• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI

BOYOLALI

Dyah Ayu Wulandari1), Indri Yuana2)

1DIV Bidan Pendidik, STIKes Karya Husada Semarang email: tata.talitha@gmail.com

2DIV Bidan Pendidik, STIKes Karya Husada Semarang email: indri_yuana@yahoo.com

Abstrak

Latar belakang : Penurunan angka mortalitas pada balita rata-rata masih rendah, hal ini terlihat dari data statistik kegiatan tahunan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund), angka mortalitas rata-rata balita hanya mengalami penurunan sebesar 1,1 % dengan jumlah balita tinggi. Sebaliknya di negara dengan jumlah balita rendah mengalami penurunan angka mortalitas sebesar 4,7 %. Diperkirakan lebih dari 200 juta anak balita di negara berkembang gagal mencapai potensi perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, atau lingkungan yang tidak mendukung, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, emosi, dan sosial anak.

Tujuan penelitian : Mengetahui pengaruh pemberian stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) terhadap aspek pekembangan anak Prasekolah (Usia 3-5 Tahun) di Taman Kanak-kanak Pertiwi Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Metode penelitian : Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode quasi eksperiment dengan menggunakan rancangan one group pretest posttest terdiri dari 2 variabel.

Hasil Penelitian : di dapatkan p-Value= 0,000 < a (0.05), maka Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif.

Simpulan : Ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif Terhadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah

Saran : Bagi orang tua yang memiliki anak prasekolah usia 3-5 tahun agar dapat memantau aspek perkembangan dan dapat memberikan stimulasi anak secara dini dengan bermain atau memberikan permainan edukatif pada anaknya agar tidak terjadi keterlambatan dalam perkembangan.

Kata kunci: Stimulasi, Alat Permainan Edukatif, Aspek perkembangan Anak prasekolah.

1. PENDAHULUAN

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Upaya pembangunan manusia seutuhnya harus di mulai sedini mungkin, yaitu sejak manusia itu masih berada dalam kandungan dan semasa balita (Depkes RI, 2010). Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangannya juga berbeda tetapi tetap akan menuruti patokan umum. Diperkirakan lebih dari 200 juta anak balita di negara berkembang gagal mencapai potensi perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, atau lingkungan yang tidak mendukung, sehingga mempengaruhi

perkembangan kognitif, motorik, emosi, dan sosial anak.

Menurut Soetdjiningsih (2012), perkembangan merupakan periode penting dalam kehidupan anak khususnya setelah melewati masa perkembangan sangat pesat pada usia tiga tahun. Usia tiga tahun merupakan batas telah melewati perkembangan sangat cepat atau sering disebut masa kritis perkembangan. Setelah masa ini perkembangan akan berlangsung secara kontinyu, maka perlu dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan seorang anak usia tiga tahun agar cepat terdeteksi gangguan perkembangannya untuk landasan perkembangan selanjutnya.

Anak prasekolah merupakan anak yang berumur 36-72 bulan, pada masa ini anak akan

(2)

mempersiapkan untuk sekolah, di mana panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik, proses belajar pada masa kini adalah dengan cara bermain. Ahli neurologi menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200 milyar neuron yang siap di lakukan sambungan antar sel. Sekitar 80% kapasitas kecerdasan terjadi ketika usia 4 tahun dan 50% tejadi ketika usia 8 tahun. Apabila pada periode tesebut otak tidak mendapatkan rangsangan maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal (Soetdjingsih, 2012).

Penurunan angka mortalitas pada balita rata-rata masih rendah, hal ini terlihat dari data statistik kegiatan tahunan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund), angka mortalitas rata-rata balita hanya mengalami penurunan sebesar 1,1 % dengan jumlah balita tinggi. Sebaliknya di negara dengan jumlah balita rendah mengalami penurunan angka mortalitas sebesar 4,7 %. Kecenderungan dalam indeks kesehatan merupakan penyebab timbulnya optimisme dan pesimisme (Soetjiningsih, 2012).

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2013 mengatakanSecara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 6 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum. Pada tahun 2010 sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita penyimpangan perkembangan seperti penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus, serta penyimpangan mental emosional. Pada tahun 2011 berdasarkan pemantauan status tumbuh kembang balita, prevalensi tumbuh kembang turun menjadi 23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami kemajuan dalam program edukasi (UNICEF, 2011).

Kecerdasan pada setiap anak tidak sama perkembangannya, ada anak yang memiliki kepintaran di salah satu kecerdasan tetapi kurang pada kecerdasan yang lain. Mungkin saja seorang

anak bagus dalam memecahkan masalah tapi di sisi lain ia kurang dalam berbahasa, seperti gagap atau mengalami keterlambatan bahasa lainnya. Penyebabnya beragam, antara lain kebiasaan dalam lingkungan tumbuh kembang anak terutama di rumah. Anak yang kurang di ajak berbicara dan kurang mendapatkan stimulus dalam hal berbicara akan mengakibatkan kurang dalam kemampuan berbahasa (Adriana, 2011).

Stimulus tumbuh kembang anak dapat di lakukan dengan cara memberikan permainan atau bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupannya. Ketika anak telah memasuki masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan kesenangan pada dirinya (Hidayat, 2011). Salah satu stimulus yang dapat diberikan adalah dengan bermain menggunakan alat permainan edukatif (APE), yaitu jenis permainan yang mengandung nilai pendidikan yang berfungsi untuk meangsang daya imajinasi anak dalam proses perkembangan kongnitif, perkembangan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahas serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Soetdjiningsih, 2009).

Dari pengambilan data yang di lakukan dengan kepala TK pertiwi Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali pada tanggal 14 Januari 2014, didapatkan data anak pra sekolah usia 3-5 tahun sejumlah 34 anak dimana usia 3 tahun 3 orang, usia 4 tahun 15 orang, dan usia 5 tahun 15 orang. Kepala TK tersebut juga mengatakan bahwa ada anak yang masih pasif seperti tidak mau bermain, ngobrol dengan teman sebaya dan hanya mau dengan orang tuanya, kurang bergaul dengan usia anak sebaya dan juga mengatakan kurang lengkapnya alat permainan yang menunjang dan dapat menstimulasi perkembangan anak secara optimal.

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 8 orang anak (usia 3-5 tahun), usia 3 tahun 1 orang, usia 4 tahun 3 orang dn usia 4 tahun ada 4 orang, didapatkan 5 anak dari jumlah tersebut mengalami ketelambatan yaitu pada anak usia 3 tahun mendapatkan nilai meragukan 1 orang yaitu pada poin (belum dapat mengenakan sepatunya sendiri dan belum bisa memakai baju dan celana sendiri), pada anak usia 4 tahun ada 2 anak yang mengalami keterlambatan

(3)

yaitu mendapatkan nilai meragukan 1 anak yaitu pada poin tidak dapat berdiri dengan 1 kaki tanpa berpegangan dan tidak dapat menyusun kubus tanpa jatuh. Yang mendapatkan nilai kurang ada 1 orang yaitu pada poin bicara bahasa (tidak bisa menyebutkan nama lengkapnya) poin gerak kasar (tidak dapat bediri dengan satu kaki tanpa pegangan serta tidak dapat menjawab pertanyaan dari peneliti), pada anak usia 5 tahun diperoleh 2 orang anak yang mendapatkan nilai meragukan yaitu tidak dapat melakukan pada poin (melompat dengan satu kaki beberapa kali dan tidak dapat menangkap bola kecil sbesar bola kasti menggunakan kedua tangan).

Dari pernyataan tersebut memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) Tehadap Aspek Perkembangan Pada Anak Pra-Sekolah Usia 3-5 Tahun Di Taman Kanak-kanak Pertiwi di Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh pemberian stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) terhadap aspek perkembangan anak Prasekolah (Usia 3-5 Tahun) di Taman Kanak-kanak Pertiwi Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

2. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode quasi eksperiment

yaitu eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoatmojo, 2012). Penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest posttest yaitu dimana peneliti sudah melakukan observasi pertama

(Pretest) sehingga peneliti dapat

menguji/mengevaluasi yang kedua (Posttest) untuk perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Riyanto, 2011). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terlebih dahulu, setelah itu diberikan perlakuan alat permainan edukatif dalam jangka satu minggu kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya.

Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak Prasekolah yang Ada di TK Pertiwi Dusun Banaran yang berusia 3 tahun sampai 5 tahun. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 34 anak.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Pertiwi dukuh Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilakukan tanggal 16 Agustus 2014 sampai tanggal 25 Agustus 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah anak prasekolah usia 3-5 tahun di Taman Kanak-kanak Pertiwi Dukuh Banaran Kecmatan Andong Kabupaten Boyolali sejumlah 34 anak.

Gambaran tiap variabel

Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014

Tabel 1. Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum dan sesudah diberikan perlakuan stimulasi APE di TK Pertiwi Boyolali

Tahun 2014

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah 34 responden. Aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan skor terendah atau dapat mencapai pertanyaan dan perlakuan sesuai minimal 17 item dan skor tertinggi 37 item, didapatkan nilai mean 26,65 dengan standar deviasi 5,274.

Aspek perkembangan anak prasekolah sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan skor terendah atau dapat mencapai pertanyaan dan perlakuan sesuai minimal 20 item dan skor tertinggi 39 item, didapatkan nilai mean 28,56 dengan standar deviasi 5,428.

(4)

Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif tehadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah Usia 3-5 di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014

Untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif tehadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun.

Tabel 2. Hasil uji paired t test sebelum dan sesudah perlakuan stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun

2014

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat nilai mean perbedaan antara aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum dan sesudah perlakuan adalah -1,912 dengan standar deviasi 1,164. Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,0001 <  = 0,05 maka Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) terhaadap aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014

Pembahasan Analisis Univariat

Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum diberikan perlakuan alat permainan edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian dari 34 responden didapatkan aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan nilai mean 26,65, atau dapat diketahui dengan kriteria Abnormal berjumlah 5 orang, Meragukan berjumlah 28 orang dan kategori normal berjumlah 1 orang.

Menurut peneliti hasil Aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi alat permainan edukatif berkategori meragukan karena pada anak prasekolah tersebut sebelumnya belum pernah mendapatkan stimulasi yang cukup baik

dari TK Pertiwi Boyolali maupun dari orang tua. Hal ini sesuai dengan Notoatmojo (2007), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain berupa tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah informasi baik informasi dari media maupun pendidikan atau penyuluhan. Di TK Pertiwi Boyolali tersebut, tidak menyediakan alat permainan edukatif yang lengkap, jadi anak bermain apa adanya yang mereka tidak mengetahui adakah nilai untuk mempengaruhi perkembangannya, oleh karena itu stimulasi ke anak menjadi kurang baik yang berkategori meragukan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lucki Permana (2005) yang menyatakan bahwa ada perbedaan aspek perkembangan pada kelompok yang diberikan stimulasi Alat permainan edukatif dengan kelompok yang tidak diberikan stimulasi alat permainan edukatif.Oleh karena itu belajar merupakan suatu kegiatan yang baru yang kemudian dicamkan, dimasukan dalam fungsi ingatan oleh individu itu ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian.Pengetahuan seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut.

Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sesudah diberikan perlakuan alat permainan edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014

Setelah diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah 34 responden. Aspek perkembangan anak prasekolah sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan skore terendah atau dapat mencapai pertanyaan dan perlakuan sesuai minimal 20 item dan skore tertinggi 39 item, didapatkan nilai mean 28,56 atau dapat diketahui bahwa sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif, aspek perkembangan anak berkriteria Meragukan sebanyak 9 anak, abnormal 1 anak dan normal sebanyak 24 anak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 68% responden memiliki perkembangan yang normal, akan tetapi masih ada yang memiliki perkembangan Meragukan. Bervariasinya aspek

(5)

perkembangan responden dapat disebabkan salah satunya yaitu stimulasi yang didapat baik dalam lingkungan maupun di luar lingkungan. Seperti pepatah mengatakan bermain adalah cara untuk mendapatkan ilmu, hal ini sesuai dengan teori Soetdjiningsih (2012) yaitu perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan, hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain. Anak akan dapat berkomunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami objek permainan, seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna dan berbagai manfaat benda yang di gunakan dalam permainan.

Perkembangan anak prasekolah tergantung dari stimulasi yang didapat dalam lingkungan dan kehidupannya. Mereka bermain tanpa mengetahui manfaat yang didapat atau ilmu yang didapat untuk merangsang perkembangannya. Begitu juga dengan para orang tua, mereka memberikan bermacam permainnan terhadap anaknya tanpa mengaetahui manfaat yang di dapat. Stimulasi tersebut bisa diperoleh melalui alat permainan edukatif yang diberikan oleh peneliti pada saat disekolah dengan demikian para guru dan para orang tua dapat mengetahui stimulasi untuk merangsang perkembangan anaknya. Setelah peneliti memberikan alat permainan edukatif serta mengajak anak-anak bermain dengan tipe kesenangannya di TK Pertiwi Boyolali tersebut terdapat nilai positif atau perubahan perkembangan yang terjadi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofia Sundari (2012) yang menunjukkan hasil bahwa dengan diberikannya stimulasi alat permainan edukatif dapat memberikan perubahan yang signifikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah mengikuti bermain dengan alat edukatif aspek perkembangan meningkat sehingga hal ini mendorong para orang tua atau guru untuk mencegah terjadinya keterlambatan pada anak.. Hal ini sesuai dengan teori Hidayat (2009) yaitu bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.

Analisa Bivariat

Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif tehadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014.

Hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi Alat Permainan Edukatif terhadap aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif, dimana aspek perkembangan anak prasekolah setelah sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif berkategori Normal. Terjadinya perubahan perkembangan tersebut karena stimulasi alat permainan edukatif sangat efektif untuk merangsang perkembangan anak, karena pada umumnya anak seusia tersebut masih dalam tahapan bermain.

Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya (Soetdjiningsih, 2012).

Aspek perkembangan kongnitif, perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif (buku bergambar, buku cerita, pensil warna, radio, boneka, puzzle, dan lainnya). Aspek perkembangan fisik (Motorik Kasar dan motorik halus), perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif motorik kasar (sepeda roda tiga, mainan yang ditarik dan didorong, tali lompatan), motorik halus (gunting, pensil, bola, balok, lilin dan lainnya).Aspek perkembangan bahasa, perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif seperti (buku bergambar, buku cerita, radio, televisidan lainnya). Aspek perkembangan emosi dan sosial, perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif seperti (alat permainan yang dapat di pakai bersama misalnya congklak, kotak, pasir, bola, tali dan lainnya).

Di TK Pertiwi Boyolali tersebut pada umumnya anak-anaknya kreatif, hanya saja kurang stimulasi dari orang tua, lingkungan, tempat

(6)

sekolah untuk menonjolkan prkembangan yang sesuai dengan usianya, setelah diberian stimulasi alat permainan edukatif oleh peneliti akhirnya ada nilai perubahan yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan bermain alat permainan edukatif dapat merangsang aspek perkembangan anak prasekolah sesuai dengan usianya. Hal ini sesuai dengan pendapat Padmonodewo (2008) yang menyatakan bahwa bermain di sekolah dapat membantu perkembangan anak apabila guru cukup memberikan waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain bagi murid-muridnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucki Permana (2005) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan aspek perkembangan pada kelompok yang diberikan stimulasi alat permainan edukatif dengan kelompok yang tidak diberikanstimulasi alat permainan edukatif. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan dan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.

Di sini dapat kita lihat bahwa aspek perkembangan anak balita antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif memiliki perubahan perkembangan yang berbeda. Tingkat aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif 70% adalah Meragukan, sedangkan sesudah diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif aspek perkembangan anak prasekolah 68% adalah Normal. Hal ini dikarenakan mereka bisa menerima permainan yang diberikan oleh peneliti tersebut berupa Bermain dengan alat permainan edukatif.

4. KESIMPULAN

Simpulan

Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE)

Terhadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014.

Saran

Bagi orang tua yang memiliki anak prasekolah usia 3-5 tahun agar dapat memantau aspek perkembangan dan dapat menstimulasi anak secara dini dengan bermain atau memberikan permainan edukatif pada anaknya agar tidak terjadi keterlambatan dalam perkembangan.

Bagi Guru TK diharapkan dapat mengadakan kegiatan screening terhadap anak didik agar dapat mendeteksi secara dini keterlambatan yang dialami oleh anak prasekolah tersebut agar dapat segera di tangani oleh tenaga kesehatan yang terdekat

REFERENSI

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin. 2011. Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Belajar. Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo. 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Statistik Non

Parametris.Bandung : Alfabeta.

Suyanto & Salamah, Ummi. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra cendikia.

Padmonodewo, Soemiarti. 2008. Pendidikan anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetdjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC.

Sulistyawati, Ari. 2014. Deteksi tumbuh kembang anak. Jakarta:salemba medika

Riyanto, Agus. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Oetomo, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan pada penulis untuk

Berdasarkan bentuk-bentuk kritik sosial yang telah diuraikan di atas, maka faktor penyebab terjadinya kritik sosial yang terdapat dalam kumpulan puisi Malu (Aku)

1) Variabel role stress tidak mempunyai pengaruh yang signfikan terhadap kinerja auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)

Penelitian ini mendapatkan beberapa faktor dominan yang menyebabkan tingkat realisasi proyek infrastruktur melalui skema KPS di Indonesia masih rendah, yaitu: (i) kemauan

Tapi kalau Anda tetap ingin jadi prajurit dan tidak peduli cocok atau tidak dengan panggilan jiwa Anda, maka hal itu dapat Anda lakukan dengan mempelajari secara

Metode penelitian ini pustaka (library research). Objek dalam penelitian ini kesalahan tulis pada teks Suluk Ulam Loh dan ajaran kesempurnaan hidup yang

Kualitas sel telur yang dihasilkan dengan metode ini, hampir sama dengan sel telur yang berasal donor hidup, akan tetapi kelemahan dari metode ini adalah potensi genetik induk