• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi Mengkudu - UPAYA PENYEMBUHAN IKAN NILA ( Oreoch r o mis niloticus ) YANG TERSERANG PENYAKIT MAS ( Motil Aeromonas Septicemia ) DENGAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU ( Morinda citrifolia ) - repository perpusta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi Mengkudu - UPAYA PENYEMBUHAN IKAN NILA ( Oreoch r o mis niloticus ) YANG TERSERANG PENYAKIT MAS ( Motil Aeromonas Septicemia ) DENGAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU ( Morinda citrifolia ) - repository perpusta"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengkudu

2.1.1 Klasifikasi Mengkudu

Menurut Cronquist (1981), mengkudu mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Divisio : Magnoliopyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Rubiales Famili : Rubiceae Genus : Morinda

Species : Morinda citrifolia, L.

2.1.2 Morfologi Umum Tanaman Mengkudu

Tanaman mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai dengan ketinggian 1500 dpl baik di tanah yang subur atau marginal. Mengkudu mempunyai penyebaran yang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan Vietnam. Pohon mengkudu memiliki tinggi antara 4 – 6 m, batang pohon mengkudu bercabang - cabang, berdahan kaku, dan kasar. Ukuran daunnya 15 – 50 x 5 -17 cm yang merupakan daun tunggal berbentuk jorong – langset, tepi daunnya rata, ujung lancip pendek. Pangkal daunnya berbentuk pasak, tulang daunnya menyirip. Warna daunnya hijau mengkilap tidak berbulu (Tjitrosoepomo, 2002).

(2)

Mengkudu mempunyai tipe perbungaan bonggol bulat, bergangang 1 – 4 cm. Bunganya tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal, berkelamin dua, dan mahkota bunganya berwarna putih, berbentuk jorong panjangnya dapat mencapai 1,5 cm. Buah mengkudu termasuk ke dalam buah batu. Kelopak bunga akan tumbuh menjadi buah yang lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5 – 10 cm. Bentuk buah mengkudu bulat dan permukaan buahnya terbagi dalam sel-sel polygonal (segi banyak) berbintik – bintik dan berkutil. Daging buah tersusun dari buah – buah batu berbentuk piramid, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air dan aromanya seperti keju busuk. Bau seperti keju busuk muncul karena adanya pencampuran antara asam kaprik dengan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap menjadi seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kapirat yang rasanya tidak enak, diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik (Tajoedin dan Ismanto, 2009).

2.1.3 Kandungan zat kimia(Metabolit sekunder)

Buah mengkudu (M. citrifolia) banyak mengandung zat kimia di antaranya scopoletin glikosida, flavonoid sebagai analgesic, antiradang, antikanker, dan

imunosti, Alizarin, Acubin, L.Asperuloside, dan antrakuinon sebagai antibakteri memiliki kekuatan dalam melawan bakteri infeksi seperti Esccherchia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Stapylococcus aereus, serta dapat mengontrol

(3)

saponin merupakan suatu molekul yang dapat menarik air (hidrofilik) menyebabkan hancurnya bakteri sehingga dapat bersifat sebagai zat antibakteri serta vitamin C sebagai antioksidan (Waha, 2000; Winarti, 2005).

2.2 Ikan Nila

2.2.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Saanin Jilid 1 & 2 (1984 & 1995), klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Class : Pisces Ordo : Percomorphii Sub Ordo : Percoidae Familia : Cichlidae Genus : Oreochromis

Species :Oreochromis niloticus

2.2.2 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

(4)

tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepalanya relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010).

2.2.3 Sifat Biologis Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam famili Cichlidae. Ikan nila memiliki kekerabatan yang dekat dengan ikan mujair (Tilapia mossambica) yang sangat mudah berkembang biak di segala jenis perairan. Ikan nila berasal dari benua Afrika tepatnya Afrika bagian timur di Sungai Nil, Danau Tangayika, Chad, Nigeria dan Kenya lalu dibawa ke Eropa, Amerika, Negara-negara Timur Tengah dan Asia. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah ikan mas (Cyprinus carpio) yang telah dibudidayakan lebih dari 85 negara. Menurut Rukmana (2003), komposisi kimia daging ikan nila sebagai berikut; air 65%, protein 17,5%, lemak 3,3% dan abu 0,9%, ditambahkan Awang et al., (2002), ikan nila mengandung sumber asam amino yang berguna seperti treonin (175,2 mg/g), leusin (62 mg/g), lisin (20,5 mg/g), metionin (11 mg/g), fenilalanin (30 mg/g) dan tryptophan (15 mg/g).

Ikan nila merupakan spesies ikan yang memiliki ukuran yang cukup besar yaitu antara 200 - 400 gram, bersifat omnivora yaitu dapat mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri & Khairuman, 2003). Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved Oxygen (DO) antara 4 - 7 mg/L. Secara umum nilai pH air pada

(5)

Pada umumnya ikan nila hidup diperairan yang dalam dan luas ataupun di kolam yang dangkal dan sempit. Nila juga dapat hidup di perairan tawar, seperti danau, waduk, sungai, rawa, sawah, dan saluran irigasi. Ikan nila cocok hidup di dataran rendah sampai agak tinggi, yaitu 500 m dpl. Selain itu, nila juga memiliki toleransi yang baik terhadap salinitas sehingga ikan ini dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas antara 0 - 30 permil. Suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah antara 22 – 300C (Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010).

2.2.4 Hama dan Penyakit Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2.2.4.1 Hama Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila dapat terserang hama baik ketika dalam pembibitan dan

pemeliharaan ikan nila. Hama yang menyerang ikan nila sama seperti hama yang

menyerang ikan air tawar pada umumnya, di antaranya bebeasan (notonecta),

ucrit (larva cybister), kodok, ular, linsang, dan burung. Pengedaliannya dapat

dilakukan secara fisik di antaranya membuat penghalang bambu sehingga burung

sulit untuk menerkamnya (Suyanto, 2010).

2.2.4.2 Penyakit Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Penyakit pada ikan nila dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, dan parasit,

sehingga penyakit pada ikan nila dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit non

parasiter dan penyakit parasiter.

a. Penyakit Non Parasiter

Penyakit non parasiter pada ikan nila adalah penyakit yang disebabkan

(6)

disebabkan oleh faktor lingkungan dalam hal ini air sebagai media hidup dan

pakan. Menurut Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah (2010),

suhu dan pH yang baik untuk ikan nila berkisar pada 22 – 300C dan pH nya 7 – 8

dan salinitas 0 – 35 ppt.

b. Penyakit Parasiter

Penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, protozoa, dan cacing. Penyakit parasiter yang disebakan oleh virus

misalnya virus penyebab penyakit seperti Ephitelioma papulasum mengakibatkan

penyakit cacar pada ikan. Hal ini ditandai dengan munculnya bercak – bercak

putih yang perlahan akan membentuk lapisan lebar mirip kaca atau lemak dengan

ketebalan antara 1 – 2 mm pada tubuh ikan (Afrianto & Liviawaty, 2005).

Penyakit parasiter pada ikan nila juga disebabkan oleh bakteri yang bersifat

patogen misalnya bakteri A. hydropyla, Pseudomonas sp, Flexiber sp, dan Vibrio

sp. Bakteri tersebut banyak terdapat di kolam air tempat pemeliharaan ikan nila.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah Motil Aeromonas

Septicemia (MAS) atau yang sering disebut Hemorrage Septicema.

MAS disebabkan oleh bakteri A. hydropila dan cara penularan penyakit ini

melalui air, dan kontak badan. Tanda - tanda yang timbul jika ikan mengalami

penyakit MAS di antaranya inflamasi dan lesi pada mulut dan insang, hemorganik

pada sirip tubuh, mata menonjol (exophtalmia atau popeye), perut kembung, ginjal

membengkak, usus berisi mukus yang berwarna kekuningan (Kamiso, 2004;

(7)

Penyakit ikan nila terkadang ada juga yang disebabkan oleh jamur. Jamur

adalah suatu mikroorganisme sering terlihat seperti benang tumbuh di dalam atau

di luar tubuh ikan. Jamur yang sering menimbulkan penyakit pada ikan nila

misalnya Saprolegnia sp (mengakibatkan penyakit Saprolegniasis), Achlya sp,

Branchiomyces sp, di antara ketiga jamur tersebut Saprolegnia dan

Branchiomyces sangat menimbulkan dampak paling fatal karena kedua jamur ini

tidak hanya menyerang ikan dewasa saja melainkan menyerang telur – telur ikan

serta mengakibatkan kematian masal pada ikan. Kedua jamur ini dapat

menyerang ikan karena adanya infeksi oleh organisme lain misalnya copepoda

dan adanya luka yang disebabkan karena suhu air turun sehingga ikan akan

mengalami stress (Afrianto & Liviawaty, 2005).

Protozoa juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan nila, yaitu

Icthyopthirius multifiis, Myxobulus sp, Tricodinella sp, dan Epistlyis sp. Gejala

yang ditimbulkan yaitu muncul bintik – bintik putih pada tubuh ikan sehingga

terkadang disebut penyakit white spot. Ternyata selain protozoa, penyakit pada

ikan juga dapat disebabkan oleh cacing. Cacing yang bisa menimbulkan penyakit

pada ikan adalah kelas Trematoda yaitu Gyrodactylus sp dan Dactylogyris sp.

Cacing ini menyerang kulit dan sirip ikan serta insang pada saat tingkat

(8)

2.3 Bakteri Aeromonas hydrophila

2.3.1 Klasifikasi Aeromonas hydrophila

Menurut Holt et. al, (1998) klasifikasi A. hydrophila sebagai berikut : Phylum : Protopyhta

Classis : Schizomycetes Ordo : Pseudomonadales Familia : Vibrionaceae Genus : Aeromonas

Species : Aeromonas hydrophila

2.3.2 Karakteristik Aeromonas hydrophila

A. hydrophila adalah salah satu bakteri heterotropik uniseluler yang

termasuk dalam protista prokariot. Bakteri tersebut memiliki ciri khas yaitu adanya membran dalam yang memisahkan inti dengan sitoplasma dan memiliki ukuran sekitar 0,7 – 1,8 x 1,0 – 1,5 mikron serta bergerak dengan menggunakan polar atau flagel (Baehaki et al., 2004). A. hydrophila bersifat Gram negatif. Selain itu, bakteri ini juga mampu memfermentasikan beberapa gula seperti glukosa, fruktosa, maltosa, dan trehalosa. Hasil fermentasi dapat berupa senyawa asam atau senyawa asam dengan gas. Pada nutrient agar, setelah 24 jam dapat diamati koloni bakteri dengan diameter 1 - 3 mm yang berbentuk cembung, halus dan terang (Kabata, 1985).

A. hydrophila resisten terhadap chlorine serta suhu yang dingin. Bakteri ini

(9)

hydrophila menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau

penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang berbagai jenis ikan air tawar seperti lele dumbo (Clarius glariepinus), ikan mas (Cyprinus carpio), gurami (Osphronemus gouramy), dan ikan nila (Oreochormis niloticus) menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian tinggi (80 - 100%) dalam waktu 1 - 2 minggu.

2.4Cara Pengobatan Penyakit Ikan

Cara pengobatan penyakit ikan dapat melalui beberapa cara yaitu : metode

perendaman (Dip Method), metode pembilasan (Rapis Flush), metode pemandian

(Bath Method), penyemprotan, penyuntikan, pengobatan melalui makanan atau

pakan, dan pengaliran air.

2.4.1 Metode Perendaman (Dip Method)

Metode perendaman merupakan salah satu cara mengobati ikan yang

terserang penyakit dibagian luar tubuhnya (ekto patogen). Perendaman merupakan

metode pengobatan jangka pendek (short duration). Bila ikan yang terkena

penyakit hanya beberapa ekor maka perendaman dapat dilakukan di dalam bak

atau wadah yang kecil, tetapi jika jumlah ikan yang terkena penyakit banyak

sebaiknya perendaman dilakukan di dalam kolam atau tambak (Kordi, 2004).

Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis kosentrasi yang tinggi

untuk waktu yang pendek. Ikan yang diobati dengan cara ini dimasukkan ke

dalam jaring dan dicelupkan atau bisa langsung direndam di bak atau ember. Cara

(10)

2.4.2 Metode Pembilasan (Rapis Flush)

Cara ini biasanya diterapkan untuk telur ikan yang telah terserang penyakit

jamur. Jamur yang dikenal menyerang telur ikan adalah Saprolegnia sp. dan

Achlya sp. Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang

relatif tinggi. Obat dibilaskan sekaligus dilakukan pengantian air (Kordi, 2004).

2.4.3 Metode Pemandian (Bath Method)

Metode pengobatan dengan cara pemandian biasanya dilakukan selama 1

jam. Selama proses pengobatan mengunakan metode pemandian maka aerasi

harus terus menerus diberikan (Kordi, 2004).

2.4.4 Penyemprotan

Penyemprotan dapat diberikan untuk ikan yang dipelihara di kolam atau

tambak. Dalam penyemprotan ini biasanya menggunakan bahan kimia seperti

pestisida. Cara ini biasanya dilakukan setelah panen. Cara ini dilakukan jika cara

yang lain tidak efektif dalam pengobatan ikan (Kordi, 2004).

2.4.5 Penyuntikan

Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk mengobati

ikan yang terserang penyakit karena infeksi dan hanya untuk ikan – ikan yang

memiliki ukuran besar atau induk – induk ikan. Cara ini efektif jika digunakan

untuk pengobatan ikan dalam jumlah yang relatif sedikit. Penyuntikan dapat

dilakukan melalui dua cara yaitu : secara intra peritoneal (IP), secara intra

(11)

a. Secara Intra Peritoneal (IP)

Salah satu cara penyuntikan yang dilakukan pada bagian belakang dari

rongga perut, tepat di depan sirip perut, diusahakan agar tidak melukai usus ikan

(Kordi, 2004).

b. Secara Intra muskular (IM)

Salah satu cara penyuntikan yang dilakukan pada bagian tengah otot

punggung dekat sirip punggung kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang

sirip punggung (Kordi, 2004). Jenis obat yang umum digunakan untuk mengobati

ikan dengan cara penyutikan, di antaranya terramysin, kemisitin atau chloramphenicol. Dosis yang digunakan umumnya berdasarkan berat ikan yang akan disuntik dalam satuan kilogram (Kordi, 2004).

2.4.6 Pengobatan Melalui Makanan atau Pakan

Pengobatan melalui makanan dilakukan jika ikan yang terkena penyakit

masih dapat makan atau belum kehilangan nafsu makannya. Caranya dengan

mencampurkan obat dengan makanan sesuai dosis sebelum makanan diberikan

kepada ikan. Prinsip pengobatan melalui makanan adalah meningkatkan daya

tahan tubuh melalui pemberian pakan dan membunuh organisme penyebab

penyakit dengan cara mencampurkan obat ke dalam makanan. Jenis obat yang

umum digunakan adalah sulfamerazine, sulfadiazin, trisula, dan terramisin (Kordi,

2004).

2.4.7 Pengaliran Air

Pengaliran air adalah salah satu cara untuk mengatasi serangan penyakit

(12)

air kolam atau tambak yang kurang memenuhi syarat. Pengaliran air ini bertujuan

untuk mengencerkan senyawa beracun atau menciptakan kondisi lingkungan

kolam atau tambak yang lebih baik sehingga daya tahan tubuh ikan tetap baik.

Adanya aliran air yang lancar akan menghanyutkan sisa pakan, hasil eksresi,

sehingga tidak terdapat senyawa beracun hasil dekomposisi dari bahan tersebut.

Aliran air juga dapat mempertahankan temperatur dan kelarutan oksigen di kolam

atau tambak sehingga tetap menunjang kehidupan ikan (Kordi, 2004).

2.5Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai ekstrak buah

mengkudu baik secara in vitro maupun in vivo. Menurut Silfana (2006),

menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan

bakteri A. hydrophila. Konsentrasi terendah ekstrak buah mengkudu yang mampu

menghambat pertumbuhan A. hydrophila adalah 16,6 mg/L dengan penghambatan

rata - rata sebesar 0, 72 mm.

Menurut Hermawan (2011), pemberian ekstrak buah mengkudu terhadap

ikan patin yang terserang bakteri A. hydrophila efektif. Pada penelitian ini

menggunakan konsentrasi 90 mg/L, 95 mg/L, 100 mg/L, dan 105 mg/L. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat menyembuhkan

ikan patin yang terkena A. hydrophila. Nilai sintasan ikan patin yang paling

tinggi pada konsentrasi 100 mg/L yaitu sebesar 66,7%.

Menurut Ma’ruf (2011), pemberian ekstrak buah mengkudu terhadap ikan

lele yang terserang bakteri A.hydrophila sangat efektif. Pada penelitian ini

(13)

menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat menyembuhkan ikan lele yang

terkena A. hydrophila, nilai sintasan ikan lele yang paling tinggi pada konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

tsaqifa dengan metode kooperatif dalam pengajaran baca Al-Quran kelompok pengajian muslimah dusun Pokoh desa Wonoboyo kecamatan Wonogiri. Dalam hal ini penulis ingin

In the case of 2D signals, such as images, filters are an important part in digital image processing. Digital image signals are contaminated with interference, noise, and

Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam unsur dinamis belajar dan pembelajaran pada diri siswa dan lingkungannya antara lain (a) memberikan kesempatan pada siswa, untuk

Data dari hipotesis pertama yaitu faktor Merek, Gambar pada kemasan, Bentuk kemasan, Warna Kemasan, dan Label kemasan secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat

Beberapa penelitian terkait dengan penera- pan konsep lean manufacturing antara lain : Daonil(2012) menggunakan metode Value Steam Mapping untuk menghilangkan pemborosan di

KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI BATUBARA SEBESARi. 30000 TON/BULAN PT.DEBBIA LOGISTIC SITE AMPAH BARITO TIMUR

3.4.2 Penyusunan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi yang sesuai untuk manajemen penyelenggaraan makanan di institusi yang dilakukan

Dalam masa-masa yang paling dini, umat Islam sudah sudah terlibat konflik yang besar sehingga dikenal dengan al-fitnah al-kubra (fitnah besar). Ada empat fitnah