• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sumatera Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia Utara, Medan, Indonesia 20155"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS AIR DAN PERSEPSI PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA

SUNGAI SAMPUREN PUTIH KABUPATEN DELI SERDANG

PROVINSI SUMATERA UTARA

Water Quality and Visitor Perception in The Area of The White River Tourism

Sampuren Deli Serdang District of North Sumatera Province

1

Ivan Sinaga, 2Pindi Patana, 2Rusdi Leidonald

1

Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

2

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

2

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

ABSTRACT

Natural potential is the main attraction in the tourist activity, including the physical nature, fauna and flora. The existence of Sungai Sampuren Putih region is widely known as one of the tourist destinations in the District of Sibolangit Deli Serdang, North Sumatra. The purpose of this study was to determine the effect of water quality on the level of visits and tourism potential of the river as well as assess the perceptions of visitors and the management of the activities of Sungai Sampuren Putih. This study was conducted over three months are May to July 2016. Data analysis using Water Quality Parameters and questionnaire. Sungai Sampuren Putih water quality through water chemistry to measure physical parameters Sampuren River White stated that I belong lightly polluted station that is 1.92 while the station II and III stations classified as good, namely 0.83 and 0.72. Value 90% comfort level visitors expressed comfortable. Judging of the appeal because the rocks 65,06%. White Sampuren river has good tourism potential, it can be seen from the results of interviews and questionnaires.

Keywords: Water Quality, Traffic People, River Tourism Zone, Deli Serdang PENDAHULUAN

Sungai Sampuren Putih adalah salah satu kawasan wisata yang sering dikunjungi oleh masyarakat untuk rekreasi. Dengan adanya rekreasi di sungai tersebut, aktivitas pengunjung dan masyarakat setempat yang membuang sampah ke badan sungai dan limbah pemukiman akan berpengaruh terhadap kualitas air sungai. Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan air limbah merupakan salah satu aktivitas masyarakat terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan faktor lingkungan, sehingga akan berakibat buruk bagi kualitas air sungai. Berubahnya kualitas suatu

perairan sangat mempengaruhi perairan tersebut. Kualitas air umumnya menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu.

Sungai Sampuren Putih adalah sungai yang terletak di Desa Cerita Rakyat atau Bas Ukum, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Sungai Sampuren Putih jaraknya 50 Km dari Medan waktu tempuh ±2 jam menuju Sibolangit. Selain tempat kawasan wisata, pada umumnya sungai Sampuren Putih dimanfaatkan untuk menunjang segala aktivitas masyarakat disekitarnya seperti

(2)

pemukiman dan persawahan. Dengan adanya berbagai aktivitas tersebut, maka akan berpengaruh terhadap kualitas air sungai dan kehidupan biotik dan abiotik yang ada di sungai Sampuren Putih tersebut. Parameter fisika dan kimia perairan dapat menentukan kualitas air sungai. Segala aktivitas yang dilakukan manusia di sekitar sungai diperkirakan akan mengubah faktor fisika dan kimia perairan baik secara langsung maupun tidak langsung dan akan berdampak negatif bagi makhluk hidup yang memanfaatkannya. Limbah yang dibuang ke sungai mempengaruhi kualitas air serta fungsi dan struktur ekosistem sungai. Sejauh ini informasi mengenai pengaruh kualitas air Sungai Sampuren Putih belum ada. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Tingkat Kunjungan terhadap Kualitas Air Di kawasan Wisata Sungai Sampuren Putih Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara” yang dihubungkan dengan faktor fisika kimia perairan.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas air dan persepsi pengunjung di kawasan wisata Sungai Sampuren Putih.

2. Untuk mengetahui potensi wisata sungai serta menilai persepsi pengunjung dan pengelola terhadap aktivitas wisata Sungai Sampuren Putih.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2016 di sungai Sempuran Putih Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Kuisoner dilakukan kepada setiap pengunjung di Kawasan wisata Sungai Sampuran Putih Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Pengukuran sampel parameter Kualitas Air dilakukan di Laboratorium Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, botol zat, alat tulis, GPS (Global Positioning System),

meteran, Kamera Digital, kertas label, termometer, pH Meter dan ember. Bahan yang digunakan adalah Aquadest, Alkohol 70 %, Amilum, MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3.

Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan maupun hasil dari laboratorium untuk data analisis air. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, pH, arus, kecerahan, kedalaman, oksigen terlarut, serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan penduduk sekitar. Data lain seperti BOD5 diperoleh melalui analisis laboratorium.

Pengunjung

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode

purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Sungai Sampuren Putih dalam waktu satu bulan. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomuniaksi dengan baik. Menurut Sumanto (1990) dalam Melyana (2011) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih

(3)

dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10%- 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007)

𝑛 = Keterangan:

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = tingkat kesalahan yang ditoleransi yaitu 10%

Persepsi Pengunjung dan Respons

Masyarakat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengunjung tentang keindahan dan kenyaman serta respon masyarakat terhadap objek wisata di Sungai

Sampuren Putih yang disusun berdasarkan kajian kondisi objek wisata.

Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran faktor fisika kimia perairan Sungai Sempuran Putih dilakukan di setiap stasiun penelitian. Pengelolaan sumberdaya air mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air. Sedangkan Pengelolaan Kulaitas Air berpacu pada PP. No. 82 Tahun 2001. Berikut tabel faktor fisika kimia pada PP. No. 82 Tahun 2001 dengan ketetapan angka yang telah ditetapkan

Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi

Fisika

Suhu 0C Thermometer In situ

Kecepatan Arus

m/det Bola Duga In situ

Kedalaman Kecerahan TDS

m Tali dan Meteran In situ

Kimia

Ph - pH meter In situ

DO mg/l - In situ

BOD5 mg/l - Ex situ

Indeks Pencemaran

Analisis pencemaran bahan organik berpedoman pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Penentuan Status Mutu Air dengan

Metode Indeks Pencemaran. Rumus Indeks Pencemaran berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

(4)

PIj = Keterangan :

Pij = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)

Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengukuran

Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang

dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (j) (Cij/Lij)M = Nilai Cij/Lij maksimum (Cij/Lij)R = Nilai Cij/Lij rata-rata

Hubungan Indeks Pencemaran dengan mutu perairan disajikan sebagai berikut :

0 ≤ Pij ≤ 1,0 = memenuhi baku mutu (kondisi baik)

1,0 ≤ Pij ≤ 5,0 = tercemar ringan 5,0 ≤ Pij ≤ 10 = tercemar sedang Pij > 10 = tercemar berat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor Fisika Kimia Sungai Sampuren Putih

Parameter yang diukur pada saat pengamatan meliputi Arus, kedalaman, suhu, kecerahan, TDS, pH, BOD5, DO. Pengukuran parameter kualitas air dapat

dilihat pada Lampiran. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan kondisi perairan Sungai Sampuren Putih diperoleh nilai faktor fisika-kimia dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 4. Parameter Fisika-Kimia Perairan

Parameter Stasiun

Fisika-Kimia Satuan I II III

Baku Mutu Air Kelas II Arus m/s 3,4 1,36 1,06 Deviasi 3 Kedalaman M 0,6 0,5 0,53 - Suhu °C 20,66 25,66 26,5 - Kecerahan M 0,35 0,5 0,3 - TDS mg/L 168,77 122,11 105,88 100 pH 7,3-7,5 7,2-7,4 7,4-7,5 6,0-9,0 BOD5 mg/L 3,9 3,6 3,5 3 DO mg/L 6,9 6,7 6,6 4

Hasil pengamatan kualitas air yang diperoleh secara umum masih mendukung tingkat kunjungan wisatawan di perairan Sungai Sampuren Putih dan dapat diketahui dari beberapa parameter dari kualitas air dari setiap stasiun. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh suhu dari masing-masing stasiun di perairan Sungai Sampuren Putih berkisar 20,6-26,5 oC.

Sungai Sampuren Putih memiliki kecepatan arus berkisar antara 1,06-3,4 m/s atau 106-304 cm/detik yaitu kategori sangat cepat. Menurut Supartiwi (2000) mengklasifikasikan sungai berdasarkan kecepatan arusnya yaitu berarus sangat cepat (>100 cm/detik), berarus cepat (50-100 cm/detik), berarus sedang (25-50 cm/ detik), berarus lambat (10-25 cm/detik) dan berarus sangat lambat (<10 cm/detik).

(5)

Hasil penelitian yang dilakukan kecerahan tiap stasiun berbeda-beda yaitu berkisar 0,3-0,5 m atau 30-50 cm, pada stasiun II kecerahan paling tinggi yaitu sampai kedalaman 50 cm hal ini disebabkan karena stasiun II merupakan daerah tengah yaitu daerah yang tidak banyak dilakukan kunjungan, hanya aktivitas memancing. Stasiun I dan III kecerahannya lebih rendah karena stasiun I kunjungan masyarakat antara lain rekreasi mandi dan memancing, sedangkan stasiun III mandi dan menjala ikan.

Nilai kedalaman masing-masing stasiun penelitian di perairan Sungai Sampuren Putih berkisar 50-60 cm atau 0,5-0,6 m. Sungai Sampuren Putih perairannya tidak terlalu dalam, hal ini menyebabkan kunjungan pada Sungai Sampuren Putih selalu ramai. Kedalaman sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan, karena semakin dalam perairan semakin berkuranglah kunjungan wisatawan yang ingin rekreasi seperti mandi, dan memancing.

Nilai TDS yang tertinggi terletak pada stasiun I karena pada stasiun I banyak dilakukan aktivitas atau kunjungan masyarakat untuk rekreasi yaitu mandi dan memancing disamping itu pada Stasiun I juga terdapat air terjun. Akibat adanya air terjun ini partikel-partikel substrat yang ada di Sungai Sampuren Putih teraduk. Supartiwi (2000) menyatakan padatan total tersuspensi dapat mengakibatkan kekeruhan sehingga padatan tersuspensi juga dapat mengganggu penetrasi cahaya ke dalam air akibatnya proses fotosintesis akan terhambat.

Nilai pH dari masing-masing stasiun di Perairan Sungai Sampuren Putih berkisar 7,2-7,5. Rendah pH pada stasiun II disebabkan karena daerah ini terdapat sedikit aktivitas yang menghasilkan senyawa organik. Kisaran pH di perairan ini masih mendukung kehidupan ikan yang

hidup di dalamnya. Sesuai dengan pernyataan Barus (2004) setiap spesies memiliki toleransi yang berbeda terhadap pH. Nilai pH ideal bagi kehidupan biota akuatik umumnya berkisar 7,0-8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme terutama ikan-ikan air tawar karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.

Nilai BOD5 dari masing-masing stasiun di perairan Sungai Sampuren Putih berkisar antara 3,5-3,9 mg/L. Nilai BOD5 terendah terdapat pada stasiun III sebesar 3,5 mg/L dan BOD5 tertinggi pada stasiun I mencapai 3,9 mg/L. Rendahnya BOD5 pada stasiun II ini disebabkan daerah ini merupakan daerah yang terdapat sedikit aktivitas masyarakat sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik itu rendah. Tingginya nilai BOD5 pada stasiun I dan III karena daerah ini merupakan daerah banyak kunjungan wisatawan yang di dalamnya banyak kandungan bahan organik terlarut. Menurut Barus (2004) Pengukuran BOD juga didasarkan kepada kemampuan mikroorganisme untuk menggunkan senyawa organik, artinya hanya terhadap senyawa yang sudah dimakan secara biologis seperti senyawa yang umunya terdapat dalam limbah rumah tangga. Contoh produk-produk kimiawi seperti senyawa minyak buangan kimia lainnya akan sangat sulit atau bahkan tidak bisa dinaikkan oleh mikroorganisme.

Hasil data yang diperoleh oksigen terlarut dari setiap stasiun penelitian berkisar 6,6-6,9 mg/L. Nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun III yaitu sebesar 6,6 mg/L. Pengambilan sampel Oksigen Terlarut ini yaitu pada siang hari. Rendahnya oksigen terlarut pada stasiun III ini karena aktivitas masyarakat yang tinggi yang aliran semua limbah mengalir ke

(6)

stasiun ini, sehingga dibutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa pada stasiun tersebut. Afianto dan Evi (1993) menjelaskan bahwa DO yang cocok untuk kawasan wisata adalah berkisar 5-6 mg/ L dan beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen terlarut 3 mg./L. Namun demikian, konsentrasi minimum yang dapat diterima oleh beberapa jenis ikan untuk dapat hidup dengan baik adalah 5 mg/L.

Indeks Pencemaran

Hasil perhitungan beban pencemaran di Sampuren Putih yang berasal dari kunjungan masyarakat masyarakat rekreasi mandi, memancing, dan pengerukan pasir memberikan masukan beban pencemaran bahan organik.

Stasiun I diperoleh Indeks Pencemaran sebesar 1,92, pada stasiun II diperoleh Indeks Pencemaran sebesar 0,83

dan Stasiun III 0,72 dapat dinyatakan bahwa pada stasiun II dan stasiun III memenuhi baku mutu dengan kondisi baik. Stasiun I diperoleh Indeks Pencemaran 1,92 sudah tergolong tercemar ringan.

Persepsi Pengunjung Terhadap Sungai Sampuren Putih

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Data tingkat Potensi wisata dari pengunjung, yakni sebesar 9,64% menyatakan cukup dengan keadaan obyek wisata sungai Sampuren Putih saat ini,sedangkan 74,70% menyatakan baik, dan 15,67% menyatakan sangat baik.

Persepsi Pengunjung Hasil data yang diperoleh selama

penelitian, diketahui nilai tingkat kenyamanan pengunjung mempunyai persentase sebesar 90% menyatakan obyek

wisata sungai Sampuren Putih nyaman, 10% menyatakan cukup nyaman. Persepsi kenyamanan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 12.

(7)

Gambar 12. Tingkat Kenyamana Pengunjung Keindahan alam yang dapat

dinikmati oleh pengunjung obyek wisata sungai Sampuren Putih yaitu aliran sungai yang masih sangat terjaga kebersihannya.

Untuk menjaga kelestarian wisata Sungai Sampuren Putih agar tetap lestari dan bersih perlu adanya peran pemerintah dan masyarakat setempat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Kualitas air Sungai Sampuren Putih sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 melalui pengukuran parameter fisik kimia perairan menyatakan bahwa Sungai Sampuren Putih pada stasiun I tergolong tercemar ringan sedangkan stasiun II dan Stasiun III tergolong baik.

2. Sungai Sampuren Putih memiliki potensi wisata yang baik, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan masyarakat yang berkunjung ke Sungai Sampuren Putih. Banyak masyarakat berkunjung ke Sungai Sampuren Putih, dan juga dapat dilihat dari kualitas air Sungai Sampuren Putih yang tergolong baik.

Saran

Penelitian pengaruh kualitas air terhadap tingkat kunjungan di Sungai Sampuren Putih masih perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap domestikan ikan-ikan yang ada di Sungai Sampuren Putih guna menambah informasi yang akan mendukung pengelolaan sumberdaya sungai yang lebih tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Afianto, E. dan Evi, L., 1993.Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Lemunde Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 1(01):23-37.

Barus ,T. A. 2004. Pengantar Limnologi. USU Press. Medan.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KEPMEN) No. 115 Tahun 2003. Baku Mutu Air. Salinan Sesuai dengan Aslinya Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup. MENLH, Jakarta.

Melyana, A. 2011. Penilaian Kualitas Lingkungan Pada Kegiatan Wisata Alam di Kawasan Ekowisata Tangkahan. [Skripsi] Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Nugraha, S. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin Dan Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasi, disampaikan pada diskusi

Supartiwi E. N. 2000. Karakteristik Komunitas Fitoplankton dan Perifiton Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Sungai Ciujung, Jawa Barat. [Skripsi] Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja karyawan BMT BIF lebih dipengaruhi oleh faktor internal karyawan yaitu efikasi diri, efikasi diri memiliki peranan yang besar dalam mewujudkan engagement karyawan

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Dengan dilaksanakannya kebijaksanaan penjualan kre dit maka perusahaan telah melakukan investasi dari sebagi an dananya kedalam piutang untuk suatu jangka waktu ter - tentu,

(PSJ) Tiga peraturan terbaru yang disosialisaikan dalam Cofee Morning ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas PP No 14 Tahun 2012 tentang

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa seluruh responden yang mengkonsumsi produk Sinonggi memberi tanggapan Promotion sesuai dengan yang diharapkan yakni :. Yang memberikan

Setiap produk pakaian yang dibeli akan dimasukkan ke dalam keranjang belanja, hal ini dapat membantu pembeli untuk memeriksa ulang pakaian yang akan dibeli..

Dengan adanya pertimbangan yang matang di dalam proses penyusunan penyampaian pem- belajaran (tentang pola makan seimbang) yang baik dan benar pada media

Mengingat penelitian hanya dilakukan pada meteri pencemaran lingkungan, efektifitas perangkat pembelajaran biologi berbasis metakognitif untuk meningkatkan kemampuan