KADAR AIR
Air : - bukan sebagai gizi
- sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi
Air dalam bahan makanan :
Air bebas : terdapat dalam ruang antar sel dan
inter-granular dan pori-pori pada bahan.
Air yang terikat secara lemah:
terserap (teradsobsi) pada permukaan koloid makro
molekuler: seperti protein, pektin, pati, selulosa
terdispersi diantara koloid tersebut merupakan pelarut zat-zat dalam sel mempunyai sifat air bebas
dapat dikristalkan pada proses pembekuan
Ikatan antara air dengan koloid berupa ikatan H
Air yang terikat kuat : membentuk hidrat, ikatan
bersifat ionik, sukar dihilangkan/diuapkan, tidak membeku pada 0oF
Faktor-faktor kualitas air
Sifat fisik: warna, bau, rasa, kekeruhan
Sifat kimiawi: padatan dan gas terlarut, pH, kesadahan
Kandungan mikrobia: alga, bakteri patogen, bakteri bukan patogen
Asal air Bahan
organik mikrobiaJumlah Mineral
Permukaan dapat tinggi dapat tinggi rendah
Sumur dapat tinggi dapat tinggi biasanya rendah Artesis rendah rendah tinggi
Perbedaan kandungan bahan organik, jumlah mikrobia dan mineral pada berbagai sumber air
Aktivitas air (Aw)
ERH
Aw = 100
Aw = aktivitas air
ERH = kelembaban relatif seimbang
Hukum Rault
Mw
Aw = Mw +Ms
Aw = aktivitas air
Mw = jumlah mol air
Penentuan Kadar Air :
Metode pengeringan (thermogravimetri) Metode destilasi (thermovolumetri)
Metode khemis Metode fisis
Metode khusus : kromatografi NMR
1. Thermogravimetri
Prinsip :
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan pemanasan kemudian menimbang bahan
sampai berat konstan.
mudah dan murah
Pengurangan berat = jumlah air dalam bahan
sampel : 1 – 2 g
Alat : botol timbang, oven, eksikator, timbangan
Kadar air dalam berat basah (wb = wet basis) a - b
ka = x 100% a
k a = kadar air (% wb)
a = berat sampel sebelum pengeringan b = berat sampel sesudah pengeringan
Kadar air dalam berat kering (db = dry basis)
berat air
k.a = x 100% berat bahan kering
Kelemahan :
1. Bahan selain air ikut hilang : alkohol,
asam asetat, minyak atsiri.
2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan
yang menghasilkan air/zat mudah
menguap yang lain.
gula : dekomposisi, karamelisasi
lemak : oksidasi
3. Bahan yang mengandung bahan yang
dapat mengikat air secara kuat sukar
melepaskan airnya meskipun
Untuk mempercepat penguapan air dan
mencegah reaksi lain dilakukan pemanasan
dengan suhu rendah, tekanan vakum.
bahan kering (higroskopis) ditempatkan dalam
ruang tertutup yang kering (misal:
desikator/eksikator) yang telah diberi bahan penyerap air (kapur aktif; H2SO4; silika gel;
Al(OH)3; KCl; KOH; K2SO4; barium oksida/BaO)
Untuk mengetahui kejenuhan silika gel :
2. Thermovolumetri
Prinsip :
menguapkan air dengan zat-zat “pembawa” cairan kimia yang mempunyai td > air dan tidak bercampur dengan air dan mempunyai BJ < BJ air (toluen,
xylen, benzen, tetrakhloretilen, xylol)
Baik untuk menentukan k.air zat yang kandungan
airnya kecil
Oksidasi senyawa lipid dan dekomposisi senyawa
gula dapat dihindari
Bahan yang mengandung gula/protein tinggi sering
di asbes (serbuk) mencegah superheating
Untuk memperluas kontak dengan cairan kimia dan
memperlancar destilasi pada bahan + tanah
2. Thermovolumetri
Cara :
Sampel (mengandung air ± 2 – 5 ml) ditambah
75 – 100 ml zat kimia.
Panaskan sampai mendidih menguap
Uap air dan zat kimia diembunkan tampung Volume air dapat langsung diketahui
Alat penampung = tabung stark Dean
3. Metode kimiawi
a. Cara titrasi Karl Fischer (1935)
Menitrasi sampel dengan larutan iodin dalam
metanol
Reagen lain : Sulfur dioksida dan piridin
Metanol dan piridin melarutkan Iodin dan sulfur
dioksida agar reaksi dengan air lebih baik, mengikat H2SO4 yang terbentuk. sehingga akhir titrasi dapat lebih jelas dan tepat
Selama ada air dalam bahan iodin bereaksi
Saat air habis iodin akan bebas (warna
kuning coklat): titrasi dihentikan
Untuk memperjelas pewarnaan: dapat ditambahkan metilen biru akhir titrasi berwarna
Cara titrasi Karl Fischer (1935)
Reaksi :
I2 + SO2 + 2 C6H5N C6H5N.I2 + C6H5N.SO2
C6H5N.I2 + C6H5N.SO2 + C6H5N + H2O 2(C6H5N.HI) + C6H5N.SO3
C6H5N.SO3 + CH3OH C6H5N(H)SO4CH3
I2 + metilen biru hijau
Titrasi dilakukan dalam kondisi bebas pengaruh
kelembaban (ruang tertutup)
dipakai untuk penentuan kadar air : alkohol,
ester-ester, senyawa lipida, lilin, pati, tepung gula, madu dan bahan makanan yang
b. Cara Calsium Karbid
Dasar : CaC2 + H2O ←→ CaO + C2H2 ↓ diukur Cara pengukuran gas C2H2:
Menimbang campuran sebelum dan sesudah
reaksi. Kehilangan bobot = berat asetilen
Mengumpulkan gas C2H2 yang terbentuk ukur
volume dianggap gas ideal
Mengukur tekanan gas C2H2 yang terbentuk
Dengan menangkap gas C2H2 dengan larutan Cu tembaga asetilen : Gravimetri
Volumetri Kolorimetri
untuk analisa = tepung, sabun, kulit, biji panili,
c. Cara Asetil Khlorida
Dasar :
Reaksi asetilklorida + air
asam
titrasi
dengan basa
CH
3COCl larutkan dalam toluol dan
dispersikan dalam piridin
H
2O + CH
3COCl
CH
3COOH + HCl
Untuk : bahan minyak, mentega, margarin,
rempah-rempah dan bahan-bahan yang
4. Metode Fisis
Berdasar tetapan dielektrikum
Perlu kurva standar
hubungan antara
kadar air dan tetapan dielektrikum
Berdasar daya hantar listrik/resitensi
Alat : moisture meter
Berdasar resonasi nuklir magnetik
(Nuclear magnetic Number)
Dasar : sifat-sifat magnetik dari inti atom
ANALISA ABU DAN MINERAL
Abu : Zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan. Mineral dalam suatu bahan :
Garam organik : garam-garam asam mallat, oksalat,
asetat, pektat.
Garam anorganik : garam fosfat, karbonat, khlorida,
sulfat, intrat.
Senyawa kompleks yang bersifat organis
Komponen mineral dalam suatu bahan :
─ Ca, P, Fe, Na, K, Mg, S, Co, Zn.
Penentuan konsentituen mineral :
Penentuan abu (total, larut dan tidak larut) Penentuan individu komponen AAS
Kegunaan analisa kadar abu
:- Menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan. Mengetahui jenis bahan yang digunakan
Penentuan kadar abu secara langsung (Cara kering)
Oksidasi semua zat organik pada suhu tinggi (500–600oC)
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran.
Bahan berkadar air tinggi harus dikeringkan dulu.
Bahan yang mengandung banyak zat mudah menguap dan berlemak pengabuan mula-mula dengan suhu rendah
sampai asam hilang.
Bahan yang membentuk buih dikeringkan dulu dalam
oven dan ditambah zat anti buih (olive, parafin). Wadah : krus (porselin, silika, quarts, nikel, platina) Krus porselin : banyak dipakai
murah
berat konstan cepat dicapai
mudah pecah
Krus porselin berlapis silika asam karena terjadi
Krus dari gelas vycor 900oC, tahan asam dan
beberapa bahan kimia kecuali basa. Bahan basis krus platina
Suhu pengabuan
tergantung komponen yang ada, beberapa bahan
menguap/terdekomposisi pada t tinggi. K2CO3 – 700oC
CaCO3 – 600 – 650oC
MgCO3 – 300 – 400oC
Ketiganya bersama membentuk senyawa
Cara mempercepat pengabuan :
1. Mencampur bahan dengan pasir kwarsa
murni (bebas abu)
untuk memperluas
permukaan.
2. Menambahkan campuran gliserol-alkohol
ke dalam sampel sebelum pengabuan
terbentuk kerak poreus
oksidasi lebih
cepat.
3. Menambah H2O2 pada sampel untuk
membantu proses oksidasi bahan.
Pengabuan dilakukan dengan mulfle sampai
diperoleh abu berwarna putih keabu-abuan
(ada abu yang tidak berwarna putih tetapi
kehijauan, kemerah-merahan).
Waktu : 2 – 8 jam
berat konstan dengan
selang waktu pengabuan 30’.
Pengabuan secara tidak langsung (Cara basah)
Terutama untuk digesti sampel untuk penentuan
trace elemen dan logam-logam beracun.
Prinsip : memberikan bahan kimia tertentu ke
dalam bahan sebagai pengabuan, seperti :
H2SO4 : oksidator kuat
Campuran H2SO4 dan K2SO4 menaikan titik
didih
Campuran H2SO4 dan HNO3
• oksidator kuat
• pengabuan = 350oC
Asam perklorat dan HNO3
• untuk bahan yang sangat sulit teroksidasi • explosif