• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan RBD-Palm Olein dari Hasil Epoksidasi sebagai Sumber Poliol dalam Pembuatan Poliuretan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan RBD-Palm Olein dari Hasil Epoksidasi sebagai Sumber Poliol dalam Pembuatan Poliuretan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pemanfaatan RBD-Palm Olein Dari Hasil Epoksidasi Sebagai Sumber Poliol Dalam Pembuatan Poliuretan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Rufina Pramudita

Nim : 112401029

Program Studi : DIPLOMA III Kimia Industri

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di : Medan, Juni 2014

Diketahui oleh :

Program studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, Msi Dr.Mimpin Ginting, MS

NIP. 195512181987012001 NIP. 195510131986011001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(4)

PERNYATAAN

PEMANFAATAN

RBD-Palm Olein

DARI HASIL EPOKSIDASI

SEBAGAI SUMBER POLIOL DALAM PEMBUATAN

POLIURETAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

(5)

PENGHARGAAN

Bismillaahhirrohmaanirrohiim.

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, nikmat, dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dari Universitas Sumatera

Utara di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Sholawat beriring salam selalu penulis sampaikan kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman

kebodohan kepada zaman yang berpendidikan seperti sekarang ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,

baik di saat melaksanakan Penelitian maupun dalam menyelesaikan Karya Ilmiah

ini, yakni kepada :

1. Bapak Dr. Mimpin Ginting, MS selaku dosen pembimbing yang

dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya kepada penulis

dalam penyusunan karya ilmiah ini

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU

3. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Jurusan Program D3 Kimia

Industri

4. Orang tua tercinta, ayahanda Erwin Zasky dan ibunda Rismalinda

Husein serta saudara-saudara yang penulis sayangi Liza Pratiwi,SE

dan Tiffany Prananinggrum yang telah memberikan dukungan moril,

spiritual dan material sehingga penulis dapat melaksanakan Penelitian

dan menyelesaikan karya ilmiah ini

5. Bapak Dr. Ir. Witjaksana Darmosarkoro, MS selaku direktur PPKS

Medan

6. Bapak Dr. Eka Nuryanto, M.Si selaku pembimbing di Laboratorium

Pengolahan Hasil dan Mutu (PAHAM) PPKS Medan

7. Bapak Dr. Ir. Tjahjono Herawan, M.Sc dan Ibu Meta Rivani, ST

(6)

8. Bapak Mariadi selaku Penanggung jawab laboratorium Oleo Kimia

PPKS Medan

9. Sahabat-sahabat penulis Diana, Boby, Ulfah, Reski, Wiwid, Windri,

Aisyah, Rahel, Irma, Irvi, Achmad, dan teman-teman seperjuangan

“Kimia Industri 2011” yang tidak bisa disebutkan namanya yang

sama-sama berjuang dan banyak mengeluarkan pikiran untuk membuat

karya ilmiah ini dan juga menghibur ke sesama.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan .

Hal ini di sebabkan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh

penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak,

yang bersifat membangun guna kesempurnaan karya ilmiah ini.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

dapat digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa/mahasiswi kimia dimasa

mendatang.

Medan, Juni 2014

(7)

PEMANFAATANRBD-palm oleinDARI HASIL EPOKSIDASI SEBAGAI SUMBER POLIOL DALAM PEMBUATAN POLIURETAN

ABSTRAK

(8)

UTILIZATION RBD-palmoleinOF EPOXIDATION RESULTS AS THE SOURCE POLYOL IN THE MAKING POLYURETHANE

ABSTRACT

Has conducted research on the utilization of RBD Palm Olein-epoxidation As Source Of Results In Making Polyurethane Polyols in Oil Palm Research Center (PPKS) field. This study uses quantitative methods and FT-IR where the results obtained from the levels of iodine-RBD Palm Olein is 60.26, oil analysis results oxirane number epoxidation of 1.6227 and analysis of polyol hydroxyl at 67.9843. From these results indicate that RBD Palm Olein-can produce polyurethanes by epoxidation prior to the addition of reagents and solvents methanol and

(9)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Minyak Kelapa Sawit 5

2.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 5

2.3 Minyak Goreng 6

2.3.1 Proses pengolahanRBD-Palm Olein 7

2.4 Oleo Kimia 8

2.5 Penggunaan Oleo Kimia Dalam Industri Polimer 9

2.6 Polimer 9

BAB 3 METODE PENELITIAN 23

3.1 Alat dan Bahan 23

3.1.1. Alat 23

3.1.2. Bahan-Bahan 24

3.2 Prosedur Penelitian 25

3.2.1. Proses Epoksidasi 25

3.2.2. Pembentukan Poliol 25

3.2.3. Pembuatan Poliuretan 26

3.2.4. Uji bilangan iodine 26

(10)

4.2 Perhitungan 29

4.2.1 Bilangan Iodine 29

4.2.2 Bilangan Oksiran 29

4.2.3 Bilangan Hidroksil 30

4.3 Reaksi 30

4.4 Pembahasan 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 34

5.1 Kesimpulan 34

5.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit 6 dan minyak inti kelapa sawit

4.1 Data Analisa Bilangan iodine 28

4.2 Data Analisa Bilangan Oksiran 28

4.3 Data Analisa Bilangan Hidroksil 28

4.4 Bilangan gelombang spektrum FT-IR Epoksidasi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.6.1 Polimerisasi adisi 11

2.6.2 Sintesis polimer 12

2.7 Reaksi epoksidasi 13

2.9 Reaksi pembentukan uretan

dari isosianat dan alkohol 17

2.9.2 Reaksi pembentukan monomer poliuretan 18

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1

Pembuatan Reagent 39

2 Spektrum FT-IR Poliol 42

(14)

PEMANFAATANRBD-palm oleinDARI HASIL EPOKSIDASI SEBAGAI SUMBER POLIOL DALAM PEMBUATAN POLIURETAN

ABSTRAK

(15)

UTILIZATION RBD-palmoleinOF EPOXIDATION RESULTS AS THE SOURCE POLYOL IN THE MAKING POLYURETHANE

ABSTRACT

Has conducted research on the utilization of RBD Palm Olein-epoxidation As Source Of Results In Making Polyurethane Polyols in Oil Palm Research Center (PPKS) field. This study uses quantitative methods and FT-IR where the results obtained from the levels of iodine-RBD Palm Olein is 60.26, oil analysis results oxirane number epoxidation of 1.6227 and analysis of polyol hydroxyl at 67.9843. From these results indicate that RBD Palm Olein-can produce polyurethanes by epoxidation prior to the addition of reagents and solvents methanol and

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai

alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

penggorengan yang sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat.

Minyak dapat bersumber dari tanaman, misalnya minyak zaitun, minyak kelapa,

minyak kedelai, minyak jagung,dan minyak dari biji bunga matahari. Minyak juga

dapat bersumber dari hewan, misalnya ikan sarden dan ikan paus (Ketaren,1986).

Minyak goreng berwujud cair karena rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan

tingginya kandungan asam lemak tidak jenuh (Winarno,1997). Kandungan asam

lemak tidak jenuh umunya terdiri dari palmitoleat, oleat, linoleat (Ketaren,1986).

Asam oleat, CH3 (CH2)7 CH═CH (CH2)7 CO2H, adalah senyawa kimia

yang merupakan komponen penyusun umum RBD-Palm Olein. Gugus -OH dari

karboksilat pada asam oleat dapat direaksikan dengan senyawa yang

mengandung gugus isosianat, misalnya metilen-4,4’-difenildiisosianat

membentuk gugus fungsi uretan (-NHCOO-). Oleh karena itu, asam oleat

dapat dipergunakan sebagai monomer dalam sintesis poliuretan (Rohaeti,2005).

Poliuretan di pasaran dijumpai dalam berbagai bentuk yakni busa

fleksibel, busa kaku, elastomer serta plastik padat dan keras (Hepburn,1991,

Randal dan Lee, 2002). Dalam menghasilkan berbagai bentuk poliuretan

(17)

2

hidroksil (OH) sangat mempengaruhi jenis poliol yang digunakan

(Hepburn,1991).

Epoksidasi terhadap ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh dari beberapa

minyak nabati telah dilakukan dan juga telah diterapkan dalam skala industri. Saat

ini epoksidasi minyak yang paling banyak dikembangkan adalah epoksidasi

terhadap minyak nabati yang memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh tinggi

seperti minyak kedelai (Goud, dkk, 2006).

Salah satu produk epoksida yang dapat dihasilkan menggunakan minyak

nabati sebagai bahan bakunya adalah senyawa polihidroksi trigliserida.

Polihidroksi trigliserida merupakan senyawa turunan dari minyak atau lemak yang

memiliki gugus hidroksil lebih dari 2. Senyawa polihidroksi trigliserida ini

banyak digunakan sebagai bahan untuk pembuatan poliuretan, bahan aditif untuk

plastik, pelumas, surfaktan dan lain-lain sehingga kebutuhan akan senyawa ini

menjadi sangat tinggi (Gan, dkk, 1992).

Epoksida minyak dapat digunakan secara langsung sebagai pemlastis

dalam matriks polimer untuk menghasilkan suatu material yang sesuai untuk

polivinil klorida (PVC), hal ini sangat penting sekali untuk mengendalikan

kekentalan PVC selama proses pembuatannya dan sebagai penstabil resin PVC

untuk meningkatkan fleksibilitas, elastisitas, kekuatan dan untuk mempertahankan

stabilitas polimer terhadap perpindahan panas dan radiasi UV. Reaktifitas cincin

oksiran yang tinggi menyebabkan epoksi juga dapat digunakan sebagai bahan

(18)

3

karbonil, senyawa olefin, dan polimer seperti poliester, poliuretan, dan resin

epoksi (Gan, dkk, 1992).

Dari yang diuraikan diatas dalam tugas akhir ini, peneliti tertarik

memanfaatkan trigliserida yang kaya asam lemak tidak jenuh oleat dan linoleat

yaitu, RBD-Palm Olein melalui epoksidasi terhadap ikatan rangkap tersebut

sebagai sumber poliol yang selanjutnya pengujiannya dilakukan untuk pembuatan

poliuretan melalui reaksi epoksidasi yang diikuti polimerisasi dengan toluen

diisosianat.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka sebagai

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana memanfaatkan RBD-palm

oleindari hasil epoksidasi sebagai sumber poliol dalam pembuatan poliuretan

1.3 Pembatas masalah

Penelitian ini dibatasi dengan hanya sampai terbentuknya poliuretan dari

RBD-palm oleinhasil epoksidasi yang direaksikan dengan toluen diisosianat.

1.4 Tujuan

Untuk memanfaatkan RBD-palm olein dapat dijadikan sumber poliol

dalam pembuatan poliuretan.

1.5 Manfaat

Melalui hasil penelitian ini diharapkan RBD-palm olein hasil epoksidasi

(19)

4

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorim Oleo Kimia Pusat Penelitian

(20)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit merupakan salah satu bahan baku utama minyak

goreng. Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak

pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

margarine, dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak

jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan

dengan alkali, sehingga mudah dibentuk menjadi produk untuk berbagai

keperluan, seperti untuk pelumas “cold rollet” dalam berbagai proses industri dan

flexing agent” dalam berbagai tekstil. Dengan kandungan kadar karoten yang

tinggi, minyak sawit merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding

dengan bahan baku lainnya ( Awang,B.,1996 ).

Minyak termasuk golongan lipid (netral) berupa lemak yang berwujud cair

pada suhu kamar 25oC. Minyak merupakan trigliserida (triasil gliserol) dari

gliserol dan berbagai asam lemak (Winarno,1997).

2.2 Komposisi kimia minyak kelapa sawit

Komponen utama minyak dan lemak adalah trigliserida sedangkan

komponen non-trigliserida adalah berupa asam lemak bebas, air, kotoran dan

komponen lain yang tidak diharapkan. Adapun komposisi dari asam lemak dalam

(21)

6

Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

Asam Lemak Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%)

Asam Kaprilat - 3-4

Asam Kaproat - 3-7

Asam Laurat - 46-52

Asam Miristat 1,1-2,5 14-17

Asam Palmitat 40-46 6,5-9

Asam Stearat 3,6-4,7 1-2,5

Asam Oleat 39-45 13-19

Asam linoleat 7-11 0,5-2

Sumber: (Ketaren, 1986)

2.3 Minyak goreng

Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih,

dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh

titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak

diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol

akan membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik

asap makin baik minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung

dari kadar gliserol bebas. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik

aspnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu

(22)

7

pada suhu yang tidak terlalu tinggi ( suhu penggorengan 177oC - 221oC ) (F.G

Winarno, 2004).

2.3.1 Prose PengolahanRBD-Palm Olein

Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah minyak

sawit yang telah mengalami proses penyulingan pada tahap deodorizing untuk

menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna

dan penghilangan bau. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng

sawit dimulai dari proses pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil

(CPO).

Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya

adalah mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses

pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap

pemurnian (refinery) dan pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari

penghilangan gum (degumming). Pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau

(deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan (crystalization)

dan pemisahan fraksi. Pada proses ini terjadi pemanasan CPO untuk

mempermudah pemompaan CPO ke tangki berikutnya.. Hasil dari proses ini

disebut DPO (Degummed Palm Oil).

DPO yang dihasilkan dari proses degumming dipompa menuju dryer

dengan kondisi vakum. Setelah dari dryer, DPO dipompakan ke reaktor yang

terlebih dahulu melewati static mixer kemudian turun ke slurry tank. Di dalam

slurry tank, terjadi pemanasan lagi sampai temperatur 90-120°Cdan penambahan

H3PO4dan CaCO3.Slurry Oildarislurry tankakan mengalir turunbleacher. Dari

(23)

8

dari filtrasi ini adalah DBPO (Degummed Bleached Palm Oil) yang selanjutnya

dialirkan keintermediate tank(tangki siwang) untuk tahapdeodorizing.

DBPO yang berasal dari tangki siwang dialirkan menuju ke deaerator.

Dari deaerator, DBPO dipompakan ke Spiral Heat Exchanger (SHE). Dalam

proses ini terjadi penambahan panas dengan temperatur 185-200°C. Dari SHE

minyak dialirkan ke flash vessel turun ke packed column. Setelah dari packed

column, minyak dialirkan menuju deodorize. Dalam proses ini terjadi

penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau seperti keton dan aldehid

dengan pemanasan pada temperatur 240-265°C. DBPO yang sudah hilang baunya

dipompakan kembali ke SHE untuk mengalami pertukaran panas. Dalam hal ini

minyak sudah dalam bentuk RBDPO (Refined Bleached Palm Oil). RBDPO

kemudian mengalami pertukaran panas lagi dengan CPO pada PHE. Dari PHE,

RBDPO dialirkan ke Plate Cooler Water (PCW) selanjutnya RBDPO difiltrasi.

Kemudian di analisa di laboratorium, jika sesuai dengan spesifikasi maka RBDPO

bisa dialirkan langsung ke tangki penampungan atau ke tangki kristalisasi sesuai

dengan kualitasnya untuk diproses pada tahap fraksinasi (Iyung, 2008).

2.4 Oleokimia

Oleokimia pada dasarnya merupakan cabang ilmu kimia yang

mempelajari trigliserida yang berasal dari minyak dan lemak menjadi asam

lemak dan gliserin serta turunan asam lemak baik dalam bentuk ester,

amida, sulfat, sulfonat, alkohol, alkoksi, maupun sabun.

Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis kepada

(24)

9

bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam lemak ini mudah

dijumpai dalam minyak masak (minyak goreng), margarin, atau lemak hewan dan

menentukan nilai gizinya.

Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang

terhidrolisis) maupun yang terikat dengan gliserida (Tambun, 2006).

2.5 Penggunaan Oleokimia Dalam Industri Polimer

Turunan lemak dan minyak dalam industri polimer dapat dimanfaatkan

sebagai monomer pembentuk bahan polimer maupun sebagai bahan tambahan

untuk memperbaiki sifat polimer tersebut, termasuk memperbaiki permukaan

maupun memperkuat ketahanan polimer. Asam lemak tidak jenuh seperti oleat

(C18:1), linoleat (C18:2), maupun risinoleat (C18:1-OH) telah dikembangkan

untuk dioksidasi menjadi asam azelat (Reck,1984; Brahmana,1994).

Demikian juga dari asam lemak tidak jenuh melalui oksidasi dapat

dihasilkan senyawa poliol yang banyak digunakan sebagai monomer pembentuk

polimer seperti poliester, polieter, dan poliuretan. Sebagai bahan tambahan

penggunaan oleokimia dapat digunakan sebagai : slip agent, pelumas, plastisizer

dan stabilizer, anti static agent, katalis dan emulsifier (Reck,1984).

2.6 Polimer

Polimer yang memiliki kestabilan termal dan oksidasi istimewa, dipakai

dalam aplikasi-aplikasi ruang angkasa berkinerja tinggi. Polimer juga digunakan

untuk aplikasi medis yang penggunaanya sangat luas, seperti benang jahitan

(25)

10

buatan. Polimer konduktif merupakan polimer-polimer yang memperlihatkan

konduktivitas listrik yang sebanding dengan konduktivitas logam-logam (Steven,

2001).

Reaksi kimia yang terjadi diantara dua molekul merupakan proses

pembentukan atau pemecahan satu atau lebih ikatan kimia yang terdapat pada

suatu senyawa kimia. Reaksi polimerisasi berbeda dengan reaksi sintesis pada

umumnya, karena pada polimerisasi molekul-molekul yang bereaksi harus

mempunyai dua atau lebih gugus fungsi. Pada dasarnya reaksi polimerisasi dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu reaksi polimerisasi adisi dan

polimerisasi kondensasi.

Polimerisasi adisi yang paling dikenal adalah reaksi pada senyawa yang

mengandung ikatan karbon rangkap dua (umunya dikenal dengan polimerisasi

vinil) polimerisasi adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap :

a. Inisasi (pemicuan)

Inisiasi

BF3+ H2O BF3.H2O

BF3.H2O + H3C C

CH3

CH2 H

3C C+

CH3

CH3 + (BF3OH)

(26)

-11

b. Propagasi (perambatan)

c. Terminasi (pengakhiran)

Gambar 2.6.1 Reaksi polimerisasi adisi

Karena polimerisasi ini menggunakan bahan baku senyawa ikatan rangkap dua,

maka polimerisasi adisi selanjutnya dapat melalui radikal bebas atau melalui ion

(27)

12

Polimerisasi kondensasi adalah reaksi yang terjadi antara dua molekul

bergugus fungsi dua atau lebih dan menghasilkan satu molekul besar serta

molekul kecil seperti air. Sebagai contoh reaksi pembuatan poliester Dacron,

reaksi berasal dari polimerisasi antara etilena glikol dan metil terefalat

(Riswiyanto, 2009).

Gambar 2.6.2 Reaksi sintesis polimer

Sintesis polimer melalui polimerisasi bertujuan menciptakan polimer baru

dengan struktur rantai tertentu sehingga menghasilkan bahan polimer dengan

karakteristik dan sifat mekanis yang diinginkan. Penerapan bahan polimer

kesegala kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan memerlukan berbagai standart mutu bahan polimer dari polimer komoditas,

sampai bahan polimer teknik, dan polimer khusus. Penyediaan berbagai mutu

(28)

13

baru melalui reaksi polimer lainnya atau senyawa aditif berbobot molekul rendah

(Wirjosentono,dkk,1995).

2.7 Epoksidasi

Epoksidasi asam lemak adalah reaksi antara ikatan rangkap karbon-karbon

yang terdapat di dalam asam lemak tidak jenuh dengan oksigen aktif. Proses ini

menghasilkan penambahan atom oksigen sehingga merubah ikatan rangkap

tersebut menjadi cincin epoksi (oksiran).

Pada umumnya, epoksidasi minyak menggunakan hidrogen peroksida

sebagai pereaksi. Sifat hidrogen peroksida sebagai oksidator tidak cukup kuat

sehingga ditransformasi ke bentuk yang lebih aktif (asam peroksi) (Guenther

et al.,2003).

Asam karboksilat peroksida asam ferformat air

(29)

14

Metoda epoksidasi bervariasi tergantung pada keadaan reaktan dan katalis

yang digunakan. Untuk memproduksi epoksida dari tipe molekul yang memiliki

ikatan rangkap, metoda yang dapat digunakan diantaranya:

a. Epoksidasi dengan asam perkarboksilat (Guenther et al.,2003) yang

dapat memakai katalis asam atau enzim (Klass dan Warwel,1999;

Rios et al.,2005).

b. Epoksidasi dengan peroksid organik dan anorganik yang

menggunakan katalis logam transisi (Sharpless et al., 1983).

c. Epoksidasi dengan halohidrin dikatalis oleh asam hipohalous

(HOX) dan garamnya.

d. Epoksidasi dengan oksigen molekuler (Guenther et al., 2003).

Dari empat metoda diatas, epoksidasi dengan asam perkarboksilat

banyak dikembangkan untuk dihasilkan proses yang bersih dan

efisien (Dinda et al., 2007).

Epoksidasi minyak nabati merupakan hal yang penting dan sangat

berguna terutama dalam hal sebagai stabilisator dan plastisasi bahan polimer.

Berdasarkan pada kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiran epoksida juga

dapat dimanfaatkan sebagai zat antara untuk berbagai jenis bahan kimia yaitu

alkohol, glikol, alkanolamin, senyawa karbonil, senyawa olefin, dan polimer

seperti poliester, dan poliuretan (goud, dkk, 2002).

Ester terepoksidasi mempunyai densitas yang lebih tinggi dan volatilitas

yang lebih rendah serta lebih tahan terhadap oksidasi. Epoksidasi

(30)

15

Suhu reaksi epoksidasi lebih sering diatur pada 30 dan 140oC. Reaksi

epoksidasi dapat dilakukan secara batch, semi-kontinyu, atau kontinyu (Escrig,

Pilar De Frutos et. al, 1998).

2.8 Poliol

Poliol merupakan senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil lebih

dari satu dan dalam industri material sangat luas digunakan baik sebagai bahan

pereaksi maupun addtive. Senyawa poliol dapat diperoleh langsung di alam

seperti amilum, selulosa, sukrosa, lignin, ataupun olahan industri kimia. Poliol

dari minyak nabati telah banyak dikembangkan untuk dapat menggantikan

petroleum berbasis poliol dalam pembuatan poliuretan dan poliester, juga telah

banyak digunakan sebagai bahan pemelastis dalam matriks polimer untuk

menghasilkan suatu material, demikian juga sebagai pelunak maupun pemantap

yang bertujuan agar diperoleh kekerasan dan kelunakan tertentu sehingga material

tersebut mudah dibentuk ke berbagai jenis barang sesuai kebutuhan

(Andreas,dkk.,1990; Narrine,dkk.,2007).

Sebagai bahan poliol tersebut dari sumber minyak nabati dikembangkan

melalui transformasi terhadap ikatan π pada asam lemak tidak jenuh, baik sebagai

trigliserida maupun bentuk asam lemak dan juga bentuk alkil asam lemak melalui

berbagai proses kimia seperti ozonolisis, epoksidasi, hidroformulasi, dan

metatesis (Gua, dkk, 2002).

Beberapa minyak nabati diupayakan dalam pembuatan poliol dengan

memanfaatkan asam lemak tidak jenuh terutama oleat (C18:1), linoleat (C18:2),

linolenat (C18:3). Seperti halnya pembuatan poliol dari minyak kacang kedelai

(31)

16

katalitik dan dihasilkan komposisi gliserida yang baru, yang mana komponen

utamanya adalah 2-hidroksi nonanoat dari gugus hidroksil yang baru. Senyawa

yang terbentuk dalam trigliserida berupa campuran mono, di dan tri trigliserida

yang memiliki gugus hidroksi (Trans,dkk,2005).

Epoksidasi asam lemak tidak jenuh baik sebagai trigliserida, asam lemak

bebas maupun dalam bentuk alkil ester asam lemak yang dilanjutkan hidrolisis

juga telah banyak dilakukan untuk menghasilkan senyawa poliol, seperti halnya

epoksidasi asam oleat dengan asam ferformat yang dilanjutkan hidrolisis

menghasilkan asam 9,10-dihidroksi stearat (Swern,dkk,1982).

Epoksidasi terhadap minyak kacang kedelai degan asam ferformat yang

komposisi utamanya sebagai trigliserida asam oleat, linoleat, dan linolenat dimana

epoksida yang terbentuk diikuti hidrolisis untuk membentuk poliol turunan

minyak kedelai (Godoy,dkk,2007).

2.9 Isosianat

Isosianat merupakan monomer yang utama dalam pembentukan

poliuretan. Isosianat memiliki reaktifitas yang sangat tinggi, khususnya dengan

reaktan nukleofilik. Reaktifitas gugus sianat (-N=C=O) ditentukan oleh sifat

positif dari atom karbon dalam ikatan rangkap komulatif yang terdiri dari N, C,

dan O.

Pada dasarnya kumpulan R-N=C=O mempunyai kemampuan untuk

bereaksi dengan berbagai senyawa khususnya yang mengandung gugus nukleofil

(32)

17

dengan senyawa yang mengandung gugus hidroksil baik yang bersifat alifatis,

siklik, maupun gugus aromatik.

Dalam pembentukan poliuretan sangat penting untuk memilih isosianat

yang sesuai untuk bereaksi dengan poliol karena akan dapat menentukan hasil

akhir seperti biuret, urea, uretan, dan alopat. Isosianat dapat bereaksi dengan

alkohol membentuk karbamat, dengan air membentuk urea dan gas CO2, dengan

amina membentuk urea, dengan urean membentuk uretan dengan isosianat sendiri

(Hepburn,1991;Randal dan Lee,2002).

Poliuretan sering disebut poliisosianat, gugus isosianat, -NCO, merupakan

gugus yang sangat reaktif dan dapat membentuk uretan dengan alkohol (Gambar

2.9.1):

Gambar 2.9.1 Reaksi pembentukan uretan dari isosianat dan alkohol

Reaksi yang melibatkan monomer-monomer pada pembentukan poliuretan yaitu

gugus sianat N=C=O dan gugus–OH (Gambar 2.2):

(33)

18

Gambar 2.9.2. Reaksi pembentukan monomer poliuretan

Seperti poliamida, poliuretan, dapat mengalami ikatan hidrogen.

Poliuretan mempunyai sifat yang sama dengan nilon, tetapi karena sukar diwarnai

dan titik lelehnya lebih rendah, polimer ini pada awalnya tidak banyak

diperdagangkan akan tetapi, terjadi kemajuan pesat pada kimia poliuretan yang

menghasilkan busa, elastomer, pelapis permukaan, serat, dan perekat poliuretan.

Poliuretan yang terbentuk juga dapat berupa foam (busa), walaupun

berasal dari berbagai sampel poliol yang berbeda. Poliuretan jenis ini lebih keras

dibandingkan dengan poliuretan yang lain. Dengan direaksikan melalui isosianat

akan terbentuk banyak uretan, yang kemudian akan diperiksa sifatnya. Salah satu

kegunaan poliuretan foam dapat digunakan sebagai busa (Ulrich, 1982).

Mekanisme reaksi isosianat dengan kumpulan hidroksil ditentukan

menurut reaktivitas kumpulan hidroksil itu sendiri. Adapun reaksi secara umum

isosianat, yaitu :

1. Reaksi isosianat dengan poliol

2. Reaksi isosianat dengan air

(34)

19

3. Reaksi isosianat dengan amina lebih jauh melalui perbandingan reaksi senyawa kandungan hidrogen aktif (Doyle, 1971).

4. Dengan adanya kelebihan isosianat, atom hidrogen dari uretan akan bereaksi dengan isosianat untuk membentuk suatu rantai alopanat

(Hepburn,1991)

Gambar 2.9.3 Reaksi umum isosianat

(35)

20

2.10 Poliuretan

Poliuretan umumnya di singkat dengan PU merupakan senyawa polimer

yang penyusun rantai utamanya adalah gugus uretan (-NHCOO-). Poliuretan

merupakan jenis polimer yang mudah disesuaikan dengan penggunaanya serta

sukar disamai polimer lain seperti kekuatan regangan, kekerasan, ketahanan

gesekan, dan ketahanan pelarut. Sifat-sifat yang dimiliki oleh poliuretan

menjadikan bahan ini sangat berpotensi dalam berbagai industri

(Dombrown,1957).

Poliuretan memiliki kekakuan, kekerasan, serta kepadatan yang amat

beragam. Beberapa jenis poliuretan yang diperdagangkan dan sangat sesuai

dengan penggunaanya, diantaranya :

a. Busa fleksibel (fleksible foam), berdensitas (kepadatan) rendah

yang digunakan dalam bantalan menahan lenturan.

b. Busa kaku (rigid foam), berdensitas rendah yang digunakan untuk

isolasi termal dan dasboard pada mobil

c. Elastomer, bahan padat yang empuk sering digunakan untuk

bantalan gel dan penggiling cetakan

d. Plastik padat, sering digunakan sebagai bagian struktural dan bahan

instrumen elektronik.

Poliuretan digunakan secara meluas dalam sandaran busa fleksibel berdaya

lenting (daya pegas) tinggi, panel isolator busa yang kaku, segel busa

mikroseluler, gasket roda, ban yang tahan lama, segel dan lem berkinerja tinggi

(36)

21

Umumnya bahan-bahan alam yang dimiliki dua atau lebih gugus hidroksil

dapat digunakan sebagai sumber poliol. Baik sebagai inisator yang digunakan

sebagai pemuai, serta berat molekulpoliol sangat mempengaruhi keaadan fisik dan

sifat fisik polimer poliuretan. Karakteristik poliol yang sangat penting adalah pola

struktur molekulnya, berat molekul, persen gugus hidroksi utama, fungsionalitas

dan viskositas. Sebagai sumber poliol belakangan ini banyak digunakan dari hasil

transformasi minyak nabati dengan memanfaatkan masing-masing asam lemak

tidak jenuh yang dikandungnya. Minyak nabati sebagai trigliserida dibentuk

menjadi turunannya seperti metil ester asam lemak tidak jenuh dapat diepoksidasi

yang dilanjutkan hidrolisis menjadi poliol (Goud, dkk, 2006).

Secara umum untuk menghasilkan poliuretan dengan isosianat dilakukan

melalui tahapan berikut : tahap awal adalah pemanasan dan pengadukan dari

senyawa poliol atau poliol dengan bahan aditif dalam kondisi inert (menggunakan

N2). Berikutnya adalah pencampuran dengan senyawa diisosianat (jumlah

pemakaian dihitung berdasarkan rasio OH/NCO) diikuti dengan pengadukan dan

pemanasan dimana hasil reaksi yang terbentuk dalam keadaan viskos segera

dituangkan kedalam cetakan, yang umum digunakan adalah teflon yang diberi

bahan surfaktan seperti silikon. Poliuretan yang terbentuk dikeringkan dalam

vakum desikator dan pemanasan pada oven dengan suhu 60 – 100oC dilanjutkan

penyimpanan hasil pada suhu kamar (Narine,2007).

Hasil polimerisasi dua jenis monomer pada pembentukan poliuretan

(poliol dengan isosianat) dapat dilanjutkan dengan pemberian bahan-bahan

(37)

22

foam, untuk menghasilkan busa pada saat proses diberikan bahan pembentuk busa

(blowing agent) seperti hidrokloroflorokarbons, hidroflorokarbons, hidrokarbons,

dan lain-lain (Randal dan Lee,2002).

2.11 Spektrofotometri Inframerah

Spektrofotometri infra-merah adalah sangat penting dalam kimia modern,

terutama dalam bidang kimia organik. Ia merupakan alat rutin dalam penemuan

gugus fungsional, pengenalan senyawa, dan analisa campuran. Kebanyakan

gugus, seperti CH, O-H, C=N, dan C=N, menyebabkan pita absorpsi infra-merah,

yang berbeda hanya sedikit dari satu molekul ke yang lain tergantung pada

substituen yang lain (Day dan Underwood,1990).

Pancaran infra-merah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum

elektromagnet yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang

mikro. Bagi kimiawan organik, sebagian besar kegunaannya terbatas di antara

4000 cm-1 dan 666 cm-1 (2,5 –15,0 µm). Akhir-akhir ini muncul perhatian pada

daerah infra-merah dekat, 14.290 – 4000 cm-1 (0,7 – 2,5 µm) dan daerah

infra-merah jauh, 700–200 cm-1 (14,3–50 µm) (Silverstein, dkk., 1986).

Spektrofotometri infra-merah juga digunakan untuk penentuan struktur,

khususnya senyawa organik dan juga untuk analisis kuantitatif, seperti analisa

kuantitatif pencemaran udara, misalnya karbon monoksida dalam udara dengan

(38)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

- Neraca analitik

- Gelas ukur 10,25,50,100 mL Pyrex,Duran

- Labu leher tiga 500 mL Pyrex

- Pipet tetes

- Corong pemisah 250 mL Pyrex

- Termometer 250oC

- Hot plate

- Magnetic stirer

- Beaker glass 150,250,500 mL Pyrex,Duran

- Rotarievaporator Buchi

- FT-IR

- pH meter

- Kondensor

- Labu destilat Buchi

- Penangas minyak

- Penyangga corong

- GelasErlenmeyer Pyrex,Duran

- Alat Vakum

(39)

24

- Pipet volume

3.1.2 Bahan

- RBD Palm Olein 100 gram

- Asam formiat 50 mL

- Hidrogen peroksida (H2O2) 30% 100 mL

- Air dingin

- Air panas

- RBD Palm Oleinhasil epoksidasi 20 gram

- Metanol 10 mL

- Isopropanol 80 mL

- H2SO4(p) 1 gram

- Na2CO3

- n-Heksana

- Larutan buffer

- Larutan Wijs

- Na2S2O3.5H2O

- HBr 0,1 N

- Piridin

- Kalium hidrogen penthalat (KHP)

- Asam asetat glassial

- Indikator fenolftalein

- Indikator genta violet

(40)

25

3.2 Prosedur

3.2.1 Proses epoksidasi

Kedalam labu leher tiga volume 500 mL dimasukkan sebanyak 50 mL

asam formiat dan ditambahkan hidrogen peroksida 30% sebanyak 100 mL,

kemudian diaduk menggunakan magnetic stirer selama satu jam dengan suhu

50oC. Selanjutnya ditambahkan 100 gram RBD Palm olein secara perlahan-lahan

dengan suhu yang dipertahankan 50oC. Dilanjutkan pemanasan selama tiga jam,

kemudian di panaskan pada suhu 80oC dan diperiksa pH menggunakan pH meter.

Selanjutnya minyak dicuci dengan air panas sampai pH netral dan dipisahkan

menggunakan corong pisah kembali. Setelah diperoleh minyak, dilakukan analisa

bilangan iod, bilangan oksiran dan analisis dengan spektrofotometer inframerah.

3.2.2 Pembentukan poliol

Kedalam labu leher tiga volume 500 mL dimasukkan campuran metanol

dan isopropanol dengan perbandingan 1:8, lalu ditambahkan sebanyak 20 gram

RBD Palm Oleinhasil epoksidasi secara perlahan-lahan. Selanjutnya ditambahkan

1 gram H2SO4 (p) dan dipertahankan suhu pada 50oC-55oC selama dua jam, lalu

dinginkan sampai suhu kamar. Kemudian ditambahkan n-Heksana sebanyak

volume campuran tersebut dan Na2CO3 sampai pH netral. Campuran kemudian

dituangkan kedalam corong pisah untuk dipisahkan lapisan atas dan lapisan

bawah. Lapisan atas adalah hasil poliol yang berwarna kuning dan lapisan bawah

adalah sisa reaktan yang jernih. Keringkan lapisan atas untuk menghilangkan sisa

n-Heksana. Poliol dianalisis melalui penentuan bilangan hidroksil dan diikuti

(41)

26

3.2.3 Pembuatan poliuretan

Kedalam Beaker glass dimasukkan 5 mL poliol RBD-Palm olein lalu

ditambahkan 20 mL toluen diisosianat,diaduk menggunakan magnetic stirer.

Kemudian dinginkan sampai suhu kamar dan diamati hasil yang terbentuk.

3.2.4 Uji bilangan iodine

Sebanyak ± 0,25 gram sampel dengan tepat dalam gelas Erlenmeyer

bertutup volume 250 mL. Selanjutnya ditambahkan dengan 20 mL sikloheksana

kemudian ditambahkan sebanyak 25 mL larutan Wijs, ditutup rapat dan dikocok

hingga homogen lalu disimpan dalam ruang gelap selama ± 30 menit. Kedalam

campuran tersebut ditambahkan 20 mL larutan KI 15% dan 150 mL aquadest.

Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning pucat,

ditambahkan sebanyak 2 mL indikator amilum. Dilanjutkan kembali titrasi sampai

berwarna bening dan dicatat volume Na2S2O3 0,1 N yang digunakan. Dilakukan

hal yang sama terhadap blanko.

Bilangan iodine =(Blanko–sampel) x N Na2S2O3x 12,69

( )

3.2.5 Uji bilangan oksiran

Sebanyak ± 0,5 gram sampel dengan tepat dalam gelas Erlenmeyer

bertutup volume 50 mL. Selanjutnya ditambahkan dengan 10 mL asam asetat

glasial sikloheksana kemudian ditambahkan 3 tetes indikator gentaviolet. Dititrasi

(42)

27

dan dicatat volume HBr 0,1 N yang digunakan. Dilakukan hal yang sama terhadap

blanko.

Bilangan oksiran =mL titrasi x N HBr x 1,60 Berat sampel(gram)

3.2.6 Uji bilangan hidroksil

Sebanyak ± 1 gram sampel dengan tepat dalam gelas Erlenmeyerbertutup

volume 250 mL. Selanjutnya ditambahkan dengan 5 mL reagen asetilasi

kemudian direfluks selama 1 jam pada suhu sekitar 90-95oC. Kedalam campuran

tersebut ditambahkan 10 mL aquadest dan direfluks kembali selama 10 menit.

Didinginkan pada suhu kamar (dibiarkan diatas hotplate) lalu dibilas kondensor

dengan 10 mL butanol netral dan ditampung kedalam gelas Erlenmeyer. Dibilas

kembali gelasErlenmeyerdengan butanol netral 10 mL lalu diaduk. Ditambahkan

3 tetes indikator fenolftalein. Dititrasi dengan larutan KOH-Alkohol 0,5 N sampai

terbentuk warna merah lembayung dan dicatat volume KOH-Alkohol 0,5 N yang

digunakan. Dilakukan hal yang sama terhadap blanko.

Bilangan hidroksil = + 56,1

Keterangan

A : Berat sampel 1 (gram)

B : Volume titrasi 1 (mL)

C : Berat sampel 2 (gram)

D : Volume titrasi 2 (mL)

E : Volume titrasi blanko (mL)

(43)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan

Proses pembentukan poliuretan dilakukan dengan perbandingan polyol :

TDI =5:20 (v/v). Setelah itu dilakukan analisa untuk seluruh bahan sebelum dan

sesudah dilakukan reaksi polimerisasi. Analisa yang digunakan ialah analisa

bilangan iod (IV), analisa bilangan oksiran oksigen, dan analisa bilangan

hidroksil. Hasil analisa tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Bilangan Iodine

RBD-Palm olein 0,3944 28,11 60,26

Minyak hasil

RBD-Palm olein 0,5078 0 0

Minyak hasil

epoksidasi 0,5432 0,4725 1,6227

Tabel 4.3 Bilangan Hidroksil

Sampel A B C D E Bilangan

Hidroksil

Poliol

(44)

29

Tabel 4.4. Nilai bilangan gelombang spektrum FT-IR Epoksidasi RBD-Palm oleindan PoliolRBD-Palm olein

Bilangan Gelombang (cm-1)

Jenis gugus fungsi/ikatan ERBD-Palm olein PRBD-Palm olein

- - Bengkokan Keluar Dari =CH

721,50 724,10 Bengkokan Keluar Dari =CH

1159,43 1088,48 C-O Ester

1176,17 C-O Ester

1463,68 1377,55 Rentangan Metilen

-CH2-1416,84-1464,04 Rentangan Metilen

-CH2-1743,20 1727,53 C=O Ester

2852,30 2855,36 Metilen

-CH2-2921,34 2927,19 Rentangan CH3 Alkana

- 3443,61 Gugus OH

Tabel 4.5 Nilai bilangan gelombang spektrum FT-IR Poliuretan

Bilangan Gelombang (cm-1) Jenis gugus Fungsi

1015,80-1172,36 Serapan C - O Uretan

1381,90 Amida Sekunder

=(46,84-30,25) x0,1000 x12,69 0,3898

=54,00

4.2.2. Bilangan Oksiran

Bilangan oksiran =mL titrasi x N HBr x 1,60 Berat sampel

(45)

30

= 1,6227

4.2.3. Bilangan Hidroksil

Bilangan hidroksil = + 56,1

Keterangan

A : Berat sampel 1 (gram)

B : Volume titrasi 1 (mL)

C : Berat sampel 2 (gram)

D : Volume titrasi 2 (mL)

E : Volume titrasi blanko (mL)

N : Normalitas KOH-Alkohol 0,5 N

Bilangan hidroksil = + 56,1

= 53,6+ 1,0019 x 0,1

1,0005 - 51,275 x 0,4997 x 56,1

= 53,6+(0,1001)- 51,275 x 0,4997 x 56,1

= 67,9843

4.3 Reaksi percobaan

RBD-Palm Oleinkaya kandungan asam lemak tidak jenuh yakni, oleat dan

linoleat dalam bentuk trigliserida. Secara acak untuk 1 (Satu) molekul sebagai

contoh molekul yang utamandalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk α

-palmitat, β-oleat, γ-linoleat, sehingga reaksi epoksidasi terhadapRBD-Palm Olein

untuk menghasilkan poliol sebagai berikut :

(46)
(47)

32

olein sebesar 60,26 dan bilangan iodine minyak hasil epoksidasi sebesar 54,00

dan diikuti dengan hasil analisa bilangan oksiran RBD-Palm olein (tabel 4.2)

sebesar 0 dan bilangan oksiran hasil epoksidasi sebesar 1,6227. Reaksi epoksidasi

RBD-Palm olein juga dapat dilihat dengan menggunakan spektofotometri FT-IR.

(48)

33

ester pada 1159,43 cm-1, serapan C=O ester pada 1743,20 cm-1 dan serapan pada

2852,30 cm-1 menunjukkan rentangan -CH2- (metilen) yang diperkuat dengan

serapan pada 1453,66 cm-1, menunjukkan adanya trigliserida yang mengikat asam

lemak terepoksidasi (lampiran 2). Serapan pada daerah ~3000 cm-1 yaitu pada

2921,34 cm-1menunjukkan rentangan CH3 alkana yang berada pada bagian ujung

dari struktur trigliserida. Pada bilangan spektrum FTIR poliol (lampiran 3)

menunjukkan masih terdapatnya bengkokan Keluar Dari =CH pada 724,10. Ini

menunjukkan epoksida tidak sepenuhnya menjadi poliol. Tetapi kemunculan

puncak pada daerah bilangan gelombang 3443,6 cm-1 yang merupakan serapan

khas pada gugus–OH mengidentifikasikan terbentuknya poliol.

Poliol direaksikan dengan Toluen Diisosianat maka didapat hasil larutan

Putih kental dan dibiarkan pada suhu kamar terbentuk padatan lunak berwarna

putih. Ini menunjukkan terbentuknya poliuretan. Poliuretan yang didapat

selanjutnya diuji dengan spektrofotometri FTIR dan hasilnya (tabel 4.5)

menunjukkan bahwa bilangan gelombang 1447,64 ialah serapan allofanat

poliuretan dan pada bilangan gelombang 1015,80-1172,36 terjadi Serapan C - O

Uretan. Pada proses perubahan poliol menjadi poliuretan, masih terdapat gugus

OH pada bilangan gelombang 3405.51. Hal ini disebabkan epoksidasi yang

(49)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

RBD-Palm Olein dapat direaksikan dengan asam ferformat membentuk

gugus oksiran yang selanjutnya dengan menggunakan pereaksi metanol dalam

pelarut isopropanol dapat memebentuk poliol turunan minyak kelapa sawit. Poliol

yang terbentuk direaksikan dengan toluen diisosianat dengan rasio 10 : 5 dapat

menghasilkan poliuretan. Hasil poliuretan yag didapat berupa poliuretan berjenis

elastomer

5.2 Saran

Diharapkan untuk penelitian agar dapat mengembangkan lebih lanjut hasil

(50)

35

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, H. In. Gachter, R. and Muller, H. 1990.PVC Stabilizer and Plastics

Aditives Handbook 3rd. Hanser Publisher. Munich. Germany

Awang, B. 1996.Minyak Kelapa Sawit. Bank Bumi Daya. Jakarta.

Brahmana, H.R. Ginting, A. dan Ginting, M. 1994.Sintesa Alkil Ester dan Ester

Selulosa Turunan Asam Lemak Kelapa Sawit (CPO) dan Inti Kelapa Sawit

(CPKO) dengan Natrium Selulosa Pinus Meerkusi. Laporan Penelitian

Hibah Bersaing 1/3 Perguruan Tinggi 1993-1994. LP-USU Medan.

Day, R.A, dan Underwood A.L. 1986.Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Dinda,S,.Patwardhan AV. Goud VV. and Pradhan N.C. 2008.Epoxidation of

Cotton Seed Oil by Aqueous Hydrogen Peroxide Catalysed by Liquid

Inorganic Acids. Bioresour. Technol.

Dombrown, 1957.Polyurethanes. Reinhold Publishing. Corporation. New York.

Doyle, E. 1971.The Development abd Use Of Polyurethane Product. Chapt J.

New York : Mc-Graw Hill Book Company

Escrig, Pilar De Frutos. and Martin, Jase Miguel Compos. 2000.Proscess For

(51)

36

Gan, L.H. Goh, S.H. and Ooi, K. S. 1992.Kinetic Studies Of Epoxidation and

Oxirane Cleavage Of Palm Olein Methyl Ester: JAOCS. Vol 69.

Gan, L.H. Goh, S.H. and Ooi, K. S. 1995.Effect Of Epoxidation On The Thermal

Oxidative Stabilieties Of Fatty Acid Esteis Derived From Palm Olein.

JAOCS. Vol 72.

Godoy, S. C. Ferrilo, M. F. and Gerbase. A. E. 2007.Determination Of The

hydroxyl Value Of Soybean Polyol by Attenuated Total

Reflectance/Fourier Transform Infrared Spectroscopy, J. Am. Oil. Chem.

Soc. Vol 84.

Goud VV, Patwardhan AV. and Pradhan NC. 2006,Studies On The Epoxidation

Of Mahua Oil (Madhuanica Indica) by Hydrogen Peroxide. Bioresource

Technology.

Gua, A. Demydov, D. Zhang, W, Petrovic, ZS. 2002.Polyol and Polyurethane

From Hydroformylation of Soybean Oil.J Polym Environ.

Guenthere, S. Rieth, R. and Rowbottom, K.T. 2003. Sixth edition.Ullmann’s

Encyclopedia Of Industrial Chemistry. Vol 12. Wiley-VCH.

Hepburn,C. 1991.Polyurethane Elastomer. Second Edition. New York . Elsevier

Applied Science.

Iyung Pahan, 2008.Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta

(52)

37

Klass, M. R. and Warwel, S. 1999.Complete and Partial Epoxidation Of Plant

Oils by Lipase-Catalysed Perhydrolysis. Ind Crops Prod.

Narrine, S. S, Kong, X, Bauzidi, L. and Sporus, P. 2007.Physical Propertias Of

Polyurethanes Produced From Polyol From Seed Oils. 1-Elastomer.

JAOCS. Vol 84.

Randall, O. dan Lee,S. 2002.The Polyurethane Book. Jhon Wiley and Sons, Ltd.

Everberg. Belgium

Reck, R. A. 1984.Marketing and Economics Of Oleochemicals To The Plastics

Industry.J. Am. Oil Chem. Soc.

Rios, L.A, Weckes, P. Schuster, N. and Hoelderich, W. F. 2005.Mesoporous and

amorphous TI-Silicas On The Epoxidation Of Vegetables Oil. J. Catal.

Riswiyanto,S. 2009.Kimia Organik. Erlangga. Jakarta

Rohaeti, E. 2005.Kajian Tentang Sintesis Poliuretan dan Karakterisasi.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Pendidikan dan Penerapan MIPA.

FMIPA UNY.

Sharpless, K. B. Woodard, S. S. and Finn, M. G. 1983.On The Mechanism Of

Titanium-Tartrate Catalyzed Asymmetric Epoxidation. Pure Appl. Chem.

Silverstain,dkk. 1986. Penyidikan spektrometrik senyawa organik. Edisi keempat.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

(53)

38

Swern, D and Bailey. 1982.Balay’s industrial Oil and Fat Product. Vol 2. Fourth

Edition. John Willley and Sons. New York.

Tambun, R. 2006.Buku Ajar Teknologi oleokimia (TKK 322). Fakultas Teknik

Universitas.

Trans, P. Daniel, G. and Ramani, n. 2005.Ozon Mediated Polyol Synthesis From

Soyben Oil. J. Am. Oil. Chem.Soc.

Ulrich, H. 1982.Introduction To Industrial Polimers. Hanser Publisher.

Winarno, F. G. 1997.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Winarno,F.G. 2004.Keamanan Pangan.Jilid Satu. Bogor : M-Brio Press.

Wirjosentono, B, Sitompul, A. N, Sumarno, Siregar, T. A dan Lubis, S. B. 1985.

(54)

38

(55)

39

Lampiran 1

Pembuatan Reagent

Pembuatan dan standarisasi larutan Na2S2O3

Sebanyak ± 25 gram kristal Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan 1 liter air didalam

labu ukur 1000 mL sampai garis tanda, selanjutnya ditimbang 0,1 gram K2Cr2O7

kemudian dimasukkan kedalam gelasErlenmeyer. Ditambahkan 15 mL KI 15% dan

75 mL aquadest kedalam gelasErlenmeyer tersebut, lalu dikocok hingga homogen.

Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai kuning gelap (coklat) lalu ditambahkan 1 mL

indikator amilum dan dititrasi kembali sampai menjadi biru kehijauan. Dicatat

volume Na2S2O3yang terpakai.

Pembuatan dan standarisasi larutan HBr 0,1 N

Sebanyak 12,5 mL HBr (p) dilarutkan dengan asam asetat glasial. Dimasukkan

sebanyak 0,1 gram kalium hidrogen phalat kedalam gelas Erlenmeyer bertutup

berukuran 50 mL, kemudian ditambahkan 10 mL asam asetat glasial 100%.

Selanjutnya ditambahkan tiga tetes indikator gentaviolet dan dititrasi HBr sampai

terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijau. Dicatat volume HBr yang terpakai

Standarisasi larutan HBr 0,1 N

(56)

40

Pembuatan dan standarisasi KOH-Alkohol 0,5 N

Sebanyak 7,0125 gram KOH dilarutkan dengan alkohol dalam labu takar

bervolume 250 mL sampai garis tanda. Masukkan H2C2O4 sebanyak 0,5 gram

kedalam gelas Erlenmeyer dilarutkan dengan 50 mL aquadest. Tambahkan tiga

tetes indikator fenolftalein lalu titrasi dengan KOH yang telah dibuat. Dicatat

volume KOH yang terpakai.

Pembuatan KOH 0,5 N

N = r

×1000

V

Standarisasi larutan KOH-Alkohol 0,5 N

N KOH-Alkohol = gram x valensi

(57)
(58)
(59)

Gambar

Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa
Gambar 2.6.1 Reaksi polimerisasi adisi
Gambar 2.6.2 Reaksi sintesis polimer
Gambar 2.7. Reaksi epoksidasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

The analysis reevaluates the predictive ability of models of exchange rate determination by verifying the robustness of the recent empirical evidence in favor of models of exchange

Secara umum berdasarkan hasil analisis Importance dalam konjoin pertimbangan mahasiswa didalam penentuan atribut kriteria kualitas dosen terhadap preferensi

Pada Penulisan Ilmiah ini menjelaskan tentang pembuatan Aplikasi Yellow Pages, yang nantinya keberadaan aplikasi ini diharapkan dapat digunakan di masyarakat luas untuk membantu

Pengaruh Penggunaan Metode Simulasi Sosiodrama terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Candirejo 02 Kec.. Salatiga : Fakultas

Apakah tata cara transaksi yang digunakan pada aplikasi DealMedan mudah dilakukana. Sangat

Peningkatan Hasil Belajar Etika Melalui Media Cerita Bergambar Pada Kelompok B usia 5-6 Tahun Di RA Miftahul Huda I Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun

Jika ada suatu sistem yang menggunakan nomer referensi socket tersebut, maka akan terjalin suatu jaringan komunikasi antar komputer sebaik transfer data lokal..

Dari fatwa tersebut timbullah pro dan kontra di masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah pengkonsumsi rokok dan dalam masalah ini muncul di kalangan ulama ormas mengenai hukum