Syaiful Bahri

Djamarah,2005: 34). Karena besarnya tanggung jawab guru terhadap

anak didiknya, hujan dan panas bukanlah halangan bagi guru untuk

selalu hadir di tengah-tengah peserta didiknya. Guru tidak pernah

memusuhi anak didiknya meskipun suatu ketika ada peserta didiknya

yang berbuat kurang sopan. Bahkan dengan sabar dan bijaksana guru

memberikan nasehat bagaimana cara bertingkah laku yang sopan

(13)

Sesungguhnya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa

sifat, yang menurut Wens Tanlin dkk ( Syaiful Bahri Djamarah,2005:

36) ialah:

1) Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan

2) Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira, (tugas

bukan menjadi beban baginya).

3) Sadar dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya

serta akibat-akibat yang timbul (kata hati).

4) Menghargai orang lain termasuk peserta didik.

5) Bijaksana dan hati-hati aa9tidak nekat, tidak sembrono, tidak

singkat akal) dll.

6) Takwa terhadap Tuhan YME.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa seorang guru harus

bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatanya

dalam rangka membina jiwa dan watak peserta didik. Dengan demikian,

tanggung jawab guru adalah untuk membentuk peserta didik agar

menajdi seorang yang berkarakter baik, bersusila yang cakap, berguna

bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.

d. Hak dan Kewajiban Kewajiban Guru

Menurut Undang-Undang No.14 (pasal 14) Tentang Guru dan

Dosen, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, seorang guru

(14)

1) Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum

dan jaminan kesejahteraan sosial.

2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas

dan prestasi kerja

3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan

hak atas kekayaan intelektual.

4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.

5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalan

6) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan , penghargaan, dan/sanksi kepada

peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik

guru, dan peraturan perundang-undangan.

7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas.

8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi

profesi.

9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan

kebijakan pendidikan.

10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

(15)

11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.

Dari uraian diatas hak guru sekarang ini sudah hampir semuanya

dipenuhi oleh pihak pemerintah, jadi sewajarnya guru memberikan

hak-hak peserta didik secara penuh juga. Jangan sampai terlena dengan

semua hak yang telah dinikmati dan membiarkan peserta didik dalam

kebodohan dan terjerumus ke dalam lingkungan pergaulan yang tidak

benar.

Di dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 (pasal 20) tentang

Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa, dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan guru berkewajiban antara lain :

1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi

hasil pembelajaran.

2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik

dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar

pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi

fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial

ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,

(16)

5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kewajiban guru begitu

banyak dalam melaksanakan tugas keprofesionalanya, bukan hanya

tugas akademik tetapi juga harus menjunjung tinggi peraturan-peraturan

yang berlaku. Sehingga diharapkan lahirlah peserta didik yang tidak

hanya pandai atau cerdas dalam pengetahuan tetapi juga yang

berkarakter baik yang tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya di

kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,

lingkungan pergaulan, dan lingkungan masyarakat pada umumnya.

e. Kepribadian Guru

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri

pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang

guru dengan guru lainya. “Kepribadian sebenarnya adalah suatu

masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan,

ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan”

(Syaiful Bahri Djamarah, 2005: 39).

Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat

dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupanya adalah figur yang

paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit

saja guru berbuat yang tidak atau kurang baik, akan mengurangi

kewibawaan dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri.

(17)

Penyatuan kata dan perbuatan dituntut dari guru, bukan lain perkataan

dengan perbuatan.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa, posisi guru dan

peserta didik boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan setujuan.

Seiring berarti kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama.

Peserta didik berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas

mengantar dan membimbing peserta didik ke pintu gerbang

cita-citanya. Itulah sikap guru yang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia.

Pendek kata, kewajiban guru adalah menciptakan “khairunnas” yakni

manusia yang baik.

f.Tugas Guru

Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok

arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru

mempunyai kekuasaan untuk membangun dan membentuk kepribadian

peserta didik menjadi seorang yag berguna bagi agama, nusa dan

bangsa.

Menurut Rustiyah (Syaiful Bahri Djamarah,2005: 38) tugas

seorang guru adalah:

1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,

kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan

(18)

3) Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan

Pancasila dan UUD NRI 1945.

4) Sebagai perantara dalam belajar.

Di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara/medium,

anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu

pengertian/insight, sehingga timbul perubahan dalam

pengetahuan, tingkah laku dan sikap.

5) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke

arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat

membentuk anak sekehendaknya.

6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri

dalam masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan

dibiasakan di sekolah dibawah pengawasan guru.

7) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal,

tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalankan terlebih

dahulu.

8) Guru sebagai administrator dan manajer.

Di samping mendidik , seorang guru harus dapat mengerjakan

urusan tata usaha (TU) seperti membuat buku kas, daftar induk,

rapor, daftar gaji dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi

segala pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana

(19)

9) Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.

Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak daat bekerja

dengan baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaanya

sebagai suatu profesi.

10) Guru sebagai perencana kurikulum.

Guru menghadapi anak-anak setiap hari, gurulah yang paling tahu

kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam

penyusunan kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan.

11) Guru sebagai pemimpin (guidance worker).

Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak

situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan soal,

membentuk keputusan, dan menghadapkan anak-anak pada

problem.

12) Guru sebagai seponsor dalam kegiatan anak-anak.

Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya dalam

kegiatan ekstrakurikuler membentuk kelompo belajar dan

sebagainya.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa tugas guru tidak ringan.

Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik dan ikhlas. Guru harus

mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang patut

(20)

peningkatan kompetensi guru dan kualitas belajar peserta didik bukan

hanya sebuah slogan di atas kertas.

g. Peranan Guru

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau

siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru (Syaiful Bahri

Djamarah,2005: 43-48). Semua peranan yang diharapkan dari guru

seperti diuraikan dibawah ini :

1) Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang

baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus

betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat.

2) Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik

bagi kemajuan belajar peserta didik. Persoalan belajar adalah

masalah utama peserta didik. Guru harus memberikan petunjuk

(ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti

bertolak dari teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan

petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan

teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh

peserta didik.

3) Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi

(21)

bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah

diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif

diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi

peserta didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif,

penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan

penguasaan bahan yang akan diberikan kepada peserta didik.

Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan

peserta didik.

4) Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan

dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan

kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun

kalender akademik, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan

sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar

pada diri peserta didik.

5) Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong peserta didik

agar bergairah dan termotivasi dalam belajar. Dalam upaya

memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang

melatarbelakangi peserta didik malas belajar dan

menurunprestasinya di sekolah. Peranan guru sebagai motovator

(22)

pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial,

menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.

6) Inisiator

Dalam perananya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi

pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai

perkembngan IPTEK di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus

diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan

pengajaran harus diperbarui sesuai kemajua media komunikasi dan

informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan,

khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu.

7) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas

yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar peserta didik.

Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruangan

kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas

belajar yang kurang memadai, menyebabkan peserta didik malas

belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana

menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar

yang menyenangkan bagi peserta didik.

8) Pembimbing

Peranan guru yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai

(23)

kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing peserta didik

menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan

peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi

perkembangan dirinya.

9) Demonstrator

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat

peserta didik pahami. Apalagi peserta didik yang memiliki

intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar

dipahami peserta ddik, guru harus berusaha membantunya, dengan

cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga

apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman peserta didik,

tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan peserta didik.

Tujuan pembelajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

10) Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas

dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua peserta

didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.

Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalanya interaksi

edukatif. Tujuan umum dari pengelolaan kelas yaitu menyediakan

dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan

belajar-mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi,

(24)

tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa

belajar di dalamnya.

11) Mediator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai

bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil.

Media sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses

interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu

diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan

pengajaran.

12) Supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu memperbaiki

dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

13) Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator

yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh

aspek intrinsik dan ekstrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik

lebih menyentuh pada aspek kepribadian peserta didik, yakni aspek

nilai (values).

Berdasarkan hal ini guru harus bisa memberikan penilaian dalam

dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian peserta didik

harus lebih diutamakan daripada penilaian terhadap jawaban

(25)

baik, belum tentu memiliki kepribadian yang baik. Jadi penilaian

itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian peserta

didik agar menjadi manusia susila yang cakap.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa peranan guru

sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Banyak

contoh sikap dan perilaku yang dapat guru berikan kepada peserta

didik, yang pada ahirnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari

hari oleh peserta didik baik di lingkungan sekolah, keluarga dan

masyarakat pada umumnya serta lingkup yang lebih luas lagi yaitu

negara.

h. Kode Etik Guru

Istilah “kode etik” terdiri dari dua kata yakni “kode” dan “etik”.

Kata etik berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab

atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara

berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok

manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai

yang disebut “kode”, sehingga terjelmalah apa yang disebut “kode

etik”. Atau secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik. Etika artinya

tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan

dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, “kode etik” guru diartikan

sebagai “aturan atau kesusilaan guru”. Menurut Westby Gibson (Syaiful

(26)

statemen formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam

mengatur tingkah laku guru.

Dari pembahasan di atas, guru sebagai tenaga profesional perlu

memiliki “kode etik guru” dan menjadikanya sebagai pedoman yang

mengatur pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Kode etik guru ini

merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru.

Apabila guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru

telah melanggar “kode etik guru”. Sebab kode etik guru ini sebagai

salah satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.

Berbicara mengenai “Kode Etik Guru di Indonesia” berarti

membicarakan guru di negara kita. Berikut akan dikemukakan kode etik

guru Indonesia sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII (Syaiful Bahri

Djamarah,2005: 49-50) yaitu :

1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk

membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum

sesuai kebutuhan peserta didik masing-masing.

3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh

informasi tentang peserta didik, tetapi menghindarkan diri dari

segala bentuk penyalahgunaan.

4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan dengan orang tua peserta didik sebaik-baiknya demi

(27)

5) Guru memelihara hubunga baik dengan masyarakat di sekitar

sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan

pendidikan.

6) Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan

meningkatkan mutu profesinya.

7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru,

baik berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan

keseluruhan.

8) Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina dan

meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana

pengabdianya.

9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Kode etik guru ini merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan

sebagai barometer dari semua sikap dan tingkah laku guru dalam

berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun

masyarakat pada umumnya.

i.Prinsip Profesionalitas Guru

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen (pasal 7) Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

(28)

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan ahlak mulia.

3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan

sesuai dengan bidang tugas.

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8) Mmemiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan

guru.

Dari kesmbilan prinsip profesionalitas guru diatas hendaknya

dalam praktek dunia pendidikan akan terlahir generasi muda penerus

bangsa yang cerdas, trampil, aktif, kreatif, cakap, berkarakter baik atau

berahlak mulia. Sehingga mampu menjadikan negara indonesia sebagai

negara yang maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain di

(29)

2. Peserta didik

Peserta didik atau anak didik adalah “Setiap orang yang menerima

pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan

kegiatan pendidikan” (Syaiful Bahri Djamarah,2005: 51). Anak didik

adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif.

Adapun kebutuhan peserta antara lain adalah :

a. Kebutuhan jasmaniah (kesehatan)

Yaitu makan, minum, pakaian, olah raga, istirahat, rekreasi dll.

b. Kebutuhan sosial

Yaitu hubungan pergaulan antara peserta didik dengan pendidik

dan sesama teman. Suasana dialog, suasana pergaulan kelas yang

harmonis tanpa mendiskriminasikan peserta didik, bahkan saling

mengejek, termasuk mengalokasikan mereka di lingkungan

belajarnya didik ( Kuliah Strategi Pembelajaran).

c. Kebutuhan intelektual

Yaitu pertumbuhan dan perkembangan sebagai manusia melalui

pemanfaatan potensi berpikir dalam memecahkan persoalan

belajarnya.

Dari uraian di atas, hendaknya kebutuhan dari peserta didik

terpenuhi dengan seimbang supaya dalam pembelajaran berlangsung

dengan lancar dan hasilnya pun maksimal. Peserta didik berhak

(30)

dan relevan dengan kebutuhanya, serta layanan kegiatan pembelajaran

yang beragam dan bergantian.

3. Strategi dan Metode Pembelajaran PPKn

“Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran”

(La Iru dan La Ode, 2012: 4). Ini berarti bahwa, pertama strategi

pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan

termasuk penggunaan metode dan manfaaat berbagai sumber daya baik

kekuatan maupun kelemahan dalam pembelajaran. Artinya bahwa

penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana

kerja belum sampai pada tindakan.

Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan atau kompetensi

tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah

pencapaian tujuan atau kompetensi. Penyusunan langkah-langkah

pembeljaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya

diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan atau kompetensi. Oleh sebab itu,

sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan atau kompetensi

yang jelas yang dapat diukur keberhasilanya, sebab tujuan adalah rohnya

dalam implementasi suatau strategi. Ketiga, strategi merupakan ilmu dan

seni mengajar sehingga pembelajaran dapat menarik perhatian,

menyenangkan, dan membuat nyaman peserta didik dalam belajar.

Dalam pembelajaran PPKn perlu dipahami hubungan konseptual dan

(31)

model pembelajaran. Pendekatan dimaknai sebagai cara

menyikapi/melihat (a way of viewing). Strategi dimaknai sebagai cara

mencapai tujuan dengan sukses (a way of winning the game atau a way of

achieving of objectif). Metode adalah cara menangani sesuatu (a way of

dealing). Sedangkan teknik dimaknai sebagai cara memperlakukan sesuatu

(a way creating something). Dilain pihak model adalah kerangka yang

berisikan langkah-langkah/urut-urutan kegiatan/sintakmatik yang secara

operasional perlu dilakukan oleh guru dan siswa (Peraturan Menteri No.58

Tahun 2014).

Penentuan strategi pembelajaran tidak hanya dilakukan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga dalam perencanaan pembelajaran.

Strategi pembelajaran pada dimensi perencanaan mengacu pada upaya

secara strategis dalam memilih, menetapkan, dan merumuskan

komponen-komponen pembelajaran. Dimensi ini tercermin pada saat guru

mengembangkan rancangan pembelajaran. Sementara itu, dalam dimensi

pelaksanaan, strategi pembelajaran merupakan upaya mengaktualisasikan

berbagai gagasan yang telah dirancang dengan memodifikasi dan

memberikan perlakuan yang selaras dan bersiasat sehingga

komponen-komponen pembelajaran berfungsi mengembangkan potensi siswa.

Acuan utama dalam penentuan strategi pembelajaran adalah

tercapainya tujuan atau kompetensi pembelajaran. Oleh karena itu segala

kegiatan pembelajaran yang dilakukan yang tidak berorientasi pada

(32)

sebagai strategi pembelajaran. Untuk dapat merancang dan melaksanakan

strategi pembelajaran yang efektif, guru harus memiliki khazanah metode

pembelajaran yang kaya (La Iru dan La Ode,2012: 5).

Pembelajaran PPKn dapat menggunakan strategi dan metode yang

sudah dikenal selama ini, seperti Jigsaw, Strategi Reading Guide

(Membaca Buku Ajar), Information Search (Mencari Informasi), dan

sebagainya. Secara khusus pembelajaran PPKn mengembangkan model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran PPKn

(Peraturan Menteri No.58 tahun 2014).

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai

kompetensi yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran. Metode

diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai setelah kegiatan pembelajaran berahir.

Adapun metode yang relevan dalam PPKn yang berkarakteristik

adalah sebagai berikut :

a. Menekankan pada pemecahan masalah.

b. Bisa dijalankan dalam berbagai konteks.

c. Mengarahkan siswa pada pembelajaran mandiri.

d. Mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan siswa

yang berbeda.

e. Mendorong siswa untuk merancang dan menentukan atau

(33)

f. Memotivasi siswa untuk menerapkan materi yang telah

dipelajari.

g. Menerapkan penilaian otentik (penilaian yang sebenarnya).

h. Menyenangkan.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar di

kelas. Guru harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang metode

pembelajaran yang bervariasi agar proses belajar mengajar berjalan dengan

efektif dan efisien sehingga hasil belajar peserta didik pun sesuai dengan

yang diharapkan atau yang telah ditentukan sebelumnya.

Pada dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang

paling baik, karena setiap strategi pembelajaran saling memiliki

keunggulan masing-masing. Strategi pembelajaran yang dinyatakan baik

dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu belum tentu baik

dan tepat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lain. ltulah

sebabnya, seorang pendidik diharapkan memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam memilih dan menerapkan berbagai strategi

pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat memilih alternatif

strategi yang dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

(34)

4. Materi Pembelajaran

Pengorganisasi ruang lingkup materi PPKn dikembangkan sesuai

dengan prinsip mendalam dan meluas, mulai dari jenjang SD/MI sampai

dengan jenjang SMA/MA/SMK. Prinsip mendalam berarti materi PPKn

dikembangkan dengan materi pembelajaran sama, namun semakin tinggi

tingkat kelas atau jenjang semakin mendalam pembahasan materi. Prinsip

meluas berarti lingkungan materi dari keluarga, teman pergaulan, sekolah,

masyarakat, bangsa dan negara, serta pergaulan dunia. Kedalaman dan

keluasan materi dapat dilihat dari rumusan kompetensi inti dan

kompetensi dasar yang merupakan gradasi setiap kompetensi (Peraturan

Menteri No. 58 Tahun 2014) yaitu :

1) Pengembangan KI dan KD ranah sikap jenjang SD/MI pada

kemampuan menerima dan menjalankan, pada jenjang SMP/MTs

kemampuan menghargai dan menghayati, dan jenjang SMA/SMK

kemampuan menghayati dan mengamalkan.

2) Pengembangan KI dan KD ranah pengetahuan jenjang SD/MI pada

kemampuan mengetahui, pada jenjang SMP/MTs kemampuan

memahami dan menerapkan, dan jenjang SMA/SMK kemampuan

memahami, menganalisa dan mengevaluasi.

3) Pengembangan KI dan KD ranah keterampilan jenjang SD/MI pada

kemampuan mengamati dan menanya; pada jenjang SMP/MTs

kemampuan mencoba, menyaji dan menalar; dan jenjang

(35)

4) Ruang lingkup pengetahuan Jenjang SD pada pengetahuan faktual

dan konsep; jenjang SMP pengetahuan faktual, konsep, dan

prosedur; dan jenjang SMA pengetahuan faktual, konsep, prosedur

dan metakognitif (teori).

5) Lingkungan pengembangan pengetahuan pada jenjang SD pada

keluarga dan teman bermian; jenajng SMP pada sekolah dan

pergaulan sabaya; jenjang SMA pada bangsa dan negara serta

pergaulan dunia.

Berdasarkan penjelasan diatas, gradasi kedalaman dan keluasan materi

ini perlu dipahami oleh setiap guru pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) tujuanya adalah agar pengembangan materi

pembelajaran dan proses pembelajaran tidak saling tumpang tindih antar

jenjang.

5. Media Pembelajaran PPKn

a. Pengertian media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan perantara atau pengantar pesan

dari pengirim kepada penerima. Media sebagai alat komunikasi

merupakan segala sesuatu yang membawa informasi (pesan) dari

sumber informasi kepada penerima informasi. Oleh sebab itu media

pembelajaran merupakan segala wujud yang tepat dipakai sebagai

sumber belajar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

(36)

pembelajaran ke tingkat lebih efektif dan efisien (Peraturan Menteri

No.58 Tahun 2014: 254)

b. Kedudukan media pembelajaran

Kedudukan media pembelajaran adalah sebagai :

1) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru

menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru

sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.

2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji

dan dipecahkan lebih lanjut oleh para siswa dalam proses

belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai

sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.

3) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan

bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual

maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu

tugas guru dalam kegiatan mengajarnya (Nana Sudjana dan

Ahmad Rivai, 2010: 6).

Dari uraian diatas dapat dapat disimpulkan bahwa kedudukan

media pengajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah

satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan peserta

didik dan interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Oleh

sebab itu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang

(37)

c. Manfaat media pembelajaran

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010: 2) “media

pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran

yang pada giliranya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang

dicapainya”. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat

mempertinggi proses belajar peserta didik. Alasan pertama berkenaan

dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar peserta didik

antara lain :

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai

tujuan pengajaran lebih baik.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,

apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat

mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan

(38)

perkembangan dimulai dari berpikir kongkrit menuju ke berpikir

abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.

Penggunaan media pembelajaran erat kaitanya dengan tahapan berpikir

tersebut sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat

dikongkritkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Dalam proses pembelajaran terdapat unsur yang sangat penting

yaitu metode mengajar dan media pengajaran, keduanya saling terkait.

Memilih salah satu metode akan mempengaruhi jenis media pengajaran

yang sesuai walaupun masih ada berbagai aspek lain, misalnya tujuan

pengajaran yang diharapkan dikuasai oleh para peserta didik setelah

pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk

karakteristik peserta didik, meskipun demikian dapat dikatakan bahwa

salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan

belajar yang diciptakan oleh guru.

d. Contoh Media Belajar PPKn

1) Bahan Cetak seperti : hand out, buku teks, modul, lembar kerja

siswa, brosur, leaflet,wallchart

2) Audio Visual : vidio/film tentang G 30 S PKI, Proklamasi

Kemerdekaan, Sidang PPKI dalam perumusan Pancasila sebagai

dasar negara, video sidang-sidang kenegaraan, dsb.

3) Audio : CD/flasdist tentang Pidato Kenegaraan Presiden,

(39)

4) Visual : foto/gambar: presiden/wakil presiden, burung garuda,

bagan UUD 1945, upacara bendera, contoh gambar dalam

mentaati norma-norma, peta Indonesia, dsb.

5)Multi Media : CD pembelajaran, internet, dsb.

Melalui penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat

mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar yang pada ahirnya dapat

mempengaruhi kualitas hasil belajar peserta didik. Beberapa jenis

media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran

dapat digolongkan menjadi media grafis, media fotografis, media tiga

dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media

pembelajaran ( Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010: 7).

6. Sumber Belajar

Menurut Association for Educational Communications and

Technology (AECT ) dan Banks (Kokom Komalasari,2013: 108) “sumber

pelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh

guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk

kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan

efisiensi tujuan pembelajaran”. Komponen sumber belajar meliputi pesan,

orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan atau latar.

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa peran guru adalah

menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi peserta didik

(40)

Bukan hanya sumber belajar yag berupa orang tetapi sumber-sumber

belajar yang lainya.

7. Evaluasi Pembelajaran PPKn

Model Penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar PPKn

menggunakan penilaian otentik (authentic assesment). Penilaian otentik

mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik

dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring,

dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas

kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk

menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih otentik

(Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2014).

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pengumpulan

informasi kemajuan belajar, baik formal maupun informal diadakan dalam

suasana yang menyenangkan dan memungkinkan adanya kesempatan yang

terbaik bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang dipahami dan

(41)

C. Karakter Peserta didik

1. Pengertian Karakter

Menurut Ki Hajar Dewantara (Agus Wibowo, 2012: 18):

‘pendidikan tidak hanya bertujuan membentuk peserta didik untuk pandai, pintar, berpengetahuan dan cerdas tetapi berorientasi untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur berpribadi dan bersusila’.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pendidikan yang biasanya

dilakukan oleh orang dewasa yang mempunyai ilmu dan keterampilan

kepada anak didik tidak hanya bertujuan untuk mencapai nilai akademik,

tetapi lebih menekankan demi terciptanya manusia sempurna yang

berkarakter atau insan kamil.

Menurut Thomas Lickona (Agus Wibowo, 2012: 32), “karakter

merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara

bermoral”. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui

tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain

dan karakter mulia lainya. Karakter itu erat hubunganya dengan kebiasaan

yang terus-menerus dilakukan. Ada tiga hal yang ditekankan dalam

mendidik karakter yang dirumuskan dengan indah yaitu: knowing, loving,

and acting the good. Keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan

pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau

(42)

Menurut Suyanto (Agus Wibowo,2012: 33) beliau mengungkapkan

bahwa :

‘karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara'.

Jadi dapat dikatakan bahwa, individu yang berkarakter baik

adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung

jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Apapun hasil

keputusanya maka akan diterima selama dalam jalan yang positif atau

benar.

Tadkiroatun Musfiroh (Agus Wibowo,2012: 33) ‘memandang

karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku

(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skiils). Sebenarnya

kata karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti “to mark” atau

menandai, dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan

itu dalam bentuk tindakan atau tingkah laku’. Itulah sebabnya orang yang

tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainya dikatakan orang yang

berkarakter jelek. Sebaliknya orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah

moral disebut sebagai orang yang berkarakter mulia.

Menurut Kemendiknas (Agus Wibowo,2012: 35) ‘karakter adalah

watak, tabiat, ahlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan

sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak’.

(43)

karakter dan menerapkan nilai-nilai karakter tersebut dalam kehidupan

keseharianya, baik di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat pada

umumnya dan yang lebih luas lagi yaitu negara.

2. Nilai-Nilai Pembangun Karakter

Adapun nilai-nilai pembangun karakter (Ngainun Naim,2012: 123)

antara lain sebagai berikut:

a. Religius

Aspek religius perlu ditanamkan secara maksimal yang menjadi fokus

tanggung jawab orang tua dan pihak sekolah. Di kalangan keluarga,

penanaman nilai religius dilakukan dengan menciptakan suasana yang

memungkinkan terinternalisasinya nilai religius dalam diri anak-anak.

Selain itu orang tua juga harus menjadi teladan yang utama agar

anak-anaknya menjadi manusia yang religius.

Sementara di sekolah ada banyak strategi yang dapat dilakukan untuk

menanamkan nilai-nilai religius diantaranya yaitu :

1) Pengembangan kebudayaan religius secara rutin dalam hari-hari

belajar biasa. Kegiatan rutin ini terintegrasi dengan kegiatan yang

telah diprogramkan sehingga tidak memerlukan waktu khusus.

Dalam kerangka ini, pendidikan agama merupakan tugas dan

tanggung jawab bersama, bukan hanya guru pendidikan agama

saja. Pendidikan agama pun tidak hanya terbatas pada aspek

pengetahuan semata, tetapi juga meliputi aspek pembentukan

(44)

2) Menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung dan

dapat menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan

agama.Lembaga pendidikanharus mampu menanamkan sosialisasi

dan nilai yang dapat menciptakan generasi-generasi yang

berkualitas dan berkarakter kuat. Suasana lingkungan lembaga

yang ideal semacam ini dapat membimbing peserta didik agar

mempunyai ahlak mulia, perilaku jujur, disiplin, dan semangat

sehingga ahirnya menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas

dirinya.

3) Pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal dalam

pembelajaran dengan materi pelajaran agama.

4) Guru dapat memberikan pendidikan agama secara spontan ketika

menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuai

dengan ajaran agama. Manfaatnya adalah menjadiakn peserta didik

langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukan dan

langsung pula mampu memperbaikinya, dapat dijadiakn sebagai

pelajaran atau hikmah oleh peserta didik lainya (jika perbuatan

salah jangan ditiru, sebaliknya jika perbuatan baik boleh ditiru.

5) Menciptakan situasi atau keadaan religius.

Tujuanya adalah untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang

pengertian dan tata pelaksanaan agama dalam kehidupan

sehari-hari. Misalnya dengan pengadaan peralatan peribadatan, di ruang

(45)

baik ketika bertemu atau berpisah baik dengan guru, sesama peserta

didik dan yang lainya, juga mengajukan pertanyaan atau pendapat

dengan cara yang baik dan sopan santun, tidak merendahkan

peserta didik lainya, dan sebagainya.

6) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat, dan kreatifitas

pendidikan agama dalam keterampilan dan seni, seperi membaca

Al-Quran, azan, saritilawah.

7) Menyelenggarakan berbagai macam perlombaan seperti cerdas

cermat untuk melatih dan membiasakan keberanian, ketepatan,

kecepatan menyampaikan pengetahuan dan mempraktikan materi

pendidikan agama islam.

8) Diselenggarakanya aktivitas seni, seperti seni suara, seni musik,

seni tari, atau seni kriya.

9) Melalui pendidikan seni, peserta didik dilatih untuk

mengembangkan bakat, kreativitas, kemampuan dan keterampilan

yang dapat ditransfer pada kehidupanya.

b. Jujur

Secara harfiah, jujur brarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang.

Kejujuran merupakan kebajikan terbaik yang akan selalu menerangi

kehidupan, meskipun untuk menjalankanya tidak selalu mudah.

(46)

teguh dengan kejujuran yang kita pegang, kita akan bisa menjadi

manusia berkarakter yang ideal.

c. Toleransi

Toleransi berarti sikap membiarkan ketidaksepakatan dan tidak

menolak pendapat, sikap ataupun gaya hidup yang berbeda dengan

sikap, pendapat, dan gaya hidup sendiri.

d. Disiplin

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan

suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada

keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku.

e. Kerja Keras

Kerja keras melambangkan kegigihan dan keseriusan mewujudkan

cita-cita. Sebab hidup yang dijalani dengan kerja keras akan

memberikan nikmat yang semakin besar manakala mencapai

kesuksesan.

f. Kreatif

Kreatif secara intrinsik mengandung sifat dinamis. Orang kreatif

adalah orang yang selalu berusaha mencari hal-hal baru yang

bermanfaat bagi kehidupan secara luas.

g. Mandiri

Sikap mandiri yang baik harus dilandasi kepedulian yang tinggi

(47)

h. Demokratis

Nilai demokratis penting untuk ditumbuh dikembangkan kepada

peserta didik agar memahami bahwa tidak boleh ada pemaksaan

pendapat.

i. Rasa Ingi Tahu

Manusia merupakan mahluk yang memiliki akal, akal inilah yang

mendorong rasa ingin tahu terhadap berbagai hal.

j. Semangat kebangsaan

Semangat Kebangsaan penting menjadi nilai pembentuk karakter

karena meneguhkan arti dan makna penting sebagai warga negara.

k. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air tidak hanya merefleksikan kepemilikan, tetapi juga

bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dalam

kompetisi global.

l. Menghargai Prestasi

Dalam iklim kehidupan sekarang ini, arus kompetisi semakin ketat.

Dalam konteks pengembangan karakter, penting untuk menanamkan

menghargai prestasi kepada peserta didik. Prestasi menunjukkan

adanya proses dalam meraihnya. Jangan sampai peserta didik menjadi

(48)

m. Bersahabat

Tujuan persahabatan adalah perjumpaan secara pribadi antara

keduanya. Begitu bertemu ada rasa bahagia diantara mereka. Mereka

bisa bercerita, berbagi rasa, berdiskusi dan sebagainya.

n. Cinta damai

Budaya cinta damai harus terus-menerus dikembangkan dalam

berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu dibutuhkan kemauan dari

berbagai pihak untuk membangun secara sistematis cinta damai

menjadi budaya yang mengakar dalam kehidupan.

o. Gemar membaca

Manusia berkarakter adalah manusia yang selalu gigih mencari

pengetahuan. Salah satu caranya adalah dengan kegiatan gemar

membaca. Lewat membaca karakter seseorang akan semakin arif

karena merasa bahwa pengetahuanya selalu kurang. Selalu ada banyak

hal yang belum dikuasai sehingga tidak menjadikan dirinya orang

yang sombong.

p. Pantang menyerah

Kemajuan sebuah Negara atau bangsa hanya bisa diperoleh jika

masyarakatnya tahan banting, kerja keras, pantang menyerah, tekun

dan selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi

(49)

q. Peduli lingkungan

Manusia yang berkarakter adalah manusia yang memiliki kepedulian

terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan

fisik.Manusia yang semacam ini berarti manusia yang memiliki

kesadaran bahwa dirinya menjadi bagian yang tidak terpisah dari

lingkungan sekaligus berusaha untuk berbuat sebaik mungkin bagi

lingkunganya.

r. Peduli sesama

Peduli sesama harus dilakukan tanpa pamrih, artinya bahwa tidak

mengharapkan balasan atas pemberian atau bentuk apapun yang kita

lakukan kepada orang lain. Saat melakukan bentuk aktivitas sebagai

bentuk kepedulian, tidak ada keengganan atau ucapan menggerutu.

Semuanya dilakukan dengan cuma-cuma, tanpa pamrih, hati terbuka,

dan tanpa menghitung-hitung.Kepedulian sejati itu tidak bersyarat.

Dari penjelasan tentang nilai-nilai karakter diatas, pihak sekolah

harus berusaha mengarahkan peserta didiknya untuk mengaplikasikan

nilai-nilai karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik di

lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.

Untuk mengembangkan karakter peserta didik tetap harus

diimbangi dengan keteladanan dan pembiasaan. Misalnya pengawas

menjadi teladan bagi kepala sekolah yang diawasinya, kepala sekolah

menjadi teladan bagi guru dan karyawan, sementara guru menjadi

(50)

positif bagi proses perkembangan psikologis peserta didik, khususnya

pembiasaan dan pengembangan karakter.

3. Keterkaitan antara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(PPKn) dengan Karakter

Di dalam dunia pendidikan sejumlah mata pelajaran dapat

membentuk karakter bangsa, salah satu diantaranya adalah mata

pelajaran PPKn (http://skripsippknunj.org) .di unduh 20 oktober 2014.

PPKn merupakan mata pelajaran yang sarat isi dengan nilai-nilai

Pancasila untuk membentuk kepribadian. PPKn tidak cukup hanya

sampai pada penghafalan, melainkan PPKn diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari peserta didik dalam bentuk perbuatan, nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila bukan untuk dihafal melainkan untuk

dipraktekan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu pembelajaran

PPKn perlu mengutamakan perilaku.

Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini PPKn

sangatlah penting dalam mewujudkan pribadi bangsa yang berkualitas

dan PPKn haruslah mampu menumbuhkan kemandirian. Sehingga

peserta didik dapat tumbuh sebagai manusia yang berkualitas dalam

(51)

4. Penelitian yang relevan

a. Valena Nekotan, 2013, Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam

Mengembangkan Karakter Warga Negara Yang Baik Di SMP

Negeri 8 Purwokerto.

Dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa, Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan memiliki peran yang penting dalam

mengembangkan karakter warga negara yang baik. Peran Pendidikan

Kewarganegaraan terlihat dari materi dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan yang mengandundung

karakter-karakter sebagai warga negara yang baik yang kemudian diterapkan

oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian sikap dan

perilaku guru yang dijadikan teladan bagi siswa dan juga guru

mensosialisasikan serta memberi tahu peraturan yang ada di sekolah

agar peserta didik terbiasa patuh dan taat pada peraturan dimanapun

mereka berada.

b. Elly Hasan Sadeli, S.Pd, M.Pd dan Hj. Ratna Kartika Wati,

S.H,M.Hum, 2013, Peran Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Kritis Pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto.

Berdasarkan penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat

diambil kesimpulan secara umum yaitu, dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran dan berpikir kritis siswa, perlu membangun

(52)

guru Pendidikan Kewarganegaraan dan kemauan atau karsa yang

harus lebih ditingkatkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan.

Adapun kesimpulan secara khususnya adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan materi pembelajaran PKn dalam bentuk

pertanyan-pertanyaan umum yang terkait dengan materi yang

diajarkan.

2. Untuk mengukur pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa

pada kompetensi pembelajaran PKn, guru menggunakan

instrumen penilaian yang menekankan pada seluruh aspek

kompetensi.

3. Hambatan ditemukan yaitu terbatasnya pengetahuan dan

informasi siswa dan rendahnya keberanian siswa untuk

berpendapat.

4. Dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, caranya yaitu

dengan memberikan tugas dan latihan analisis isu-isu

kewarganegaraan, serta memberikan motivasi kepada siswa

Referensi

Dokumen terkait

Guru dalam pendidikan sering disebut dengan pendidik.. mu’addib, mudaris dan mursyid. Kelima istilah ini mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam

Kurangnya pengetahuan guru TK Negeri Pembina Yogyakarta tentang Macromedia Flash, Sedangkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sudah menyediakan software

Pada industri kerajinan di Kasongan, pemimpin perusahaan dapat memilih diantara enam karakteristik dimensi budaya perusahaan tersebut dalam menjalankan perusahaan sesuai

Pada pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode centroid pada proses penegasan bahwa jika nilai kualitas pelayanan adalah cukup baik dan kualitas makanan adalah enak

Banyak kebijakan digulirkan pemerintah terkait dengan upaya pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya melalui uji kompetensi awal (UKA),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi tepung beras hitam dan tepung beras putih pada roti tawar terhadap sifat fisikokimiawi,

Pada journal ini akan dihitung 9 spesimen dari kolom beton bertulang mutu tinggi dengan analisi numerik yang dapat dilihat pada tabel 1.Ada beberapa parameter dilama tabel

Bacaan Bergred ini bertujuan untuk memudahkan murid yang lemah untuk menguasai kemahiran membaca, menanam minat mereka untuk membaca dan rajin ke sekolah,