• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komoditas. Pangan dan Pertanian. Komoditas. Logam dan Mineral. Komoditas Energi. Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Agustus 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komoditas. Pangan dan Pertanian. Komoditas. Logam dan Mineral. Komoditas Energi. Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Agustus 2017"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik

Komoditas

Logam dan

Mineral

Komoditas

Pangan dan

Pertanian

Komoditas

Energi

(2)

Komoditas Energi

Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam

Komoditas Logam dan Mineral

Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Komoditas Pangan dan Pertanian

Kakao, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kertas

(3)

PENGANTAR

• Kenaikan harga komoditas secara umum merupakan kabar baik bagi negara-negara produsen dan eksportir netto komoditas seperti Indonesia, karena memberikan manfaat yang besar kepada perekonomian Indonesia dalam mengembangkan strategi pertumbuhan yang tinggi, menyeluruh dan berkelanjutan untuk jangka panjang. Literatur ekonomi terbaru yang didasarkan pada pengalaman banyak negara menyimpulkan bahwa bila dikelola dengan baik, sumber daya alam bisa menjadi vital bagi pembangunan. Bukti empiris dengan kuat memperlihatkan bahwa eksploitasi sumber daya alam dapat menghasilkan pertumbuhan untuk jangka waktu yang lama tanpa menghambat pengembangan kegiatan manufaktur atau kegiatan-kegiatan lainnya. Yang penting adalah bukan apa yang dihasilkan melainkan bagaimana dihasilkan.

• Anugerah sumber daya alam yang melimpah, disertai dengan pengejaran dan penerapan yang agresif terhadap keunggulan komparatif baru dengan berinvestasi pada keterampilan, inovasi dan teknologi baru merupakan resep pertumbuhan yang telah terbukti. Bukti yang paling meyakinkan diberikan oleh sejarah: Australia, Kanada, Finlandia, Swedia, dan Amerika Serikat mendasarkan kemajuan teknologi pembangunan mereka pada sumber daya alam.

• Indonesia tidak sepenuhnya memanfaatkan rejeki dari pendapatan sumber daya alam secara produktif, sehingga kehilangan kesempatan untuk menikmati pertumbuhan yang tinggi secara berkelanjutan. Pertama, pertumbuhan komoditas sebagian besar bersifat nominal dan bukan riil. Sebaliknya, ditengah kenaikan harga komoditas, volume produksi minyak malah turun dan investasi pertambangan pada kapasitas produksi baru hampir tidak ada. Yang terjadi pertumbuhan nilai total ekspor komoditas berasal dari kenaikan harga, bukan dari kenaikan produksi. Kedua, dibanding negara lain, Indonesia menerima lebih sedikit pendapatan dari sumber daya alam karena produk ekspornya mempunyai nilai tambah yang rendah. Yang terakhir, sebagian besar pendapatan komoditas dibelanjakan untuk subsidi, bukan untuk investasi yang produktif, dengan memperbaiki infrastruktur yang meningkatkan sektor perkebunan, kehutanan dan pertanian.

• Pemerintah perlu mengembangkan suatu strategi yang komprehensif dan fokus pada peningkatan kualitas logistik, mendorong arus investasi asing maupun investasi domestik, di bidang “infrastruktur pengetahuan dan keterampilan”, membuka lapangan kerja dan jasa promosi ekspor yang mampu mendorong diversifikasi dan peningkatan kualitas (upgrading), serta memfasilitasi diversifikasi menjadi produk-produk yang bernilai tambah lebih tinggi*.

(4)

Harga minyak mentah bergerak memanas seiring dengan proyeksi berkurangnya stok minyak mentah Amerika Serikat. Pasar minyak juga mendapat sentimen positif dari Rusia dan Arab Saudi yang berjanji untuk mengurangi ekspornya mulai Agustus 2017 demi membantu membatasi kelebihan minyak mentah global. Rencana Kuwait meminta Nigeria dan Libya untuk membantu menyeimbangkan pasar bersama dengan OPEC dan sekutunya ikut menjadi katalis memanasnya harga minyak mentah. Seperti diketahui, anggota OPEC, Nigeria dan Libya, telah dibebaskan dari kesepakatan pemangkasan produksi, yang dikhawatirkan produksi dari kedua negara itu dapat mengimbangi dampak pengurangan global.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

2016 2017

Crude oil, average 47,7 44,1 44,9 45,0 49,3 45,3 52,6 53,6 54,4 50,9 52,2 49,9 46,2 47,7 Crude oil, Brent 48,5 45,1 46,1 46,2 49,7 46,4 54,1 54,9 55,5 52,0 53,0 50,9 46,9 48,7 Crude oil, Dubai 45,8 42,6 43,7 43,7 48,3 43,8 51,8 53,4 54,2 51,2 52,5 50,3 46,4 47,6 Crude oil, WTI 48,8 44,7 44,8 45,2 49,9 45,6 52,0 52,5 53,4 49,6 51,1 48,5 45,2 46,7

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl) Juli 2017

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl)

(5)

• Harga minyak mentah dunia melonjak, setelah mendapat energi dari pengumuman AS, bahwa produksi minyak turun 100.000 barel per hari menjadi 9,3 juta bph per hari. Ini merupakan penurunan produksi terbesar sejak Juli 2016. Di sisi lain, dalam pertemuan OPEC dan sejumlah negara non-OPEC di St. Petersburg, Rusia, pada Senin (24/7), Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan negaranya akan membatasi ekspor minyak mentah sebesar 6,6 juta barel per hari (bph) pada Agustus, atau turun hampir 1 juta bph dibandingkan setahun sebelumnya.

• Katalis pendorong naiknya harga minyak datang dari Rusia, negara produsen minyak terbesar di dunia itu berjanji mengurangi suplai harian sekitar 300.000 barel per hari (bph). Rusia menjadi salah satu sekutu penting OPEC bersama negara produsen minyak lainnya untuk menstabilkan volume suplai global. Oleh karena itu, mereka berjanji mengurangi produksi dengan total sekitar 1,8 juta bph dari Januari 2017-Maret 2018.

• Sementara dari dua negara OPEC yang dibebaskan dari pengurangan produksi yakni Nigeria disebutkan siap untuk menutup atau bahkan mengurangi pasokan jika bisa mempertahankan produksinya sebesar 1,8 juta barel per hari (bph). Adapun Libya tidak berencana bergabung dalam segala bentuk kesepakatan pembatasan produksi hingga jumlah produksinya mencapai target 1,25 juta bph pada bulan Desember. Kedua anggota OPEC tersebut dibebaskan dari kesepakatan pemangkasan produksi, yang mulai berlaku pada Januari tahun ini, karena harus berjuang untuk memulihkan produksi di tengah konflik internal (bisnis.com 24/07/ 2017).

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl)

(6)

Perkembangan Harga Batu bara dan Gas Alam ($/mt)

Juli 2017

Batu bara: Pergerakan harga batubara terus menunjukkan tren kenaikan. Namun, tren positif harga batubara diperkirakan hanya dalam jangka pendek, kondisi ini bisa dipantau dari harga batubara yang terus begerak fluktuatif.

Gas alam: Harga gas alam masih berpeluang menguat. Cuaca panas yang ekstrem di Amerika dan cuaca dingin yang juga ekstrem di Eropa menjadi faktor penunjang kenaikan harga gas alam.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

2016 2017

Coal, Australian ($/mt) 53,4 63,1 67,4 72,9 93,2 100,0 86,6 84,1 80,6 80,6 84,6 74,7 81,0 87,5

Natural gas, US ($/mmbtu) (RHS) 2,6 2,8 2,8 3,0 2,9 2,5 3,6 3,3 2,8 2,9 3,1 3,1 2,9 3,0

87,5 3,0 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Perkembangan Harga Batu Bara dan Gas Alam Juli 2017

(7)

Batu Bara

• Harga komoditas batubara sempat bertengger di level tertinggi. Meski masih berada dalam fase bullish, namun harga batubara terus begerak fluktuatif dan fase bullish batubara ini tidak akan berlangsung lama. Tren kenaikan ini merupakan hal wajar, karena dalam beberapa pekan kemarin produksi batubara AS turun, dan China dilaporkan sedang membatasi produksi batubara domestik. Hal ini tentu membantu mengangkat harga batubara.

• Sementara para analis memandang kenaikan harga batubara saat ini akibat ulah spekulan. Salah satu indikatornya adalah Amerika Serikat sudah tidak lagi memakai batubara. Bahkan AS akan menutup 500 PLTU dalam dua tahun ke depan. Artinya permintaan batubara akan berkurang. Hal yang sama juga terjadi di Eropa saat ini sudah tidak lagi menggunakan batubara. Oleh karena itu, tidak ada sentimen yang benar-benar kuat yang bisa mengungkit kenaikan harga batubara.

• Ancaman lain bagi batubara seperti tergantikannya batubara dengan energi-energi terbarukan. India akan menggunakan tenaga surya sebagai pembangkit tenaga listrik. Ini merupakan hal-hal yang dapat membuat harga batubara terkoreksi (Kontan.co.id, 31/07/2017).

(8)

Gas Alam

• Kenaikan harga gas alam ini tak lepas dari fundamental semua harga komoditas yang baik. Selain itu, secara fundamental, prospek kenaikan gas alam diawali oleh keputusan bank sentral Amerika yang belum menaikan suku bunga dalam waktu dekat. Dus, keraguan pasar akan kemampuan Presiden AS Donald Trump dalam mendorong refomasi kesehatan pun semakin besar. Divisi undang-undang kesehatan ditolak oleh Kongres, artinya pelaku pasar tidak percaya lagi terhadap pemerintahan Donald Trump, sehingga dollar mengalami pelemahan. • Membaiknya data produk domestik bruto (PDB) China yang di luar

estimasi pasar yang diperkirakan hanya tumbuh 6,8% ternyata terbang menjadi 6,9% pada kuartal dua 2017, juga turut menunjang penguatan harga gas alam.

• Sementara pasokan cadangan gas alam sendiri diproyeksikan akan mengalami penurunan dari 57 milliar kaki kubik ke 39 milliar kaki kubik. Sejalan dengan pasokan yang menipis, permintaan akan gas alam di Amerika terus mengalami peningkatan yang tentu berdampak pada kenaikan harga gas alam (kontan.co.id, 18 Juli 2017).

(9)

Komoditas Pangan dan Pertanian

MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) KAKAO KARET

(10)

Perkembangan Harga Komoditas Pangan dan Pertanian:

Kakao, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu

Harga komoditas pangan dan pertanian pada bulan Juli terpantau bervariatif. Harga kakao dan minyak kelapa sawit bergerak melemah. Harga komoditas kopi, karet dan kedelai mengalami tren positif, sementara harga komoditas udang dan bubur kertas terpantau bergerak

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Juni Juli Agustus Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

2016 2017 Cocoa ($/kg) 3,13 3,05 3,04 2,89 2,71 2,50 2,30 2,20 2,03 2,06 1,97 1,98 2,00 1,99 Coffee, robusta ($/kg) 1,89 2,00 2,02 2,13 2,28 2,29 2,25 2,39 2,35 2,35 2,29 2,17 2,25 2,31 Rubber, SGP/MYS ($/kg) 1,58 1,59 1,55 1,57 1,66 1,87 2,23 2,56 2,71 2,35 2,21 2,10 1,72 1,75 Shirmps, Mexican ($/kg) 10,69 10,69 10,69 10,69 12,79 12,35 12,35 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 12,13 Palm oil ($/mt) (RHS) 683 652 736 756 716 751 788 809 779 736 685 724 677 663 Soybean ($/mt) (RHS) 457 432 414 405 404 412 421 425 428 405 389 392 380 408 Woodpulp ($/mt) (RHS) 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0

Perkembangan Harga Kokoa, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu Juli 2017

(11)

11

Komoditas Kakao & Kopi

Harga kakao diprediksi mengalami tren bearish dalam jangka pendek akibat bertumbuhnya suplai dari sejumlah sentra produksi, terutama di Afrika Barat. Panen pertengahan musim (mid-corp) dimulai pada April 2017 menyebabkan harga kakao global merosot 12%.

Pasar juga melihat sentimen dari Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara yang mengimbau para petani meningkatkan produksi kakao. Analisis International Cocoa Organization (ICCO) memproyeksikan produksi kakao di Pantai Gading berkisar 1,9 - 2 juta ton pada musim 2016-2017 yang dimulai Oktober 2016. Sebagai informasi, perhitungan musim kakao dimulai Oktober dan berakhir pada September tahun berikutnya. Pasokan dari Afrika Barat cukup banyak pada musim ini. Apalagi dengan proyeksi Pantai Gading menghasilkan 2 juta ton (bisnis.com, Mei 03/2017).

Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan daya saing produk andalan Indonesia di pasar ekspor. Salah satunya ekspor komoditas kopi ke kawasan Uni Eropa (UE). Kawasan Uni Eropa disasar karena pertumbuhan industri ritel kopi di Eropa, khususnya Hongaria naik pesat. Hal ini mengindikasikan kebutuhan kopi di Eropa semakin tinggi dan budaya minum kopi semakin merata di segala jenjang umur dengan tingkat konsumsi kopi 3,5 kilogram (kg) kg per kapita per tahun.

Upaya peningkatan ekspor kopi dilakukan di tengah turunnya nilai ekspor kopi Indonesia ke Uni Eropa. Pada 2016 nilai ekspor kopi ke Uni Eropa tercatat 239,57 juta, tren nilai ekspor kopi mengalami penurunan 0,05% dalam 5 tahun terakhir (kontan.co.id, Juli 04/ 2017).

(12)

Minyak Kelapa Sawit & Karet

Pergerakan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terpantau melemah, akibat terbebani oleh prediksi ekspor yang melesu. Informasi terbaru, negara-negara Uni Eropa mengeluarkan aturan pembatasan masuknya CPO yang dibuat karena dikhawatirkan produk CPO dan turunannya akan menyerbu masuk wilayah tersebut.

Pasar Eropa sepertinya lebih mengutamakan petani mereka, dan masuknya CPO dianggap bisa mengganggu petani di Eropa. Faktor lain yang menekan harga CPO adalah adanya kemungkinan peningkatan pertumbuhan produksi dari Indonesia dan Malaysia untuk tahun 2018. Ini bisa jadi katalis negatif bagi harga CPO untuk ke depannya karena pasokan berlimpah (bisnis.com, 14 Juni 2017).

Harga karet menguat seiring dengan adanya sentimen positif dari peningkatan data ekonomi China, penguatan harga minyak mentah, dan pelemahan mata uang yen. Penguatan juga dipicu dengan naiknya produksi kendaraan di China yang mengindikasikan bertumbuhnya permintaan bisnis.

Dari dalam negeri, Kementerian Luar Negeri menyatakan, karet Indonesia merupakan komoditas primadona di Argentina. Dalam situs resminya, Fate S.A.I.C.I (Fate), salah satu perusahaan penghasil ban kendaraan bermotor di Argentina menggunakan hampir 90% bahan baku karet dari Indonesia. Meski menjadi bahan baku favorit, jumlah konsumsi karet alami dari Argentina masih tergolong rendah dibandingkan negara lainnya. Dengan rata-rata kebutuhan 18.000 ton per tahun, maka Fate berpotensi mengimpor 16.200 ton karet dari Indonesia. Diharapkan harga karet juga dapat terdongkrak dengan kehadiran Fate ini (kontan.co.id, 10 Juli 2017).

(13)

Komoditas Udang, Kedelai & Bubur Kertas

Bisnis perudangan nasional saat ini masih didominasi oleh jenis udang vaname dan udang windu. KKP mencatat selama 2011 – 2015 produksi udang nasional mengalami kenaikan rata-rata sebesar 13,5% per tahun. Sementara itu, data yang dirillis International Trade Center 2017 menyebutkan kontribusi komoditas perikanan budidaya sekitar 60% terhadap total nilai ekspor perikanan 2016 senilai US$2,9 miliar. Dari nilai itu, kontribusi nilai ekspor udang beku terhadap total nilai ekspor perikanan budidaya mencapai 72% (bisnis.com, 1 Juni 2017).

Pemerintah terus berupaya untuk swasembada pangan. Namun, sulit untuk mencapai swasembada kedelai. Penyebabnya adalah petani yang enggan menanam kedelai. Pasalnya, dari 1 hektare tanah yang ditanami kedelai, hasil produksinya hanya berkisar 800 kilogram (kg) sampai 1,5 ton kedelai. Hal tersebut berbanding jauh dengan negara lain yang bisa menghasilkan 4 ton per hektare.

Kalau produksinya hanya 800 kg sampai 1,5 ton per hektare, dengan harga Rp 7.700 keuntungan yang didapat petani hanya Rp 10 juta. Sedangkan bila menanam padi 1 hektar bisa 5 ton, dengan harga Rp 7.000, pendapatannya bisa Rp 30 juta-an. Karena itu mereka lebih memilih tanam padi daripada kedelai. Saat ini, jumlah produksi kedelai juga cenderung stabil dari tahun ke tahun. Rata-rata produksi kedelai berkisar 700.000 - 900.000 ton per tahun. Padahal, kebutuhan kedelai bisa mencapai 3 juta ton per tahun (kontan.co.id, 04 08/2017).

Produk kertas Indonesia mendominasi nilai ekspor ke seluruh negara dalam dua tahun ini, dari total ekspor produk perkayuan yang senilai US$11,83 miliar, khusus dari ekspor kertas mencapai US$3,95 miliar pada 2016-2017. Nilai ekspor sebesar ini merupakan ekspor dengan dokumen V-Legal, yakni Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) maupun Lisensi FLEGT. Ekspor kertas ke semua negara di dunia hingga Maret 2017 senilai US$837,37 juta, sementara ekspor kertas ke UE senilai US$65,25 juta. Indonesia memiliki kapasitas terpasang produksi pulp kisaran 15-16 juta ton per tahunnya. Sayangnya produksi itu masih 70 persen dari kapasitas yang ada (bisnis.com, 11/07/17).

(14)

Komoditas Logam dan Mineral:

Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

SENG TEMBAGA

(15)

Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Pergerakan harga pada logam industri dan mineral di bulan Juli 2017 terpantau mengalami tren positif, seiring kuatnya faktor fundamental, seperti prospek bertumbuhnya permintan China dan melemahnya dolar AS. Sementara fundamental tembaga dipandang paling cukup positif sepanjang paruh pertama tahun ini.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Juni Juli Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

2016 2017

Copper ($/mt) 4632,5 4864,9 4751,7 4722,2 4725,8 5450,9 5660,4 5754,6 5940,9 5824,6 5683,9 5599,6 5719,8 5985,1 Nickel ($/mt) 8905,9 10262,9 10365,9 10175,8 10250,9 11128,9 10972,3 9971,5 10643,3 10204,7 9609,3 9155,1 8931,8 9491,4 Tin ($/mt) 16961,5 17826,2 18405,4 19499,5 20060,5 21126,1 21204,4 20691,8 19446,5 19875,2 19910,3 20200,3 19658,8 20223,5 Zinc ($/mt) 2022,6 2183,3 2277,3 2288,3 2304,4 2566,2 2664,8 2714,8 2845,6 2776,9 2614,9 2590,2 2573,4 2787,2 Iron ore, cfr spot ($/dmtu) (RHS) 52 57 61 58 59 73 80 80 89 88 70 62 57 68

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0,0 5000,0 10000,0 15000,0 20000,0 25000,0

Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi Juli 2017

(16)

Komoditas Tembaga & Seng

• Harga komoditas tembaga berhasil menguat karena pelaku pasar masih melihat faktor fundamental. Sentimen penopang harga masih berasal dari ekspektasi kenaikan permintaan China, berhubungan dengan kenaikkan harga baja di China dan data penjualan otomotif yang meningkat. Faktor pendongkrak lain adalah adanya pemogokkan kerja tambang yang terjadi di Chile dan Peru. Masalah skandal surel yang memperlihatkan hubungan Presiden Amerika Donald Trump dengan Rusia juga menjadi salah satu faktor yang membantu mengerek harga tembaga. Dengan adanya permasalahan politik tersebut, nilai dollar AS tertekan sehingga harga komoditas yang diperdagangkan dalam dollar AS terdongkrak (kontan.co.id, 12 Juli 2017).

• Kendati mengalami tren bullish, rerata harga seng dianggap rentan mengalami koreksi ketika melewati level US$2.700 per ton. Harga seng sempat menyentuh level tertinggi US$2.935 per ton pada pertengahan Februari 2017 akibat mengetatnya pasokan dari sejumlah tambang besar. Namun, harga bergerak turun karena pulihnya produksi. Perusahaan di Peru kembali memacu penambangan setelah banjir besar pada awal tahun ini. China juga menggenjot suplai setelah perayaan Tahun Baru Imlek.

• Ada tiga faktor yang mendongkrak harga seng, yakni: (1) melebarnya volume defisit di pasar global; (2) penghabisan jumlah persediaan; (3) pemogokan kerja di tambang Peru. Data

International Lead and Zinc Study Group (ILZSG) menyebutkan pasar seng global mengalami kondisi defisit sebesar 226.000 ton pada 2017 (bisnis.com, 17/07/2017).

(17)

17

Komoditas Logam Nikel, Timah dan Bijih Besi

Harga logam industri kompak mengalami penguatan seiring dengan prospek bertumbuhnya permintaan China dan masih lemahnya dolar AS. Sepanjang 2017, data pertumbuhan ekonomi dan manufaktur Negeri Panda menunjukkan peningkatan yang signifikan. Bahkan, IMF merevisi naik PDB China pada 2017 menjadi 6,7% dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,6%.

Adapun logam nikel naik 225 poin atau 2,30% menuju US$10.005 per ton, terdorong sentimen dari Filipina, sebagai eksportir terbesar di dunia. Dalam pidatonya, Senin (24/7/2017), Presiden Rodrigo Duterte menegaskan pentingnya perlindungan lingkungan dalam aktivitas penambangan. Pria yang sempat menutup sekitar 50% aktivitas tambang di Filipina menginginkan perusahaan pertambangan di dalam negeri untuk mengolah bahan baku terlebih dahulu sebelum menjualnya ke pasar ekspor (bisnis. Com 26 Juli 2017).

Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) melaporkan volume transaksi timah pada semester I/2017 menjadi US$713,54 juta atau setara dengan Rp9,2 triliun. Harga timah di London Metal Exchange (LME) naik 325 poin atau 1,60% menuju US$20.650 per ton. Tren positif pergerakan harga timah di pasar global dipastikan akan membawa berkah bagi pelaku usaha di dalam negeri (bisnis.com, 28 Juli 2017).

Dalam publikasinya Senin (31/7/2017), UNCTAD menyampaikan, meskipun konsumsi bijih besi China melesu dan harganya tertekan pada sebagian besar periode 2016, aktivitas industri bahan baku baja itu mengalami kenaikan dalam produksi serta ekspor. Pasar untuk logam dasar seperti bijih besi adalah tolok ukur bagi ekonomi global, dan dalam beberapa tahun terakhir ini telah berfluktuasi secara erat dengan keadaan ekonomi negara-negara emerging and developing. Meskipun konsumsi Cina tetap rendah, dan harga tidak membaik pada tahun 2016, pasar mulai membaik pada akhir tahun dengan harga ditutup melebihi US$ 80 per ton. Produksi bijih besi global tumbuh 5% yoy pada 2016 menjadi 2.106 juta ton. Hal ini terutama didorong oleh tambahan 30 juta ton bijih pengiriman dari Australia, yang merupakan sumber utama produk baru yang masuk ke pasar China (bisnis.com, 31/07/2017).

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta khususnya Jurusan Manajemen yang rela membimbing dan menyalurkan

Pada perancangan alat prototype ultrasonic anemometers menggunakan dua buah sensor jarak (SRF-04) yang akan memancarkan sinyal gelombang ultrasonik secara bergantian

maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Equity (ROE) terhadap Price Book Value (PBV) pada perusahaan Asuransi

Dalam pemahaman ini, Saeed membagi relevan kepada dua macam; (1) relevansi terhadap budaya tertentu yang dibatasi waktu, tempat dan kondisi, (2) relevansi universal tanpa

Dari penelitian yang telah dilakukan tentang karakteristik onggok aren (arenga pinnata) dengan penambahan serbuk kunyit dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tarik dipengaruhi

Semua kita diajarkan untuk menentukan wewaran dari Eka Wara hingga Dasa Wara pada sistem tahun wuku dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu bisa menggunakan

Pengaruh penambahan tepung daun belimbing wuluh terhadap indeks perkembangan Sitophilus zeamais terlihat nyata mulai pada konsentrasi 2.4 % sedangkan pada media

Selanjutnya, hasil estimasi dari model yang diperoleh akan digunakan untuk perhitungan besarnya gaji seseorang di masa yang akan datang pada program dana pensiun.. M ETODE