E- ISSN 2527 - 3469
279
VOLUME 19 NO 2, JULI 2017
JURNAL EKONOMI & BISNIS
DHARMA ANDALAS
ANALISA FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA
Rinto Noviantoro
Universitas Dehasen Bengkulu
ABSTRACT
The author would like to discuss the analysis of macro-economic factors that affect the performance of Islamic banks in Indonesia
analysis used in this study is the method of Vector autoregression (VAR) or Vector Error Correction Model (VECM) to process some of the data time series. Vector Autoregression (VAR) will be used to analyze the influence of macro-economic on the performance of Islamic banks, if the data used is stationary and does not terkontegrasi, or be combined with the error correction model into a Vector Error Correction Model (VECM) if the data used are stationary at first difference however there is cointegration.
Of Research (1) Factors macroeconomic affect the performance of Islamic banks for indicators ROE Islamic banking is based on the analysis of IRF that inflation is positive and the exchange rate is a negative effect, while the IPI and the SBI interest rate does not affect ROE. (2 ) the results of the analysis of IRF that IPI which influence positively and the SBI interest rate negatively, while inflation and the exchange rate does not affect the ROA. (3) based on an analysis of IRF ie inflation which influence positively and IPI negatively, while the interest rate SBI and the exchange rate does not affect the FDR. (4) the results of the analysis of IRF that IPI which influence positively and negatively affect inflation, while the SBI interest rate and the exchange rate does not affect BOPO.
Key Word : VECM, ROA, ROE, SBI
ABSTRAK
Penulis ingin membahas tentang analisa factor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja bank syariah di Indonesia.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector AutoRegression (VAR) atau Vector Error Correction Model (VECM) dalam mengolah beberapa data time series. Vector Autoregression (VAR) akan digunakan untuk menganalisis pengaruh makro ekonomi terhadap kinerja bank syariah, jika data yang digunakan stationer dan tidak terkontegrasi, atau akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan menjadi Vector Error Correction Model (VECM) jika data yang digunakan adalah stationer pada perbedaan pertama namun terdapat kointegrasi.Dari Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan (1) Faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bank syariah untuk indikator ROE perbankan syariah berdasarkan hasil analisis IRF yaitu inflasi yang berpengaruh positif dan nilai tukar rupiah yang berpengaruh negatif, sedangkan IPI dan suku bunga SBI tidak mempengaruhi ROE.(2) hasil analisis IRF yaitu IPI dimana berpengaruh secara positif dan suku bunga SBI yang berpengaruh negatif, sedangkan inflasi dan nilai tukar rupiah tidak mempengaruhi ROA.(3) berdasarkan hasil analisis IRF yaitu inflasi dimana berpengaruh secara positif dan IPI
E- ISSN 2527 - 3469
280 berpengaruh secara negatif, sedangkan suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah tidak mempengaruhi FDR.(4) hasil analisis IRF yaitu IPI dimana berpengaruh secara positif dan inflasi berpengaruh negatif, sedangkan suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah tidak mempengaruhi BOPO.
Kata Kunci : VECM, ROA, ROE, SBI
PENDAHULUAN
Sektor yang paling rawan dari liberalisasi ekonomi di negara berkembang termasuk Indonesia adalah perdagangan jasa (Trade in Service), khususnya jasa keuangan. Yang termasuk jasa keuangan adalah perbankan, perasuransian, leasing, pasar uang, pasar modal, modal ventura dan lain-lain. Dengan liberalisasi ekonomi, setiap terjadi perubahan pada tiga komponen sistem keuangan (tingkat bunga, nilai tukar uang dan indeks gabungan harga saham) yang terjadi di negara maju, akan secara langsung mempengaruhi perekonomian di negara berkembang. Hal yang sering terjadi adalah, selalu saja negara berkembang yang menjadi korban perubahan tiga komponen sistem keuangan ini (Perwataatmadja dan Tanjung, 2007).
Kebijakan moneter BI adalah menjaga kestabilan harga yaitu inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Secara teori nilai tukar mata uang suatu negara tergantung dari hukum permintaan dan penawaran sehingga dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu. Namun tentunya, nilai tukar suatu mata uang juga tergantung dari fundamental dan kondisi makroekonomi suatu negara dibandingkan dengan negara lain misalnya perbedaan tingkat inflasi, perbedaan suku bunga, perbedaan nilai ekspor dan impor, perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya.
Tingkat inflasi memiliki pengaruh terhadap pendapatan riil masyarakat sehingga berdampak terhadap aspek funding dan lending dari bank. Sebagian dana bank juga ditempatkan di instrumen SBI sehingga fluktuasi tingkat kebijakan suku bunga
berperan terhadap pendapatan bank. Kebijakan suku bunga tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: SBIS (tingkat suku bunga SBI syariah) dan SBI (tingkat suku bunga SBI konvensional). Fluktuasi nilai tukar rupiah juga berpotensi berpengaruh terhadap kinerja bank karena adanya eksposur valas. Karena itu PDB, tingkat inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja perbankan khususnya pada perbankan syariah di Indonesia. Pengertian Bank syariah
Menurut (Setiadi dan Agung, 2009), bank syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah, yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi sebagaimana bank konvensional, antara masyarakat yang surplus danakepada masyarakat yang kekurangan dana atau defisit dana, yang berlandaskan pada aturan fiqih syariat islam. Sedangkan menurut (Amir dan Rukmana, 2010), bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al Quran dan hadis. Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bank syariah adalah bank yang beroperasi berlandaskan pada ketentuan Islam yaitu Al Quran dan hadis.
Dalam menjalankan aktivitasnya, bank syariah memiliki beberapa prinsip utama yaitu (Arifin, 2006):
1.Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi;
2.Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan yang sah menurut Syariah; dan
E- ISSN 2527 - 3469
281 Jenis Bank syariah
Menurut (Wiroso, 2009), bank syariah dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1.Bank umum syariah
Termasuk dalam kelompok Bank Umum Syariah jika seluruh struktur organisasi bank tersebut tunduk pada ketentuan syariah, baik dari kantor pusat sampai dengan kantor layanan baik bawah dari entitas tersebut seluruhnya melaksanakan kegiatan syariah. Contoh : Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI, Bank Syariah Bukopin. 2.Cabang syariah bank konvensioanl
(Unit Usaha Syariah)
Dikategorikan Cabang Syariah Bank Konvensioanl (Unit Usaha Syariah) adalah entitas tersebut menjalankan dua kegiatan usaha bank, yaitu kegiatan usaha konvensional dan kegiatan usaha berdasarkan prinsip usaha syariah. Contoh : BTN Syariah, Bank Jabar Syariah, Bank BNI Syariah.
3.Bank perkreditan rakyat syariah (BPR Syariah)
Kelompok ini adalah Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang menjalankan kegiatan usaha sesuai prinsip syariah.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity and Sensitivity to Market Risk)
Tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kinerja bank secara menyeluruh yang dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan komponen penilaian dan kriteria tertentu. Pada tanggal 12 April 2004, Bank Indonesia selaku pemegang otoritas pengawasan bank mengeluarkan Peraturan BI No. 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank dimaksudkan untuk mengetahui kondisi suatu bank secara berkesinambungan dan
melakukan tindakan perbaikan untuk menghindari kerugian yang lebih besar bagi semua pihak terkait terutama bagi masyarakat pengguna jasa perbankan.
Peraturan BI ini mempengaruhi sistem penilaian kesehatan bank yang sebelumnya dilakukan berdasarkan surat keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 2007 sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998. Dasar pertimbangan perubahan dan perbaikan sistem penilaian tingkat kesehatan bank adalah karena pesatnya perkembangan yang terjadi di bidang perbankan yang berpengaruh pada meningkatnya kompleksitas usaha bank dan profil resiko yang dimiliki bank dan perubahan metodologi penilaian kondisi bank berdasarkan standar penerapan secara internasional.
Produk Domestik Bruto
PDB diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil dari warga negara yang bersangkutan ditambah warga Negara asing yang bekerja dinegara bersnagkutan, termasuk didalamnya adalah pendapatan atas aset asing. (Putong dan Andjaswati, 2010). Menurut (Putong dan Andjaswati, 2010), PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu:
a.Pendekatan pengeluaran
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan sektor luar negeri.
b.Pendekatan pendapatan
PDB = sewa + upah + bunga + laba Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti
E- ISSN 2527 - 3469
282 tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga
untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha. Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbankan Syariah Secara Makro
Secara umum perbankan syariah dipengaruhi oleh beberapa faktor makro ekonomi antara lain:
A.Globalisasi Ekonomi
Menurut Halwani (2005), globalisasi ekonomi adalah proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi ekonomi membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Keuntungan dari globalisasi ekonomi yaitu:
- Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Perdagangan bebas membuat masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
- Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
B.Pertumbuhan Ekonomi
- Menurut Arsyad (1999), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.
- Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara. ”Pertumbuhan” (growth) tidak identik
dengan ”pembangunan”
(development). Pertumbuhan ekonomi
adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan (Meier,1989). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan berdimensi lebih luas. C.Kebijakan Moneter
- Bofinger (2001) dalam Ascarya (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan moneter dimanipulasi oleh instrumen moneter untuk mencapai stabilitas harga, pengangguran yang rendah, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Institusi yang diberikan otoritas untuk melakukan kebijakan moneter ini berbentuk bank sentral atau dewan moneter suatu negara sebagai wakil dari pemerintah. Hal ini berlandaskan pada pemikiran aliran monetarist yang mengemukakan bahwa pertumbuhan uang beredar merupakan unsur yang dapat diandalkan dalam perkembangan moneter. Pendiri mazhab monetarist, Milton Friedman, mengatakan bahwa perubahan dalam jumlah uang beredar sangat berpengaruh pada tingkat inflasi dalam jangka panjang dan juga perilaku Gross National Product
E- ISSN 2527 - 3469
283 (GNP) riil. Selain itu aliran
monetarist mengemukakan adanya kekuatan pasar dan pengaruh sumberdaya yang menyatakan turunnya suku bunga akan mendorong investasi dan turunnya tingkat harga akan mendorong konsumsi.
Kerangka Pemikiran
Pengaruh faktor-faktor makro ekonomi terhadap kinerja bank syariah di Indonesia
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
- Kerangka ini, menunjukkan bahwa kinerja bank syariah dapat diukur dengan rasio Return on Equity,Return on Asset,Finance to Deposit Ratiodan BOPO masing-masing akan dipengaruhi oleh PDB, Inflasi, SBI dan nilai tukar rupiah secara simultan. Ini sekaligus menunjukkan bahwa dalam penelitian ini kinerja bank syariah merupakan dependent variable
dan faktor-faktor makro ekonomi merupakan independent variable.
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian di atas, maka disusun kerangka hipotesis penelitian sebagai berikut :
- H0: ROE bank syariah tidak dipengaruhi oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah. - H1: ROE bank syariah dipengaruhi
oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah.
- H0: ROA bank syariah tidak dipengaruhi oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah.
- H2: ROA bank syariah dipengaruhi oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah.
- H0: FDRbank syariah tidak dipengaruhi oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah. - H3: FDR bank syariah dipengaruhi
oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah.
- H0: BOPO bank syariah dipengaruhi oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah.
- H4: BOPO bank syariah dipengaruhi oleh PDB, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah.
Metode Analisis dan Pengolahan Data Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Vector AutoRegression (VAR) atau
Vector Error Correction Model (VECM)
dalam mengolah beberapa data time
series. Vector Autoregression (VAR)
akan digunakan untuk menganalisis pengaruh makro ekonomi terhadap kinerja bank syariah, jika data yang digunakan stationer dan tidak terkontegrasi, atau akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan menjadi
Vector Error Correction Model (VECM)
jika data yang digunakan adalah stationer pada perbedaan pertama namun terdapat kointegrasi.
Secara sederhana, proses analisis VAR atau VECM dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2
Proses Analisis VAR/VECM
Sumber : Ascarya (2009)
Secara matematis, model penelitian VAR atau VECM dapat dirumuskan sebagai berikut:
E- ISSN 2527 - 3469
284 1.Metode Vector AutoRegression (VAR)
Achsani et al. (2005), merepresentasikan model umum VAR sebagai berikut:
Xt =
t +
k i i A 1 + xt-1 + et (1) Dimana Xt merupakan vektor darivariabel endogen dengan dimensi (n x 1),
t merupakan vektor dari variabeleksogen, termasuk konstanta (intersep) dan trend, A1 adalah koefisien matriks dengan dimensi (n x n), dan et adalah vektor dari residual.
Dalam sistem bivariat sederhana, yt
dipengaruhi oleh nilai zt periode
sebelumnya dan periode saat ini, sementara zt dipengaruhi oleh nilai yt
periode sebelumnya dan periode saat ini.
2. Analisis Vector Error Correction
Model (VECM)
Achsani et al. (2005), merepresentasikan model umum VECM sebagai berikut :
Xt =
t +Xt-1 +
1 1 k i i t-i + et (2) Dimana dan merupakan fungsi dari Ai (lihat persamaan 1). Matriks λ dapat dipecah menjadi dua matriks λ dan β dengan dimensi (n x r). λ =λβτ, dimana λ merupakan matriks penyesuaian, β merupakan vektor kointegrasi, dan τ merupakan rank kointegrasi.Dimana variabel X dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.
Model dan Variabel X
ModelVariabel X
1. ROE - IPI, inflasi, suku
bunga SBI dannilai tukar rupiah, ROE.
2. ROA - IPI, inflasi, suku
bunga SBI dan nilai tukar rupiah, ROA.
3. FDR - IPI, inflasi, suku
bunga SBI dan nilai tukar rupiah, FDR.
4. BOPO - IPI, inflasi, suku
bunga SBI dan nilai tukar rupiah, BOPO.
Sumber : Kompilasi Penulis
Analisa Dan Pembahasan
Hasil Estimasi Model VECM ROE Hasil lengkap estimasi model , sedangkan rangkuman hasil estimasi model VECM baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Tabel 2
Hasil Estimasi VECM ROE Jangka Pendek
Peubah Koefisien T-Statistik T-Table
ECT1 -0,002884 -1,19685 2,2809 ROE(-1) -0,579294 -5,52800 2,2809 ROE(-2) -0,477514 -4,82308 2,2809 LNEXCH(-1) -38,37403 -1,73079 2,2809 LNEXCH(-2) -22,22801 -0,97823 2,2809 SBI(-1) 2,797066 0,66658 2,2809 SBI(-2) -7,567676 -1,74506 2,2809 INFL(-1) 0,229950 0,42164 2,2809 INFL(-2) 0,165902 0,28252 2,2809 LNIPI(-1) -10,14123 -0,55151 2,2809 LNIPI(-2) -12,79446 -0,72975 2,2809 Jangka Panjang
Peubah Koefisien T-Statistik T-Table
LNEXCH(-1) -568,7044 -0,90402 2,2809
SBI(-1) -68,97394 -0,79649 2,2809
INFL(-1) 120,4841 2,83932 2,2809
LNIPI(-1) 1002,320 0,87458 2,2809
Sumber : Kompilasi Penulis
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek indikator makroekonomi seperti nilai tukar rupiah, suku bunga SBI, inflasi dan IPI tidak berpengaruh terhadap ROE karena setelah dilakukan pengujian lebih lanjut menghasilkan angka t-statistik lebih kecil daripada angka t-table.
Sedangkan dalam jangka panjang indikator makroekonomi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROE hanya inflasi sebesar 120,48 persen yang berarti ketika inflasi mengalami kenaikan satu persen maka ROE akan mengalami kenaikan sebesar 120,48 persen. Kondisi tersebut tidak sama dengan yang umumnya terjadi karena naiknya inflasi menyebabkan permintaan terhadap kegiatan investasi, konsumsi masyarakat, dan kegiatan ekonomi riil lainnya ikut menurun sehingga jumlah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah akan menurun, hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan bagi hasil yang diperoleh perbankan syariah.
E- ISSN 2527 - 3469
285
Impulse Respon Function (IRF)
menggambarkan bagaimana suatu peubah merespon guncangan peubah lain. Pada bagian ini, IRF akan menjelaskan impuls respon ROE akibat guncangan nilai tukar rupiah, suku bunga SBI, inflasi dan IPI selama 51 periode ke depan. Respon ROE tersebut akan dijelaskan pada Gambar 3 di bawah ini.
Pada saat terjadi gucangan pada nilai tukar rupiah, terjadi respon negatifdengan pola yang fluktuasi. Dalam jangka panjang terjadi respon negatif permanen sebesar -0,91 persen pada periode ke-18.Hal ini sesuai dengan korelasi yang umumnya terjadi antara ROE dengan nilai tukar rupiah dimana saat terjadi guncangan pada ROE maka nilai tukar rupiah akan merespon secara negatif.
Saat terjadi gucangan pada suku bunga SBI, terjadi respon yang fluktuasi. Dalam jangka panjang terjadi respon negatif permanen sebesar -0,01 persen pada periode ke-32. Sedangkan saat terjadi guncangan pada inflasi, dalam jangka panjang terjadi respon positif permanen sebesar 0,95 persen pada periode ke-34.
Gambar 3
Respon ROE Akibat Guncangan Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI,
Inflasidan IPI
Sumber : Kompilasi Penulis
Saat terjadi gucangan pada IPI, terjadi respon yang fluktuasi. Namun dalam jangka panjang terjadi respon positif permanen sebesar 0,30 persen.Hal ini sesuai dengan korelasi yang umumnya terjadi antara ROE dengan IPI dimana saat terjadi guncangan pada ROE maka IPI akan merespon secara positif.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, dalam jangka panjang terdapat 2 variabel yang paling berpengaruh terhadap ROE yaitu inflasi dan nilai tukar rupiah, dimana inflasi memberikan respon positif sebesar 0,95 persen sedangkan nilai tukar rupiah memberikan respon negatif sebesar -0,91 persen.
Analisis Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD)
Struktur dinamis antar variabel dalam VAR dapat dilihat melalui analisis
Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD), dimana pola
dari FEVD ini mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat di antara peubah-peubah dalam model VAR. Berikut akan disajikan hasil analisis FEVD terhadap ROE dalam Gambar 4.
Gambar 4
Variance Decomposition ROE
Sumber : Kompilasi Penulis
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ROE ini, hasil dari analisis FEVD variabel yang paling berpengaruh terhadap ROE dalam jangka panjang yaitu nilai tukar rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa ketika masyarakat memiliki uang lebih memilih memiliki mata uang dollar AS daripada menabung di bank dengan menarik dana dari bank dan menukarnya dengan mata uang dollar AS tersebut, sehingga menurunkan persediaan perbankan, yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan bank dalam memberikan pembiayaan sehingga mengurangi laba bersih bank.
Berdasarkan hasil analisis IRF yang paling mempengaruhi ROE yaitu inflasi dan nilai tukar rupiah, dimana inflasi memberikan respon positif
E- ISSN 2527 - 3469
286 sebesar 0,95 persen sedangkan nilai
tukar rupiah memberikan respon negatif sebesar -0,91 persen. Sedangkan dari hasil estimasi VECM ROE jangka pendek tidak terdapat indikator makroekonomi yang berpengaruh terhadap ROE, namun dalam jangka panjang terdapat indikator makroekonomi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROE adalah inflasi sebesar 120,48 persen.
Hasil Estimasi Model VECM ROA Hasil lengkap estimasi model rangkuman hasil estimasi model VECM baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil Estimasi VECM ROA
Jangka Pendek Peubah Koefisien T-Statistik T-Table ECT1 -0,268894 -2,88962 2,2809 ECT2 1,022458 2,50213 2,2809 ROA(-1) -0,108346 -0,84944 2,2809 ROA(-2) -0,016793 -0,13689 2,2809 LNIPI(-1) -0,785163 -1,30084 2,2809 LNIPI(-2) -1,263090 -2,24509 2,2809 LNEXCH(-1) -1,273009 -1,84046 2,2809 LNEXCH(-2) 0,044102 0,06332 2,2809 INFL(-1) -0,004774 -0,26588 2,2809 INFL(-2) 0,016811 0,86795 2,2809 SBI(-1) -0,072452 -0,54165 2,2809 SBI(-2) -0,187372 -1,30874 2,2809 Jangka Panjang Peubah Koefisien T-Statistik T-Table LNEXCH(-1) 0,500350 0,22212 2,2809 INFL(-1) 0,415231 4,14409 2,2809 SBI(-1) -0,593952 -3,11189 2,2809 C -1,217724 -0,05863 2,2809 Sumber : Kompilasi Penulis
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek tidak ada indikator makroekonomi yang mempengaruhi ROA, dikarenakan angka statistik lebih kecil daripada angka t-table.
Sedangkan dalam jangka panjang indikator makroekonomi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA adalah inflasi sebesar 0,42 persen yang berarti bahwa ketika inflasi mengalami kenaikan satu persen
maka ROA akan mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Hal ini tidak sama dengan yang umumnya terjadi karena inflasi akan berpengaruh secara negatif terhadap ROA.
Analisis Impulse Respon Function (IRF)
Impulse Respon Function (IRF)
menggambarkan bagaimana suatu peubah merespon guncangan peubah lain. Pada bagian ini, IRF akan menjelaskan impuls respon ROA akibat guncangan IPI, nilai tukar rupiah, inflasi dan suku bunga SBI selama 51 periode ke depan. Respon ROA tersebut akan dijelaskan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 5
Respon ROA Akibat Guncangan IPI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan
Suku Bunga SBI
Sumber : Kompilasi Penulis
Pada saat terjadi gucangan pada IPI, dalam jangka panjang terjadi respon positif permanen sebesar 0,04 persen pada periode ke-16.Hal ini sesuai dengan korelasi yang terjadi antara ROA dengan IPI dimana saat terjadi guncangan pada ROA maka IPI akan merespon secara positif.
Pada saat terjadi gucangan pada nilai tukar rupiah, terjadi respon negatif yang fluktuasi. Selanjutnya dalam jangka panjang terjadi respon positif permanen pada periode ke-10 sebesar 0,03 persen.
Pada saat terjadi gucangan pada inflasi, terjadi respon positif yang meningkat dengan sedikit fluktuasi. Selanjutnya dalam jangka panjang, terjadi respon positif permanen pada periode ke-10 sebesar 0,03 persen.Hal ini tidak sesuai dengan korelasi yang terjadi antara ROE dengan inflasi dimana saat terjadi guncangan pada ROE
E- ISSN 2527 - 3469
287 maka inflasi akan merespon secara
negatif.
Saat terjadi gucangan pada suku bunga SBI, terjadi respon yang fluktuasi. Pada jangka panjang terjadi respon negatif permanen sebesar -0,002 pada periode ke-28.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, dalam jangka panjang terdapat 2 variabel yang paling berpengaruh terhadap ROA yaitu suku bunga SBI dan IPI, dimana suku bunga SBI memberikan respon negatif sebesar -0,002 persen sedangkan IPI memberikan respon positif sebesar 0,04 persen.
Analisis Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD)
Struktur dinamis antarvariabel dalam VAR dapat dilihat melalui analisis
Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD), dimana pola
dari FEVD ini mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat di antara peubah-peubah dalam model VAR. Berikut akan disajikan hasil analisis FEVD terhadap ROA dalam Gambar 6.
Gambar 6
Variance Decomposition ROA
Sumber : Kompilasi Penulis
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ROA ini, hasil dari analisis FEVD variabel yang paling berpengaruh terhadap ROA pada akhir periode yaitu IPI, dimana variabel tersebut memberikan pengaruh sebesar 14,43 persen. Hal ini sesuai dengan korelasi antara IPI dengan ROA yang berpengaruh positif, dimana ketika jumlah total pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah meningkat, maka kegiatan ekonomi masyarakat pun akan tumbuh, yang tentunya akan
meningkatkan permintaan secara agregat melalui kegiatan investasi, konsumsi masyarakat, dan kegiatan ekonomi riil lainnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan domestik bruto. Hasil penelitian tersebut tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hassan and Bashir (2002) dan Jalil (2008), dimana GDP tidak berpengaruh terhadap ROA.
Sedangkan menurut hasil analisis IRF dalam jangka panjang terdapat terdapat 2 (dua) variabel yang paling berpengaruh terhadap ROA yaitu suku bunga SBI dan IPI, dimana suku bunga SBI memberikan respon negatif sebesar -0,002 persen sedangkan IPI memberikan respon positif sebesar 0,04 persen. Hasil estimasi dari VECM ROA dalam jangka pendek tidak ada yang berpengaruh terhadap ROA. Dalam jangka panjang, indikator makroekonomi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA hanya inflasi sebesar 0,42 persen.
Hasil Estimasi Model VECM FDR Hasil lengkap estimasi rangkuman hasil estimasi model VECM baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 4
Hasil Estimasi VECM FDR Jangka Pendek
Peubah Koefisien T-Statistik T-Table
ECT1 -0,355131 -5,74607 2,2809 FDR(-1) 0,054368 0.52734 2,2809 FDR(-2) 0,142204 1,52521 2,2809 INFL(-1) -0,317571 -1,29123 2,2809 INFL(-2) -0,424776 -1,57205 2,2809 SBI (-1) 1,940011 1,00021 2,2809 SBI (-2) -0,086984 -0,04973 2,2809 LNEXCH (-1) 9,351923 0,91672 2,2809 LNEXCH (-2) -12,56052 -1,30075 2,2809 LNIPI (-1) 39,20418 4,74649 2,2809 LNIPI (-2) 28,09269 3,28267 2,2809 Jangka Panjang Peubah Koefisien T-Statistik T-Table INFL (-1) 1,306276 2,46046 2,2809 SBI (-1) -1,327859 -1,16484 2,2809 LNEXCH (-1) 5,862452 0,50174 2,2809 LNIPI (-1) -42,79219 -2,65396 2,2809 C 254,5708 1,90454 2,2809
Sumber : Kompilasi Penulis
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek indikator
E- ISSN 2527 - 3469
288 makroekonomi yang berpengaruh
terhadap FDR yaitu IPI, dimana IPI berpengaruh secara positif signifikan sebesar 21,19. Hal ini berarti bahwa ketika IPI mengalami kenaikan satu persen maka FDR akan mengalami kenaikan sebesar 39,20 dan 28,09 persen. Hal ini terjadi ketika jumlah total pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah meningkat, maka kegiatan ekonomi masyarakat pun akantumbuh, yang tentunya akan meningkatkan permintaan secara agregat melalui kegiatan investasi, konsumsi masyarakat, dan kegiatan ekonomi riil lainnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan domestik bruto. Sedangkan indikator makroekonomi seperti inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap FDR karena setelah dilakukan pengujian lebih lanjut menghasilkan angka t-statistik lebih kecil daripada angka t-table.
Dalam jangka panjang pengujian indikator makroekonomi yang berpengaruh terhadap FDR yaitu inflasi, dimana inflasi berpengaruh secara positif signifikan sebesar 1,31 persen. Hal ini berarti bahwa ketika inflasi mengalami kenaikan satu persen maka FDR akan mengalami kenaikan sebesar 1,31 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa jumlah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah akan menurun karena permintaan terhadap kegiatan investasi, konsumsi masyarakat, dan kegiatan ekonomi riil lainnya mengalami penurunan akibat dari dampak inflasi. Analisis Impulse Respon Function (IRF)
Impulse Respon Function (IRF)
menggambarkan bagaimana suatu peubah merespon guncangan peubah lain. Pada bagian ini, IRF akan menjelaskan impuls respon FDR akibat guncangan inflasi, suku bunga SBI, nilai tukar rupiah dan IPI selama 51 periode
ke depan. Respon FDR tersebut akan dijelaskan pada Gambar 7 .
Gambar 7
Respon FDR Akibat Guncangan Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah
dan IPI
Sumber : Kompilasi Penulis
Pada saat terjadi gucangan pada inflasi, terjadi respon positif yang meningkat dengan sedikit fluktuasi. Dalam jangka panjang, terjadi respon positif permanen sebesar 1,75 persen pada periode ke-29. Sedangkan pada suku bunga SBI, dalam jangka panjang terjadi respon positif permanen sebesar 1,67 persen pada periode ke-25.
Pada saat terjadi gucangan pada nilai tukar rupiah, terjadi respon positif dengan pola yang menurun dengan sedikit fluktuasi. Dalam jangka panjang, terjadi respon positif permanen sebesar 0,28 persen pada periode ke-19. Sedangkan pada IPI, terjadi respon negatif permanen sebesar -0,12 persen Pada periode ke-27.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, dalam jangka panjang terdapat 2 variabel yang paling berpengaruh terhadap FDR yaitu inflasi dan IPI, dimana inflasi akan memberikan respon positif sebesar 1,67 persen sedangkan IPI memberikan respon negatif sebesar -0,12 persen.
Analisis Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD)
Struktur dinamis antarvariabel dalam VAR dapat dilihat melalui analisis
Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD), dimana pola
dari FEVD ini mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat di antara peubah-peubah dalam model VAR.
E- ISSN 2527 - 3469
289 Berikut akan disajikan hasil analisis
FEVD terhadap FDR dalam Gambar 8. Gambar 8
Variance Decomposition FDR
Sumber : Kompilasi Penulis
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian FDR ini, hasil dari analisis FEVD variabel yang paling berpengaruh terhadap FDR pada akhir periode yaitu inflasi, dimana variabel tersebut memberikan pengaruh sebesar 44,30 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa jumlah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah akan menurunkarena permintaan terhadap kegiatan investasi, konsumsi masyarakat, dan kegiatan ekonomi riil lainnya mengalami penurunan akibat dari dampak inflasi.
Menurut hasil analisis IRF dalam jangka panjang terdapat 2 variabel yang paling berpengaruh terhadap FDR yaitu inflasi dan IPI, dimana inflasi akan memberikan respon positif sebesar 1,67 persen sedangkan IPI memberikan respon negatif sebesar -0,12 persen.
Sedangkan hasil dari estimasi VECM FDR dalam dalam jangka pendek indikator makroekonomi yang berpengaruh terhadap FDR yaitu IPI, dimana IPI berpengaruh secara positif signifikan sebesar 21,19 persen. Hasil dari estimasi VECM jangka panjang dimana indikator makroekonomi yang berpengaruh terhadap FDR yaitu inflasi berpengaruh secara positif signifikan sebesar 1,31 persen.
Hasil Estimasi Model VECM BOPO Hasil lengkap rangkuman hasil estimasi model VECM baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Tabel 5
Hasil Estimasi VECM BOPO
Jangka Pendek PeubahKoefisienT-Statistik T-Table ECT1 ECT2 BOPO(-1) BOPO(-2) LNIPI (-1) LNIPI (-2) LNEXCH (-1) LNEXCH (-2) SBI (-1) SBI (-2) INFL (-1) INFL (-2) -0,477045 82,56544 0,029236 -0,038546 -9,622254 -10,05004 61,51388 49,98505 7,423785 -17,45446 -2,660996 0,071717 -5,10898 4,44788 0,27567 -0,40909 -0,32114 -0,38033 2,13650 1,66853 1,32006 -3,01314 -3,49083 0,08484 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809 Jangka Panjang PeubahKoefisienT-Statistik T-Table LNEXCH (-1) SBI (-1) INFL (-1) C -64,32573 1,145654 -5,258546 692,1186 -1,08639 0,23068 -2,02823 1,26769 2,2809 2,2809 2,2809 2,2809
Sumber : Kompilasi Penulis
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek dan jangka panjang tidak ada indikator makroekonomi seperti inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga SBI dan IPI yang mempengaruhi BOPO, dikarenakan angka t-statistik lebih kecil daripada angka t-table.
Analisis Impulse Respon Function (IRF)
Impulse Respon Function (IRF)
menggambarkan bagaimana suatu peubah merespon guncangan peubah lain. Pada bagian ini, IRF akan menjelaskan impuls respon BOPO akibat guncangan IPI, inflasi, suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah selama 48 periode ke depan. Respon BOPO tersebut akan dijelaskan pada Gambar 8.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, dalam jangka panjang terdapat 2 variabel yang paling berpengaruh terhadap BOPO yaitu inflasi dan IPI, dimana inflasi akan memberikan respon negatif permanen sebesar -2,19 persen sedangkan IPI memberikan respon positif tidak permanen yang berkisar antara 1,65 hingga 4,08 persen.
E- ISSN 2527 - 3469
290 Gambar 9
Respon BOPO Akibat Guncangan IPI, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI
dan Inflasi
Sumber : Kompilasi Penulis
Analisis Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD)
Struktur dinamis antarvariabel dalam VAR dapat dilihat melalui analisis
Forecasting Error Variance
Decomposition (FEVD), dimana pola
dari FEVD ini mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat di antara peubah-peubah dalam model VAR. Berikut akan disajikan hasil analisis FEVD terhadap BOPO dalam Gambar 10
Gambar 10
Variance Decomposition BOPO
Sumber : Kompilasi Penulis
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian BOPO ini, hasil dari analisis FEVD variabel yang paling berpengaruh terhadap BOPO pada akhir periode yaitu IPI, dimana variabel tersebut memberikan pengaruh sebesar 56,43 persen. Hal ini berarti bahwa jumlah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah akan meningkat yang berakibat pada tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat, yang berarti meningkatnya permintaan secara agregat melalui kegiatan investasi, konsumsi masyarakat, dan kegiatan ekonomi riil lainnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan produk domestik bruto. Sehingga mempengaruhi pendapatan operasional perbankan syariah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor makro ekonomi terhadap kinerja bank syariah di Indonesia yang diproksikan oleh ROE, ROA, FDR dan BOPO pada periode Januari 2009 s.d. April 2015, dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bank syariah untuk indikator ROE perbankan syariah berdasarkan hasil analisis IRF yaitu inflasi yang berpengaruh positif dan nilai tukar rupiah yang berpengaruh negatif, sedangkan IPI dan suku bunga SBI tidak mempengaruhi ROE. Dari hasil analisis FEVD menunjukkan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi kinerja bank syariah adalah ROE (83,13%), nilai tukar terhadap rupiah (7,97%), inflasi (7,88%), IPI (0,68%) dan suku bunga SBI (0,34%). Selanjutnyadari hasil estimasi VECM ROE jangka pendek tidak ada indikator makroekonomi yang berpengaruh terhadap ROE, namun dalam panjang indikator makroekonomi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROE adalah inflasi(120,48%).
2. Faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bank syariah untuk indikator ROA perbankan syariah berdasarkan hasil analisis IRF yaitu IPI dimana berpengaruh secara positif dan suku bunga SBI yang berpengaruh negatif, sedangkan inflasi dan nilai tukar rupiah tidak mempengaruhi ROA. Dari hasil analisis FEVD menunjukkan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi kinerja bank syariah adalah ROA (69,96%), IPI (14,43%), nilai tukar terhadap rupiah (7,48%), inflasi (5,84%) dan suku bunga SBI (2,29%). Selanjutnya dari hasil estimasi VECM ROA dalam jangka pendek tidak ada
E- ISSN 2527 - 3469
291 yang berpengaruh terhadap ROA,
namun dalam jangka panjang indikator makroekonomi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA yaitu inflasi (0,42%). 3. Faktor-faktor ekonomi makro yang
mempengaruhi kinerja bank syariah untuk indikator FDR perbankan syariah berdasarkan hasil analisis IRF yaitu inflasi dimana berpengaruh secara positif dan IPI berpengaruh secara negatif, sedangkan suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah tidak mempengaruhi FDR. Dari hasil analisis FEVD menunjukkan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi kinerja bank syariah adalah FDR (15,77%), inflasi (44,30%), suku bunga SBI (37,97%), nilai tukar terhadap rupiah (1,17%) dan IPI (0,79%). Selanjutnya dari hasil estimasi VECM FDR dalam dalam jangka pendek indikator makroekonomi yang berpengaruh terhadap FDR yaitu IPI, dimana IPI berpengaruh secara positif signifikan (21,19%). Sedangkan dalam jangka panjang dimana indikator makroekonomi yang berpengaruh terhadap FDR yaitu inflasi berpengaruh secara positif signifikan (1,31%).
4. Faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bank syariah untuk indikator BOPO perbankan syariah berdasarkan hasil analisis IRF yaitu IPI dimana berpengaruh secara positif dan inflasi berpengaruh negatif, sedangkan suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah tidak mempengaruhi BOPO. Dari hasil analisis FEVD menunjukkan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi kinerja bank syariah adalah BOPO (7,63%), IPI (56,43%), suku bunga SBI (15,98%), inflasi (15,47%) dan nilai tukar terhadap rupiah (4,49%). Selanjutnya dari hasil estimasi VECM jangka pendek dan jangka panjang
tidak ada indikator makroekonomi seperti inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga SBI dan IPI yang mempengaruhi BOPO.
Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya:
a.Memperbanyak faktor-faktor
makro ekonomi yang
diikutsertakan dalam penelitian agar lebih dapat menjelaskan lebih besar lagi, faktor eksternal mana yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah.
b.Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah misalnya faktor internal dari perbankan syariah itu sendiri. c.Melakukan penelitian dalam
rentang waktu yang lebih panjang. 2. Bagi perbankan syariah
a.Mencermati dan melaksanakan Undang-undang No.21 tahun 2008, khususnya tentang prinsip kepatuhan kepada syariat Islam dan lebih meningkatkan inovasi-inovasi produk sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
b.Lebih fokus pada pengelolaan internal perbankan syariah itu sendiri, karena sebagian besar kinerja perbankan syariah ditentukan oleh faktor-faktor internal dari bank syariah itu sendiri.
3. Bagi regulator khususnya Bank Indonesia hendaknya lebih berani dalam menganut rezim suku bunga rendah dan mengambil kebijakan moneter ekspansif yang terkendali, agar investasi lebih dan sektor riil lebih berkembang, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perbankan syariah.
E- ISSN 2527 - 3469
292 DAFTAR PUSTAKA
Ascarya.(2010).Islamic finance and
global financial
stability.Jakarta.PT Raja Grafindo Persada
Adiwarman.A.Karim (2007).Ekonomi
Makro Islam.Jakarta.PT Raja
Grafindo Persada
Dahlan, Siamat (2005).Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan Edisi 5.Jakarta.Universitas Indonesia Eko, Suprayitno (2005). Ekonomi Islam:
pendekatan Ekonomi makro Islam dan konvensional. Yogyakarta. PT Graha Ilmu
Halwan,Hendra.(2009).Ekonomi
International dan globalisasi
ekonomi.Bogor. Ghalia Indonesia
Jogiyanto.(2009).Teori Portofolio dan analisis
investasi.Yogyakarta.Penerbit PBFE.
Kasmir (2007).Manajemen
Perbankan.Jakarta.PT Raja
Grafindo Persada
Putong,Iskandar dan
Adjaswati.(2010).Pengantar
Ekonomi Makro.Jakarta.Mitra
Wacana Media
Sukirno,Sadono. (2004). Makro ekonomi
Teori Pengantar, Edisi
Ketiga.Jakarta.PT Raja Grafindo
Persada
Sugiyono.(2010).Metode Penelitian
Kuantitatif,Kualitatif dan
R&D.Bandung.CV Alfabeta. Wiroso.(2009).Perbankan
Syariah.Jakarta.LPFE Usakti
Zainul,Arifin(2002).Dasar dasar
manajemen bank
syariah.Jakarta.Azkia Publisher. PBI No 6/10/PBI/2004.Sistem penilaian